“Karbon PRAKTIS
tersimpan”
DI BERBAGAI
macam
PENGGUNAAN
LAHAN
PENGUKURAN
“Karbon tersimpan”
DI BERBAGAI MACAM
PENGGUNAAN LAHAN
KURNIATUN HAIRIAH
SUBEKTI RAHAYU
Pengukuran
'karbon tersimpan’
di berbagai macam
penggunaan lahan
ISBN
979-3198-35-4
Copyright
World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia
Kontak detail
Kurniatun Hairiah (safods.unibraw@telkom.net or
k.hairiah@cgiar.org) and
Subekti Rahayu (s.rahayu@cgiar.org)
Tata letak
Tikah Atikah
2007
Kata pengantar
11
3. Bagaimana cara
mengukur karbon
tersimpan?
3. Bagaimana cara
mengukur karbon
tersimpan?
Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian
cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri
dari waktu ke waktu. Ada 3 tahap pengukuran yaitu:
15
1. Mengukur biomasa semua tanaman dan nekromasa
yang ada pada suatu lahan
2. Mengukur konsentrasi C tanaman di laboratorium
3. Menghitung kandungan C yang disimpan pada
suatu lahan
18
19
Cara pengukuran:
a. Bagilah SUB PLOT menjadi 2 bagian, dengan
memasang tali di bagian tengah sehingga ada SUB-
SUB PLOT, masing-masing berukuran 2.5 m x 40 m
b. Catat nama setiap pohon, dan ukurlah diameter
batang setinggi dada (dbh = diameter at breast height =
1.3 m dari permukaan tanah) semua pohon yang
masuk dalam SUB-SUB PLOT sebelah kiri dan
kanan. Lakukan pengukuran dbh hanya pada pohon
berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan dbh
<5 cm diklasifikasikan sebagai tumbuhan bawah.
Bawalah tongkat kayu ukuran panjang 1.3 m,
letakkan tegak lurus permukaan tanah di dekat
pohon yang akan diukur (Gambar 3), berilah tanda
goresan pada batang pohon. Bila permukaan tanah
di lapangan dan bentuk pohon tidak rata, maka
penentuan titik pengukuran dbh pohon dapat dilihat
dalam Box 2.
c. Lilitkan pita pengukur pada batang pohon, dengan
posisi pita harus sejajar untuk semua arah (Gambar
4A), sehingga data yang diperoleh adalah
lingkar/lilit batang (keliling batang = 2 p r) BUKAN
20 diameter. Bila diameter pohon berukuran antara 5-
20 cm, gunakan jangka sorong (calliper) untuk
mengukur dbh (Gambar 4B), data yang diperoleh
adalah diameter pohon.
d. Perhatikan, cara melilitkan pita harus sejajar (lihat
Foto 4).
e. Catatlah lilit batang atau diameter batang dari setiap
pohon yang diamati pada blanko pengamatan yang
telah disiapkan (Tabel 1).
f. Khusus untuk pohon-pohon yang batangnya rendah
dan bercabang banyak, misalnya pohon kopi yang
dipangkas secara regular, maka ukurlah semua
diameter semua cabang. Bila pada SUB PLOT
terdapat tanaman tidak berkeping dua (dycotile)
seperti bambu dan pisang, maka ukurlah diameter
dan tinggi masing-masing individu dalam setiap
rumpun tanaman. Demikian pula bila terdapat
pohon tidak bercabang seperti kelapa atau tanaman
jenis palem lainnya.
g. Di lapangan kadang-kadang dijumpai beberapa
penyimpangan kondisi percabangan pohon atau
permukaan batang pohon yang bergelombang atau
adanya banir pohon, maka cara penentuan dbh
dapat dilakukan seperti pada Box 2 dan Box 3.
h. Bila terdapat tunggul bekas tebangan yang masih
hidup dengan tinggi > 50 cm dan diameter > 5 cm,
maka ukurlah diameter batang dan tingginya (lihat
Box 5).
i. Tetapkan berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing
jenis pohon dengan jalan memotong kayu dari salah
satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan
timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven,
o
pada suhu 100 C selama 48 jam dan timbang berat
keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan
rumus sebagai berikut:
Volume (cm 3) = p R2 T
Dimana:
R = jari-jari potongan kayu = ½ x Diameter (cm)
21
T = panjang kayu (cm)
24 A B C D
Keterangan
a. Pohon pada lahan berlereng, letakkan ujung
tongkat 1.3 m pada lereng bagian atas.
