PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada bayi baru lahir yang bernafas dengan teratur, alveoli dapat mengembang
dan mengempis sehingga oksigen dari udara dapat masuk melalui pembuluh darah
kecil (kapiler) yang mengelilingi alveoli tersebut. Secara nornal, di akhir usia
kehamilan, sel-sel dari alveoli menghasilkan substansi yang disebut surfaktan yang
menjaga tegangan permukaan di dalam alveoli rendah agar alveoli dapat
mengembang pada saat bayi lahir dan bayi dapat bernafas secara normal. Surfaktan
mulai diproduksi pada minggu ke 34 usia kehamilan dan sudah menjadi paru yang
matur pada minggu ke 37, dan jumlah surfaktan telah optimal.
Jika bayi lahir prematur, surfaktan tidak cukup terbentuk dalam alveoli yang
menyebabkan kolaps alveoli (atelektasis) sehingga bayi sulit untuk mendapatkan
oksigen dari udara karena paru tidak dapat mengembang. Kondisi ini dapat
menyebabkan kematian pada bayi jika tidak segera ditangani dengan baik. Namun
kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian asuhan keperawatan yang optimal
dan adekuat dengan berbagai macam tindakan maupun perawatan intensif yang dapat
menunjang kelangsungan hidup bayi.
Hal tersebut telah melatarbelakangi penulis untuk menulis makalah ini, sehingga
dapat membagi beberapa informasi tentang ARDS dan asuhan keperawatannya untuk
menurunkan angka kematian bayi dengan ARDS.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom) ?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem pernafasan ?
3. Apakah etiologi penyebab ARDS ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari ARDS ?
5. Bagaimanakah WOC dari ARDS ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ARDS ?
7. Apa sajakah komplikasi yang dapat diakibatkan penyakit ARDS?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan ?
9. Apa sajakah asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap penderita
ARDS ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom).
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan.
3. Mengetahui etiologi penyebab dari ARDS.
4. Mengetahui patofisiologi dari ARDS
5. Mengetahui WOC dari ARDS.
6. Mengetahui manifestasi klinis dari ARDS.
7. Mengetahui komplikasi yang dapat diakibatkan dari ARDS.
8. Mengetahui penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada penderita
ARDS.
9. Mengetahui asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita
ARDS.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ARDS
3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
2.2.1 Anatomi
a. Hidung
Fungsi penghidu
Pernapasan
Penyaringan debu
Pelembapan udara pernapasan
Penampungan sekret sinus paranasales dan ductus nasolacrimalis
Bentuk luar hidung sangat bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk, terutama
karena perbedaan pada tulang rawan hidung. Pungggung hidung meluas dari akar
hidung di wajah puncaknya (ujung hidung). Pada permukaan inferior terdapat dua
lubang, yaitu naris anterior yang terpisah dari satu yang lain oleh septum nasi.
b. Faring
Faring adalah bagian sistem cerna yang terletak antara cavitas nasi dan cavita
oris, dibelakang laring; faring berguna untuk menyalurkan makanan ke esofagus dan
udara ke laring, trakea dan pulmo. Faring meluas dari cranium sampai tepi bawah
cartilago cricoidea di sebelah anterior, dan sampai tepi bawah vertebrae cervicalis VI
di sebelah posterior.
c. Laring
4
Disamping itu, laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing
dan memudahkan batuk. Laring berstruktur epitel kartilago yang menghubungkan
faring dan trakea.
d. Trakea
Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk sepatu kuda atau tiga
per empat cincin tulang rawan seperti huruf C yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm
(5 inchi). Bagian belakang dihubungkan dengan membran fibroelastik menempel
pada bagian dinding dengan esofagus.
e. Bronkus
Merupakan percabangan trakea. Terbagi atas dua, yakni bronkus kanan dan
bronkus kiri yang tidak simetris. Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih lebar
dibandingkan dengan bronkus utama kiri dan merupakan lanjutan dari trakea dengan
sudut yang lebih tajam. Terdiri atas tulang rawan dan dindingnya terdiri dari otot
halus.
f. Paru-paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru
kanan dibagia atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius, dan inferior; sedangkan
paru kiri dibagi atas dua lobus yaitu lobus inferior dan lobus superior. Paru-paru
masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura yang terdiri dari dua selaput
serosa yang disebut pleura, yakni pleura parietalis melapisi dinding thorax dan
pleura visceral meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam fisura.
