Departementalisasi
Departementalisasi berarti dasar yang dipakai untuk pengelompokkan pekerjaan.
Setelah kita membagi-bagi pekerjaan melalui sepialisasi kerja, kita perlu
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan ini sehingga tugas yang sama/mirip dapat
dikoordinasikan.
Salah satu cara yang paling populer untuk mengelompokkan kegiatan adalah
pengelompokkan menurut fungsi yang dijalankan. Fungsi-fungsi tersebut dimaksudkan
dapat mencerminkan sasaran dan kegiatan organisasi itu. Keunggulan utama dari tipe
pengelompokkan ini adalah tercapainya efisiensi dengan mengumpulkan spesialis yang
sama. Departementalisasi fungsional mengusahakan tercapainya skala ekonomi dengan
menempatkan orang melalui keterampilan dan orientasi yang sama kedalam unit-unit
bersama.
Tugas juga dapat didepartementalisasikan berdasarkan jenis produk yang
dihasilkan organisasi itu. Artinya setiap jenis-jenis produk akan ditempatkan dibawah
wewenang eksekutif tertentu yang akan menyelesaikan tanggung jawab global untuk
jenis produk tersebut. Keuntungan utama dari tipe pengelompokkan ini adalah
meningkatnya tanggung jawab atas kinerja produk, karena semua kegiatan yang terkait
dengan produk spesifik berada dibawah pengarahan tunggal.
Cara lain untuk melakukan departementalisasi adalah atas dasar geografi atau
teritori. Apabila pelanggan organisasi tersebar ke area geografi yang luas, maka bentuk
departementalisasi ini akan dapat bernilai. Misalnya, terdapat pelanggan di kawasan
barat, selatan, barat-tengah, dan timur. Dengan demikiant tiap kawasan ini merupakan
departemen yang diorganisir berdasarkan lingkup geografi. Proses departementalisasi
dapat digunakan untuk memproses pelanggan maupun produk.
Kategori terakhir dari departementalisasi adalah digunakannya tipe tertentu dari
pelanggan yang ingin dicapai organisasi tersebut. Asumsi yang melandasi
departementalisasi pelanggan adalah bahwa pelanggan di masing-masing departemen
memiliki serangkaian masalah bersama dan kebutuhan-kebutuhan bersama yang dapat
sangat baik dicapai dengan memiliki spesialis untuk masing-masingnya. Jadi artinya
organisasi yang besar dapat menggunakan semua ragam departementalisasi yang telah
kita deskripsikan di atas. Seperti misalnya melalui membentuk tim lintas-fungsional,
yang mana agar setiap aspek kerja klien ditangani oleh satu tim dan bukannya oleh
departemen yang terpisah.
Rantai Komando
Rantai komando merupakan garis wewenang yang tidak terputus yang terentang
dari puncak organisasi ke eselon terbawah dan memperjelas siapa melapor ke siapa.
Jadi rantai inilah yang mempermudah karyawan/anggota organisasi karena jadi
mengerti kemana anggota/karyawan tersebut jika menemukan masalah, dan kepada
siapa pula anggota/karyawan tersebut bertanggung jawab.
Ada dua konsep komplementer yang harus dibahas sebelum membahas lebih jauh
tentang rantai komando, yaitu :
1) Wewenang, mengacu pada hak-hak yang inheren dalam posisi manajerial untuk
memberi perintah dan mengharapkan perintah tersebut dipatuhi. Untuk mempermudah
koordinasi, posisi manajerial diberi tempat dalam rantai komando, dan tiap manajer
diberi derajat wewenang agar mampu memenuhi tanggung jawabnya.
2) Asas Kesatuan Komando, membantu mengamankan konsep garis wewenang yang
tidak terputuskan. Kesatuan ini menyatakan bahwa seseorang seharusnya mempunyai
satu dan hanya satu atasan yang kepadanya ia bertanggung jawab langsung. Jika
kesatuan komando ini putus, bawahan mungkin harus berurusan dengan tuntutan atau
prioritas beberapa atasan yang berkonflik.
Waktu berubah demikian pula ajaran dasar desain organisasi. Konsep rantai
komando, wewenang, dan kesatuan komando telah sangat kurang relevan dewasa ini
karena kemajuan teknologi komputer dan kecenderungan ke arah pemberdayaan
karyawan/anggota organisasi. Sebagai contoh, dewasa ini karyawan/anggota dapat
mengakses informasi dalam hitungan detik yang 30 tahun yang lalu hanya tersedia bagi
pimpinan. Selain itu konsep wewenang dan penyelenggaraan rantai komando semakin
kurang relevan karena karyawan/anggota operasional diberdayakan sehingga mampu
mengambil keputusan yang sebelumnya di khususkan untuk manajemen.
