Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan . Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang memnentukan kwalitas
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit . Keberadaan keperwatan dalam memberikan
ASKEP dalam situasi yang komplek selain 24 jam secara berkesinambungan
melibatkan klien , keluarga maupun profesi atau tenaga kesehatan yang lain .

Menurt Huber ( 1996 ) pelayanan Rumah Sakit adalah pelayanan


keperawatan , sedangkan menurut Gillies ( 1994 ) sekitar 40% - 60% pelayanan
Rumah Sakit adalah pelayanan keperawatan . Oleh karena itu pengelolaan pelayanan
keperawatan harus mendapatkan perhatian yang lebih dan menyeluruh karena
pelayanan keperawatan sangat menentukan baik buruknya citra Rumah Sakit .

Untuk meujudkan pelayanan keperawatan yang berkwalitas sesuai dengan


visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen , yang merupakan
satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi .
Didalam organisasi keperawatan , pelaksanaan manajemen dikenal sebagai
manajemen keperawatan

Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh


anggota staf keperawatan untuk memberikan ASKEP secara professional . Dalam hal
ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan lima fungsi utama yaitu
POAC agar dapat memberikan ASKEP yang efektif dan efisien bagi pasien dan
keluarganya ( Nursalam 2002,Gillis, 1996 ) . Proses manajemen keperawatan
dilaksanakan dalam tahap – tahap yaiti pengkajian ( kajian situasional ) ,perencanaan
( strategi dan operasional ) . implementasi dan evaluasi.
Kerangka konsep dasar manajemen dalam keperawatan hádala manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu manusia ,
keperawatan , kesehatan dan lingkungan , Dengan demikian fokus tela perawata
hádala respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan baik actual maupun
potencial , sehingga lingkup garapan perawat hádala penyimpangan pemenuhan
KDM .Proses manajemen satu unit pelayanan kesehatan mencakup manajemen
asuhan dan manajemen pelayanan , dimana kedua manajemen tersebut saling terkait
dan terintegrasi

Rumah sakit Ahmad Muctar bukittinggi adalah salah satu Rumah sakit
tipe B yang menerima pasien dari berbagai daerah disekitarnya baik yang berasal dari
sumatera barat sendiri atau pun yang berasal dari berbagai daerah perbatasan seperti
Riau , Jambi ,Sumatera utara . Perlu menampilkan metode pemberian ASKEP yang
tepat sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkwalitas.

Hasil observasi wawancara yang dilakukan oleh kelompok praktek


preklinik manajemen keperawatan tanggal 05 -20 januari 2009 di ruangan paru di
dapatkan beberapa masalah diantaranya ,metoda asuhan keperawatan yang belum
optymal , timbang terima yang belum efektif ,dll.Hal ini dapat disebabkanoleh
pemahaman yang kurang tentang konsep asuhan keperawatan ,tenaga dan fasilitas
yang kurang memadai , motivasi yang kurang ,dll

Untuk memecahkan masalah tersebut maka kelompok merasa perlu


mengadakan pertemuan dalam bentuk lokakarya mini guna mencari alternatif
pemecahan masalah bersama kepala ruangan , staf ruangan , pada tanggal 20 januari
2009 .pertemuan ini uga dihadiri oleh Direktur RSAM , Wadir pelayanan medik &
perawatan ,Kabid perawatan ,Ka instalansi diklat , Ka.instalasi rawat inap paru.

1.2 Tujuan
1.2.1 tujuan umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 12 hari dinas calon
praktisi keperawatan mampu melaksanakan proses manajemen
keperawatan yang ada di ruang inap paru

1.2.2 tujuan khusus

Setelah melakukan praktek selama 12 hari dinas ,calon praktisi


keperawatan mampu mencapai kompetensi pada siklus manajemen
keperawatan meliputi :

1. melakukan pengkajian situasi diunit rawat inap paru sebagai dasar untuk
menyusun rencna strategi dan operasional
2. untuk menentukan alternative pemecahan masalah diruangan
3. memenuhi salah satu tugas untuk preklinik manajemen S1 keperawatan
UMSB

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 filosofi keperawatan paru

Filosofi keperawatan paru adalah pemberian tindakan, diagnosa dan treatment respon pasien
terhadap masalah kesehatan yang dihadapi baik actual maupun potensial yang berkelanjutan
untuk meningkatkan status kesehatan pasien seoptimal mungkin.

2.2 Pengertian

Ruang rawat inap penyakit pau adalah suatu ruangan untuk memberikan asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami berbagai gangguan dari system respirasi baik yang actual
maupun yang potensial yang meliputi atelektasis, efusi pleura, pneumonia, bronchitis,
enfisema paru, TB paru, Ca paru, PPOK.

2.3 tujuan dan prinsip keperawatan


a. memberikan askep secara professional

b. meminimalkan penderitaan pasien hingga mencapai kemandirian

c. mencegah terjadinya komplikasi

d. menjamin kebutuhan dasar pasien selama perawatan

e. membina peran serta atau kerja sama keluarga pasien

f. membantu asien agar dapat meninggal dengan damai

2.4 sifat kekaryaan

2.4.1 fokus telaah

Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat inap paru adalah individu dengan
gangguan pada sistem respirasi yang meliputi atelektasis, efusi pleura, pneumonia,
bronchitis, enfisema paru, TB paru, Ca paru, PPOK.

Dalam bidang pendidikan fokus telaah ruang rawat inap paru adalah individu atau kelompo (
pratiakn, perawat, staf, pasien dan keluarganya ) yang membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman dalam memenuhi kebutuhan pasien terkait dengan masalah kesehatan yang
dialami dan dampak yang ditimbulkan.

Dalam bidang penelitian fokus telaah ruang rawat inap par adalah individu / institusi yang akan
atau sedang meneliti permasalahan yang timbul pada berbagai unsur yang ada di ruang
rawat penyakit inap paru.

2.4.2. Basic intervensi

Basic intervensi ruang rawat inap paru dalam bidang pelayanan berupa
ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang
pendidikan berupa ketidaktahuan , ketidakmampuan, dan ketidak mauan peserta didik
dalam mencapai tingkat pengetahuan dan pengalaman tertentu yang berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Dalam bidang penelitian basic
intervensinya adalah berupa menjadi lahan penelitian bagi individu atau kelompok yang
ingin meneliti permasalahan pada berbagai insur di ruang rawat inap paru.

2.4.3 lingkungan garapan

Lingkup garapan keperawatan paru dalam pelayanan meliputi pemenuhan kebutuhan dasar
pasien dan keluarga, penyimpangan dan pemberian intervensi untuk mengatasi masalah
yang muncul baik aktual maupun potensial.

Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap paru :

1. pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar / kebutuhan dasa manusia
2. pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
3. penanganan masalah psikis ( emosional ) berkaitan dengan penyakit & pengobatan
4. peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan kesehatan
5. memfasilitasi selfcare ( perawatan diri ) pasien secara mandiri oleh klien maupun
keluarga
6. membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar dapat meninggal
dengan damai

2.5 Manajemen

Manajemen keperawatan merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya


oranglain untuk mencapai bersama. Sedangkan manajemen keperawatan merupakan
pengalokasian aktivitas keperawatan yang merupakan bagian yang dilaksanakan oleh
para perawat dalamupaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
yang integral dari pelayanan kesehatan.

Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu di
rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasinya.
Konsep manajemen keperawatan, perencanaan, berupa rencana strategi melalui
pendekatan : pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah – langkah
perencanaan. Pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metode
asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengendalian serta dokumentasi yang
;lengkap.

Fungsi manajemen

1. perencanaan

Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat
apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan
perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen
karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2. pengorganisasian

pengertian organisasi

a. Organisasi Menurut Stoner

Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-


orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersam

b. Organisasi Menurut James D. Mooney

Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan


bersama

c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard

Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih
Maka dapat disimpulkan organisasi adalah

Dua orang atau lebih yang punya tujuan visi dan misi yang telah disepakati
bersama dalam rangka mencapai tujuan

Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi


kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam
melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan
cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya,
bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas
tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3. pengarahan

Pengarahan atau directing adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua
anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan
orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini
yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).

4. pengevaluasian

Pengevaluasian atau evaluating dalah proses pengawasan dan pengendalian performa


perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada
dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu
menjadi semakin besar.

2.6 timbang terima

2.6.1 Pengertian timbang terima


Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat.
Hal ini dapat diwujudkan dengan abik melalui komunikasi yang efektif antar perawat,
maupun dengan tim kesehatan lainnya. Salah satu bentuk komunikasi yang harus
ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift ( timbang teriam pasien ).

Timbang teriam pasien ( overan ) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu ( laporan ) yang berkaitan dengan keadaaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudha dilakukan/
belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ( penanggungjawab ) dinas sore atau
dinas malam secara tertulis dan lisan.

2.6.2 manfaat timbang terima

1. bagi perawat

- meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat

- menjalin hubungan kerja sama dan bertanggungjawab antar perawat

- pelaksanaan asuhan keperawatan yang berkesinambungan

- perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna

2. bagi pasien

- klien bisa menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap

2.6.3 hal – hal yang perlu diperhatikan saat timbang terima

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift


2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggungjawab pasien
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Hal-hal yang harus dilaporkan harus sesuai dengan kondisi klien
5. Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung jawab

2.7 Dokumentasi proses keperawatan

2.7.1 Pengertian

Dokumentasi berasal dari kata ” document ” yang berarti semua warkat asli yang dapat
dibuktikan dalam persoalan hukum yang bersifat kebenaran ( Jon ME, 1975 ).
Dokumentasi proses keperawatan adalah bahan komunikasi yang terulis untuk
mendukung informasi atau kejadian ( Fiosbach, 1991 )

Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta – fakta terhadap
penyakit klien, gejala – gejala, diagnosa, penatalaksanaan serta evaluasinya. Catatan
tersebut harus lengkap, akurat dan terbaru, mudah dan cepat diakses serta sistematis
sehingga dapat memberikan informasi yang akurat.

2.7.2 tujuan Dokumentasi Proses Keperawatan

a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien

b. Memastikan kemajuna hasil yang berfokus pada klien

c. Memfasilitasi komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan dan kemajuan


pengobatan

d. Teknik evaluasi

Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian terhadap perawatan


yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan apakah rencana yang
diimplementasikan sudah mencapai kemajuan

e. Pembayaran kembali ( Reinforcement )


Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang
penanganan klien dan memberikan bukti adanay pelayanan.

f. Akreditasi

Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan menurut lembaga
pemberi lisensi dan akreditasi adalah mempertahankan rekam medik, termasuk
dokumentasi asuhan keperawatan

2.7.3 Hal – hal yang Penting Diperhatikan dalam Pendokumentasian asuhan Keperawatan

a. Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,


implementasi, dan eveluasi
b. Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta berdasarkan
sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.
c. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dengan format yang dirancang
oleh institusi
d. Diagnosa keperawatan formulasikan dari data yang dikumpulkan
e. Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan, hasil yang
diharapkan dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosa
keperawatan
f. Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang membuat klien dapat
berpartisipasi dalam promosi, pemeliharaan dan restorasi kesehatan dan juga untuk
memaksimalkan potensi kesehatan
g. Catatan evaluasi tepat waktu kesehatan dan perkembangan atau kurangnya
perkembangan ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan
h. Aktivitas, prioritas dan tujuan direvisi berdasarkan espon klien terhadap perawatan
atau perubahan dalam kondisi klien.

