Anda di halaman 1dari 50

3

II. PEMBAHASAN

2.1 Hipotesis Penelitian

Penyusunan hipotesis merupakan suatu tahapan dalam penelitian yang juga

penting. Hipotesis dapat memperjelas dan membimbing seorang peneliti untuk

fokus pada masalah yang ditelitinya. Namun demikian, keberadaan hipotesis ini

bukanlah sesuatu yang esensial, artinya keberadaan hipotesis dalam suatu proses

penelitian tidak harus ada. Seseorang dapat melakukan penyelidikan tanpa adanya

hipotesis. Sebaliknya, seseorang juga dapat menyusun hipotesis sebanyak

mungkin selama hipotesis tersebut sesuai dengan arah penelitian yang hendak

dituju. Hipotesis lazimnya dimunculkan berupa kumpulan pertanyaan yang

hendak diuji kebenarannya melalui penyelidikan. Guna mempersempit dan

mempertajam daerah penyelidikan, lazimnya diperlukan adanya hipotesis.

(Widi,2010:181)

2.1.1 Pengertian Hipotesis Penelitian

Ada banyak definisi hipotesis, yang sebenarnya inti masing-masing definisi

tersebut adalah sama. Berikut adalah beberapa definisi hipotesis yang

dikemukakan beberapa ilmuwan yang dikutip dari Kumar (2005).

(Widi,2010:183-184)
4

Menurut kerlinger, hipotesis adalah pernyataan terkaan terhadap suatu hubungan

dua atau lebih variabel.

Dalam webster”s New International Dictionary of English Language, hipotesis

didefinisikan sebagai sebuah proposisi, kondisi atau prinsip yang diduga, yang

mungkin tidak benar-benar diyakini, untuk menarik suatu konsekuensi logis dan

dengannya diaplikasikan suatu metode untuk menguji kesesuaiannya terhadap

fakta.

Black and Champion mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan sementara

tentang sesuatu hal yang mana kebenarannya belum diketahui.

Menurut Bailey, hipotesis adalah suatu proposisi yang dinyatakan dalam bentuk

yang dapat diuji dan memperkirakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dengan kata lain, jika seseorang berpendapat bahwa ada dua atau lebih variabel,

maka orang tersebut pertama kali menyatakannya sebagai hipotesis dan kemudian

menguji hipotesis.

Grinnell dan Stothers mengungkapkan bahwa hipotesis dinyatakan sedemikian

rupa sehingga bisa jadi dapat terbukti kebenarannya atau sebaliknya melalui data

yang valid dan terukur.

Hipotesis merupakan pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara

empirik (Iskandar,2008:56). Sebab, hipotesis masih bersifat dugaan, belum

merupakan pembenaran atas jawaban masalah penelitian. Justru penelitian

dilakukan untuk mencari jawaban yang sebenarnya atas hipotesis yang

dimunculkan peneliti.(Musfiqon,2012:46)
5

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di

mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono,2015:96)

Menurut Mohamad Ali (1985: 48), hipotesis adalah rumusan jawaban sementara

yang harus diuji melalui kegiatan penelitian. Sementara menurut Sudjana (2005:

219), hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat

untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.

Maka dapat disimpulkan hipotesis merupakan asumsi atau dugaan sementara yang

kebenarannya harus diuji melalui penelitian yang sifatnya objektif.

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan

pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis,

tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya, hipotesis tersebut

akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

(Sugiyono,2015:96)

Dalam hal ini, perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis

statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas.

Selanjutnya hipotesis itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika

penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik.

(Sugiyono,2015:96-97)
6

Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian, tetapi tidak ada

hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan

terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak akan ada hipotesis statistik. Ingat bahwa

hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis

yang akan diuji ini dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah

hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang

dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang

digunakan masih diragukan kehandalannya. (Sugiyono,2015:97)

Agar lebih mudah memahami pengertian hipotesis, ada beberapa sumber lain

yang menyebutkan pengertian hipotesis adalah: (Sangadji,2010:90)

1. F.M., Andrews, et al. L. (2001) menyebutkan bahwa “hipotesis adalah suatu

jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti

melalui data yang terkumpul”.

2. J.W, Buckley et al. M.H. (2006) mendefinisikan bahwa “hipotesis adalah suatu

bentuk pernyataan yang sederhana mengenai harapan peneliti akan hubungan

antara variabel-variabel dalam suatu masalah untuk diuji dalam penelitian”.

3. Kerlinger (2006) mendefinisikan “hipotesis adalah pernyataan dugaan

(conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih”.

Dari beberapa pendapat tadi, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pengertian

hipotesis adalah: (Sangadji,2010:90)

1. Jawaban sementara (tentatif) terhadap masalah yang diajukan


7

2. Telah memiliki kebenaran, tetapi baru merupakan kebenaran taraf teoritis atau

kebenaran logis (logical validity, deductive validity)

3. Membutuhkan pembuktian atau pengujian (empirical validity, statistical

validity)

Secara umum, dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah penjelasan atau pernyataan

yang disarankan tentang suatu fenomena, atau suatu usulan penjelasan yang

beralasan tentang kemungkinan adanya hubungan antar fenomena. Dengan

demikian, dari definisi-definisi di atas, satu hal yang dapat ditarik dari pengertian

hipotesis adalah bahwa hipotesis merupakan proposisi sementara, kebenarannya

belum diketahui dan dalam banyak kasus menunjukkan suatu hubungan antara

dua atau lebih variabel. (Widi,2010:184)

Hipotesis dapat berbentuk model matematika, yaitu suatu bahsa matematika yang

menggambarkan sebuah sistem, ataupun berbentuk pernyataan yang menjelaskan

atau menyatakan suatu dugaan terhadap suatu hubungan antar variabel.

(Widi,2010:184)

Hipotesis ditarik dari serangkaian fakta yang muncul sehubungan dengan

masalah yang diteliti. Dari fakta dirumuskan hubungan antara satu dengan yang

lain dan membentuk suatu konsep, yang merupakan abstraksi dari hubungan

antara berbagai fakta. Selanjutnya konsep disusun dalam bagan konsep

(conseptual sheme). Dari sini peneliti menarik kesimpulan dalam bentuk yang

masih sementara dan harus dibuktikan kebenarannya (hipotesis) sebagai titik tolak

dari pelaksanaan penelitian.


8

Memperoleh fakta untuk perumusan hipotesis dapat ditempuh dengan tiga cara,

yakni:

1. Memperoleh sendiri dari sumber aslinya; fakta semacam ini diperoleh dari

pengalaman langsung dengan suatu kesadaran akan pentingnya fakta dalam

bentuk yang asli, sehingga dia tidak akan berusaha untuk melakukan perubahan

atau penafsiran dari keaslian fakta yang diperoleh.

2. Fakta yang diidentifikasi dengan cara menggambarkan atau menafsirkannya

dari sumber yang asli, namun masih berada di tangan orang yang

mengidentifikasi tersebut, sehingga masih dalam bentuknya yang asli.

3. Fakta yang diperoleh dari orang mengidentifikasi dengan jalan menyusunnya

dalam bentuk penalaran abstrak, yang merupakan simbol berpikir sebagai

generalisasi dari hubungan antara berbagai fakta.

Dalam bentuk yang bagaimanapun, fakta sangat penting dalam penelitian,

terutama dalam perumusan hipotesis. Hipotesis merupakan kesimpulan yang

ditarik berdasarkan fakta yang ditemukan; dan hal ini sangat berguna untuk

dijadikan dasar membuat kesimpulan penelitian.

Meskipun sifatnya yang hampir menyerupai suatu ramalan, namun hipotesis

bukan sekedar “ramalan”, melainkan ramalan yang berdasarkan suatu hasil serta

problematik yang timbul dari penelitian pendahuluan, hasil renungan pemikiran

yang logis dan rasional, atau atas dasar suatu teori ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Oleh karena itu jelaslah bahwa fakta

sangat berpengaruh terhadap rumusan hipotesis yang dibuat.


