Anda di halaman 1dari 10

ANALISA JURNAL READING

ANALISA PICO JURNAL 1 JURNAL 2

Problem Pengaruh Pendidikan Kesehatan Pengaruh Penyuluhan Tentang


Tentang Penanganan Kejang Kejang Demam Anak Terhadap
Demam Pada Balita Terhadap Self Pengetahuan Orang Tua
Effecacy Ibu Didesa Tempur Sari
Kejang demam merupakan kejadian
Tambak Boyo Mantingan Ngawi
kejang yang berhubungan dengan
Kejang demam merupakan gangguan demam diatas 380C rektal atau lebih
transier pada anak-anak yang terjadi 37,80C aksila.1 Kejang yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan terkait dengan gejala demam dan
ini merupakan salah satu gangguan usia, serta tidak didapatkan infeksi
neurologik yang paling sering di intrakranial ataupun kelainan lain di
jumpai pada anak-anak. Bila kejang otak.2,3 Pendapat para ahli
demam tidak ditangani akan terjadi terbanyak kejang demam terjadi
kerusakan sel-sel otak akibat pada waktu anak berusia antara 3
kekurangan oksigen dalam otak, bulan sampai dengan 5 tahun.2
pengeluaran sekret lebih dan resiko Lebih dari 90% penderita kejang
kegawat daruratan untuk aspirasi demam terjadi pada anak berusia di
jalan napas yang menyebabkan bawah 5 tahun.6 Terbanyak
tersumbatnya jalan napas. Jika tidak bangkitan kejang demam terjadi
ditangani dengan baik maka beresiko pada anak berusia antara usia 6
kematian kematian (Lumbantobing, bulan sampai dengan 22 bulan.7
2003). Insiden bangkitan kejang demam
tertinggi terjadi pada usia 18 bulan.8
Angka kejadian kejang demam di
Kejang demam terjadi pada 2-5%
Amerika Serikat dan di Eropa Barat
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di
pada tahun 2007 berkisar antara 8%-
negara maju.4,5 Di Amerika Serikat
49% (Brough, 2008). Angka kejadian
dan Eropa prevalensi kejang demam
di Asia pada tahun 2007 dari seluruh
berkisar 2- 5%.13,14,15 Dengan
kejang ditemukan 20% anak
angka kejadian kejang demam
sederhana sekitar 70-75%, kejang
1
mengalami kejang demam kompleks kompleks 20-25% dan sekitar 5%
(Wardani, 2013). kejang demam simptomatik. Di Asia
prevalensi kejang demam
Balita di Indonesia 16% diantaranya
meningkat dua kali lipat bila
mengalami gangguan saraf dan otak
dibandingkan di Eropa dan di
seperti kejang-kejang, gangguan
Amerika Serikat. Di Jepang angka
pendengaran, kepala membesar dan
kejadian kejang demam berkisar
lain- lain. (Depkes RI, 2006).
8,3- 9,9%.9,10 Bahkan di Guam
Hasil penelitian terdahulu
insiden kejang demam mencapai
menunjukkan bahwa 80% orang tua
14%.11,12 Data kejadian kejang
mempunyai fobia demam. Demam
demam di Indonesia masih terbatas.
pada anak akan membuat orang tua
Insiden dan faktor predileksi kejang
bingung karena anak cenderung rewel
demam di Indonesia sama dengan
dan tidak bisa tidur (Karnia, 2007).
negara lain. Kira-kira satu sampai
Hasil penelitian lain menunjukkan
tiga anak dengan kejang demam
57% orang tua takut saat anaknya
pernah mempunyai riwayat kejang
mengalami demam dan beranggapan
demam sebelumnya, dengan sekitar
anak akan mengalami kejang demam
75% terjadi pada tahun yang sama
(Tarigan, Chairul, & Syamsidah,
dengan kejang demam pertama, dan
2007).
sekitar 90% terjadi pada tahun
Kejang demam merupakan keadaan berikutnya dengan kejang demam
yang sifatnya berbahaya dan dapat pertama.12,13 Dengan demikian,
mengakibatkan anak akan meninggal secara kasar dapat diperkirakan
dunia pada saat mengalami kejang bahwa prevalensi kejang demam
demam. Pendidikan kesehatan pada anak di Indonesia cukup
mengenai cara melindungi anak banyak, mengingat banyak faktor
terhadap ancaman bahaya dan predileksi yang dapat menyebabkan
mengamati dengan tepat apa yang kejang demam Pada penelitian yang
terjadi pada anak selama kejang dilakukan oleh Dr M. Hanlon dan Dr
demam perlu dilakukan agar orang tua E. Wassemer didapatkan bahwa
tidak panik dan kebingungan (Wong, pengetahuan orang tua tentang
2009). kejang demam dan penatalaksanan
Pentingnya pendidikan kesehatan kejang demam masih rendah.
2
untuk meningkatkan self efficacy pada Rendahnya pengetahuan tersebut
ibu bahwa self efficacy seseorang dipengaruhi oleh faktor sosial dan
ditentukan oleh kerja keras dan faktor lingkungan serta kurangnya
ketekunan dalam menghadapi situasi pemberian informasi kesehatan. 14
tertentu disamping itu juga self Rendahnya pengetahuan dari orang
efficacy juga mempengaruhi sejumlah tua mengakibatkan anak dengan
stress dan pengalaman kecemasan risiko kejang demam tidak
individu seperti ketika mereka dilakukan pencegahan sebelumnya
menyibukan diri dalam satu aktifitas dan kejadian kejang tidak dapat
(Pajares, 2009). segera diatasi oleh orang tua sendiri.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
pada tanggal 25 Desember 2014
didapatkan di Desa Tempur Sari
Tambak Boyo Mantingan Ngawi
terdapat 50 ibu yang mempunyai anak
balita. Hasil wawancara di dapatkan
dari 7 orang ibu yang memiliki anak
balita yang tidak mengerti terhadap
penanganan kejang demam, pada
umumnya bagi orang tua bingung dan
panik saat anaknya mengalami kejang
demam, orang tua khususnya ibu
hanya bisa menangis disamping
anaknya. Orang tua belum mengetahui
cara penanganan kejang demam pada
anak dan cenderung memberikan
selimut tebal ketika anak sudah
mengalami demam tinggi.
Intervention Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan
menganalisis pengaruh pendidikan menganalisis pengaruh tentang
kesehatan tentang penanganan kejang kejang demam terhadap
demam pada balita terhadap self pengetahuan orang tua.

