Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEBUTUHAN MODEL TEACHERPRENEURSHIP UNTUK

MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI SMK NEGERI 2 DEPOK


DAN SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL

Adhan Efendi
Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: adhan.effendi@ymail.com

Abstrak

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi


SMK. Salah satu poinnya adalah meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik
dan tenaga kependidikan. Artinya, baik kuantitas maupun kualitas guru harus terus
ditingkatkan. Upaya peningkatan profesionalitas guru salah satunya menggunakan
model teacherpreneurship. Penelitian ini merupakan penelitian survey. Tujuan
Penelitian ini adalah menganalisis kebutuhan model teacherpreneurship yang
diterapkan oleh guru di SMK Negri 2 Depok dan SMK Muhammadiyah 1 Bantul.
Pengambilan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian ini dalam aspek kompetensi guru sebesar 65%, aspek kreatfitas 55% dan
aspek efektifitas 65%.

Kata Kunci: Analisis Kebutuhan, Model Teacherpreneurship, Profesionalitas Guru


ANALISIS KEBUTUHAN MODEL TEACHERPRENEURSHIP UNTUK
MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU DI SMK NEGERI 2 DEPOK
DAN SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL

PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang ikut dalam penandatanganan Masyarakat

Ekonomi Asean (MEA). Salah satu hasil kesepakatan MEA adalah bebas penggunaan

tenaga kerja. Tenaga kerja yang berhubungan erat dengan Sumber Daya Manusia

(SDM) sehingga, dibutuhkan SDM yang berkuliatas dan professional. SDM yang

berkualitas salah satunya dibentuk dalam pola pelatihan dan pendidikan. Bidang

pendidikan yang menghasilkan SDM agar siap kerja yaitu pendidikan kejuruan.

Negara Indonesia mengartikan pendidikan kejuruan sebagai Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK). Tahun 2004 Menteri Pendidikan Indonesia, Ahmad Sudibyo

merencanakan proporsi SMK 70% dan SMA 30% sehingga banyak didirikannya

SMK sampai saat ini. semakin meningkatkan jumlah SMK yang tidak dibarengi

meningkatkan dunia industri sebagai pengguna dan rendahnya kualitas lulusan SMK

mengakibatkan belum terserap secara maksimal lulusan sampai saat ini.

Dalam perkembangannya, tantangan pendidikan menengah kejuruan saat ini

adalah bagaimana menyiapkan lulusan yang mampu berkiprah dan berkompetisi serta

mampu bersaing dalam kondisi lingkungan kerja. Lulusan dari SMK diharapkan

untuk siap bekerja sebagai tenaga ahli dibidangnya dan/atau dapat membuka

lapangan pekerjaan. Namun pada kenyataanya, kondisi SMK sekarang tidak jauh
berbeda dengan Sekolah Menengah lainya, data Badan Pusat Statistik (BPS)

mengungkapkan, jumlah pengangguran lulusan SMK lebih besar di banding SMA

yaitu 11,24% per Agustus 2014 sedangkan angka pengangguran luluan SMA yaitu

9,55% per Agustus 2014.

SMK yang diharapkan menjadi solusi mengurangi angka pengangguran di

Indonesia faktanya belum berjalan secara maksimal. Solusi yang dapat dilakukan

adalah dengan menanamkan jiwa entrepreneur (berwirausaha) pada dunia SMK agar

lulusan SMK tidak terpaku menjadi tenaga kerja tetapi dapat membuka peluang usaha

sendiri. Siswa yang memiliki jiwa berwirausaha dapat dilakukan oleh guru yang

memiliki jiwa berwirausaha juga sehingga sikap ini disebut teacherpreneurship.

Pengapdosian sikap tersebut kemudian diaplikasikan dalam dunia pendidikan

kejuruan yang disebut edupreneurship. Edupreneurship merupakan penggabungan

dan kolaborasi antara technopreneuship, teacherpreneurship, dan schoolpreneurship.

Teacherpreneur tidak menjadikan guru sebagai pengusaha, tetapi menjadikan guru

berjiwa kewirausahaan (Novan, 2012).

Artikel ini bertujuan untuk memetakan anailisis kebutuhan pada guru apabila

model teacherpreneurship diterapkan di SMK. Model teacherpreneurship membentuk

guru menjadi tenaga pendidik yang professional dan memiliki jiwa berwirausaha.