9

Kalau dilihat dari sudut hipotesis sebagai suatu kesimpulan yang menjadi jawaban

sementara yang akan dibuktikan kebenarannya sebagaimana diuraikan di atas,

jelaslah kiranya bahwa suatu hipotesis adalah semacam petunjuk yang dapat

mengarahkan untuk melakukan penelitian, baik dalam penyusunan rancangan

penelitian, pelaksanaan pengumpulan data, pengolahan data, serta dalam membuat

generalisasi.

Oleh karena itu suatu hipotesis walaupun sifatnya yang masih merupakan

kesimpulan sementara, namun perumusannya tidak boleh dilakukan dengan

semena-mena; melainkan harus mempunyai dasar ilmiah dan rasional, sehingga

mencerminkan suatu landasan titik tolak dalam menempuh langkah penelitian

yang sistematis.

2.1.2 Jenis-Jenis Hipotesis Penelitian

2.1.2.1 Hipotesis penelitian

Sesuai dengan tiga bentuk dari permasalahan penelitian maka juga ada tiga bentuk

dari hipotesis penelitian, yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif dan

hipotesis asosiatif. Untuk penelitian-penelitian di bidang ekonomi sering

mahasiswa melakukan penelitian untuk menyusun skripsinya dengan

permasalahan yang bersifat deskriptif. Seperti:

Apakah sistem pembayaran gaji karyawan suatu perusahaan sejenis sudah sesuai

dengan UMR?
10

Hipotesis penelitiannya:

Sebanyak 75% dari perusahaan sudah membayar gaji karyawan sesuai dengan

UMR.

Penelitian tersebut meskipun masalahnya sangat sederhana penting untuk

dilakukan dalam melihat kinerja para pimpinan perusahaan dalam memenuhi

hukum perburuhan. Penelitian untuk skripsi mahasiswa bidang pendidikan jarang

didasarkan pada permasalahan deskriptif, kebanyakan bertitik tolak dari

permasalahan komparatif dan sosiatif.

Contoh:

1) Siswa dari suatu kelas yang diajarkan dengan metode A, akan berbeda hasil

belajarnya dari siswa yang diajarkan dengan metode B.

2) Terdapat hubungan yang positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa di perguruan tinggi.

Kedua hipotesis penelitian memerlukan pengujian secara empirik. Dari hipotesis

yang pertama menyatakan tentang hasil belajar rata-rata dalam dua kelompok,

yaitu skor rata-rata tes hasil belajar yang menggunakan metode A dan skor rata-

rata yang diajarkan dengan metode B.

Untuk hipotesis kedua menyatakan skor motivasi belajar dan prestasi belajar dari

setiap mahasiswa di suatu perguruan tinggi. Maolani dkk (2015:34-35)


11

2.1.2.2 Hipotesis Statistik

Menurut Maolani dkk (2015:35-39) ada dua hipotesis yang digunakan dalam

pengujian dengan statistik, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.

1) Hipotesis Nol

Dalam pengujian dengan statistik, suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya

disebut hipotesis nol. Kata nol berarti tidak ada beda, tidak ada hubungan,

atau tidak ada efek situasi. Hipotesis nol disebut juga hipotesis nihil.

Contoh hipotesis nol:

Ho ∶ 𝜇𝐴 = 𝜇𝐵

Artinya: Mean populasi kelompok A tidak berbeda dengan kemlompok B.

Ho : Hipotesis nol

𝜇𝐴 : Rerata atau mean dari skor kelompok A

𝜇𝐵 : Rerata atau mean dari skor kelompok B

2) Hipotesis Alternatif

Notasi untuk hipotesis ini adalah H1 atau Ha. Hipotesis alternatif disebut juga

hipotesis tandingan atau hipotesis kerja.

Contoh hipotesis:

H1 ∶ 𝜇𝐴 ≠ 𝜇𝐵

Ha ∶ 𝜇𝐴 ≠ 𝜇𝐵

Berarti: Mean skor kelompok A tidak sama dengan mean skor kelompok B.
12

Hipotesis nol dan hipotesis kerja yang dijelaskan di atas, disebut tidak berarah,

karena tidak menyatakan skor rerata dari kelompok mana yang lebih besar atau

lebih kecil. Untuk hipotesis berarah maka hipotesis penelitiannya sedikit berbeda.

Seperti untuk contoh penelitian yang pertama (contoh 1) maka bunyinya adalah:

Siswa dari suatu kelas yang diajar dengan metode A hasil belajarnya lebih tinggi

dari yang diajar denga metode B.

Untuk hipotesis nol, penulisannya sama seperti yang telah dituliskan di atas tapi

hipotesis kerjanya berbeda karena hipotesisnya sudah berarah.

Hipotesis statistiknya:

Ho ∶ 𝜇𝐴 = 𝜇𝐵

H1 ∶ 𝜇𝐴 > 𝜇𝐵

Jadi hipotesis alternatifnya adalah mean skor kelompok A lebih tinggi dari mean

skor kelompok B.

Contoh hipotesis penelitian yang ke-2 yaitu: terdapat hubungan yang positif antara

motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi, hipotesis

ini sudah berarah, jadi hipotesis statistiknya:

Ho ∶ Pxy = 0

H1 ∶ Pxy > 0

Dimana: X = Motivasi belajar mahasiswa

Y = Prestasi belajar (IP)

Ho = Tidak ada hubungan antara X dengan Y

H1 = Ada hubungan yang positif antara X dengan Y


13

Karena hubungannya positif maka bila skor X naik maka skor Y naik pula.

Perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa hipotesis statistik itu ada, bila penelitian

bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak

ada hipotesis statistik.

Jadi yang dipelajari adalah data sampel. Dugaan apakah data sampel itu dapat

diberlakukan/digeneralisasikan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik. Jadi

untuk penelitian tersebut terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.

Hipotesis statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang

diuji dengan data sampel dapat digeneralisasikan ke populasi.

Dengan pembuktian/pengujian ini akan muncul istilah signifikansi, taraf

kesalahan dan kepercayaan dari pengujian. Teknik statistik yang digunakan untuk

menguji hipotesis statistik adalah statistik inferensial dan statistik yang bekerja

dengan data populasi adalah statistik deskriptif (pelajari lebih lanjut pada buku

statistik).

Catatan: Untuk penelitian yang dilakukan mahasiswa dalam penyusunan skripsi

biasanya bekerja pada sampel untuk menghemat biaya penelitian.

Dalam suatu penelitian langkah kedua yang penting setelah merumuskan masalah

adalah penyusunan hipotesis. Oleh karena itu, bagaimana langkah-langkah dalam

menyusun hipotesis akan dibahas tersendiri dalam Bab III.


14

Sedangkan menurut Menurut Mohamad Ali (1985: 50-52), jenis-jenis rumusan

hipotesis dalam penelitian kependidikan dapat digolongkan pada dua macam,

yaitu:

2.1.2.3 Hipotesis kerja

Suatu hipotesis yang dirumuskan dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang

peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul, dinamakan hipotesis kerja.

Hipotesis kerja disebut juga dengan hipotesis penelitian, dan biasanya tidak

menggunakan analisis data statistik.

