PANDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia serta UUD 1945 sebagai
penjabarannya. Keduanya merupakan rancangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan tujuan maupun cita-citanya. Pada mulanya dibutuhkan
perjuangan yang besar untuk membuat rancangan pancasila dan UUD
1945. Seiring berjalannya waktu tentunya banyak hal yang dirasa harus
dipertahankan atau dirubah. Ketika masih dalam usia muda UUD 1945
sesuai dengan apa yang diinginkan bangsa kita. Namun setelah itu
dilakukan pergantian yaitu diberlakukannya konstitusi RIS 1949
dilanjutkan dengan pemberlakuan UUDS 1950. Pada akhirnya
diberlakukan kembali UUD 1945. Perubahan zaman dan berkembangnya
pengetahuan juga memicu untuk dilakukan perubahan atau yang disebut
amandemen. Berbagai peristiwa juga mengiringi hal tersebut. Sehingga
bangsa kita berpikir perlu adanya amandemen. Amandemen itu dapat
berupa penambahan atau pengurangan maupun penetapan seperti awal
mulanya. Sehingga apa yang ada di dalam konstitusi kita menjadi lebih
baik. UUD 1945 yang telah dilakukan amandemen yang hingga saat ini
digunakan sebagai konstitusi bangsa kita. Diharapkan dengan
dilakukannya amandemen dapat menjadikan adanya kemajuan, perubahan,
dan jalan keluar bangsa ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pancasila dan UUD 1945 pada masa orde lama?
2. Bagaimana pancasila dan UUD 1945 pada masa orde baru?
3. Bagaimana UUD 1945 setelah dilakukan amandemen?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pancasila dan UUD 1945pada masa orde lama.
2. Untuk mengetahui pancasila dan UUD 1945 pada masa orde baru.
3. Untuk mengetahui UUD 1945 setelah dilakukan amandemen.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Jakni, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, ( Bandung: Alfabeta, 2014),
hlm.118.
2
Presiden, tentang pembentukan partai-partai politik. Tujuan
pemerintah adalah agar dengan pembentukan partai-partai itu segala
aliran paham yang ada di masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang
teratur.
Maka sejak tanggal 14 November 1945 kekuasaan pemerintah
(eksekutif) dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pemimpin kabinet
dengan para menteri sebagai anggota kabinet.
Akhirnya perang kemerdekaan dapat dimenangkan bangsa
Indonesia. Namun perlu dicatat bahwa sejak tanggal 27 Desember
1949 berlaku konstitusi RIS; UUD 1945 tidak berlaku sebagai UUD
Negara Federal, melainkan hanya berlaku sebagai UUD Negara Bagian
RI yang berpusat di Yogyakarta dalam kerangka Konstitusi RIS.2
2. Periode Konstitusi RIS 1949
Konstitusi RIS merupakan konstitusi yang kedua dan berlaku sejak
27 Desember 1949 sampai dengan tanggal 17 Agustus 1950, lebih
kurang delapan bulan.3 Keberadaan RIS tidak bertahan lama, sebab
pada tanggal 17 Agustus 1950, seluruh wilayah Indonesia serikat
menyataka diri melebur dalam bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Peleburan ini tanpa paksaan senjata. Padahal kalau
semangat separatis memang telah ada sejak dulu, pada saat itu akan
sangat sulit pemerintah Jakarta mengatakan tidak. Sejak tanggal 17
Agustus 1950, konstitusi tidak berlaku lagi, tetapi pasal-pasal dalam
konstitusi RIS pada dasarnya tetap dipakai, dengan hanya mengadakan
penyesuaian terhadap hal-hal pokok saja menyangkut peralihan bentuk
negara dari Negara Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.4
3. Periode Berlakunya UUDS 1950
Dengan dipelopori oleh para pemimpin republikan, pada tanggal
17 Agustus 1950, negara federasi RIS kembali menjadi negara
2
Ibid., hlm. 118-119.
3
Ibid., hlm. 120
4
Inu Kencana Syafiie, Sistem Politik Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2002),
hlm.90.
3
kesatuan RI, tetapi dengan landasan UUD yang lain dari UUD 1945.
Negara Kesatuan RI mempunyai undang-undang dasar sementara yang
diberi nama Undang-undang Dasar Sementara RI (1950). Ini
merupakan konstitusi yang ketiga. Menurut UUD baru ini, sistem
pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan parlementer,
bukan sistem presidensial. Dalam sistem pemerintahan ini kedudukan
Presiden dan Wakil Presiden adalah sekedar Presiden Konstitusioal
yang “tidak dapat diganggu gugat”, sedangkan yang bertanggung
jawab adalah para menteri, yakni bertanggung jawab kepada Presiden.
Pada bulan September 1955 dan Desember 1955 diadakan
pemilihan umum, masing-masing untuk memilih anggota DPR dan
anggota Konstituante. Tugas konstituante adalah membuat suatu
rancangan undang-undang dasar tetap sebagai pengganti UUDS 1950.
