Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI

INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Arbaleta Griselda 12015000432
Josephine Nadia P. 12015000438
Delvin Pratama 12015000472
Jeshua Ebenhaezer 12015000492
Chalista Belinda 12015000501
Sheila Leonardi 12015000507
Jennie Desisca 12015000545
Teresa Grace 12015000572
Audrey Alexandra 12015000635

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI


UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
2018
PENDAHULUAN

Sebagaimana telah kita ketahui, kekayaan negara yang dikelola oleh


pemerintah mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Penggunaan dana untuk
penyelenggaraan pemerintahan tersebut sudah seharusnya didukung dengan suatu
pengawasan yang cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada
semua sektor publik sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dapat
dipertanggungjawabkan.
Akuntansi Sektor Publik muncul sebagai bentuk pertanggungjawaban
pemerintah atas penggunaan dana masyarakat untuk kepentingan publik, dimana
akuntansi sektor publik merupakan proses untuk mengumpulkan, mencatat,
mengklasifikasikan, menganalisis serta membuat laporan transaksi keuangan untuk
sebuah organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi pihak yang
membutuhkannya untuk digunakan saat pengambilan sebuah keputusan.
Reformasi tahun 1998 memberikan dampak signifikan dalam perkembangan
akuntansi sektor publik di Indonesia. Sebelum reformasi, akuntansi sektor publik
kurang mendapat perhatian yang serius dari masyarakat. Orientasi pembangunan lebih
banyak diarahkan pada pembangunan sektor industri dan cenderung mengabaikan
pembangunan sektor publik. Dengan terjadinya era reformasi, tuntutan masyarakat
terhadap akuntansi sektor publik mulai timbul. Tuntutan masyarakat agar pemerintah
meningkatkan kinerja organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada
terwujudnya good public and corporate governance membuka kesadaran bagi aparat
pemerintah untuk senantiasa menanggapi tuntutan tersebut dengan berupaya
memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berakuntabilitas.
Pada makalah ini, kami berfokus pada pembahasan dan pemaparan
perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia yang dilihat dari beberapa fase
dan beberapa perubahan yang mengiringi perkembangan tersebut.
ISI

A. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia

1. Orde Lama
Salah satu penerapan teknik akuntansi sektor publik di Indonesia
adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1959, pemerintahan
orde lama mulai melakukan kebijakan-kebijakan berupa nasionalisasi
perusahaan asing yang ditransformasi menjadi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Tetapi karena tidak dikelola oleh manajer profesional dan terlalu
banyaknya ‘politisasi’ atau campur tangan (intervensi) pemerintah,
mengakibatkan perusahaan tersebut hanya dijadikan ‘sapi perah’ oleh para
birokrat, sehingga sejarah kehadirannya tidak memperlihatkan hasil yang
baik dan tidak menggembirakan.

2. Orde Baru
Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru. Lebih bertolak
belakang lagi pada saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 1983 tentang fungsi dari BUMN. Dengan memperhatikan beberapa
fungsi tersebut, konsekuensi yang harus ditanggung oleh BUMN sebagai
perusahaan publik adalah menonjolkan keberadaannya sebagai agent of
development daripada sebagai business entity. Terlepas dari itu semua, bahwa
keberadaan praktik akuntansi sektor publik di Indonesia dengan status
hukum yang jelas telah ada sejak beberapa tahun bergulir dari pemerintahan
yang sah. Salah satunya adalah Perusahaan Umum Telekomunikasi (1989).