Selain itu, popularitas tim swa-manajemen dan tim lintas-fungsi dan penciptaan
rancangan struktural baru yang mencakup multi-bos, dan konsep kesatuan komando
dianggap kurang relevan. Tentu saja masih ada banyak yang merasa mereka dapat
menjadi produktif dengan mendorong rantai komando. Tampaknya semakin sedikit
orang semacam itu dewasa ini.
Artinya mayoritas organisasi-organisasi besar telah menyatakan bahwa konsep
rantai komando ini tidak begitu baik dengan perkembangan jaman.
Rentang Kendali
Rentang kendali berarti jumlah bawahan yang dapat diatur manajer secara efektif
dan efisien. Yang menentukan banyaknya tingkatan dan manajer yang harus dimiliki
oleh organisasi. Bila semua hal sama, makin luas atau besar rentang itu, makin efisien
organisasi tersebut.
Rentang yang lebih lebar memiliki keunggulan lebih efisien dalam hal biaya.
Tetapi pada pihak lain rentang yang lebih lebar akan mengurangi keefektifan. Artinya
bila rentang itu menjadi terlalu besar, kinerja karyawan akan menjadi korban karena
pimpinan tidak lagi mempunyai cukup waktu untuk memberikan kepemimpinan dan
dukungan yang diperlukan kepada karyawan/anggota organisasi tersebut.
Adapun keuntungan dari rentang yang kecil, dengan menyelenggarakan kendali
dari lima atau enam anggota/karyawan, pimpinan dapat menyelengarakan
pengendalian yang ketat. Namun rentang yang kecil mempunyai tiga kekurangan
utama. Pertama, rentang ini mahal karena menambah tingkat-tingkat manajemen.
Kedua, rentang ini membuat komunikasi vertikal dalam organisasi menjadi rumit.
Tingkat-tingkat hirarki tambahan memperlambat pengambilan keputusan dan
cenderung mengucilkan manajemen atas. Ketiga, rentang kendali yang kecil
mendorong pengwasan ketat yang berlebihan dan tidak mendorong otonomi
karyawan/anggota organisasi tersebut.
Kecenderungan dalam tahun-tahun terakhir adalah kearah rentang kendali yang
lebih lebar. Rentang kendali yang lebar konsisten dengan upaya untuk mengurangi
buaya, menekan overhead, mempercepat pengambilan keputusan, meningkatkan
keluwesan, mendekatkan diri ke pelanggan, dan memberdayakan anggota/karyawan.
Tetapi untuk menjamin bahwa kinerja tidak menjadi korban karena rentang yang lebih
lebar ini, organisasi-organisasi melakukan investasi yang besar dalam pelatihan
karyawan. Jadi karena kelemahan rentang yang lebih lebar ini kurang cukupnya waktu
untuk memberikan dukungan kepada anggota/karyawan maka dilakukanlah semacam
pelatihan baik itu dilakukan ditempat organisasi tersebut atau keluar organisasi.
Formalisasi
Formalisasi berarti mengacu pada tingkat di mana pekerjaan di dalam organisasi itu
dibakukan.
Jika pekerjaan sangat diformalkan, pelaksanaan pekerjaan itu mempunyai
kuantitas keleluasaan yang minimun mengenai apa yang harus dikerjakan, kapan harus
dikerjakan, dan bagaimana seharusnya mengerjakannya. Para anggota/karyawan dapat
diharapkan agar selalu menangani masukan yang sama dalam cara yang persis sama,
yang menghasilkan keluaran yang konsisten dan seragam. Dimana terdapat formalisasi
yang tinggi, disitu terdapat uraian jabatan yang tersurat, banyak aturan organisasi, dan
prosedur yang terdefinisi dengan jelas yang meliputi proses kerja dalam organisasi.
Dimana formalisasi itu rendah, perilaku kerja relatif tidak terprogram dan para
anggota/karyawan mempunyai banyak kebebasan untuk menjalankan keleluasaan
dalam kerja. Karena keleluasan individu pada pekerjaan itu berbanding terbalik dengan
banyaknya perilaku dalam pekerjaan yang diprogramkan sebelumnya oleh organisasi,
semakin besar pembakuan itu, semakin sedikit masukan dari pihak anggota/karyawan
yang berkenaan dengan cara pekerjaan itu harus dilakukan. Pembakuan tidak hanya
menyingkirkan kemungkinan karyawan menjalankan perilaku alternatif, melainkan
juga bahkan membuat anggota/karyawan tidak merasa perlu mempertimbangkan
alternatif-alternatif.
