Anda di halaman 1dari 10

Laporan Posisi Keuangan

Teori Akuntansi

Oleh:

Amara Turilara 1402154236

M. Iqbal Alfarisyi 1402154132

Muhammad Irfan 1402154108

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2018
BAB 13

Laporan Posisi Keuangan

13.1 Pengertian

Berdasarkan konsep professor William Ripley, Laporan posisi keuangan


atau yang juga dikenal sebagai neraca, adalah salah satu laporan utama yang
disiapkan oleh akuntan dimana laporan posisi keuangan adalah sebuah potret diam
(still photograph) yang menggambarkan suatu badan usaha dengan aktivanya, baik
di sisi Aktiva, Kewajiban, dan Ekuitasnya.

Dalam pendekatan terhadap akuntansi didasarkan pada penghasilan, neraca


menjadi laporan residual sebuah jenjang antara dua laporan laba rugi. Dengan
demikian, neraca hanya memberikan sedikit informasi karena tidak memiliki
interpretabilitas. Neraca kadang disebut sebagai titik kedatangan dan kepergian
dalam proses akuntansi, tetapi jika dilakukan pendekatan pendapatan-beban, neraca
lebih berkaitan dengan masa lalu.

Aktiva atau Aset


Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin di dapatkan pada masa akan
datang yang diperoleh dari suatu entitas tertentu sebagai akibat aktivitas yang
dilakukan (FASB; 1990).

Kewajiban
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup
pasti timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer asset
atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu (FASB. No.6, prg. 35).
13.1.1 Karakteristik Aktiva atau Aset dan Kewajiban
Karakteristik Aktiva atau aset menurut FASB, mempunyai beberapa
karakteristik dasar (yang jika salah satu saja karakteristik ini hilang, kita tidak dapat
mengakui suatu aktiva akuntansi), yaitu:
a) Aktiva menyimpan kemungkinan manfaat masa akan datang yang terkait
dengan kapasitas, baik secara satu-satu atau gabungan dengan aktiva lain,
untuk secara langsung dan tidak langsung memberikan sumbangan pada
arus masuk kas bersih di masa depan. Ketidak pastian dapat mempengaruhi
penilaian, tetapi ketidakpastian akan mengubah sifat pos itu hanya jika
ketidakpastian sangat besar sehingga manfaat masa depan yang diharapkan
bernilai nol atau negatif.
b) Satuan usaha tertentu dapat memperoleh manfaat itu dan mengendalikan
akses pihak lain pada aktiva itu. Hak harus diperoleh oleh individu atau
perusahaan tertentu. Hak itu harus memungkinkan tidak diikutkan pihak-
pihak lain, walaupun dalam beberapa kasus hak itu bisa dibagi dengan
perusahaan-perusahaan atau individu-individu tertentu. Menurut Yuji Ijiri
dari Carnegie, aktiva adalah sumberdaya di bawah (kriteria) kendali satuan
usaha itu. Akan tetapi, kendali bisa ditafsirkan secara cukup luas hingga
mencakup kemampuan perusahaan untuk melaksanakan hak-haknya.
Sedangkan Profesor Raymond Chambers dari Australia mendefinisikan
aktiva sebagai kekayaan atau means di bawah kendali suatu satuan usaha.
Ia lebih menekankan sifat dapat dilepaskannya aktiva, yaitu, bahwa hak atas
suatu aktiva harus bisa dialihkan atau dimanfaatkan sehingga dapat
dipertukarkan dan karenanya mempunyai nilai tukar.
c) Transaksi atau peristiwa lain yang menimbulkan hak atau kendali satuan
usaha atas manfaat tersebut sudah terjadi.

Menurut FASB, kewajiban memiliki beberapa karakteristik esensial (yang jika


salah satu saja karakteristik ini hilang, kita tidak dapat mengakui suatu kewajiban
akuntansi), yaitu:
a) Kewajiban mengandung tugas atau tanggung jawab saat ini bagi satu atau
lebih satuan usaha, yang memerlukan penyelesaian berupa kemungkinan
penyerahan atau penggunaan aktiva di masa depan pada tanggal tertentu
atau yang dapat ditentukan, bila terjadi suatu peristiwa tertentu, atau
berdasarkan permintaan.
b) Tugas atau tanggung jawab itu menimbulkan kewajiban bagi satuan usaha
tertentu, dengan tidak atau sedikit menyisakan kebebasan untuk
menghindari pengorbanan masa depan itu.
c) Transaksi atau peristiwa lain yang menimbulkan kewajiban satuan usaha itu
sudah terjadi.

