Anda di halaman 1dari 12

A.

Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru(Bennete, 2013) .

B. Anatomi & Fisiologi

Fisiologi Organ Pernafasan:


1. Hidung
Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring
danmenghangatkan udara (Mutaqqin, 2009).
2. Faring
Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan
(Mutaqqin, 2009).
3. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea
dibawahnya (Mutaqqin, 2009)
4. Trakea (batang tenggorok)
Berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernafasan. Percabangan trakeamenjadi bronkus kiri dan kanan
disebut karina(Mutaqqin, 2009).
5. Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V (Mutaqqin,2009).1.2.1.6
6. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besarterdiri dari gelembung-gelembung
hawa (alveoli).Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya 90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran
udara (Mutaqqin,2009)

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari pneumonia antara lain:
a. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5 – 40,5 bahkan dengan infeksi
ringan.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan
awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat
suhu turun.
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai derajat yang
lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari penyakit, seringkali
memanjang sampai ke tahap pemulihan.
d. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang merupakan
petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangssung singkat, tetapi dapat menetap
selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai
infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari nyeri
apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh pembengkakan
mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan menyusu pada bayi.
h. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan sedikit
(rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pad tipe dan atau tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi bukti
hanya selama faase akut.
j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi,
krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih
besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.

D. Etiologi
Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi makanan
5. Pneumonia hipostatik
6. Sindrom Loefler. (Bradley et.al., 2011)
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri
seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H. influenzae. Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini diantaranya adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GER, aspirasidan lain-lain

E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok ini
dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan
mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan
selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi
bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif,
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps
alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis
respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas.
F. Klasifikasi
Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer
maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi
yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia


dapat diklasifikasikan:

1. Usia 2 bulan – 5 tahun


a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah.
b. Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2
bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun
40 x/menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai
dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa
adanya nafas cepat.
2. Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas
cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan
tidak ada nafas cepat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada
3. Pemeriksaan darah.
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) Secara laboratorik ditemukan leukositosis
biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran LED meninggi.
4. LED meningkat.
5. Rontegen dada
6. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
7. Tes fungsi paru
8. Elektrolit
9. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Penatalaksanaan Medis
a. Penicillin 50.000 u/kg BB/ hari ditambah dengan Klorampenikol 50-70 mg/ kg
BB/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektru luar seperti
Ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai batas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukosa
5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/
500 ml/ batas infus.
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
Simptomatis
a. Kompres dengan air hangat ketika terjadi peningkatan suhu
b. Beri posisi nyaman untuk melancarkan pernafasan
c. Asupan nutrisi yang adekuat ketika terjadi gejala anoreksia
I. Komplikasi
Komplikasi Pneumonia(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Pneumonia
Komuniti,Pedoman Praktis Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia; 2003)
1. Efusi Pleura
2. Empiema
3. Abses paru
4. Pneumothorak
5. Gagal Nafas

J. Diagnosa Pembanding

K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
1) Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan pola makan,
kelemahan, Penyakit respirasi sebelumnya,perawatan dirumah, penyakit
lain yangdiderita anggota keluarga di rumah.
2) Pemeriksaan Fisik: Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot
pernapasn tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih
(bakteri pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada
3) Psikososial dan faktor perkembangan: Usia, tingkat perkembangan,
kemampuan memahami rasionalisasi intervensi, pengalaman berpisah
denganm orang tua, mekanisme koping yang diapkai sebelumnya, kebiasaan
(pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian
pola makan, obyek favorit)
4) Pengetahuan pasien dan keluarga: Pengalaman dengan penyakit pernafasan,
pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress pernafasan, tingkat
pengetahuan kesiapan dan keinginan untuk belajar.
L. Data Fokus Pengkajian
1. Data subjektif
Kemungkinan akan ditemukan data bahwa anak dikeluhkan batuk pilek, muntah,
panas, diare, nafsu makan menurun, jumlah jam tidur berkurang, sesak, rewel dan
mual. Orang tua pasien bertanya-tanya tentang keadaan penyakit anaknya.
2. Data objektif
Kemungkinan data yang ditemukan adalah anak/pasien tampak sesak, nafas cepat
dan dangkal, terlihat nafas cuping hidung, retraksi otot bantu pernafasan, cyanosis,
respirasi > 60 x/menit, anak tampak pucat, batuk-batuk, suhu meningkat( > 38ºC,
berkeringat, bibir kering, terjadi leukositosis, ronkhi positif, ekspirasi memanjang,
dari hasil rontgen tampak adanya konsolidasi atau infiltrasi paru, kultur nasofaring
positif, berat badan menurun.

M. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolent
c. Tanda-tanda vital :
TD : hipertensi
Nadi : takikardi
RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
Suhu : hipertermi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g. Paru :
Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang
Terkena
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
Auskultasi : bisa terdengar ronki
h. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan
i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidra
N. Analisa Data
Fokus pengkajian pada klien dengan pneumonia adalah:
 Data Subjektif :
Klien mengatakan: “lelah, lemah, insomnia, sakit kepala, nyeri dada
(terutama saat batuk), sesak nafas, nafsu makan berkurang, mual, muntah,
mempunyai riwayat ISK/ PPOM dan merokok serta terdapat riwayat
gangguan system imun.
 Data Objektif :
Klien terlihat pucat, demam, berkeringat, menggigil, tampak menahan
nyeri, sputum: merah muda, berkarat atau purulen, takikardia, adanya
distensi abdomen, bising, usus hiperaktif, kulit kering, turgor kulit buruk.

O. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berbuhungan dengan produksi mukus
kental pada paru dan ketidakefektifan batuk.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, masukan
cairan yang kurang karena dispnea.
3) Potensial komplikasi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
5) Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit anaknya.

P. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa : Ketidakefektipan bersihan jalan nafas.


Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif

Intervensi :
 Observasi vital sign tiap 2-4 jam.
R/ : Untuk mengetahui KU pasien
 Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ : Membantu mencukupi kebutuhan oksigen
 Anjurkan batuk efektif.
R/ : Mengurangi obstruksi pada saluran nafas
 Penghisapan lendir.
R/ : Mengurangi obstruksi pada saluran nafas
 Ubah posisi tidur setiap 2 jam
R/ : Melancarkan pernafasan
 Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ : Mengobati infeksi

2. Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan.


Tujuan : Pemasukan cairan pasien adekuat (CM = CK)
Intervensi :
 Catat intake dan output cairan.
R/ : menentukan status hydrasi pasien
 Kaji status hydrasi.
R/ : Memberikan gambaran tentang kondisi pasien
 Berikan cairan parenteral.
R/ : Memperbaiki status hydrasi
 Berikan terapi antipiretik.
R/ : Suhu tinggi meningkatkan status hydrasi

3. Diagnosa : Potensial komplikasi infeksi.


Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi.
Intervensi :
 Pantau vital sign tiap 2-4 jam.
R/ : Perubahan vital sign(suhu) merupakan tanda infeksi
 Batasi pengunjung pencegahan secara individual.
R/ : Mencegah penyebaran penyakit
 Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
R/ : Mencegah infeksi

4. Diagnosa : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi.
Intervensi :
 Kaji faktor yang menimbulkan mual dan muntah.
 Timbang berat badan setiap hari.
 Beri makanan porsi kecil tapi sering.
 Beri makanan secara menarik, hangat dan bervariasi.
 Beri suplemen vitamin bila perlu.
 Kolaborasi pemberian antiemetik.

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan orang tua.


Tujuan : Orang tua mengerti tentang penyakit yang dialami anaknya.
Intervensi :
 Jelaskan perlunya istirahat.
R/ : Memberi pengetahuan kepada orang tua
 Jelaskan faktor predisposisi penyakit yang diderita anaknya.
R/ : Orang tua dapat mencegah terjadinya kekambuhan
 Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai usia dan cairan tambahan
R/ : Agar orang tua dapat memberikan perawatn setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/


967822-overview. Diakses tanggal 17 Mei 2018
https://www.scribd.com/doc/242841086/Lp-Pneumonia-Pada-Anak diakses
tanggal 17 Mei 2016
https://www.academia.edu/30931155/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN
_KEPERAWATAN.doc diakses tanggal 17 Mei 2018
https://www.academia.edu/9339186/LP_PNEUMONIA diakses tanggal 17 Mei
2018

Anda mungkin juga menyukai