Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok

Teknologi Minyak Atsiri

AGRIBISNIS MINYAK ATSIRI KAYU MANIS

KELOMPOK III

NURHADI SUWANDI G31114005


UMMU SAAD MADJID G31114008
ALMERDIAN G31114009
NURMAYANTI G31114021
NAMIRA NURUL FITRIAH G31114
LINDA NUR IKAWATI G31114
KHADIJAH G31115

INCLUDEPICTURE "https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-
hitam-putih.jpg" \* MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*
MERGEFORMATINET INCLUDEPICTURE

i
"https://fairuzelsaid.files.wordpress.com/2010/02/logo-unhas-hitam-putih.jpg" \*

MERGEFORMATINET

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN..................................................................................................iii
I.1. Latar Belakang......................................................................................................iii
I.2. Tujuan...................................................................................................................iii
II. PEMBAHASAN......................................................................................................1
II.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii).................................................................1
II.1.1 Sejarah Tanaman Kayu Manis.........................................................................2
II.1.2 Lingkungan Tumbuh Tanaman Kayu Manis...................................................3
II.1.3 Klasifikasi Tanaman Kayu Manis....................................................................3
II.2 Proses Pembuatan Minyak Atsiri Kayu Manis......................................................4
II.3 Karakteristik Minyak Atsiri Kayu Manis...............................................................6
II.4 Persyaratan Mutu Minyak Atsiri Kayu Manis.......................................................8
II.5 Pemanfaatan Minyak Atsiri Kayu Manis...............................................................9
II.6 Pemasaran Minyak Atsiri Kayu Manis..................................................................9
II.7 Analisis Usaha Minyak Atsiri Kayu Manis..........................................................12
III. PENUTUP..........................................................................................................14
III.1 Kesimpulan.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

ii
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Minyak atsiri atau minyak aromatik adalah minyak hasil sisa proses metabolisme
dalam tanaman yang terbentuk dari reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air.
Minyak atsiri berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga
memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri umumnya larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air. Minyak atsiri umumnya diperoleh dari beberapa bagian tanaman.
Minyak atsiri dapat diperoleh dari bagian akar, batang, daun, bunga, biji, atau buah
tanaman yang mengandung zat aromatik. Proses memperoleh minyak atsiri dapat
menggunakan metode penyulingan, ekstrasi, maserasi, ataupun dengan pelarut. Salah satu
tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri yaitu kayu manis.
Kayu manis pada umumnya merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang banyak
digunakan. Produk samping lainnya dari kayu manis yaitu minyak atsiri yang banyak
dimanfaatkan sebagai bahan dalam pengobatan tradisional dan sebagainya. Bagian
tanaman kayu manis yang dimanfaatkan sebagai minyak atsiri adalah kulit batang kayu
manis. Kayu manis merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia sehingga akan
sangat menguntungkan sebagai salah satu sumber devisa negara, sehingga pemasaran dan
peluang usaha minyak atsiri kayu manis sangat dibutuhkan.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui karakteristik dan pemanfaatan minyak atsiri kayu manis.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan minyak atsiri kayu manis.
3. Untuk mengetahui analisis usaha minyak atsiri kayu manis.

iii
II. PEMBAHASAN

II.1. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)

Kayu manis merupakan produk rempah-rempah yang paling banyak dijumpai


diIndonesia. Ada empat jenis kulit kayu manis dalam dunia perdagangan ekspormaupun
lokal, yaitu : Cinnamomum burmanii, Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum cassia,
cinnamomum cillialawan. Cinnamomum burmanii ini berasal dari Indonesia (Rismunandar
dan Paimin, 2001).
Pohon kayu manis termasuk dalam genus besar yang terdiri dari 250 spesies, sebagian
besar bersifat aromatik. Kayu manis asli berasal dari Sri Lanka, yang sebelumnya dikenal
sebagai Ceylon, sebutan yang sama di pantai tenggara India, sedangkan Cassia yang
berasal dari China. Kayu manis dan Cassia adalah pohon cemara tropis kecil yang tumbuh
setinggi 20 - 30 kaki, dengan kulit kayu dan daun aromatik.
Para petani kayu manis mengelupas bagian kulit luar pohon dan juga bagian kulit
dalamnya untuk mendapatkan lapisan kayu manis. Selanjutnya, kayu manis pun
dikeringkan. Ketika dikeringkan, maka kayu manis secara alami akan terlipat. Bentuk
inilah yang nantinya dipotong menjadi batang atau dihancurkan menjadi bubuk rempah-
rempah, seperti yang dilansir dari Huffingtonpost.
Negara pengimpor utama kayu manis Indonesia antara lain Amerika, Kanada dan
Jerman. Indonesia dikenal sebagai produsen utama kayu manis, sayangnya harga jual
komoditas tanaman ini sangat rendah karena diekspor dalam bentuk bahan baku.
Saat ini Indonesia hanya mengekspor produk kayu manis dalam (Cinnamomun
burmanni Blume) dalam bentuk kulit yang merupakan komoditas ekspor penting bagi
daerah tertentu seperti sumatera Barat. Pada tahun 1987, dari 29.917 ton ekspor kayu
manis dunia , 60%-nya berasal dari Indonesia sebagai penghasil utama kayu manis.