Model ini mengandung tiga aspek yaitu kompetensi, kreatifitas dan efektifitas guru

dalam mengajar.
Edupreneurship

Edupreneurship merupakan bagian dari entrepreneurship yang mengkaji

bidang pendidikan. Entrepreneurship adalah proses atau kemampuan invididu untuk

mengubah ide ke dalam tindakan melalui kreativitas dan inovasi (Barnawi dan Arifin

2016:25). Entrepreneurship di bidang sosial disebut sosiopreneurship, di bidang

edukasi disebut edupreneurship, di internal perusahaan disebut interpreneurship, di

bidang bisnis teknologi disebut teknopreneurship (Alim, 2009).

Menurut Saroni (2012:51), edupreneurship atau pendidikan kewirausahaan

adalah program yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian penting dalam

pembekalan kompetensi peserta didik. Pada Sekolah Menengah Kejuruan komponen

pendukung edupreneurship terdiri atas siswa (technopreneurship), guru

(teacherpreneurship), dan sekolah (schoolpreneurship). Ketiga komponen ini

memiliki hubungan dalam meningkatkan satu sama lain (Triyono, 2015).

Teacherpreneurship dan Model Teacherpreneurship

Teacherpreneurship sendiri secara bahasa berasal dari dua suku kata, yaitu

teacher artinya guru dan preneur (entrepreneurship) yang artinya sifat atau sikap

berwirausaha, sehingga teacherpreneurship memiliki arti guru yang memiliki sifat

dan sikap berwirausaha. Triyono (2015) teacherpreneur merupakan metode dalam

menghasilkan seorang guru yang mengadopsi jiwa seorang wirausaha yaitu memiliki

jiwa kompetensi yang baik, kreatif, serta efektif dalam setiap kegiatan pembelajaran
pada bidang ilmu yang diajarkan sehingga pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan.

Model teacherpreneurship merupakan seperangkat dalam pengembangan

pendidik agar memiliki profesionalitas yang baik. Model teacherpreneurship terdiri

dari aspek kompetensi, kreativitas, dan efektivitas (Triyono, 2015).

Gambar 1. Model Teacherpreneurship (Triyono, 2015)


METODE

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bertujuan untuk

mengeksplorasi gejala dan fenomena yang sekarang sedang menjadi topik hangat di

masyarakat, yakni mengenai peningkatan mutu guru Sekolah Menengah kejuruan

(SMK). Model Teacherpreneurship merupakan salah satu model pengambangan

kualitas guru SMK dengan menanamkan jiwa wirausaha kepada guru. Jiwa wirausaha

yang dimaksud adalah kompetensi, kreatifitas dan efektifitas dalam menunjang proses

pembelajaran di kelas.
Data yang dianalisis berkaitan dengan kebutuhan guru dalam menerapkan

model teacherpreurship untuk meningkatkan profesionalitas guru kejuruan. Subjek

yang diteliti adalag guru produktif di SMK Negeri 2 Depok dan SMK

Muhammadiyah 1 Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yakni,

wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan statistika

deskriptif kuantitaif dengan dukungan data kualitatif dan hasil observasi dan

dokuntasi untuk mengurangi bias.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kompetensi Model Teacherpreneurship

Analisis Kebutuhan guru pada aspek kompetensi meliputi kompetensi

pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi professional.

Berikut ini adalah hasil yang didapat dari penelitian pada gambar 2.

Kompetensi
100
80
60
40
20
0 Kompetensi

Gambar 2. Kompetensi Model Teacherpreneurship


Kreatifitas Model Teacherpreneurship

Analisis Kebutuhan model teacherpreneurship komponen kreatifitas berdasarkan

aspek berpikir kreatif, bersikap kreatif, berperilaku kreatif. Berikut ini adalah hasil

yang didapat dari penelitian pada gambar 3.

Kreatifitas
100
80
60
40
Kreatifitas
20
0
Berfikir Bersikap Berprilaku
Kreatif Kreatif Kreatif

Gambar 3. Kreatifitas Model Teacherpreneurship

Efektifitas Model Teacherpreneurship

Analisis Kebutuhan model teacherpreneurship komponen efektifitas berdasarkan

aspek keprofesionalan, hubungan sosial, keberhasilan kelas. Berikut ini adalah hasil

yang didapat dari penelitian pada gambar 4.