3
efficacy ibu di Desa Tempur Sari Penelitian ini menggunakan
Tambak Boyo Mantingan Ngawi. rancangan Quasi Eksperimental
One Grup Pre-Posttest Design. 15
Penelitian ini menggunakan desain
Penelitian dilaksanakan di klinik
penelitian quasi experimentpretest-
anak RSUP Dr. Kariadi Semarang
posttest one group design.Tehnik
pada bula Mei sampai Juni 2014.
penggunaan sampel menggunakan
Pemilihan responden menggunakan
purposive sampling yaitu sampel
cara consecutive sampling. 15
yang digunakan harus memiliki
Responden diperoleh dari semua
kriteria eksklusi dan kriteria inklusi
orang tua dengan anak kejang
yang dinginkan oleh peneliti.
demam yang berkunjung ke klinik
Instrument yang digunakan adalah
anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.
kuesioner yang telah diuji validitas
dan reliabilitas yang berjumlah 18 Metode penyuluhan yang digunakan
pertanyaan self efficacy. Penelitian adalah metode penyuluhan
dilakukan di Desa Tempur Sari individual dengan bantuan leaflet.
TambakBoyo Mantingan Ngawi 16 Pengambilan data mengenai
apada bulan februari. Sampel yang pengetahuan akan dilaksanakan
digunakan berjumlah 44 responden. secara 2 tahap, yaitu pretest dan

Analisa data pada penelitian ini postest dengan metode

meliputi analisa univariat dan kuesioner.17,18 Pada penelitian ini


bivariat. Analisa univariat pada didapatkan sampel sebanyak 20
penelitian ini digunakan untuk responden, di mana setiap

mengalisis tingakat dan responden mendapat perlakuan


umur
pendidikan disajikan dalam bentuk berupa penyuluhan kesehatan

proporsi presentase. Analisa bivariat tentang kejang demam. Kriteria


penelitian menggunakananalisa inklusinya adalah orang tua dengan
sistem spss dengan menggunakan uji anak kejang demam yang

