Definisi
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat (Bradley et.al., 2011).
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru(Bennete, 2013) .
D. Etiologi
Berdasarkan etiologinya pneumonia dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi makanan
5. Pneumonia hipostatik
6. Sindrom Loefler. (Bradley et.al., 2011)
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri
seperti Pneumokokus, Staphilococcus Pneumoniae, dan H. influenzae. Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini diantaranya adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GER, aspirasidan lain-lain
E. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru. Bakteri pneumokok ini
dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan
mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan
selaput otak. Akibatnya timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Inflamasi
bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi demam, batuk produktif,
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps
alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis
respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas.
F. Klasifikasi
Menurut Zul Dahlan (2007), pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer
maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang
berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus,
atipikal (mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi
yang mingkin terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
J. Diagnosa Pembanding
M. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu
a. Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
b. Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolent
c. Tanda-tanda vital :
TD : hipertensi
Nadi : takikardi
RR : takipnea, dispnea, nafas dangkal
Suhu : hipertermi
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : konjungtiva bisa anemis
f. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g. Paru :
Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi : adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang
Terkena
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
Auskultasi : bisa terdengar ronki
h. Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan
i. Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidra
N. Analisa Data
Fokus pengkajian pada klien dengan pneumonia adalah:
Data Subjektif :
Klien mengatakan: “lelah, lemah, insomnia, sakit kepala, nyeri dada
(terutama saat batuk), sesak nafas, nafsu makan berkurang, mual, muntah,
mempunyai riwayat ISK/ PPOM dan merokok serta terdapat riwayat
gangguan system imun.
Data Objektif :
Klien terlihat pucat, demam, berkeringat, menggigil, tampak menahan
nyeri, sputum: merah muda, berkarat atau purulen, takikardia, adanya
distensi abdomen, bising, usus hiperaktif, kulit kering, turgor kulit buruk.
O. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berbuhungan dengan produksi mukus
kental pada paru dan ketidakefektifan batuk.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, masukan
cairan yang kurang karena dispnea.
3) Potensial komplikasi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
5) Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang informasi
tentang penyakit anaknya.
Intervensi :
Observasi vital sign tiap 2-4 jam.
R/ : Untuk mengetahui KU pasien
Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ : Membantu mencukupi kebutuhan oksigen
Anjurkan batuk efektif.
R/ : Mengurangi obstruksi pada saluran nafas
Penghisapan lendir.
R/ : Mengurangi obstruksi pada saluran nafas
Ubah posisi tidur setiap 2 jam
R/ : Melancarkan pernafasan
Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ : Mengobati infeksi