Anda di halaman 1dari 30

MODUL KETERAMPILAN KLINIK

BLOK “FAMILY MEDICINE”

PENYUSUN

Adril A Hakim
Emir Taris Pasaribu
M. Rusda
Cut Aria Arina
Hidayat S
Yoan Carolina
M Fidel Ganis Siregar
Maya Savira
Taufik Sungkar
M Ichwanul Adenin
Sri Sofyani
Rina Amelia

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

0
SL.VII. FAMED. 1
KONSELING LAKTASI
Tiangsa Sembering, Sri Sofyani

I. PENDAHULUAN

Pada pertemuan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan konseling menyusui pada ibu
yang mempunyai bayi dimana si ibu merasa bahwa ASI tidak cukup untuk pertumbuhan
bayinya.Seorang dokter harus mampu mengelaborasi keterangan ibu yang paling signifikan untuk
ditetapkan sebagai keluhan utama. Ada beberapa pertanyaanyang harus diingat pada
komunikasidokter dan ibu dalam mengelaborasi keluhan agar hasilnya sesuai dengan diharapkan.

ASI merupakan makanan bayi yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi
dibandingkan dengan susu formula apapun. Komposisi ASI mengandung energi yang cukup selama
6 bulan dan mengandung cukup anti kekebalan. Dengan itu maka untuk bayi 0-6 bulan cukup diberi
Asi eksklusif. Namun banyak ibu mengeluh tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya karena
alasan ASI tidak cukup, puting yang datar atau karena bekerja. Hal ini bisa terlaksana bila dokter
mampu melakukan konseling laktasi yang baik.

Pertanyaan tersebut meliputi:


- Bentuk payudara
- Masa istirahat
- Duration (durasi) menyusui.

KASUS

Seorang ibu dan bayi yang berumur 2 minggu datang ke poliklinik Anak dengan keluhan
bayi sering nangis dan tidak mau menyusu pada ibu. Ibu tersebut bertanya susu apa yang
cocok untuk bayi tersebut. ASI ibu bila tidak diberi ke bayi ± 3 jam menetes dan payudara
ibu terasa berat dan sakit.
Tugas : Lakukan komunikasi dokter pasien yang berhubungan dengan keluhannya.

1
LEMBAR PENGAMATAN KONSULTASI MENYUSUI

LANGKAH / TUGAS PENGAMATAN

Ya Tidak
Tahap I
1. Komunikasi dokter dengan pasien:
- Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga pasien.

- Menempatkan pasien pada posisi yang sesuai dengan kondisinya.

- Menanyakan identitas penderita : nama, umur, alamat.


Tahap II

1. Menanyakan keluhan utama penderita dan menelusuri keluhan utama

2. Mendengarkan dan memberikan rasa empaty terhadap keluhan ibu


( ya, em, o gitu ya bu )
3. Menanyakan bentuk puting (datar, terbenam dan menonjol )

Tahap III Perhatikan


1. Cara memegang bayi atau posisi bayi sewaktu menyusui : Seluruh
tubuh bayi disanggah jangan hanya leher dan bahu saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu

4. Dekatkan badan bayi ke badan ibu


5. Posisi perlekatan dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi
terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar dan aerola tampak
lebih banyak dibagian atas dari pada bagian bawah.
6. Isapan bayi efektif jika bayi bayi mengisap secara dalam, teratur yang
diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap Asi, hanya terdengar suara
bayi menelan.
7. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah
mengisap dengan efektif. Jika belum cobalah sekali lagi.
Note : Ya : Mahasiswa melakukan
Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

2
Lampiran

3
4
SL.VII. FAMED 2
KETERAMPILAN KONSELING KELUARGA BERENCANA
Rina Amelia, Juliandi H

I. PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu /Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia merupakan yang
tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini posisi MMR Indonesia adalah 307
per 100 ribu kelahiran hidup. Itu berarti sekitar 20 ribu perempuan meninggal setiap tahunnya
akibat komplikasi kehamilan. Pada tahun 1988, Program Safe Motherhood (SM) mulai dikenalkan
oleh WHO di Indonesia dengan tujuan utama menurunkan angka MMR dan Infant Mortality Rate
(IMR).
Safe Motherhood(SM) merupakan suatu program pelayanan kesehatan yang diterima oleh
seorang wanita dari semenjak dia lahir serta adanya keleluasaan/kemerdekaan untuk menentukan
kehamilannya. Tujuan dari Safe Motherhood yaitu melindungi hak reproduksi dan hak azazi
manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya yang tidak perlu terjadi.
Empat pilar intervensi safe motherhood adalah (1) Keluarga Berencana, yang memastikan
bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak sehingga
diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, (2) Pelayanan antenatal, untuk mencegah
adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai (3) Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua
penolong persalinan mempunyai: pengetahuan, keterampilan, dan alat untuk memberikan
pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi, dan (4)
Pelayanan obstetri esensial yaitu memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan
komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses terhadap informasi dan pelayanan KB,
agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak termasuk
dalam kategori “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan
terlalu banyak anak.
Situasi di Indonesia, penentuan keikutsertaan dalam KB dipengaruhi oleh suami, keluarga,
budaya dan pengetahuan pasangan suami istri itu sendiri. Pemahaman suami dan istri yang benar
terhadap permasalahan KB ini, akan mempengaruhi keputusan mereka untuk menjadi akseptor KB
serta menentukan pilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Oleh karena itu kemampuan memberikan Konseling Keluarga Berencana oleh tenaga kesehatan
terutama Dokter Keluarga akan sangat mendukung dan mempengaruhi pemahaman dan
pengambilan keputusan keluarga tentang KB.