Gambar 1. Kayu manis

1
Tanaman kayu manis yang selama ini banyak dikembangkan di Indonesia adalah
C. Burmanii Bl yang merupakan usaha perkebunan rakyat terutama dikembangkan di
Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera utara. Jenis C. burmanni Bl atau cassiavera ini
merupakan produk ekspor tradisional yang masih dikuasai Indonesia sebagai Negara
pengekspor utama di dunia. Tanaman ini akan tumbuh baik pada ketinggian 600-1500 m
dpl, panjangnya sekitar 9-12 cm dan lebarnya 3,-5,4 cm tergantung jenisnya warna
pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua, bunganya berkelamin dua atau
bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji
satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah
tua bewarna ungu tua.

II.1.1 Sejarah Tanaman Kayu Manis

Kayu manis atau Cinnamon dikenal dan banyak digunakan di dunia kuno. Orang-
orang Arab adalah orang pertama yang mengenalkan ke wilayah barat dan mendominasi
perdagangan selama berabad-abad melalui rute perdagangan yang sejauh China.
Keterangan Herodotus (484 SM – 425 SM) menyatakan bahwa bangsa Arab mendapatkan
kayu manis di daerah rawa dan dipenuhi oleh spesies hewan bersayap menyerupai
kalelawar yang sangat kuat dan membuat suara aneh. Mereka mengumpulkan kayu manis
dengan cara mengelabui hewan bersayap tersebut dengan daging lembu dan mengambil
kesempatan mengumpulkan kayu manis. Cerita ini dan cerita serupa beredar untuk
mencegah bangsa lain untuk mengumpulkan kayu manis. Pliny the Elder (abad pertama
Masehi) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa Cassia dan Cinnamon tidak
tumbuh di Arab.
Perdagangan kayu manis sangat besar sejak zaman kuno. Orang-orang Mesir
menggunakannya sebagai ramuan, parfum, dupa dan minyak. Kata 'Cinnamon' berasal dari
kata kuno bahasa Ibrani ‘kinnämön’, oleh bangsa Melayu dan Indonesia disebut sebagai
‘Kayumanis’. Di Cina, kota Guilin pada awalnya dikenal sebagai 'Kwei Lin' yang berarti
'hutan cassia', yang mengacu pada kebun cassia yang harum yang mengelilingi kota kuno.
Orang-orang Italia melihat penampilan kayu manis seperti meriam dan oleh karena itu
mereka menyebutnya dengan 'canela', yang menjadi 'kaneel' dalam bahasa Belanda dan
'cannelle' dalam bahasa Perancis.
Cassia dan Cinnamon sangat dikenal sejak zaman kuno. Cassia adalah spesies yang
lebih luas, meski Cinnamon dianggap berkualitas lebih baik. Di masa klasik kayu manis
memang sangat berharga: Pliny memberi harga pasar yaitu satu pound Mesir (350 g) kayu

2
manis pada saat itu (abad ke 1) yang senilai lebih dari 1000 Denares, yang setara dengan 5
kg perak.
Orang-orang Arab menguasai perdagangan rempah-rempah selama hampir 3000
tahun, dari 1500 SM sampai 1500 Masehi. Mereka menjualnya kepada orang-orang Yunani
dan Romawi, dan Venesia menjadi kota terpenting untuk impor rempah-rempah ke Eropa
utara. Rempah-rempah adalah salah satu barang perdagangan yang paling menguntungkan
dalam periode tersebut dalam sejarah, dan itu adalah salah satu rempah-rempah berharga.