2.7.4 Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan

a. Dokumentasi harus ditulis secara objektif tanpa bias dan informasi subjektif
b. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh hasil pengamatan khusus
c. Hindari pernyataan yang bersifat umum karena memiliki arti ganda
d. Data dokumentasi sacara jelas, singkat dan ringkas
e. Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang bersih dan dapat dibaca
f. Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas mungkin
g. Ejaan harus jelas
h. Dokumentasi harus ditulis dengan tinta jangan dengan pensil, untuk data biasa
gunakan tinta hitam atau biru dan tinta merah untuk obat-obatan
i. Apaila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi butlah garis horizontal atau
vertikal sepanjang bagian yang kosong
j. Jika ada ksalahan, pernyataan yang salah dicoret, twetapi harus dapat dibaca
selanjutnya diparaf
k. Pencatatan harus selalu dimulai dari tanggal, jam dan diakhiri dengan tanda tangan,
nama jelas serta jabatan perawat

2.7.5 Pentingnya Dokumentasi Keperawatan

a. Pendokumentasian merupakan mekanisme komunikasi antara anggota tim pelayanan


kesehatan. Ada hubungan berbagai disiplin ilmu yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan :
1. Masing-masing disiplin ilmu butuh informasi mutakhir dari klien melalui pengkajian
2. agar informasi terpelihara dengan baik perlu didokumentasikan
b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan yang kreatif
antara klien dan provider
c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien, fokus asuhan keperawatan dapat
ditentukan
d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat dan tanggungjawab serta
tanggung gugat
e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan klien dan
tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan jumlah kebutuhan teaga
perawat
f. Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak ketiga dan bukti
tuntutan hukum
2.7.6 Unsus-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan

2.7.6.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan, dimana pada


fase ini perawat mengumpulan data tentang status kesehatan klien secara sistematis
menyeluruh, akurat dan berkesianambungan.

2.7.6.2 Mengumpulkan data

Meliputi pengumpulan data dasar mencakup informasi tentang klien :

a. Riwayat kesehatan dulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan atau obat
tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah, riwayat menderita penyakit
kronis dan lain-lain
b. Riwayat kesehatan sekarang seperti adanya perasaan nyeri, mual, gangguan tidur
dan lain-lain
c. Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi ( IPPA ) dengan prinsip pemeriksaan ” head to toe ”
atau berdasarkan sistem tubuh seperti sistem pernapasan, pencernaan, eliminasi
dan lain-lain
d. Pemeriksaan penunjang seperti meliputi : pemeriksaan laboratorium, radiologi,
CT scan dan lain-lain.
Tipe data yang dikumpul yaitu :
Data subjektif yaitu:
Data yang meliputi gejala yang dirasa kan oleh klien ,kebiasaan dan persepsi klien
terhadap kesehatannya saat ini. Selain klien ,informasi juga didapatkan dari
keluarga ,teman ,dan orang terdekat pasien atau tenaga kesehatan yang mengetahui
keadaan klien.
Data objektif yasitu:
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi klien dapat dilihat ,didengar ,dirasakan
atau dicium serta data – data lain yang dapat diperoleh dari observasi dan
pemeriksaan fisik.
2.7.6.3 pengorganisasian data

Untuk mendapat data secara sistematik ,perawat menggunakan format pengkajian


atau disebut juga pengkajian perawat .format pengkajian dapat dimodifikasi dengan
keadadan klien .Da;lam keperawatan format pengkajian yang di gunakan dapat
didasarkan ada berbagai teori keperawatan ,diantaranya:
1. teori gordon tentang fungsi kesehatan
2. teori orem tentang perawatan diri
3. teori roy tentang model adaptasi
4. teori maslow berdasarkan tingkat kebutuhan manusia

2.7.6.4 Validasi data

Informasi yang telah dikumpulkan harus slengkap ,akurat dan sesuai dengan
keadaan klien sehingga harus dilakukan validasi atau pemeriksaan kembali terhadap
data yang telah dikumpulkan tersebut

2.7.6.5 pencatatan data

Untuk melengkapi pengkajian ,dokumentasi data akurat dan mencakup semua


keadaan kesehatan klien dan tidak berdasarkan hasil intervensi perawat

2.7.6.6 Diagnosa keperawatan

Diagnsa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang individu ,keluarga atau


masyarakat yang aktual ,resiko dari status kesehatan seseorang. Diagnosa
keperawatan ini merupakan dasar untuk melakukan intervensi keperawatan dalam
mencapai tujuan dan dapat dievalusi ( NANDA ,1990 ).

Tipe diagnosa keperawatan yaitu:

1.aktual
pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini berdasarkan hasil
pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti jalan nafas tidak efektif dan
ansietas

2.resiko

resiko penyertaan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah lebih beresiko
untk menjadi aktual pada klien tersebut dibanding dengan orang lain pada kondisi
atau situasi yang sama.

Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu:

Problem

Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap terapi yang


diberikan oleh perawat yang di tuliskan dalam beberapa kata antara lain:

1. perubahan ( perubahan dari sebelumnya )

2. gangguan ( kelemahan , kerusakan dan pengurangan )

3. penurunan (pengecilan , dari segi ukuran , jumlah atau tingkat /derajat )

4. tidak efektif ( tidak menghasilkan efek yang sesuai )

5. akut ( terjadi dalam waktu yang mendadak dan pendek )

6. kronis ( terjadi dalam waktu yang lama , berulang dan tetap )

Etiologi
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab dari masalah kesehatan dalam melakukan
intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku , lingkungan disekitar atau
gabungan dari keduanya .
Simtom
Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan bagian dari diagnosa
keperawatan.

2.7.6.7. perencanaan

Perencanaan adalah tahap sistematik pross keperawatan yang melibatkan perbuatan


keputusan dan penyelesaian masalah . Dalam perencanaan , perawat mengacu pada
pengkajian dasar klien dan pernyataan diagnostik sebagai acuan dalam meujudkan
tujuan klien dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah ,mengurangi
masalah kesehatan klien .
Proses perencanaan keperawatan meliputi

1. membuat prioritas perencanaan

prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi


keperawatan

2. membuat tujuan dan kriteria hasil

tujuan adalah pernyataan yang lebih luas tentang dampak dari intervensi
keperawatan .Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik , dan diukur untuk
mengevaluasi apakah tujuan tercapai .

2.7.6.8 implementasi

dalam proses keperawatan implementasi merupakan suatu tahap dimana perawat


melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan .implementasi terdiri dari
melaksanakan tindakan keperawatan ,mendel;egasi dan mencatat apa yang
dilakukan . dalam melaksanakan tindakan kperawatan perawat mencatat tindakan
apasaja yang dilakukan serta respon klien.

2.7.6.9 evaluasi
evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan .evaluasi merupakan
perencanaan , pelaksanaan ,kemajuan aktivitas yang mana klien dan profesional
kesehatan lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien sesuai tujuan dan
keefektifan rencana keperawatab
2.8 metode pemberian pelayanan kesehatan

Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan Marquis& Huston (1998)
metoda pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dab akan terus di
kembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu:

 Metode fungsional

- perawat melakukan tugas tertentu sesuai jaswal kegiatan yang ada

- perwat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sesangkan asuhan keperawatan
pasa pasien dilakukakn oleh perawat yunior atau yang belum punya pengalaman

- penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada tindakan
tertentu

Kelebihan

 manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pemberian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
 sangat baik untuk rumah sakit yang yenaga dengan perbandingan tenaga perawat
profesiaonal(pelaksana lanjutan atau penyedia) yang lebih sedikit di bandingkan dengan
tenaga perawat pelaksana san perawat pembantu (pemula)

Kekurangan

 tidak memberikan kepuasan pasa pasien ataupun perawat


 pelayanan keperawatan silakukan terpisah-pisah sehingga tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
 perawat cebdrung berorientasi pasa tindakan yang berkaitan debgab keterampil saja
Metode tim

Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari abggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri dari
tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu
bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim

Konsep metoda tim

 ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan
 pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan pelaksanaan pemberiab
pelayanan keperawatan terjamin
 anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
 peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil baik bila di
dukung oleh KARU

Tanggung jawab ketua tim

 membuat perencanaan
 membuat koordinasi, penugasan, superpisi,dan evaluasi
 mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien

Tanggung jawab anggota tim

 memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara langsung


 kerja sama antar anggota tim dan antar tim
 memberikan laporan
 mengembangkan kepemimpinan anggota
 menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk pengembangan dan
revisi rencana askep

Kelebihan
 Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
 Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
 Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim

Kekurangan

Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan di waktu
sibuk

Metode primer

Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit, mendorong pratik
mandiri perawat, ada kejelasan antar si pembuat rencana askep pelaksana. Metoda primer
ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat yang terus menerus antara pasien dan
perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi askep selama
pasien di rawat

Konsep dasar model askep ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung gugat
serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan keluarga

Tugas perawat primer

 menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif


 membuat tujuan dan rencana keperawatan
 melaksanakan rencana yang telah di buat selama dinas
 mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang di berikan dokter maupun
perawat lain
 mengevaluasi keberhasilan yang di capai
 menerima dan menyesuaikan rencana
 menyiapkan penyuluhan pulang
 melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat
 membuat jadwal perjanjian klinik
 mengadakan kunjungan rumah sakit

Ketenagaan metoda primer

 setiap perawat primer adalah perawat bed side


 beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau debgan rasio perawat dan pasien sebesar 1:4
atau 1; 5 disesuaikan dengan jumlah yang ada di ruangan dab jumlah perawat yang ada

Kelebihan

 bersifat kontiniunitas dan komprehensif


 perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
pengembangan diri
 keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, doter dan rumah sakit (Gillies, 1989)
 keuntungan yang di rasakan adalah pasien merasa di manusiawikan karena terpenuhi
kebutuhan secara individu
 asuhan yang diberikan bermutu tinngi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan,dukungan,proteksi informasi dan advokasi
 pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu di perbaharui dan kolprehensif
kekurangan
 hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria insertif, sel direction. Kemampuan pengambilan keputusan yabg
tepat menguasai keperawatan clinik accountable serta mampu berkolaborasi dan berbagai
di siplin
Metode pengelolaan kasus

Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan dimana setiap
perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien selam jam dinasnya.
Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk setiap shif dab tidak ada jaminan
bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa siterapkan satu pasien satu perawat. Dalam hal ini umunya
dilaksanakan oleh perwat privat atau untuk keperawatan khusus seprti isolasi. Intensive
care

Kelebihan

 perawat lebih memahami kasus per kasus


 sistem evaluasi dari manajerial lebih mudah

Kekurangan

 belum dapat di identifikasinya perawat penanggung jawab


 sperlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama
2.9 pengelolaan pemberian pelayanan kesehatan
2.9.1 kepala ruangan
Pengertian
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab
dan wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di ruang
rawat.
Tanggung jawab kepala ruangan
 Mengatur pembagian tugas pegawai
 Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
 Mengatur dan mengendalikan logistik /administrasi ruangan
 Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah
 Mengikuti ronde tim medis
 Mengadakan ronde keperawatan
 Membimbing siswa / mahasiswa dalam proses keperawatan di ruang rawat
 Menilai kerja staf ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
 Memberikan administrasi, membuat jadwal dinas dan surat menyurat
 Memberikan orientasi pada pegawai baru, termasukkepada residen, mahasiswa
kedokteran dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di
ruangan dan melakukan pembinaan tenaga keperawatan
 Menciptakan dan memelihara kerja yang harmonis dengan klien, keluarga,dan tim
kesehatan lain.
Wewenang seorang karu adalah
 Meminta informasidan pengarahan kepada atasan
 Memberi pentunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf keperawatan
 Mengawasi,mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan
peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat.
 Menanda tangani surat dan ketepatan yang menjadi keputusan ruangan.
 Menghadiri rapat berkala dengan kepala instansi atau kepala RS untuk kelancaran
pelaksaan keperawatan.
Peran kepala ruangan menurut burges ( 2988 ) dan Swanaburg ( 1990 )
1. peran interpersonal
seorang kepala ruangan berperan sebagai symbol pimpinan organisasi dengan
pekerjaan rutin organisasi .seorang pemimpin bertanggung jaewab memberikan
motivasi dan mengaktifkan anggotannya .
2. peran informasional
peran monitor , mencari dan menerima berbagai informasi intuk mengembangkan
organisasi .merupakan pusat informasi internal dan eksternal .peran deseminator ,
menginterpestasikan dan mentransfornmasikan informasi yang diperoleh dari luar
maupun dari dalam organisasi.Peran pembicara: meruskan informasi kepada
orang lain tentang rencana organisasi dan lain –lain.peran decisional , yaitu
mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
Uraian tugas karu
1) Perencanaan
a. Menunjukan ketua tim dan bertugas diruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c. Mengindentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
d. Mengidentifikasi jumlah perawatyang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan / penjadwalan.
e. Merencanakan stategi pelaksaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendikusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
- membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
- membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan.
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
- Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang baru masuk.
h. Menbantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawaratan dan RS
k. Ronde keperawatan, yaitu merupakan suatu metode yang dilakukan dalam
ruangan keperawatan oleh kepala ruangan, ketua tim, dan perawat
pelaksana.

