Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PANDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia serta UUD 1945 sebagai
penjabarannya. Keduanya merupakan rancangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan tujuan maupun cita-citanya. Pada mulanya dibutuhkan
perjuangan yang besar untuk membuat rancangan pancasila dan UUD
1945. Seiring berjalannya waktu tentunya banyak hal yang dirasa harus
dipertahankan atau dirubah. Ketika masih dalam usia muda UUD 1945
sesuai dengan apa yang diinginkan bangsa kita. Namun setelah itu
dilakukan pergantian yaitu diberlakukannya konstitusi RIS 1949
dilanjutkan dengan pemberlakuan UUDS 1950. Pada akhirnya
diberlakukan kembali UUD 1945. Perubahan zaman dan berkembangnya
pengetahuan juga memicu untuk dilakukan perubahan atau yang disebut
amandemen. Berbagai peristiwa juga mengiringi hal tersebut. Sehingga
bangsa kita berpikir perlu adanya amandemen. Amandemen itu dapat
berupa penambahan atau pengurangan maupun penetapan seperti awal
mulanya. Sehingga apa yang ada di dalam konstitusi kita menjadi lebih
baik. UUD 1945 yang telah dilakukan amandemen yang hingga saat ini
digunakan sebagai konstitusi bangsa kita. Diharapkan dengan
dilakukannya amandemen dapat menjadikan adanya kemajuan, perubahan,
dan jalan keluar bangsa ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pancasila dan UUD 1945 pada masa orde lama?
2. Bagaimana pancasila dan UUD 1945 pada masa orde baru?
3. Bagaimana UUD 1945 setelah dilakukan amandemen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pancasila dan UUD 1945pada masa orde lama.
2. Untuk mengetahui pancasila dan UUD 1945 pada masa orde baru.
3. Untuk mengetahui UUD 1945 setelah dilakukan amandemen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila dan UUD 1945 Orde Lama


UUD 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu: Pertama,
Kurun waktu mulai tanggal 18 Agustus sampai dengan 27 Desember 1949,
yaitu sejak ditetapkannya oleh PPKI sampai dengan mulai berlakuya
Konstitusi RIS sebagai saat pengakuan kedaulatan dalam bulan Desember
1949 dan dilanjutkan dengan berlakunya UUDS 1950 sampai sebelum
dikeluarkannya dekrit presiden. Kedua, Kurun waktu sejak diumumkannya
dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959 sampai sekarang. 1
1. UUD 1945 Kurun Waktu 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1949, UUD 1945 tidak dapat
dilaksanakan dengan baik, karena memang masih dalam masa
pancaroba, yaitu pada satu pihak kita dihadapkan pada usaha untuk
membela dan mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih,
sedangakan pada pihak lain kolonial Belandan dengan memonceng
pada sekutu justru ingin menjajah kembali bekas jajahannya yang telah
merdeka.
Selama kurun waktu 1945-1949 tersebut, terdapat dua
perkembangan penting dalam ketatanegaraan, yaitu pertama,
berubahnya fungsi Komite Nasional Pusat dari pembantu presiden
menjadi badan yang diserahi kekuasaa legislatif dan ikut menetapkan
GBHN berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X (iks) tanggal 16
Oktober 1945, kedua ialah perubahan sistem Kabinet Presidensial
menjadi kabinet Parlementer berdasarkan usul Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) pada tanggal 11 November 1945,
yang kemudian disetujui oleh Presiden dan diumumkan dengan
Maklumat Pemerintah tanggal 14 Novemer 1945.
Sementara itu, pada tanggal 3 November 1945, atas usul BP-KNIP
Pemerintah mengeluarkan maklumat, yang ditandatangani oelh Wakil