II.1.2 Lingkungan Tumbuh Tanaman Kayu Manis

Tanaman kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian 0 sampai 2000 mdpl, namun produksi
optimumnya adalah pada ketinggian 500-1500 mdpl, dengan suhu 18 -23 C. Tanah yang paling
o o

cocok untuk tanaman kayu manis adalah tanah yang subur, gembur, agak berpasir, dan kaya
akan bahan organik. Tanah yang berpasir membuat kayu manis dapat menghasilkan kulit yang
paling harum. Di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat daripada di dataran tinggi, tetapi di
dataran yang rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal, dan rasanya juga agak kurang baik. Di
tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih tebal, dan berkualitas lebih baik.

II.1.3 Klasifikasi Tanaman Kayu Manis

Terdapat beberapa spesies tanaman kayu manis yang sering disingkat dengan sebutan
Cinnamomun sp. Roy dkk (2009) mengelompokkan tiga spesies utama tanaman kayu
manis yang terkenal di pasar dunia yaitu:
1. Cinnamomun cassia (berasal dari Cina), produknya sering disebut Chinese cinnamon.
2. Cinnamomun zeylanicum atau Cinnamomum verum (berasal dari Sri Lanka)
produknya sering disebut Ceylon cinnamon.
3. Cinnamomun burmanii (berasal dari Indonesia), produknya sering disebut Cassiavera
atau Indonesian cassia.
Taksonomi dari tanaman kayu manis asal Indonesia yang berasal dari Kabupaten
Kerinci, yaitu:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Class : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Ordo : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii

3
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat berbagai spesies tanaman kayu manis. Di
Jawa dikenal Cinnamomum javanicum dan Cinnamomum sintok (kayu sintok). Namun,
spesies ini tidak pernah dibudidayakan secara massal karena hasilnya tidak sebaik
Cinnamomun burmanii. Sementara di Maluku terdapat Cinnamomum cullilawan yang
biasa disebut sebagai kulit lawang atau kayu lawang yang minyak atsirinya dikenal sebagai
minyak lawang. Namun, yang paling banyak dibudidayakan adalah Cinnamomum
burmanii oleh rakyat di sepanjang Bukit barisan.

II.2 Proses Pembuatan Minyak Atsiri Kayu Manis

Minyak atsiri merupakan produk samping dari tanaman kayu manis. Minyak atsiri
merupakan campuran dari senyawa-senyawa yang mudah menguap yang berbeda-beda
dalam hal susunan kimia maupun titik didihnya. Secara visual minyak atsiri C. Burmanii
tidak berwarna sampai kuning kecoklatan dan mempunyai bau yang sama dengan minyak
C. zeylanicum tetapi kurang lembut (Mulyono, 2001).
Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh melalui proses penyulingan (destilasi)
terhadap kulit batang, kulit cabang maupun daun kayu manis (Rismunandar, 1993).
Sebelum proses penyulingan perlu dilakukan perlakuan pendahuluan berupa pengeringan
dan pengecilan ukuran untuk mempercepat proses penyulingan dan memperoleh rendemen
yang tinggi dengan mutu yang lebih baik (Guenther, 1987).
Ada tiga metode penyulingan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan minyak atsiri
kayu manis yaitu metode penyulingan air, metode penyulingan air dan uap, serta metode
penyulingan uap langsung. Pemilihan metode penyulingan tergantung pada jenis bahan
yang akan disuling, dengan mempertimbangkan cara penyulingan yang paling ekonomis
untuk mendapatkan minyak atsiri yang mutunya baik (Guenther, 1987).
1. Metode Penyulingan Air
Pada metode ini bahan langsung berkontak dengan air dan terendam dalam air
mendidih. Pengisian bahan tidak boleh terlalu padat dan penuh sebab dapat meluap ke
dalam kondensor atau bahan tidak dapat bergerak leluasa sehingga dapat menggumpal dan
dapat menyebabkan rendemen mnyak turun. Pemanasan air dilakukan dengan sistem
mantel uap sehingga bahaya hangus dapat dihindarkan, untuk itu penambahan air yang
cukup selama penyulingan akan mencegah hasil yang tidak diinginkan. Metode
penyulingan ini merupakan metode penyulingan yang praktis dengan peralatan
penyulingan yang relatif sederhana dan murah (Guenther, 1987).

