Anda di halaman 1dari 6

Antiemetik

Antiemetik hanya diresepkan bila penyebab muntah yang sebenarnya telah diketahui karena
bila tidak pemberian antiemetik dapat menunda diagnosis, terutama pada anak. Pemberian
antiemetik tidak diperlukan dan bahkan kadang berbahaya bila penyebab utama kasus
tersebut dapat diatasi, seperti ketoasidosis diabetik atau pada keracunan digoksin atau
antiepileptik.

Metoklopramid adalah antiemetik yang efektif dan aktifitasnya menyerupai fenotiazin.


Metoklopramid juga bekerja langsung pada saluran cerna dan lebih baik daripada fenotiazin
untuk kasus-kasus muntah akibat penyakit gastroduodenal, penyakit hati dan empedu.
Penggunaan injeksi metoklopramid 10 mg pada kasus mual dan muntah pasca bedah amatlah
terbatas. Injeksi metoklopramid dosis tinggi untuk mengatasi mual dan muntah akibat
sitotoksik telah jarang digunakan.

Indikasi:

dewasa: mual dan muntah pada gangguan saluran cerna dan pada pengobatan dengan
sitotoksik atau radioterapi; untuk kontrol muntah karena operasi abdominal dan prosedur
diagnostik; migrain. Pasien di bawah 20 tahun, batasi pada kasus muntah berat dengan sebab
yang jelas, muntah karena obat sitotoksik dan radioterapi; bantuan pada intubasi saluran
cerna, pramedikasi; dosis sebaiknya ditentukan menurut berat badan.

Peringatan:

gangguan hati, gangguan ginjal (lihat Lampiran 3); lansia, dewasa muda, dan anak (hitung
dosis secara akurat, lebih baik menggunakan pipet); dapat menutupi penyakit utama seperti
iritasi serebral; epilepsi; kehamilan (lihat Lampiran 2); porfiria.

Kontraindikasi:

obstruksi gastrointestinal, perforasi atau perdarahan; 3-4 hari setelah operasi gastrointestinal;
feokromositoma; epileptik, gejala ekstrapiramidal dari tipe parkinson, menyusui (lihat
Lampiran 4).

Efek Samping:

efek ekstrapiramidal (terutama pada anak-anak dan dewasa muda- lihat keterangan di atas),
hiperprolaktinemia, tardive dyskinesia pada pemakaian lama; juga dilaporkan mengantuk,
gelisah, diare, depresi, sindrom neuroleptik malignan, ruam kulit, pruritus, udem;
abnormalitas konduksi jantung dilaporkan terjadi pada pemberian intravena; jarang terjadi
methemoglobinemia (lebih berat terjadi pada penderita dengan defisiensi G6PD).

Dosis:

oral, atau injeksi intramuskular atau intravena lebih dari 1-2 menit, 10 mg (5 mg pada dewasa
muda berusia 15-19 tahun dengan berat di bawah 60 kg) 3 kali sehari
ANAK

 sampai dengan 1 tahun (berat sampai 10 kg) 1 mg 2 kali sehari,


 1-3 tahun (10-14 kg) 1 mg 2-3 kali sehari
 3-5 tahun (15-19 kg) 2 mg 2-3 kali sehari
 5-9 tahun (20-29 kg) 2,5 mg 3 kali sehari
 9-14 tahun (30 kg dan lebih) 5 mg 3 kali sehari

DEWASA MUDA: 10 mg/2,5 mL

Dosis harian metoklopramid tidak boleh melebihi 500 mcg/kg bb, umumnya pada anak dan
dewasa muda. Untuk prosedur diagnostik, sebagai dosis tunggal 5-10 menit sebelum
pemeriksaan, 10-20 mg (10 mg pada dewasa muda ber usia 15-19 tahun).

Demam

Analgesik Non-Opioid

ASETOSAL (ASAM ASETILSALISILAT)


Indikasi:

nyeri ringan sampai sedang; demam

Peringatan:

 asma; penyakit alergi; gangguan fungsi ginjal


 menurunnya fungsi hati
 dehidrasi sebaiknya hindarkan pengunaan pada demam atau infeksi virus pada remaja
 pasien lansia
 defisiensi G6PD.

Kontraindikasi:

anak dan remaja di bawah usia 16 tahun dan ibu menyusui , riwayat maupun sedang
menderita tukak saluran cerna; hemofilia; tidak untuk pengobatan gout.

HIPERSENSITIVITAS. Asetosal dan AINS lainnya tidak boleh diberikan kepada penderita
dengan riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau AINS lain; termasuk mereka yang
terserang asma; angioudema; urtikaria atau rinitis yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS
lain.

SINDROM REYE. Karena hubungannya dengan Sindrom Reye, maka sediaan yang
mengandung asetosal tidak diberikan pada anak dan remaja di bawah usia 16 tahun, kecuali
ada indikasi yang spesifik misalnya untuk pengobatan Sindrom Kawasaki.

