Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Setiadi
A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan
pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama
sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh karena itu, jika
terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi tersebut juga akan terganggu.
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu kondisi yang mengganggu fungsi sendi, ligamen,
otot, saraf dan tendon, serta tulang belakang. Gangguan muskuloskeletal seringnya merupakan
penyakit degeneratif, penyakit yang menyebabkan jaringan tubuh Anda rusak secara lambat
laun. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sakit dan mengurangi kemampuan Anda untuk bergerak,
yang dapat mencegah Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Gangguan muskuloskeletal dapat
mempengaruhi setiap area dalam tubuh. Bagian utama termasuk leher, bahu, pergelangan tangan,
punggung, pinggul, lutut, dan kaki. Beberapa gangguan umum termasuk nyeri pada punggung bagian
bawah, fibromyalgia, encok, osteoarthritis, radang sendi, tendinitis.
Gangguan muskuloskeletal juga menyebabkan peradangan di banyak bagian tubuh
yang berbeda. Orang dengan gangguan muskuloskeletal mungkin merasa sakit di seluruh tubuh
mereka. Otot-otot mungkin terasa panas atau berkedut seolah-olah mereka seperti ditarik. Gejala
akan bervariasi pada setiap orang, tetapi tanda-tanda dan gejala umum termasuk Nyeri/ngilu,
Kelelahan, Gangguan tidur, Peradangan, pembengkakan, kemerahan, Penurunan rentang gerak,
Hilangnya fungsi, Kesemutan, Mati rasa atau kekakuan dan Kelemahan otot atau kekuatan
cengkeraman menurun.
Muskuloskeletal meliputi banyak bagian dari tubuh kita, dengan penyebab nyeri
muskuloskeletal yang bervariasi. Penyebab pasti dari nyeri dapat tergantung pada (1) Usia: Lanjut
usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel tubuh yang rusak; (2)
Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau menyebabkan sikap tubuh
yang buruk, membuat Anda berisiko mengalami gangguan muskuloskeletal; (3)
Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama tidak aktif seperti
duduk sepanjang hari, dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal; (4) Gaya hidup: Atlet lebih
sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal.
Gangguan muskuloskeletal terjadi ketika kita terlalu sering menggunakan atau
menyalahgunakan sekelompok otot atau tulang untuk waktu yang lama tanpa istirahat. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi risiko gangguan muskuloskeletal, antara lain:
o Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan seperti mengangkat,
mendorong, menarik, atau membawa benda-benda berat.
o Pengulangan: Melakukan tindakan berulang menggunakan kelompok yang sama dari otot atau
sendi.
o Postur: Membungkuk atau memutar tubuh Anda untuk waktu yang lama.
o Getaran: Mengoperasikan mesin, peralatan, dan peralatan yang bergetar.
Kegiatan dan olahraga mengharuskan kita untuk mengerahkan kekuatan tertentu. Ketika
kekuatan yang diperlukan melebihi jumlah yang disanggupi tubuh, itu akan menyebabkan kerusakan
yang terjadi dari gerakan tunggal atau gerakan berulang dari waktu ke waktu. Ketika bagian tubuh
digunakan berulang-ulang, dengan sedikit istirahat tanpa memberikan waktu pemulihan untuk
tubuh, maka nyeri sering terjadi pada bagian tersebut. Bahkan jika paksaan kekuatan bersifat rendah
dan dengan postur yang baik, tindakan berulang seperti mengetik, dapat menyebabkan kelelahan,
kerusakan jaringan, dan, akhirnya, rasa sakit dan ketidaknyamanan. Risiko terkena gangguan
muskuloskeletal meningkat ketika kecepatan aktivitas meningkat, atau ketika tubuh dalam posisi
canggung.
Postur tubuh yang buruk adalah ketika bagian tubuh jauh dari “sikap netral.” Postur netral
adalah postur di mana tubuh Anda menerima sedikit tekanan dari kegiatan Anda, yaitu:
o leher dan punggung yang selaras dan tidak memutar
o lengan dekat dengan sisi tubuh
o pergelangan tangan lurus sejalan dengan lengan
o jari secara alami menekuk
Dengan memaksa sendi berada dalam posisi canggung atau tidak wajar, maka semakin tegang
otot, tendon, dan ligamen di sekitar sendi. Sebagai contoh, ketika Anda mengangkat beban, lengan
Anda sepenuhnya terentang, siku dan bahu sendi berada pada akhir rentang gerak mereka. Beban
yang berat, ditambah tarikan berulang pada posisi ini, dapat menyebabkan risiko cedera lebih tinggi.