Ada beberapa macam defenisi tentang konseling:


1. Konseling adalah cara bekerja dengan orang dimana anda berusaha untuk mengerti
bagaimana perasaan mereka dan membantu mereka untuk menentukan apa yang akan
dilakukan (WHO, 2003).
2. Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk membantu penderita untuk
menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yang lengkap tentang dirinya serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapi secara mandiri (AVSC, 1995).

5
3. Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Sadli, 1988).

Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling, terbentuknya sikap dan perilaku
tertentu adalah atas dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada motivasi, keputusan
ditentukan secara sepihak oleh dokter.

Bagaimana sikap seorang Dokter Keluarga/petugas kesehatan dalam melakukan konseling yang
baik terutama bagi calon klien/peserta KB baru :
1. Memperlakukan calon akseptor dengan baik
Dokter bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap calon akseptor, dan
menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga calon akseptor dapat berbicara secara terbuka
dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Dokter meyakinkan klien
bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia calon akseptor dengan orang lain.

2. Interaksi dokter dengan calon akseptor


Dokter harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan calon akseptor, karena
calon akseptor mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik
seorang dokter adalah cara memahami bahwa calon akseptor adalah manusia yang
membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu dokter harus mendorong agar calon
akseptor berani berbicara dan bertanya.

3. Memberikan informasi yang baik kepada calon akseptor


Dengan mendengarkan apa yang disampaikan calon akseptor, berarti dokter belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh seorang calon akseptor. Dalam
memberikan informasi dokter harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti calon
akseptor.

4. Menghindari pemberian informasi berlebihan


Calon akseptor membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan. Namun tidak semua
calon akseptor dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis kontrasepsi.
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi calon akseptor
dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan informasi. Pada waktu
pemberian informasi petugas harus memberikan waktu bagi calon akseptor untuk berdiskusi,
bertanya dan mengajukan pendapat.

5. Tersedianya metode yang diinginkan calon akseptor


Dokter membantu calon akseptor membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus
tanggap terhadap pilihan calon akseptor meskipun calon akseptor menolak memutuskan atau
menangguhkan penggunaan alat kontrasepsi. Didalam melakukan konseling dokter
mengkaji apakah calon akseptor sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk
keuntungan dan kerugiannya serta cara penggunaannya. Konseling mengenai kontrasepsi
yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis alat kontrasepsi dalam program
KB. Dokter mendorong calon akseptor berpikir untuk melihat persamaan yang ada dan
membandingkan antarjenis kontrasepsi tersebut. Dengan cara ini dokter membantu calon
akseptor untuk membuat suatu keputusan (informed choice). Jika tidak ada halangan dalam
bidang kesehatan sebaiknya calon akseptor mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan
pilihannya. Bila memperoleh pelayanan kontrasepsi sesuai dengan yang dipilihnya, calon
akseptor akan menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan efektif.
6. Membatu calon akseptor untuk mengerti dan mengingat
6
Dokter memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada calon akseptor agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Dokter juga
dapat memperlihatkan dan menjelaskannya dengan flip chart, poster, pamflet. Dokter perlu
melakukan penilaian bahwa calon akseptor telah mengerti.

Langkah-langkah dalam melakukan konseling yaituGATHER:


1. G:Greet client warmly (memberi salam, sapa calon akseptor dengan ........ramah,.terbuka
dan sopan.membuka komunikasi)
2. A :Ask client about themselves (tanya tentang diri calon akseptor dan ..........keluhannya)
3. T :Tell client about choice (beritahu pilihan solusi dari masalah .yang dihadapinya)
4. H :Help client make an informed choices (bantu membuat pilihan .yang tepat, dan
memahami masalahnya)
5. E :Explain (jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan, siapa yan..akan menolongnya
dan dimana)
6. R :Refer dan Return (rujuk bila fasilitas tidak dapat memberikan …pelayanan yang
sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih sudah
diberikan)

Greet client, sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan penuh, katakan juga
bahwa tempat pelayanan ini bersifat pribadi dan rahasia, sehingga calon akseptor dapat
mendiskusikannya dengan terbuka. Tanyakan kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa saja yang dapat diperolehnya.
Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti: tersenyum, salam calon akseptor, isyarat
tangan untuk mempersilahkan duduk).

Ask clientabout themselves, tanyakan calon akseptor tentang permasalahannya/informasi tentang


dirinya, pengalamannya dengan alat KB dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan harapan
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan pula apakah telah ada metoda yang
diinginkan oleh calon akseptor. Berikan perhatian kepada calon akseptor apa yang disampaikan
calon akseptor sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Kita menyikapi dan mencoba
menempatkan kita pada posisi calon akseptor. Dengan begitu akan memudahkan kita memahami
apa sebenarnya permasalahan calon akseptor.

Gunakan keterampilan bertanya, tanya calon akseptor dengan menggunakan pertanyaan terbuka:
Apa? Bagaimana? Mengapa? (seperti: “Bagaimana pengalaman ibu dengan alat kontrasepsi
sebelumnya”?).

Tunjukkan rasa empati, turut merasakan dan mengerti apa yang dirasakan oleh calon akseptor.
Contoh bila ibu mengatakan bahwa “Saya menggunakan KB suntikan tapi selama saya ber-KB saya
tidak pernah dapat haid lagi, saya takut”. Anda dapat mengatakan : “Saya mengerti apa yang ibu
khawatirkan”.

Gunakan refleksi balik/paraphrasing, yaitu mengulang apa yang calon akseptor katakan kepada
anda untuk menunjukkan bahwa anda telah mendengar dan membantu calon akseptor untuk
berbicara lebih banyak. Mengulang kalimat calon akseptor jangan seperti membeo tetapi mengulang
makna yang diutarakan calon akseptor. Misalnya, “Tadi ibu mengatakan akibat ber-KB ibu jadi
tidak haid lagi, betul kan”?

