ABSTRACT
Port Health Office Clas II Semarang has conducted control of Ae. aegypti larvae using larvadisa
Temephos 1%. Temephos (Abate 1SG) has been used since 1980 for the eradication program of
Ae. aegypti larvae. The purpose of this study is to determine the resistance status of Ae. aegypti
larvae against temephos in perimeter and buffer area of Tanjung Emas Port Semarang. This
research was conducted using experimental research design, posttest only with control group.
Population of the research were larvae of Ae. aegypti collected from the study area and samples
test larvae were used of Ae. aegypti third and early fourth instars larvae which were maintenance
of the first generation of Ae. aegypti. The advance test used concentration 0,625 mg/l; 0,31 mg/l;
0,15 mg/l; 0,078 mg/l; 0,038 mg/l. Based on mortality percentage of Ae. aegypti larvae in
perimeter area (96%) indicates on tolerant criteria. While the mortality percentage of Ae. aegypti
larvae in buffer area (68%) indicates on resistant criteria. Statistic test using Kruskall-Wallis test
showed that there is a significant difference in the average of mortality Ae. aegypti from
perimeter and buffer area with p value 0,001. Post-hoc test using Mann-Whitney test showed that
there is a significant difference in the average of Ae. aegypti against temephos at concentration
0,31 mg/l; 0,15 mg/l; 0,078 mg/l; 0,038 mg/l, while there is no significant difference of mortality
Ae. aegypti against temephos in concentration 0,625 mg/l. The use of temephos still possible in
perimeter area, but larvasida rotation is necessary in buffer area.
Keywords : Status of resistance, Aedes aegypti, Temephos.
Bibilographies : 49 (1975-2014)
PENDAHULUAN
Penyakit DBD masih merupakan 92,43 (1.628 penderita) menduduki
permasalahan serius di Provinsi Jawa peringkat pertama IR DBD di Provinsi
Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah Jawa Tengah diikuti Kabupaten Jepara
pernah terjangkit penyakit DBD. Jumlah dan Sragen. Sementara Case Fatality
kasus DBD di Jawa Tengah tahun 2014 Rate (CFR) DBD Kota Semarang sebesar
(1)
sejumlah 11.081 penderita. J umlah 1,66% (27 penderita yang meninggal).(1)
kasus DBD di Kota Semarang Nyamuk Aedes aegypti merupakan
berdasarkan sumber data kesehatan vektor utama penyebar virus dengue.
Dinas Kesehatan Kota Semarang dari Nyamuk ini Berkembang biak, makan,
tahun ke tahun cenderung mengalami istirahat dan bertelur di sekitar lingkungan
peningkatan.(2) Dari data Dinas Kesehatan tempat tinggal manusia.(3) Di Asia Aedes
Kota Semarang tahun 2014 diperoleh aegypti merupakan satu-satunya vektor
proporsi Incidence Rate (IR) sebesar yang efektif menularkan DBD, karena
159
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
160
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Test (Uji Kerentanan pada Jentik) sesuai Berdasarkan tabel diatas dapat
dengan standar WHO. Konsentrasi yang diketahui hasil survei yang dilakukan
digunakan untuk uji lanjutan adalah 0,625 terhadap 21 bangunan di wilayah
mgl/l; 0,31 mg/l; 0,15 mg/l; 0,078 mg/l; dan perimeter dan 100 rumah di wilayah buffer
0,039 mg/l. Pelabuhan Tanjung Emas. Dilihat dari
Analisis status resistensi dengan angka House Index (HI) 52,38%,
menggunakan garis regresi, dengan Container Index (CI) 22,35%, dan Breteau
membandingkan garis regresi pada Index (BI) 90,47 di wilayah perimeter
kematian jentik pada kelompok kontrol maka didapatkan angka Density Figure
(rentan).(11) (DF) adalah 6-7. Nilai tersebut masuk
Menurut WHO (1998), status dalam kategori kepadatan larva yang
resistensi serangga terhadap insektisida tinggi.
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: Sementara di wilayah buffer
1) Susceptible = 99 – 100 % kematian Pelabuhan Tanjung Emas angka House
jentik uji Index (HI) 65%, Container Index (CI)
2) Verification required = 80 – 98 % 27,05%, dan Breteau Index (BI) 69 maka
kematian jentik uji didapatkan angka Density Figure (DF)
3) Resistance individual present = < adalah 6 – 8. Nilai tersebut masuk dalam
80% kematian jentik uji kategori kepadatan larva yang tinggi.
161
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Yaitu sebesar 96% dan pada jentik yang diperoleh juga nilai LC99 pada tingkat
berasal dari wilayah buffer kematian kepercayaan 99% yaitu sebesar 0,779
sebesar 63,2%. mg/l dengan interval antara 0,490 mg/l
Sedangkan pada konsentrasi hingga 1,745 mg/l.
0,078% kematian jentik yang berasal dari
GambaranPenggunaanTemephos di
wilayah perimeter dan buffer masing-
Masyarakat
masing menunjukan rata-rata sebesar
Observasi terhadap perilaku
67,2% dan 40,8%.
masyarakat dalam penggunaan temephos
Sementara pada konsentrasi 0,039%
di wilayah buffer Pelabuhan Tanjung Emas
kematian jentik di wilayah perimeter
dilakukan pada 100 Kepala Keluarga (KK).
sebesar 56% dan pada wilayah buffer
Dari 100 rumah yang di survey, hanya 13
kematian jentik sebesar 27,2%.Dari rata-
rumah atau 13% yang menggunakan
rata kematian jentik pada tabel di atas
temephos untuk larvasida
Dari rata-rata kematian jentik pada Tabel 2
pada tempat penampungan air.
dari tiap konsentrasi dapat diketahui
Sementara sebanyak 87 rumah atau 87%
bahwa jentik yang berasal dari wilayah
tidak menggunakan temephos sebagai
perimeter masih masuk dalam klasifikasi
larvasida pada tempat penampungan
rentan-toleran, karena terdapat 3 dari 5 airnya karena berbagai macam penyebab.
konsentrasi yang diujikan rata-rata Sementara di wilayah perimeter
kematian diatas 80%. Sementara pada sebanyak 21 bangunan yang disurvei
wilayah buffer 3 dari 5 konsentrasi tidak menggunakan tempehos sebagai
menunjukan kematian dibawah 80%, larvasida di tempat penampungan air. Hal
sehingga dapat dikatakan bahwa jentik ini dikarenakan sebagian besar bangunan
yang bersal dari wilayah buffer telah yang berupa perkantoran menggunakan
resisten. ember kecil sebagai tempat penampungan
air, sehingga tidak diperlukan pengunaan
Hasil Uji Bioassay larvasida.
Data hasil pelaksanaan uji
bioassay larva Aedes aegypti terhadap PEMBAHASAN
Temephos kemudian dianalisis
menggunakan analisis probit sehingga Kepadatan Vektor di Wilayah
dapat ditentukan LC50(Lethal Pelabuhan Tanjung Emas
Concentration 50) dan LC99(Lethal Kepadatan larva di wilayah
Concentration 99). perimeter dan buffer pelabuhan dilihat
Hasil bioassay larva Aedes aegypti berdasarkan 3 indeks berikut, yaitu House
asal wilayah perimeter Pelabuhan Tanjung Index (HI), Container Index (CI), dan
Emas dengan analisa probit didapatkan Breteau Index (BI).(12)Survei larva yang
nilai LC50 pada tingkat kepercayaan 95% dilakukan di wilayah perimeter terdapat 21
yaitu sebesar 0,038 mg/l dengan interval bangunan yang diperiksa dan sebagian
antara 0,019 mg/l hingga 0,054 mg/l. besar merupakan bangunan perkantoran.
Didapatkan pula nilai LC99 pada tingkat Dari hasil survei larva kemudian
kepercayaan 99% sebesar 0,396 mg/l didapatkan angka House Index (HI)
dengan interval antara 0,223 mg/l hingga sebesar 52,38%, angka Container Index
1,644 mg/l. (CI) sebesar 22,35%, dan angka Breteau
Sementara itu hasil uji bioassay Index (BI) sebesar 90,47. Angka HI, CI,
terhadap larva yang berasal dari wilayah dan BI dari hasil survei larva menunjukkan
buffer Pelabuhan Tanjung Emas dengan kepadatan larva yang cukup tinggi. Hal
analisa probit diperoleh nilai tersebut tidak sesuai dengan Keputusan
LC50 pada tingkat kepercayaan 99%
sebesar 0,113 mg/l dengan interval antara
0,088 mg/l hingga 0,142 mg/l. Selain itu
162
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
163
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
aegypti didalam wilayah buffer kurang dari perimeter Pelabuhan Tanjung Emas sudah
1% dan populasi nyamuk dilingkungan toleran terhadap larvasida temephos.(16)
pelabuhan ditekan serendah mungkin. Sementara itu rata-rata kematian
Hasil survei yang dilakukan peneliti larva uji yang berasal dari wilayah buffer
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan Pelabuhan Tanjung Emas menunjukkan
yang cukup jauh pada nilai HI, CI, dan BI angka sebesar 68%. Menurut WHO,
terhadap surveu yang dilakukan oleh angka kematian larva kurang dari 80%
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Survei yang menunjukkan bahwa larva uji sudah
dilakukan peneliti mendapatkan 8 jenis resisten terhadap larvasida temephos.
kontainer yang positif terdapat larva Faktor yang menyebabkan
Aedes aegypti. Jenis kontainer yang berkembangnya resistensi meliputi faktor
positif larva antara lain bak kamar mandi genetik, faktor biologi – ekologi, dan faktor
(44,92%), drum besar (26,08%), ember operasional. Faktor genetik meliputi
plastik (10,14%), tempayan (11,59%), frekuensi, jumlah, dan dominasi alel
tempat minum burung (1,44%), dispenser resisten. Faktor bioekologi meliputi
(2,89%), dan lainnya (2,89%). perilaku nyamuk, jumlah generasi per
tahun, mobilitas dan migrasi. Faktor
STATUS RESISTENSI LARVA operasional meliputi jenis dan sifat
Aedesaegypti insektisida yang digunakan, jenis-jenis
Persentase kematian uji lanjutan insektisida yang digunakan sebelumnya,
pada larva Aedes aegypti yang berasal jangka waktu, dosis, frekuensi, dan cara
dari wilayah perimeter dari konsentrasi aplikasi, dan bentuk formulasi. Faktor
tertinggi ke konsentrasi terendah berturut- genetic dan bioekologi merupakan sifat
turut adalah 100%, 97,6%, 96%, 67,2%, asli serangga sehingga hal tersebut di luar
dan 56%. Sementara kematian pada uji pengendalian program.
lanjutan dengan menggunakan larva Seberapa cepat sebuah insektisida
Aedes aegypti yang berasal dari wilayah menjadi tidak efektif terhadap serangga
buffer darikonsentrasi tertinggi ke target sangat tergantung dengan seleksi
konsentrasi terendah berturut-turut adalah individu terhadap resistensi, yang salah
96,8%, 91,2%, 63,2%, 40,8%, 27,2%. Jika satunya ditentukan oleh berapa lama dan
dilihat dari rata-rata kematian larva, maka seberapa sering insektisida digunakan,
larva yang berasal dari wilayah perimeter seberapa banyak tempat perindukan
pelabuhan Tanjung Emas termasuk dalam nyamuk yang diberi aplikasi insektisida,
kategori toleran karena total kematian dan dosis yang digunakan.
larva sebanyak 96%. Ada tiga mekanisme resistensi
Menurut WHO, secara in vitro suatu serangga terhadap insektisida yaitu,
kematian larva uji Aedes aegypti 1) Peningkatan detoksifikasi (menjadi
sebanyak 80-98% masuk pada kategori tidak beracun) insektisida oleh karena
toleran. Sedangkan berdasarkan hasil bekerjanya enzim-enzim tertentu, 2)
analisis dengan menggunakan Probit Penurunan kepekaan tempat sasaran
Analysis Program menunjukkan bahwa insektisida pada tubuh serangga, dan 3)
nilai LC99 adalah sebesar 0,396 mg/l, Penurunan laju penetrasi insektisida
maka juga dapat dikatakan bahwa larva melalui kulit atau integumentum seperti
Aedes aegypti dari wilayah perimeter yang terjadi pada ketahanan terhadap
sudah tidak rentan lagi terhadap larvasida kebanyakan insektisida.(17)(18)
temephos (abate) dan status kerentannya Temephos merupakan insektisida
sudah dapat disebut termasuk kedalam golongan organofosfat yang memiliki
golongan resisten karena menurut WHO kemampuan sebagai racun yang
dalam Ningsih larva Aedes aegypti mempengaruhi sistem neurotransmitter.
dikatakan telah resisten terhadap Berdasarkan tiga mekanisme terjadinya
larvasida temephos apabila nilai LC99 resistensi suatu insektisida yang telah
sudah melebihi 0,020 mg/l. Sehingga bisa dijelaskan di atas maka kemungkinan
ditarik kesimpulan dalam penelitian ini pada temephos telah terjadi hal berikut
bahwa larva Aedes aegypti dari wilayah
164
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
yaitu telah terjadi detoksifikasi terhadap menyatakan bahwa larva Aedes aegypti
enzim mikrosomal oksidase, glutation masih rentan terhadap temephos.
transferase, hidrolase dan esterase. Akan Sementara penelitia yang dilakukan
tetapi hal ini masih harus dilakukan Pangestika pada kelurahan endemis,
penelitian lebih lanjut secara biokimia. sporadis, dan potensial DBD di
Kemungkinan kedua adalah telah terjadi Kecamatan Mijen Kota Semarang dengan
penurunan kepekaan tempat sasaran konsentrasi standar WHO 0,02 mg/l
insektisida pada tubuh nyamuk, dalam hal menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti
ini asetilkolinesterase. Penelitian terakhir di wilayah tersebut sudah toleran terhadap
dilaporkan telah terjadi penurunan laju temephos. Penelitian yang dilakukan di
penetrasi insektisida melalui kulit karena Banjarmasin Barat oleh Istiana dkk.,
terjadinya toleransi yang berhubungan dengan konsentrasi 0,0243 mg/l
dengan faktor genetik dan bioekologi.(17)(18) menunjukkan bahwa larva Aedes aegypti
Resistensi yang terjadi pada larva di wilayah tersebut telah resisten.
Aedes aegypti di wilayah buffer Pelabuhan
Tanjung Emas salah satunya bisa terjadi KESIMPULAN
karena Kantor Kesehatan Pelabuhan Larva Aedes aegypti dari wilayah
memberikan larvasida temephos kepada perimeter Pelabuhan Tanjung Emas
kadernya secara bergilir di masing – dengan rata-rata kematian sebesar 96%
masing kelurahan. Hal ini sesuai dengan sudah toleran terhadap larvasida
penelitian yang dilakukan Istiana dkk yang temephos. Sementara larva Aedes
menyebutkan bahwa pemberian temephos aegypti dari wilayah buffer Pelabuhan
yang tidak teratur dapat mempengaruhi Tanjung Emas dengan rata-rata Kematian
kejadian resistensi karena pemberian sebesar 68% sudah resisten terhadap
yang tidak teratur dapat menyebabkan temephos.
perubahan kepekaan larva.(19) LC50 dan LC99 temephos di
Wilayah buffer yang terdiri atas 3 wilayahperimeter 0,038 mg/l dan 0,396
kelurahan juga merupakan wilayah kerja mg/l. sementara LC50 dan LC99 temephos
dari puskesmas setempat. Salah satu di wilayah buffer 0,113 mg/l dan 0,779
program puskesmas yaitu pemberian mg/l.
larvasida berupa Abate dengan bahan Density Figure (DF) Aedesa egypti
aktif temephos. Pemberian ganda diwilayah perimeter dan buffer Pelabuhan
temphos dari program Kantor Kesehatan Tanjung Emas masuk dalam kategori
Pelabuhan dan Puskesmas bisa dikatakan kepadatan larva yang tinggi.
sebagai salah satu faktor yang
meningkatkan kekebalan larva nyamuk SARAN
terhadap temephos. Salah satu faktor Masyarakat diharapkan dapat
yang mempengaruhi laju perkembangan meningkatkan Pemberantasan Sarang
resistensi adalah tingkat tekanan seleksi Nyamuk (PSN) di lingkungan rumah
yang diterima oleh suatu populasi masing-masing untuk mengurangi
serangga. Pada kondisi yang sama, suatu kepadatan vektor di wilayahtersebut.
populasi yang menerima tekanan yang Penggunaan temephos diwilayah
lebih keras akan berkembang menjadi perimeter masih dimungkinkan namun
populasi yang resisten dalam waktu yang harus dilakukan monitoring rutin dan
lebih singkat dibandingkan dengan sosialisasi penggunaan dengan
populasi serangga yang menerima konsentrasi yang tepat. Penggunaan
tekanan seleksi yang lebih lemah.(20)(21) temephos di wilayah buffer juga harus
Di Indonesia juga telah dilakukan diamati jika dimungkinkan penggantian
beberapa penelitian terkait status larvasida menggunakan insektisida
kerentanan larva Aedes aegypti terhadap jenislain, contohnya larvasida IGR (insect
temephos. Penelitian yang dilakukan oleh Growth Regulator).
Triana (2008) di Kelurahan Tembalang,
Semarang menunjukkan kematian larva Daftar Pustaka
99% pada dosis 0,02 mg/l yang 1. Online.www.dinkeskotasemarang.go.id
(diakses pada April 2015)
165
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
166