3. Masa Reformasi
Masyarakat Indonesia menjadi semakin kritis sejak memasuki Masa
Reformasi pada tahun 1998. Pada masa ini, buruknya praktik akuntansi dan
rendahnya kualitas keterbukaan informasi menyebabkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap perbankan dan membawa perubahan yang besar
pada bidang akuntansi sektor publik di Indonesia. Perubahan besar tersebut
ditandai dengan terbitnya banyak peraturan perundangan yang berkaitan
dengan perbaikan dalam pengelolaan keuangan negara.
Peraturan perundangan yang menjadi landasan hukum bagi
pelaksanaan akuntansi sektor publik khususnya pemerintahan sebelum era
reformasi antara lain: Undang-Undang No. 5 tahun 1974, Peraturan
Pemerintah No. 5 dan 6 Tahun 1976, dan Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA) Tahun 1981. Kemudian setelah era reformasi,
ditetapkan Undang-Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 yang mengatur
tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
selanjutnya ditetapkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
keuangan negara dan Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara. Dari sinilah tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara mulai dijalankan. Selain itu juga ditetapkan Undang-
Undang No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
Perubahan yang cukup signifikan sebagai dampak dari reformasi
adalah pemberian otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah dalam
menjalankan kewenangan yang tadinya dipegang oleh pemerintah pusat.
Otonomi daerah ini juga diikuti dengan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah sehingga daerah memperoleh porsi yang lebih
besar atas bagi hasil. Selanjutnya, perimbangan juga dilakukan melalui dana
alokasi umum dan dana alokasi khusus. Euforia otonomi daerah ini bukannya
tidak menimbulkan persoalan baru. Salah satu dampak dari otonomi daerah
ini adalah kuatnya tekanan pada sebagian daerah untuk melakukan
pemekaran wilayah, sehingga kita mengenal provinsi maupun kabupaten
baru yang tumbuh bak jamur di musim hujan. Dampak lain adalah bahwa
otonomi daerah ini ternyata memberikan moral hazard bagi sebagian orang
sehingga tak ayal beberapa pejabat tinggi daerah seperti gubernur, bupati,
walikota, dan anggota DPRD terpaksa harus berhubungan dengan pihak
Kejaksaan, bahkan beberapa diantaranya sudah meringkuk di sel tahanan.
Selain itu, seiring dengan reformasi di bidang keuangan negara, maka
perlu dilakukan perubahan-perubahan di berbagai bidang untuk mendukung
agar reformasi di bidang keuangan negara dapat berjalan dengan baik.
Adapun arah dari reformasi keuangan negara, baik di tingkat pusat maupun
daerah adalah sebagai berikut:
1. Perubahan dalam sistem akuntansi dari single entry menjadi double
entry.
Pada mulanya, pencatatan akuntansi di sektor publik,
khususnya di pemerintahan menggunakan sistem pencatatan single
entry. Tetapi sistem single entry dirasakan memiliki banyak
kekurangan, sehingga sistem pencatatan beralih ke sistem double
entry. Dalam sistem double entry, setiap transaksi keuangan akan
dicatat sebanyak dua kali, yaitu dicatat dalam sisi debet dan sisi kredit.
Sistem ini dikenal juga dengan sistem pembukuan berpasangan.

2. Perubahan basis pencatatan akuntansi dari basis kas menjadi basis


akrual.
Basis pencatatan dalam akuntansi pemerintahan pada awalnya
menggunakan basis kas. Kemudian basis kas ini diubah menjadi basis
akrual. Dalam mengantisipasi perubahan basis kas menjadi basis
akrual ini, digunakanlah basis kas menuju akrual (cash basis toward
accrual). Secara sederhana, akuntansi berbasis kas mengakui dan
mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran
kas, serta tidak mencatat aset dan kewajiban. Sebaliknya, akuntansi
berbasis akrual mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya
transaksi (baik kas maupun non-kas) serta mencatat aset dan
kewajiban. Sedangkan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash
basis toward accrual) adalah menggunakan basis kas untuk mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk mengakui aset, kewajiban,
dan ekuitas dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Basis kas
menuju akrual ini merupakan sebuah jalan tengah dalam
mengantisipasi perubahan sistem pencatatan akuntansi. Dengan
menggunakan basis tersebut, diharapkan dapat mempermudah
pencatatan akuntansi pada saat periode transisi menuju basis akrual
penuh. Serta, secara teknis pencatatan basis ini akan dipermudah
dengan menggunakan jurnal korolari.
Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk
menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian, maka
kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah
tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor
komersial, gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini
dituangkan dalam Laporan Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi
pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan
Operasional atau Laporan Surplus/Defisit.

Reformasi 1998 memicu lahirnya konsep reformasi akuntansi sektor


publik di Indonesia secara total. Dampaknya adalah sebagai berikut:
● Perubahan orientasi politik.
● Perubahan persepsi kebutuhan dasar.
● Perubahan fokus area pengembangan.
● Perubahan orientasi ekonomi
● Perubahan indikator kejujuran pemerintah.

