Bab 1 - Bronkoneumonia
Bab 1 - Bronkoneumonia
PENDAHULUAN
1
1.1.2 Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi
yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia
yang paling sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang.
Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari
setengahnya merupakan anemia defisiensi besi.1
Prevalensi anemia defisiensi besi tinggi pada bayi, hal yang sama juga
dijumpai pada anak usia sekolah dan anak praremaja. Angka kejadian anemia
defisiensi besi pada anak usia sekolah (5-8 tahun) di kota sekitar 5,5%, anak
preremaja 2,6% dan gadis remaja yang hamil 26%. Di Amerika Serikat sekitar 6%
anak berusia 1-2 tahun diketahui kekurangan besi, 3% menderita anemia, sedangkan
pada anak laki-laki sekitar 50% cadangan besinya berkurang saat pubertas.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bronkopneumonia
2.1.1 Definisi
Bronkopneumonia mengacu pada inflamasi paru yang terfokus pada area
bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan
obstruksi saluran repiratori berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang
merata ke lobulus yang berdekatan.2
Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang
alveolar.Istilah infeksi bawah seringkali digunakan utuk mencakup penyakit
bronchitis, bronkiolitis, pneumonia atau kombinasi dari ketiganya.2
Pneumonitis adalah istilah umum untuk proses inflmasi paru yang dapat
berkaitan ataupun tidak dengan dengan konsolidasi paru.2
Pneumonia lobaris menggambarakan pneumonia yang terlokalisir pada satu atau
lebih paru.Pneumonia atipikal mendeskripsikan pola selain dari pneumonia lobaris.
Pneumonia interstitial mengacu pada proses inflamasi pada intertitium yang
terdiri dari dinding alveolus, kantung dan ductus alveolar serta bronkiolus.
Pneumonitis interstitial khas pada infeksi virus akut tetapi dapat juga akibat infeksi
kronik.2
2.1.2 Epidemiologi
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia, dan merupakan penyabab utama kematian
pada balita. Beberapa factor yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya dan
beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi,
polusi, aspirasi, dll.3
3
Pneumonia dapat terjadi pada usia berapapun, meskipun lebih sering terjadi pada
anak yang lebih muda. Pneumonia menyumbang 13% dari semua penyakit menular
pada bayi di bawah 2 tahun. Dalam sebuah penelitian berbasis komunitas besar yang
dilakukan oleh Denny dan Clyde, tingkat kejadian pneumonia tahunan adalah 4
kasus per 100 anak-anak di kelompok usia prasekolah, 2 kasus per 100 anak berusia
5-9 tahun, dan 1 kasus per 100 anak-anak berusia 9-15 tahun.4
Pada anak usia sekolah dan remaja, bronchopneumonia terjadi pada 0,8-2%
dari semua kasus pertusis dan 16-20% kasus rawat inap. M pneumoniae
menyumbang 14-35% rawat inap pneumonia pada kelompok usia ini, dan
pneumonia mikobakteri baru-baru ini dicatat dengan meningkatnya frekuensi di
beberapa daerah dalam kota, terutama anak-anak di tempat penampungan tunawisma
dan rumah kelompok dan dengan kontak rumah tangga.4
2.1.3 Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan
dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spectrum etiologi, gambaran klinis,
dan strtegi pengobatan. Spektrum mikroorgnisme penyebab pada neonatus dan bayi
kecil berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan
bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negatif seperi E. colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.3
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh
infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza tipe B, dan
Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain
bakteri tersebut serig juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoni.3
Di negara maju, Pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh virus, di
samping bakteri, atau campuran bakteri dan virus.Virkki dkk, melakukan penelitian
pada pneumonia anak dan menemukan etiologi virus sebanyak 32 %, campuran
bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%.3
4
Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory Syncytial virus (RSV),
Rhinovirus, dan Parainfluenza.Bakteri yang terbanyak adalah Streptococcus
pneumonia, Haemophillus influenza tipe B, dan Mycoplasma
pneumoniae.Kelompok anak berusia 2 tahun keatas mempunyai etiologi infeksi
bakteri yang lebih banyak dari pada anak berusia dibawah 2 tahun.3
5
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe
B
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus
Virus Neisseria meningitides
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5 tahun – remaja Bakteri Bakteri
Clamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia Legionella sp
Streptococcus pneumonia Staphylococcus aureus
Virus
Adenovirus
Epstein-Barr
Rinovirus
Varisela zoster
Influenza
Parainfluenza
2.1.4 Patogenesis
6
edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit
PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel
akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium
ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak
terkena akan tetap normal.3
Proses radang pneumonia dapat dibagi 4 stadium, yaitu :
1. Stadium kongestif : Kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat
eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium Hepatisasi Merah : Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan
tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.
Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium Hepatisasi Kelabu : Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi
pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi
fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus. Kapiler tidak lagi
kongestif.
4. Stadium Resolusi : Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan
menghilang.5
Gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga sedang,
dapat berobat jalan saja.Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam kehidupan,
dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,
7
gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostic invasif, etiologi non-infeksi yang relative lebih
sering, dan faktor pathogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan
faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga
perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia ataupun bronkopneumonia.3
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada berat-
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umumnya, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-
kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea,
nafas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.3
Dalam pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara nafas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan
tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan.3
2.1.6 Diagnosa
Akibat tingginya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia pada balita, maka
dalam upaya penanggulangannya, WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana yang sederhana. Gejala klinis sederhana tersebut meliputi nafas cepat,
8
sesak nafas, dan berbagai tanda bahaya agar anak segera dirujuk kepelayanan
kesehatan.
Tanda bahaya pada anak berusia 2 bulan- 5 tahun adalah tidak dapat minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi buruk, tanda bahaya untuk bayi
dibawah 2 bulan adalah malas minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi,
dan demam atau badan terasa dingin. Berikut ini adalah klasifikasi pneumonia
berdasarkan pedoman tersebut.3
Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat saja, nafas
cepat :
Pneumonia Berat
Batuk dan atau kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
o Kepala terngguk-angguk
o Pernafasan cuping hidung
o Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
o Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrate luas, konsolidasi,
dll)
Nafas cepat:
Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
Anak umur 2 - 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
9
Suara Merintih (grunting) pada bayi muda
pada auskaltasi terdengar :
Crackles (ronki)
Suara pernafasan menurun
Suara pernafasan bronchial
10
distimulasi oleh sitokin, terutama interleukin (IL)-6 dan tumor necrosis factor (TNF).
Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin berperan dalam
opsonisasi mikroorganisme atau sel yang rusak.3
3. Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Akan tetapi, diagnosa infeksi
Streptokokus grup A dapat dikonfirmasi dengan peningkatan titer antibodi seperti
antistreptolisin O, streptozim, atau antidnase B. Peningkatan titer dapat juga berarti
adanya infeksi terdahulu. Untuk konfirmasi diperlukan serum fase akut dan serum
fase konvalesen.3
4. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk spesimen dapat
berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, fungsi pleura,
atau aspirasi paru. Diagnosa dikatakan definitif bila kuman ditemukan dari darah,
cairan pleura, atau aspirasi paru.3
5. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat.
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
1. Infiltrat interstitial : ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler dan
hiperaerasi
2. Infiltrat alveolar : Merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
3. Bronkopneumonia : ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.3
11
2.1.8 Diagnosa Banding
Saat dokter dihadapkan pada seorang anak yang mengalami demam, takipnea,
batuk, distres pernapasan, dan infiltrat pada radiografi dada, diagnosis pneumonia
sangat mungkin terjadi. Diagnosis lain harus dipertimbangkan. Pada neonatus
dengan gangguan pernafasan, anomalianatomi bawaan harus dikesampingkan,
seperti fistula trakeoesofagus, penyakit jantung kongenital, dan sepsis.6
Pada bayi dan anak kecil, aspirasi benda asing (walaupun tidak ada riwayat
aspirasi yang disaksikan), bronkiolitis, gagal jantung, sepsis, dan asidosis metabolik
semuanya dapat menyebabkan takipnea. Dalam kasus ini, riwayat dan pemeriksaan
fisik yang hati-hati dan penelitian pencitraan yang mendukung dapat membedakan
pneumonia dari kondisi lain.6
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh sangat penting untuk mengidentifikasi
fokus penyakit atau temuan yang dapat mengacu pada sebuah etiologi.Kongesti
mukosa dan inflamasi pada respiratori atas mengarah pada infeksi virus.Takipnea
dapat disebabkan oleh inflamasi respiratori yang menyebabkan adanya obstruksi
atau oleh pneumonia yang mengakibatkan pertukaran udara yang tidak adekuat dan
hipoksia.2
Pola nafas yang tidak simetris atau dangkal dapat disebabkan oleh rasa
nyeri.posisi diafragma yang rendah, yang diketahui secara perkusi, menandakan
adanya air trapping (udara yang terjebak), yamg umum terjadi pada asma, tetapi
sering juga ditemukan pada infeksi virus pada respiratori bawah. Pergerakan
diafragma yang terbatas menandakan paru dalam keadaan hiperekspansi atau
keterbatasan dalam melakukan pengembangan paru akibat proses konsolidasi yang
besar yang mengakibatkan penurunan komplians paru.2
12
Hiperekspansi akan mendorong diafragma dan hepar kearah bawah. Bunyi
pekak pada perkusi mungkin akibat infiltrat lobaris atau segmental atau bisa juga
disebabkan oleh cairan efusi. Pemeriksaan auskultasi dapat normal pada tahap awal
atau pada pneumonia fokal, tetapi apabila ditemukan adanya ronki kering yang
terlokalisir, dan mengi akan membantu pendeteksian dan lokalisasi pneumonia.