13.1.2 Fungsi dan Keterbatasan Laporan Keuangan


Menurut standar akuntansi keuangan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
laporan keuangan memiliki fungsi sebagai penyedia informasi yang berkaitan
dengan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan sebuah
perusahaan yang berguna untuk sejumlah besar penggunanya dalam proses
pengambilan / pembuatan keputusan terkait perusahaan.
Sebuah laporan keuangan memiliki peranan yang sangat vital terhadap
setiap keputusan yang diambil oleh perusahaan. Jika laporan keuangan yang
digunakan untuk mengambil keputusan merupakan laporan yang tidak
kredibel/laporan rekayasa, maka kemungkinan besar keputusan yang diambil
merupakan keputusan yang salah. Dalam proses pengambilan keputusan pemberian
kredit misalnya, pihak kreditur biasanya melihat rasio likuiditas perusahaan yang
data dasarnya diambil dari laporan keuangan perusahaan. Ketika data yang
digunakan sebagai input penghitungan rasio likuiditas salah, maka kemungkinan
besar keputusan pemberian kredit yang diajukan juga salah, dan ada indikasi –
indikasi kredit yang diberikan akan macet/tidak sanggup dikembalikan oleh
perusahaan terkait. Tujuan Laporan Keuangan menurut Prinsip Akuntansi (PAI)
1984 dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan kualitatif,
yaitu:
1. Tujuan umum Laporan Keuangan
a) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto suatu perusahaan yang
timbul dari aktivitas-aktivitas usaha dalam tangka memperoleh laba.
c) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
d) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban.
e) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan keuangan.

2. Tujuan Kualitatif Laporan Keuangan


Informasi Keuangan yang disajikan akan bermanfaat tentunya bila
memenuhi beberapa kriteria atau standar. Berikut ini beberapa kriteria
kualitas informasi keuangan:
a) Relevan (Relevances)
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambilan suatu keputusan, maka informasi demikian tidak ada
gunanya, betatapun kualitas lainnya terpenuhi. Oleh karena itu
sehubungan dengan relevansi informasi tadi maka perlu dipilih metode
pelaporan akuntansi keuangan yang tepat.
b) Dapat diuji (Understandability)
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan dan
pendapat yang subjektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan
manusia dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga
proses pengukuran itu tidak lagi berlandaskan realitas objektif semata.
Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya informasi keuangan
harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
c) Dapat dimengerti (Verifiability)
Informasi yang disajikan harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan
dinyatakan dalam bentuk yang disesuaikan dengan pengertian para
pemakai. Dalam hal ini pihak pemakai informasi juga diharapkan
adanya pengertian atau pengetahuan mengenai aktivitas ekonomi
perusahaan, proses akuntansi keuangan serta istilahistilah teknis yang
digunakan dalam laporan keuangan.
d) Netral (neutrality)
laporan keuangan atau informasi keuangan itu diarahkan pada
kepentingan umum dan tidak bergantung kepada kebutuhan pihak
tertentu.
e) Tepat waktu (Timeliness)
Informasi hendaknya diberikan sedini mungkin agar dijadikan sebagai
dasar pengambilan keputusan ekonomi.
f) Daya banding (comparability)
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya dari perusahaan
yang sama maupun dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada
periode yang sama.
g) Lengkap (Completeness)
Informasi keuangan lengkap bila memenuhi enam tujuan kualitatif di
atas dan dapat memenuhi standar pengungkapan laporan keuangan.
Standar itu menghendaki pengungkapan seluruh fakta keuangan yang
penting dan penyajian fakta secara jelas agar tidak menyesatkan
pemakainya.

13.1.2.2 Pihak-pihak yang Menggunakan Laporan Keuangan


Laporan keuangan pada dasarnya hanya digunakan oleh segelintir orang
saja. Tidak semua orang mau dan juga diperbolehkan untuk menggunakan laporan
keuangan sebuah perusahaan. Beberapa pihak yang biasanya menggunakan
laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut :
a) Pemberi Pinjaman / kreditor
b) Pemasok
c) Manajemen Perusahaan
d) Investor
e) Pemerintah
f) Pelanggan
g) Karyawan (optional)
h) Masyarakat (optional)