Beberapa pekerjaan membutuhkan seseorang untuk menangani kekuatan besar. Misalnya,
mengangkat beban dapat menempatkan tekanan pada punggung bawah dan berpotensi merusak
baik cakram tulang belakang dan tulang belakang.
Kadang-kadang secara tidak sengaja menempatkan tekanan pada sendi saat bekerja, seperti
mengistirahatkan siku atau tangan di atas meja, yang dapat berpotensi menyebabkan kerusakan
tendon, otot, pembuluh darah, dan saraf di bawah kulit. Hal ini sering disebut sebagai stres kontak.
Bekerja dengan alat berat yang bergetar dapat juga menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Alat
seperti pisau cukur, penggiling, atau traktor dan peralatan konstruksi dapat mempengaruhi
pembuluh darah dan saraf di tangan-lengan atau seluruh tubuh. Ini dapat berkembang menjadi
masalah muskuloskeletal.
B. Diagnosa
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis secara menyeluruh untuk mengetahui penyebab pasti
dari rasa sakit akan dilakukan pengujian otot dan sendi untuk kelemahan atau degenerasi, setiap
kedutan yang dapat menunjukkan kerusakan saraf dan pembengkakan atau kemerahan. Selain itu
mungkin dilakukan tes pencitraan untuk mengonfirmasi diagnosis. Mereka mungkin melakukan
rontgen untuk melihat tulang, atau tes darah untuk penyakit rematik.
C. Pengobatan
Melihat penyebab dan tingkat keparahan dari rasa sakit, ada berbagai pengobatan untuk
gangguan muskuloskeletal. Untuk nyeri ringan bisa mendapatkan obat pereda nyeri yang dijual
bebas, seperti ibuprofen atau paracetamol. Obat-obatan seperti obat anti-inflamasi (NSAID) dapat
digunakan untuk mengobati peradangan dan nyeri. Untuk sakit yang lebih parah, mungkin perlu
penghilang rasa sakit yang lebih kuat yang akan memerlukan resep dari dokter. Untuk nyeri yang
berhubungan dengan pekerjaan, terapi fisik dapat membantu menghindari kerusakan lebih lanjut
dan mengontrol rasa sakit. Terapi manual, atau mobilisasi, dapat digunakan untuk mengobati
masalah dengan keselarasan tulang belakang.
Pengobatan lain mungkin termasuk:
o teknik relaksasi
o suntikan dengan obat anestesi atau anti-inflamasi
o penguatan otot dan latihan peregangan
o perawatan chiropractic
o terapi pijat
Sistem muscuskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak anggota badan. Secara fisiologis,
sistem musculoskeletal membutuhkan zat / nutrisi untuk menjalankan metabolismenya dan
mengalami proses metabolisme dan melakukan adaptasi sel / jaringan terhadap apapun aksi
yang mempengaruhinya. Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut sistem musculoskeletal
membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan.
Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal antara lain Vitamin, Mineral, Analgetik,
Antiinflamasi, Antibiotik, Antineoplastik (sitostatika).
1. Penguat tulang
a. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai reaksi
metabolisme dan mempertahankan kesehatan. Sumber bahan makanan dan obat. Vitamin
yang dibutuhkan adalah vitamin A, D, E, K.
Vitamin D
o Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin D yang disintesa kulit oleh sinar
ultraviolet sinar matahari (terutama pagi hari) diubah menjadi Vit D
o Fungsi : pengatur kalsium dan fosfat plasma serta mempertahankan fungsi neuromuskular
o Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit Rakhitis (pada anak
/ bayi) dan osteomalasia (pada dewasa)
b. Mineral
o Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa : 7 dalam
jumlah banyak dan 6 “trace elements” ( Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn )
o Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang , Sumber : susu, telur
Dipengaruhi oleh vitamin D. Penyimpanan : tulang . Pengaturan metabolismenya oleh
hormon paratiroid
o Kalsium dan suplemen vitamin D bermanfaat mengurangi risiko patah tulang pangkal paha.
Usahakan mengonsumsi kalsium sebagai berikut:
Komsumsi kalsium:
600 IU atau 15 mikrogram untuk orang dewasa di atas 20 tahun.
800 IU atau 20 mikrogram untuk manula di atas 70 tahun.
Untuk mencegah keretakan tulang atau pengobatan osteoporosis, Anda memerlukan
dosis kalsium sebanyak 1,2 gram per hari dan vitamin D sebanyak 20 mikrogram
o Bisphosphonate
Obat yang menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko keretakan ini biasa diberikan
dalam bentuk tablet atau suntikan. Bisphosphonate bekerja dengan memperlambat laju
sel-sel yang meluruhkan tulang (osteoclast). Ada beberapa bisphosphonate berbeda
seperti alendronate, etidronate, ibandronate, risedronate, dan asam zolendronic.
o Strontium ranelate
Strontium ranelate dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang dilarutkan dalam air. Obat ini
bisa menjadi alternatif jika penggunaan bisphosphonate dirasa tidak cocok. Strontium
ranelate memicu sel-sel yang membentuk jaringan tulang yang baru (osteoblasts) dan
menekan kinerja sel-sel peluruh tulang.