Wilcoxon Signed Rank Test. berkunjung ke klinik anak RSUP


Dr. Kariadi Semarang, bersedia
Metode dan media yang digunakan
mengikuti penelitian, tingkat
yang mana metode dan media
pendidikan SD-Perguruan tinggi.
penyampaian informasi dapat
Sedangkan kriteria eksklusinya
memberikan efek yang signifikan
4
terhadap Pendidikan kesehatan dan adalah responden bekerja di
self efficacy hal ini dapat dilihat dari Puskesmas/Rumah Sakit, bekerja
hasil analisis penelitian di atas yang sebagai tenaga kesehatan, tidak
menunjukkan terjadi peningkatan kooperatif dan tidak komunikatif,
sebelum dan sesudah diberikan dan tidak mengikuti penelitian
pendidikan kesehatan. Media yang sampai selesai (drop out). Variabel
digunakan penelitian dalam bebas dalam penelitian ini adalah
penyuluhan kesehatan menggunakan pemberian penyuluhan dengan
media leaflet dimana media tersebut variabel terikat adalah pengetahuan
memperjelas ide atau pesan yang orang tua. Variabel perancu adalah
disampaikan selain itu juga dapat pengalaman sakit, pendidikan,
membantu mengingat kembali apa kondisi fisik responden, usia dan
yang disampaikan oleh peneliti. sumber informasi. Analisis data
menggunakan Paired T-Test.

Comparison Tabel 1. Distribusi frekuensi


Tabel 1 Distribusi Frekuensi
karakteristik responden (total 20
Karakteristik Usia (N=44). Hasil
responden) Responden termuda
analisis didapat diketahui bahwa
dalam penelitian ini berusia 24
Sebagian besar rerata umur responden
tahun dan usia tertua adalah 39
adalah 20-35 tahun sebanyak 35
tahun. Responden dibagi menjadi 4
responden atau 79.5 %. Kategori usia
kategori usia berdasarkan range.
sebagian besar responden yaitu
Jumlah terbanyak berada pada
berada pada kategori masa dewasa
kategori usia 31-35 tahun, yaitu
awal, yang artinya cukup matang
sebanyak 7 orang (35,0%). Rerata
dalam berfikir (Depkes, 2009).
responden berusia 31,95±4,90
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
tahun. Responden terbanyak berusia
Karakteristik Pendidikan(N=44).
38 tahun. Responden pada
Hasil analisis didapatkan dari 19
penelitian ini lebih banyak berjenis
responden sebagian besar
kelamin perempuan, yaitu sebanyak
berpendidikan SMA sedangkan yang
11 orang (55,0%). Dari data
memiliki pendidikan SMP yaitu
penelitian dalam kuesioner,
sebanyak 12 responden atau 27.3
didapatkan responden mayoritas

5
%, sedangkan yang memiliki bekerja sebagai ibu rumah tangga
pendidikan SD yaitu sebanyak 10 (tidak bekerja) yaitu sebanyak 6
responden atau 22.7 % , dan orang (30,0%). Kriteria inklusi yang
sedangkan yang memiliki digunakan dalam penelitian kali ini
pendidikan Perguruan Tinggi yaitu adalah tingkat pendidikan terakhir
sebanyak 3 responden atau 6.8 %. responden SD-Perguruan Tinggi.
Tingkat pendidikan terakhir
Tabel 3 Self efficacy pre pendidikan
kesehatan(N=44). Hasil analisis dapat responden mayoritas adalah SMA
yaitu sebanyak 11 orang (55,0%).
diketahui pada tabel diatas diketahui
bahwa sebelum dilakukan pendidikan Tabel 2. Perbandingan karakteristik
kesehatan sebagian besar responden responden. Dari data karakteristik
memiliki Self efficacy rendah tentang usia responden penelitian
kejang demam yaitu sebanyak 5 didapatkan skor pengetahuan
responden atau 11.4 %. Sedangkan tertinggi pada kelompok usia 26-30
responden yang memiliki Self efficacy tahun dengan skor pretest
sedang sebanyak 30 responden atau 25,25±4,64 dan skor posttest
sebesar 68.2%, dan responden yang 40,25±2,87. Kelompok responden
memiliki Self efficacy baik sebanyak perempuan didapatkan skor lebih
9 responden atau sebesar 20.5 % tinggi daripada kelompok responden
tentang kejang demam. laki-laki dengan skor pretest
Tabel 4Self efficacy post pendidikan 21,91±5,70 dan skor posttest
kesehatan(N=44). Hasil analisis dapat 40,18±3,22. Pada kelompok
diketahui pada tabel diatasbahwa pekerjaan responden PNS
setelah dilakukan pendidikan didapatkan skor pretest 28,00±0,00
kesehatan sebagian besar responden dan skor posttest 44,00±0,00 yang
memiliki Self efficacy sedang tentang merupakan skor tertinggi pada data
kejang demam yaitu sebanyak 26 karakteristik pekerjaan responden.
responden atau 59.1%, Responden dengan pendidikan
sedangkan responden yang terakhir perguruan tinggi
memiliki Self efficacy rendah mempunyai skor pretest 28,00±0,00
sebanyak 7 responden atau sebesar dan skor posttest 44,00±0,00 yang
15.9 % sedangkan responden yang merupakan skor tertinggi pada data