2.2.2 Fisiologi
5
paru. Kemudian, oksigen di kapiler arteri dan diikat oleh eritrosit yang mengandung
hemoglobin lalu dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh.
Menurut Zulkifli Amin dan Johanes Purwoto (2009), faktor risiko penyakit
yang berhubungan dengan ARDS :
6
2.4 Etiologi
ARDS terjadi jika paru terkena cedera secara langsung maupun secara tidak
langsung oleh berbagai proses. Beberapa keadaan yang paling menyebabkan ARDS :
7
2.5 Patofisiologi
8
Terdapat tiga fase kerusakan alveolus :
2.6 WOC
(terlampir)
Gejala paru ARDS segera setelah cedera akut mungkin sangat minimal,
karena seringkali ada periode laten ketika penderita hanya menunjukkan distres napas
ringan yang mungkin disertai hiperventilasi. Pada stadium ini auskustasi paru-paru
bersih. Selama 4-24 jam berikutnya, timbul hipoksemia dan distres pernapasan
menjadi semakin jelas, ditandai dengan sianosis, dispnea, dan takipnea berat yang
disertai ronki basah inspirasi difus. Pada stadium ini dapat diperagakan shunt
intrapulmonum besar dan pemberian oksigen dapat menguarangi gejala sementara.
Selanjutnya penderita secara bertahap dapat membaik, tetapi sebagian besar penderita
mengalami perburuan menuju hipoksemia dan hiperkapnea berat. Oksigen tambahan
gagal memperbaiki kondisi klinis sehingga diperlukan ventilasi mekanis. Pada
stadium ini banyak penderita meninggal dunia, sedangkan yang bertahan hidup
memerlukan bantuan pernapasan jangka panjang.
Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak adanya diagnosa kondisi
yang menjadi faktor risiko ARDS. Tanda pertama ialan takipnea, retraksi intercostal,
9
adanya ronkhi basah kasar yang jelas. Dapat ditemui hipotensi, febris. Pada
auskustasi ditemukan ronki basah kasar. Gambaran hipoksia/sianosis yang tak respon
dengan pemberian oksigen. Sebagian besar kasus disertai disfungsi/gagal organ ganda
yang umumnya juga mengenai ginjal, hati, saluran cerna, otak, dan sistem
kardiovaskular.
RDS adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri. Perbaikan biasanya terlihat 48
sampai 72 jam setelah lahir, bila terjadi regenerasi sel alveolar tipe II dan
dihasilkannya surfaktan. Penampakan dan lamanya gejala dapat berubah dengan
pemberian surfaktan buatan.
10
2.8 Insidens
2.9 Komplikasi
1. Ketidakseimbangan asam basa
2. Kebocoran udara (pneumotoraks, pneumomediastinum, pneumoperikardium,
pneumoperitoneum, emfisema subkutan, emfisema interstisial pulmoner)
3. Perdarahan pulmoner
4. Displasia bronkopulmoner
5. Apnea
6. Hipotensi sistemik
7. Anemia
8. Infeksi (pneuminia, septikemia)
9. Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orang tua.
11
2. Lesi trakea (erosi, granuloma, stenosis subglotis, trakeabronkitis mengalami
nekrosis).
12
b. NaHCO3 untuk asidosis metabolik
c. Antibiotik untuk infeksi terkait
d. Analgesik untuk nyeri dan iritabilitas
e. Teofilin sebagai stimulan respiratori
f. Vasopresor (dopamin, dobutamin)
g. Kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru
h. Bronkodilator
Radiologi
13
2.12 Terapi
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Bayi laki-laki usia 2 hari masuk rumah sakit dirujuk hari Rumah Sakit Daerah
dengan keluhan : pucat, warna kebiruan. RR : 24x/menit kadang-kadang apnea.
Denyut jantung lebih lambat dari normal (bradikardi). Suhu menunjukkan : 36 oC.
Bayi lahir prematur dengan masa gestasi 31 minggu di RS dan lahir dengan Secsio
caecaria karena ibunya hipertensi. Bayi merupakan anak pertama. Usia ibu 40 tahun.
ASI belum keluar. Setelah beberapa pemeriksaan lanjutan ditegakkan diagnosis RDS
(Respiratory Distress Syndrom).
Bayi kelihatan lemah, dan belum memiliki respon untuk menyusui. Bayi
sering menangis dan gelisah. Penuturan keluarga, ibu dari bayi mempunyai riwayat
kesehatan menderita hipertensi.