4
Gambar 2. Metode penyulingan air
2. Metode Penyulingan Air dan Uap
Pada penyulingan ini, bahan yang akan disuling diletakkan di atas saringan berlubang.
Ketel diisi dengan air sampai permukaan air tidak jauh berada di bawah saringan. Uap
yang dihasilkan pada penyulingan ini selalu dalam keadaan basah dan jenuh serta bahan
yang disuling hanya berhubungan dengan uap, tidak dengan air panas. Secara umum, pada
penyulingan ini uap air jenuh akan berpenetrasi ke dalam bahan sehingga akan terbentuk
campuran uap air dan minyak dalam jaringan tanaman. Selanjutnya minyak akan berdifusi
ke permukaan bahan dan diuapkan. Peningkatan suhu penyulingan akan mempercepat
proses difusi. Pada penyulingan ini pengisian dan keseragaman ukuran bahan harus
diperhatikan sehingga uap akan mudah berpenetrasi dan merata dalam bahan. Penyulingan
dengan uap dan air baik digunakan untuk bahan yang permukaannya tidak terlalu tebal dan
keras, misalnya daun-daunan dan kulit yang tipis (Guenther, 1987).
3. Metode Penyulingan Uap
Pada metode penyulingan ini, uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap panas
yang bertekanan 1 atm yang dihasilkan oleh ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel
suling. Uap dialirkan melalui pipa uap berlingkar dan berpori yang terletak di bawah bahan
olah, dan bergerak ke atas melalui bahan di atas saringan. Pada penyulingan ini, tekanan
uap dalam ketel suling diatur sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Proses difusi akan
berlangsung dengan baik jika uap sedikit basah. Penyulingan sebaiknya dimulai dengan
tekanan rendah (1 atm), kemudian dinaikkan perlahan-lahan. Penyulingan dengan uap
langsung ini baik digunakan untuk memisahkan minyak atsiri dari biji-bijian, akar dan
kayu yang permukaannya keras dan biasanya mengandung minyak yang bertitik didih
tinggi (Guenther, 1987).
Menurut Nurdjannah (1992), cara destilasi dan pengetahuan mengenai bahan serta cara
penanganannya memegang peranan penting dalam memperoleh minyak atsiri kulit kayu
manis. Minyak kulit kayu manis mengandung bahan-bahan aromatik yang larut dalam air,
hal ini dapat menyebabkan rendemen yang rendah pada destilasi minyak kulit kayu manis.

5
Gambar 3. Metode penyulingan uap
II.3 Karakteristik Minyak Atsiri Kayu Manis

Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna
pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan larut dalam pelarut organik,
tetapi sukar larut dalam air. Minyak atsiri larut dalam etanol namun kurang larut dalam
etanol yang kadarnya kurang dari 70%. Kelarutannya akan lebih rendah apabila minyak
atsiri tersebut mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar. Minyak atsiri menguap pada
suhu kamar, penguapan makin banyak bila suhu dinaikkan. (Robberset al, 1996;
Departemen Kesehatan RI, 1985).
Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit, batang, ranting, atau daunnya
dengan cara penyulingan. Kandungan minyak atsiri dalam kulit kayu manis (Cinnamomum
burmannii Bl.) yang berasal dari Indonesia sebanyak 1,3-2,7%. Kandungan utama
minyaknya adalah cinnamaldehyde (65-80%) (Kardinan, 2005).
Pada kulit batang kayu manis mengandung paling banyak cinnamicaldehyde atau
cinnamaldehyde, sedangkan pada daun lebih banyak mengandung eugenol dibandingkan
Cinnamaldehyde (Bisset dan Wichtl, 2001). Minyak pada kulit batang kayu manis
mengandung cukup banyak aldehid, termasuk di dalamnya yaitu : cinnamaldehyde (70-
88%), (E) - o-methoxy- cinnamaldehyde (3-15%), benzaldehyde (0,5–2%),
salicylaldehyde (0,2 – 1%), cinnamyl acetate (0–6%), eugenol (< 0,5 %) dan coumarin
(1,5–4 %) (Bruneton, 1999).