7
Tell client about choice, sebutkan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada metoda yang
dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain. Misalnya, “Sebenarnya ada banyak cara ber-KB, ada
pil, spiral, susuk, ataupun kondom. Dari pilihan itu, yang mana yang telah ibu ketahui?

Help client make an informed choices, bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia
mengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda KB tersebut
memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya mendukung keputusannya. Jika mungkin
bicarakan dengan keduanya. Tanyakan metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk digunakan.

Explain fully how to use the choosen method, jelaskan cara menggunakan metoda pilihannya setelah
calon akseptor memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan obat/alat kontrasepsinya.
Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi itu digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali
lagi dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan lengkap.

Return visits should be welcomed, kunjungan kembali, bicarakan dan sepakati kapan calon akseptor
kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan alat kontrasepsi jika dibutuhkan.
Perlu juga mengingatkan calon akseptor untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

KASUS SIMULASI KONSELING KB

Kasus :
Seorang wanita, umur 35 tahun datang ke praktek dokter keluarga, wanita tersebut
menyatakan keinginannya untuk menggunakan salah satu alat kontrasepsi karena sudah
mempunyai anak 3 orang. Sebelumnya dia pernah menggunakan metode KB pil selama 3
bulan, tapi selama menggunakan alat KB tersebut wanita itu menyatakan kalau dia
mengalami haid secara terus-menerus, biasanya lama haid dialaminya selama 7 hari, sejak
mengkonsumsi pil KB lama haidnya bisa sampai 15 -20 hari, sehingga timbul kekhawatiran
terhadap kondisi tersebut. Sebagai seorang Dokter Keluarga anda harus dapat melakukan
konseling sehingga wanita tersebut pada akhirnya paham tentang berbagai metode
kontrasepsi dan pada akhirnya memilih salah satu metode yang menurutnya yang paling
cocok/sesuai dengan diri

Kesimpulan : wanita itu memilih spiral sebagai alat kontrasepsi

8
LEMBAR PENGAMATAN KONSELING KB

Pengamatan
LANGKAH-LANGKAH
Ya Tidak
KONSELING KB
G : Greet client
1. Menyapa calon akseptor dengan ramah dan memperkenalkan diri
(bersalaman)
2. Mempersilahkan calon akseptor duduk
3. Menanyakan identitas calon akseptor (nama, umur, pekerjaan, dan
alamat)
4. Melakukan komunikasi non verbal
- tatapan mata
- mimik wajah
- tersenyum
A :Ask clientabout themselves

1. Menanyakan permasalahan calon akseptor sehubungan dengan KB.


- Apa yang bisa saya bantu, Bu? Apa tujuan ibu datang ke sini?
- Informasi apa yang ibu butuh? Saya akan berusaha untuk
memberikan informasi tersebut
- menggunakan keterampilan bertanya menggunakan komunikasi non
verbal (tatapan mata, mimik wajah)

2. Menanyakan kepada calon akseptor mengenai pengalaman tentang alat


KB sebelumnya dan kesehatan reproduksinya.
- menggunakan keterampilan bertanya
- menggunakan pertanyaan terbuka. “Bisa ibu ceritakanalat KB apa
yang pernah ibu pakai sebelumnya?
- Berapa lama ibu menggunakannya?’’
- melakukan refleksi balik/paraphrasing. “Ibu tadi mengatakan bahwa
ibu pernah memakai KB pil, bisa ibu ceritakan lebih lanjut apa
masalah yang ibu hadapi?”
- melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik wajah,
menunjukkan empati) (Bagaimana perasaan ibu sekarang?)
- Saya mengerti kekhawatiran ibu, apakah sekarang ibu sudah punya
pilihan alat kontrasepsi lainnya? Apakah ibu pernah mendengar
informasi mengenai alat kontrasepsi lain selain pil?
- Bisa ibu ceritakan informasi apa saja yang ibu ketehui tentang
spiral?

T : Tell client about choice

3. Sebutkan tentang metode KB yang dipilihnya, fokuskan perhatian kepada


metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan dan jelaskan pula metoda lain
- Sepertinya pengetahuan ibu tentang metode spiral sudah cukup
baik. Betul Bu, dengan spiral haid ibu akan teratur setiap
bulannya, dan metode itu bisa dipasangnya untuk 10 tahun.
4. Menjelaskan kepada calon akseptor keunggulan masing-masing alat
9
kontrasepsi dan efek samping yang mungkin timbul serta bagaimana
penanganannya.
- melakukan komunikasi non verbal (tatapan mata, mimik wajah,
menunjukkan empati)
- Baiklah bu saya akan coba menjelaskan beberapa macam alat
kontrasepsi, alat kontrasepsi itu ada bermacam-macam, ada pil
KB seperti yang sudah pernah ibu gunakan, ada suntik KB 1
bulan dan 3 bulan, ada susuk KB, ada spiral, kondom
- Ini bu contoh alat kontrasepsinya, ini yang namanya suntikan, ini
yang satu bulan, dan ini yang tiga bulan, efektifitasnya untuk
mencegah kehamilan kira-kira 99,7%, tapi kelemahannya bisa
terjadi gangguan haid dan perubahan berat badan.
- Kalau ini bu namanya kondom, ini dipake oleh si bapak,
efektifitasnya cukup tinggi yaitu 98 %, kondomnya dipake
sebelum melakukan hubungan sek, kelemahannya kondom nya
harus selalu tersedia dan ada juga sering kelupaan
- Ini bu namanya spiral yang ibu sampaikan tadi, spiral ini
dimasukkan ke dalam rahim, terbuat dari plastik kecil fleksibel
yang dililit tembaga dan waktu penggunaannya 10 tahun,
kelemahannya Ibu harus memeriksa posisi benang spiral, tapi itu
pada awal pemasangan aja. Setelah tidak ada keluhan sekali-kali
saja, dengan memakai spiral haid ibu akan teratur setiap
bulannya.