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 26 Agustus 2013
Diagnosa Medis : ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrom)
15
B. Data Orang Tua
Nama Ayah : Rahimul
Nama Ibu : Aisyah
Pekerjaan Ayah : Pedagang
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Alamat orang tua : Koto tingga, Limau Manis
16
3.4 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
BB/TB : 1,8 kg/40 cm
Kepala : simetris
Mata :
Konjunctiva : anemis
Pupil : +/+
Telinga : simetris
Hidung : simetris
Mulut : bibir sianosis dan lidah kering
Thorax dan Paru
Inspeksi : frekuensi pernafasan rendah, kadang-kadang apneu
Palpasi : bayi sangat peka terhadap sentuhan, mudah menangis
Perkusi : pekak
Auskultasi : ada suara tambahan ronki basah
Ekstremitas : kekuatan otot 1
Kulit : pucat, kebiruan
17
d. Pemberian makanan tambahan
Belum ada diberikan makanan tambahan
18
3.5 Aplikasi NANDA, NOC dan NIC
No. NANDA NOC NIC
1. Kerusakan pertukaran gas Keseimbangan elektrolit dan asam Manajemen asam basa
basa Aktivitas :
DS : ibu bayi mengatakan - Jaga kepatenan jalan napas
bayinya tidak menangis Indikator : - Pantau ABG dan level elektrolit
secara spontan saat - Denyut jantung - Monitor status hemodinamik termasuk CVP (tekanan
kelahiran, bayi terlihat - Irama jantung vena sentral), MAP (tekanan arteri rata-rata), PAP
lemah - Pernapasan (tekanan arteri paru)
DO : frekuensi pernasan - Irama napas - Pantau kehilangan asam (muntah, diare, diuresis,
bayi 24x/menit kadang- - Sodium serum melalui nasogastrik) dan bikarbonat (drainase fistula
kadang apneu, denyut nadi - Pottasium serum dan diare)
100x/menit (bradikardi) - Klorida serum - Posisikan untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat
- Kalsium serum seperti membuka jalan napas dan menaikkan kepala
- Magnesium serum tempat tidur
- pH serum : DBN* - Pantau gejala gagal pernapasan seperti PaO2 yang
- Albumin serum : DBN rendah, peningkatan PaCO2, dan kelemahan otot
- Kreatinin serum : DBN napas
- Bikarbonat serum :DBN - Pantau pola napas
- Pantau factor penentu pengangkutan oksigen jaringan
seperti PaO2, SaO2, kadar Hb dan cardiac output
- Sediakan terapi oksigen
- Berikan dukungan ventilasi mekanik
- Pantau factor penentu konsumsi oksigen seperti
19
SvO2, avDO2 (perbedaan oksigen arterivena)
- Pantau ketidakseimbangan elektrolit yang semakin
buruk dengan mengoreksi ketidakseimbangan asam
basa
- Dorong pasien dan keluarga untuk aktif dalam
pengobatan ketidakseimbangan asam basa
20
- Beri bronkodilator jika diperlukan
- Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic
humidifier jika diperlukan
- Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
- Posisikan pasien untuk mengurangi dispnue
- Monitor pernafasan dan status oksigen.
