Anda di halaman 1dari 109

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Dalam era globalisasi saat ini banyak persaingan yang tidak wajar dalam

melakukan berbagai macam cara untuk melakukan tindakan yang melawan

hukum . banyak upaya dari pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memenuhi

keinginannya sendiri. salah satunya menarik perhatian tindakan yang melanggar

hak paten. baik dalam pemalsuan obat-obatan dan pemalsuan registrasi yang

berpotensi melanggar hak paten. Tersediannya obat-obat yang

berkualitas,manjur,murah sangat di perlukan oleh masyarakat indonesia.

Obat-obatan yang berkualitas baik di produksi maupun melewati

penelitian atau melalui pengembangan. Dengan menggunakan sistem hak

kekayaan intelektual dalam farmasi terutama paten,merk dan rahasia dagang.

Akan tetapi sistem hak kekayaan intelektual di dalam industri farmasi di

indonesia belum bisa di terapkan dengan optimal. Seharusnya pemerintah

berkewajiban untuk mengawasi dan menjamin keselamatan masyarakat

sebelum obat-obatan di pasarkan . Dan pemerintah juga harus membuat

peraturan yang cukup ketat dimana industri mempunyai data-data yang lengkap

mengenai obat tersebut, yang dimana untuk mendapatkan registrasi untuk

mendapatkan izin pemasaran.

1
2

Di indonesia pemerintah menganggap Hukum Rahasia Dagang (UU No .

30 Tahun 2000 Tentang rahasia dagang) telah memberikan perlindungan data-

data tersebut. Tetapi dalam prakteknya Hukum Rahasia Dagang begitu tidak

efektif diterapkan untuk melindungi data farmasi. ketidak efektifan ini di sebabkan

oleh karena tidak ada ketentuan di dalam Hukum Rahasia Dagang yang

mengatur penyikapan dari data rahasia dan transfer data tersebut untuk otoritas

pemerintah. Lebih lanjut tidak ada peraturan yang berkaitan dengan yang

menjelaskan kewajiban dari otoritas pemerintah yang mengatur registrasi obat-

obatan untuk menjaga kerahsian data yang di berikan selama registrasi ini.

Pemerintah dan industri farmasi memperhatikan masalah hukum berkaitan

dengan perlindungan data. Sekarang ini pemerintah dan industri farmasi lebih

memperhatikan pelaksanaan dari kekayaan intelektual di dalam hak paten dan

merk. Ini karena penipuan paten dan merek untuk produk farmasi di indonesia

sangat tinggi, baik dalam bentuk pemalsuaan obat-obatan maupun dalam bentuk

registrasi yang berpotensi melanggar hak paten. Menyadari hal diatas

seharusnya pemerintah untuk merubah sistem registrasi obat-obatan, dengan

regulasi yang sangat detail tentang perlindungan kekayaan intelektual untuk

perlindungan data farmasi dan antara kesesuaian antar proses registrasi obat-

obatan dengan perlindungan paten. Juga di butuhkan dalam menjalankan hukum

hak kekayaan intelektual di bidang farmasi. usaha ini harus di dukung dan kerja

sama Direktorat Jendral Hak Kekayaan intelektual dan Badan Pengawasan Obat

dan makanan. Satu cara untuk di lakukan oleh BPOM adalah dengan menolak

atau menunda keluarnya perizinan registrasi obat-obatan yang di curigai yang

melanggar hak paten.


3

1.2 Rumusan Masalah

1 bagaimanakah pengaturan hukum hak kekayaan intelektual pada produk farmasi

di indonesia .

2 bagaimana penegakkan hukum terhadap tindak pidana hak kekayaan intelektual

pada produk farmasi di indonesia .

1.3 Penjelasan judul

Untuk melindungi masyarakat agar bisa mengetahui obat-obatan yang di lindungi

dan

Mencegah terjadinya pemalsuan obat- obatan dan adanya uu hak kekayaan

intelektual menjadi perlindungan bagi masyarakat.

