Perbandingan Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Dikota Surabaya Dan Mexico
Perbandingan Sistem Pengendalian Pencemaran Udara Dikota Surabaya Dan Mexico
1. HISTORI KOTA
a. SURABAYA : kendaraan bermotor akan menyebabkan pencemaran udara. Semakin
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di daerah perkotaan akan menurunkan
kualitas udara bersih akibat emisi dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan
tersebut. Asap dari kendaraaan bermotor akan mengeluarkan gas gas yang beracun.
Data badan pusat statistic (BPS) tahun 2004 di beberapa kontribusi propinsi terutama
di kota-kota seperti medan , Surabaya dan jakarta, emisis kendaraan bermotor
merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang
jumlahnya lebih dari 50% (simanjuntak, 2007).
Menurut data Kasatlantas Polrestabes Surabaya pada tahun 2014, setiap bulan
pertambahan kendaraan di Surabaya selalu di atas 17 ribu. Rata-rata, setiap bulan
sepeda motor di Surabaya bertambah 13.441. Sementara itu, kendaraan roda empat atau
lebih tiap bulan rata-rata bertambah 4.042. Jika ditotal, setiap bulan rata-rata kendaraan
di Surabaya bertambah 17.483. Data kepolisian menyebutkan, saat ini jumlah
kendaraan di Surabaya mencapai angka 4,5 juta ( 4.521.629). Jumlah kendaraan roda
dua di Surabaya mencapai 3.625.999, sisanya merupakan kendaraan roda empat atau
lebih. Total keseluruhan ada 915.630 kendaraan
(http://www.jawapos.com/baca/artikel/9796/kendaraan-di-surabaya-tambah-17-ribu-
lebih-sebulan). Dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor akan menyebabkan
penurunan kualitas udara akibat emisi polutan dari hasil pembakaran bahan bakar
sehingga beberapa penelitian telah membahas pencemaran udara akibat emisi polutan
pada kendaraan bermotor. (yusriani, 2015)
b. MEXICO : Mexico City, ibu kota Meksiko, dilanda polusi udara terburuk dalam satu
dekade terakhir pada Maret. Otoritas lokal terpaksa membatasi jumlah
kendaraan yang boleh beroperasi pada setiap harinya.
Kemudian, polutan dengan nilai indeks paling tinggi akan dipilih menjadi parameter kritis,
yang akan menentukan indeks kualitas udara pada hari itu. Indeks udara hari itu kemudian
dideskripsikan sesuai dengan rentang-rentangnya, yaitu :
GOOD (0-50), dimana polusi udara tidak memiliki resiko apapun, masyarakat dapat
melakukan aktivitas di luar ruangan dengan aman.
MODERATE (51-100), dimana untuk beberapa jenis polutan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan untuk sebagian kecil populasi yang secara tidak umum sensitif terhadap
pencemaran udara.
UNHEALTHY FOR SENSITIVE GROUP (101-150), dimana yang termasuk
golongan sensitif adalah penderita penyakit paru-paru atau jantung, anak-anak dan kaum
lansia, serta mereka yang sering berkegiatan di luar ruangan. Bagi mereka konsentrasi ini
sudah dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
UNHEALTHY (151-200), dimana semua orang dapat merasakan dampak kesehatan,
dan mereka yang masuk ke golongan sensitif dapat jatuh sakit. Golongan-golongan sensitif
seperti sudah dicantumkan diatas tidak boleh melakukan aktivitas outdoor sama sekali.
VERY UNHEALTHY (>200), dimana semua orang dapat merasakan dampak
kesehatan. Semua orang harus menghindari aktivitas luar ruangan.
(http://udaraurang.blogspot.co.id/2013/03/perbandingan-air-quality-index-
meksiko_7708.html)
2. PERENCANAAN DAN TARGET YANG AKAN DI CAPAI
a. SURABAYA : pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor mencakup
upaya-upaya pengendalian baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan bermotor secara efektif, antara lain
(sutrajad ,2006) :
Selanjutnya berbagai upaya yang dapat juga dilakukan dengan cara, antara lain :
a. Mengupayakan reboisasi sebab menghasilkan oksigen yang sangat kita
perlukan, sementara karbondioksida yang dihasilkan oleh mesin-mesin
kendaraan bermotor maupun industri pabrik akan diserap oleh tumbuhan
tersebut. Selain itu, tumbuh-tumbuhan yang rindang dapat mengatasi
panasnya suhu yang diakibatkan oleh pembakaran pada mesin kendaraan
bermotor terutama pada saat lalu lintas macet;
b. Beberapa negara maju telah mencoba membuat sistem pengendali mesin
mobil yang dapat menurunkan kadar karbon monoksida dan nitrogen
sebagai akibat dari pembakaran mesin mobil;
c. Dengan pembatasan izin bagi angkutan umum kecil dan memperbanyak
kendaraan angkutan massal seperti bus atau kereta api semakin diperbanyak.