Efektifitas
100
80
60
40 Efektifitas
20
0
Keprofesional
HubunganKeberhasilan
Sosial Kelas
Gambar 4. Efektifitas Model Teacherpreneurship

Pembahasan

Berdasarkan hasil data observasi kompetensi model teacherpreneurship yang


ditinjau dari empat aspek, hanya aspek kompetensi sosial yang mendapatkan skor
baik. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara dan dokumentasi bahwa
kemampuan guru dalam bersosial sudah cukup baik. Aspek kompetensi pedagogik,
kepribadian dan professional mendapat skor cukup. Beberapa kendala yang dihadapi
guru adalah guru belum meng-update kompetensinya dengan kompetensi terbaru.
Hal ini dapat terlihat dengan materi pembelajaran dan referensi yang sama dari tahun
ke tahun dan guru didominasi guru senior dengan jumlah 6 orang guru produktif dan
2 guru muda sehingga motivasi untuk meningkatkan kompetensi pun tidak terlalu
tinggi.
Masalah lain yang dihadapi adalah jam mengajar yang terlalu padat dalam
mengajar sehingga guru tidak mempersiapkan pembelajaran secara optimal. Hal ini
juga terlihat dengan rencana program pembelajaran, materi, referensi yang
digunakan guru masih sama dari tahun ke tahun sedangkan dunia industri dan ilmu
pengetahuan terus berkembang dengan pesat.
Berdasarkan permasalah diatas, analisis kebutuhan yang dibutuhkan guru
pada aspek ini adalah konsep pengembangan keprofesionalan guru salah satunya
dengan model teacherpreneurship. Dibutuhkan forum group discussion (FGD)
dalam pemahaman konsep model teacherpreneurship. Tujuan utamanya adalah
pemahaman konsep teacherpreneurship dan melatih jiwa semangat berwirausaha.
Kreatifitas sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik. Hal ini dikarenakan

sering kali keterbatasan alat dan bahan praktik membuat guru harus dapat mencarikan

solusi agar proses pembelajaran tetap berjalan optimal. Berdasarkan aspek yang

diukur bersikap kreatif berada dalam kategori baik sedangkan aspek berfikir kreatif
dan berprilaku kreatif model teacherpreneurship masuk dalam kategori cukup dan

kurang.

Hal ini juga didukung dengan beberapa permasalahan dalam proses

pembelajaran di kelas guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal,

hal ini terlihat saat guru mengajar masih menggunakan metode ceramah 40%,

demontrasi 30% dan menggunakan media alat bantu 30%, guru juga belum

mengarahkan peserta didik untuk dapat membuat hasil karya yang produktif yaitu

barang atau berupa jasa setelah melakukan proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalah diatas, analisis kebutuhan yang dibutuhkan guru pada

aspek ini adalah konsep pengembangan keprofesionalan guru salah satunya dengan

model teacherpreneurship. Dibutuhkan pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) yang

fokus dalam mengenalan model teacherpreneurship dan dilengkapi dengan modul

dalam penerapan model teacherpreneurship. Dibutuhkan juga pelatihan berupa

praktik dalam membentuk siswa untuk berfikir kreatif dalam membuat karya sesuai

bidang yang ditekuninya.

Efefktifitas yang diukur berdasarkan keprofesionalan dan keberhasilan kelas

masuk dalam kategori cukup dan hubungan sosial masuk dalam kategori baik. aspek

efektifitas kendala guru adalah belum tercapainya kreteria ketuntasan minimum

(KKM) dan jam mengajar yang terlalu banyak sehingga persiapan guru untuk

mengajar di pertemuan selanjutnya belum maksimal.


SIMPULAN

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan kedalam beberapa rumusan. Pertama, Model teacherpreneurship dapat

diterapkan di sekolah menengah kejuruan (SMK) karena sesuai dengan karakteristik

pendidikan kejuruan pada umumnya. Rata-rata sekor masing-masing faktor adalah

aspek kompetensi guru sebesar 65%, aspek kreatfitas 55% dan aspek efektifitas 65%.

Kedua, dibutuhkan forum group discussion (FGD), Modul, Pendidikan dan pelatihan

(DILAT) dalam pengenalan model teacherpreneurship dalam upaya pengembangan

keprofesional dan menanamkan jiwa berwirausaha dalam dunia kejuruan.

Daftar Pustaka

Novan, A.W. (2012) .Teacherpreneurship. Yogyakarta: AR-RUZZMEDIA.

Salim,Sardi. (2009). Upaya peningkatan kompetensi profesional guru sekolah


kejuruan.

Saroni, Mohammad. (2012). Mendidik & Melatih Entrepreneur Muda. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Triyono, Bruri. (2015). Model Edupreneurship Pelopor SMK techno, Teacher, and
Schoolpreneur. Yogyakarta: Penelitian hibah Pacsarjana tahun pertama UNY.

Anda mungkin juga menyukai