Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan makalah bertema “Fekunditas dengan Kualitas Induk”
yang merupakan salah satu tugas pertama penulis pada mata kuliah Nutrisi Induk
dan Larva.
Makalah ini menjelaskan pengetahuan mengenai “Fekunditas dengan
Kualitas Induk” yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pembanding
bagi penulis selanjutnya dengan makalah yang relevan dan Sebagai latihan bagi
penulis dalam menyusun makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, penulis menerima dengan senang hati semua saran dan kritik yang
membangun demi kemajuan makalah ini.

Makassar, 15 April 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang
memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah
dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi
sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial,
produksi, dan persoalan stok rekruitmen (Bagenal, 1978).
Penelitian fekunditas biasanya mengacu pada fekunditas potensial tahunan
yang mewakili jumlah oosit matang per betina. Potensi jangka fekunditas yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan fekunditas tahunan. Estimasi fekunditas
biasanya mengacu pada penetapan dari jumlah oosit vitellognile, yaitu fekunditas
potensial. Metode yang digunakan tergantung pada spesies yang diteliti, sumber
daya dan fasilitas laborat yang tersedia. Secara tradisional, fekunditas potensial
ditentukan dengan metode gravimetri atau volumetrik (Bagenal, 1978).
Pembenihan merupakan salah satu fase terpenting dalam siklus budidaya
perikanan, Kebutuhan informasi mengenai jumlah benih atau larva yang dihasilkan
dalam satu periode produksi diperlukan oleh para prakrisi pembenihan. Kemudian
dan ketepatan untuk memperoleh informasi tersebut di perlukan untuk perencanaan
sumberdaya sepertiukuran kolam dan pakan. Pada penelitian ini dilakukan
penggunaan logika fuzzy untuk menentukan prediksi jumlah benih (larva) yang
dihasilkan berdasarkan faktor ukuran (panjang dan bobot), fekunditas (tipe,
produktifitas, makanan) dan daya tetas (kadar oksigen , ph, suhu) (Mulyana, 2007).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang
matang gonad pada TKG III, IV dan V. Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah
telur yang terdapat dalam ovari pada ikan yang telah mencapai TKG III, IV dan V.
Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub-contoh bobot gonad
atau disebut metode gravimetrik. Cara mendapatkan telur yaitu mengambil telur
ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan
ditimbang. Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan
menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung. Gonad
tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad
sehingga butiran telur terlepas (Harianti, 2013).

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pembuatan makalah ini yaitu :
1. Hubungan antara tubuh ikan dan jumlah telur yang dihasilkan
2. Hubungan antara fekunditas dengan kualitas induk

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan hubungan antara tubuh ikan dan
jumlah telur yang dihasilkan
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan hubungan antara fekunditas
dengan kualitas induk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.I Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang
telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan
tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk
memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh
individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk
memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan
(Saanin, 1986).
Banyaknya telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah
atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan
spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang
tingkatkelangsungan hidupnya di alam sampai menetas dan ukuran dewasa
sangatditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat
diketahuidengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan
memilikiukuran yang bervariasi. Ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung
diameter telur. Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari
suatu telur dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera. Pengamatan
fekunditas dandiameter telur dilakukan pada ikan dengan TKG III dan IV (Arief,
2009).
Di alam, pemijahan (spawing) dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
(eksternal) misalnya: hujan, habitat, oksigen terlarut, daya hantar listrik, cahaya,
suhu, kimia, fisika air, waktu (malam hari) dan lain – lain. Kondisi lingkungan ini
akan mempengaruhi kontrol endokrin untuk menghasilkan hormon – hormon yang
mendukung proses perkembangan gonad dan pemijahan. Faktor – faktor tersebut
berpengaruh terhadap jumlah telur yang akan dihasilkan (Djuanda, 1981).
Fekunditas merupakan ukuran yang paling umum dipakai untuk
mengukur potensi produksi pada ikan, karena relatif lebih mudah dihitung, yaitu
jumlah telur dalam ovari ikan betina. Peningkatan fekunditas berhubungan dengan
peningkatan berat tubuh dan berat gonad. Fekunditas berbeda-beda tiap spesies dan
kondisi lingkungan berbeda. Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada
umumnya memijah di daerah permukaan perairan sedangkan spesies yang
mempunyai fekunditas kecil melindungi telurnya pada tanaman atau substrat
lainnya. Besarnya fekunditas spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
fertilitas, frekuensi pemijahan, perlindungan induk (parental core), kondisi
lingkungan, kepadatan populasi, ketersediaan makanan, ukuran panjang dan bobot
ikan, ukuran diameter telur, dan faktor lingkungan (Syamsudin, 1980).
Nilai-nilai fekunditas ini sangat berguna untuk pendugaan biomassa
pemijahan apabila diketahui pula jumlah pemijahan per tahun, seks rasio dan
lamanya stadia telur (egg stage duration (Sumadhiharga, 1983).
Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih
mendekati kondisi ikan itu daripada panjang. Namun dalam hubungan fekunditas
dengan berat terdapat beberapa kesukaran, berat akan cepat berubah pada waktu
musim pemijahan. Menggunakan fekunditas relatifpun mengalami kesukaran yaitu
tidak dapat dipakai jika membandingkan satu populasi dengan lainnya atau keadaan
dari satu tahun ke tahun lainnya(Aidy, 2003).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang
matang gonadpada TKG III dan IV. Fekunditas diasumsikan sebagai jumlah telur
yang terdapat dalam ovari pada ikan yang telah mencapai TKG III dan IV.
Fekunditas total dihitung dengan menggunakan metode sub-contoh bobot gonad
atau disebut metode gravimetrik. Cara mendapatkan telur yaitu mengambiltelur
ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya dari dalam perut ikan dan
ditimbang. Kemudian gonad tersebut diambil sebagian untuk ditimbang dengan
menggunakan timbangan elektrik, selanjutnya butiran telur dihitung. Gonad
tersebut diawetkan dengan larutan Gilson untuk melarutkan dinding gonad
sehingga butiran telur terlepas. Larutan Gilson dapat melarutkan jaringan-jaringan
pembungkus telur sehingga memudahkan dalam perhitungan butir-butir telur
(fekunditas) (Unus, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam satu siklus


reproduksi. Tingkat fekunditas dapat menggambarkan kualitas dari induk betina.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa tingkat fekunditas induk yang diberi
perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol, terlihat pada perlakuan bobot gonad
ikan yang paling tinggi. Peningkatan fekunditas diduga terpengaruhi oleh kualitas
induk betina dan kandungan bahan yang terdapat dalam egg stimulant serta efisiensi
pemanfaatannya. Egg stimulant diketahui mempunyai komposisi-komposisi zat
yang diperlukan seperti BMD, vitamin seperti vitamin C dan E, serta mineral
(Ambarwati, 2008).
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang
memegang peranan penting dalam dunia perikanan. Fekunditas ikan merupakan
aspek yang berhubungan dengan dinamika populasi, sifatsifat rasial, produksi dan
persoalan stok rekruitmen. Fekunditas merupakan kemampuan reproduksi ikan
yang ditunjukkan dengan jumlah telur yang ada dalam ovarium ikan betina. Secara
tidak langsung melalui fekunditas ini kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang
akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan. Oleh karena itu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan
penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka
mempertahankan spesies (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil ovari ikan betina yang
matang gonad pada TKG III dan IV. Fekunditas total dihitung dengan
menggunakan metode sub contoh bobot gonad atau disebut metode gravimetrik.
Sub contoh bobot gonad tersebut ditimbang beratnya (g) kemudian dilakukan
pengenceran dengan air selanjutnya butiran telur dihitung dengan bantuan lup.
Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan dilakukan menurut Tan yaitu
terlebih dahulu menghitung indeks gonadnya, kemudian dilanjutkan dengan
menentukan tingkat kematangan gonadnya berdasarkan nilai indeks gonad tersebut
(Okfan, 2015).
Nilai fekunditas ditentukan setelah induk ikan uji dibedah, gonad
dikeluarkan dari tubuh ikan dan kemudian dihitung total telur yang ada di dalam
gonad setiap ikan uji. apabila pakan yang diberikan kepada induk ikan kurang
bermutu akan terjadi resorbsi kuning telur yang menyebabkan fekunditas berkurang
dan kematangan telur terlambat. Faktor pakan yang diberikan juga bisa
mempengaruhi kematangan gonad dikarenakan kandungan protein yang ada
dipakan yang berbeda - beda, mungkin ini salah satu penyebab kenapa bisa
kematangan gonad ikan berbeda pula. Ada beberapa pengertian fekunditas antara
lain fekunditas individu, fekunditas relatif, dan fekunditas total. Fekunditas
individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun
itu pula. Sedangkan Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau
panjang ikan. fekunditas relatif adalah jumlah telur per unit berat, umumnya
digunakan sebagai indeks fekunditas. Fekunditas total diartikan sebagai fekunditas
ikan selama hidupnya. Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai
fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding
dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada
golongan ikan yang masih muda. Penentuan fekunditas dilakukan dengan
mengambil gonad dari bagian anterior, posterior dan median masing-masing tiap
spesimen fekunditas telur T.lepturus di ekosistem utama subtropis Brazil bagian
selatan berkisar dari 3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total 70 cm sampai
154.216 pada ikan contoh yang memiliki panjang total 141 cm namun jumlah
pemijahan pada tiap musim belum dapat ditentukan (Ambarwati, 2008).
Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fe-
kunditasnya juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur
relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi
fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan
bobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot
lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih
baik untuk menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh
selain itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot
ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data fekunditas
dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama kaitannya dengan
rekruitmen ikan-ikan perairan umum.
Muniarsih (2005) mengatakan bahwa peningkatan pakan dan nutrisi induk
menunjukkan pengaruh yang besar terhadap kualitas telur dan sperma serta
produksi benih. Komposisi nutrien tertentu pada ransum induk juga dapat
mempengaruhi perkembangan gonad dan fekunditas. Darwisito (2006) menyatakan
bahwa unsur nutrien yang harus ada dalam pakan induk ikan antara lain asam lemak
dan vitamin.
Ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fe-
kunditasnya juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan yang berumur
relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain itu adanya fluktuasi
fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran dan
bobot tubuh yang tidak sama, sehingga ikan yang mempunyai ukuran dan bobot
lebih besar juga akan mempunyai fekunditas yang lebih besar. Bobot tubuh lebih
baik untuk menduga nilai fekunditas jika dibandingkan dengan panjang total tubuh
selain itu, fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan, karena bobot
ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada panjang tubuh. Data fekunditas
dalam upaya pengelolaan perairan umum sangat penting terutama
kaitannya dengan rekruitmen ikan-ikan perairan umum.
Fekunditas dapat dipengaruhi oleh umur ikan kondisi, lingkungan, jenis dan
spesies ikan. Mengetahui nilai fekunditas pada ikan yang akan dipijahkan sangat
penting untuk mengira-ngira jumlah larva yang akan dihasilkan agar memenuhi
target produksi. Hal ini didukung oleh Jabarsyah et al., (2006) yang menyatakan
bahwa Fekunditas berhubungan erat dengan lingkungan, ketersediaan makanan.
Kecepatan pertumbuhan dan tingkah laku ikan waktu pemijahan. Ukuran dan
jumlah telur cenderung bertambah dengan bertambahnya ukuran dan umur betina
sampai ikan tersebut mendekati masa akhir dari hidupnya. Survival Rate (SR)
berhubungan terbalik dengan fekunditas. Ikan yang fekunditasnya tinggi,
mortalitasnya tinggi terutama pada fase larva dan embrio.
Faktor kondisi merupakan tingkat kemontokan ikan berdasarkan kualitas,
yang dihitung berdasarkan nilai panjang dan berat ikan. Faktor kondisi berkaitan
erat dengan kemampuan ikan memanfaatkan makanan yang ada diperairan serta
hubungan panjang dan berat ikan. Hal ini diperkuat oleh Zahid dan Carles (2009)
yang menyatakan bahwa nilai kondisi ikan juga terkait dengan kemampuan dalam
memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan, sehingga ketersediaan makanan
menjadi faktor penting dalam memengaruhi nilai kondisi.
Untuk menghitung fekunditas (butiran telur) pada ikan dapat dilakukan
dengan lima cara yaitu, : 1) Metoda jumlah (menjumlahkan secara langsung), 2)
Metoda volumetrik, 3) Metoda gravimetric, 4) Metoda gabungan volumetrik,
gravimetric, dan jumlah, 5) Metoda Von Bayer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
1. Panjang dan bobot tubuh ikan
Semakin berat atau panjang ikan maka fekunditasnya semakin tinggi.
2. Umur
Ikan yang berumur tua akan mengalami kemunduran aktivitas reproduksi
sedangkan ikan umur reproduksi akan menghasilkan banyak telur.
3. Kualitas dan kuantitas pakan
Kualitas dan kuantitas pakan berhubungan dan berpengaruh pada kecepatan
pertumbuhan dan besar kecilnya telur yang dihasilkan oleh ikan.
4. Temperatur air
Berpengaruh secara tidak langsung terhadap fekunditas.
BAB III
KESIMPULAN

1. Fekunditas digunakan untuk menaksir jumlah telur ikan yang akan


dihasilkan dan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang
bersangkutan.
2. faktor yang menyebabkan nilai fekunditas ikan yaitu tingkat kematangan
gonad, umur ikan, lingkungan dan spesies ikan tersebut
3. Kualitas induk yang baik akan memiliki fekunditas yang optimum pula
DAFTAR PUSTAKA

Aidy, Yusuf. 2003. Analisis Sebaran Ikan Demersal Yang Tertangkap Dengan
Jaring Cantrang Di Perairan Kabupaten Demak. Masters Thesis, Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Arief, F. A., 2009. Aspek Biologi Pertumbuhan, Reproduksi, Dan Kebiasaan


Makan Ikan Selar Kuning. Diakses pada http://scribd.com (13 April 2018).

Bagenal, T.B. and E. Braum. 1978. Eggs and Early Life History, dalam W.E. Ricker
ed.Methods for Assessment of Fish Production in Fresh Water. Blackwell
Scientific Publication.

Darwisito, S. 2006. Kinerja Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang


Mendapat Tambahan Minyak Ikan dan Vitamin E dalam Pakan yang
Dipelihara pada Salinitas Media Berbeda. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana
IPB. Bogor. 146 hlm.

Djuanda dan Tatang. 1985. Dunia Ikan. Armico. Bandung.

Harianti. 2013. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus (Chann Striata Bloch,
1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Sainstek Perikanan. 8 (2).

Mulyana, Sri. 2007. Prediksi Produksi Benih Ikan Dengan Logika Fuzzy.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Okfan, A., M. R. Muskananfola., Djuwito. 2015. Studi Ekologi dan Aspek Biologi
Ikan Belanak (Mugil Sp.) di Perairan Muara Sungai Banger, Kota
Pekalongan. Jurnal Perikanan. 4 (3).

Saanin, Hasanudin. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1.Binacipta.


Bogor.

Syamsudin, A.R, 1980. Pengantar Perikanan. Karya Nusantara, Jakarta.

Unus, Fahrinydan Sharifuddin Bin Andy Omar. 2010. Analisis Fekunditas dan
Diameter Telur Ikan Malalugis Biru (Decapterus macarellus Cuvier, 1833)
Di Perairan Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah.
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 20 (1) April 2010: 37–
43.
Wahyuningsih, H. dan T, A. Barus. 2006. Ikhtiologi. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Zahid A. dan C.P.H. Simanjuntak. 2009. Biologi Reproduksi dan Faktor Kondisi
Ikan Ilat-Ilat, Cynoglossus Bilineatus (Lac. 1802) (Pisces: Cynoglossidae)
Di Perairan Pantai Mayangan Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol
9(1):85-95.

Anda mungkin juga menyukai