6
Gambar 4. Struktur cinnamaldehyde pada minyak atsiri kulit batang kayu manis
(Nainggolan, 2008)
Selain itu, kulit batang kayu manis juga mengandung phenylpropanes lainnya meliputi
Hydroxycinnamaldehyde, o-methoxycinnamaldehyde, cinnamyl alcohol dan asetatnya, dan
terpena diantaranya limonene, a-terpineol, tanin, mucilage,oligomeric procyanidins, dan
kumarin (Bisset dan Wichtl, 2001)
Penelitian terhadap minyak atsiri dari kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang
berasal dari Guangzhou, China yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) melaporkan bahwa
komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans sinamaldehid (60,72%),
eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak atsiri adalah senyawa organik yang
diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang komposisi kimia minyak atsiri
tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil
minyaknya (Guanther, 2006).
Tabel 1. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni

Minyak atsiri diperoleh dari destilasi kulit maupun daun kayu manis. Komponen-
komponen utama minyak kulit kayu manis adalah sinamaldehid, eugenol, aceteugenol dan
beberapa aldehid lain dalam jumlah yang kecil. Di samping itu juga mengandung methyl-
n-amylketone yang juga sangat menentukan dalam flavour khusus dari minyak kayu manis
(Rusli dan Abdullah,1988). Komponen terbesar minyak atsiri dari kulit kayu manis adalah
sinamalaldehid dan eugenol yang menentukan kualitas minyaknya. Kadar komponen kimia

7
kulit kayu manis sangat tergantung pada daerah asalnya atau tempat penanamannya
(Rismunandar, 1993).

II.4 Persyaratan Mutu Minyak Atsiri Kayu Manis

Perolehan minyak atsiri dari destilasi uap kulit kayu, daun, akar dan buah tanaman
kayu manis masing-masing adalah 1,2%, 0,25%, 0,2% dan 0,5% (Paranagama, dkk.,
2001). Komponen dengan kadar tertinggi dalam minyak atsiri dari kulit kayu, daun dan
akar masing-masing adalah sinamaldehid (51%), eugenol (76%) dan kamfor (47%)
(Paranagama, 2001). Perolehan minyak atsiri dari hidrodestilasi tunas yang masih lunak
Cinnamomum zeylanicum adalah 0,2% yang terdiri atas 78% terpen hidrokarbon
(Jayaprakarsha, dkk., 2002). Berikut standar mutu dari beberapa jenis minyak atsiri
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Mutu Beberapa Minyak Atsiri

Sumber: Yuliani, 2012

Walaupun tidak ada standar internasional, di dunia perdagangan harga minyak kayu
manis erat kaitannya dengan tingginya kadar sinamaldehida. Standard Essential Oil
Association of USA mensyaratkan kadar sinamaldehida 55-78% (Anonim 1995). Untuk

8
ekspor Standar Nasional Indonesia menetapkan kadar sinamaldehid minimum
50% (SNI, 2006). Minyak daun kayu manis dengan komponen utama eugenol harganya
paling murah. Walaupun demikian, sebagai sumber eugenol minyak daun kayu manis di
pasar internasional harus bersaing dengan minyak daun cengkeh yang harganya lebih
murah. Akan tetapi bila eugenol akan dimanfaatkan setelah dikonversi menjadi isoeugenol,
minyak daun kayu manis dengan harga yang lebih mahal daripada minyak daun cengkeh
tidak pernah kehilangan pembeli. Hal ini disebabkan setelah eugenol dikonversi menjadi
iso-eugenol, minyak daun kayu manis menghasilkan aroma yang lebih disukai konsumen
daripada minyak cengkeh. Minyak kulit kayu manis dengan komponen utama
sinamaldehid, harganya lebih dari sepuluh kali lipat harga minyak daun kayu manis. Pasar
utama untuk minyak daun kayu manis adalah Eropa Barat dan Amerika Serikat. Minyak
kulit kayu manis yang terbanyak diekspor ke Perancis dan Amerika Serikat (Anonim
1995).

II.5 Pemanfaatan Minyak Atsiri Kayu Manis

Tanaman kayu manis terutama bagian kulit batangnya pada umumnya digunakan
secara tradisional baik sebagai bumbu masakan maupun sebagai bahan dalam pengobatan
tradisional, misalnya sebagai peluruh kentut (karminatif) (Tyler, Brady & Robbers, 1988).
Kayu manis berkhasiat mengatasi masuk angin, diare, dan penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan. Kayu manis juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Bisset & Wichtl, 2001).
Minyak atsiri digunakan pada penyakit dysmenorrhoea (nyeri haid) dan haemostyptic
(pengganti plasma). Selain itu, minyak atsiri dari kulit batang kayu manis juga berkhasiat
sebagai anti bakteri dan fungisidal karena adanya kandungan dari cinnamaldehyde (Bisset
& Wichtl, 2001). Adanya sifat menghambat dan merusak dari minyak atsiri dalam proses
kehidupan dapat digunakan sebagai bakterisidal dan fungisidal, tetapi tidak semua minyak
atsiri dapat menghambat pertumbuhan semua jenis bakteri (Guenther,1987). Menurut Niu
and Gilbert (2004), kandungan utama minyak atsiri adalah senyawa sinamaldehida dan
eugenol. Kandungan tersebut memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm.