Bunyi respiratori yang menjauh menandakan proses konsolidasi yang massif dengan
area kembang paru yang terbatas atau adanya cairan pleura atau adanya
pneumotoraks.2
2.1.9 Tatalaksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringan penyakit, misalnya toksis, distress
pernafasan, tidak mau makan atau minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis pneumonia harus rawat inap.3
13
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :
- Saturasi oksigen < 92%, sianosis
- Frekuensi napas > 50x/menit
- Distres pernapasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat di rumah.
Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen ≤ 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box , atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%.
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena
dan dilakukan balans cairan ketat.
- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia.
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien
dan pengontroloan batuk.
- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau Nacl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocillary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4
jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.5
Pemberian Antibiotik
Pengguanaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia
yang diduga disebabkan oleh bakteri.3
14
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak
tersediannya uji mikrobiologi cepat.Oleh karena itu, antibiotik dipilih berdasarkan
pengalaman empiris. Umumnya pemulihan antibiotik empiris didasarkan pada
kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis
pasien serta faktor epidemiologis.3
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun
karena efektik melawan sebagian besar patogen yang menyebabkan pneumonia
pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav,
ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin.
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik
golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak ≥5
tahun.
- Makrolid diberikan jika M.pneumoniae atau C. Pneumoniae dicurigai sebagai
penyebab.
- Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat mungkin
sebagai penyebab.
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab diberikan makrolid atau kombinasi
flucloxacilin dengan amoksisilin
- Antobiotok intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima
obat per oral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat
- Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, co-
amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah
mendapat antibiotik intravena.5
15
- > 2 bulan :
o Line pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan
dapat ditambahkan kloramfenikol
o Line kedua ceftriaxone.
Bila klinis perbaikan, antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan
antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.5
Kriteria Pulang
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang.
- Asupan per oral adekuat.
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral).
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol.
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah.5
2.1.10 Komplikasi
2.1.11 Prognosis
Pada umumnya anak akan sembuh dari pneumonia dengan cepat dan sembuh
sempurna. Walaupun kelainan radiologi dapat bertahan selama 6-8 minggu sebelum
16
kembali kekondisi normal. Pada beberapa anak, pneumonia dapat berlangsung lebih
lama dari 1 bulan atau dapat berulang.
Pada kasus seperti ini, kemungkinan adanya penyakit lain yang mendasari harus
dinvesitigasi lebih lanjut, seperti dengan uji tuberculin, pemeriksaan hidroklorida
keringat untuk penyakit kistik fibrosis, pemeriksaan immunoglobulin serum dan
determinasi subkelas igG, bronkoskopi untuk identifikasi kelainan anatomis atau
mencari benda asing, dan pemeriksaan barium meal untuk refluks gastroesofageal.2
Anemia ini juga merupakan kelainan hematologi yang paling sering terjadi
pada bayi dan anak.1
2.2.2 Etiologi
a. Pertumbuhan
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan
masa remaja kebutuhan besi akan meningkat,sehingga pada periode ini
ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat 3 kali
lipat dibandingkan saat lahir. Bayi prrematur dengan pertumbuhan sangat
cepat,pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan massa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
b. Menstruasi
17
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada anak perempuan adalah
kehilangan darah lewat menstruasi.
b. Malabsorpsi besi
Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa ususnya
mengalami perubahan secara histologi dan fungsional.