1
Jakni, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, ( Bandung: Alfabeta, 2014),
hlm.118.

2
Presiden, tentang pembentukan partai-partai politik. Tujuan
pemerintah adalah agar dengan pembentukan partai-partai itu segala
aliran paham yang ada di masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang
teratur.
Maka sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah
(eksekutif) dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pemimpin kabinet
dengan para menteri sebagai anggota kabinet.
Akhirnya perang kemerdekaan dapat dimenangkan bangsa
Indonesia. Namun perlu dicatat bahwa sejak tanggal 27 Desember
1949 berlaku konstitusi RIS; UUD 1945 tidak berlaku sebagai UUD
Negara Federal, melainkan hanya berlaku sebagai UUD Negara Bagian
RI yang berpusat di Yogyakarta dalam kerangka Konstitusi RIS.2
2. Periode Konstitusi RIS 1949
Konstitusi RIS merupakan konstitusi yang kedua dan berlaku sejak
27 Desember 1949 sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950, lebih
kurang delapan bulan.3 Keberadaan RIS tidak bertahan lama, sebab
pada tanggal 17 Agustus 1950, seluruh wilayah Indonesia serikat
menyataka diri melebur dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Peleburan ini tanpa paksaan senjata. Padahal kalau
semangat separatis memang telah ada sejak dulu, pada saat itu akan
sangat sulit pemerintah Jakarta mengatakan tidak. Sejak tanggal 17
Agustus 1950, konstitusi tidak berlaku lagi, tetapi pasal-pasal dalam
konstitusi RIS pada dasarnya tetap dipakai, dengan hanya mengadakan
penyesuaian terhadap hal-hal pokok saja menyangkut peralihan bentuk
negara dari Negara Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.4
3. Periode Berlakunya UUDS 1950
Dengan dipelopori oleh para pemimpin republikan, pada tanggal
17 Agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi negara

2
Ibid., hlm. 118-119.
3
Ibid., hlm. 120
4
Inu Kencana Syafiie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2002),
hlm.90.

3
kesatuan RI, tetapi dengan landasan UUD yang lain dari UUD 1945.
Negara Kesatuan RI mempunyai undang-undang dasar sementara yang
diberi nama Undang-undang Dasar Sementara RI (1950). Ini
merupakan konstitusi yang ketiga. Menurut UUD baru ini, sistem
pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer,
bukan sistem presidensial. Dalam sistem pemerintahan ini kedudukan
Presiden dan Wakil Presiden adalah sekedar Presiden Konstitusioal
yang “tidak dapat diganggu gugat”, sedangkan yang bertanggung
jawab adalah para menteri, yakni bertanggung jawab kepada Presiden.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan
pemilihan umum, masing-masing untuk memilih anggota DPR dan
anggota Konstituante. Tugas konstituante adalah membuat suatu
rancangan undang-undang dasar tetap sebagai pengganti UUDS 1950.
Untuk mengambil putusan mengenai undang-undang dasar yang tetap,
pasal 13 UUDS 1950 menyatakan bahwa:
a. Untuk mengambil putusan tentang rancangan undang-undang
dasar baru, sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota
konstituante yang harus hadir.
b. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir.
c. Rancangan yang telah diterima oleh Konstituante dikirimkan
kepada Presiden untuk disahkan oleh Pemerintah.
d. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera
serta mengumumkan undang-undang dasar itu dengan
keluhuran.
Penentuan sistem Parlementer yang dianut oleh UUDS (1950)
berpihak pada landasan pemikiran demokrasi liberal yang
mengutamakan kebebasan individu, bukan bersumber pada pemikiran
dalam UUD 1945 yang menganut sistem Presidensial dengan berpijak
pada landasan demokrasi pancasila, yang berintikan pada kerakyatan
yang dipimpin ileh hikmat dalam permusyawaratan/ perwakialan,
sebagai prinsip keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hak

4
dan kewajiban. Presiden bertanggung jawab kepada pemberi mandat,
yaitu MPR, tidak kepada DPR, sedangkan menteri-menteri
bertanggung jawab kepada Presiden.5
4. Dekrit Presiden
Dictum dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai
hari tanggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950.
c. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota-anggota DPR
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan-
golongan serta DPAS, akan diselenggarakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.

Dekrit itu diumumkan oleh Presiden dari Istana Merdeka


dihadapan rakyat pada tanggal 5 Juli 1959, pada hari Minggu pukul
17.00. Dekrit tersebut dituangkan dalam keputusan Presiden No. 150
Tahun 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI) No. 75 Tahun 1959.