Kemudian, kontrol terhadap jumlah kendaraan pribadi juga harus sering
dilakukan seiring dengan perbaikan pada sejumlah angkutan umum
o Pemberlakuan Baku Mutu udara emisi dan ambien melalui Peraturan Gubernur No. 10 tahun 2009.
o Penerapan kebijakan pemerintah dalam pengendalian pencemaran udara yang dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999.
o Penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 63 Tahun 1993 tentang Ambang Batas Laik Jalan
Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan Baku Muatan serta Komponen-
Komponennya, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi JawaTimur dan di tingkat kabupaten/kota
melalui dana APBD;
o Penerapan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur dan di tingkat kabupaten/kota melalui
dana APBD;
o Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan RI No. PM 70 Tahun 2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis
dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat, yang dikontrol oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur dan di tingkat kabupaten/kota melalui
dana APBD;
o Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 67 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD terkait di level Provinsi dengan dana APBD Provinsi Jawa
Timur;
2) Penyediaan anggaran pengelolaan lingkungan melalui dana APBD, Dana Alokasi Khusus, dan Dana
Dekonsentrasi
3) Tindakan Persuasif melalui program pembinaan dan penilaian kinerja lingkungan Instansi Pemerintah, Swasta
maupun masyarakat umum yang berdampak pada perbaikan mutu udara:
5) Pemantauan rutin kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan sekitar
industri.
6) Kegiatan untuk menurunkan beban pencemaran dan pemberdayaan masyarakat terkait pengendalian
pencemaran udara.
o Kegiatan Car Free Day hampir di setiap kabupaten/kota, diantaranya: Kota Surabaya, Kota Probolinggo, Kota
Kediri, dll.
o Penghijauan dan reboisasi, melalui: Gerakan penanam satu milyar pohon melalui OBIT, perindangan jalan,
pemanfaatan pekarangan melalui Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
o Penerapan ecco office melalui surat edaran Gubernur Jawa Timur.
(Dinas lingkungan hidup, 2017) http://dlh.jatimprov.go.id/25_indeks_kualitas_udara_iku.html
Masih ada tempat untuk metode pemantauan yang berada di luar spesifikasi
standard dan pedoman penilaian. Metode yang menggunakan peralatan beresolusi rendah
dapat digunakan untuk survey screening awal. Hal ini bisa digunakan sebagai pendahuluan
pemantauan yang lebih mendetail. Jika ngkat kontaminan yang ditemukan rendah, maka
metode yang sama dapat digunakan untuk survey yang diulangi selama tahun-tahun
berikutnya. Metode resolusi rendah juga berguna untuk memprioritaskan sejumlah daerah
berbeda yang yang telah dipilih untuk program pemantauan yang lebih rinci.
(http://udaraurang.blogspot.co.id/2013/03/standar-baku-mutu-udara-ambien-
meksiko.html)
Daftar pustaka :
Nanny K, G. Gunawan, 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan
Pulau Jawa dan Bali, Puslitbang Jalan dan Jembatan.
Machsus, Basuki R. 2008. Penggunaan BBG pada Kendaraan Bermotor di Kota Surabaya. Jurnal
Aplikasi: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini, Volume 4, Nomor 1,
Februari.
Irawan RM Bagus. 2009. Efektivitas Pemasangan Catalytic Converter Kuningan Terhadap
Penurunan Emisi GasCarbon Monoksida pada Kendaraan Motor Bensin.Traksi. Vol. 9. No. 1, Juni,
http://jurnal.unismus.ac.id.
Simanjuntak A.G. 2007. Pencemaran Udara.Buletin Limbah Vol. 11 No.1. Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif. Sudrajad, A. 2006. Pencemaran Udara, Suatu Pendahuluan.
http://kamase_ugm@yahoo.co.id [3 Januari 2013].
Yusrianti. 2015. Studi literature tentang pencemaran udara akibat aktifikatas kendaraan bermotor
dijalan kota Surabaya. Universitas negeri sunan ampel. Vol1. Hal 2. Surabaya
Widyawati.B . 2011. Dampak Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Polusi Udara Kota Surabaya. Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Narotama Volume XX, No.20, April.