Efek Samping:
biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi saluran
cerna dengan perdarahan ringan yang asimptomatis; memanjangnya bleeding time;
bronkospasme; dan reaksi kulit pada pasien hipersensitif. Overdosis: lihat Pengobatan
Darurat pada Keracunan.

Dosis:

300-900 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan; maksimum 4 g per hari. Anak dan remaja tidak
dianjurkan .

ASETOSAL KOMBINASI DENGAN BUKAN PSIKOLEPTIK


Keterangan:

Sediaan yang dijual bebas. Berikut ini daftar sediaan yang dijual bebas yang mengandung
asetosal atau parasetamol dengan bahan aktif lain. Penting: pada overdosis hubungi Sentra
Informasi Keracunan untuk penjelasan lengkap tentang isinya.

IBUPROFEN
Indikasi:

Nyeri ringan sampai sedang antara lain nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi, nyeri
pasca bedah, sakit kepala, gejala artritis reumatoid, gejala osteoartritis, gejala juvenile artritis
reumatoid, menurunkan demam pada anak.

Peringatan:

Tidak dianjurkan pada lansia, kehamilan, persalinan, menyusui, pasien dengan perdarahan,
ulkus, perforasi pada lambung, gangguan pernafasan, gangguan fungsi jantung, gangguan
fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, hipertensi tidak terkontrol, hiperlipidemia, diabetes
melitus, gagal jantung kongestif, penyakit jantung iskemik, penyakit serebrovaskular,
penyakit arteri periferal, dehidrasi, meningitis aseptik.

Interaksi:

AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif. Glikosida
jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan konsentrasi plasma
glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau perdarahan lambung.
Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan. Antiplatelet dan golongan
SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko perdarahan lambung. Asetosal:
meningkatkan risiko efek samping. Anti hipertensi: menurunkan efek anti hipertensi.
Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium: mempercepat eliminasi litium.
Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat. Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan
risiko nefrotoksik. Zidovudin: meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon:
meningkatkan risiko kejang. Aminoglikosida: menurunkan eksresi aminoglikosida.
Mifepriston: jangan gunakan AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston karena dapat
mengurangi efek mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan.

Kontraindikasi:
Kehamilan trimester akhir, pasien dengan ulkus peptikum (ulkus duodenum dan lambung),
hipersensitivitas, polip pada hidung, angioedema, asma, rinitis, serta urtikaria ketika
menggunakan asam asetilsalisilat atau AINS lainnya.

Efek Samping:

Umum: pusing, sakit kepala, dispepsia, diare, mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi,
hematemesis, melena, perdarahan lambung, ruam. Tidak umum: rinitis, ansietas, insomnia,
somnolen, paraestesia, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tinnitus, vertigo, asma,
dispnea, ulkus mulut, perforasi lambung, ulkus lambung, gastritis, hepatitis, gangguan fungsi
hati, urtikaria, purpura, angioedema, nefrotoksik, gagal ginjal. Jarang: meningitis aseptik,
gangguan hematologi, reaksi anafilaktik, depresi, kebingungan, neuritis optik, neuropati
optik, edema. Sangat jarang: pankreatitis, gagal hati, reaksi kulit (eritema multiform,
sindroma Stevens – Johnson, nekrolisis epidermal toksik), gagal jantung, infark miokard,
hipertensi.

Dosis:

Dewasa, dosis yang dianjurkan 200-250 mg 3-4 kali sehari. Anak 1-2 tahun, 50 mg 3-4 kali
sehari. 3-7 tahun, 100-125 mg 3-4 kali sehari. 8-12 tahun, 200-250 mg 3-4 kali sehari. Tidak
boleh dipergunakan pada anak dengan berat badan kurang dari 7 kg. Sebaiknya diminum
setelah makan. Osteoartritis, artritis reumatoid. 1200 mg – 1800 mg 3 kali sehari.
Eksaserbasi akut. Dosis maksimum 2400 mg/hari, jika kondisi sudah stabil selanjutnya dosis
dikurangi hingga maksimum 1800 mg/hari.

PARASETAMOL (ASETAMINOFEN)
Indikasi:

nyeri ringan sampai sedang, nyeri sesudah operasi cabut gigi, pireksia.

Peringatan:

gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal (lampiran 3), ketergantungan alkohol.

Interaksi:

peningkatan risiko kerusakan fungsi hati pada pengunaan bersama alkohol.

Kontraindikasi:

gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas.