II.6 Pemasaran Minyak Atsiri Kayu Manis

Peluang untuk mengembangkan produksi minyak atsiri cukup besar karena


penggunaan turunan minyak atsiri pada berbagai industri di dalam negeri juga
berkembang. Impor minyak atsiri yang masih tinggi antara lain disebabkan teknologi

9
pengolahan minyak atsiri di Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan teknologi
di negara lain yang telah maju pesat. Umumnya petani minyak atsiri masih menerapkan
teknologi hulu dan bersifat tradisional, sehingga belum mampu menjamin kontiniutas
pengadaan produk dengan mutu yang baik.
Keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia merupakan faktor yang selalu
merupakan kendala terbesar bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan produksi
minyak atsiri. Produksi minyak atsiri secara umum mempunyai permasalahan yang hampir
sama yaitu terbiasa bekerja dan berpikir secara tradisional, kurangnya pengetahuan tentang
perkembangan dan kemajuan sistem pertanian dan teknologi penyulingan modern, terlalu
dominannya para pengumpul (tengkulak) hasil penyulingan minyak atsiri, keterbatasan
dana modal kerja, informasi dan jaringan pemasaran.
Sebenarnya, sistem rantai pemasaran minyak atsiri kayu manis hampir sama
dengan komoditi minyak atsiri lainnya. Menurut Ketaren (2006) dalam Arsiyelis (2008),
bahwa jalur distribusi dan mekanisme tata niaga pemasaran pada minyak atsiri yang
panjang, juga mempengaruhi harga penjualan produk minyak atsiri sehingga nilai tambah
yang diperoleh oleh industri penyuling juga sedikit seperti dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 5. Mekanisme Tataniaga Minyak Atsiri Kayu Manis di dalam Negeri


Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran minyak atsiri kayu manis yakni
petani/pengolah, penyuling, pedagang pengumpul, pedagang perantara, pabrik pengolah
skala besar, dan eksportir yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi
tata niaga tersebut sebagai berikut:
1. Petani/Pengolah

10
Setelah panen, petani melakukan pengolahan lanjut seperti pengeringan, sortasi yakni
dengan memisahkan produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
pedagang pengumpul, selanjutnya petani melakukan proses pengangkutan, dan
penyimpanan. Petani tidak melakukan fungsi pembelian, karena petani bertindak
sebagai produsen.
2. Penyuling Minyak Atsiri
Bahan baku berupa kayu manis dari petani dijual ke penyuling, kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi produk olahan yang berupa minyak kayu manis.
Penyuling kemudian menjual minyak kayu manis kepada pihak tengkulak (pedagang
pengumpul). Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh penyuling adalah fungsi
pembelian, pengolahan, pengangkutan, penjualan, informasi harga dan penanggungan
resiko.
3. Pedagang Pengumpul
Fungsi tata niaga yang dilakukan diantaranya untuk pertukaran dan fungsi fisik.
Pertama, fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang lokal maupun pedagang luar
daerah berupa fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang tersebut melakukan
pembelian produk ke penyuling minyak atsiri. Kedua, fungsi fisik berupa bongkar-
muat dan transportasi. Selain itu, pedagang pengumpul juga melakukan fungsi
grading, sortasi, dan penyimpanan.
4. Pabrik Pengolah Skala Besar
Pabrik pengolah skala besar membeli bahan baku mentah dan produk setengah jadi
untuk memprosesnya lebih lanjut, untuk kemudian dijual kembali kepada eksportir.
Sebagai contoh, minyak atsiri yang digunakan untuk bahan campuran pemberi rasa
(flavour) yang digunakan pada macam-macam keperluan industri makanan atau
farmasi.
5. Pedagang Perantara
Kelompok ini adalah perantara di dalam proses jual beli antara pedagang pegumpul
dengan eksportir. Produk minyak atsirinya sendiri secara fisik tidak melewati tangan
atau bahkan tidak melalui negara dari para agen perantara ini. Para agen perantara ini
biasanya memiliki akses informasi yang sangat baik terhadap tren pasar, harga dan
konsumen potensial.
6. Eksportir
Eksportir terdiri dari eksportir lokal dan eksportir luar daerah. Fungsi tata niaga yang
dilakukan diantaranya adalah pembelian dan penjualan, kemudian melakukan
bongkar-muat dan transportasi. Selain itu, eskportir juga melakukan fungsi grading,
sortasi, dan penyimpanan kembali, serta melakukan diversifikasi atau pengembangan
produk lanjutan, pengemasan, serta tes laboratorium.