2. Pengorganisasian

 Merumuskan metode penugasan yang digunakan


 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali, karu membawahi 2 katim dan katim membawahi
2-3 PP
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
 Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat, kepada katim
 Memberikan wewenang tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal post dan prakarya
 Identifikasi masalah dan cara penanganan
3.Pengarah dan Pengawasan

Pengarahan :

 Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada katim


 Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas yang baik
 Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan keterampilan dan
sikap
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain

Pengawasan.

 Melakukan komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan


katim maupun pelaksana askep yang diberikan kepada pasien
 Melalui super visi : pengawasan langsung, mengamati sendiri / laporan
langsung secara lisan. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar
hadir katim, membaca dan memeriksa intervensi serta semua catatan
dokumentasi, mendengarkan laporan katim tentang pelaksanaan tugas.
2.9.2 ketua tim

Pengertian

Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai sekelompok
tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat dan
bertanggung jawab langsung langsung kepada karu.

Tanggung jawab ketua tim

mengkaji klien dan menerapkan tindaka keperawatan yang tepat.pengkajian


merupakan proses yang berlanjut dan berkesinangan, dapat melakukan serah
terima tugas.
Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu membimbing anggota
tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah di lakukan.
Meyakinkan semua evaluasi – evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan
keperawatan.
Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung / laporan
anggota tim.

Ketua tim harus memiliki kemampuan :

mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim


menjada kesultan dalam asuhan keperawatan
melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien
menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien
merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien
melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun kerja dari
anggota tim
menjadi guru atau pengajar
melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

Uraian tugas

1. Perencanaan
Bersama karu mengadakan serah terima tugas pada setiap pergantian dinas
Melakukan pembagian tugas pada anggota berdasarkan ketergantungan klien
Menyusun rencana asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, intervensi
dan kriteria evaluasi
Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan askep meliputi :
o Menyiakan format pencatatan
o Menyiakan alat untuk pemantauan pasien
o Menyiakan peralatan oba
Mengikuti vissite dokter
Menilaai hasil pengkajian kelompok dan mendiskusikan permasalahan yang
ada
Menciptakan kerja sama yang harmonis antara tim dan antara anggota tim
Memberikan pertolongan segera pada klien dan kdaruratan
Membuat laporan klien
Melakukan ronde kperawatan bersama dengan karu
Memberikan orientasi pada klien baru
2. Pengorganisasian
Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan yaitu
tercapainya proses askep sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien secara
profesional melaluai pembagian kerja yang tepat, pemamfaatan alat dan
barang yang tersedia tampa mnyimpang dari prinsip tindakan.
Melakukan pembagian tugas bersaaama kepala ruangan sesuai dengan
perencanaan terhadap klien yang menjadi tanggung jawab nya.
Pembagian tugas / kerja berdasarkan tingkat ketergantungan klien dimana
seorang perawat bertanggung jawab terhadap 2 – 3 orang klien dan saling
bekerja sama dengan perawat lain serta tidak mengabaikan klien yang
bukan menjadi tanggung jawab nya
Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
Mendelegasikan pelaksanaan proses asuhan keperawatan kepada anggota
kelompok dan pelimpahan wewenang yang meliputi wewenang mengambil
keputusan, wewenang dalam menggunakan sumber daya seperti sesama
perawat, pasien termasuk keluarga pasien.
Membuat rincian tugas meliputi :
o Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana
o Mendokumentasikan tindakan dan hasil yang telah di laksanakan.
o Membuat laporan tentang keadaan klien dan asuhan keperawatan
o Mengevaluasi hasil dan proses keperawatan yang telah di berikan.
o Melaksanakan kerja sama dengan anggota tim lainnya.
3. Pengarahan
Memberikan pengarahan tentang tugas setiap anggota tim dalam waktu
melakukan askep
Memberikan petunjuk kepada anggota tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
Memberikan teguran, pengarahan kepada anggota tim yang melakukan
tugas / berbuat kesalahan
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugasnya tepat
sesuai waktu, tepat berdasarkan prinsip tindakan, rasional dan sesuai
dengan kebutuhan serta kondisi klien.
4. Pengawasan
Melaluai komunikasi

Ketua tim mengawasi dan berkomunikasi langsung terhadap pelaksana


dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

Melaluai supervisi
o Secara langsung

Melihat aatau mengawasi proses asuhan keperawatan yang di


laksanakan oleh anggota

o Secara tidak langsung

Melihat daftar perawat pelaksana, membaca dan memeriksa


cover, membaca catatan perawat yang di buat selama proses
keperawatan, mendengar laporan secara lisan dari anggota tim
tentang tugas yang telah di lakukan.

Melalui evaluasi
o Bersama karu mengevaluasi kegiatan dan laporan dari anggota tim
o Meningkatkan kemampuan analisa ( pengetahauaan ) dan
kemampuan psikomotor serta sikap melalui diskusi dan
pengarahan.
o Mengevaluasi penampilan kerja perawat pelaksana dan askep yang
di lakukan oleh anggota tim
o Mengecek dokumentasi setelah tindakan perawat yang di lakukan
2.9.3 perawat pelaksana

Defenisi

Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang


untuk melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan diruang rawat.

Tugas dan tanggung jawab perawat pelaksana

 Mengikuti serah terima klien dari dinas pagi, bersama perawat primer, sore dan
malam.
 Mengikuti pre-conference / post conference dengan perawat primer.
 Melakukan pengkajian awal pada klien baru jika perawat primer tidak ada
ditempatnya.
 Melakukan implementasi pada klien berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang
telah dibuat oleh perawat primer.
 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan berdasarkan format dokumentasi keperawatan
yang ada diruangan.
 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik / laboratorium, pengobatan dan
tindakan.
 Memberikan penjelasan atas pertanyaan klien / keluarga dengan kalimat yang mudah
dimengerti, bersikap sopan, dan ramah tamah.
 Berperan serta dalam melakukan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga.
 Memelihara kebersihan klien, ruangan dan lingkungan ruang rawat.
 Menyimpan, memelihara dan menyiapkan perawatan yang diperlukan sehingga siap
pakai.
 Melakukan dinas rotasi sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh kepala ruangan
rawat.
 Melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh kepala ruang rawat.

Uraian tugas perawat pelaksana

a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung berdasarkan proses


keperawatan dengan proses kasih sayang.
 Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan masalah klien.
 Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
 Mengevaluasi tindakan perawatan yang telah diberikan.
 Mencatat / melaporkan semua tindakan perawatan dan respon klien pada catatan
keperawatan.
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
 Pemberian obat
 Pemeriksaan laboratorium
 Persiapan klien yang akan dioperasi.
c. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial, dan spiritual dari klien
 Memelihara kebersihan klien dengan lingkungan.
 Penderitaan klien dengan memberi rasa aman, nyaman dan ketenangan.
 Pendekatan dan komunikasi teraupetik.
d. Memepersiapkan klien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan / diagnosis
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya
f. Memeberikan pertolongan segera pada klien gawat/ sakratul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan / pulang secara
administratif.
 Menyiapakan data klien baru meninggal / pulang misalnya : menyediaakn surat
izin pulang,surat keterangan istirahat sakit, petunjuk diet, resep obat untuk
dirumah jika diperlukan, kartu control, surat rujukan atau pemeriksaan ulang
dan lain-lain.
 Sensus harian / formulir
 Rujukan harian / formulir.
h. Mengatur dan menyiapkan ala-alat yang ada diruangan menurut fungsinya supaya
siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan, dan keindahan
ruangan.
j. Melaksanakan tugas pagi, sore, malam/ hari libur secara bergantian sesuai harian
tugas.
k. Memeberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan penyakitnya (PKMRS)
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik secara lisan/tulisan.
m. Melatih pasien untuk melaksanakn tindakan keperawatan dirumahnya, misalnya :
perawatan luka, melatih anggota gerak.
n. Melatih pasien untuk menggunakan alat Bantu yang dibutuhkan, seperti rodstool,
tongkat penyangga, protesa.
2. Wewenang pelaksana
 Membina informasi dan petunjuk pada atasan
 Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.
Diposkan oleh NURSE di Senin, Januari 26, 2009

0 komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Komentar (Atom)

laporan akhir praktek manajemen keperawatan di RSAM bukittinggi bab


III&bab IV

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Kajian situasi RSAM Bukittinggi


3.1.1. Visi rumah sakit
Menjadikan RSAM bukittinggi sebagai tempat tujuan pelayanan kesehatan regional
sumatra bagian tengah.

3.1.2. Misi rumah sakit


1. Memberikan pelkes yang memenuhi harapan ( service excelience) kepada seluruh
lapisan masyarakat.
2. mempersiapkan pelayanan unggulan dengan SDM yang ramah
3. memberi pelayanan yang efisien yang efektif
4. memperhatikan keluhan pelanggan sebagai suatu masukan guna perbaikan
5. menciptakan lingkungan RSAM yang bersih, sehat, aman, dan nyaman
6. mendidik melatih tenaga guru mampu memberikan pelayanan prima kepada seluruh
pelanggan yang ada.
7. pelatihan serta penelitian dibidang kesehatan.

3.1.3. deskripsi sikap RSAM

RSAM adalah rumah sakit tipe B pendidikan dan merupakan rumah sakit profesi memiliki 320
tempat tidur yang terdiri dari kelas I, II, kelas III, VIP dan utama khusus diruangan VIP dan
utama tidak ada mahasiswa praktek, fasilitas yang ada di RS AM adalah rawat inap, rawat jalan.
Rawat gawat darurat, penunjang medis, pelayanan unggulan di RSAM ini adalah tranmatik
centere.