5. UUD 1945 Periode 5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999


Praktik penyelenggaraan negara pada masa berlakunya UUD 1945
sejak 5 Juli - 19 Oktober 1999 ternyata mengalami berbagai
penyimpangan. Oleh karena itu, pelaksanaan UUD 1945 selama kurun
waktu tersebut dapat dipilah menjadi dua periode yaitu orde lama
(1959-1966), dan orde baru (1966-1999).
Pada masa pemerintahan orde lama, kehidupan politik dan
pemerintahan sering terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh
Presiden dan juga MPRS yang justru bertentangan dengan Pancasila
dan UUD 1945. Artinya, pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi karena

5
Jakni, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, hlm.121-122.

5
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang
Presiden dan lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR
terhadap kebijakan-kebijakan Presiden.
Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang
berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan, dan kehidupan
ekonomi semakin memburuk. Puncak dari situasi tersebut adalah
munculnya pemberontakan G-30-S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan negara.
Mengingat keadaan semakin membahayakan, Ir. Soekarno selaku
Presiden RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui
Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) untuk mengambil segala
tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar
tersebut di anggap sebagai awal masa orde Baru.
B. Pancasila dan UUD 1945 Orde Baru
Seiring dengan tuntutan reformasi dan setelah lengsernya presiden
Soeharto sebagai penguasa orde baru, maka sejak tahun 1999 dilakukan
perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Sampai saat ini, UUD 1945
sudah mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. Penyebutan UUD setelah perubahan menjadi lebih
lengkap, yaitu: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Melalui empat tahap perubahan tersebut UUD 1945 telah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan itu menyangkut
kelembagaan negara, pemilihan umum, pembatasan kekuasaan presiden
dan wakil presiden, memperkuat kedudukan DPR, Pemerintahan Daerah,
dan Ketentuan yang terinci tentang hak-hak manusia.6
C. Penyimpangan-Penyimpangan Terhadap Konstitusi yang Berlaku di
Indonesia
Penyimpangan-penyimpangan tersebut diantara yaitu:7
1. Pada saat berlakunya UUD 1945 (1945-1949)
6
TIM MGMP, Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII, hlm. 49
7
TIM MGMP, Perisai Kewarganegaraan,(Salatiga: Mustika Aji, 2010), hlm 10-11.

6
Pada saat itu ada beberapa penyimpangan antara lain sebagai berikut:
a. KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) berubah ungsi dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif dan turut menetapkan GBHN. Seharusnya tugas legislatif
tersebut dilakukan oleh DPR, sedangkan tugas menetapkan GBHN
adalah MPR.
b. Perubahan kabinet presidensiil menjadi parlementer yang
diusulkan Badan Kerja KNIP tanggal 11 November 145 yng
disetujui presiden. Perubahan tersebut diumumkan melalui
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945.
c. Kekuasaan pemerintah dipegang oleh perdana menteri sebagai
pimpinan kabinet dengan menteri sebagai anggota kabinet.
d. Perdana menteri atau para menteri bertanggung jawab kepada
KNIP yang berfungsi sebagai DPR.
e. Para menteri tidak bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Pada Saat Berlakunya Konstitusi RIS (1949-1950)
a. Berubahnya NKRI menjadi negara federasi Republik Indonesia
Serikat (RIS).
b. Kekuasaan legislatif yang seharusnya dilaksanakan presiden dan
DPR dilaksanakan DPR dan senat.
3. Pada saat Berlakunya UUDS (1950-1959)
Sejak tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali ke negara
kesatuan tetapi konstitusi yang digunakan adalah UUDS 1950.
Penyimpangan pada saat itu antara lain berubahnya sistem kabinet
presidensiil dalam berbagai parlementer yang berakibat terjadi
kekacauan dalam berbagai bidang baik politik, keamanan, ekonomi
yang pada akhirnya stabilitas nasional politik terganggu.
4. Pada Saat Berlakuya Kembali UUD 1945 (1959-1965)
a. Pada saat pemerintahan orde lama (1959-1966)
Penyimpangan padamasa peerintahan orde lama antara lain sebagai
berikut:

7
1. Konsepsi Pancasila dibelokkan mennjadi konsep nasakom
(nasionalis, agama, komunis).
2. Demokrasi terpimpin tidak dipimpin oleh “hikmah”
kebijaksanaan tetapi dipimpin presiden.
3. Presiden mengeluarkan produk legislatif tanpa persetujuan
DPR.
4. Pengangkatan Presiden seumur hidup oleh MPRS.
5. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh Presiden.
6. Pengangkatan presiden sebagai ketua DPA.
7. Pengangkatan anggota DPR/MPR sebagai menko dalam
kabinet berkedudukan sebagai pembantu presiden.
8. Kebijakan di berbagai bidang ekonomi meningkatkan laju
inflasi barang.
b. Pada saat pemerintahan Orde Baru (1966-1999)
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara lain sebagai
berikut:
1. Pemerintahan bersifat sentralistik dan otoriter.
2. Terjadi ketidakseimbangan antara lembaga negara.
3. Banyak KKN.
4. Hukum kurang ditegakkan.
5. DPR tidak berdaya hanya sebagai setempel pemerintah.
6. Pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat negara.
7. Dipaksanya pancasila sebagai terlalu sulit dilakukan
pengubahan.
8. Kebebasan pers dan kemerdekaan berbicara mengeluarkan
pendapat dibatasi. Akibatnya terjadi krisis multidimensial yang
berakhirnya timbulnya gerakan reformasi yang dipelopori oleh
mahasiswa.
D. Amandemen UUD 1945

8
SEBELUM SETELAH AMANDEMEN
AMANDEMEN
Tidak dihapus Diubah Ditambah Total % Tidak diubah
diubah

Pasal 16 1 1 14 5 20 1/20 = 5 %

Bab 37 8 1 28 37 73 8/73 = 11 %

Paragraf 65 29 2 34 131 194 29/194 = 15%

Tabel UUD : sebelum dan sesudah di Amandemen 8

Tim amandemen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang mempunyai


konsep yang baku tentang “Amandemen”, sebagai sumbangsih dari salah satu
lembaga perguruan tinggi di Indoesia untuk agenda perubahan UUD 1945 oleh
PAH I BP MPR RI yang sedang berlangsung hingga sidang Umum MPR Agustus
2000 ini.

a. Arti Amandemen UUD 1945


Adalah perubahan atas batang tubuh UUD 1945 ( tanpa mengubah bagian
pembukaan) oleh lembaga yang berwenang MPR berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Dasar ini perubahan yang dimaksud meliputi :
 Menambah atau mengurangi redaksi dan atau isi Uud menjadi lain
dari yang semula
 Mengubah atas sebagian redaksi dan atau isi dari UUD yang sudah
tidak sesuai dengan tuntunan reformasi.
 Memperbarui UUD dengan cara memerinci dan menyusun
ketentuannya menjadi lebih jelas, tegas, dan sistematis.
b. Tujuan Amandemen UUD 1945
Adalah untuk mengembalikan posisi UUD berderajat tinggi (Supreme
Constitutions), menjiwai konstitusionalisme, menjaga prinsip-prinsip

8
Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945, (Bandung : Mizan, 2007), hlm. 339.

9
demokrasi, serta negara berdasar atas hukum dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sistem dan Prosedur Amandemen UUD 1945
Sistem amandemen yang dianut adalah sistem perubahan konstitusi seperti
yang berlaku di negara-negar Anglo Saxon,sehingga tidak ada distorsi
sejarah antara naskah UUD yang asli dengan naskah hasil perubahannya.
Prosedur amademennya mengacu pada mekanisme perubahan yang diatur
dalam Pasal 37 UUD 1945.9
Perubahan undang-undang dasar atau sering pula digunakan istilah
amandemen UUD merupakan salah satu agenda reformasi. Perubahan itu
dapat berupa pencabutan, penambahan, dan perbaikan.