H : Help client make an informed choices

5. Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong ia mengemukakan


pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda KB
tersebut memenuhi kriteria medis. Juga apakah suaminya mendukung
keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya
- Bagaimana bu, apakah ibu sudah mengerti tentang berbagai alat
kontrasepsi yang saya jelaskan?
- Apakah ada keterangan saya yang tidak ibu mengerti?
- Bagaimana kira-kira pendapat suami ibu, kalau ibu memutuskan
untuk berKB kembali?’’

6. Menanyakan metoda apa yang calon akseptor putuskan untuk digunakan.


- Setelah ibu mendengarkan uraian saya tentang beberapa alat
kontrasepsi beserta efek sampingnya, metode mana yang
mungkin paling sesuai buat ibu?

E : Explain fully how to use the choosen method


7. Menjelaskan cara menggunakan metoda pilihannya, dorong ia berbicara
secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan lengkap.
- Baiklah, kalau ibu sudah memutuskan untuk menggunakan
spiral, bisa tolong ibu jelaskan mengapa ibu memilih metode
tersebut?
- Pemasangan spiral dapat dilakukan di klinik ini
- Ibu boleh pilih menggunakan spiral 10 tahun
- Kadang ada gangguan dari suami ketika berhubungan seksual
10
karena tali spiralnya tapi gangguan itu bisa kita atasi dengan
memotong talinya lebih pendek lagi
- Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu tentang spiral?
Apakah masih ada hal yang ibu tanyakan ibu tentang spiral?
- Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan pemakaian
spiral dengan kejadian kanker rahim, jadi ibu tidak usah
khawatir akan hal itu.

R : Return visits should be welcomed


8. Menbicarakan dan menyepakati kapan calon akseptor kembali untuk
follow-up. Dan selalu mempersilakan calon akseptor kembali kapan saja.
- Kalau sudah tidak ada lagi yang ibu tanyakan, saya rasa kita
dapat melanjutkan dengan pemeriksaan.
- Setelah ada kesepakatan dengan suami dan ibu dapat
menjelaskan pilihan ibu pada suami, maka untuk pemasangan
spiral ibu boleh datang lagi ke sini
- Kalau ada masalah selama pemakaian spiral ibu juga bisa datang
ke sini dan menceritakan keluhan ibu.

Penutup Konseling
1. Melakukan dokumentasi terhadap proses dan hasil akhir dari konseling

2. Meyakinkan kepada calon akseptor tentang metode KB yang telah


dipilihnya
3. Menutup konseling dan mengucapkan terima kasih.
- Jadi masalah haid ibu yang berkepanjangan akibat
mengkonsumsi pil KB itu, mudah-mudah dapat diatasi dengan
pilihan ibu terhadap KB spiral ini.
- Terima kasih bu untuk kunjungannya, sampai berjumpa kembali

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak :Mahasiswa tidak melakukan

11
SL.VII.FAMED 3 & 4
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN IMPLAN (SUSUK KB)
Muhammad Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin

I. PENDAHULUAN

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi utuk
mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015” dimana misinya sangat menekankan
pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan
kualitas keluarga. Oleh karena itu diperlukan suatu metode kontrasepsi untuk mengatur
kelahiran anak (Saifuddin, 2006)
Salah satu Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) adalah Alat kontasepsi Bawah
Kulit (AKBK) , sering dikenal sebagai Implan atau yang lebih dikenal dengan sebutan KB
Susuk sejak tahun 1981 telah mulai diteliti dan dikembangkan di Indonesia. Di luar negeri, cara
baru Implan telah diuji coba klinik secara baik dan teliti, lalu dipakai sebagai kontrasepsi sejak
tahun 1972.di berbagai negara di dunia sejak tahun 1981 Implan telah dipakai lebih dari 10 ribu
wanita dan mulai dapat diterima oleh masyarakat (Mochtar , 1998).
Alat kontasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang dikenal juga sebagai Norplant atau Implan,
semakin lama semakin meningkat pemakainya (akseptor) dengan alasan : pemasangannya
sederhana, efektivitas cukup baik karena angka kegagalan kumulatifnya rendah, dapat
memberikan perlindungan selama 3-5 tahun, dan kepuasan pemakai karena memerlukan
tindakan lain setelah pemasangan dan tidak memasukkan sesuatu ke dalam vagina serta tidak
mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual.
Pengertian Implan adalah Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas
sebelah dalam berbentuk kapsul silastik yang lentur yang panjangnya menyerupai batang korek
api dan dalam setiap batang mengandung hormon Levonogestrel yang dapat mencegah
kehamilan ( BKKBN 2006 ).
Bahan aktif dalam norplant adalah progestasional levonogestrel, yang 18 kali lebih aktif
daripada progesteron. Ada beberapa jenis AKBK, diantaranya:
Norplat, yang terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm diameter
2,4 mm, setiap kaspsul Norplant berukuran kira-kira sebesar batang korek api dan mengandung
± 36 mg levonogestrel, yang akan dikeluarkan setiap harinya ± 8 mcg. Alat kontrasepsi yang
disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam berbentuk kapsul silastik (lentur)
panjangnya sedikit lebih pendek dari pada batang korek api dan dalam setiap batang
mengandung hormon levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN,
2006).Implant mempunyai cara kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan selaput
lendir endometrium tidak siap untuk nidasi / menerima pembuahan, mempertebal lendir serviks
/ rahim dan menipiskan lapisan endometrium/selaput lendir dengan tingkat keberhasilan
efektivitas implant 97 – 99 % (BKKBN, 2006).
Kontrasepsi implan merupakan kontrasepsi yang berbentuk batang kecil yang mengandung
hormon progestin.Setelah bidan mematikan rasa di kulit dengan menggunakan anastetik,
kemudian alat seperti jarum (trocar) digunakan untuk menempatkan implan di bawah kulit pada
lengan bagian atas.Pemasangan implan tidak memerlukan jahitan pada kulit. Secara perlahan,
implan akan melepaskan progestin ke dalam aliran darah. Implan efektif digunakan selama 3
tahun.