3. Perdarahan
4. Transfusi fero-maternal
Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan ADB
pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus.
18
5. Hemoglobinuria
Keadaan ini biasanya dijumpai pada anak yang memakai katup jantung
buatan. Pada Paroximal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui
urin rata-rata 1,8 – 7,8 mg/hari.1
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan. Pada
yang ringan diagnosa ditegakkan hanya dari laboratorium saja. Gejala umum nya
adalah pucat. Bila kadar Hb turun < 5 g/dL gejala iritabel dan anoreksia akan mulai
tampak lebih jelas. Bila anemia terus berlanjut dapat terjadi takikardi,dilatasi jantung
dan murmur sistolik.namun kadang pada kadar Hb 3-4 g/dL pasien tidak
mengeluhkan gejala karena tubuh sudah mengadakan kompensasi sehingga beratnya
gejala ADB sering tidak sesuai dengan kadar Hb.
Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan
besi seperti :
19
2.2.4 Pemeriksan Laboratorium
Jumlah trombosit meningkat 2-4 kali dari nilai normal. Trombositosis hanya
terjadi pada penderita dengan perdarahan yang masif. Kejadian trombositopenia
dihubungkan dengan anemia yang sangat berat. Namun demikian kejadian
trombositosis dan trombositopenia pada bayi dan anak hampir sama, yaitu
trombositosis sekitar 35% dan trombositopenia 28%.
20
2.2.5 Diagnosa
2.2.6 Penatalaksanaan
21
Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai 4-6
mg besi elemental/kgBB/hari. Dosis obat dapat dihitung berdasarkan
kandungan besi elemental yang ada dalam garam ferous. Garam ferous
sulfat mengandung besi elemental sebanyak 20%. Dosis obat yang terlalu
besar akan menimbulkan efek samping pada saluran pencernaan dan tidak
memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat. Absorpsi besi yang
terbaik pada saat lambung kosong,di antara dua waktu makan,akan tetapi
dapat menimbulkan efek samping pada saluran cerna.pemberian besi dapat
dilakukan pada saat makan atau segera setelah makan meskipun akan
mengurangi absorpsi obat sekitar 40-45%. Obat diberikan dalam 2-3 dosis
sehari.
3. Transfusi darah
22
2.2.7 Pencegahan
3. Memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya
dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan padat (usia 4-6
bulan).
23
BAB III
KESIMPULAN
24
BAB IV
STATUS ANAK SAKIT
Agama : Islam
BB Masuk :6,5 kg
TB Masuk :69 cm
25
III. Riwayat kelahiran Os
Penolong : Dokter
BB lahir : 3500 gr
PB lahir : 47 cm
V. Anamnesa Makanan
VI. Imunisasi
Keterangan Imunisasi
JENIS LAHIR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24
IMUNISASI
Hepatitis B
26
BCG √
Polio √
DPT √
Campak
Hib
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
27
berat. Ibu os sudah memberikan obat pereda batuk dari puskesmas tetapi batuk yang
di derita os tidak kunjung mereda.
X. Pemeriksaan fisik :
1. Status presens
KU/KP/KG :Sedang/Sedang/Baik Anemis : (+)
Kesadaran :Compos Mentis Dyspnoe : (+)
Tekanan darah :100/60 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi :148x/i Edema : (-)
Frekuensi napas :60x/i Cyanosis : (-)
Temperature :38,5 oC
BB Masuk :6,5 kg
PB Masuk :69 cm
2. Status Lokalisata
1. Kepala
Mata : RC (+/+), pupil isokor, conj.palpebra inferior anemis (+/+), mata
cekung(-/-).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+)
Telinga : Dalam batas normal
Mulut :Dalam batas normal
2. Leher : Pembesaran KGB (-), trakea letak medial
3. Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis,retraksi sela iga(+/+)
Palpasi : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan.
28
Perkusi : Sonor memendek sampai beda
Auskultasi : SP = Bronkial
ST = Ronkhi basah (+/+) pada kedua lapangan paru
4. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali normal.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+)normal
5. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT< 3”
Bawah : Akral hangat, CRT< 3”
29
XII. Pemeriksaan khusus :
Tanggal hasil
a. Mantoux test : Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Radiologi : 13 November 2017 tampak Infiltral
di lapangan paru
kanan dan kiri.