Untuk mengambil putusan mengenai undang-undang dasar yang tetap,
pasal 13 UUDS 1950 menyatakan bahwa:
a. Untuk mengambil putusan tentang rancangan undang-undang
dasar baru, sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota
konstituante yang harus hadir.
b. Rancangan tersebut diterima jika disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir.
c. Rancangan yang telah diterima oleh Konstituante dikirimkan
kepada Presiden untuk disahkan oleh Pemerintah.
d. Pemerintah harus mengesahkan rancangan itu dengan segera
serta mengumumkan undang-undang dasar itu dengan
keluhuran.
Penentuan sistem Parlementer yang dianut oleh UUDS (1950)
berpihak pada landasan pemikiran demokrasi liberal yang
mengutamakan kebebasan individu, bukan bersumber pada pemikiran
dalam UUD 1945 yang menganut sistem Presidensial dengan berpijak
pada landasan demokrasi pancasila, yang berintikan pada kerakyatan
yang dipimpin ileh hikmat dalam permusyawaratan/ perwakialan,
sebagai prinsip keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hak
4
dan kewajiban. Presiden bertanggung jawab kepada pemberi mandat,
yaitu MPR, tidak kepada DPR, sedangkan menteri-menteri
bertanggung jawab kepada Presiden.5
4. Dekrit Presiden
Dictum dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:
a. Menetapkan pembubaran konstituante.
b. Menetapkan UUD 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, terhitung mulai
hari tanggal penetapan Dekrit ini, dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950.
c. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota-anggota DPR
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah dan golongan-
golongan serta DPAS, akan diselenggarakan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
5
Jakni, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, hlm.121-122.
5
penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang
Presiden dan lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR
terhadap kebijakan-kebijakan Presiden.
Selain itu muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang
berkepanjangan sehingga situasi politik, keamanan, dan kehidupan
ekonomi semakin memburuk. Puncak dari situasi tersebut adalah
munculnya pemberontakan G-30-S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan negara.
Mengingat keadaan semakin membahayakan, Ir. Soekarno selaku
Presiden RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui
Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) untuk mengambil segala
tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintah. Lahirnya Supersemar
tersebut di anggap sebagai awal masa orde Baru.
B. Pancasila dan UUD 1945 Orde Baru
Seiring dengan tuntutan reformasi dan setelah lengsernya presiden
Soeharto sebagai penguasa orde baru, maka sejak tahun 1999 dilakukan
perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Sampai saat ini, UUD 1945
sudah mengalami empat tahap perubahan, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. Penyebutan UUD setelah perubahan menjadi lebih
lengkap, yaitu: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Melalui empat tahap perubahan tersebut UUD 1945 telah
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Perubahan itu menyangkut
kelembagaan negara, pemilihan umum, pembatasan kekuasaan presiden
dan wakil presiden, memperkuat kedudukan DPR, Pemerintahan Daerah,
dan Ketentuan yang terinci tentang hak-hak manusia.6
C. Penyimpangan-Penyimpangan Terhadap Konstitusi yang Berlaku di
Indonesia
Penyimpangan-penyimpangan tersebut diantara yaitu:7
1. Pada saat berlakunya UUD 1945 (1945-1949)
6
TIM MGMP, Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII, hlm. 49
7
TIM MGMP, Perisai Kewarganegaraan,(Salatiga: Mustika Aji, 2010), hlm 10-11.
6
Pada saat itu ada beberapa penyimpangan antara lain sebagai berikut:
a. KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) berubah ungsi dari
pembantu presiden menjadi badan yang diserahi kekuasaan
legislatif dan turut menetapkan GBHN. Seharusnya tugas legislatif
tersebut dilakukan oleh DPR, sedangkan tugas menetapkan GBHN
adalah MPR.
b. Perubahan kabinet presidensiil menjadi parlementer yang
diusulkan Badan Kerja KNIP tanggal 11 November 145 yng
disetujui presiden. Perubahan tersebut diumumkan melalui
maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945.
c. Kekuasaan pemerintah dipegang oleh perdana menteri sebagai
pimpinan kabinet dengan menteri sebagai anggota kabinet.
d. Perdana menteri atau para menteri bertanggung jawab kepada
KNIP yang berfungsi sebagai DPR.
e. Para menteri tidak bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Pada Saat Berlakunya Konstitusi RIS (1949-1950)
a. Berubahnya NKRI menjadi negara federasi Republik Indonesia
Serikat (RIS).
b. Kekuasaan legislatif yang seharusnya dilaksanakan presiden dan
DPR dilaksanakan DPR dan senat.
3. Pada saat Berlakunya UUDS (1950-1959)
Sejak tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia kembali ke negara
kesatuan tetapi konstitusi yang digunakan adalah UUDS 1950.