Kekuatan utama dari struktur sederhana ini terletak pada kesederhanaanya. Cepat,
fleksibel, tidak mahal untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Sedangkan
kelemahannya adalah tidak bisa diterapkan pada organisasi yang besar. Hal ini karena
ketika diterapkan pada organisasi yang besar dimana formalisasi-nya yang rendah dan
sentralisasinya yang tinggi akan menyebabkan kelebihan beban (overload) informasi
di puncak. Pengambilan keputusan akan berjalan lambat karena tergantung kepada
satu orang yaitu pemilik sekaligus pimpinan organisasi.
2. Struktur Birokrasi
3. Struktur Matrik
Struktur matrik adalah sebuah struktur uang menciptakan garis wewenang ganda
dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur ini dapat
ditemukan pada agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, labolatorium
penelitian, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, dll.
C. MODEL-MODEL STRUKTUR
1. Model Mekanistik
2. Model Organik
Organic. Pada organisasi yang berbentuk organic, maka dalam organisasi ini
terdapat tingkat formalisasi yang rendah, terdapat tingkat sentralisasi yang rendah,
serta diperlukan training dan pengalaman untuk melakukan tugas pekerjaan.
Selain itu terdapat span of control yang sempit serta adanya komunikasi
horisontal dalam organisasi.
Mostly Organic Pada organisasi yang berbentuk mostly organic, formalisasi dan
sentralisasi yang diterapkan berada di tingkat moderat. Selain itu diperlukan
pengalaman kerja yang banyak dalam organisasi ini. Terdapat span of
control yang bersifat antara moderat sampai lebar serta lebih banyak komunikasi
horisontal yang bersifat verbal dalam organisasi tersebut.
1. Strategi. Struktur organisasi adalah salah satu sarana yang digunakan manajemen
untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi maka
logis kalau strategi dan struktur harus terkait erat. Lebih tepatnya, struktur harus
mengikuti strategi
2. Ukuran. Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang
dalam organisasi tersebut.
3. Teknologi Organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem produksi,
termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah input organisasi menjadi
output.
4. Lingkungan. Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi.
Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan komunitas
finansial.
2. Ukuran organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide bahwa ukuran sebuah organisasi
secara signifikan memengaruhi strukturnya.Sebagai contoh, organisasi-organisasi
besar yang mempekerjakan 2.000 orang atau lebih cenderung memiliki banyak
spesialisasi, departementalisasi, tingkatan vertikal, serta aturan dan ketentuan
daripada organisasi kecil. Namun, hubungan itu tidak bersifat linier.Alih-alih, ukuran
memengaruhi struktur dengan kadar yang semakin menurun. Dampak ukuran menjadi
kurang penting saat organisasi meluas.
3. Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada cara sebuah organisasi mengubah input menjadi
output. Setiap organisasi paling tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah
sumber daya finansial, SDM, dan sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
4. Lingkungan
Lingkungan sebuah organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau
kekuatan-kekuatan di luar organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi.
Kekuatan-kekuatan ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan
peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan publik, dan sebagainya.
Struktur organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya karena lingkungan selalu
berubah. Beberapa organisasi menghadapi lingkungan yang relatif statis -tak banyak
kekuatan di lingkungan mereka yang berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru,
tidak ada terobosan teknologi baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas
dari kelompok-kelompok tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi.
Organisasi-organisasi lain menghadapi lingkungan yang sangat dinamis peraturan
pemerintah cepat berubah dan memengaruhi bisnis mereka, pesaing baru, kesulitan
dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang terus berubah terhadap
produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan yang statis memberi lebih
sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis.Karena
ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi,
manajemen akan menocba meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi
ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.
Di samping itu, struktur yang telah jelas dan sesuai bergantung kepada
beberapa hal, di antaranya: strategi organisasi, tekonologi, ukuran dan derajat
ketidayakinan lingkungan. Strategi yang dilakukan PT. Garuda Indonesia berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai.. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak,
seperti kerjasama “Corporate Sales” dengan Pertamina, kerjasama “Rewards &
Mileage Program” dengan ABN AMRO Bank N.V cabang Indonesia dan
menandatangani perjanjian MoU “Pemajuan Pemasyarakatan ASEAN” dengan
Departemen Luar negeri merupakan salah strategi yang dilakukan PT Garuda
Indonesia untuk mewujudkan visinya sebagai perusahaan penerbangan pilihan utama
di Indonesia berdaya saing internasional. Tidak hanya itu, pembaharuan berupa
penerapan berbagai tekonologi terhadap pesawat yang dimiliki PT Garuda Inodensia
serta manajerial merupakan salah satu hal penting dalam upaya mewujudkan tujan
organisasi secara efektif dan efisien.