Kesan:
Bronkopneumonia
30
j. EEG : Tidak dilakukan pemeriksaan
k. Screening pedarahan : Tidak dilakukan pemeriksaan
XIII. RINGKASAN
1.Anamnese : Sesak napas (+), Demam (+), Batuk Berdahak (+)
2. PemeriksaanFisik :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : RC (+/+), pupil isokor, conj.palpebra inferior anemis
(+/+), Mata cekung(-/-).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (+)
Telingga : Dalam batas normal
31
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi sela iga(+/+)
Palpasi : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Sonor memendek sampai beda
Auskultasi : SP = bronkial
ST = Ronkhi basah (+/+) pada kedua lapangan paru
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/R/L tidak teraba, turgor kembali normal.
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Laboratorium
Darah :
Hasil
HGB 9.5 g/dL(↓)
HCT 31.0(↓)
MCV 79.3fL (↓)
MCH 24.3pg(↓)
MCHC 24.3 g/.dL (↓)
PLT 446 [10^3/uL] (↑)
P-LCR 35.5 % (↑)
PCT 0.44 %(↓)
32
XIV. Differential Diagnosis : 1. Bronkopneumonia
2. Bronkiolitis
3. Tuberkulosis Paru
4. Aspirasi Benda Asing
XVI. Terapi
- O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam PASI (susu formula ) yang mengandung besi.
XVII. Usul :1. FOTO THORAX tampak infiltrat di lapangan paru kanan dan kiri
2. AGDA
33
FOLLOW UP PASIEN
Keluhan Batuk (+),Sesak (+), Demam (+) Batuk (+),Sesak (+) , Demam (+)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik
34
lapangan paru lapangan paru
Abdomen&Kulit Timpani, peristaltik (+) normal, Timpani, peristaltik (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat
Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia + Anemia Bronkopneumonia + Anemia
defisiensi besi defisiensi besi
Terapi - O2 1-2L/i - O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro) - IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 - Inj. Ceftriaxone 300 mg/12
jam/iv jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 - Inj.Dexametaxone 2 mg/8
jam/iv jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + - Nebule Ventoline ½ amp +
Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth - Ambroxol syr 3 x ½ Cth
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth - Paracetamol syr 4 x ½ Cth
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam - Diet ASI/PASI NGT/3 jam
PASI (susu formula ) yang PASI (susu formula ) yang
mengandung besi. mengandung besi.
35
FOLLOW UP PASIEN
Keluhan Batuk (+),Sesak (+), Demam (+) Batuk (+),Sesak (+) , Demam (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik
36
lapangan paru lapangan paru
Abdomen&Kulit Timpani, peristaltik (+) normal, Timpani, peristaltik (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat
Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia + Anemia Bronkopneumonia + Anemia
defisiensi besi defisiensi besi
Terapi - O2 1-2L/i - O2 1-2L/i
- IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro) - IVFD 4:1 10 gtt/i (mikro)
- Inj. Ceftriaxone 300 mg/12 - Inj. Ceftriaxone 300 mg/12
jam/iv jam/iv
- Inj.Dexametaxone 2 mg/8 - Inj.Dexametaxone 2 mg/8
jam/iv jam/iv
- Nebule Ventoline ½ amp + - Ambroxol syr 3 x ½ Cth
Nacl 0.9% 2 ½ cc / 8 jam - Diet ASI/PASI NGT/3 jam
- Ambroxol syr 3 x ½ Cth PASI (susu formula ) yang
- Paracetamol syr 4 x ½ Cth mengandung besi.
- Diet ASI/PASI NGT/3 jam
PASI (susu formula ) yang
mengandung besi.
37
Tanggal 15 November 2017 16 November 2017
(Rawatan hari 5) (Rawatan hari 6)
Keluhan Batuk (+),Sesak (-), Demam (-) Batuk (+),Sesak (-) , Demam (-)
KU/KP/KG Sedang/Sedang/Baik Sedang/Sedang/Baik
38
Abdomen&Kulit Timpani, peristaltic (+) normal, Timpani, peristaltic (+) normal, turgor
turgor kulit kembali cepat kulit kembali cepat
Extremitas Atas dan bawah : Akral hangat, CRT Atas dan bawah : Akral hangat,CRT
< 3 detik < 3 detik
Diagnosis Bronkopneumonia Bronkopneumonia
39
DAFTAR PUSTAKA
40
PERTANYAAN :
41