Penyimpangan pada saat itu antara lain berubahnya sistem kabinet
presidensiil dalam berbagai parlementer yang berakibat terjadi
kekacauan dalam berbagai bidang baik politik, keamanan, ekonomi
yang pada akhirnya stabilitas nasional politik terganggu.
4. Pada Saat Berlakuya Kembali UUD 1945 (1959-1965)
a. Pada saat pemerintahan orde lama (1959-1966)
Penyimpangan padamasa peerintahan orde lama antara lain sebagai
berikut:
7
1. Konsepsi Pancasila dibelokkan mennjadi konsep nasakom
(nasionalis, agama, komunis).
2. Demokrasi terpimpin tidak dipimpin oleh “hikmah”
kebijaksanaan tetapi dipimpin presiden.
3. Presiden mengeluarkan produk legislatif tanpa persetujuan
DPR.
4. Pengangkatan Presiden seumur hidup oleh MPRS.
5. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh Presiden.
6. Pengangkatan presiden sebagai ketua DPA.
7. Pengangkatan anggota DPR/MPR sebagai menko dalam
kabinet berkedudukan sebagai pembantu presiden.
8. Kebijakan di berbagai bidang ekonomi meningkatkan laju
inflasi barang.
b. Pada saat pemerintahan Orde Baru (1966-1999)
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi antara lain sebagai
berikut:
1. Pemerintahan bersifat sentralistik dan otoriter.
2. Terjadi ketidakseimbangan antara lembaga negara.
3. Banyak KKN.
4. Hukum kurang ditegakkan.
5. DPR tidak berdaya hanya sebagai setempel pemerintah.
6. Pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat negara.
7. Dipaksanya pancasila sebagai terlalu sulit dilakukan
pengubahan.
8. Kebebasan pers dan kemerdekaan berbicara mengeluarkan
pendapat dibatasi. Akibatnya terjadi krisis multidimensial yang
berakhirnya timbulnya gerakan reformasi yang dipelopori oleh
mahasiswa.
D. Amandemen UUD 1945
8
SEBELUM SETELAH AMANDEMEN
AMANDEMEN
Tidak dihapus Diubah Ditambah Total % Tidak diubah
diubah
Pasal 16 1 1 14 5 20 1/20 = 5 %
Bab 37 8 1 28 37 73 8/73 = 11 %
8
Denny Indrayana, Amandemen UUD 1945, (Bandung : Mizan, 2007), hlm. 339.
9
demokrasi, serta negara berdasar atas hukum dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sistem dan Prosedur Amandemen UUD 1945
Sistem amandemen yang dianut adalah sistem perubahan konstitusi seperti
yang berlaku di negara-negar Anglo Saxon,sehingga tidak ada distorsi
sejarah antara naskah UUD yang asli dengan naskah hasil perubahannya.
Prosedur amademennya mengacu pada mekanisme perubahan yang diatur
dalam Pasal 37 UUD 1945.9
Perubahan undang-undang dasar atau sering pula digunakan istilah
amandemen UUD merupakan salah satu agenda reformasi. Perubahan itu
dapat berupa pencabutan, penambahan, dan perbaikan.
9
Ibid, hlm. 15-16
10
Ibid., Pendidikan Kewarganegaraan SMP Kelas VIII , hlm. 53-56
10
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan
perlindungan HAM agar sesuai dengan perkembangan paham
HAM dan peradaban umat manusia yang merupakan syarat bagi
suatu negara hukum yang tercantum dalam UUD 195.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara
demokratis dan modern.
5. Melengkapi atura dasar yang sangat penting dalam
penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan
negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara
dan pemilihan umum.
6. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan
bangsa dan negara.
11
Kus Eddy Sartono, Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Era
Reformasi, Dalam Jurnal Humanika Vol. 9 No. 1,(Yogyakarta: UNY, 2009), hlm. 102
11
4. Sidang Tahunan MPR 2002 tanggal 1 – 11 Agustus 2002.
12
Ibid., hlm. 103.
13
Ibid., hlm. 59-60.
12
5. Adanya lembaga negara yangberwenang menguji undang-undang
terhadap UUD 1945 yaitu mahkamah konstitusi.
6. Presiden dalam hal mengangkat dan menerima duta dari negara lain
harus memperhatikan pertimbangan DPR.
7. Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dalam halmemberi
amnesti dan rehabilitasi.
14
Ibid., hlm. 60.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
UUD 1945 berlaku di Indonesia dalam dua kurun waktu yang Pertama,
Kurun waktu mulai tanggal 18 Agustus sampai dengan 27 Desember 1949, yaitu
sejak ditetapkannya oleh PPKI sampai dengan mulai berlakuya Konstitusi RIS
sebagai saat pengakuan kedaulatan dalam bulan Desember 1949 dan dilanjutkan
dengan berlakunya UUDS 1950 sampai sebelum dikeluarkannya dekrit presiden.
Kedua, Kurun waktu sejak diumumkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli 1959
sampai sekarang
14