Rumusannya menggunakan pernyataan “jika ..., maka ...”. Artinya, jika suatu

faktor terdapat pada suatu situasi, maka ada akibat tertentu yang dapat

ditimbulkannya. Meskipun rumusan hipotesis kerja adalah sebagaimana tersebut

di atas, namun demikian rumusan semacam itu bukan satu-satunya bentuk, karena

dalam rumusan hipotesis, hal yang paling penting diperhatikan adalah bahwa

rumusan hipotesis harus dapat memberi penjelasan tentang kedudukan masalah

yang diteliti, sebagai suatu bentuk kesimpulan yang akan diuji. Oleh karena itu

penggunaan rumusan yang berbeda dengan rumusan di atas masih bisa

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

2.1.2.4 Hipotesis nol

Hipotesis nol atau disebut juga dengan hipotesis statistik biasanya dibuat untuk

menyatakan suatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang berarti

antara dua kelompok atau lebih tentang suatu hal yang dipermasalahkan. Suatu
15

hipotesis yang dirumuskan dengan “tidak ada perbedaan antara hasil belajar siswa

dan siswi dalam bidang studi matematika di suatu SD” misalnya, berarti bahwa

hasil belajar siswa dan siswi SD yang bersangkutan dalam bidang studi

matematika menunjukkan kesamaan. Bila hal ini dirumuskan dengan rumus

“selisih” akan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa selisih hasil belajar siswi

akan saa dengan nol. Bila dirumuskan dengan persamaan, maka hasil belajar

siswa sama dengan hasil beajar siswi, sehingga bila diuji dengan metode statistika

akan tampak apabila rumusan hipotesis dapat diterima, dapat disimpulkan

sebagaimana rumusan hipotesisnya, dan sebaliknya, bila rumusan hipotesis

ditolak, maka ada alternatif lain yang timbul karena penolakan hipotesis. Itulah

sebabnya maka setiap rumusan hipotesis nol biasanya dipertentangkan dengan

rumusan hipotesis alternatif, sebagai kemungkinan ditolaknya hipotesis nol.

Penggunaan lambang untuk hipotesis nol adalah H0, sedangkan hipotesis alternatif

adalah Ha atau dalam buku Metoda Statistika karangan Sudjana disimbolkan

dengan H1. Demikian misalnya hipotesis nol: tidak ada perbedaan antara hasil

belajar siswa (X) dengan siswi (Y), secara statistik dapat dituliskan H0: X-Y=0

atau H0: X=Y. Lalu hipotesis alternatifnya H1: X-Y≠0 atau H1: X<Y atau H1:

X>Y.

Rumusan hipotesis dalam bentuk bagaimanapun dapat dibedakan menjadi

hipotesis utama dan hipotesis penunjang. Hipotesis utama menunjukkan induk

hipotesis, sedangkan hipotesis penunjang adalah anak hipotesis yang dapat

menunjang pada hipotesis induk. Oleh karena itu dalam menguji hipotesis, hal ini

sangat penting untuk diperhatikan, karena pada hakekatnya pengujian terhadap


16

hipotesis penunjang adalah menguji terhadap hipotesis utama. Maka, dalam

perumusannya pun hipotesis penunjang harus sejalan dengan hipotesis utama.

Sedangkan menurut Gumantri dkk (2016:170-173) setidaknya ada enam hipotesis

yang dapat kita jumpai. Keenam jenis hipotesis tersebut dijelaskan secara singkat

sebagai berikut:

1. Hipotesis berbentuk pertanyaan

Hipotesis berbentuk pertanyaan merupakan jenis hipotesis paling sederhana.

Hipotesis jenis ini belum mampu secara tegas menggambarkan apa yang akan

dicapai oleh peneliti. Contoh dari hipotesis jenis ini adalah sebagai berikut:

“Apakah ada interaksi signifikan atau jadwal evaluasi dengan hasil

pembelajaran?” atau “Apakah jadwal evaluasi dan hasil pembelajaran

berkorelasi signifikan?”.

2. Hipotesis induktif

Hipotesis induktif adalah suatu hipotesis yang dibuat dengan melakukan

generalisasi atas suatu pengamatan (observasi). Jenis hipotesis ini biasanya

dilakukan untuk menjawab suatu pertanyaan permasalahan dengan dasar

pengamatan terhadap sejumlah sampel. Artinya, dengan hanya meneliti sejumlah

elemen suatu populasi, peneliti membuat suatu hipotesis yang di harapkan

hasilnya dapat digeneralisasikan untuk semua anggota elemen atau populasinya.


17

3. Hipotesis Deduktif

Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang diturunkan atau dikembangkan dari teori

yang ada yang mana teori tersebut telah didukung oleh bukti-bukti empiris.

Artinya, sebelum peneliti mengajukan hipotesis tersebut, yang bersangkutan harus

mampu menyajikan dan melengkapi bukti-bukti mendukung. Bisa jadi bukti-bukti

yang ada tidak selalu mendukung teori yang dijadikan acuan, melainkan justru

menyangkal atau menolak atau bisa juga hipotesis yang diajukan merupakan

pengembangan dari temuan yang ada. Hipotesis jenis ini banyak dijumpai dalam

ilmu sosial yang memang memiliki gejala ketidakstabilan atau ketidak-

konsistenan hasil. Hal ini memang wajar dalam ilmu sosial, karena objek

penelitian ilmu sosial kebanyakan adalah manusia atau sgala sesuatu yang terkait

langsung dengan manusia. Karena perilaku manusia bisa berbeda-beda, hasil

penelitian yang menyelidiki manusia juga tidak dapat dijamin persis sama.

4. Hipotesis statistik atau hipotesis nol

Hipotesis statistik atau hipotesis nol menyatakan suatu dugaan dengan

mengekspresikan hubungan atau perbedaan antara variabel yang diteliti dalam

bentuk kalimat dengan kata tidak ada. Selain itu, hipotesis statistik juga

memungkinkan untuk menyatakan suatu hubungan atau perbedaan dalam bentuk

yang belum pasti. Artinya, hubungan atau perbedaan suatu variabel yang diteliti

memiliki kemungkinan untuk ada dan tidak adanya hubungan atau perbedaan

tersebut.
18

Contoh dari hipotesis nol adalah “Tidak ada perbedaan yang signifikan nilai mata

kuliah statistik antara mahasiswa yang mengikuti kursus tambahan dan mahasiswa

yang tidak mengikuti kursus tambahan”.

5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian sering juga disebut sebagai hipotesis riset (Research

hypothesis) atau disebut juga sebagai hipotesis alternatif (Alternate hypothesis)

dinyatakan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hipotesis ini merupakan lawan

atau kebalikan dari hipotesis statistik, dimana hipotesis statistik dinyatakan dalam

bentuk null (null form atau null hypothesis).

Ciri khusus dari hipotesis penelitian adalah dalam menyatakannya sering

digunakan kata ada, baik ada pengaruh ataupun ada hubungan, sementara untuk

hipotesis nol ekspresinya dalam bentuk kalimat yang di dalamnya ada kata tidak

adak. Dalam hal ini hipotesis penelitian menyatakan hubungan atau perbedaan

yang di harapkan antara dua variabel. Dengan kata lain, hubungan apa yang

diharapkan oleh peneliti untuk diverifikasi melalui pengumpulan data dan

analisisnya.

6. Hipotesis Tidak Terarah

Hipotesis tidak terarah merupakan hipotesis yang mengindikasikan bahwa suatu

hubungan atau perbedaan muncuk tanpa secara tegas menunjukkan arah hubungan

atau ada tidaknya perbedaan. Artinya, hipotesis jenis ini tidak secara eksplisit

menyatakan bentuk hubungan dari variabel-variabel yang diteliti.


19

2.1.3 Syarat-syarat Hipotesis Penelitian

Suatu hipotesis penelitian tidak dapat dibuat dengan semena-mena, hal itu

dimaksudkan agar diperoleh hipotesis yang baik dan relavan. Oleh sebab itu

peneliti harus memerhatikan apa saja yang menjadi acuan dalam membuat

hipotesis. Menurut Winarno Surachmad (1978: 39), dalam bukunya yang berjudul

Dasar Teknik Research, Pengantar Metodologi Ilmiah, ciri-ciri hipotesis yang

baik ada tiga, yaitu:

1. Hipotesis harus tumbuh dari atau ada hubungannya dengan lapangan ilmu

pengetahuan yang sedang dijelajah oleh penyelidik. Bila ini tidak demikian,

maka hipotesa akan tetap merupakan pertanyaan yang sama sekali tidak

fungsional.