Jenis Implant :

Ada beberapa jenis implant yang ada di Indonesia (Saifuddin 2006), diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan
12
diameter 2,4 mm, yang berisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
b. Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2
mm, yang berisi dengan 68 mg ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan
lama kerja 3 tahun.

Mekanisme Kerja :

Cara kerja implant yang setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mg levonorgestrel yang
dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg. Konsep mekanisme kerjanya menurut Manuaba
adalah
1) Dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi.
2) Mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa.
3) Menipiskan endometrium sehingga tidak siap menjadi tempat nidasi.

Efektifitas Implant :

Menurut Hartanto, (2002) efektifitas implant adalah :


a. Angka kegagalan norplant kurang 1 per 100 wanita pertahun dalam lima tahun pertama. Ini
lebih rendah dibandingkan kontrasepsi oral, IUD dan metode barier.
b. Efektifitas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5-3 %
akseptor menjadi hamil.
c. Norplant -2 sama efektifnya seperti norplant juga akan efektif untuk 5 tahun, tetapi ternyata
setelah pemakaian 3 tahun terjadi kehamilan dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya,
yaitu sebesar 5-6 %. Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan dalam pelepasan
hormonnya.

Indikasi :

Pemasangan implant (Saifuddin 2006) dapat dilakukan pada :


a. Perempuan yang telah memiliki anak ataupun yang belum.
b. Perempuan pada usia reproduksi (20 – 30 tahun).
c. Perempuan yang menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki
pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Perempuan menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Perempuan pasca persalinan.
f. Perempuan pasca keguguran.
g. Perempuan yang tidak menginginkan anak lagi, menolak sterilisasi.
h. Perempuan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
i. Perempuan yang sering lupa menggunakan pil.

Kontraindikasi :

Kontra indikasi implant (Saifuddin 2006) adalah sebagai berikut :


a. Perempuan hamil atau diduga hamil.
b. Perempuan dengan perdarahan pervaginaan yang belum jelas penyababnya.
c. Perempuan yang tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
d. Perempuan dengan mioma uterus dan kanker payudara.
e. Perempuan dengan benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

Keuntungan :
Keuntungan dari implant (Saifuddin 2006) adalah :
a. Keuntungan kontrasepsi yaitu :
13
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c) Pengembalian tingkat kesuburan cepat setelah pencabutan.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e) Bebas dari pengaruh estrogen.
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
g) Tidak mengganggu ASI.
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
b. Keuntungan non kontrasepsi yaitu :
a) Mengurangi nyeri haid.
b) Mengurangi jumlah darah haid
c) Mengurangi/memperbaiki anemia.
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
e) Menurunkan angka kejadian kelainan anak payudara.
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang pangul.
g) Menurunkan angka kejadian endometriosis.

Kerugian:
Hartanto, (2002) mengemukakan bahwa kerugian implant adalah:
a. Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga terlatih.
b. Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan implant.
c. Biaya Lebih mahal.
d. Sering timbul perubahan pola haid.
e. Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
f. Beberapa wanita mungkin segan untuk menggunakannya karena kurang mengenalnya.
g. Implant kadang-kadang dapat terlihat orang lain.

Efek samping / Komplikasi dan cara Penanggulangannya :


Efek samping / komplikasi yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya (Saifuddin 2006)
adalah sebagai berikut :

a. Amenorea
i. Pastikan hamil atau tidak hamil, bila tidak hamil tidak memerlukan penanganan khusus,
khusus konseling saja.
ii. Bila klien tetap saja tidak menerima, angkat implant dan angjurkan menggunakan
kontrasepsi lain.
iii. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilannya, cabut implant dan
jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila diduga kehamilan ektopik, klien
dirujuk.Tidak ada gunanya memberikan obat hormon untuk memancing timbulnya perdarahan.

b. Perdarahan, bercak (spotting) ringan


i. Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun pertama.
ii. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan apapun.
iii. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian
implant dapat diberikan pil kombinasi satu siklus, atau ibuprofen 3 x 800 mg selama 5 hari.
Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis.
iv. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari
dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 µg
estinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

14
c. Ekspulasi
i. Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lain masih di tempat, dan apakah terdapat
tanda-tanda infeksi daerah insersi.
ii. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang kapsul baru 1
buah pada tempat insersi yang berbeda.
iii. Bila ada infeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang
lain, atau anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.

d. Infeksi pada daerah insersi


i. Bila terjadi infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau antiseptik. Berikan
antibiotik yang sesuai untuk 7 hari.
ii. Implant jangan dilepas dan klien diminta kembali satu minggu.
iii. Apabila tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru. Pada sisi lengan yang lain atau
cari metode kontrasepsi yang lain.
iv. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut
implant lakukan perawatan luka, dan berikan antibiotik oral 7 hari.

e. Berat badan naik / turun


i. Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang
diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg atau lebih.
ii. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu klien mencari metode lain..

Kapsul pembungkus yang digunakan pada norplant adalah polidimetilsiloksane silastik,


bahan yang sama yang sering digunakan pada katup jantung buatan, saluran drainase dan
protese payudara. Diameter luar kapsul pembungkus norplant adalah ± 2,4 mm.
Dalam pencabutan norplant atau implant, kendala teknis yang paling sering dihadapi pada
umumnya adalah pemasangan sebelumnya yang terlalu dalam, pemasangannya dengan susunan
yang tidak beraturan atau terlalu berjauhan sehingga terkadang di jumpai kesulitan mencabut.