11
II.7 Analisis Usaha Minyak Atsiri Kayu Manis

Aspek ekonomi yang sangat penting dalam perencanaan usaha komoditas hasil
perkebunan adalah perhitungan untuk mengetahui tingkat keuntungan dari suatu usaha
yang akan dilakukan, dalam hal ini adalah produksi tanaman atsiri. Perhitungan tersebut
dikenal dengan istilah analisa usaha. Analisa usaha merupakan suatu alat untuk
menghitung berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan suatu produksi
tanaman atsiri yang akhirnya digunakan sebagai patokan untuk menentukan nilai jual dari
suatuproduk yang dihasilkan.
Usaha kulit kayu manis adalah usaha sampingan yang mempunyai prospek sangat
besar. Hal ini karena kulit kayu manis merupakan tanaman tahunan yang tidak memerlukan
perawatan khusus. Seringkali petani melakukan panen kulit kayu manis saat harga mahal
padahal tanaman kulit kayu manis masih berusia muda, 5-10 th. Akibatnya hasil panen
sedikit dan tidak maksimal.
Jumlah pendapatan hasil usaha kulit kayu manis berdasarkan pendapatan dari satu
pohon kulit kayu manis. Dalam tahap penjualan, pada umumnya petani menjual langsung
dengan menakar jumlah kulit kayu manis yang bisa didapat berdasarkan umur tanaman
kulit kayu manis. Biasanya petani menjual langsung ke toke dengan cara menjual per
batang.
Tabel 3. Perkiraan Pendapatan Usaha Kulit Kayu Manis untuk 1 hektar Lahan
Luas Populasi Vol/batang Harga Pendapatan (Rp)
Pelaku
(ha) (batang) (kg) (kg) 1 bulan 1 tahun 10 tahun
1
Petani 1.000 100 1.200 1.000.000 12.000.000 120.000.000
(umur 10-20)
Pedagang
pengumpul 1 1000 80 20.000 13.333.333 160.000.000 1.600.000.000
kecil

Biaya-biaya selama panen kulit kayu manis meliputi biaya panen, pengulitan,
pengikisan, pengangkutan, dan penjemuran. Setelah itu kulit kayu manis dijual dan
digudangkan. Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu pengikisan kedua, pembelahan,
pemotongan menjadi batang (stick), dan pengemasan (packing).
Tabel 4. Perkiraan Biaya Pengolahan Kulit Kayu Manis/kg
Kegiatan Biaya/kg
Kegiatan I
Panen + pengulitan + pengikisan 1.200
Penjemuran 400
Pengangkutan 800
Kegiatan II

12
Pengikisan II 200
Pembelahan 200
Pemotongan 200
Stick 700
Packing 200
Total Biaya/ kg 3.900

Dari tabel pendapatan dapat dilihat bahwa ada perbedaan pendapatan yang mencolok
antara petani dan toke. Misalnya penghasilan kulit kayu manis untuk petani di 1 hektar
lahan dengan populasi 1.000 batang pohon kulit kayu manis. Jika harga 1 kg kulit kayu
manis sebesar Rp 1.200 petani dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 120 juta dengan
masa panen 10 tahun. Pendapatan ini sudah pendapatan bersih karena petani selalu menjual
per batang tanpa mengeluarkan biaya apapun lagi. Untuk mendapatkan penghasilan
sebesar Rp 120 juta, petani harus menunggu 10 tahun. Berarti dalam satu tahun petani
hanya mendapatkan sebesar Rp 12 juta atau rata-rata Rp 1 juta/bulan. Sementara di tingkat
pedagang pengumpul (toke), mereka mendapatkan harga lebih baik karena harga jual yang
mereka peroleh lebih tinggi. Mereka melakukan proses lanjutan sehingga menghasilkan
produk kulit kayu manis yang lebih bagus sekitar Rp 3.900. Ini berarti pendapatan bersih
per kg sebesar Rp 16.100.