2. Hipotesa harus dapat diuji. Hipotesis yang baik senantiasa menunjukkan

variabel-variabel yang dapat diukur dan dibanding-bandingkan. Bila tidak

demikian, maka sukar dapat dicapai hasil yang objektif.

3. Hipotesa harus sederhana dan terbatas. Kesederhanaan ini dimaksudkan untuk

Mengurangi salah paham yang timbul dari perbedaan-perbedaan pengertian,

dan sifat terbatas yang dimaksudkan sebagai penjelasan mengenai luas dan

dalamnya masalah yang diselidiki.

Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 106) hipotesis dikatakan baik apabila

memenuhi karakteris-karakteristik berikut:

1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan

variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan


20

antara dua variabel atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak

dirumuskan)

2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai

penafsiran.

3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Harga terakhir suatu hipotesis tidak dapt dinilai sebelum melakukan pengujian

empiris, namun ada beberapa kriteria tertentu yang dapat memberika ciri hipotesis

yang baik menurut Donald Ary et al. dalam Sudaryono (2016: 205), yaitu :

1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas.

2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara

variabel-variabel.

3. Hipotesis harus dapat diuji.

4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.

5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut Gumanti dkk. (2016: 167) hipotesis sebagai bagian dari

konsep penelitian, harus memiliki beberapa syarat tertentu agar dapat dikatakan

hipotesis yang baik. Berikut adalah uraian tentang syarat-syarat utama dari suatu

hipotesis :

1. Hipotesis adalah suatu konsep. Artinya, hipotesis dibangun dari konsep yang

matang dan bersumber dari teori dan/atau bukti empiris.


21

2. Hipotesis adalah pernyataan yang verbal yang dinyatakan dalam bentuk

deklaratif. Artinya, hipotesis adalah ekspresi verbal dari suatu ide atau

konsep.

3. Hipotesis adalah refrensi empiris. Artinya, hipotesis mengandung sejumlah

referensi empiris yang mengindikasikan hubungan tentative antara dua atau

lebih variabel.

4. Hipotesis adalah referensi kedepan dan masa depan. Artinya, hipotesis harus

berorientasi pada masa depan yang memverifikasi hasil temuan, bukan

merupakan bukti atau informasi lalu.

5. Hipotesis adalah ujung dari penelitian ilmiah. Artinya, hipotesis harus

mencerminkan semua aktivitas peneliti yang didesain untuk diverifikasi.

2.1.4 Manfaat Hipotesis Penelitian

Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa untuk melaksanakan sebuah

penelitian memerlukan hipotesis, namun sekali lagi, keberadaan hipotesis

bukanlah suatu hal yang sangat esensial. Namun demikian, hipotesis sangatlah

penting dalam hal membawa kejelasan terhadap masalah penelitian. Hal ini dapat

digambarkan seperti pada gambar 2.1.4.1 yang mana dugaan atau asumsi dapat

membawa dan mengarahkan seseorang untuk mengumpulkan data yang

diperlukan dan menganalisisnya dengan lebih baik. (Widi,2010:185)


22

Mengungkapan Mengumpulkan data Analisa data untuk


dugaan, asumsi yang diperlukan menyimpulkan kebenaran
dugaan

Gambar 2.1.4.1. Proses Pengujian Hipotesis

Dengan demikian, hipotesis dapat bermanfaat dalam hal : (Widi,2010:185)

 Penyusunan hipotesis membuat studi atau penelitian lebih fokus. Hipotesis

mengarahkan secara lebih spesifik terhadap permasalahan penelitian yang

diselidiki.

 Hipotesis dapat memberikan arahan tentang data apa yang harus dikumpulkan

dan data apa yang tidak perlu dikumpulkan, sehingga sekali lagi akan

memberikan manfaat agar peneliti fokus terhadap studinya.

 Karena studi atau penelitiannya fokus, penyusunan hipotesis meningkatkan

obyektifitas penelitian.

 Adanya hipotesis memungkinkan seseorang untuk menambahkan suatu

rumusan teori.

 Adanya hipotesis memungkinkan seseorang menyimpulkan secara spesifik

tentang apa yang benar dan apa yang salah.

William Glenn (1994) menyatakan bahwa keberhasilan suatu hipotesis atau

manfaatnya terhadap ilmu pengetahuan bukan terletak pada diterimanya

kebenarannya, atau karena kekuatannya untuk menggantikan, menguatkan atau

mengurangi ide dari pendahulu, namun lebih pada perannya dan kemampuannya

dalam menstimulasi atau merangsang penelitian yang hendak menjelaskan suatu


23

dugaan, perkiraan dan suatu bentuk kesamaran dan ketidakjelasan.

(Widi,2010:185-186)

Setiap hipotesis yang baik dan bermafaat selalu dapat memperkirakan sesuatu

secara logis dan ilmiah. Hipotesis dapat memperkirakan suatu dampak dan hasil

dari penelitian baik secara eksperimental di laboratorium, observasi maupun

secara alami. Suatu perkiraan atau prediksi secara statistika dapat berupa suatu

kemungkinan-kemungkinan. (Widi,2010:186)

Jika dampak atau hasil penelitian belum diketahui, itulah yang disebut sebagai

hipotesis. Namun bila dampak atau hasil penelitian sudah dapat diketahui, maka

hal tersebut disebut sebagai konsekuen. (Widi,2010:186)

Jika suatu prediksi atau hipotesis tidak dapat dibuktikan baik melalui pekerjaan

eksperimen (di laboratorium atau di lapangan) maupun observasi dan metode-

metode yang lainnya, maka hipotesis tersebut menjadi tidak berguna terhadap

suatu metode, dan harus menunggu hingga terdapat metode atau peralatan yang

mampu membuktikan dan menguji hipotesis tersebut, atau bahkan mungkin

merevisi hipotesis tersebut. Sebagai contoh, jika sebuah hipotesis memrlukan

peralatan dan teknologi terkini untuk pengujiannya, maka hipotesis tersebut hanya

dapat diuji jika telah tersedia peralatan dan teknologi tersebut. (Widi,2010:186)

Cukup jelas bahwa hipotesis adalah alat yang penting dan mutlak perlu dalam

penelitian ilmiah. Ada tiga alasan utama yang menopang pandangan demikian.

(Sangadji,2010:95)
24

1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai peranti kerja teori.

Hipotesis dapat dirunut atau dijabarkan dari teori dan dari hipotesis lain.

2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya.

Fakta-fakta yang terisolasi tidaklah diuji dengan cara yang penulis nyatakan

sebelum ini. Yang diuji hanyalah relasi (hubungan) karena hipotesis adalah

proposisi relasional. Inilah kiranya yang merupakan alasan utama hipotesis

digunakan dalam telaah ilmiah. Pada intinya, yang kita susun utnuk menguji

relasi A dengan B adalah prediksi yang terbentuk “Jika A, maka B kita biarkan

faktanya untuk menetapkan probabilitas kebenaran atau kekeliruan hipotesis

kita”.

3. Hipotesis adalah alat yang memiliki daya besar untuk memajukan pengetahuan

karena membuat ilmuwan dapat “keluar” dari dirinya sendiri.

Sungguh pun oleh manusia, hipotesisn itu ada, dapat diuji, dan ditunjukkan

kemungkinan betul atau salahnya dengan cara yang terbebas dari nilai pendapat

manusia.

2.1.5 Fungsi Hipotesis Penelitian

Dalam buku penelitian pendidikan, Hasan (2004) mengemukakan emapat fungsi

hipotesis, yaitu: (Sangadji,2010:91)

1. Hipotesis berfungsi membrikan penjelasan sementara mengenai fenomena

sehingga pengetahuankita bertambah luas dalam salah satu bidang ilmu.

2. Hipotesis berfungsi sebagai suatu pernyataan tentang hubungan yang langsung

dapat diuji melalui penelitian.


25

3. Hipotesis berfungsi sebagai gambaran tujuan yang spesifik, sehingga peneliti

mengetahii data yang diperlukan untuk menguji proposisi.

4. Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja untuk membuat kesimpulan.

Secara garis besar, kegunaan hipotesis sebagai berikut : (Sangadji,2010:91)

1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja

penelitian.

2. Menyiagakan peneliti pada kondisi fakta dan hubungan antarfakta yang kadang

hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3. Sebagai alat sederhana dalam memfokuskanfakta yang tercerai berai tanpa

koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan meyeluruh.

4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar

fakta.

Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung pada :

(Sangadji,2010:91)

1. Pengamatan tajam peneliti

2. Imajinasi serta pemikiran kreatif peneliti

3. Kerangka analisis yang digunakan oleh peneliti

4. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti

2.2 Variabel Penelitian

Kalau ada pertanyaan tentang apa yang anda teliti maka jawabannya berkenaan

dengan variabel penelitian. Jadi variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
26

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono,2015:60)

2.2.1 Pengertian Variabel Penelitian

Definisi variabel penelitian cukup membingungkan peneliti, jika memahami

secara konseptual. Bahkan saat ujian skripsi, tesis, disertasi atau saat presentasi

hasil penelitian, peneliti sendiri seringkali tidak mampu menjelaskan berapa

jumlah variabel dan apa sebenarnya variabel dalam penelitian.

(Musfiqon,2012:44-45)

Variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk

memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena-fenomena.

(Sangadji,2010:133)

Konstrak adalah abstraksi fenomena kehidupan nyata yang diamati. Variabel,

dengan demikian merupakan representasi konstrak yang dapat diukur dengan

berbagai macam nilai. Variabel merupakan antarkonstrak yang abstrak dengan

fenomena nyata. Variabel memberikan gambaran lebih nyata mengenai fenomena

yang digeneralisasi dalam konstrak. (Sangadji,2010:133)

Nazir (2003) mendefinisikan variabel sebagai berikut:

Dalam ilmu-ilmu natura, variabel-variabel yang digunakan umumnya nyata dapat

dimengerti, diraba dan dapat dilihat, sehingga kurang menimbulkan keraguan

akan maknanya. Di lain pihak, variabel atau konstrak yang dibangun dalam ilmu

sosial memerlukan definisi yang jelas supaya tidak terdapat keragu-raguan dan
27

dapat memperjelas arti atau untuk membuat variabel atau konstrak dapat

digunakan secara operasional. (Sangadji,2010:133)

Menurut Yatim Riyanto, variabel adalah gejala yang menjadi objek penelitian

(Riyanto,2011:9). Setiap gejala yang muncul dan dijadikan objek penelitian

adalqh variabel penelitian. Variabel ini memiliki variasi makna dan nilai ketika

sudah diteliti. (Musfiqon,2012:45)

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,

yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek

dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981).

Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan

tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja,

merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk, dan warna

merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian,

kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, dekripsi

pekerjaan, kebijakan, adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan

administrasi pendidikan. (Sugiyono,2015:60)

Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan

variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang

dengan yang lain. Demikian juga prestasi belajar, kemampuan guru juga dapat

dikatakan sebagai variabel karena misalnya prestasi belajar dari sekelompok

murid tentu bervariasi. Jadi, kalau peneliti akan memilih variabel penelitian baik

yang dimiliki obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuwan tertentu, maka
28

harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai

variabel. Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada

sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. (Sugiyono,2015:60)

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstrak atau sifat yang akan

dipelajari. Selanjutnya, Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu

kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

(Sugiyono,2015:61)

Variabel adalah konsep yang mempunyai nilai dan dapat diukur. Perbedaan utama

konsep dengan variabel adalah keterukuran. Artinya, konsep tidak dapat diukur

sedangkan variabel dapat diukur. Sebagai contoh, larutan misalnya adalah suatu

konsep karena larutan tidak mempunyai keragaman nilai. Sebaliknya, konsentrasi

larutan adalah variabel karena memiliki nilai 1M, 200ppm, 35%v/v dan

sebagainya. Demikian juga sifat osmotik larutan adalah variabel karena memiliki

nilai 0,1 atm, 0,6 atm dan sebagainya. (Widi,2010:159)

Sebenarnya, variabel itu adalah totalitas objek penelitian. Totalitas disini meliputi

gejala, fenomena, dan fakta yang akan diteliti. Keseluruhan objek penelitian ini

merupakan wujud variabel dalam penelitian. Dan sejatinya, variabel itu telah

include dalam masalah penelitian. (Musfiqon,2012:45)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan disini bahwa

variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,2015:61)


29

2.2.2 Jenis-Jenis Variabel Penelitian

Menurut Harding dalam Gumanti dkk (2016:139) ia membagi tiga jenis utama

dari variabel, yaitu variabel kategorikal (categorical variable), variabel ordinal

(ordinal variable), dan variabel kardinal (cardinal variable).

Variabel kategorikal adalah variabel yang bisa berbentuk angka-angka yang

diterapkan untuk memberi nilai tetapi tidak memiliki arti, selain hanya sekedar

label. Misalnya, adalah umum untuk mengkode “1” untuk laki-laki dan “0” untuk

wanita, tetapi tidak ada alasan khusus mengapa misalnya kita menggantinya

dengan kode “1” untuk wanita dan “0” untuk laki-laki.

Variabel ordinal merupakan variabel yang berbentuk peringkat. Misalnya,

responden ditanyai untuk menomori aktivitas santai dengan pilihan angka satu

untuk ekspresi yang menunjukkan tingkat paling tidak disukai sampai dengan

angka tujuh untuk ekspresi yang menunjukkan tingkatan paling disukai. Dalam

hal ini, responden diminta untuk mengurutkan saja pilihan yang disediakan.

Variabel kardinal mencerminkan nilai sebenarnya (real value) dari suatu amatan.

Misalnya, tinggi atau berat badan seseorang atau jumlah anak yang dimiliki

sepasang suami istri. Variabel kardinal seringkali dibedakan menjadi dua, yaitu

variabel diskrit (discrete variable) dan variabel kontinu (continus variable).

Variabel diskrit adalah variabel yang memiliki nilai terbatas misalnya jumlah anak

dalam keluarga. Variabel kontinu adalah variabel dimana akan sulit bagi kita

untuk memastikan jika yang mungkin misalnya tinggi badan atau berat badan
30

seseorang. Variabel kardinal juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel

interval dan variabel rasio.

Berikut ini dalam Gumanti dkk (2016:140-142) adalah rangkuman atas jenis-jenis

variabel yang dikenal dalam penelitian:

1. Variabel biner (Binary variable atau Dichotomous variable)

Pengamatan yang terjadi di salah satu dari dua kondisi yang mungkin, sering

dilabeli nol atau satu. Misalnya, ‘meningkat/tidak meningkat’ atau

‘menyelesaikan tugas/gagal menyelesaikan tugas’, atau ‘sehat/sakit’.

2. Variabel kategorikal (Categorical Variable)

Variable kategorikal merupakan variabel bebas atau prediktor yang berisi

nilai-nilai yang menunjukkan keanggotaan di salah satu dari beberapa

kemungkinan kategori. Misalnya, jenis kelamin (laki-laki atau perempuan),

status perkawinan (menikah, single, bercerai, janda). Kategori sering

dinyatakan dalam nilai numerik dengan menggunakan label, misalnya 0=

laki-laki; 1= perempuan. Variabel nominal (Nominal variable) merupakan

sinonim dari variabel kategorikal.

3. Variabel pengganggu (Confounding variable)

Sebuah variabel yang mengaburkan efek variabel lain. Misalnya, jika salah

satu guru menggunakan satu buku bacaan di kelasnya sedangkan instruktur

(guru) lain menggunakan lima buku bacaan di kelasnya, dan siswa masing-

masing kelas diberi tes prestasi untuk melihat seberapa baik mereka
31

membaca, maka variabel bebasnya, yaitu efektivitas guru dan buku pelajaran

akan rancu. Tidak ada cara untuk menentukan apakah perbedaan dalam

membaca antara dua kelas yang disebabkan oleh salah satu atau kedua

variabel bebas.