13.1.2.2 keterbatasan laporan keuangan


Dalam prinsip-prinsip akuntansi indonesia atau ikatan akuntan Indonesia
(IAI) secara terperinci menjelaskan tentang sifat dan keterbatasan laporan keuangan
yaitu :
a) Laporan keuangan bersifat historis, laporan kejadian yang telah lewat
karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya
sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
b) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
c) Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai pertimbangan.
d) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material
terhadap kelayakan laporan keuangan.
e) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
bila terhadap beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak mengenai
penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan
laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
f) Laporan keuangan lebih menekankan kepada makna ekonomis suatu
peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.
g) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknik, dan
pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknik akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan.
h) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan
tingkat kesuksesan antara perusahaan.
i) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya diabaikan (IAI, 1994).
Pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan
1.Pendekatan Umum
Tiga Pendekatan sebagai solusi antara laporan Fiskal dan komersil
a) Pendekatan laporan keuangan yang diutamakan terhadap peraturan perpajakan
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan
Akuntansi dan Pajak menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development):
a) Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi. Terdapat
dua pembukuan oleh perusahaan: ketentuan pajak dan praktek komersial
b) Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi. Pembukuan
perusahaan sesuai praktek komersial, kemudian melakukan rekonsiliasi
sesuai ketentuan pajak.
c) Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Pembukuan perusahaan sesuai SAK, namun preferensi diberikan pada
ketentuan pajak jika ada pengaturan yang tidak sejalan dengan SAK.

b) Pendekatan yang berdasarkan kebutuhan wajib pajak, dimana wajib pajak


diperkenankan membuat laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi dan fiskal
c) Pendekatan kepada standar akuntansi (common Basis) dan peraturan pajak hanya
sebagai preferensi .
2. Perbedaan Orientasi Pelaporan
Sifat pelaporan akuntansi komersial tersusun dengan konsep kewajaran penyajian
sehingga manajemen cenderung sepanjang tidak menyimpang dari standar akuntasi
maka laporan keuangan tampak low profile.
Terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan komersial dan fiskal, walaupun
saling terkait secara ekstensif, terutama menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas
pemilihan standar, yaitu:
a) Laporan Keuangan Komersial
b) Konsep Kewajaran Penyajian
c) Solusi Keraguan Pengukuran : prinsip konservatif
d) Laporan Keuangan Fiskal
e) menyimpang dari konsep kewajaran
f) bergantung pada kebijakan & keputusan otoritas perpajakan

sifat laporan fiskal terususun berdasarkan penentuan kesamaan perlakuan wajib


pajak dalam menentukan basis pajak.

3. Prinsip Akuntansi
a) Penetapan Beban dan Pendapatan
1. Terhadap beban penghasilan yang diberikan wajib pajak yang semestinya
sebagai biaya perusahaan tetapi di pasal 9 Ayat 1 tidak boleh dibebankan
sebagai biaya.
2. Terhadap pendapatan dari penghasilan BUT pasal 5 Ayat b maka
pendapatan ini terkadang tidak dicatat dalam pembukuan BUT.
b) Konsistensi
Laporan keuangan akuntansi komersil dapat mengevaluasi bisnis dari tahun
ketahun dengan berdasarkan taat asas.
c) Konservatif
Laporan keuangan akuntansi komersil adanya penyisihan atas risiko kerugian
yang mungkin diderita wajib pajak misal penghapusan piutang dan cadangan
kerugian khusus untuk perusahaan bank dan asuransi.
d) Substansi Mengesampingkan Bentuk Formal
Laporan keuangan komersil dan laporan keuangan pajak menitik beratkan pada
prinsip ekonomi daripada bentuk formal tiap transaksi. Kecuali untuk leasing
pajak mengutamakan formal daripada ekonomi

4. Hubungan Laporan keuangan Fiskal dan Laporan keuangan komersil


Dalam pengisian SPT terdapat lembar pengisian pada kolom / bagian laporan
keuangan komersil, menandakan bahwa laporan keuangan fiskal didasarkan
laporan keuangan komersil terlbih dahulu
Penyajian pos-pos aset dalam laporan posisi keuangan beserta klarifikasinya
a) Aset tetap
b) Property Investasi
c) Aset Tak Berwujud
d) Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (7), dan (8))
e) Investasi dengan metode ekuitas
f) Persediaan
g) Piutang dagang dan piutang lainnya
h) Kas dan setara kas
i) Total asset yang diklasifikasikan sebagai asset yang dimiliki untuk dijual, etc
(PSAK 58)
j) Utang dagang dan terutang lain
k) Provisi (biaya yang dikeluarkan untuk memberikan kredit)
l) Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumalah yang disajikan dalam (10) dan (11))
m) Liabilitas dan asset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46:
Pajak penghasilan
n) Liabilitas dan asset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK
46
o) Liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan (PSAK 58)
p) Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
q) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk.

Anda mungkin juga menyukai