Efek Samping:

jarang terjadi efek samping, tetapi dilaporkan terjadi reaksi hipersensitivitas, ruam kulit,
kelainan darah (termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia), hipotensi juga
dilaporkan pada infus, PENTING: Penggunaan jangka panjang dan dosis berlebihan atau
overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati, lihat pengobatan pada keadaan darurat karena
keracunan.
Dosis:

oral 0,5–1 gram setiap 4–6 jam hingga maksimum 4 gram per hari; anak–anak umur 2 bulan
60 mg untuk pasca imunisasi pireksia, sebaliknya di bawah umur 3 bulan (hanya dengan
saran dokter) 10 mg/kg bb (5 mg/kg bb jika jaundice), 3 bulan–1 tahun 60 mg–120 mg, 1-5
tahun 120–250 mg, 6–12 tahun 250– 500 mg, dosis ini dapat diulangi setiap 4–6 jam jika
diperlukan (maksimum 4 kali dosisdalam 24 jam), infus intravena lebih dari 15 menit,
dewasa dan anak–anak dengan berat badan lebih dari 50 kg, 1 gram setiap 4–6 jam,
maksimum 4 gram per hari, dewasa dan anak–anak dengan berat badan 10 -50 kg, 15 mg/kg
bb setiap 4–6 jam, maksimum 60 mg/kg bb per hari.

Diare
Larutan Rehidrasi Oral

Lini pertama pengobatan diare akut, seperti pada gastroenteritis, ialah mencegah atau
mengatasi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, terutama pada bayi dan lansia.
Larutan rehidrasi oral tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang
bersama feses. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan.
Larutan rehidrasi oral tersedia dalam bentuk serbuk untuk dilarutkan dan dalam bentuk
larutan yang diminum perlahan-lahan. Larutan rehidrasi oral menurut panduan WHO dan
UNICEF yang dikeluarkan pada Desember 2006, mengandung kadar natrium dan glukosa
yang lebih rendah daripada formula sebelumnya (osmolaritas rendah, 245 mOsm/l dibanding
dengan formula sebelumnya yang memiliki osmolaritas 311 mOsm/l). Dengan kadar Na dan
glukosa yang lebih rendah, larutan rehidrasi oral formula baru dapat mempercepat absorpsi
cairan, mengurangi kebutuhan terapi cairan intravena, dan mempermudah perawatan kasus
diare akut non-kolera pada anak karena tidak memerlukan perawatan rumah sakit.

Menurut WHO dan UNICEF, pemberian larutan rehidrasi oral harus dikombinasi dengan
pemberian nutrisi yang tepat. Pemberian suplemen seng (20 mg seng per hari selama 10-14
hari) dan tetap melanjutkan pemberian ASI selama episode akut diare akan melindungi anak
terhadap dehidrasi dan mengurangi konsumsi kalori dan protein sehingga memberikan efek
yang sangat besar dalam mengurangi diare dan malnutrisi pada anak.

Tabel 1.3 Formula Larutan rehidrasi oral menurut panduan WHO dan UNICEF, Desember
2006

Komposisi dalam Gram/liter % Komposisi dalam mmol/liter


Natrium klorida 2,6 12,683 Natrium 75
Glukosa, anhidrat 13,5 65,854 Klorida 65
Kalium klorida 1,5 7,317 Glukosa, anhidrat 75
Trisodium sitrat, anhidrat 2,9 14,146 Kalium 20
Sitrat 10
Total 20,5 100,00 Total osmolaritas 245
LOPERAMID HIDROKLORIDA
Indikasi:

pengobatan simptomatik diare akut sebagai tambahan terapi rehidrasi pada dewasa dengan
diare akut dan anak-anak lebih 4 tahun (lihat keterangan di atas); diare kronik hanya pada
dewasa

Kontraindikasi:

kondisi di mana penghambatan peristaltik harus dihindari, terjadi kejang perut, atau pada
kondisi seperti kolitis ulseratif akut atau kolitis karena antibiotik.

Efek Samping:

kram abdomen, pusing, mengantuk dan reaksi kulit termasuk urtikaria; ileus paralitik dan
perut kembung

Dosis:

diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setiap setelah buang air besar hingg
maksimal 5 hari; dosis lazim 6-8 mg sehari; Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. ANAK
di bawah 4 tahun, tidak dianjurkan, 4-8 tahun 1 mg 3-4 kali sehari hingga maksimal 3 hari, 9-
12 tahun 2 mg 4 kali sehari hingga maksimal 5 hari. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4-
8 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemberian
harus dihentikan bila tidak ada perbaikan selama 48 jam.

Referensi : http://pionas.pom.go.id

Terapi badan lemas


Pada prinsipnya, untuk dapat berhasil dalam mengatasi badan lemas, maka yang pertama kali
di atasi adalah penyebabnya. Badan lemas akibat kelelahan dapat dipulihkan dengan istirahat
yang cukup. Sedangkan kelemahan karena kurangnya aktifitas fisik bisa disiasati dengan
olahraga secara rutin dan hal-hal lain seperti konsumsi banyak air serta mencukupi kebutuhan
nutrisi dengan makanan bergizi seimbang

Anda mungkin juga menyukai