13
III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu:
1. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna
pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya dan larut dalam pelarut
organik, tetapi sukar larut dalam air. Minyak atsiri larut dalam etanol namun kurang
larut dalam etanol yang kadarnya kurang dari 70%.
2. Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh melalui proses penyulingan (destilasi)
terhadap kulit batang, kulit cabang maupun daun kayu manis. Terdapat tiga metode
penyulingan yang dapat dilakukan yaitu metode penyulingan air, metode penyulingan
air dan uap, serta metode penyulingan uap langsung. Pemilihan metode penyulingan
tergantung pada jenis bahan yang akan disuling, dengan mempertimbangkan cara
penyulingan yang paling ekonomis untuk mendapatkan minyak atsiri yang mutunya
baik.
3. Jalur pemasaran minyak atsiri kayu manis melibatkan beberapa lembaga untuk sampai
kepada konsumen. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran minyak atsiri
kayu manis yakni petani/pengolah, penyuling, pedagang pengumpul, pedagang
perantara, pabrik pengolah skala besar, dan eksportir yang masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardi., Nur, AE., Syahyana, R., Cindy, P. 2015. Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit
kayu manis Kerinci. Denpasar: VECO Indonesia.

Anonim. 1995. Flavours and Fragrances of Plant Origin, Food and Agriculture
Organization, Rome.

Arsiyelis, Y. 2008. Analisis Jalur Distribusi Minyak Atsiri dengan Model Input Output.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Bisset, N. G and Wichtl, M.. 2001. Herbal Drugs and Phytopharmaceuticals, 2ndedition.,
67-69, Medpharm Scientific Publishers, Germany.

Bruneton, J. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants, 2ndedition, 549-551,


Intercept Ltd, France.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. 105-127, Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Dwi Affandy. 2012. Potensi Antifungsi Ekstrak Kayu Manis Terhadap Pertumbuhan
Candida albicans. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

G.K. Jayaprakarsha, L.J. Rao and K.K. Sakariah. 2002. Chemical Camposition of Volatile
Oil from Cinnamomum zeylanicum Buds, Z. Naturforsch.,57c. 990-993.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan).Jakarta : UI Press. Hal. 44-484.

Guenther, E., diterjemahkan oleh S. Ketaren. 1987. Minyak Atsiri, jilid IV A, 241-291,UI
Press, Jakarta Indonesia, Jurnal Litbang Pertanian, VIII (3).

Http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46522/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y. Universitas Sumatra Utara.

Jayaprakarsha, G.K., Rao, L.J. dan Sakirah, K.K. 2002. Chemical Composition of Volatile
Oil from Cinnamomum zeylanicum Bud. J Naturforsch. 57: 990-993.

Kardinan. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. 31-35. PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri Komoditas Wangi Penuh Potensi,
Penerbit AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Nugraha, Nurwan. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Komoditas


Minyak Nilam Di Jawa Barat, Skripsi Teknik Industri. Depok: Universitas Indonesia.

Nurdjannah, N. 1992. Pengolahan Kayu Manis. Edisi khusus Litro Vol. VIII. No.1

P.A. Paranagama, S. Wimalasena, G.S. Jayatilake, A.L. Jayawardena, U.M. Senanayake


and M. Mubarak. 2001. A Comparison of Essential Oil Constituents of Bark, Leaf,

15
Root and Fruit of Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum Blum) Grown in Sri Lanka. J.
Natn. Sci. Foundation Sri Lanka, 29, 147-153.

Rismunandar. 1987. Budidaya Kayu Manis. Sinar Baru, Jakarta.

Rismunandar. 1993. Kayu Manis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Robbers. J. E., Marylin K. S., Varro E. T. 1996. Pharmacognosy and


Pharmacobiotechnology. 95-96, William & Wilkins Baltimore.

Rusli, S. dan Abdullah A. 1988. Prospek Pengembangan Kayu Manis di

Standar Nasional Indonesia, SNI 06-3734-2006: Minyak Kulit Kayu Manis, ICS 71.100.60,
Badan Standarisasi Nasional – BSN, Jakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Tyler, Brady, R.L., Robbers, S.J. 1988. Pharmacognosy, 9thedition, 103-126, Lean
Febiger, USA.

Wang, R., Wang, R., Yang, B., 2009. Extraction of essential oils from five cinnamon leaves
and identification of their volatile compound compositions.Innovative Food Science
and Emerging Technologies, 10, 289–292.

Yuliani, Sri., Satuhu, Suyanti. 2012. Panduan Lengkap Minyak Atsiri. Penebar Swadaya.
Bogor.

16

Anda mungkin juga menyukai