3.1.4 struktur di RSAM

( terlampir )

3.2. kajian situasi di ruangan baru RSAM bukittinggi

3.2..1 pengkajian

3.2.1.1 Manajemen unit

3.2..1.1.Pendidikan dan penelitian


1. pendidikan

Ideal

Pendidikan keperawatan dikembangkan sebagai sebagai suatu sistem yang


humanistik. Pendidikan humanistik yang berpusat pada individu, dimana
individu dibantu untuk mengenali dan mengembangkan potensi-potensi unik
yang dimiliki. Kemudian difasilitasi perubahan perilaku yang positif., melealui
partisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Hal tersebut memberiakan imflikasi
dalam pendidikan keperawata, untuk memfasilitasi pengembangan perawat
yang humanistik ( King & Gerwig, 1981 )

Pengalaman belajar klinik

Pengalaman belajar klinik pada program pendidikan keperawatan


merupakan kegiatan pengalaman belajar utama pada tahap program keprofesian
yang diarahkan untuk menumbuhkan sikap, tingkah laku, dan keterampilan
profesional. Bimbingan pada pengalaman belajar klinik melalui praktik
diarahkan untuk memfasilitasi praktikan agar dapat :

a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap ke dalam situasi nyata


b. Menanamkan konsep, prinsip dalam keperawatan dalam kompetensi
keperawatan
c. Meningkatkan kemampuan dalam penyelesaian masalah
d. Mengarahkan peserta didik pada tugas-tugas keperawatan
( sumber : King & Gerwig, 1981 )

Actual

Mahasiswa yang praktik untuk tahun 2008 ( jan –mei)

Adalah mahasiswa S1 keperawatan 70 orang ,mahasiswa DIII


keperawatan 98 orang , mahasiswa AKG 7 orang ,mahasiswa AKBID 38
orang.Pembimbing mahasiswa pratikan selama diruang paru adalah berasal dari
CI akademik dan CI ruangan ,berasal dari observasi bahwa proses belajar dapat
berja;lan dengan baik ,dimana CI klinik dan ruangan memberikan pengarahan
dan pembelajaran kepada mahasiswa

Permasalahanya

Kurikulum pendidikan yang baru membuat distribusi pratikan menumpuk


diruangan pada waktu – waktu tertentu.

2. penelitian

Ideal

Sebagai peneliti perawat melakukan penelitian keperawatan untk


mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktik profesional
keperawatan, khususnya pelayanan keperawatan, pendidikan dan administrasi
keperawatan. Perawat menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan
cara berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan

( Sumber: hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )

Actual

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diruang paru ( tahun 2008


)adalah

a. Hubungan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kepuasan pasien rawat inap


berdasarkan karakteristiknya di RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
b. Keperawatan pada klien dengan Asma bronchial di ruang paru RSUD Dr.Ahmad
Muchtar Bukittinggi
c. Hubungan sikap klien tentang TB paru terhadap kecemasan klien tentang
penyakit TB paru di ruang paru RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi
d. Hubungan pengetahuan perawat tentang promkes terhadap motivasi perawat
dalam memberikan promkes pada klien diruang rawat inap bedah ,interne ,dan
paru di RSUD Dr.Ahmad Muchtar Bukittinggi

Permasalahan

Tidak ada

3.2..1.2 KDM

1. Oksigenisasi

Ideal

Penataan ruangan oleh petugas agar sirkulasi udara berjalan dengan baik,
pembatasan jumlah orang yang ada di ruangan harus disesuaikan dengan besar
ruangan serta pengaturan posisi tidur klien yang dapat melonggarkan jalan
napas. Mengobservasi frekuensi pernapasan, pernapasan cuping hidung,
penggunaaan otot nafas tambahan serta suara nafas tambahan. Monitoring
volume oksigen yang terpasang pada klien, memonitoring kondisi nasal kanul
yang digunakan oleh pasien ( kebersihan dan lama hari pakai ). Selain itu juga
membersihkan secret dari hidung mulut atau trachea ( siction ), membantu
bersihan jalan nafas atau disebut juga nebulizer, dan membersihkan oksigen per
nasal, serta mempersiapkan pemeriksaan laboratorium

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Aktual

Dari hasil observasi selama 12 hari dinas ,setiap pagi jendela nako yang ada di
kamar pasien dibuka agar sirkulasi udara lancar dan pencahayaan bagus dan
masuk kedalam kamar.Penataan ruangan dilakukan oleh perawat.Vital sign
seperti tekanan darah ,pernapasan ,suhu dan nadi dilakukan sebelum jam – jam
bertamu pasien dan jam – jam istirahat pasien , untuk dinas pagi TTV di
lakukan pada jam 10:00 WIB sampai 11:00WIB ,untuk dinas sore TTV di
lakukan pada jam 15:00 Wib sampai 16:00 WIB dan dinas malam dilakukan
pada jam 06:00 WIB , setiap pemeriksaan TTV didokumentasikan pada buku
Vital sighn. Setiap melakukan observasi pada pasien perawat & pratikan selalu
mengatur posisi klien dan membantu pasien untuk mendapatkan posisi nyaman .
pasien juga diajarkan untuk batuk efektif dan Protap dari pemeriksaan paru
adalah pemeriksaan sputum ( wajib )

Permasalahannya

Masih kurangnya kesadaran klien dan keluarga untuk membuka kaca nako
pada pagi hari

2. Nutrisi

Ideal

Menimbang dan mengukur berat badan dan tinggi badan. Konsultasi


dengan bagian gizi juga penting untuk menentukan kebutuhan nutrisi klien,
sebelum memberikan makanan perawat harus berkomunikasi dengan klien dan
keluarga serta menganjurkan pada keluarga untuk mengatur posisi yang nyaman
bagi klien pada saat makan dan minum. Perawat juga memastikan ketepatan
keluarga dalam pemberian nutrisi melalui alat makan ( sonde feeding ) dan
mengecek porsi makan yang dihabiskan oleh klien.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Perawat dan dokter selalu menanyakan porsi makan yang dihabiskan dan nafsu
makan pasien ,nafsu makan pasien juga ditanyakan pada saat melakukan
anamnesa , dan setiap observasi pada klien .
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk menentukan
diet pasien dilakukan kolaborasi dengan ahli gizi ,ahli Gizi datang 3 x dalam 1
minggu.

Permasalahanya

Klien dan keluarga masih mengkonsumsi makanan dari luar ,kadang tidak
di konsulkan terlebih dahulu kepda petugas.

3. Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Ideal

Mengobservasi tanda-tanda vital, observasi tanda-tanda pendarahan,


melaksanakan pengambilan darah untuk pemeriksaan labor serta memberikan
kompres hangat dan dingin pada klien. Perawat juga harus mengobservasi
tingkat kesadaran klien, mengkaji tanda-tanda kelebihan dan kekurangan cairan
dan elektrolit serta menghitung kebutuhan cairan dan elektrolit klien. Selain itu,
perawat juga memberitahukan keluarga mengenai kebutuhan cairan klien,
mencatat intake dan output cairan, mempersiapkan peralatan untuk pemasangan
infus, menjelaskan prosedur pemasangan infus pada klien dan keluarga,
melakukan pemasangan infus serta mengatur kecepatan tetesan infus

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

pemantauan cairan infuse dilakukan setiap saat , seperti pada saat overran ,
pemeriksaan TTV , pada saat pemberian obat , kemudian pada saat dokter visite.
Perhitungan cairan infuse dilakukan oleh perawat atas order dari diokter.
Perawat menyiapkan protap pemasangan infuse ,saat memasangkan infuse
perawat menggunakan komunikasi terapeutik kepada pasien dan menjelaskan
kepada pasien dan keluarga alasan pasien harus di pasang infuse. Infuse yang
macet , infuse yang habis , flebitis di ketahui saat perawat atau pratikan
melakukan observasi terhadap klien saat dokter visite atau saat keluarga
melaporkannya kepada perawat yang bertugas. Untuk pemenuhan cairan dan
eletrolit pratikan , perawat dan dokter memberikan motivasi pada pasien untuk
memenuhi kebutuhan cairan seperti anjuran banyak minum.

Permasalahan

Tidak ada

4. Istirahat Dan Tidur

Ideal

Perawat mengkaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat tidur,


mengatur posisi tidur yang nyaman bagi klien dan mengatur lingkungan yang
kondusif untuk klien istirahat dan tidur. Bagi pasien yang kmengalami kesulitan
tidur perawat mengajarkan teknik relaksasi, menyarankan klien untuk minum
susu hangat. Serta mencegah klien terjatuh ketika tidur dengan memasang bed
side rel

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Perawat dan dokter menanyakan kemampuan pasien tidur baik itu saat dokter
visited an saat perawat memeriksa pasien dan mengajarkan posisi yang nyaman
bagi pasien untuk tidur. Untuk menjaga waktu istirahat pasien , perawat
memberitahukan peraturan jam berkunjung bagi para pengujung .

Permasalahannya

Masih adanya keluarga pasien yang berkunjung pada jam – jam istirahat
dan membawa pasien yang dibawah umur

5. Personal Hygiene & Integritas Kulit


Ideal
Memastikan terpenuhinya kebutuhan personel hygiene klien dan membantu
klien memenuhi kebutuhan personal hygiene jika klien tidak mampu melakukan
personal hygiene. Menyiapkan fasilitas ( mis. Air hangat ), melakukan
pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pentingnya personal
hygiene untuk meningkatkan kemandirian klien dan keluarga. Perawat juga
harus mengganti linen tempat tidur untuk kenyamanan klien, mengkaji keadaan
kulit dan merawat luka klien.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Pemenuhan personal


hygiene pasien seperti oral hygiene , mandi , vulva hygiene / penis higiene
dilakukan oleh perawat yang dinas malam dan kemudian diajarkan kepada
keluarga , hal ini dilakukan untuk memandirikan keluarga. Setiap linen yang
kotor diganti dan dirapikan oleh pratikan ( bila ada mahasiswa yang dinas ) tapi
tetap dibawah pengawasan perawat yang bertanggung jawab

berdasarkan hasil observasi selama 12 hari dinas perbeden dilakukan


setiap hari senin dan kamis ,dilakukan oleh perawat atau pratikan dinas pagi

permasalahannya

masih kurangnya kesadaran keluarga untuk melakukan personal higiene


,dan masih kurangnya keinginan pratikan untuk belajar melakukan personal
higien ,hal ini terlihat dari kondisi klien

6. Keamanan Dan Kenyamanan


Ideal
Memastikan pemasangan bed side rel, Memastikan keadaan lantai ( tidak
licin, bersih dan kering ) serta bersikap ramah dan menggunakan komunikasi
terapeuik pada saat berinteraksi dengan klien.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Lantai yang basah dipel setiap pagi , siang , dan soreoleh CS.setiap ada
kegiatan mengepel CS selalu menggigatkan dengan papan peringatan agar
keluarga atau petugas dapat berhati – hati. CS tidak hanya bertugas mengepel
dan menyapu seluruh ruangan yang ada di ruang inap paru tapi juga jendela ,
WC jarring laba –laba ,dll.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa setiap


bulannya dilakukan pembersihan besar – besaran terhadap seluruh ruangan . CS
juga diajarkan untuk berkomunikasi dengan ramah dan sopan.

Permasalahanya

Selama12 hari dinas berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa


orang pasien keamanan kurang terjamin karena adanya pasien dan keluarga
pasien yang mengalami kehilangan

7. Pencegahan Infeksi & Pemenuhan Obat – Obatan

Ideal

Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien/ melakukan


tindakan, menggunakan sarung tangan bersih dan steril sesuai kebutuhan,
menggunakan prinsip steril saat menggunakan prosedur invasif dan perawatan
luka, menggunakan masker, gaun dan sarung tangan saat melakukan
kewaspadaan universal dan memberikan informasi tentang obat-obatan (
manfaat, cara kerja, dan efek samping ) serta menghitung kebutuhan obat.
Perawat juga memberikan injeksi sesuai program dengan prinsip lima benar,
dan menjaga lingkungan tetpa barsih.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

perawat , dokter dan pratikan selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan . setiap tindakan yang sesuai protap menggunakan APD . Untuk
tindakan yang infasif dantindakan yang membutuhkan sterilisasi maka
dilakukan sterilisasi terhadap alat – alat. Alat seperti kasa dilipat rapid an
dimasukan kedalam tromol serta diantarkan keruangan CSSD.Semua petugas (
seperti perawat , dokter dan pratikan ) dianjurkan untuk menggunakan APD
guna menjaga kewaspadaan universal .