Dasar pemikiran yang melatar belakangi dilakukannya perubahan


UUD 1945 antara lain:10

1. UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besarpada Presiden


yang meliputi kekuasan eksekutif dan legislatif, khususnya dalam
membentuk UUD.
2. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang berlalu luwes (fleksibel)
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsir (multi tafsir).
3. Kedudukan penjelasan UUD 1945 sering kali diperlakukan dan
mempunyai kekuatan hukum, seperti pasal-pasal (batang tubuh)
UUD 1945.

Perubahan UUD 1945 memiliki beberapa tujuan, antara lain:

1. Menyempurnakan aturan dasar mengenai aturan tatanan negara


dalam mencapai tujuan nasioanl dan memperkukuh negara
kesatuan NKRI.
2. Memyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat
agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.

9
Ibid, hlm. 15-16
10
Ibid., Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII , hlm. 53-56

10
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan HAM agar sesuai dengan perkembangan paham
HAM dan peradaban umat manusia yang merupakan syarat bagi
suatu negara hukum yang tercantum dalam UUD 195.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern.
5. Melengkapi atura dasar yang sangat penting dalam
penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan
negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara
dan pemilihan umum.
6. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
bangsa dan negara.

Dalam melakukan perubahan terhadap UUD 1945 terdapat


beberapa kesepakatan dasar yaitu:11

1. Tidak mengubah pembukaan UUD 1945.


2. Tetap mempertahankan NKRI.
3. Mempertegas sistem pemerintahan presidensial.
4. Penjelasan UUD 1945 yang memuat hal-hal normatif akan
dimasukkan ke dalam pasal-pasal (batang tubuh).

Perubahan terhadap UUD 1945 dilakukan secara bertahap


karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua
fraksi di MPR, kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap
pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh kesepakatan. Perubahan
terhadap UUD 1945 dilakukan sebanyak empat kali melalui
mekanisme sidang MPR, yaitu:

1. Sidang Umum MPR 1999 tanggal 14 – 21Oktober 1999.


2. Sidang Tahunan MPR 2000 tanggal 7- 18 Agustus 2000.
3. Sidang Tahunan MPR 2001 tanggal 1 – 9 November 2001.

11
Kus Eddy Sartono, Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Era
Reformasi, Dalam Jurnal Humanika Vol. 9 No. 1,(Yogyakarta: UNY, 2009), hlm. 102

11
4. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1 – 11 Agustus 2002.

Keseluruhan amandemen undang-undang dasar 1945 pada


dasarnya meliputi:12

1. Ketentuan mengenai hak asasi manusia, hak dan kewajiban


warga negara, serta mekanisme hubugannya dengan Negara
dan prosedur untuk mempertahankannya apabila hak-hak itu
dilanggar.
2. Prinsip-prinsip dasar tentang demokrasi rule of law serta
mekanisme perwujudannya dan pelaksanaannya, seperti
melalui pemilihan umum, dan lain-lain.
3. Format kelembagaan Negara dan mekanisme hubungan antar
organ negara serta sistem pertanggungjawaban para pejabatnya.
E. Sikap Positif Terhadap Pelaksanaan UUD 1945 Hasil Amandemen
Hasil-hasil perubahan tersebut menunjukkan adanya penyempurnaan
kelembagaan negara, jaminan dan perlindungan HAM, dan
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih demokratis. Hasil-hasil
perubahan tersebut telah melahirkan peningakatan pelaksanaan kedaulata
rakyat, utamanya daam pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah
secara langsung oleh rakyat. Perubahan itu secara lebih rinci antara lain:13
1. MPR yg semula sebagai lembaga tertinggi negara dan berada diatas
lembaga negara lain, berubah menjadi lembaga negara yang sejajar
dengan lembaga negara lainnya, seperti DPR, Presiden, BPK, MA,
MK, DPD, dan Komisi Yudisial.
2. Pemegang kekuasaan membentuk undang-undang yang semula
dipegag oleh Presiden beralih ke tangan DPR.
3. Presiden dan wakil presiden yang semula dipilih oleh MPR, berubah
menjadi dipilih oleh rakyat secara langsung dalam satu pasangan.
4. Periode masa jabatan presiden dan wakil pesiden yang semula tidak
dibatasi, berubah menjadi maksimal dua kali masa jabatan.