1.4 Alasan pemilihan judul

Untuk mengetahui seberapa besar peranan pemerintah untuk mengcegah

peredaran obat-obatan palsu yang beredar di kalangan masyarakat indonesia. Dan

melindungi produk farmasi di indonesia dan menjadikan undang-undang hak

kekayaan intelektual sebagai acuan pemberi perlindungan terhadap farmasi dan

masyarakat.
4

1.5 Tujuan Penelitian

1 Untuk mengetahui pengaturan hukum hak kekayaan intelektual pada produk

farmasi indonesia

2 Untuk mengetahui penegakkan hukum terhadap tindak pidana hak intelektual

pada produk farmasi indonesia

1.6 Kegunaan Penelitian

Semoga dalam penulisan makalah ini dapat berguna bagi semua pihak.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi penulis,dan dapat

berguna untuk menambah khazanah keilmuan terutama di bidang hukum dan

semoga keberadaan hukum ini dapat memberi masukan bagi semua pihak.

1.7 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada makalah ini adalah metode

pendekatan yuridis normatif yaitu berpedoman pada tinjauan kepustakaan yang

dapat dijelaskan sebagai berikut: Melalui penelitian normatif melalui study

kepustakaan yaitu bahan-bahan yang diperoleh melalui undang-undang,

literature, buku-buku dan lainnya yang berhubungan dengan hak paten dan

merek.
5

BAB II

PENGATURAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP

PRODUK FARMASI DI INDONESIA

2.1 Sejarah Hak Cipta

Halaman buku dari era pra-Gutenberg, sekitar tahun 1310 Konsep hak

cipta di Indonesia merupakan terjemahan dari konsep copyright dalam bahasa

Inggris (secara harafiah artinya “hak salin”). Copyright ini diciptakan sejalan

dengan penemuan mesin cetak. Sebelum penemuan mesin ini oleh Gutenberg,

proses untuk membuat salinan dari sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan

biaya yang hampir sama dengan proses pembuatan karya aslinya. Sehingga,

kemungkinan besar para penerbitlah, bukan para pengarang, yang pertama kali

meminta perlindungan hukum terhadap karya cetak yang dapat disalin.

Awalnya, hak monopoli tersebut diberikan langsung kepada penerbit

untuk menjual karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright mulai

diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak tersebut

diberikan ke pengarang, bukan penerbit. Peraturan tersebut juga mencakup

perlindungan kepada konsumen yang menjamin bahwa penerbit tidak dapat

mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual beli

berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku hak
6

eksklusif bagi pemegang copyright, yaitu selama 28 tahun, yang kemudian

setelah itu karya tersebut menjadi milik umum.

Berne Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

(“Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra” atau “Konvensi

Bern“) pada tahun 1886 adalah yang pertama kali mengatur masalah copyright

antara negara-negara berdaulat. Dalam konvensi ini, copyright diberikan secara

otomatis kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya

untuk mendapatkan copyright. Segera setelah sebuah karya dicetak atau

disimpan dalam satu media, si pengarang otomatis mendapatkan hak eksklusif

copyright terhadap karya tersebut dan juga terhadap karya derivatifnya, hingga si

pengarang secara eksplisit menyatakan sebaliknya atau hingga masa berlaku

copyright tersebut selesa.

2.1.1 Sejarah hak cipta di Indonesia

Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia

keluar dari Konvensi Bern agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan

hasil karya, cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Pada

tahun 1982, Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang hak cipta

berdasarkan Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 dan

menetapkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang

merupakan undang-undang hak cipta yang pertama di Indonesia[1]. Undang-

undang tersebut kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun

1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997, dan pada akhirnya dengan

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang kini berlaku.


7

Perubahan undang-undang tersebut juga tak lepas dari peran Indonesia

dalam pergaulan antarnegara. Pada tahun 1994, pemerintah meratifikasi

pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization –

WTO), yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual

Propertyrights – TRIPs (“Persetujuan tentang Aspek-aspek Dagang Hak

Kekayaan Intelektual”). Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997, pemerintah meratifikasi kembali

Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan juga

meratifikasi World Intellectual Property Organization Copyrights Treaty

(“Perjanjian Hak Cipta WIPO”) melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun

1997.

2.1.2 Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta

Hak eksklusif

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak

cipta adalah hak untuk:

a. membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan

tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan elektronik),

b. mengimpor dan mengekspor ciptaan,

c. menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi

ciptaan),

d. menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,


8

e. menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau

pihak lain.