Monitor Pernafasan
Aktivitas :
- Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan
usaha bernafas
- Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan
retaksi otot intercostal
- Monitor bising pernafasan seperti ribut atau
dengkuran
- Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,
hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes,
apnu, biot dan pola ataksi
- Palpasi jumlah pengembangan paru
- Perkusi anterior dan posterior torak dari apeks
sampai basis secara bilateral
- Catat lokasi trakea
21
- Monitor kelemahan otot diafragma
- Auskultasi bunyi nafas, catat ventilasi yang turun
atau hilang
- Tentukan apakah harus dilakukan pengisapan dari
hasil auskultasi seperti adanya ronkhi atau
wheezing
- Auskultasi lagi paru setelah dilakukan treatmen
- Monitor sekresi pernafasan pasien
- Monitor dispnu dan persitiwa yang bisa
meningkatkan kejadian dispnu
- Monitor hasil penyinaran (X-Ray)
2. Kelebihan volume cairan Keseimbangan cairan Manajemen cairan
Indikator : Aktivitas :
DS : frekuensi nafas bayi - Keseimbangan intake dan - Timbang BB tiap hari
24x/menit, kadang-kadang output - Hitung haluran
apneu - Kestabilan berat badan - Pertahankan intake yang akurat
DO : setelah di auskultasi - Edema perifer - Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan
suara nafas tidak terdengar - Kelembabab mukosa kulit BUN, Ht ↓)
jelas, ada suara tambahan - Rasa haus normal - Monitor TTV
ronki basah - Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan
Keseimbangan elektrolit asam- (seperti :edem, asites, distensi vena leher)
basa - Monitor perubahan BB klien sebelum dan sesudah
Indikator : dialisa
- Denyut jantung : DBH* - Monitor status nutrisi
22
- Irama jantung : DBH - Monitor respon pasien untuk meresepkan terapi
- Pernapasan : DBH elektrolit
- Irama napas : DBH - Kaji lokasi dan luas edem
- Status kesadaran - Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan tanda
*Dalam batas yang Diharapkan kehilangan cairan makin buruk
- Kaji ketersediaan produk darah untuk trsanfusi
Hidrasi
Indikator : Pemantauan cairan
- Hidrasi kulit Aktivitas :
- Kelembaban membran - Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan
mukosa dan pola eliminasi
- Haus yang abormal (-) - Monitor BB, intake dan output
- Perubahan suara napas (-) - Monitor nilai elektrolit urin dan serum
- Napas pendek (-) - Monitor osmolalitas urin dan serum
- Mata yang cekung (-) - Monitor denyut jantung, status respirasi
- Demam (-) - Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
- Keringat - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Pengeluaran urin : DBN* - Identifikasi tingkat kecemasan
- Tekanan darah : DBN - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
- Hematokrit : DBN kecemasan
- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
*Dalam Batas Normal ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
23
Manajemen Cairan dan Elektrolit
Aktivitas :
- Monitor keabnormalan level untuk serum
- Dapatkan specimen lab untuk memonitor level
cairan/ elektrolit ( seperti Ht, BUN,sodium, protein,
potassium )
- Timbang berat badan tiap hari
- Beri terapi nasogastrik untuk menggantikan output
- Irigasi selang NGT dengan normal salin
- Pasang infuse IV
- Monitor hasil lab yang relevan dengan retensi cairan
- Monitoring status hemodinamik, termasuk MAP,
PAP,PCWP
- Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
- Monitor tanda dan gejala retensi cairan
- Monitor tanda- tanda vital
- Restribusi cairan
- Pertahankan cairan IV yang mengandung elektrolit
pada frekuensi tetes yang konstan
- Monitor respon pasien untuk memberikan terpi
elektrolit
- Monitor efek samping suplemen elektrolit (seperti
iritasi gastrointestinal )
- Beri suplemen elektrolit
24
- Monitor kehilangan cairan ( seperti; pendarahan,
muntah, takipneu )
- Lakukan perkontrolan kehilangan cairan
3. Pola napas tidak efektif Kepatenan jalan nafas: Manajemen jalan nafas
Indikator : Aktivitas :
DS : ibu mengatakan bahwa - Frekuensi nafas normal - Buka jalan nafas dengan teknik mengangkat dagu
bayinya tidak menangis - Irama nafas normal atau dengan mendorong rahang sesuai keadaan
secara spontan waktu - Tidak ada demam - Beri aerosol, pelembab/oksigen, ultrasonic
kelahiran dan bayi terlihat - Tidak cemas humidifier jika diperlukan
lemah - Bebas dari suara nafas - Posisikan pasien untuk mengurangi dispnu
DO : frekuensi pernasan tambahan - Monitor pernafasan dan status oksigen