15
LEMBAR PENGAMATAN PEMASANGAN IMPLAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
PEMASANGAN IMPLAN
I. LANGKAH 1
1. Persiapkan tempat pemasangan dengan larutan antiseptik dan
Persiapan alat :
- kapsul implan
- pisau bedah (scalpel)
- trokar nomor 10
-band aid (plaster handyplast)
- disposible syringe 3 cc
- anastesi lokal (1 % tanpa epinefrin)
- spidol
- pola (template)
- klem bengkok
- kain penutup
Persiapan pasien : mencuci lengan kiri dengan sabun

II. LANGKAH 2
2. Menentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas lipatan
siku pada bagian dalam lengan alur antara otot biseps dan triseps.
3. Menggunakan spidol untuk menandai dengan membuat garis
sepanjang 6-8 cm
4. Pemasang implan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian menggunakan sarung tangan DTT.
5. Lakukan tindakan asepsis dengan povidone iodine pada daerah yang
telah dtentukan secara sirkuler dari arah sentral ke luar.
6. Tutup dengan doek steril yang mempunyai lubang ditengah.
III. LANGKAH 3
7. Setelah memastikan (dari anamnesis) tidak alergi terhadap obat
anestesi, isi alat suntik dengan 2 ml obat anestesi (1% tanpa
epinefrin) dan disuntikkan tepat di bawah kulit sepanjang jalur
tempat pemasangan. Pemberian anestesi juga dapat dilakukan dengan
semprotan.
IV. LANGKAH 4
8. Keluarkan inserter dari kemasannya
9. Meregangkan kulit ditempat pemasangan dan memasukkan
jarum inserter tepat di bawah kulit (secara sub kutan) sampai
batas garis kedua jarum inserter
10. Masukkan implan kedalam inserter dan masukkan kembali
pendorong sampai menyentuh implan.
11. Untuk meletakkan kapsul di bawah kulit, angkat jarum inserter ke
atas, sehingga kulit terangkat
12. Tarik inserter sambil menahan pendorong sampai garis pertama.
V. LANGKAH 5
13. Lepaskan segel inserter dengan menekan penopang pendorong
inserternya
14. lakukan hal yang serupa untuk pemasangan implan berikutnya.
VI. LANGKAH 6
15. Putar pendorong inserter 90 atau 180 derajat dengan
16
mempertahankan pendorong inserter tetap di atas lengan.
VII. LANGKAH 7
16. Dengan tangan yang lain secara perlahan tarik jarum keluar dari
lengan sambil tetap mempertahankan penopang inserter di
tempatnya.
17. Setelah jarum dan penopang inserter keluar, bersihkan luka insisi
dengan larutan povidone iodine kemudian tutup luka dengan kasaa
steril dan plester.
18. Doek steril dilepaskan, beritahu pasien pemasangan implan telah
selesai
19. Sarung tangan dibuka dengan terbalik (sisi dalam berada diluar)
kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Note : Ya :Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

17
LEMBAR PENGAMATANPENCABUTAN IMPLAN

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
PENCABUTAN IMPLAN
A. Metode Standar
1. Persiapan pasien : mencuci lengan kiri dengan sabun
2. Pemasang implan mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir kemudian menggunakan sarung tangan DTT

3. Lakukan tindakan asepsis dengan povidone iodine padadaerah yang


telah dtentukan secara sirkuler dari arah sentral ke luar.
4. Tutup dengan doek steril yang mempunyai lubang ditengah.
B. LANGKAH 1
1. Tentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari ujung bawah
semua kapsul (dekat siku), kira-kira 5 mm dari ujung bawah kapsul.
2. Bila jarak tersebut sama maka insisi dibuat pada tempat insisi waktu
pemasangan
3. Sebelum menentukan lokasi, pastikan tidak ada ujung kapsul yang
berada di bawah insisi lama (hal ini untuk mencegah terpotongnya
kapsul saat melakukan insisi)
C. LANGKAH 2
4. Melakukan anestesipada lokasi yang sudah dipilih di bawah kapsul,
buat insisi melintang yang kecil lebih kurang 4 mm dengan
menggunakan skapel.