Yang dimaksud dengan “hak eksklusif” dalam hal ini adalah bahwa hanya

pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara

orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa

persetujuan pemegang hak cipta.

Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif

pemegang hak cipta termasuk “kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi,

mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan,

mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan,

merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana

apapun. Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula “hak

terkait”, yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif,

yang dimiliki oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan

sebagainya), produser rekaman suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur

pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan, direkam, atau

disiarkan oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir 9–12 dan bab

VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain

memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.

Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat

dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (UU 19/2002 pasal

3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak
9

eksklusifnya tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002

bab V).

Hak Ekonomi dan hak moral

Banyak negara mengakui adanya hak moral yang dimiliki pencipta suatu

ciptaan, sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs WTO (yang secara inter alia juga

mensyaratkan penerapan bagian-bagian relevan Konvensi Bern). Secara umum,

hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau dirusak tanpa

persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta ciptaan tersebut. Hak cipta di

Indonesia juga mengenal konsep “hak ekonomi” dan “hak moral”. Hak ekonomi

adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan, sedangkan hak

moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku (seni, rekaman,

siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan alasan apa pun, walaupun hak cipta

atau hak terkait telah dialihkan[2]. Contoh pelaksanaan hak moral adalah

pencantuman nama pencipta pada ciptaan, walaupun misalnya hak cipta atas

ciptaan tersebut sudah dijual untuk dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur

dalam pasal 24–26 Undang-undang Hak Cipta.

Perolehan dan pelaksanaan hak cipta

Hak cipta gambar potret “penduduk asli Bengkulu” yang diterbitkan pada

tahun 1810 ini sudah habis masa berlakunya. Pada umumnya, suatu ciptaan

haruslah memenuhi standar minimum agar berhak mendapatkan hak cipta, dan

hak cipta biasanya tidak berlaku lagi setelah periode waktu tertentu (masa

berlaku ini dimungkinkan untuk diperpanjang pada yurisdiksi tertentu).


10

Perolehan hak cipta

Setiap negara menerapkan persyaratan yang berbeda untuk menentukan

bagaimana dan bilamana suatu karya berhak mendapatkan hak cipta; di Inggris

misalnya, suatu ciptaan harus mengandung faktor “keahlian, keaslian, dan

usaha”. Pada sistem yang juga berlaku berdasarkan Konvensi Bern, suatu hak

cipta atas suatu ciptaan diperoleh tanpa perlu melalui pendaftaran resmi terlebih

dahulu; bila gagasan ciptaan sudah terwujud dalam bentuk tertentu, misalnya

pada medium tertentu (seperti lukisan, partitur lagu, foto, pita video, atau surat),

pemegang hak cipta sudah berhak atas hak cipta tersebut. Namun demikian,

walaupun suatu ciptaan tidak perlu didaftarkan dulu untuk melaksanakan hak

cipta, pendaftaran ciptaan (sesuai dengan yang dimungkinkan oleh hukum yang

berlaku pada yurisdiksi bersangkutan) memiliki keuntungan, yaitu sebagai bukti

hak cipta yang sah.

Pemegang hak cipta bisa jadi adalah orang yang memperkerjakan

pencipta dan bukan pencipta itu sendiri bila ciptaan tersebut dibuat dalam

kaitannya dengan hubungan dinas. Prinsip ini umum berlaku; misalnya dalam

hukum Inggris (Copyright Designs and Patents Act 1988) dan Indonesia (UU

19/2002 pasal 8). Dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia, terdapat

perbedaan penerapan prinsip tersebut antara lembaga pemerintah dan lembaga

swasta.
11

Ciptaan yang dapat dilindungi

Ciptaan yang dilindungi hak cipta di Indonesia dapat mencakup misalnya

buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang

diterbitkan, ceramah, kuliah, pidato, alat peraga yang dibuat untuk kepentingan

pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa teks,

drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, pantomim, seni rupa dalam

segala bentuk (seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat,

seni patung, kolase, dan seni terapan), arsitektur, peta, seni batik (dan karya

tradisional lainnya seperti seni songket dan seni ikat), fotografi, sinematografi,

dan tidak termasuk desain industri (yang dilindungi sebagai kekayaan intelektual

tersendiri). Ciptaan hasil pengalihwujudan seperti terjemahan, tafsir, saduran,

bunga rampai (misalnya buku yang berisi kumpulan karya tulis, himpunan lagu

yang direkam dalam satu media, serta komposisi berbagai karya tari pilihan), dan

database dilindungi sebagai ciptaan tersendiri tanpa mengurangi hak cipta atas

ciptaan asli (UU 19/2002 pasal 12).