bayi 24x/menit kadang- - Dorong nafas dalam, pelan dan batuk
kadang apneu, denyut nadi Ventilasi - Identifikasi masukan jalan nafas baik yang aktual
100x/menit (bradikardi) Indikator : ataupun potensial
- Pengembangan dada simetris - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Kenyamanan dalam bernafas yang potensial
- Frekuensi nafas normal
- Suara nafas normal Monitor pernafasan
- Tidak ada suara nafas Aktivitas :
tambahan - Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan
usaha bernafas
Status tanda-tanda vital - Catat pergerakkan dada, lihat kesimetrisan,
Indikator : penggunaan otot tambahan, dan supraklavikula dan
- suhu badan retaksi otot intercostal
25
- denyut nadi - Monitor bising pernafasan seperti ribut atau
- pernapasan dengkuran
- tekanan darah diastolic - Monitor pola nafas seperti bradipnu, takipnu,
- tekanan darah sistolik hiperventilasi, pernafasan kussmaul, Ceyne stokes,
apnu, biot dan pola ataksi
26
4. Perfusi Jaringan Perifer Integritas Jaringan Manajemen Nutrisi
tidak efektif Indikator : Aktivitas :
- Suhu Jaringan - Mengontrol penyerapan makanan/cairan dan
DS : ibu bayi mengatakan - Sensasi menghitung intake kalori harian, jika diperlukan
bahwa bayi tampak pucat - Memantau ketepatan urutan makanan untuk
- Elastisitas
dan kebiruan memenuhi kebutuhan nutrisi harian
DO : kulit bayi pucat - Hidrasi - Menentukan jimlah kalori dan jenis zat makanan
kebiruan, bibir sianosis - Pigmentasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi,
ketika berkolaborasi dengan ahli makanan, jika
- Respirasi
diperlukan
- Warna - Menetukan makanan pilihan dengan
- Tekstur mempertimbangkan budaya dan agama
- Menetukan kebutuhan makanan saluran nasogastric
- Ketebalan
- Mengatur pemasukan makanan, jika diperlukan
- Jaringan yang tak luka - Menghentikan penggunaan saluran makanan, jika
- Jaringan Perfusi intake oral dapat dimaklumi
- Mengontrol cairan pencernaan, jika diperlukan
- Memastikan keadaan terapeutik terhadap kemajuan
makanan
- Memberi pemeliharaan yang diperlukan dalam batas
makanan yang ditentukan
- Menyarankan pemeriksaan eliminasi makanan yang
mengandung laktosa, jika diperlukan
- Mengontrol keadaan lingkungan untuk membuat
27
udara teras menyenangkan dan relaks
- Mengajarkan dan merencanakan makan, jika
dipelukan
- Memberi pasien dan keluarga contoh tertulis
makanan pilihan
28
- Memantau tingkatan irama cardiac
- Memantau suara jantung
- Memantau tingkat dan irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan kesimetrisan)
- Memantau suara paru
- Mengukur oximetry nadi
- Memantau pola pernafasan yang abnormal (e.g.
Cheyne-Stokes, Kussmaul, Biot, apnea, ataxic, dan
bernafas panjang)
- Mengukur warna kulit, temperature, dan kelembaban
- Memantau sianosis pusat dan perifer
- Memantau sisi kuku
- Memantau timbulnya Cushing triad (e.g. naik
turunnya tekanan darah, bradicadya, dan peningkatan
tekanan darah systole)
- Meneliti kemungkinan penyebab perubahan tanda-
tanda vital
- Memeriksa keakuratan alat yang digunakan untuk
mendapatkan data pasien secara periodic
5. Menyusui tidak Efektif Pengetahuan : Menyusui Konseling laktasi
Indikator : Aktivitas :
DS : Ibu mengatakan tidak - Mendeskripsikan keuntungan - Jelaskan pengetahuan dasar tentang menyusui
bisa memberikan ASI dari menyusui - Ajarkan orangtua tentang menyusui bayi
kepada bayinya karena ASI - Mendeskripsikan fisiologi - Berikan informasi tentang manfaat menyusui dan
29
belum keluar laktasi kerugian tidak menyusui
DO : terjadi retensi ASI, - Mendeskripsikan komposisi - Koreksi salah pengertian, salah informasi dan
ASI tidak mau keluar dari susu ketidakakuratan tentang menyusui
- Mendeskripsikan teknik - Motivasi ibu untuk menyusui
menyusui yang tepat - Berikan dukungan pada ibu dalam mengambil
- Mendeskripsikan posisi bayi keputusan
yang tepat ketika perawatan - Berikan orang tua pendidikan tentang menyusui
- Mendeskripsikan tanda-tanda - Evaluasi pemahaman ibu tentang teknik menyusui
adekuat suplai susu yang benar
- Jelaskan tentang frekuensi menyusui yang
berhubungan dengan kebutuhan bayi
- Monitor kemampuan ibu dalam merawat puting susu
- Evaluasi kemampuan bayi mengisap
- Ajarkan teknik relaksasi
- Evaluasi kualitas dan manfaat menyusui
- Monitor keadaan puting susu dan berikan perawatan
pada puting susu
- Instruksikan tentang kontrasepsi
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
31