D. LANGKAH 3
5. Mulai dengan mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar atau yang
terdekat tempat insisi

E. LANGKAH 4
6. Dorong ujung kapsul ke arah insisi dengan jari tangan sampai ujung
kapsul tampak pada luka insisi.
7. Saat ujung kapsul tampak pada luka insisi, masukkan klem lengkung
(mosquito atau Crile) dengan lengkungan jepitan mengarah ke atas,
kemudian jepit ujung kapsul dengan klem tersebut.
8. Bila kapsul sulit digerakkan ke arah insisi, hal ini mungkin karena
pembentukan jaringan parut yang mengelilingi kapsul (lihat langkah
4A dan 4B)
F. LANGKAH 4A
9. Masukkan klem lengkung melalui luka insisi dengan lengkungan
jepitan mengarah ke kulit, teruskan sampai berada di bawah ujung
kapsul dekat siku
10. Buka dan tutup jepitan klem untuk memotong secara tumpul jaringan
parut yang mengelilingi ujung kapsul
11. Ulangi sampai ujung keenam kapsul seluruhnya bebas dari jaringan
parut yang mengelilinginya
G. LANGKAH 4B
12. Dorong ujung kapsul pertama sedekat mungkin pada luka insisi.
13. Sampai menekan (fiksasi) kapsul dengan jari telunjuk dan jari tengah,
masukkan lagi klem lengkung (lengkungan jepitan mengarah ke kulit),
sampai berada di bawah ujung kapsul, jepit kapsul di dekat ujungnya
18
(5-10 mm) dan secara hati-hati tarik keluar melalui luka insisi.
H. LANGKAH 5
14. Bersihkan dan buka jaringan ikat yang mengelilingi kapsul dengan
cara menggosok-gosok pakai kasa steril untuk memaparkan ujung
bawah kapsul
15. Bila jaringan ikat tidak bisa dibuka dengan cara menggosok-gosok
pakai kasa steril, dapat dengan menggunakan skalpel secara hati-hati
16. Untuk mencegah terpotongnya kapsul, gunakan sisi yang tidak tajam
dari skalpel waktu membersihkan jaringan ikat yang mengelilingi
kapsul
I. LANGKAH 6
17. Jepit kapsul yang sudah terpapar menggunakan klem kedua.
18. Lepaskan klem pertama dan cabut kapsul secara pelan dan hati-hati
dengan klem kedua
19. Bila kapsul sulit dicabut, pisahkan secara hati-hati sisa jaringan ikat
yang melekat pada kapsul dengan menggunakan kasa atau skalpel.
J. LANGKAH 7
20. Pilih kapsul berikutnya yang tampak paling mudah dicabut. Gunakan
teknik yang sama untuk mencabut kapsul berikutnya.
21. Sebelum mengakhiri tindakan, hitung untuk memastikan keenam
kapsul sudah dicabut. Tunjukkan keenam kapsul tersebut pada pasien.
22. Bersihkan luka incisi dengan larutan povidone iodine kemudian tutup
luka dengan kasaa steril dan plester.
23. Doek steril dilepaskan, beritahu pasien pemasangan implan telah
selesai
24. Sarung tangan dibuka dengan terbalik (sisi dalam berada diluar)
kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
25. Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan

Note : Ya : Mahasiswa melakukan.


Tidak : Mahasiswa tidak melakukan

19
SL.VII.FAMED 5 & 6
PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A
Muhammad Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin

I. Pendahuluan

Salah satu aspek utama dalam penilaian Program Keluarga Berencana (KB) adalah kualitas
pelayanan yang diberikan.
Perbaikan kualitas pelayanan akan memperbesar jumlah peserta KB yang puas dan pada
gilirannya akan meningkatkan prevalensi dan menurunkan tingkat fertilitas.
Kualitas dapat diartikan sebagai suatu kondisi dan atau keadaan dimana sistem dengan sumber
daya, sarana dan dana yang terbatas dapat mencapai sasaran tujuannya dengan memberikan
jasa pelayanan sebaik-baiknya kepada keluarga atau masyarakat, sehingga pencari jasa
pelayanan mendapat perlakuan dan dilayani oleh sistem yang sedemikian rupa dalam upaya
memenuhi kebutuhannnya mencapai kesejahteraan keluarganya dan yang sesuai serta
memenuhi syarat etika, aturan agama dan norma sosial budaya.
Salah satu faktor yang menentukan dalam pelayanan KB yang berkualitas adalah aspek sumber
daya manusia, baik pengelola, pelaksana maupun pemberi pelayanan KB.
Salah satu metode kontrasepsi yang digunakan adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
atau Intra Uterine Device, yang merupakan alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama
periode tertentu.
IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.Nama populernya adalah spiral.
Salah satu jenis AKDR yang paling banyak dipakai adalah :Cu T 380A , yang dapat dipakai
untuk 8 tahun .

20
Jenis-jenis AKDR di Indonesia :

a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti

21
pembuahan) yang cukup baik.Salah satu jenis Copper - T yang paling banyak dipakai adalah :Cu T
380A , yang dapat dipakai untuk 8 tahun .

AKDR ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima
tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang
tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan
terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.

b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T.

c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada
3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan
usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

Cara Kerja :

 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii


 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi

22
Efektifitas :

AKDR/ IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil.Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat
dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100
pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.

Indikasi :

Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum
uteri).Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh
menggunakan AKDR adalah:

Usia reproduktif

Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Perokok

Gemuk ataupun kurus

Kontraindikasi :

Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR/IUD adalah

o Belum pernah melahirkan


o Adanya perkiraan hamil
o Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari
alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
o Perdarahan vagina yang tidak diketahui
o Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
o Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
23
o Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak Rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
o Penyakit trofoblas yang ganas
o Diketahui menderita TBC pelvik
o Kanker alat genital
o Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Keuntungan :

Dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist di New Orleans
2008,David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara
mengatakanAKDR/IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen.
Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.

 Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling tidak
10 tahun
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
 Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopause
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
 Membantu mencegah kehamilan ektopik
 Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

Kerugian :

Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan
sedikit-sedikit (spoting).Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu
dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila
setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter.Pada saat

24
pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri
dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:

1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-
muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain
sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda
menemukan gejala-gejala diatas.

Efek Samping dan Komplikasi :

Efek samping umum terjadi:


 perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid
lebih sakit
 Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat
memicu infertilitas
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 – 2 hari
 Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
 Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera
setelah melahirkan)
 Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal
 Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.

25
Waktu Pemasangan :

Pemasangan AKDR/ IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

 2 sampai 4 hari setelah melahirkan


 40 hari setelah melahirkan
 setelah terjadinya keguguran
 hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
 menggantikan metode KB lainnya

Waktu Pemakai Memeriksakan Diri :

 1 bulan pasca pemasangan


 3 bulan kemudian
 setiap 6 bulan berikutnya
 bila terlambat haid 1 minggu
 perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya

Keluhan-keluhan pemakai AKDR :

Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa juga
disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan
berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus dihentikan.Pengaruh
lainnya terjadi pada perangai haid.Misalnya, pada permulaan haid darah yang keluar jumlahnya
lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama 1-2
hari.Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah
kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi
kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan
pemberian obat analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi
juga dapat timbul selama pemakaian IUD.