Jangka waktu perlindungan hak cipta

Hak cipta berlaku dalam jangka waktu berbeda-beda dalam yurisdiksi

yang berbeda untuk jenis ciptaan yang berbeda. Masa berlaku tersebut juga

dapat bergantung pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan atau tidak diterbitkan.

Di Amerika Serikat misalnya, masa berlaku hak cipta semua buku dan ciptaan

lain yang diterbitkan sebelum tahun 1923 telah kadaluwarsa. Di kebanyakan

negara di dunia, jangka waktu berlakunya hak cipta biasanya sepanjang hidup

penciptanya ditambah 50 tahun, atau sepanjang hidup penciptanya ditambah 70


12

tahun. Secara umum, hak cipta tepat mulai habis masa berlakunya pada akhir

tahun bersangkutan, dan bukan pada tanggal meninggalnya pencipta.

Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak cipta secara umum adalah

sepanjang hidup penciptanya ditambah 50 tahun atau 50 tahun setelah pertama

kali diumumkan atau dipublikasikan atau dibuat, kecuali 20 tahun setelah

pertama kali disiarkan untuk karya siaran, atau tanpa batas waktu untuk hak

moral pencantuman nama pencipta pada ciptaan dan untuk hak cipta yang

dipegang oleh Negara atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi

milik bersama (UU 19/2002 bab III dan pasal 50).

Penegakan hukum atas hak cipta

Pemusnahan cakram padat (CD) bajakan di Brasil. Penegakan hukum

atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum

perdata, namun ada pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara umum

dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun kini semakin lazim

pada perkara-perkara lain. Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di

Indonesia secara umum diancam hukuman penjara paling singkat satu bulan dan

paling lama tujuh tahun yang dapat disertai maupun tidak disertai denda

sejumlah paling sedikit satu juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah,

sementara ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana hak cipta

serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas

oleh Negara untuk dimusnahkan (UU 19/2002 bab XIII).

2.2 Sejarah dan Perkembangan Rahasia Dagang di Indonesia


13

Dalam perkembangannya, dewasa ini masalah perdagangan dan industri

internasional tidak hanya berkaitan dengan barang dan jasa semata-mata, tetapi

di dalamnya juga terlibat sumber daya lain berupa informasi yang berguna bagi

kegiatan usaha dan bernilai ekonomi tinggi dalam menjalankan kegiatan usaha

industri maupun perdagangan.

Berkenaan dengan hal itu maka para investor dan pelaku bisnis merasa

sangat berkepentingan terhadap adanya perlindungan rahasia dagangnya

melalui sistem perlindungan Hak Kekayaan Intelektual ( HKI ) sesuai dengan

standar internasional. Bagi mereka perlindungan memadai terhadap rahasia

dagang pada umumnya merupakan salah satu dasar pertimbangan untuk

melakukan perdagangan dan investasi di suatu Negara.

Dipandang dari sudut pandang hukum hal ini dapat dipahami dan sangat

beralasan, sebab pelanggaran terhadap rahasia dagang pada gilirannya secara

ekonomis akan sangat merugikan para penemu dan pemilik hak tersebut.

Rahasia dagang menjadi factor yang esensial dalam upaya persaingan dagang

yang jujur ( fair competition ), sekaligus merupakan komoditas yang sangat

berharga dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Bahaya dari ketidakterlindungan rahasia dagang cukup berdampak negatif

bagi berlangsungnya suatu usaha mengingat suatu perusahaan dapat bertahan

dalam dunia usaha adalah dengan memenangkan persaingan yang ada. Oleh
14

karena itu terbuka pemanfaatan tanpa hak, pencurian maupun spionase bisnis

guna mendapatkan rahasia dagang dari lawan bisnisnya. Sehinnga terjadi

kecurangan dalam persaingan yang jauh dari prinsip keadilan dan kejujuran.