Dari 5 perubahan di atas, kemudian secara tidak langsung berimbas


pada perubahan pandangan masyarakat akan akuntansi sektor publik, yaitu:
● Masyarakat menuntut sistem pemerintahan yang bersih (Good
Government) dan penegakkan akuntanbilitas publik di sektor publik
karena kerap kali menjadi sarang inefisiensi, sarang pemborosan, sumber
kebocoran, dan institusi yang selalu merugi.
● Masyarakat menuntut akan kejujuran profesi akuntansi berupa
(Kompetensi dan Independensi).
● Masyarakat menuntut kesejahteraan masyarakat (Program
Pembangunan).

B. Fase-fase Penting Perkembangan Akuntansi Pemerintahan


Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia terjadi sudah
beberapa dekade, dimulai dari era orde baru hingga orde reformasi. Menurut
Mahmudi (2011), ada beberapa fase penting perkembangan akuntansi sektor
publik khususnya akuntansi pemerintahan di Indonesia yaitu:
1. Tahun 1975
Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru sebatas
sistem administrasi atau dikenal dengan istilah tata usaha keuangan daerah.
Pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintahan khususnya pemerintah
daerah mendasarkan pada:
● Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah.
● Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,
Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah.
● Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD,
Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan APBD.

2. Tahun 1979-1980
● Sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual, belum
dikenal sistem komputerisasi yang terintegrasi.
● Belum dimiliki Standar Akuntansi Pemerintah.
● Satu-satunya laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah kepada
DPR berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disajikan
berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran dari Departemen/Lembaga
yang disusun secara manual dan single entry.
● Penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR dilaksanakan
dalam waktu 2-3 tahun.
● Departemen keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi sistem
akuntansi pemerintah.
● Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan
Daerah (MAKUDA), yang menjadi pedoman pencatatan keuangan daerah
yang pada dasarnya sebatas tata buku bukan merupakan suatu sistem
akuntansi.

3. Tahun 1986
● Dibuat desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem
Akuntansi Instansi dengan mengusulkan disusunnya bagan akun standar
dan standar akuntansi pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di
lingkungan Departemen Keuangan yang memegang fungsi akuntansi dan
pelaporan.
● Sistem yang disetujui Departemen Keuangan pada saat itu adalah
menyusun alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melalui
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti
jurnal dan daftar transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku besar
secara manual.

4. Tahun 1987-1988
● Mulai dilakukan simulasi sistem manual pada Departemen Pekerjaan
Umum, Sosial, Perdagangan pada wilayah Jakarta, Medan, dan Surabaya.
● Pada saat bersamaan, timbul pemikiran penggunaan komputer untuk
proses akuntansi dan pada tahun 1989 usulan pengembangan sistem
akuntansi pemerintah berbasis komputer disetujui Departemen Keuangan
dan Bank Dunia dalam bentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi
Pemerintah tahap I, tetapi sistem fungsional masih berdasar pada desain
manual sebelumnya, belum sampai proses yang menyeluruh yang dapat
menghasilkan laporan keuangan.

5. Tahun 1992
Dibentuk Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang
mempunyai fungsi sebagai Central Accounting Office, yang bukan sekadar
“membukukan”, namun memerlukan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan
dan selanjutnya melaksanakan implementasi sistem yang telah dirancang.

6. Tahun 2001-2002
● Pada tanggal 1 Januari 2001, otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
serentak dilaksanakan di Indonesia.
● Terdapat perubahan format anggaran dan pelaporannya.
● Dikeluarkan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 yang mulai mengenalkan
penggunaan akuntansi basis kas modifikasian (modified cash basis) serta
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) untuk pencatatan
keuangan pemerintah daerah.