Injeksi diberikan sesuai dengan prinsip 6 benar. Perawat dan kepala ruangan
selalu emngigatkan untuk menjaga kerapian dan kebersihan dari ruangan . setiap
pasien yang pulang , ruangannya selalu di UV .

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa diruangan inap


paru untuk pasien yang menderita penyakit menular ( seperti TB paru
)dipisahkan ruangannya dengan pasien yang tidak mengalami penyakit menular
,. Pengunjug yang berusia dibawah umur 12 tahun tidak dibolehkan masuk
untuk mengunjungi pasien , selain itu pintu masuk antara petugas dengan pasien
atau keluarga juga dipisahkan

Kemudian pasien pria ditempatkan dengan pasien pria pula begitu juga
dengan pasien wanita di tempatkan dengan pasien wanita juga .

Permasalahanya

Masih kurangnya peralatan APD diruang paru

8. Eliminasi
Ideal

Perawat harus mengkaji kemampuan klien untuk melakukan eliminasi,


memfasilitasi penyediaan alat bantu ( pispot dan urinal ), mencatat karakteristik
(warna, jumlah, bau, dan konsistensi feses dan urine ) serta melakukan
pemasangan kateter jika diperlukan dan harus sesuai prosedur.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Dari hasil observasi tidak ada pasien yang mengalami gangguan eliminasi

Permasalahan

tidak ada

3.2.1.3 Dokumentasi Proses Keperawatan

1. Pendekatan Proses Keperawatan

Ideal

Asuhan keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara


sistematis untuk mengkaji dan mendiagnosa status kesehatan klien,
merumuskan tujuan yang hendak dicapai, menentukan intervensi, mengevaluasi
mutu asuhan yang dilakukan terhadap klien

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Berdasarkan hasil observasi dan studi pendokumentasian diperoleh


bahwa status diisi lengkap termasuk pengkajian , diagnosa ,rencana
keperawatan ,implementasi serta evaluasi dan diobservasi setiap hari oleh
perawat ruangan .

Setiap tindakan yang dilakukan di dokumentasikan kedalam format yang telah


disediakan ( seperti buku laporan , buku vital sign ,buku overan ,buku visite
dokter dll )

Permasalahan

Tidak ada

2. Standar Pengkajian

Ideal

Komponen pengkajian keperawatan meleiputi yang pertama adalah


pengumpulan data dengan kriteria : menggunakan format yang baku, sistematis,
diisi sesuai iem yang tersedia, aktual dan absah. Yang kedua adalah
pengelompokkan data : data biologis, psikologis, sosial, spiritual. Kemudian
merumuskan masalah yang kriterianya : kesenjangan status kesehatan dengan
norma dan pola fungsi

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Berdasarkan hasil observasi terhadap pasien yang baru masuk ke ruang


inap paru bahwa pengkajian dilakukan dengan menganamnesa naik kepada
pasien ataupun keluarga ,kemudian diisi kedalam status dan diisi dengan
lengkap.data lainnya didapatkan dari data – data penunjang yang diserahkan
oleh pasien ataupun keluarga seperti hasil labor , rontsen atau USG , dll.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa diruangan


paru ada 10 ASKEP penyakit terbanyak.
Permasalahan

Tidak ada

3. Standar Diagnosa Keperawatan

Ideal

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data subjektif dan objektif


yang merupakan respon individu terhadap masalah yang aktual dan potensial,
dianalisa dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan. Diagnosa
dihubungkan dengan etiologi, kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan dasar
klien yang dapat diintervensi sesuai dengan kewenangan perawat. Komponen
terdiri dari masalah, etiologi, dan tanda dan gejala (PES ) atau terdiri dari
masalah dan penyebab ( PE ). Diagnosa keperawatan bersifat aktual apabila ada
masalah kesehatan klien yang sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan klien kemungkinan besar akan terjadi.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan studi


dokumentasi ,.standar diagnosa keperawatan adalah menegakan diagnosa
berdasarkan data – data yang telah di dapatkan

Permasalahan

Tidak ada

4. Standar Perencanaan

Ideal
Perencanaan keperawatan adalah proses penentuan tujuan, merumuskan
intervensi dan rasional secara sistematis dan spesifik sesuai dengan kondisi,
situasi, dan lingkungan klien itu sendiri. Komponen perencanaan keperawatan
meliputi komponen : - prioritas masalah

Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas yang


pertama, Masalah yang mengancam kesehatan dan masalah yang mempengaruhi
perilaku prioritas ketiga

- tujuan asuhan keperawatan

Spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, ( SMART )

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek den mengembangkan strategi
evaluasi

- rencana tindakan dan kriteria

Disusun berdasarkan tujuan askep dengan melibatkan keluarga dan mempertimbangkan latar
belakang budaya klien untuk menentukan tindakan alternatif yang tepat.
Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber
daya dan fasilitas yang ada. Rencana keperawatan juga harus mempertimbangkan
rasa aman dan nyaman bagi klien dengan kalimat instruksi ringkas, tegas, dengan
bahasa yang mudah dimengerti

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan standar


perencanaanya adalah membuat intervensi berdasarkan masalah – masalah
keperawatan yang telah ditegakan dan disesuaikan dengan prioritas masalah .

Permasalahan
Tidak ada

5. Standar Implementasi Keperawatan

Ideal

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari


rencan eperawatan oleh perawat dan klien yang meliputi tindakan yang telah
direncanakan oleh perawat maupun klien dan kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya.

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan,


menyangkut bidang bio, psiko,social dan spiritual klien. Menjelaskan setiap
tindakan keperawatan yang akan dilkukan pada klien atau keluarga sesuai waktu
yang telah ditentukan dan menggunakan sumber daya yang ada. Melaksanakan
perbaikan tindakan berdasarkan respon klien, menerapkan prinsip septik dan
antiseptik serta memperhatikan rasa aman dan nyaman, privasi, dan
mengutamakan keselamatan klien. Estela melakukan tindakan, tindakan tersebut
dicatat, klien dan alat dirapikan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan
berpedoman kepada prosedur teknis yang telah ditentukan serta intervensi
pemenuhan KDM klien.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Standar


implementasi keperawatan adalah melakukan rencana keperawatan yang sudah
ditetapkan ( ada dalam buku protap )

Permasalahan

Tidak ada
6. Standar Evaluasi

Ideal

Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan terencana


tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, melakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi. Evaluasi hasil


menggunakan indikator yang ada pada perumusan tujuan. Evaluasi segara
dicatat dan dikomunikasikan, evaluasi juga melibatkan klien, keluarga dan tim
kesehatan yang dilakukan sesuai standar.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Aktual

Berdasarkan hasil observasi setiap tindakan telah dievaluasi dengan cukup


baik .standar evaluasi yang digunakan adalah SOAP

Permasalahan

Tidak ada

7. dokumentasi Keperawatan.

Ideal

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti dari pelaksanaan keperawatan


yang menggambarkan pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang
respon klien terhadap tindakan medis, tindakan keperawatan dan reaksi pasien
terhadap penyakit ( Depkes, 1994 )

Pencatatan askep dilakukan secara individu yang dilakukan selama klien


dirawat inap dan rawat jalan. Dokumentasi dapat digunakan sebagai bahan
informasi, komunikasi dan laporan yang dilakukan setelah tindakan selesai
dilaksanakan. Penulisan ddokumentasi harus jelas dan ringkas serta
menggunakan istilah yang baku dan sesuai dengan pelaksanaan proses
keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan inisial/paraf /nama
perawat yang melakukan tindakan dan waktunya. Dokumentasi menggunakan
formulir yang baku dan disimpan sesua peraturan yang berlaku.

( Sumber : Potter & Perry : 2005 )

Actual

Pendokumentasian diruang paru sangat baik ,semua data pasien dan


tindakan didokumentasikan dengan baik kedalam buku –buku penunjang yang
telah disediakan , sehingga komunikasi antar perawat dengan perawat ataupun
perawat dengan profesi lain dapat berjalan dengan sangat baik.

Permasalahan

Tidak ada

3.2.1.4 Flow of care

1. Penerimaan Pasien

Ideal

Menerima informasi pasien baru ( pastikan nama pasien, alamat, kelas


yang diinginkan ), penandatangan surat perjanjian, cek status dan masukan data
ke buku register baru, menyiapkan tempat tidur dan peralatan/ sarana
pendukung sesuai kebutuhan pasien yang bersangkutan dengan teliti. Setelah
siap cek kembali persiapan ruangan dan beritahukan pada unit awal pasien
masuk bahwa ruangan telah siap menerima pasien, ketika pasien tiba di
ruangan, perawat memberi salam, memperkenalkan diri nama perawat yang
bertanggungjawab. Mengobservasi kondisi dan respon pasien untuk
mengantisipasi kegawtdaruratan pada pasien, mengantar pasien dan keluarga ke
tempat tidurnya. Perawat mengkaji tanda-tanda vital, BB, TB, sesuai kondisi
pasien. Pada saat penerimaan pasien perawat juga melakukan timbang terima
pasien dengan petugas unit asal pasien dan didokumentasikannya, mengkaji
masalah pasien dan mendokumentsikannya, mengorientasikan pasien dan
keluarga terhadap lingkungan kamar, sarana yang tersedia serta paraturannya;
selain itu perawat juga menyusun rencana keperawatan, memberikan laboran
lepada dokter jaga kemudian bertanggung jawab untuk mengecek hasil
pemeriksaan dan mengevaluasi kelengkapan catatan.

(Sumber swanburg :2002 )

Actual

Dari hasil observasi selama malaksanakan praktek praklinik manajemen


keperawatan di ruang inap paru didapatkan data:

Perawat memastikan biodata pasien dan kelengkapan surat – surat pasien (


seperti kio , les pendek , surat masuk , dan alat – alat lain seperti hasil rontsen ,
hasil USG , atau hasil labor bila ada ) .Kemudian perawat akan memastikan
status pasien ,untuk pasien KS ( kartu sehat ) di tempatkan pada kelas III ,untuk
pasien ASKES ditempatkan berdasarkan golongannya dan untuk pasien UMUM
ditempatkan sesuai dengan keinginannya. Selain berdasarkan status pasien
ditempatkan berdasarkan jenis penyakit menular atau tidak menular serta jenis
kelamin .Untuk penyakit TB paru pasien dipisah dengan yang tidak TB paru.
Pasien menyediakan tempat tidur dan sarana prasarana lainya ( infuse , oksigen ,
pispot ,dll ) ,dimana satu orang pasien memiliki 1 meja pasien ,1 kursi untuk
menuggu pasien dan 1 papan identitas pasien .Perawat akan mengantarkan
pasien dan keluarga ,keruangan yang telah disiapkan ,setelah itu perawat akan
melaporkan kepada dokter yang bertanggung jawab . Perawat penaggung jawab
( KATIM ) memeriksa kelengkapan catatan .Setelah pasien ditempatkan pada
ruangnya perawat melakukan anamnesa pada pasien atau keluarga pasien yang
mengantar pasien dan melalukan observasi dan TTV .Setelah itu pasien akan
menandatangani inform consen untuk tindakan dan surat perjanjian masuk

Permasalahannya:

Dalam menyediakan ruangan dan tempat tidur pasien masih adanya


kekurangan sarana dan prasarana ,seperti kurangnya bantal untuk pasien
,sehingga ada sebagian pasien yang baru masuk tidak kebagian bantal ,dan
sebagian besar bantal dibawa oleh pasien sendiri

2. Pengelolaan Pasien

Ideal

Tahap pengelolaan pasien di ruangan meliputi : memperhatikan respon


dan kondisi pasien dan keluarga selama memberikan asuhan keperawatan,
memberikan inform consent pada pasien dan keluarga untuk setiap tindakan
yang akan dilakukan, menggunakan komunikasi terapeutik dalam setiap
interaksi danzan pasien, memberikan penjelasan pada keluarga mengenai
perkembangan kondisi pasien dan mengawasi pasien secara kontinu di setiap
shift, melakukan overan secara jelas, koordinasi antar perawat dan profesi lain
secara jelas dan memberikan asuhan keperawatan secara tetapt, cepat dan
akurat.