Mengingat bahwa pemilik rahasia dagang adalah yang paling berhak atas suatu

kepemilikan, tidak terkecuali rahasia dagang yang termasuk ke dalam kategori

aset yang tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomis yang sangat berharga

bagi pemiliknya karena berguna bagi pelaksanaan kegiatan usaha industri

ataupun perdagangan .

Hukum tentang rahasia dagang itu sendiri mulai dikembangkan pada abad ke

Sembilan belas. Satu kasus yang berkaitan dengan rahasia dagang adalah

kasus Prince Albert V. Strange. Kasus rahasia dagang yang terjadi pada tahun

1849 ini adalah sebagai berikut : Ratu Victoria dan Pangeran Albert memiliki

kegemaran membuat lukisan-lukisan pada logam. Ratu dan suaminya membuat

lukisan-lukisan pada logam itu untuk hobi dan kesenangan mereka yang hanya

diperuntukkan bagi kepentingan pribadi mereka semata-mata, meskipun kadang-

kadang lukisan itu mereka berikan sebagai kenang-kenangan bagi teman-teman

dekat mereka.

Suatu saat lukisan itu diserahkan kepada seorang ahli cetak untuk digravir

dan ahli gravir itu secara diam-diam membuat tiruan-tiruan yang kemudian

diserahkan kepada tergugat ( Strange ) yang berniat memamerkan karya-karya

tersebut dalam suatu pameran yang terbuka untuk umum yang

penyelenggaranya dikomersialkan. Pengadilan memutuskan untuk melarang

penyelenggaraan pameran tersebut karena pemilikan atas lukisan-lukisan itu


15

diperoleh berdasarkan pelanggaran atas kepercayaan yang telah diberikan dan

kerahasiaan yang terangkum dalam sebuah kontrak.

Kasus lain di Inggris berkenaan dengan hukum kerahasiaan adalah Coco v.

AN Clark ( engineer ) Ltd. 1969 yang menyangkut suatu desain mesin pembersih

yang dibuat oleh penggugat yang terlibat negosiasi bisnis dengan tergugat.

Tergugat dalam hal ini dinyatakan telah melanggar rahasia dagang karena telah

mengingkari kewajibannya untuk menjaga kerahasiaan tersebut. Hal terpenting

dari kasus ini, pengadilan menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap telah

melanggar rahasia dagang jika memenuhi unsur-unsur : pertama : pertama,

bahwa informasi itu memiliki nilai kerahasiaan, kedua, adanya kewajiban para

pihak untuk merahasiakan informasi tersebut dan ketiga, adanya unsur

perbuatan berupa tindakan penggunaan informasi tersebut secara melawan

hukum yang merugikan pemilik informasi.

Berikutnya, kasus Thomas Marshall ( exports ) Ltd. V. Giunle 1976, di mana

pihak tergugat yang sebelumnya meletakkan jabatan sebelum habis 10 Tahun

jabatannya kemudian mendirikan perusahaan saingan. Informasi yang menjadi

persoalan menyangkut sumber-sumber pemasok dan nama-nama pejabat serta

kontrak-kontrak lainnya di Eropa dan Timur Jauh. Hakim memenangkan pihak

penggugat dan ia menyatakan bahwa diperlukan empat unsur dalam mengkaji

kualitas kerahasiaan, yaitu : pertama, pembocoran informasi akan merugikan

pemilik informasi atau akan menguntungkan pihak lain; kedua, pihak pemilik

informasi harus yakin bahwa informasi itu benar-benar rahasia dan belum
16

diketahui masyarakat luas; ketiga, keyakinan pemilik informasi atas hal itu harus

bersifat wajar; dan keempat, informasi itu harus dinilai dari segi kebiasaan-

kebiasaan dan praktik-praktik perdagangan atau industry khusus yang terkait.