12
Ibid., hlm. 103.
13
Ibid., hlm. 59-60.

12
5. Adanya lembaga negara yangberwenang menguji undang-undang
terhadap UUD 1945 yaitu mahkamah konstitusi.
6. Presiden dalam hal mengangkat dan menerima duta dari negara lain
harus memperhatikan pertimbangan DPR.
7. Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dalam halmemberi
amnesti dan rehabilitasi.

Sebagai warga negara hendaknya mampu menampilkan sikap positif


terhadap pelaksanaan UUD 1945 hasil perubahan (amandemen),
diantaranya yaitu:14

1. Menghargai upaya yang dilakukan oleh para mahasiswa dan para


politisi yang dengan gigih memperjuangkan reformasi tatanan
kehidupan bernegara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum
perubahan.
2. Menghargai upaya yang dilakukan oleh lembaga-lembaga negara
khususnya MPR yang telah melakukan perubahan terhadap UUD
1945.
3. Menyadari manfaat hasil perubahan UUD 1945.
4. Mengkritisi penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan UUD
1945 hasil perubahan.
5. Mematuhi aturan dasar hasil perubahan UUD 1945.
6. Mempartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan aturan hasil perubahan UUD 1945.
7. Menghormati dan melaksanakan aturan-aturan lain dibawah UUD
1945 termasuk tata tertib sekolah.

Tanpa sikap positif warga negara terhadap pelaksanaan UUD 1945


hasil perubahan, maka hasil perubahan UUD 1945 tidak akan banyak
bearti bagi kebaikan hidup bernegara. Tanpa kesadaran untuk mematuhi
UUD 1945 hasil perubahan maka penyelenggaraan negara dan kehidupan
bernegara tidak akan jauh berbeda dengan sebelumnya.

14
Ibid., hlm. 60.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

UUD 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu yang Pertama,
Kurun waktu mulai tanggal 18 Agustus sampai dengan 27 Desember 1949, yaitu
sejak ditetapkannya oleh PPKI sampai dengan mulai berlakuya Konstitusi RIS
sebagai saat pengakuan kedaulatan dalam bulan Desember 1949 dan dilanjutkan
dengan berlakunya UUDS 1950 sampai sebelum dikeluarkannya dekrit presiden.
Kedua, Kurun waktu sejak diumumkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959
sampai sekarang

Seiring dengan tuntutan reformasi dan setelah lengsernya presiden


Soeharto sebagai penguasa orde baru, maka sejak tahun 1999 dilakukan
perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Sampai saat ini, UUD 1945 sudah
mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002.
Melalui empat tahap perubahan tersebut UUD 1945 telah mengalami perubahan
yang cukup mendasar. Perubahan itu menyangkut kelembagaan negara, pemilihan
umum, pembatasan kekuasaan presiden dan wakil presiden, memperkuat
kedudukan DPR, Pemerintahan Daerah, dan Ketentuan yang terinci tentang hak-
hak manusia. Tujuan Amandemen UUD 1945 adalah untuk mengembalikan posisi
UUD berderajat tinggi (Supreme Constitutions), menjiwai konstitusionalisme,
menjaga prinsip-prinsip demokrasi, serta negara berdasar atas hukum dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem amandemen yang dianut adalah
sistem perubahan konstitusi seperti yang berlaku di negara-negar Anglo Saxon,
sehingga tidak ada distorsi sejarah antara naskah UUD yang asli dengan naskah
hasil perubahannya.

Hasil-hasil perubahan tersebut menunjukkan adanya penyempurnaan


kelembagaan negara, jaminan dan perlindungan HAM, dan penyelenggaraan
pemerintahan yang lebih demokratis. Hasil-hasil perubahan tersebut telah
melahirkan peningakatan pelaksanaan kedaulata rakyat, utamanya daam
pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat.

14

Anda mungkin juga menyukai