7. Tahun 2003-2004
Reformasi akuntansi sektor publik dimulai dengan diterbitkannya 3
Undang-Undang Keuangan Negara, yaitu:
● Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
● Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
● Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

8. Tahun 2005
● Komite Standar Akuntansi Pemerintahan - KSAP (Standard Setter Body)
dibentuk dengan Keppres No. 84 tahun 2004, diubah dengan Keppres No.
2 Tahun 2005, Keppres No. 3 Tahun 2009.
● Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. PP No. 24
Tahun 2005 menggunakan pendekatan cash towards accrual (CTA) dalam
sistem pencatatan akuntansinya.
● Mulai tahun 2005, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

9. Tahun 2010
Pada tahun 2010, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menggantikan PP No. 24 Tahun
2005. Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 pemerintah pusat dan daerah harus
menerapkan akuntansi akrual penuh (full accrual accounting), tidak lagi cash
towards accrual, selambat-lambatnya tahun 2015.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 terdapat dua buah
lampiran. Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis
akrual, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis kas menuju akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I
berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap
entitas (strategi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh
Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri), sedangkan Lampiran II
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan
SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran
yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada Peraturan Pemerintah
nomor 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.

C. Periodisasi Perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia Tahun


2000-an
Perkembangan sistem akuntansi sektor publik tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan sistem pengelolaan keuangan pemda yang diatur dalam UU
No.25/1999 sampai UU No.33/2004. Hal pokok yang dibahas antara lain adalah :
● Reformasi sistem akuntasi dari basis kas ke basis akrual
● Reformasi sistem manajemen keuangan daerah dari manajemen tradisional ke
NMP (New Public Management)
● Reformasi sistem penganggaran tradisional ke anggaran berbasis kinerja
● Reformasi sistem pemeriksaan dari pengendalian dan pemeriksaan keuangan
ke pengendalian dan pemeriksaan serta pemeriksaan kinerja.
PENUTUP

Kesimpulan:
Indonesia telah mengalami banyak perubahan dalam bidang keuangan Negara,
dimana Indonesia belum memiliki standar akuntansi pemerintahan hingga tahun 2010.
Berubahnya standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menjadi SAP berbasis
akrual dilandasi oleh terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 71 tahun 2010 sebagai
pengganti Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005. Seiring dengan reformasi di
bidang keuangan negara, maka perlu dilakukan perubahan-perubahan di berbagai
bidang untuk mendukung agar reformasi di bidang keuangan negara dapat berjalan
dengan baik. Dari sekian periode tersebut, Indonesia telah beberapa kali mengalami
perubahan standar, yang awalnya adalah perubahan dari sistem akuntansi single entry
(transaksi keuangan hanya dicatat atau dijurnal sekali) menjadi double entry (sistem
pencatatan dengan serangkaian aturan untuk mencatat informasi keuangan yang di
dalam setiap transaksi atau kejadian akan mengubah setidaknya dua sisi buku besar),
kemudian yang terbaru adalah menggunakan sistem akuntansi berbasis kas menuju
berbasis akrual (cash basis toward accrual basis). Pada tahun 2010, diterapkan
akuntansi akrual penuh (full accrual accounting), tidak lagi cash towards accrual,
selambat-lambatnya tahun 2015.
Perubahan yang terjadi atas standar akuntansi pemerintah ini bukan hanya
semata-mata mengikuti tren yang ada di negara-negara Barat, namun pemerintah
berharap dengan adanya SAP ini dapat membuat perekonomian negara akan menjadi
lebih baik lagi dan dana-dana yang ada pun dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Diharapkan juga dengan adanya standar yang ditetapkan, akan membantu
akuntan sektor publik dalam mengatur keuangan pemerintah maupun membuat
anggaran perekonomian daerah maupun perekonomian negara.
DAFTAR PUSTAKA

Simanjuntak, B. H. (2005). Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di


Indonesia. Jurnal Akuntansi Pemerintah, 1(1).
Priyono, Nuwun. (2012). Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia
Periode Sebelum Reformasi Sampai Dengan Pasca-Reformasi. Jurnal Akuntansi
Pemerintah, 37, 2-8.
https://accounting.binus.ac.id/2016/08/31/pengertian-akuntansi-sektor-publik-dan-
tujuannya/
http://www.materiakuntansi.com/perkembangan-akuntansi-sektor-publik-di-
indonesia/
http://fekonakt.blogspot.co.id/2016/03/perkembangan-sistem-akuntansi-sektor.html
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5780/Bab
%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai