Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi seorang perawat, salah satu profesi yang akan berhubungan
langsung dengan masyarakat. Salah satu contohnya, dalam pemberian
penyuluhan-penyuluhan yang menjadi bagian dari promosi kesehatan.
Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut
pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan. (Green &
Ottoson, 1998 dalam D.J.Heri, 2009)
WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses
yang bertujuan memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan
dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (self empowerment). Promosi kesehatan tidak hanya
meningkatkan “kesadaran” dan “kemauan” seperti yang dikonotasikan dalam
pendidikan kesehatan. (D.J.Heri, 2009). Jadi, promosi kesehatan merupakan suatu
upaya untuk mengajak dan mempengaruhi seseorang untuk perduli terhadap
kesehatan.
Rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan menyebabkan
perilaku sehat pun jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar
masyarakat menganggap bahwa pendidikan atau promosi kesehatan hanya
diperlukan bagi mereka yang menderita penyakit saja. Misalnya, seseorang yang
telah didiagnosa menderita penyakit diabetes, maka ia baru akan menjauhi
makanan atau kebiasaan yang akan tidak boleh dilakukan oleh penderita diabetes.
Sedangkan pada dasarnya promosi kesehatan tidak hanya beruang lingkup pada
mereka yang telah terkena penyakit, tetapi juga bertujuan meminimalisir
kemungkinan seseorang akan terkena penyakit (preventif).
Dalam melakukan suatu promosi kesehatan, promotor harus memiliki
kecakapan dalam pemberian informasi kepada khalayak. Persepsi masyarakat
dipengaruhi berbagai hal, seperti budaya atau kebiasaan sehingga dalam mereka

1
akan berperilaku bagaimana kebiasaan yang ia lakukan, bahkan tanpa memikirkan
apakah perilaku itu melenceng atau tidak dari perilaku kesehatan. Oleh karena itu,
bagaimana hendaknya seorang yang memberikan promosi kesehatan dapat
mengubah persepsi masyarakat sehingga dapat berperilaku sesuai perilaku
kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka didapatkanlah rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Apa sajakah yang menjadi ruang lingkup dalam promosi kesehatan?
b. Apa sajakah sub bidang keilmuan dalam promosi kesehatan?
c. Bagaimanakah persepsi dalam promosi kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Dapat mengetahui apa saja yang menjadi ruang lingkup dala promosi
kesehatan.
b. Dapat mengetahui sub bidang dalam promosi kesehatan.
c. Dapat mengetahui persepsi dalam promosi kesehatan.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini hendaknya dapat bermanfaan agar pembaca dapat
memahami serta menerapkan kepada siapa saja atau bagi siapa saja promosi
kesehatan itu hendaknya diberikan serta mengetahui kecakapan atau keilmuan
dalam memberikan suatu promosi kesehatan agar dapat mempengaruhi bahkan
mengubah persepsi seseorang atau masyarakat kearah perilaku sehat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Cakupan promosi kesehatan dapat dibagi dalam dua dimensi, yaitu :


dimensi aspek pelayanan kesehatan dan dimensi tatanan (setting) atau tempat
pelaksanaan promosi kesehatan. (Soekidjo N, 2007)

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan


Berdasarkan aspek kesehatan, ruang lingkup promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah orang-orang yang
sehat. Pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau
dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah
dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat,
tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya

b. Promosi kesehatan dalam aspek pencegahan dan penyembuha


Pada aspek ini, upaya promosi kesehatan mencakup tiga hal, yaitu:
1) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)
Sasaran pada pencegahan primer ini adalah kelompok masyarakat
yang beresiko tinggi. Contohnya : ibu hamil dan menyusui,
penderita obesitas, para pekerja seks, dll. Tujuan promosi
kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak terkena
penyakit.
2) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
Sasaran pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis
seperti diabetes, asma, TBC, dll, dengan tujuan agar penyakitnya
tidak bertambah parah.
3) Pencegahan tingkat tiga (tertiery prevention)

3
Sasaran pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh
(recovery) dari penyakitnya, dengan tujuan agar mereka segera
pulih, untuk meminimalkan terjadi kecacatan, serta meminimalisir
penyakit datang kembali.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan


Berdasarkan tatanan pelaksanaannya, ruang lingkup promosi kesehatan dibagi
atas :
a) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil. Pembentukan perilaku-
perilaku masyarakat untuk pertama kali dimulai dari masing-masing
keluarga. Orang tua (ayah dan ibu) menjadi sasaran utama dalam promosi
kesehatan ini. Karena orang tua (terutama ibu) merupakan peletak dasar
perilaku (termasuk perilaku kesehatan) bagi anak-anaknya.
b) Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru pada
umumnya selalu dipatuhi oleh siswa. Oleh karena itu perilaku guru harus
dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya,
dll.
c) Promosi kesehatan di tempat kerja
Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung kesehatan pekerja atau
karyawannya dan akhirnya menghasilkan produktivitas yang optimal. Oleh
karena itu, pemimpin, manajer, atau pemimpin di institusi tersebut
merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli dengan
kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan
bagi para pekerjanya.
d) Promosi di tempat-tempat umum
Tempat yang sehat tidak hanya terjaga kebersihannya, tetapi juga
dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi. Contoh : WC umum,
terminal, dll. Promosi kesehatan di tempat umum dapat dilakukan melalui
himbauan dalam bentuk poster, leaflet, pengeras suara, dll.
e) Fasilitas pelayanan kesehatan

4
Hal ini mencakup rumah sakit, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dll.
Pemimpin fasilitas kesehatan menjadi sasaran utama dalam promosi
kesehatan pada fasilitas kesehatan ini. Merekalah yang bertanggungjawab
atas pendidikan kesehatan di institusinya. Contoh: PKMRS
(Penyuluhan/Promosi Kesehehatan Masyarakat di Rumah Sakit).

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan


Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention)
dari Leavel and Clark :
a. Promosi Kesehatan
Misalnya : dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, dll.
b. Perlindungan khusus (specific protection)
Salah satu bentuk perlindungan khusus ini adalah imunisasi.
Kesadaran masyarakat akan imunisasi sebagai perlindungan terhadap
penyakit ini masih rendah.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka penyakit-penyakit pada masyarakat sulit terdeteksi.Bahkan
sebagian masyarakat tidak ingin untuk diperiksa karena tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
Pengobatan yang tidak sempurna atau tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat dan memiliki
ketidaksempurnaan dalam melakukan sesuatu.
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Orang yang baru saja pulih dari kecacatannya seringkali tidak mau
menjalankan latihan atau terapi dikarenakan kurangnya pengetahuan.
Bahkan ada yang enggan untuk berada ditengah masyarakat karena
masyarakat sendiri enggan menerimanya. Promosi kesehatan dalam

5
hal ini diperlukan tidak hanya untuk orang yang cacat tersebut, tetapi
juga pada masyarakat.

Berdasarkan Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa,


Canada tahun 1986 yang menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan
dikelompokkan menjadi lima area, yaitu :

- Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (healthy public policy)


Ini ditujukan kepada para pembuat putusan atau kebijakan. Jadi, setiap
putusan atau kebijakan dalam pembangunan harus mempertimbangkan
dampak kesehatan bagi masyarakat.
- Mengembangkan jaring kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environment)
Kegiatan ini bertujuan mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana
yang mendukung terhadap kesehatan.
- Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
Hal ini berarti menjadikan masyarakat sebagai subjek, sehingga dalam
pelayanan kesehatan lebih diarahkan pada pemberdayaan masyarakat.
Pelayanan kesehatan menjadi tanggungjawab pemberi dan penerima
pelayanan.
- Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills)
Kesehatan masyarakat akan terwujud jika kesehatan kelompok, keluarga,
dan individu terwujud. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan anggota
masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat memelihara serta meningkatkan kualitas
kesehatannya.
- Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action)
Perkembangan kesehatan di masyarakat sangat terhgantung dengan unsur-
unsur yang ada pada masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini, berarti
memberikan kesempatan masyarakat untuk berimprovisasi dalam
melakukan kegiatan dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.

6
2.2 Sub Bidang Keilmuan Promosi Kesehatan

Ada beberapa sub bidang keilmuan yang dikategorikan menjadi


bagian dari promosi kesehatan, yaitu : (Soekidjo N, 2007)
a. Komunikasi
Faktor predisposisi berupa kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
terhadap kesehatan yang dipengaruhi nilai budaya, pengetahuan tentang
penyakit, makanan, tadisi, dll mengakibatkan mereka tidak berprilaku sehat.
Sehingga diperlukan komunikasi yang efektif untuk memberikan informasi
mengenai kesehatan, para petugas harus dibekali ilmu komunikasi dan media
komunikasi.
b. Dinamika kelompok
Dinamika kelompok adalah salah satu metode promosi kesehatan yang efektif
untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh
sebab itu dinamika kelompok diperlukan dalam mengondisikan faktor-faktor
predisposisi perilaku kesehatan, dan harus dikuasai oleh setiap petugas
kesehatan.
c. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM)
Untuk memperoleh perubahan perilaku yang efektif diperlukan factor-faktor
pendukung berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-
sumber dan fasilitas-fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan
dari masyarakat. Masyarakat harus mampu mengorganisasikan komunitasnya
sendiri untuk berperan serta dalam menyediakan fasilitas. Untuk itu, para
petugas kesehatan harus dibekali ilmu Pengembangan dan Pengorganisasian
Masyarakat (PPM).
d. Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
PKMD pada dasarnya adalah bagian dari PPM. Bedanya, PKMD ini lebih
mengarah pada kesehatan . PKMD pada prinsipnya adalah wadah partisipasi
masyarakat dalam bidang pengembangan kesehatan. Filosofi dari PKMD
adalah pelayanan kesehatan untuk mereka, dari mereka, dan oleh mereka.
Disamping itu, PKMD adalah bentuk operasional dari primary health care
yang merupakan wahana untuk mencapai kesehatan pada tahun 2000, dan
merupakan kesepakatan internasional (Deklarasi Alma Atta). Oleh sebab itu,

7
semua petugas kesehatan harus dibekali dengan PKMD. Namun, dengan
adanya posyandu, peran PKMD menjadi menurun bahkan menghilang.
e. Pemasaran Sosial (social marketing)
Untuk memasyarakatkan produksi kesehatan, baik yang berupa peralatan,
fasilitas maupun jasa-jasa pelayanan, diperlukan usaha pemasaran. Pemasaran
jasa-jasa pelayanan ini menurut istilah promosi kesehatan disebut pemasaran
sosial. Pemasaran social diperlukan untuk intervensi pada factor-faktor
pendukung dan factor-faktor pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat.
f. Pengembangan Organisasi
Agar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan
organisasi- organisasi masyarakat mampu berfungsi sebagai factor pendukung
dan pendorong perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka perlu
dinamisasi dari organisasi-organisasi tersebut.
g. Pendidikan dan Pelatihan
Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis maupun tingkatnya, pada
dasarnya adalah pendidik kesehatan (health educator). Di tengah-tengah
masyarakat, petugas kesehatan menjadi tokoh panutan dalam bidang kesehatan.
Untuk itu, petugas kesehatan harus mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu, petugas kesehatan maupun petugas
lainnya harus mendapatkan pendidikan serta pelatihan khusus tentang
kesehatan serta ilmu perilaku.
h. Pengembangan Media
Agar diperoleh hasil yang efektif, dalam promosi kesehatan diperlukan alat
bantu atau media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai
alat peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan tentang kesehatan.
i. Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
Perencanaan dan evaluasi program promosi kesehatan mempunyai kekhususan
bila dibandingkan dengan evaluasi program kesehatan lainnya. Hal ini karena
tujuan program pendidikan sebagai indicator keberhasilan program pendidikan
kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku sasaran yang
memerlukan pengukuran khusus. Oleh sebab itu, mereka harus diberikan
perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan.

8
j. Antropologi Kesehatan
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan social budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan
perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar
belakang sosio-budaya masyarakat yang bersangkutan.
k. Sosiologi Kesehatan
Latar belakang social, struktur social, dan ekonomi memiliki pengaruh
terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan harus mendalami
aspek-aspek social masyarakat.
l. Psikologi Sosial
Psikologi merupakan dasar ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu,
kelompok atau masyarakat, orang harus mempelajari psikologi. Dalam
memahami perilaku masyarakat, psikologi social sangat diperlukan.

2.3 Persepsi dalam Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan adalah “memasarkan” atau “menjual atau


“memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan,
sehingga masyarakat “menerima” atau “membeli” (dalam ati menerima perilaku
kesehatan) atau “mengenal” pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya
masyarakat mau berperilaku hidup sehat. (Soekidjo N, 2005)

Persepsi merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi


perilaku seseorang. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah
proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam
lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap
stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke
dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses
yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.

Menurut Rita Damayanti (dalam Soekidjo, 2005), ada banyak faktor yang
menyebabkan stimulus masuk ke dalam rentang perhatian kita. Faktor penyebab
ini dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal merupakan

9
faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

1. Faktor Eksternal
a. Kontras
Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras
baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan.
b. Perubahan Intensitas
Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah
dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.
c. Pengulangan (repetition)
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak
termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.
d. Sesuatu yang baru (novelty)
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu
yang telah kita ketahui.
e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik
perhatian seseorang.

2.Faktor Internal
a. Pengalaman atau pengetahuan
Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi.
b. Harapan (expectation)
Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
c. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus
secara berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25
juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor,
tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.

10
d. Motivasi
Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang
termotivasi untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok
sebagai sesuatu yang negatif.
e. Emosi
Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang
ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan
semuanya serba indah.
f. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan
menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,
namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai
sama saja.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Promosi kesehatan diberikan tidak hanya kepada mereka yang sakit, tetapi
juga pada mereka yang sehat agar dapat mempertahankan kesehatannya
serta meminimalisir terserang penyakit. Selain itu, promosi kesehatan tidak
hanya diberikan kepada pasien, tetapi juga kepada keluarga serta
masyarakat. Bahakan promosi kesehatan juga diperuntukkan pada pemberi
pelayanan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara efektif.
- Promosi kesehatan yang merupan intervensi dalam mengubah perilaku
memiliki sub bidang keilmuan yaitu: komunikasi, dinamika kelompok,
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, pengembangan
kesehatan masyarakat desa, pemasaran sosial, pengembangan organisasi,
pendidikan dan pelatihan,pengembangan media, perencanaan dan evaluasi,
antropologi kesehatan, sosiologi kesehatan, dan psikologi sosial. Sub
bidang keilmuan dalam ini akan sangat mendukung dalam meningkatkan
kecakapan pemberian promosi kesehatan.
- Dalam hal mengubah perilaku, tentunya terlebih dahulu didasari dengan
perubahan persepsi. Persepsi akan muncul bila ada stimulus-stimulus
tertentu yang diterima. Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor
internal (faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus),
dan faktor eksternal (faktor yang melekat pada objeknya). Promosi
kesehatan dianggap sebagai stimulus yang akian mempengaruhi persepsi
seseorang akan kesehatan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi bahakan
mengubah perilaku seseorang atau masyarakat pada perilaku sehat.

12
3.2 Saran

Promotor kesehatan, salah satunya perawat hendaknya lebih gencar


lagi dalam melakukan promosi kesehatan. Karena pada zaman sekarang,
kesadaran akan perilaku sehat dalam masyarakat sangat kurang. Promotor
kesehatan hendaknya juga memiliki kecakapan bagaimana memberikan promosi
kesehatan yang efektif sehingga akan menarik minat penerima untuk
mendengarkan, memahami,mengubah persepsi, melakukan, dan membiasakan
perilkau-perilaku sehat.

13

Anda mungkin juga menyukai