4. Variabel kontinu (Continus Variable)

Sebuah variabel yang tidak terbatas pada nilai-nilai tertentu (selain dibatasi

oleh akurasi alat ukur). Misalnya, kecepatan sepeda motor, tinggi badan, atau

IQ siswa. Diasumsikan ukuran interval sama untuk bagian yang berbeda.

Variabel interval (interval variable) adalah sinonim dari variabel kontinu.

5. Variabel kontrol (Control Variable)

Variabel kontrol atau kendali merupakan variabel lain untuk tidak menjadi

variabel kunci (utama) untuk diteliti. Peneliti mengontrol variabel ini. Disebut

juga sebagai variabel kovariat.

6. Variabel kriteria (Contro variable)

Variabel yang terbentuk karena efek pendugaan dalam studi

noneksperimental.

7. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi efek pendugaan dalam

studi ekdperimental. Nilai terkait tergantung pada variabel lain, dalam hal ini
32

variabel bebas. Variabel terkait atau variabel tergantung atau variabel

dependen tidak boleh digunakan dalam penelitian noneksperimental.

8. Variabel diskrit (Discrete variable)

Variabel diskrit hanya memiliki nilai-nilai integer. Misalnya, jumlah

percobaan yang dibutuhkan mahasiswa untuk belajar tugas menghafal.

9. Variabel boneka (Dummy variables)

Variabel boneka atau variabel dumi dibuat dengan pengodean ulang variabel

kategorikal yang memiliki lebih dari satu kategori menjadi serangkaian

variabel biner. Misalnya, status perkawinan, jika awalnya berlabel 1 =

menikah, 2 = single, dan 3 = bercerai, menjanda,atau dipisahkan, dapat

didefinisikan dalam dua variabel sebagai berikut: variabel 1, kode 1 = single,

kode 0 = sebaliknya. Variabel 2, kode 1= bercerai, menjanda, atau

dipisahkan, kode 0= sebaliknya.

10. Variabel endogenus (Endogenous variable)

Sebuah variabel yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem yang

dipelajari dan yang ditentukan dari dalam sistem. Sebuah variabel yang

disebabkan oleh variabel lain dalam sistem kausal.


33

11. Variabel eksogenus (Exogenus variable)

Sebuah variabel yang masuk dari dan ditentukan dari luar sistem yang sedang

dipelajari. Sebuah sistem kausal tidak menyatakan apa-apa tentang variabel

eksogen.

12. Variabel bebas (Independent variable Monipulated variable, atau Treatment

variable)

Variabel bebas merupakan variabek yang diduga sebagai penyebab dalam

studi eksperimental. Variabel-variabel lain yang dapat memengaruhi variabel

terikat dikendalikan. Nilai-nilai variabel bebas berada dibawah kendali

eksperimen. Variabel bebas tidak boleh digunakan ketika menggunakan

desain nonexperimental.

13. Variabel penengah (Intervening variable)

Sebuah variabel yang menjelaskan relasi atau menyediakan hubungan sebab

akibat antar variabel lain. Juga disebit sebagai variabel penengah atau varabel

perantara atau variabel mediasi (mediating variable).

Contoh variabel ini adalah hubungan statistik antara pendapatan dan umur

panjang perlu dijelaskan karena hanya memiliki uang tidak membuat

seseorang hidup lama. Variable ini menengahi antara uang dan umur panjang.

Orang dengan pendapatan tinggi cenderung memiliki perawatan medus yang

lebih baik dibandingkan dengan orang dengan pendapatan rendah. Perawatan


34

medis merupakan variabel intervening yang menengahi hubungan antara

pendapatan dan umur panjang.

14. Variabel laten (Latent variable)

Variabel laten merupakan variabel dasar yang tidak dapat diamati. Variabel

ini diduga ada untuk menjelaskan variabel lain, seperti perilaku tertentu, yang

dapat diamati. Contoh: jika tidak mengamati catatan pemungutan suara

anggota DPR untuk anggaran militer, kupon makanan, penegakan hukum,

dan mempromosikan investasi bisnis, kita mungkin menemukan pola yang

mendasari yang dapat dijelaskan dengan mendalilkan variabel laten seperti

konservarisme dan lieberalisme.

15. Variabel manives (Manifest variable)

Variabel manives merupakan variasi amatan yang diasumsikan

mengindikasikan keberadaan variabel laten. Juga dikenal sebagai variabel

indikator. Kita tidak bisa mengamati kecerdasan secara langsung, karena

kecerdasan adalah variabel laten. Kita dapat melihat indikator seperti sukses

dalam pekerjaan seseorang, skor tes IQ, atau kemampuan menulis.

16. Variabel moderasi (Moderating variable)

Sebuah variabel yang memengaruhi, atau menoderasi, hubungan antara dua

variabel yang menghasilkan efek interaksi.


35

17. Variabel ordinal (Ordinal variable)

Sebuah variabel yang digunakan untuk menentukan peringkat sampel

indicidu sehubungan dengan beberapa karakteristik, namun berbeda (yaitu,

interval) dan berbagai ukuran skala yang belum tentu sama. Contoh:

kecemasan mugkin dinilai pada slaka “tidak ada”,”ringan”, “moderat”, dan

“berat”, dengan nilai-nilai numerik dari 0,1,2,3. Seseorang pasien dengan

skor kecemasan 1 dianggap kurang gelisah daripada pasien dengan skor 3,

tetapi pasien dengan skor 0 dan 2 tidak harus memiliki perbedaan yang sama

dalam kecemasan pasien dengan skor 1 dan 3.

18. Variabel luaran (Outcome variable)

Merupakan variabel yang muncuk sebagai efek dugaan dalam studi non

eksperimental. Variabel ini termasuk kedalam variabel kriteria merupakan

sinonim dari variabel luaran.

19. Variabel polikotomus (Polychotomous variable)

Variabel yang dapat melihat lebih dari dua nilai yang mungkin. Sebenarnya,

variabel ini termasuk kedalam variabel biner. Biasanya kategorikal yang

memiliki lebih dari dua kategori.

20. Variable prediktor ( Predictor variable)

Dianggap sebagai ‘penyebab’ pada penelitian non-eksperimental. Sering

digunakan dalam studi korelasional. Misalnya, nilai mata kukiah Statistik


36

dapat memprediksi IPK semester pertama mahasiswa. Nilai mata kuliah

Statistik adalah variabel prediktor.

Menurut Sudaryono (2016:49-53) berdasarkan fungsinya variabel dapat

dikelompokkan kedalam:

1. Variabel bebas (indenendent variable atau predictor) dan Variabel terikat

(dependen variable atau criterion variable)

Variabel independen: variebel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau

yang yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel yang

dependen (terikat).

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

memengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung)

adalah variabel yang dijeaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Misalnya suatu riset bertujuan untuk menguji pengaruh biaya

promosi terhadap pendapatan suatu produk detergen.

Disini, terdapat satu variabel independen yaitu biaya promosi dan satu

variabel dependen yaitu pendapatan. Variabel dependen sering disebut

sebagai variabel output, kritesa, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering

kali disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Contoh

pendapatan, dalam hal ini menjadi fenomenanya. Selain satu variabel


37

independen, banyak riset yang ditunjukan untuk menguji pengaruh biaya

promosi, biaya distribusi, dan biaya produksi terhadap pendapatan. Disini

terdapat tiga variabel bebas.

Semakin tinggi kualitas pelayanan, maka diduga semakin tinggi loyalitas

konsumen. Oleh karena, kualitas pelayanan merupakan variabel bebas dan

kepuasan konsumen merupakan variabel terkait.

2. Variabel moderating (moderating variable)

Variabel moderator adalah variabel yang memengaruhi (memperkuat dan

memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.

Variabel disebut juga sebagai variabel independen kedua. Hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen kadang-kadang dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel lain ini dapat memperlemah atau memperkuat arah

hubungan antara variabel independen dan dependen.

Variabel ini juga dapat mengubah nilai hubungan dari positif ke negatif atau

sebaliknya. Misal, hasil belajar mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi belajar

mereka. Artinya, makin besar motivasi belajar akan semakin baik pula hasil

belajar mereka, atau sebaliknya. Sikap dosen dalam hal ini dapat dijadikan

contoh sebagai variabel moderating-nya. Sikap dosen yang tegas dipandang

oleh mahasiswa sebagai sikap yang positif. Sikap tegas dapat memotivasi

belajar mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, jika sikapnya arogan maka

dipandang oleh mahasiwa sebagai sikap yang negatif. Arogan dapat membuat

motivasi belajar mahasiswa menurun, misalnya mahasiswa absen kuliah.


38

Akibatnya, hasil belajar mahasiswa pun menjadi buruk Sugiyono dalam

Sudaryono (2016:51).

3. Variabel intervening (intervening variable)

Variabel intervening merupakan variabel yang berada di antara variabel bebas

dan variabel terikat, sehingga sebelum variabel bebas memengaruhi variabel

terikat, terlebih dahulu akan melalui variabel intervening. Variabel

intervening adalah variabel yang memengaruhi hubungan langsung antara

variabel independen dan variabel dependen, sehingga terjadi hubungan yang

tidak langsung.

Artinya, variabel intervening merupakan variabel yang terletak di antara

variabel-variabelindependen dan dependen, sehingga variabel independen

tidak langsung menjelaskan atau memengaruhi variabel dependen.

4. Variabel kontrol

Menurut Darmadi dalam Sudaryono (2016:53) variabel kontrol adalah

variabel yang dikendalikan sehingga tidak memengaruhi variabel bebas dan

terikat. Jadi yang dimaksud dengan variabel kendali atau kontrol adalah

variabel yang diusahakan untuk dinetralisasi oleh peneliti. Dampak variabel

kontrol atau variabel kendali ini dilakukan dengan cara melakukan eliminasi

(pembatasan), menyamakan kelompok, dan randomisasi atau pengacakan.

2.2.3 Hubungan Antar Variabel Penelitian


39

2.2.3.1 Paradigma Penelitian

Dalam penelitian kuantitatif yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala

itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat),

maka peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada beberapa

variabel saja. Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut

selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian. (Sugiyono, 2015: 66)

Jadi paradigma penelitian dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang

menunjukkan hubungan antara yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan

jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, Teori

yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang

akan digunakan. Berdasarkan hal ini maka bentuk-bentuk paradigma atau model

penelitian kuantitatif khususnya untuk penelitian survey seperti penjelasan

berikut:

1. Paradigma Sederhana

Sugiyono (2015: 66) mengemukakan bahwa paradigma sederhana merupakan

paradigma penelitian yang terdiri atas satu variable independen (bebas) dan

dependen (tergantung). Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Paradigma Sederhana


40

Contoh 1 : X = Kualitas guru, dan

Y= Prestasi belajar murid.

Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan :

a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu, yaitu :

1) Rumusan masalah deskriptif (dua)

a) Bagaimana X? (kualitas guru)

b) Bagaimana Y? (prestasi belajar murid)

2) Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)

a) Bagaimanakah hubungan atau pengaruh kualitas alat (kualitas guru)

dengan kualitas barang (kualitas siswa) yang dihasilkan?

b. Teori yang digunakan ada dua, yaitu teori tentang media pendidikan dan

prestasi belajar.

c. Hipotesis yang digunakan ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis

asosiatif. Pada umumnya hipotesis deskriptif sering tidak dirumuskan).

1) Dua hipotesis deskriptif : (jarang dirumuskan dalam penelitian)

a) Kualitas media yang digunakan oleh lembaga pendidikan tersebut telah

mencapai 70% baik.

b) Prestasi belajar siswa lembaga pendidikan tersebut telah mencapai 99%

dari yang diharapkan.

2) Hipotesis asosiatif :

Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas media pendidikan

dengan prestasi belajar murid. Hal ini berarti bila kualitas media

pendidikan ditingkatkan, maka prestasi belajar murid akan meningkat pada


41

gradasi yang tinggi (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji

hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut

diambil).

d. Teknik analisis data

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan

mudah ditentukan teknik statistic yang digunakan untuk analisis data dan

menguji hipotesis.

1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio,

maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sample.

2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data ke dua variable berbentuk interval atau

ratio, maka menggunakan teknik Statistik Korelasi Product Moment.

Contoh 2 : X = Iklan, dan

Y= Volume penjualan.

Berdasarkan paradigma tersebut, maka dapat ditentukan :

a. Jumlah rumusan masalah deskriptif ada dua, dan asosiatif ada satu, yaitu :

1) Rumusan masalah deskriptif (dua)

a) Bagaimana X? (iklan)

b) Bagaimana Y? (volume penjualan)

2) Rumusan masalah asosiatif/hubungan (satu)

a) Bagaimana (atau berapa besar) hubungan atau pengaruh iklan terhadap

volume penjualan?

b. Teori yang diperlukan oleh peneliti ialah teori mengenai iklan dan penjualan.
42

c. Hipotesis penelitian yang digunakan adalah hipotesis asosiatif :

Ada hubungan antara iklan dengan penjualan.

d. Teknik analisis data :

Untuk melihat antara hubungan X dan Y dapat digunakan korelasi Product

Momen (Pearson); sedangkan untuk uji hipotesisnya dapat digunakan uji

signifikansi korelasi product moment. (Sarwono, 2006: 61)

2. Paradigma Sederhana Berurutan

Penelitian yang menggunakan paradigma ini menurut Sugiyono (2015: 67) akan

mengkaji lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana dan saling

berurutan. Arti sederhana dan saling berurutan menurut Sarwono (2006: 61) yaitu

variabel bebas 3 adalah akibat dari variabel bebas 2, dan variabel bebas 2 adalah

akibat dari variabel bebas 1. Dengan kata lain varibel bebas 1 mempengaruhi

variabel bebas 2 dan varibel bebas 2 mempengaruhi variabel bebas 3; variabel

bebas 1, 2 dan 3 mempengaruhi variabel tergantung. Hal ini dapat digambarkan

seperti gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Paradigma Sederhana Berurutan

Contoh 1 : X1 = Kualitas input

X2 = Kualitas proses

X3 = Kualitas output

Y = Kualitas outcome
43

Paradigma sederhana dari contoh diatas menunjukkan hubungan antara satu

varibel independen dan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari

hubungan antar variabel (X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X3 dengan Y) tersebut

digunakan teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui

persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + bX3.

Sedangkan menurut Sarwono (2006: 61), penelitian sederhana berurutan adalah

penelitian yang mengkaji lebih dari satu variabel bebas dengan satu variabel

tergantung.

Contoh 2 : X1 = Kualitas jaringan kabel

X2 = Kualitas layanan

Y = Kepuasan pelanggan

Sehingga pola hubungan tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :

Kualitas jaringan kabel mempengaruhi kualitas layanan. Kualitas jaringan kabel

dan kualitas layanan mempengaruhi kepuasan pelanggan.

3. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen

Sugiyono (2015: 68) mengemukakan bahwa dalam paradigama ini terdapat dua

variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigma ini terdapat 3 rumusan

masalah deskriptif, dan 4 rumusan masalah asosiatif (3 korelasi sederhana dan 1

korelasi ganda). Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.3 berikut.
44

Gambar 2.3 Paradigma Ganda dengan Dua


Variabel Independen

Untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X2 dengan Y, menggunakan teknik

korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 secara bersama-sama

terhadap Y menggunakan korelasi ganda.

Jumlah rumusan masalah deskriptif ada tiga, dan asosiatif ada empat, yaitu :

1) Rumusan masalah deskriptif (tiga)

a) Bagaimana X1? (kompetensi guru)

b) Bagaimana X2? (lingkungan sekolah)

c) Bagaimana Y? (prestasi belajar murid)

2) Rumusan masalah asosiatif/hubungan (empat)

a) Bagaimanakah hubungan antara kompetensi guru terhadap hasil prestasi

belajar murid?

b) Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekolah terhadap prestasi

belajar murid?

c) Bagaimanakah hubungan antara koompetensi guru dan lingkungan sekolah?

d) Bagaimanakah hubungan antara kompetensi guru dan lingkungan sekolah

terhadap prestasi belajar murid?


45

Contoh 2 : X1 = IQ

X2 = Motivasi

Y = Hasil ujian

Sehingga menurut Sarwono (2006: 62) pola hubungan antar variabel yang dapat

dibentuk antara lain:

1) IQ mempengaruhi hasil ujian

2) Motivasi mempengaruhi hasil ujian

3) IQ dan motivasi mempengaruhi hasil ujian

4. Paradigma Ganda Hubungan Tiga Variabel Bebas dengan Satu Variabel

Tergantung

Sugiyono (2015: 69) menyatakan bahwa dalam paradigma ini terdapat tiga

variabel independen (X1, X2, X3) dan satu variabel dependen (Y). Rumusan

masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang

sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1. Hal ini dapat digambarkan seperti

gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Paradigma Ganda dengan Tiga


Variabel Independen
46

Contoh 1 : X1 = Kualitas mesin

X2 = Kualitas kerja

X3 = Etos belajar

Y = Produktivitas kerja

Untuk mencari besarnya hubungan anatara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3

dengan Y; X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan

korelasi sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antara X1 secara bersama-

sama dengan X2 dan X3 terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana,

dan ganda serta korelasi parsial dapat digunakan untuk analisis dalam paradigma

ini.

Contoh 2 : X1 = Gaji

X2 = Jenjang karir

X3 = Sistem rekruitmen pegawai

Y = Prestasi kerja

Sehingga menurut Sarwono (2006: 63) pola hubungan antara variabel tersebut

dapat diterangkan sebagai berikut :

1) Gaji mempengaruhi prestasi kerja

2) Jenjang karir mempengaruhi prestasi kerja

3) System rekruitmen pegawai mempengaruhi prestasi kerja

4) Gaji,jenjang karir dan system rekriutmen pegawai mempengaruhi prestasi kerja


47

5. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Dependen

Sugiyono (2015: 70) menyatakan bahwa dalam paradigma ini terdapat satu

variabel independen (X1) dan dua variabel dependen (Y1, Y2). Hal ini dapat

digambarkan seperti gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Paradigma Ganda dengan Dua


Variabel Dependen

Contoh 1 : X = Tingkat pendidikan

Y1 = Disiplin kerja

Y2 = Karir di tempat kerja

Sehingga menurut Sugiyono (2015: 70) untuk mencari besarnya hubungan antara

X dan Y1, dan X dengan Y2 digunakan teknik korelasi sederhana. Demikian juga

untuk Y1 dan Y2. Analisis regresi juga dapat digunakan disini.

Contoh 2 : X = Tingkat pendidikan

Y1 = Pekerjaan yang diraih

Y2 = Wawasan
48

Sehingga menurut Sarwono (2006: 64) pola hubungan antar variabel tersebut

dapat diterngkan sebagai berikut :

1) Tingkat pendidikan mempengaruhi pekerjaan yang diraih

2) Tingkat pendidikan mempengaruhi wawasan

6. Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Variabel

Dependen

Dalam paradigma ini menurut Sugiyono (2015: 70) terdapat dua variabel

independen yaitu (X1, X2) dan dua variabel dependen (Y1, Y2). Terdapat empat

rumusan masalah deskriptif, dan 6 rumusan masalah hubungan sederhana.

Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan

antar variabel secara simultan. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.6

berikut.

Gambar 2.6 Paradigma Ganda dengan Dua


Variabel Independen dan Dua
Variabel independen

Contoh 1 : X1 = Keindahan kampus

X2 = Pelayanan sekolah

Y1 = Jumlah pendaftar

Y2 = Kepuasan pelayanan
49

Menurut Sugiyono (2015: 71) hubungan r1, r2, r3, r4, r5 dan r6 dapat dianalisis

dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2

terhadap Y1 serta X1 dan X2 bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan

korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan

untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang kereta api.

Contoh 2 : X1 = Kecepatan layanan

X2 = Harga produk

Y1 = Jumlah pelanggan

Y2 = Keputusan membeli

Sehingga menurut Sujarwo (2006: 64) pola hubungan antar variabel tersebut dapat

diterangkan sebagai berikut:

1) Kecepatan layanan mempengaruhi pelanggan

2) Kecepatan layanan mempengaruhi keputusan membeli

3) Harga produk mempengaruhi jumlah pelanggan

4) Harga produk mempengaruhi keputusan membeli

7. Paradigma Jalur

Menurut Sugiyono (2015: 72) dalam paradigma ini terdapat empat rumusan

masalah deskriptif dan enam rumusan masalah hubungan. Teknik analisis statistic

yang digunakan dinamakan path analysis (analisis jalur). Analisis dilakukan

dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai

pada variable dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui variable

intervening. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.7 berikut.


50

Gambar 2.7 Paradigma Jalur

Contoh 1 : X1 = IQ

X2 = Pola belajar

X3 = Motivasi

Y = Prestasi belajar

Sehingga menurut Sarwono (2006: 65) pola hubungan antar variabel yang dapat

dibentuk antara lain sebagai berikut :

1) IQ mempengaruhi prestasi belajar

2) Pola belajar mempengaruhi prestasi belajar

3) Motivasi mempengaruhi prestasi belajar

4) IQ dan pola belajar dengan perantara motivasi mempengaruhi prestasi belajar

Sebenarnya bentuk paradigma penelitian yang lain masih ada dan cukup banyak

serta contoh-contoh yang diberikan terutama terkait dengan teknik statistik yang

digunakan. Teknik statistic yang bersifat menguji perbedaan tidak ada pada

paradigma yang sudah dibahas, akan tetapi lebih tampak pada paradigma

penelitian dengan metode eksperimen.


51

2.2.4 Pentingnya Memahami Variabel

Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap

variabel menjadi variabel yang lebih kecil (subvariabel) merupakan syarat mutlak

bagia setiap peneliti. Mengidentifikasi variabel dan subvariabel tidaklah mudah

kaena membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.

(Sangadji,2010:143)

Memecah-mecah variabel menjadi subvariabel disebut pula kategorisasi, yakni

memecah variabel menjadi kategori data yang harus dikumpulkan oeleh peneliti.

Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel.

(Sangadji,2010:143)

Kategori, indikator, subvaraiabel ini akan menjadi pedoman dalam merumuskan

hipotesis minor, menysusn instrumen, mengumpulkan data, dan kelanjytan

langkah peneltian yang lain. Tujuan kategorisasi variabel adalah agar peneliti

memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti. Sedikitnya

subvariabel atau kategori akan menghasilakn kesimpulan yang besar (jika

variabelnya terlalu luas) dan terlalu sempit (jika variabelnya sedikit, tetapi kecil-

kecil). (Sangadji,2010:143)

Contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya,

yaitu :

Judul Penelitian : Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid

Variabel bebas : kualitas guru

Variabel terikat : prestasi belajar murid


52

Berikut yang ditulis di dalam tanda kurung adalah cara atau metode mendapatkan

data: (Sangadji,2010:144)

No Variabel bebas (penilaian kinerja karyawan) Variabel terikat (prestasi

kerja karyawan)

Subvariabel Subvariabel

1 Sistem penilaian (dokumen) Kualitas kerja (dokumen)

2 Penilai (dokumen) Kuantitas kerja (dokumen)

3 Metode penilaian (dokumen) Waktu (dokumen)

4 Standar kinerja (dokumen)

Anda mungkin juga menyukai