26
LEMBAR PENGAMATANPEMASANGAN AKDR COPPER T 380ª

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
I. MENJELASKAN KEPADA PASIEN APA YANG AKAN DILAKUKAN
1. Sampaikan kepada pasien kemungkinan akan merasa sedikit
sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan.
2. Pastikan pasien telah mengosongkan kandung kencingnya
dan membasuh daerah genitalia dengan air bersih
3. Pasien dipersiapkan dengan posisi litotomi
II. Persiapan alat-alat :
1. Speculum
2. Tenaculum
3. Gunting
4. Sonde uterus
5. Kassa Steril
6. Kom
7. Poviodine Iodin
8. Oval klem
9. IUD Cu T 380ª steril
10. Sarung Tangan
III.PEMERIKSAAN GENITALIA
4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Lakukan pemeriksaan panggul (VT) untuk menentukan posisi
uterus ( retrofleksi atau antefleksi)
6. Melepaskan sarung tangan
IV. MEMASUKKAN LENGAN AKDR COPPER T 380A
7. Masukkan lengan AKDR copper T 380A di dalam kemasan
sterilnya, dengan cara :
- Membuka pembungkus transparan sepertiga dari
bagian bawah, lapisan yang tidak transparan (seperti
membuka pisang)
- Memasukkan lengan IUD ke dalam inserted tanpa
menyentuh IUD secara langsung (IUD dalam keadaan
steril)
V. PEMASANGAN SPEKULUM
8. Menyalakan lampu sorot dan mengarahkannya ke arah vagina
9. Memasang sarung tangan
10. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik,
Masukkan spekulum secara perlahan (seperti pelajaran skill
lab pada blok reproduksi tentang pemeriksaan ginekologi)
11. Menggunakan tenakulum untuk menjepit serviks (pada arah
jam 11 atau jam 1)
VI. MEMASUKKAN SONDE UTERUS
12. Masukkan sonde uterus untuk menentukan kedalaman dan
arah kavum uteri
VII. PEMASANGAN AKDR COPPER T 380A
13. Mengatur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan
kedalaman kavum uteri. Hati-hati memasukkan tabung
inserter sampai terasa ada tahananatau sampai leher biru

27
menyentuh serviks.
14. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik
menarik (withdrawal technique). Tarik keluar tabung inserter
sementara pendorong dipertahankan.
15. Setelah lengan AKDR lepas, dorong secara perlahan-lahan
tabung inserter kedalam kavum uteri sampai leher biru
menyentuh serviks.
16. Tarik sebagian tabung inserter sampai keluar kavum uteri
kira-kira 5 cm di depan serviks, sementara sebagian benang
AKDR masih berada dalam tabung inserter. Potong benang
AKDR kira-kira 3 – 4 cm panjangnya dari serviks.
17. Cara lain, tarik keluar seluruh tabung inserter seluruhnya,
jepit benang AKDR dengan menggunakan forseps kira-kira 3
– 4 cm dari serviks dan potong benang AKDR pada tempat
tersebut.
18. Lepaskan tenaculum ke dalam larutan klorin, perdarahan di
bekas jepitan tenakulum di tekan dengan kain kassa steril.
19. Melepaskan spekulum.
VIII. MEMBUANG BAHAN-BAHAN HABIS PAKAI
20. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan.
21. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
IX. MELAKUKAN DEKONTAMINASI
22. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan
larutan klorin segera setelah dipakai.
X. EDUKASI
23. Mengajarkan pada pasien bagaimana memeriksa benang
AKDR (dengan menggunakan model bila tersedia)
24. Minta pasien menunggu di klinik selama 15 – 30 menit
setelah pemasangan AKDR.
XI DOKUMENTASI
25. Melakukan dokumentasi tentang :
- Arah uterus
- Besar uterus
- Jenis AKDR yang dipasang
- Kapan harus kontrol kembali

28
LEMBAR PENGAMATAN PENCABUTAN AKDR COPPER T 380A

LANGKAH/TUGAS PENGAMATAN
Ya Tidak
Persiapan pasien: pasien diminta untuk membasuh daerah
genitalianya dengan air bersih
I. LANGKAH 1

1. Menjelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan dan


persilakan pasien untuk bertanya
II. LANGKAH 2
2. Pasien dipersiapkan dengan posisi litotomi
3. Spekulum dimasukkan secara perlahan
4. Pastikan serviks telah terlihat seluruhnya dan benang AKDR
berada pada oue
III. LANGKAH 3
5. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2
sampai 3 kali
IV. LANGKAH 4
6. Memberitahukan kepada pasien bahwa sekarang akan
dilakukan pencabutan
7. Meminta pasien untuk tenang dan menarik nafas panjang dan
memberitahukan mungkin timbul rasa sakit tapi itu normal
A. Pencabutan normal
a) Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem
lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi
atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah.
b) Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan
konstan dan cabut AKDR dengan pelan-pelan.
c) Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung AKDR masih
dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik
keluar.
B. Pencabutan sulit
d) Bila benang AKDR tidak tampak pasien dirujuk ke bagian
obgyn.
VI. LANGKAH VI
8. Setelah IUD lepas, tunjukkan ke pasien bahwa IUD telah
berhasil dikeluarkan.
9. Vagina dibersihkan dengan kassa steril + povidone iodine

10. Spekulum dilepaskan


11. Beritahu ke pasien bahwa tindakan telah selesai.

VII. MEMBUANG BAHAN-BAHAN HABIS PAKAI


12. Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum
melepas sarung tangan.
13. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
VIII. MELAKUKAN DEKONTAMINASI
14. Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan
larutan klorin segera setelah dipakai.

29

Anda mungkin juga menyukai