b. Pohon bercabang sebelum ketinggian 1.3 m,
maka ukurlah dbh semua cabang yang ada.
c. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat benjolan,
maka lakukanlah pengukuran dbh pada 0.5 m
setelah benjolan.
d. Bila pada ketinggian 1.3 m terdapat banir
(batas akar papan) maka lakukan pengukuran
dbh pada 0.5 m setelah banir. Namun bila
banir tersebut mencapai ketinggian > 3 m,
maka diameter batang diestimasi (lihat Box 4)
e. Bila pada ketinggian 1.3 terdapat akar-akar
tunjang, maka lakukan pengukuran pada 0.5
m setelah perakaran.
Box 3. Estimasi diameter pohon berbanir tinggi
Pohon berbanir
tinggi
Db
Batas banir
Jangka
L1 sorong
L2
D1 D2
A B C
27
Gambar 6. Berbagai cara pengukuran tonggak tanaman
hidup.
Keterangan:
K=lilit batang, cm, D = dbh= K/ð, cm dimana ð =3.14 ;
T= tinggi pohon, cm, r = BJ kayu, g cm-3
Tabel 1B:
CONTOH BLANKO PENGUKURAN BIOMASA:
Diameter dan Tinggi Pohon-Pohon berukuran Sedang
(Diameter 5-30 cm)
Nama Lokasi:________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:______________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
Nama Pengukur: ____________________
Tanggal/Bulan/Tahun: ______________ 29
Lokasi (GPS): _______________________
Ukuran Plot Contoh: 5m x 40 m = 200 m2
Pengolahan data
1. Hitunglah biomasa pohon menggunakan persamaan
alometrik yang telah dikembangkan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya (Tabel 2) yang pengukurannya
diawali dengan penebangan dan penimbangan
beberapa pohon. Persamaan alometrik untuk jenis-
jenis pohon lainnya dapat dilihat dalam Tabel
Lampiran 1, 2 dan 3.
2. Jumlahkan biomasa semua pohon yang ada pada
suatu lahan, baik yang ukuran besar maupun yang
kecil, sehingga diperoleh total biomasa pohon per
lahan (kg/luasan lahan).
Tabel 2. Estimasi biomasa pohon menggunakan
persamaan allometrik
Jenis pohon Estimasi Biomasa pohon, Sumber
kg/pohon
2.62
Pohon bercabang BK = 0.11r D Ketterings, 2001
2
Pohon tidak bercabang BK = p r H D /40 Hairiah et al, 1999
2.06
Kopi dipangkas BK = 0.281 D Arifin , 2001
2.13
Pisang BK = 0.030 D Arifin, 2001
2.28
Bambu BK = 0.131 D Priyadarsini, 2000
2.831
Sengon BK = 0.0272 D Sugiharto, 2002
30 Pinus
Keterangan:
BK = 0.0417 D
2.6576
Waterloo, 1995
Contoh penghitungan
Contoh 1.
Apabila dalam satu plot contoh ditemukan 5 pohon besar
(diameter > 30 cm) dan 5 pohon ukuran sedang (diameter 5-
30 cm), maka perhitungan dilakukan sebagai berikut:
33
0.5 m
0.5 m
0.5 m
34 Kuadran 5m
40 m
Gambar 8. Penempatan kuadran (TITIK CONTOH) dalam SUB
PLOT
Nama Lokasi:_________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:_______________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
35
Nama pengukur: ______________________
Tanggal/Bulan/Tahun: ________________
Lokasi (GPS): _________________________
2
Ukuran Plot Contoh: 0.5 m x 0.5 m = 0.25m
Pengolahan data
Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran
dengan rumus sebagai berikut:
BK subcontoh (g)
Total BK (g) = X Total BB (g)
BB subcontoh (g)
Contoh perhitungan
2
Jadi total berat kering tumbuhan bawah per m adalah
2 2 -1
583 g x 4 = 2332 g/m = 2,3 kg/m = 23 Mg ha
36
3.2. Mengukur 'nekromasa' yang ada di
permukaan tanah
Lakukan pengambilan contoh 'nekromasa' (bagian tanaman
mati) pada permukaan tanah yang masuk dalam SUB PLOT
(5 m x 40 m) dan/atau PLOT BESAR (20 m x 100 m).
Pengambilan contoh nekromasa yang berdiameter antara 5
cm hingga 30 cm dilakukan pada SUB PLOT, sedangkan
batang berdiameter > 30 cm dilakukan pada PLOT BESAR.
Nekromasa dibedakan menjadi 2 kelompok:
Panjang
Pengumpulan data
a. Data nekromasa yang diperoleh pada pengambilan
contoh dimasukkan dalam ”blangko pengukuran
nekromasa berkayu” (Tabel 2A dan Tabel 2B).
b. Masukkanlah data diameter dan tinggi batang pohon
mati, dalam program computer EXCELL dan
lakukanlah penghitungan berat kering nekromasa
pohon menggunakan persamaan alometrik yang telah
dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Tabel 2A: BLANGKO PENGUKURAN NEKROMASA
BERKAYU: Diameter dan Panjang Nekromasa Besar
(Diameter > 30 cm)
Nama Lokasi:________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:_______________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
Nama pengukur: ______________________
Tanggal/Bulan/Tahun: ________________
38 Lokasi (GPS): _________________________
Ukuran Plot Contoh: 20 m x 100 m = 2000 m2
Total
Nama Lokasi:________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:________________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
Nama pengukur: ______________________
Tanggal/Bulan/Tahun: ________________
Lokasi (GPS): _________________________
Ukuran Plot Contoh: 40 m x 5 m = 200 m2
Total
Pengolahan data
Hitunglah berat nekromasa berkayu yang bercabang dengan
menggunakan rumus allometrik seperti pohon hidup (lihat
Tabel 2), sedangkan untuk pohon yang tidak bercabang
dihitung berdasarkan volume silinder sebagai berikut:
BK (kg/nekromas) = p r H D2/40
Dimana,
BK subcontoh (g)
Total BK (g) = X Total BB (g)
BB subcontoh (g)
Nama Lokasi:________________________
Umur Kebun setelah pembukaan lahan:_________________
Jenis Penggunaan Lahan:_______________
Nama Pengukur: ___________________
Tanggal/Bulan/Tahun: _________________
Lokasi (GPS): _______________________
Ukuran Plot Contoh: __________________
43
No. Total Berat Sub-contoh Sub-contoh Total berat kering seresah
Basah (kg) Berat Berat Kering halus
2 2
Basah (g) (g) kg/0.25 m kg/m
1
2
3
4
5
6
4. Penghitungan jumlah C
tersimpan per lahan
4. Penghitungan jumlah C
tersimpan per lahan
Pohon
-1
600
Jumlah C tersimpan, Mg ha
Tumbuhan bawah
500
Kayu mati
400 Seresah
Tanah (T) 0 -5 cm
300
T, 5 -10 cm
200 T, 10 -20 cm
100 T, 20 -30 cm
0
on
am
.
r
sp
et
ta
va
de
ng
re
ra
Al
ka
a
sa
n
ka
pe
en
ku
an
-S
as
an
an
Im
a
se
ut
TI
ol
un
ut
H
om
an
eb
H
ut
hr
rk
H
C
Pe
5.2. Tanah
Lakukanlah karakterisasi tanah dari setiap lahan yang dipilih
sebagai plot contoh dengan jalan mengambil contoh tanah.
Beberapa pengukuran yang dibutuhkan adalah berat isi (BI)
tanah, tekstur (presentase kandungan liat, pasir dan debu)
dan pH tanah. Ada 2 macam contoh tanah yang harus diambil
yaitu:
1. Cangkul
2. Lempak (Foto 5 (3))
3. Kuadran besi ukuran 25 cm x 25 cm x 10 cm
(Foto 5 (4A))
53
4. Ember plastik
5. Kantong plastik
Cara pengambilan:
A. Ambil contoh tanah menggunakan cangkul pada titik
contoh yang sama dengan pengambilan tumbuhan
bawah dan seresah (lihat Gambar 7). Contoh tanah
diambil dari 3 kedalaman: 0-5 cm, 5-15 cm dan 15-30
cm, pada 6 titik contoh.
b. Masukkan contoh tanah per kedalaman dari 6 titik
contoh pengambilan ke dalam ember plastik dan
campur rata. Ambil contoh tanah campuran tersebut
sekitar 1 kg. Beri label dan ikat dengan karet gelang,
siap untuk diangkut ke kamp/laboratorium.
c. Sesampai di kamp, buka plastiknya dan kering-
anginkan tanahnya. Setelah kering, tumbuk dan ayak
dengan ayakan berukuran lubang pori 2 mm.
Ambillah tanah yang lolos ayakan, masukkan kembali
ke dalam 2 kantong plastik, beri label. Buang tanah
yang tertinggal dalam ayakan.
d. Contoh tanah dalam kantong plastik siap dikirim ke
laboratorium untuk dianalisa.
5.2.2. Cara pengambilan contoh tanah "utuh" (tidak
terganggu)
Perhatikan baik-baik langkah-langkah pengambilan
contoh tanah utuh yang disajikan pada Foto 9, agar
contoh tanah yang diambil dapat mewakili kondisi
sebenarnya di lapangan.
Cmax
Crata2 Crata2
60 0 Cmin
Bero Bero
Tc Tf1 Tc Tf2
Waktu, tahun
Gambar 11. Diagram kehilangan C setelah penebangan
vegetasi hutan (Cmin) pada beberapa periode tanaman
pangan, Tc, diikuti oleh periode penimbunan kembali
C selama periode bera hingga tingkat maksimum
(Cmax), atau disebut pula periode regenerasi hutan Tf
(Palm et al., 1999)
I c = (C m ax - C m in )/ T f
C av gF = 0.5 * (C m in + C m ax )
61
Maka untuk seluruh sistem jumlah C tersimpan rata-rata
menjadi:
C av g = Tf * (C m ax + C m in )/ (2 *(Tf + Tc ))
dimana:
Cmin : jumlah C tersimpan minimum dalam suatu
sistem
Cmax : jumlah C tersimpan maksimum dalam suatu
sistem
Tc : periode dimana terjadi Cmin dari setiap sistem
Tf : periode yang dibutuhkan untuk mencapai Cmax
mulai dari titik Cmin
C av g = 0 .5 * (C m ax + C m in )
Chutan
Total cadangan C, Mg ha-1
Cmax
C rata-2
Cmin
Tc Tf Tm
Waktu, tahun
Contoh perhitungan
Latihan
Dimana Ci,t adalah total C tersimpan per unit area pada SPL i
, pada saat t, dan perubahan jumlah C tersimpan pada
interval waktu t - > t+1 sebagai:
n n
DCt - >t +1 = At +1 å ai ,t +1Ci ,t +1 - At å ai Ci ,t (4)
i =1 i =1
æ n ö (6)
DCt - >t +1 = At ç å (ai ,t (Ci ,t +1 - Ci ,t ) + (ai ,t +1 - ai ,t )Ci ,t ) ÷
è i =1 ø
Metodologi IPCC yang digunakan saat ini adalah didasarkan
pada persamaan (6) dan termasuk estimasi peningkatan rata-
rata jumlah C tersimpan per klas sistem penggunaan lahan.
Namun cara tersebut masih dijumpai banyak ketidak
menentuan untuk memonitoring C di tingkat nasional, yaitu
yang berhubungan dengan peningkatan C tersimpan. Pada
pelaksanannya memang cenderung ada pengukuran
peningkatan C tersimpan tetapi mengabaikan kehilangan C.
Untuk pengukuran tingkat nasional asumsi pengukuran
66 pada berbagai fase SPL yang menghasilkan rata-rata jumlah
C tersimpan per siklus tanam mungkin lebih dapat diterima,
kecuali bila umur rata-rata pohon atau hutan mengalami
perubahan, menjadi meningkat atau menurun. Disini kita
dapat menyederhanakan prosedur penghitungan dengan
mengemas rangkaian waktu penyimpanan C yang spesifik
sebagai satu sistem penggunaan lahan (misalnya pada sistem
ladang berpindah, sistem tebang pilih, sistem tanam gilir
tanaman pangan dan bero), dengan rata-rata jumlah C
tersimpan persiklus tanam tidak dibatasi oleh waktu, maka
persamaan (6) dapat disederhanakan menjadi:
æ n ö (7)
DCt - >t +1 = At ç å Ci (ai ,t +1 - ai ,t ) ÷
è i =1 ø
Yang berarti bahwa perubahan besarnya C tersimpan dapat
diukur dari perubahan fraksi area dari berbagai sistem
penggunaan lahan, dikalikan dengan rata-rata C tersimpan
per siklus tanam dari masing-masing kelas sistem
penggunaan lahan.
Contoh perhitungan
67
Kesimpulan
· Pada tahun 1970, ketika penutupan hutan sekitar
60% dari total luasan DAS, rata-rata jumlah C
tersimpan yang ada sekitar 200 Mg ha-1.
Van Noordwijk, M., Rahayu, S., Hairiah, K., Wulan, Y.C., Farida,
A. and Verbist, B. 2002. Carbon stock assessment for a forest-
to-coffee conversion landscape in Sumberjaya (Lampung,
Indonesia): from allometric equation to land use change
analysis, Science in China, 45: 75-86.
72 Waterloo, M.J., 1995. Water and nutrient dynamics of pinus
caribea plantation forests on former grassland soils in
Southwest Viti Levu, Fiji, PhD thesis, Vrije Universiteit,
Amsterdam, the Netherlands, 478 pp.
Spesies Rumus R
2
Tinggi
DBH/
a
D
(cm)
Jumlah
pohon
Umur Sumber
(tahun) **
73
BA (cm) (n)
Tectona LOG Y = -0.815 + 0.98 130 10-59 87 5-47 1
grandis 2.383*LOG (DBH)
Tectona LOG Y = -1.042 + 0.98 130 17-45 9 20 2
grandis 2.575*LOG (DBH)
Bombacopsis LOG Y = -1.988 + 0.97 130 14-46 17 10-26 3
quinatum 2.993*LOG (DBH)
2
Eucalyptus sp. Y = 1.22*DBH + 0.97 130 1-31 458 2-5 4
0.0001* HT
-
Pinus pinaster Y = 1.060*e 0.98 10 0-47 148 1-47 5
2.482 2.235
*DBH
Bactris Y = 0.97 + 0.98 100 2-12 7-10 7 6
gasipaes 0.078*BA
2
0.00094*BA +
3
0.0000064*BA
Theobroma Y =-3.9 + 0.23*BA 0.93 30 6-18 7-10 7 6
2
grandiflora + 0.0015*BA
Hevea Y =-3.84 + 0.99 150 6-20 7-10 7 6
brasiliensis 0.528*BA +
2
0.001*BA
Citrus sinensis Y =-6.64 + 0.94 30 8-17 7-10 7 6
0.279*BA+0.00051
2
41*BA
Bertholletia Y =-18.1+ 0.99 130 8-26 7-10 7 6
excelsa 0.663*BA +
2
0.000384*BA
**) Sumber: 1 Perez and Kanninen, 2003; 2 Kraenzel et al, 2003; 3 Perez dan
Kanninen, 2002; 4 Senelma and Sims, 1998; 5 Ritson and Sochacki, 2003; 6
Schroth et al, 2002.
Lampiran 2. Rumus alometrik untuk menghitung biomasa
beberapa spesies pohon palem*)
74 Spesies Rumus R
2
Tinggi pohon
(HT dalam m)
Chrysophylla sp. Y = 0.182 + 0.498 * HT + 0.94 0.5-10
2
0.049 * (HT)
Attalea cohune Y = 10.856 + 176.76 * HT 0.94 0.5-15.7
2
6.898 * (HT)
Sabal sp. Y = 24.559 + 4.921 * HT 0.82 0.2-14.5
2
+ 1.017 * (HT)
Attalea phalerata Y = 23.487 + 41.851 0.62 1-11
2
*(LN(HT) )
Euterpe precatoria Y = 6.666 + 12.826 0.75 1-33
0.5
and *(HT )*LN(HT)
Phenakospermum
guianensis
Catatan:
D = Diameter
DBH (diameter at breast height) = diameter setinggi dada atau 130 cm dari
permukaan tanah
BA = Basal Area (cm)
HT (height of tree) = Tinggi tanaman (m)
Y = biomasa bagian atas tanaman (kg/pohon)
Lampiran 3. Nilai koefisien alometrik (a dan b) untuk
penghitungan biomasa bagian atas beberapa spesies
pohon dengan menggunakan rumus perhitungan**)
Y = a.Db 75
Species a b Kisaran Lokasi Sumber
D (cm)
Acer rubrum 0.091 2.508 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Acer saccharum 0.1008 2.5765 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Alnus glutinosa 0.3251 2.022 0-40 Swedia Johansson,
1999
Alnus incata 0.1086 2.337 0-36 Swedia Johansson,
1999
Alnus rugosa 0.2612 2.2087 3-9 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Betula 0.154 2.3753 5-50 USA Ter -Mikaelian
alleghaniensis and Korzukhin,
1997
Betula lenta 0.0629 2.6606 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Betula papyfera 0.1182 2.4287 5-32 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Betula pendula 0.2511 2.2865 UK Hughes, 1971
Carya sp. 0.0792 2.6349 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Castanea sativa 0.137 2.247 1-36.1 Itali Leonardo, et al,
1996
Fagus grandifolia 0.0842 2.5715 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Fraxinus 0.1063 2.4798 5-50 USA Ter -Mikaelian
americana and Korzukhin,
1997
Populus 0.0527 2.5084 3-50 USA Ter -Mikaelian
tremuloides and Korzukhin,
1997
Quercus alba 0.0579 2.6887 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Species a b Kisaran Lokasi Sumber
D (cm)
Quercus coccinea 0.1241 2.4395 5-40 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
76 Quercus 0.1447 2.282 6-25 USA
1997
Ter -Mikaelian
macrocarpa and Korzukhin,
1997
Quercus rubra 0.113 2.4572 5-50 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Quercus velutina 0.0945 2.503 5-40 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Abies balsamea 0.2575 2.0546 3-40 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Chamaecyparis 0.2498 2.1118 18-60 USA Ter -Mikaelian
nootkatensis and Korzukhin,
1997
Picea glauca 0.1077 2.3308 0-39 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Pinus banksiana 0.2131 2.1283 0-38 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Pinus radiata 0.0535 2.318 10.3-19.8 Australia Forrest, 1969
Pinus resinosa 0.1003 2.3865 3-51 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Pinus rigida 0.104 2.3373 0-31 USA Ter -Mikaelian
and Korzukhin,
1997
Pinus sylvestris 0.0398 2.64 0.5-22.7 UK Ovington, 1957
Bruguiera 0.1858 2.3055 2-24 Australia Clough and
gymnorrhiza Scott, 1989
(cited in Eamus
et al., 2000)
Bruguiera 0.1679 2.4167 2-21 Australia Clough and
parviflora Scott, 1989
Ceriops tagal 0.1884 2.3379 2-18 Australia Clough and
Scott, 1989
Erythrophloem 0.0407 2.851 4.6-14.7 Australia Eamus et al,
chlorostachys 2000
Species a b Kisaran Lokasi Sumber
D (cm)
Eucalyptus 0.162 2.282 2.6-52.8 Australia Eamus et al,
2000
Eucalyptus
calophylla
0.2143 2.04 2-24.5 Australia Ward and
Pikersgill, 1985 77
Eucalyptus 0.1179 2.47 2-40 Australia Grove and
diversicolor Malajczuk, 1985
Eucalyptus 0.1466 2.3 7.5-22.8 Australia Bennet et al,
globulus 1997 (cited in
Keith et al,
2000)
Eucalyptus 0.0812 2.47 2-24.5 Australia Ward and
maculatus Pikersgill, 1985
Eucalytus obliqua 0.0644 2.584 29.9-70.8 Australia Eamus et al,
2000
Eucalyptus 0.0437 2.97 11.7-44.2 Australia Eamus et al,
papuana 2000
Eucalyptus 0.1077 2.404 Australia OBrien, 1998
grandis
Tropical 0.0811 2.4257 5.1-38.2 Brazil Nelson et al,
1999
Tropical 0.1043 2.66 Brazil Brown, 1997
Tropical 0.1043 2.6 Indonesia Brown, 1997
Tropical 0.0661 2.591 Indonesia Ketterings et al,
2001
Xylocarpus 0.0823 2.5883 3-17 Australia Clough and
granatum Scott, 1989
Acacia 0.2061 2.4369 India Kumar et al,
auriculiformis 1998
Artocarpus 0.1792 2.2512 India Kumar et al,
heterophyllus 1998
Artocarpus 0.0464 2.7934 India Kumar et al,
hirsutus 1998
Paraserianthes 0.0538 2.6818 India Kumar et al,
falcataria 1998
Pine plantation 0.1179 2.2476 Australia Snowdon et al,
2000
Pterocarpus 0.0410 2.8286 India Kumar et al,
marsupium 1998
Rainforest 0.1500 2.3698 Australia Snowdon et al,
2000
Rhizophora 0.1049 2.6848 Australia Clough and
apiculata/R. Scott, 1989
stylosa
PENGUKURAN
“Karbon tersimpan”
DI BERBAGAI MACAM
PENGGUNAAN LAHAN
KURNIATUN HAIRIAH
SUBEKTI RAHAYU