(Sumber swanburg :2002 )

Actual

Timbang terima pasien saat perawat datang ,perawat lansung mengisi


absent dan membaca buku laporan kemudian mendiskusikan tindakan dan
kendala –kendala dinas yang dihadapi ,setelah diskusi baru melakukan overab
,pada sat overran harus membaca buku overran pasien yang telah disiapkan.
Pada saat overran pasien ,yang dioverakan adalah keluhan –keluhan pasien
kemudian tindakan yang belum dilakukan dantindakan yang sudah dilakukan
.Secara verbal perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
sebelum , selama dan sesudah tindakan.selam observasi tidak ditemukannya
kegagalan pada saat tindakan ,untuk tindakan infasif pratikan selalu didampingi
oleh perawat penanggung jawab ,dan untuk tindakan TTV ,memberikan obat
dapat dilakukan pratikan secara mandiri tapi dibawah pengawasan perawat
penanggung jawab.

Permasalahannya

Kurangnya peralatan medis serta sarana dan prasarana membuat


beberapa protap yang seharusnya diberikan menjadi terhambat,seperti EKG
,masih mengalami hambatan hal ini terkait dengan tidak adanya alat EKG di
ruangan dan harus meminjam keruangan lain serta tidak adanya stok kontak (
cok ) untuk tioap kamar ( seperti kamar kelas III ) dan rusaknya kabel round (
yang hanya ada 1 ) .

Masih kurangnya pengetahuan pratikan dalam melakukan overan kepada


sesama pratikan.

3. Pasien Pulang

Ideal

Tujuan dilakukan discharge planning adalah menyiapkan pasien untuk


menyesuiakan diri di rumah dan di masyarakat setelah pulang dari rumah sakit
untuk mentiapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pasien maupun
keluarga mengenai penyakit pasien, pemberian obat, aktivitas dan perawatan
zaherí-hari dan pemberian nutrisi yang benar. Semua kegiatan tersebut
bertujuan untuk menyiapkan diri pasien dan keluarga baik dari segi fisik dan
psikologis bila terdapat gejala sisa. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
melakukan pengkajian awal sebagai cara pangumpulan data untuk menentukan
perkiraan lama rawat inap pasien, kebutuhan pasien pasca pemulangan
mempersiapkan pasien dan keluarga dalam perawatan pasca pemulangan.
Kemudian mengkaji kesiapan pasien untuk pulang meliputi keadaan umum,
tingkat pengetahuan keluarga dan kemampuan klien dan keluarga untuk
beradaptasi. Kolaborasi dengan dokter dan tim kesehatan lainnya dalam
menentukan kepulangan pasien. Menjelaskan lepada keluarga mengenai
kemungkinan adanya gejala sisa yang muncul, tanda-tanda yang menunjukkan
keadaaan yang berbahaya yang harus segera diperiksakan ke dokter atau rumah
sakit untuk penanganan pertama pada kondisi sakit. Menjelaskan tentang
pemberian obat, pengaturan nutrisi dan ativitas serta tentang waktu control klien
setelah pulang dan memberikan surat control dan memeriksakan kelengkapan
status pasien. Perawat juga menjelaskan dan mengikuti prosedur administrasi
kepulangan yang harus yang harus diselesaikan oleh pasien pulang mutlak,
pulang paksa atau meninggal.

(Sumber swanburg :2002 )

Aktual

Setiap pasien yang pulang dilengkapi oleh ADM , surat control ,discharge
planning yang lengkap kemudian hasil – hasil labor . karegori pasien yang
pulang itu adalah pasien di rujuk , pasien meninggal dan pasien yang sehat .

Pendidikan kesehatan tidak hanya diberikan pada saat pasien akan pulang
,namun selama pasien dirawat pendidikan kesehatan tetap diberikan oleh
perawat ,dokter , dan pratikan .Perawat dan dokter saat visite untuk pasien yang
akan pulang menjelaskan tentang pengaturan nutrisi dan aktivitas , gejala sisa ,
tanda 0 tanda yang akan menunjukan bahaya pada pasien ,penangan I yang
harus dilakukan .selain itu pendidikan kesehatan untuk pasien selalu diberikan
diruang paru setiap minggunya.

Selama observasi pendidikan kesehatan juga diberikan oleh pratikan DIII


keperawatan dan pratikan S1 keperawatan yang mengambil tema TB paru dan
makanan yang berbahaya untuk penyakit kanker paru.Penyuluhan juga
dilakukan dengan memberikan leaflet kepada pasien atau keluarga
Dalam menentukan kepulangan pasien dilakukan kolaborasi antara dokter
dan praktisi keehatan lainnya.

Permasalahanya

Pada umumnaya pasien ditunggui oleh keluarga yang berusia 50 tahun


keatas sehingga sulit untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada mereka

3.2.1.2 manajemen fisik

3.2.1.2.1 fisik Ruangan

Ideal

Ruang bangunan adalah semua ruang/unit yang ada dalam bats / pagar
rumah sakit yang diperlukan untuk barbagai kegiatan rumah sakit. Desain dan
konstruksi bangunan harus mudah dibersihkan dan dilakukan perawatan. Semua
ruang verja dan ruang pasien harus mempunyai ventilasi dan penerangannya
yang adekuat dan juga harus dapat menjamin masuknya aliran udara segar,
temperatur ruangan dan kelembaban udara dalam batas yang nyaman. Jika
menggunakan pendingin ruangan tersebut harus dilakukan perawatan yang
memadai, yang terjadwal agar tidak menjadi sumber infeksi.

Ruang rawat inap paru harus mempunyai kriteria minimal mempunyai


kebersihan, kenyamanan ruangan yang cukup, keamana ruangan yang terjamin,
luas ruangan harus sesuai dengan kapasitas tempat tidur. Barang – barang yang
berbahaya tidak disimpan di ruangan

( sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )

Actual

kebersihan ruangan inap paru sangat baik , kebersihan dilakukan dengan


kerja sama antara perawat dan petugas lainya dengan CS . Setiap linen yang
kotor diganti dan dirapikan guna menjaga kenyamanan klien saat beristirahat .
perbeden rutin juga dilakukan setiap hari senin dan kamis pagi oleh petugas
dinas pagi .

diruangan paru terdapat 2 ting sampah yaitu tong sampah medis dan tong
sampah non medis .sampah dibawa oleh petugas yang bertanggung jawab sesuai
dengan waktu yang telah terjadwal.

Sirkulasi udara sangat baik dimana udara berasal dari jendela dengan kaca
nako yang berukuran kira – kira 100 x 70 cm yang setiap pagi di buka

Klien dengan riwayat TB paru lebih di prioritas kan berrada dekat


ventilasi dan dekat dengan pencahayaan yang cukup ( pencahayaan matahari )
hal ini dimaksudkan bahwa kuman TBC dapat mati oleh cahaya matahari.

Dari hasil observasi tidak ada klien dan keluarga yang membawa barang –
barang berbahaya , barang – barang yang umum dibawa oleh klien da
keluarganya adalah tas berisi baju ganti ,selimut ,bantal ,tikar dan makanan

Denah ruang inap paru

Keterangan :

1a = adalah pintu masuk bagi petugas ,selain petugas tidak boleh masuk ,
kecuali yang berkepentingan

1b = adalah pintu / koridor menuju kamar mandi perawat

1c = adalah pintu masuk dan keluar petugas dari ruangan pasien ,yang
hanya boleh di lewati oleh petugas

1d = pintu masuk klien dan keluarga

2 = adalah nurse station yang terdiri dari 4 meja berukuran sedang yang di
susun atas masing – masing berbentuk L , 1 lemari kaca tempat obat
– obatan dan beberapa alat lain seperti ( vit C ,tradil , As.traneksamat
,dicynone dll ) ,kemudian meja kecil tempat status dan kio ,dll,dan 1
troli tempat inhalasi serta I troli letak peralatan lainnya.

3 = adalah ruangan kepala ruangan

4 = adalah ruangan perawat ( terdiri dari 1 meja , 1 dispenser ,1 tempat


tidur ,kursi ,lemari 1 tv dan 1 kulkas )

5 = adalah perpuistakaan ( dilengkapi oleh buku dan meja ) digunakan oleh


mahasiswa untuk diskusi ,istirahat dan response bersama pembimbing
klinik dan pembimbing akacemik

6 = adalah kamar mandi perawat

7 = kamar perawat

8 = gudang

9a = kamar intensif kelas II tang terdiri dari 2 tempat tidur , 2 meja pasien
dan 1 kamar mandi

9b = kamar kelas III untuk penyakit menular yang terdiri dari 5 tempat tidur
dan 5 meja pasien dan 1 kamar mandi ?( khusus untuk pasien wanita)

9c = kamar kelas III untuk penyakit menular yang terdiri dari 5 tempat tidur
dan 5 meja pasien dan 1 kamar mandi ?( khusus untuk pasien pria )

9d = kamar kelas III untuk penyakit tidak menular yang terdiri dari 2 tempat
tidur dan 2meja pasien

9e = kamar kelas III untuk penyakit tidak menular yang terdiri dari 2 tempat
tidur dan 2meja pasien
10 = kamar yang digunakan untuk menyimpan tiang infuse , tabung oksigen
dan lemari linen( lemari alat tenun )

11a,b= kamar kelas I yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien dan 1
kamar mandi

12 a,b,c = kamar kelas I yang terdiri dari 2 tempat tidur dan 2meja pasien
dan 1 kamar mandi

13 = ruangan tindakan dan firasat yang terdiri dari 1 tempat tidur , 1 kursi ,1
troli dan 1 timbangan BB dan di dindingterdapat alat yang digunakan
untuk melihat hasil rontsen agar tanmpak jelas

13a = wastafel yang terdapat dekat nurse station beserta protap cuci tangan

13b = wastafel yang terdapat di kamarmandi perawat

13c = wastafel yang terdapat di ruangan tindakan dan firasat

Permasalahanya

Adanya beberapa ruangan yang tidak terpakai dan memerlukan


pembenahan agar tertata lebih rapi dan baik.

3.2.1.2.2 Air bersih

Ideal

Diruangan harus tersedia paling sedikit satu wastafel dengan aliran air
yang cukup dan mengalir terus menerus dan ditempatkan ditempat yang
strategis.