6
memiliki Self efficacy baik sebanyak kelompok karateristik pendidikan
11 responden atau sebesar 25.0 % terakhir responden.
tentang kejang demam. Hasil
Tabel 3. Perbedaan rerata
penelitian post test atau setelah
pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan pendidikan kesehatan
penyuluhan. Sebelum diberikan
menunjukkan bahwa self efficacy baik
penyuluhan, rata-rata skor total
sebesar 25.0 %.
responden adalah 20,60±5,94.
Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Setelah diberikan penyuluhan, rata-
Rank Test tentang Penanganankejang rata skor total pengetahuan
Demam pada balita Terhadapself responden menjadi 39,90±2,69.
efficacy ibu pre dan post diberikan Berdasarkan uji Paired-T test yang
pendidikan kesehatan (N=44). Hasil digunakan, didapatkan nilai
analisis dapat diketahui pada tabel probabilitas .000 dan karena nilai
diatas bahwa sebelum dilakukan p<0,05 maka dapat disimpulkan
pendidikan kesehatan sebagian besar terdapat perbedaan bermakna antara
responden memiliki Self efficacy pengetahuan responden sebelum
sedang tentang kejang demam yaitu dan sesudah diberikan penyuluhan.
sebanyak 30 responden atau 68.2 % , Hasil tersebut tidak
sedangkan setelah dilakukan menggambarkan adanya kelompok
pendidikan kesehatan sebagian besar pertanyaan tentang kejang demam
responden memiliki Self efficacy baik yang lebih baik pada responden. Hal
tentang kejang demam yaitu 11 tersebut dikarenakan jumlah
responden atau 25.0 %. pertanyaan pada masing-masing
Berdasarkan uji Wilcoxon Signed kelompok pertanyaan etiologi,
Rank Test menghasilkan nilai P value definisi, faktor risiko, pencegahan,
0,000 lebih kecil dari nilai p< 0,05. pengelolaan dan komplikasi tidak
Hal ini menunjukkan bahwa sama jumlahnya. Hasil tersebut
pendidikan kesehatan sangat hanya menggambarkan perbedaan
berpengaruh terhadap self efficacy rerata skor pengetahuan responden
ibu. saat pretest dan postest pada
masing-masing kelompok
.
pertanyaan dan total skor.

7
Outcomes Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal 1 diketahui pendidikan kesehatan
berpengaruh antara Self efficacy. Hal ini diketahui dari:
1. Karakteristik usia ibu berusia antara 20-35 tahun dengan 35 responden
atau (79.5%) dan rata-rata tingkat pendidikan ibu adalah SMA dengan
19 responden atau (43.2 %)
2. Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan di dapatkan Self efficacy ibu
sedang tentang penanganan kejang demam yaitu 68.2 %.
3. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan di dapatkan Self efficacy ibu
sedang tentang penanganan kejang demam yaitu 59,1 %.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan kesehatan tentang
penanganan kejang demam pada balita terhadap Self efficacy ibu
dengan nilai p value 0,000 lebih kecil dari nilai ( p< 0,05 ).

Berdasarkan hasil penelitian pada jurnal 2 maka didapatkan bahwa terdapat


perbedaan pengetahuan orang tua tentang kejang demam sebelum dan
sesudah penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
penyuluhan tentang kejang demam terhadap peningkatan pengetahuan orang
tua. Terlihat dari peningkatan secara bermakna skor rata-rata total
pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sesuai
dengan teori menurut WHO yang dikutip dalam Notoatmodjo bahwa salah
satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pemberian
informasi yang dapat dilakukan dengan penyuluhan.20,21 Sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dr. M. Hanlon dan Dr. E Wassmer
yang menyatakan bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan
orang tua tentang kejang demam.14 Juga pada penelitian yang dilakukan oleh
Mei- Chih Huang, Ching-Chuan Liu dan Chao-Ching Huang22 menujukkan
bahwa penyuluhan tentang kejang demam pada orang tua dapat
meningkatkan pengetahuan orang tua baik dalam hal etiologi, definisi, faktor
risiko, pengetahuan, penanganan dan komplikasi.

8
Critical Appraisal (Penilaian Kritis)
A. Judul

Jurnal (1) : Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Kejang Demam Pada Balita
Terhadap Self Efficacy Ibu Di Desa Tempur Sari Tambak Boyo Mantingan Ngawi.

Jurnal (2) : Pengaruh Penyuluhan Tentang Kejang Demam Anak Terhadap Pengetahuan Orang
Tua.

B. Tujuan

Jurnal (1) : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang
penanganan kejang demam pada balita terhadap self efficacy ibu di Desa Tempur Sari Tambak
Boyo Mantingan Ngawi.

Jurnal (2) : Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh tentang kejang demam terhadap
pengetahuan orang tua.

C. Validasi

Berdasarkan jurnal (1) dan jurnal (2) diperoleh validasi yang sudah sesuai dan tepat. Dibuktikan
dengan desain penelitian dan sampel yang digunakan saat penelitian. Pada jurnal 1
menggunakan metode penelitian dengan desain penelitian quasi experimentpretest-posttest one
group design, tehnik penggunaan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang
digunakan harus memiliki kriteria eksklusi dan kriteria inklusi yang dinginkan oleh peneliti.
Tetapi pada jurnal tersebut tidak dicantumkan kriteria inklusi dan iklusinya. Sedangkan pada
jurnal 2 penelitian menggunakan rancangan quasi eksperimental one grup pre-posttest design
dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Pengambilan data mengenai
pengetahuan akan dilaksanakan secara 2 tahap, yaitu pretest dan postest dengan metode
kuesioner.17,18. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 20 responden, di mana setiap
responden mendapat perlakuan berupa penyuluhan kesehatan tentang kejang demam. Kriteria
inklusinya adalah orang tua dengan anak kejang demam yang berkunjung ke klinik anak RSUP
Dr. Kariadi Semarang, bersedia mengikuti penelitian, tingkat pendidikan SD-Perguruan tinggi.
Sedangkan kriteria eksklusinya adalah responden bekerja di Puskesmas/Rumah Sakit, bekerja
sebagai tenaga kesehatan, tidak kooperatif dan tidak komunikatif, dan tidak mengikuti
penelitian sampai selesai (drop out).

D. Importance

Pada Jurnal (1) dan jurnal (2) selain valiadasi sudah baik dan tepat, jurnal tersebut bermanfaat
9
bagi psien dengan kejang demam dan keluarga pasien, yaitu : menambah wawasan tentang
kejang demam dan mengurangi resiko terjadinya kejang berulang, karena pada penyampian
materi yang digunakan pada kelua jurnal ini sangat baik, dengan media penyuluhan kesehatan
menggunakan media leaflet dimana media tersebut memperjelas ide atau pesan yang
disampaikan selain itu juga dapat membantu mengingat kembali apa yang disampaikan oleh
peneliti.

E. Applicabillity

Berdasarkan hasil penelitian kedua jurnal tersebut dapat diaplikasikan diruang melati.
Perawat dan petugas kesehatan lainnya dapat mengadakan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat pada saat melaukan tindakan keperawatan atau tindakan medis lainnya dengan
strategi yang lebih menarik misalnya dengan memberikan leaflet atau hadiah menarik untuk
pasien sesudah melakukan penyuluhan, sehingga keluarga pasien dapat mengantisipasi
penanganan kejang demam secara benar dan tepat, selain itu dapat menambah wawasan
pengetahuan dan mengurangi resiko terjadinya kejang demam berulang.

F. Tahun Penelitian

Jurnal (1) : penelitian dilakukan pada tahun 2014

Jurnal (2) : penelitian dilakukan pada tahun 2014

10

Anda mungkin juga menyukai