2. Penetral zat
o Obat urikosonik
Probenesid Obat yang membantu pengeluaran asam urat lewat urine
alopurinol, menurunkan hiperurisemia dan membantu menghambat produksi asam
urat. obat ini hanya untuk diminum pada saat serangan nyeri sudah mereda. Jika
diminum pada saat serangan asam urat terjadi, dikhawatirkan akan menyebabkan
kristal asam urat justru akan menyebar ke jaringan tubuh lainnya.
o Obat anti-rematik modifikasi-penyakit (DMARDs)
DMARDs (diseas-modifying anti-rheumatic drugs) adalah perawatan tahap awal yang
diberikan untuk menghambat dan meredakan gejala rheumatoid arthritis, serta mencegah
kerusakan permanen pada persendian dan jaringan lainnya. Kerusakan pada ligamen, tulang,
dan tendon akibat efek sistem kekebalan tubuh saat menyerang persendian dapat dihambat
oleh DMARDs.
Beberapa DMARDs yang bisa digunakan adalah :
hydroxychloroquine,
methotrexate,
sulfasalazine,
leflunomide.
3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
tanpa meghalangi kesadaran. Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh. Obat
analgetik antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS) merupakan suatu kelompok
obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Obat-obat ini ternyata
memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping.
Untuk mengatasi rasa nyeri, pasien memerlukan obat antinyeri yang cukup kuat. Pereda nyeri
sekelas parasetamol biasanya tidak cukup kuat untuk melawan nyeri akibat asam urat. Karena
cara kerjanya hanya meredakan nyeri dan radang, obat kelompok ini sama sekali tidak berurusan
dengan kristal asam uratnya. Dan karena khasiatnya meredakan nyeri, obat-obat ini biasa juga
diresepkan untuk rematik jenis lain.
Beberapa obat yang sering diberikan untuk mengurangi nyeri :
o Diklofenak
o Piroksikam
o Meloksikam
o Ketoprofen
o Tinoridin
o ibuprofen,
o naproxen,
o diclofenac,
4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan atau pembengkakan.
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
o Kolkisin, untuk menghentikan serangan akut yang diberikan setiap jam pada awal
serangan nyeri hebat hilang. Obat ini bukan golongan pereda nyeri melainkan
antiradang. Termasuk obat “sangat keras” karena punya banyak efek buruk misalnya
muntah dan diare. Batas keamanannya juga sangat sempit, kelebihan dosis sedikit saja
bisa berefek fatal. Karena itu, gunakan hanya sesuai petunjuk dokter. Contoh merek
dagang: Recolfar®.
o Turunan asam salisilat : Aspirin, salisilamid,diflunisal.
o Turunan 5-pirazolidin : Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
o Turunan asam N-antranilat : Asam mefenamat, Asam flufenamat
o Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen.
o Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
o Turunan oksikam : Peroksikam, Tenoksikam.
Obat anti inflmasi steroid contohnya adalah Kortikosteroid. Untuk menghilangkan radang, dokter
mungkin akan meresepkan kortikosteroid seperti prednisolon, deksametason, dsb. Obat ini
memiliki banyak efek samping. Karena itu pastikan Anda mengonsumsinya sesuai dengan
petunjuk dokter. Baca juga Bab Kortikosteroid.
5. Antibiotika
segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi.
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Berbeda dengan desinfektan, desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
o Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
o Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone, misal: rifampicin, actinomycin
D, nalidixic acid;
o Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya gentamycin, chloramphenicol,
kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
o Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
o Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomycin,
tunicamycin; dan
o Antimetabolit, misalnya passerine.
Pemberian AB :
o Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar
puncak obat dalam darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi
kemudian diteruskan obat oral.
o Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½) obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi
pemberiannya sering.
o Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari
kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap.
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.
Anderson RJ., 1993, Rheumatoid Arthritis. Clinical features and laboratory. Dalam : Schumacher Jr.
HR, Klippel JH. Koopman WJ, eds. Primer on the Rheumatic Diseases. The Arthritis Foundation,
Atlanta: 90-95.
Anonim, 2004, Arthritis, http://www.arthritis.org/.
Anonim, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Ed.III, hal. 536-539. Jakarta: Media Aeculapius.
Anonim, 2004, Rheumatoid Arthritis, http://mayoclinic.com/.
Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC,
Jakarta.