( sumber :Potter & Perry : 2005 )

Actual
air yang mengalir di kamar mandi pasien dan kamar mandi perawat dapat
mengalir dengan baik

letak wastafel yang sangat strategis sehingga memungkinkan bagi para


petugas untuk tidak lupa cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

permasalahanya

air yang mengalir di kran yang ada pada wastafel sangat kecil dan pada
jam – jam tertentu mati ,pengering tangan yang berada dekat wastafel di nurse
station sangat keras bila dihidupkan dan bunyi sangat menimbulkan kebisingan

3.2.1.2.3 Papan Identitas Pasien

Ideal

Setiap pasien harus disertai identitas seperti papan nama pasien yang berisi
: nama, umur, no.MR, diagnosa, diet makanan, tanggal masuk, status pasien
agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pengobatan dan perawatan.

( sumber : hasil penelitian mahasiswa UNPAD PSIK )

Actual

setiap pasien baru masuk ,perawat /pratikan membuat papan identitas


pasien yang digantungkan di tas dinding bagian arah kepala pasien ,papan
identitas berisi nama pasien ,asal , tanggal masuk ,diagnosa ,status .

permasalahanya

tidak ada

3.2.1.2.4 Alat Dan Bahan

daftar alat medis di ruang inap paru


No Nama barang Ideal Pada saat ini Keterangan
1 Bak instrument 6 4 cukup
2 Bowl tutup 4 2 Cukup
3 Brankar
4 Dresing car 4 2 cukup
5 Gunting perban 3 1 kurang
6 Klem pean 4 2 cukup
7 Korentang 3 1 kurang
8 Kursi roda 2 1 Buruk (alat
rusak)
9 Lampu emergensi 2 1 Buruk (alat
rusak
10 Lampu sorot
11 Lampu UV neon 24 4 buruk
12 Lampu UV
13 Lumpang obat kecil 2 1 cukup
14 Meteran oksigen 10 6 kurang
15 Nebulizer 2 1 cukup
16 Nald powder 4 2 cukup
17 Pingset anatomi 6 2 kurang
18 Pingset chirugi 3 1 kurang
19 Slip lump 10 4 kurang
20 Standar oksigen 2 1 cukup
21 Sterilisator kecil 2 1 cukup
22 Stateskop dewasa 3 1 Buruk (
alat rusak )
23 Suction 2 1 Buruk (
alat rusak )
24 Tempat tidur stel 10 5 kurang
25 Tensi meter 2 1 kurang
26 Termiometer 3 1 kurang
27 Tiang infuse 16 6 kurang
28 Timbangan dewasa 3 1 kurang
29 Set WSD 2 1 cukup
30 Tromol gauz 5 3 kurang
31 Urinal 13 5 kurang
32 Waskom cuci tangan
33 nierbekken 8 2 kurang
34 Pot sorong tutup 10 4 kurang

Permasalahan

Masih kurangnya peralatan medis sehingga menghambat terlaksananya


protap

daftar alat tenun di ruang inap paru

No Nama barang Ideal Pada saat ini Keterangan


1 Laken putih 60 20 Kurang
2 Stik laken 30 10 Kurang
3 Laken hijau 45 15 Kurang
4 Stik laken hijau 25 5 Kurang
5 Sarung bantal hijau 30 10 Kurang
6 Sarung bantal putih 45 15 Kurang
7 Selimut tiger 23 3 Kurang
8 Selimut swan 22 7 kurang
9 Kain sarung pasien 10 - kurang
10 Baju pasien 10 - Buruk
11 Masker kain 30 - Buruk
12 Gorden 12 2 Kurang
13 Gorden putih 8 - Buruk
14 Sarng tabung oksigen 8 - Buruk
15 Handuk pasien 18 3 kurang
16 Perlak 30 - Buruk
17 Alas meja pasien 40 10 kurang
18 Pengikat pasien 20 - Buruk
19 Waslap 30 10 kurang
20 Kain skrem 20 - buruk
21 Mukena 3 1 kurang
22 Skor 20 5 kurang
23 Alas meja setengah biro 10 - buruk
24 Kain penutup jenazah 2 - Buruk
25 sajadah 3 1 kurang
26 Kain sarung sholat 3 1 kurang

Permasalahan

Masih kurangnya peralatan tenun di ruang paru.

daftar alat mobiler di ruang inap paru

No Nama barang Ideal Pada saat ini Keterangan


1 Nurse station 2 1 Cukup
2 Meja setengah biro 6 2 Kurang
3 Kursi plastic putih 18 8 Kurang
4 Meja pasien 30 20 Kurang
5 Lemari obat 2 1 cukup
6 Lemari inventaris 3 1 Kurang
7 Loker 3 pintu 4 1 Kurang
8 Loker 8 pintu 2 1 Kurang
9 Lemari alat 3 1 Kurang
10 Tempat ridur pasien 25 18 Kurang
biasa
11 Tempat tidur stel 15 5 Kurang
12 Papan nama pasien
13 White board besar 2 1 cukup
14 Standar skrem 11 - buruk
15 Kursi pasien 25 - buruk
16 Standar handuk 13 3 Kurang
17 Lemari alat tenun 2 - buruk
18 Papan alas tempat tidur 60 30 Kurang
19 Tong sampah medis 6 2 Kurang
20 Kursi lipat 10 3 Kurang
21 Kursi panjang busa 4 - buruk
22 Kabel roun 4 1 Kurang
23 Tiang infuse 16 6 Kurang
24 Tong sampah no medis 6 2 Kurang
Permasalahannya

Masih kurangnya peralatan tenun di ruang paru.

3.2.1.2.5 Kekuatan Kerja


1. Man ( ketenagaan )
Ideal

Pemberian ASKEP diruangan sepenuhnya dilakukan oleh perawat


pelaksana yang dikoordinasi leh kepala ruangan yang bertanggung jawab atas
pemberian pelayanan keperawatan secara menyeluruh oleh semua petugas yang
ada diruangan tersebut.alat ukur jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah
berdasarkan minimal care ,intermediet care,maximal care.

Pada suatu layanan profesiona, jumlah tenaga yang diperlukan bergantung


pada jumlah klien dan derajat ketergantungan klien terhadap kperawatan.
Menurut doaglas ( 1992,) klasifikasi derajat ketergantungan klien dibagi dalam
3 kategori yaitu

1. Perawatan minimal(minimal care)

Memerlukan waktu 1 – 2 jam / 24 jam dengan criteria kebersihan diri, mandi,


ganti pakaian dilakukan sendiri, makan dan minum dilakukakn sendiri, ambulasi
dengan pengawasan, observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap jaga ( shift ),
pengobatan minimal dengan status psikologi stabil

2.Perawatan parsial ( partial care )

Memerlukan waktu 3 – 4 jam / 24 jam dengan criteria kebersihan diri dibantu,


makan dan minum dibantu, observasi tanda – tanda vital setiap 4 jam, ambulasi
dibantu, pengobatan lebih dari 1 kali, klien dengan kateter urine pemasukan dan
pengeluaran dicatat, klien dengan infuse persiapan pengobatan yang
memerlukan prosedur

3. Perawatan total ( total care )

Memerlukan 5 – 6 jam / 24 jam dengan criteria semua keperluan klien dibantu,


perubahan posisi, observasi tanda – tanda vital dilakukan setiap 2 jam, makna
melalui selang atau pipa lambung, terapi intravena, dilakukan pengisapan
lender, gelisah atau disorientasi

Jumla Klasifikasi Klien


h klien Minimal Parsial Total
Pag Sian Mala Pagi Sian Mala Pag Sian mala
i g m g m i g m
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,32 0,20 0,72 0,60 0,40
0
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,32 1,08 0,90 0,60
(Sumber :doaglas 1992,)

Actual

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi dengan kepala


ruangan jumlah tenaga perawat saat ini adalah 11 orang

Jpasien pada bulan agustus 2008 adalah 67 orang dengan BOR 35,5
sedang bulan September 38 orang dengan BOR 25,1 dan bulan oktober 12 orang
dengan BOR 67,8

Pembagian kerja dilihat dari rentang kendali diruang paru dilakukan per
wing ( kiri dan kanan ) dimana tiap wing dikelola oleh 1 tim disesuaikan oleh
jadwal dinas pada shif itu.masing – masing tim di pimpin oleh kepala tim yang
akan melaporkan kepada kepala ruangan.

Table

Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Jumlah Tenaga Yang Dibutuhkan

Tanggal Minimal intermediet Maxsimal total BOR


(januari
2008)
5 p 6 x 0,17 = 1,02 p 3 x 0,27 = 0,81 p 1 x 0,36= 2,19 = 3 orang 0,45
0,36
s 4 x 0,14 = 0,56 s 3 x 0,51 = 1,53 2,09 = 3 orang 0,31
s-
m 2 x 0,1 = 0,2 m 3 x 0,07 = 0,21 0,41= 1 orang 0,22
m-
6 p 1 x 0,17 = 0,17 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 0,71 = 1orang 0,13

s 1 x 0,14 = 0,14 s 2x 0,51 = 1,02 s- 1,16 = 2 orang 0,13

m 1 x 0,1 = 0,1 m 2 x 0,07 = 0,14 m- 0,24= 1 orang 0,13


7 p 1 x 0,17 = 0,17 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 0,71 = 1orang 0,13

s 1 x 0,14 = 0,214 s 2 x 0,51 = 0,51 s- 1,16= 2 orang 0,13

m 1 x 0,1 = 0,1 m 2 x 0,07 = 0,14 m- 0,24= 1 orang 0,13


8 p 2 x 0,17 = 0,34 p 1 x 0,27 = 0,27 p- 0,61 = 1orang 0,13

s 2 x 0,14 = 0,28 s 1 x 0,51 = 0,51 s- 0,79= 1 orang 0,13

m 2 x 0,1 = 0,2 m 1 x 0,07 = 0,27 m- 0,27= 1 orang 0,13


9 p 2 x 0,17 = 0,34 p 1 x 0,27 = 0,27 p- 0,61 = 1orang 0,13

s 2 x 0,14 = 0,28 s 1 x 0,51 = 0,51 s- 0,79= 1 orang 0,13

m 3x 0,1 = 0,3 m 1 x 0,07 = 0,27 m- 0,37= 1 orang 0,18


10 p 2 x 0,17 = 0,34 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 1,05 = 1orang 0,18

s- s 3 x 0,51 = 1,53 s- 1,53= 2 orang 0,13

m- m 3 x 0,07 = 0,21 m- 0,21= 1 orang 0,13


12 p 2 x 0,17 = 0,34 p 3 x 0,27 = 0,81 p- 1,15 = 2 orang 0,22

s 2 x 0,14 = 0,28 s 3 x 0,51 = 1,53 s- 1,81= 2 orang 0.22

m 2 x 0,1 = 0,2 m 3 x 0,07 = 0,21 m- 0,41= 1 orang 0,22


13 p 4 x 0,17 = 0,68 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 1,22 = 2orang 0,27

s 6x 0,14 = 0,84 s 1 x 0,51 = 0,51 s- 1,58= 2 orang 0,31

m 5 x 0,1 = 0,5 m 2 x 0,07 = 0,14 m- 0,64= 1 orang 0,31


14 p 5 x 0,17 = 0,85 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 1,39 = 2orang 0,31

s 3 x 0,14 = 0,42 s 2 x 0,51 = 1,02 s- 1,44= 2orang 0,22

m 3 x 0,1 = 0,3 m 2 x 0,07 = 0,14 m- 0,44= 1 orang 0,22


15 p 3 x 0,17 = 0,51 p 2 x 0,27 = 0,54 p- 1,05 = 1orang 0,22

s 3 x 0,14 = 0,42 s 3 x 0,51 = 1,53 s- 1,95= 2 orang 0,27

m 2 x 0,1 = 0,2 m 4 x 0,07 = 0,28 m- 0,48= 1 orang 0,27


16 p 3 x 0,17 = 0,51 p 4 x 0,27 = 1,08 p- 1,59 = 2orang 0,31

s 3 x 0,14 = 0,42 s 4 x 0,51 = 2,04 s- 2,46= 3 orang 0,31

m 5 x 0,1 = 0,5 m 3 x 0,07 = 0,21 m- 0,71= 1 orang 0,36


17 p 4x 0,17 = 0,68 p 4 x 0,27 = 1,08 p- 1,76 = 2orang 0,36

s 3 x 0,14 = 0,42 s 4 x 0,51 = 2,04 s- 2,46= 3 orang 0,31

m 3 x 0,1 = 0,3 m 4 x 0,07 = 0,28 m- 0,58= 1 orang 0,31


19 p 2 x 0,17 = 0,34 p 5 x 0,27 = 1,35 p- 1,69 = 2 orang 0,31

Permasalahnya

Tidak ada

1. metode

Ideal

Menurut Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey (1997) dan
Marquis& Huston (1998) metoda pemberian asuhan keperawatan profesional
yang sudah ada dab akan terus di kembangkan di masa depan dalam
menghadapi trend pelayanan keperawatan yaitu:

Metode fungsional

- perawat melakukan tugas tertentu sesuai jaswal kegiatan yang ada


- perwat senior akan sibuk melakukan tugas manajerial sesangkan asuhan
keperawatan pasa pasien dilakukakn oleh perawat yunior atau yang belum
punya pengalaman

- penanggung jawab askep dibebankan kepada perawat yang bertugas pada


tindakan tertentu

Metode tim

Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari abggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri
dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu bengan jumlah tenaga 6-7 orang dalam satu tim

Metode primer

Metoda penugasan diman satu perawat brtnggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap askep pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit, mendorong
pratik mandiri perawat, ada kejelasan antar si pembuat rencana askep pelaksana.
Metoda primer ini di tandai dengan adanya keterkaitan kuat yang terus menerus
antara pasien dan perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi askep selama pasien di rawat

Metode pengelolaan kasus

Mobel ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan dimana


setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien selam jam
dinasnya. Pasien akan dirawt oleh perawat yamg berbeda untuk setiap shif dab
tidak ada jaminan bahwa pasien akan di rawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa siterapkan satu pasien satu perawat.
Dalam hal ini umunya dilaksanakan oleh perwat privat atau untuk keperawatan
khusus seprti isolasi. Intensive care
(sumber : Swanburg : 2002 dan Ann Marriner Tomei (1991) Grat & Massey
(1997) dan Marquis& Huston (1998) )

Actual

kerja metode tim sudah cukup baik dijalankan ,dimana kepala tim telah
mengkoordinasi penugasan dan evaluasi serta supervise kepada perawat
pelaksana ,kemudian perawat pelaksana melaporkannya kepada kepala tim.

Permasalahan

Tidak ada

2. money

Actual

Pendanaan diruang paru berasal dari sentral RS dimana ruangan tidak


diberi wewenang untuk mengelola keuangan .pendapatan keuangan hanya
diperoleh dari pasien sesuai dengan tariff yang ada

3. material
Ideal

bangunan

semua bagian bangunan atau ruangan harus mudah dibersihkan dan


dilakukan perawatan. Jendela, pintu, dinding dan bagian-bagian yang lain dari
bangunan dibuat dengan permukaan yang rat, licin, serta menghindari banyak
lekukan tau ukiran dan bagian horizontl ( permukaannya menghadap ke atas ).
Lantai di ruangan yang rentan terkena tumpahan darah, bahan-bahan infeksius
dari pasien harus kedap air, permukaan rata dan mudah dibersihkan

. ventilasi
Semua ruang pekerja dan ruang pasien harus mempunyai ventilasi dan
penerangannya yang adekuat dan juga harus dapat menjamin masuknya aliran
udara segar, temperatur ruangan dan kelembaban udara dalam batas yang
nyaman. Jika menggunakan pendingin ruangan tersebut harus dilakukan
perawatan yang memadai, yang terjadwal agar tidak menjadi sumber infeksi.

tempat cuci tangan atau wastafel

Di tempat ruangan perawatan, ruang verja dan tempat pelayanan lainnya


harus tersedia paling sedikit satu wastafel dengan aliran air yang cukup dan
mengalir terus menerus dan ditempatkan ditempat yang strategis.

Area kerja dan perawatan

harus tersedia ruangan yang cukup besar untuk menampung alat-alat yang
diperlukan dan tempat untuk meletakkan barang-barang steril, barang kotor, dan
barang bersih. Peralatan harus diletakkan ditempat yang aman dan tidak mudah
terkontaminasi atau rusak.

( sumber : hasilpenmelitian mahasiswa UNPAD PSIK )

Actual

gedung ruang paru terletak dibagian belakang RSAM,dekat ruang jenazah


,dekat poli paru

ruang paru terdiri dari ruang kepala ruangan ,ruang perawat ,station nurse
,ruang firasat / tindakan ,gudang ,perpustakaan ,dll

kebutuhan alat – alat medis ( lihat alat dan bahan ) , diruangan paru
terdapat buku protap ,ruangan cukup nyaman karena waktu pengunjung
ditentukan pada hjam – jam tertentu yaitu pada jam 12:00 – 13:00 dan pada jam
16:00-17:00,kemudian bagi keluarga yang menunggui pasien pada malam hari
hanya ada 1 orang saja.Untuk penerangan di setiap kamat terdapat 1 lampu
.Tiap tempat tidur pasien dilengkapi oleh 1 meja pasien ,1 kursi tunggu pasien
,1 papan identitas pasien ,dan 1 tempat obat pasien .

kamar mandi pasien dilengkapi dengan 1 bak mandi dan 1 WC jongkok.

Station nurse terletak di pintu utama masuk ,arsip – arsip penting


didokumentasikan dan disimpan diruang kepala ruangan,dan ruang perawat
terletak berdampingan dengan ruangan kepala ruangan .Pojok informasi
ditempelkan didekat meja telfon

Permasalahanya

Masih adanya keluarga pasien yang melanggar jadwal bertamu untuk


pasien ,tempat obat pasien tidak digunakan dengan baik oleh pasien dan
keluarga,di masing – masing ruangan ( kelas III ) tidak terdapat tempat

3.2.1.2.6 non fisik

1. Hubungan Perawat Dengan Perawat

Ideal

Komunikasi antara perawat berjalan dengan baik.Adanya Mekanisme


pengambilan keputusan di sesuaikan dengan kondisi Kegiatan serah terima
pasien dilakukan setiap pergantian dinas dan berorientasi pada asuhan
keperawatan yang telah direncanakan.Mengadakan ronde keperawatan dan
supervisi khusus .Mengadakan rapat bulanan secara rutin Media komunikasi
antara perawat menggunakan buku laporan, buku ronde, dan white board.

(sumber Nursalam:2002)

Actual

Informasi yang berhubungan dengan kepentingan ruangan di


komunikasikan secepatnya kepada kepala ruanran.operan dilakukan secara
tertulis dalam buku laporan harian dan buku overran pasien yang didalamnya
terdapat data tindakan yang telah dilakukan dan tindakan yang akan dilakkan
oleg dinas berikutnya.

Permasalahan

Tidak ada

2.Hubungan Perawat Dengan Klien

Ideal

Hubungan perawat-klien di mulai sejak klien masuk. Selama perawatan


(Pelaksanaan Proses Keperawatan) sampai klien pulang. Pada profesi
keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metode
utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan, dengan kata lain
kualitas asuhan yang di berikan pada klien sangat tergantung pada hubungan
perawat-klien

(sumber Nursalam:2002)

Actual

Hubungan pasien dan perawat telah dibina sejak pasien masuk , selama
proses keperawatan ,dan sampai pasien pulang .setiap perawat diwajibkan tau
siapa pasien dan bagaimana kondisi pasien.perawatmelakukan komunikasi
terapeutik

3. Hubungan Perawat Dengan Profesi Lain

Ideal

Bekerja sama sebagai sebuah tim kesehatan untuk menangani masalah


klien.Komunikasi antar profesi berjalan dengan baik. Proses pendelegasian jelas
dilakukan secara jelas dan tertulis. Tiap profesi membuat dokumentasi secara
jelas Saling menghargai antar profesi

(sumber Nursalam:2002)

Actual

Komunikasi perawat dengan dokter bersifat sosial dan profesional


,komunikasi mengenai kondisi klien walaupun bersifat delegatif tapi sudah
kearah kolaborasi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil kajian situasi di ruang rawat inap paru yang dikelompokkan ke dalam SWOT
didapatkan bahwa:

Pada manajemen asuhan, dua komponen yaitu flow off care dan KDM berada pada kuadran
IV(berusaha untuk membagi kekuatan untuk menghadapi item- item kelemahan yang ada) dan
komponen yang lainnya yaitu Dokumentasi Keperawatan berada pada kuadran III (berusaha
untuk mempertahankan diri dengan memanfaatkan potensi yang internal yang dimiliki) dengan
menggunakan strategi- strategi :

 Meningkatkan pelaksanaan penerimaan pasien baru sesuai protap yang ada.


 Meningkatkan peran monitoring perawat terhadap pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit pasien.
 Meningkatkan peran perawat dalam memonitoring dan pencatatan eliminasi terutama
pada pasien dengan kondisi khusus.
 Meningkatkan kesadaran terhadap kewaspadaan universal dan pencegahan infeksi
nosokomoial pada pemberi asuhan.
 Menigkatkan pemeliharaan dan pengawasan terhadap kebersihan pasien.
 Menigkatkan lingkungan yang mendukung terhadap keamanan dan kenyamanan pasien.

Pada manajemen unit dua komponen yaitu lingkungan fisik dan non fisik berada pada
kuadran I ( berusaha menghimpun seluruh kekuatan dan mengintensifkan upaya untuk mengisi
peluang yang ada, dan komponen yang terakhir yaitu kekuatan kerja berada pada kuadran IV
(berusaha untuk membagi kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang ada ) dengan
menggunakan strategi sebagai berikut:

 Meningkatkan pengawasan jumlah pengunjung dan penunggu pasien.


 Meningkatkan kolaborasi antar tim kesehatan.
 Penambahan jumlah tenaga perawat
 Meningkatkan pengaturan praktikan di ruangan untuk membantu asuhan keperawatan.

Berdasarkan hasil kajian situasi pada pendidikan berada pada kuadran I (berusaha
menghimpun seluruh kekuatan yang ada untuk mengisi peluang yang ada) dengan strategi
sebagai berikut:

 Meningkatkan proses pendidikan yang efektif dan efesien di ruangan baik untuk
praktikan, keluarga, maupun karyawan.

B. SARAN

1. Untuk ruangan rawat inap paru RSUD Achmad Mochtar Bukitinggi

Diharapkan dapat menindak lanjuti pengkajian analisa SWOT yang telah dilakukan.

2. Untuk rumah sakit.

Sebagai bahan pertimbangan untuk dapat meningkatkan kualitas ruang rawat inap paru, terutama
untuk penambahan tenaga di ruangan.

3. Untuk praktikan manajemen keperawatan selanjutnya.


Diharapkan dapat malakukan koordinasi dan kolaborasi dengan perawat atau tenaga medis yang
lain dalam pengembangan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas.Selain itu
kelompok selanjutnya dapat melakukan evaluasi ulang permasalahan yang belum tergali di
ruangan dan melaksanakan implementasi dan strategi rencana unutuk mengatasinya.

Anda mungkin juga menyukai