Jika kita lihat juga, sebenarnya dalam konsepsi hukum di Indonesia

perlindungan rahasia dagang bukan merupakan hal yang baru meskipun tidak

secara detail namun sudah ada upaya perlindungan hukum sejak dahulu terbukti

ada dalam KUHP. Pelanggaran terhadap Rahasia Dagang dalam KUHP masuk

ke dalam lingkup kejahatan. Dasar Hukum yang digunakan adalah Pasal 322

ayat 1 KUHP, di mana dinyatakan bahwa bagi orang yang dengan sengaja

membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pekerjaannya,

baik itu yang sekarang atau yang dulu, dapat dipidana penjara paling lama 9

bulan atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. Jika pelanggaran Rahasia

Dagang tersebut dilakukan seteleh buruh itu tidak lagi bekerja di perusahaan

tersebut dan ia berada pada waktu di mana ia masih harus menjaga Rahasia

Dagang tersebut maka ketentuan dalam KUHP yang digunakan tidak lagi Pasal

322 ( 1 ), tetapi menggunakan pasal 323 ayat ( 1 ). Pasal 323 ayat ( 1 )

menyatakan bagi orang yang dengan sengaja memberitahukan hal-hal khusus

tentang suatu perusahaan dagang, kerajinan atau pertanian, di mana ia bekerja

atau dahulu bekerja, yang seharusnya dirahasiakan, diancam pidana penjara

paling lama 9 bulan atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah. Dalam

Pasal 323 ayat ( 2 ) disyaratkan pula adanya pengaduan dari pengusaha untuk

dapat mengajukan tuntutan ( aduan ).


17

Secara perdata, buruh dapat dikenakan tuntutan telah melakukan wanprestasi

( jika masih bekerja di tempat pemilik Rahasia Dagang ) atau perbuatan melawan

hukum. Dasar untuk melakukan tuntutan penuntutan wanprestasi adalah klausul

perjanjian mengenai kewajiban melindungi Rahasia Dagang yang terdapat dalam

perjanjian kerja. Klausul perjanjian tersebut dapat menjadi dasar hukum dalam

melakukan gugatan berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan

semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

yang membuatnya. Adapun untuk perbuatan melawan hukum, dasar hukumnya

adalah pasal 1365 KUH Perdata. Tuntutan atas dasar wanprestasi lebih mudah

dalam hal pembuktian dibandingkan dengan perbuatan melawan hukum karena

berdasarkan pada perjanjian kerja yang memuat mengenai Rahasia Dagang.[4]

Namun demikian, dalam beberapa aturan yang sudah menyinggung mengenai

rahasia dagang dirasa belum benar-benar melindungi secara rinci terkait dengan

adanya pelanggaran dan hal lain yang berkaitan dengan itu.

Momentum kehadiran rahasia dagang secara utuh di Indonesia tidak dapat

dilepaskan dari keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional

khususnya TRIPs. Adanya pengaturan rahasia dagang dalam TRIPs

menunjukkan bahwa telah ada kesepakatan, minimal bagi anggota peserta WTO,

Perlindungan rahasia dagang dalam suatu negara akan mendorong masuknya

investasi, inovasi industri dan kemajuan teknologi. Para investor merasa aman

dan dihargai karena ada perlindungan atas rahasia dagangnya dan akan

berpengaruh langsung pada keseluruhan perekonomian negara. Rahasia

dagang merupakan bagian HKI, sehingga hal ini diatur dalam Persetujuan
18

TRIPs/WTO. Persetujuan TRIPs/WTO menggunakan istilah Undiscloused

Information untuk menunjukan informasi yang harus dirahasiakan.

Pengaturannya dapat dijumpai dalam section 7 Protection of Undiscloused

Information Pasal 39 Persetujuan TRIPs, yang berbunyi:

Article 39

(1) In the cource of ensuring effective against unfair competition as provided in

article 10bis of the Paris Convention ( 1967 ), members shall protect undisclosed

information in accordance with paragraph 2 below and data submitted to

governments or governmental agencies. In accordance with paragraph 3 below.

(2) Natural and legal persons shall have the possibility of preventing information

lawfully within their control from being disclosed to, acquired by, or used by

others without their consent in a manner contrary to hoinest commercial practices

so long as such information:

(a) is secret in the sense that it is not, as a body or in the precise configuration

and assembly of its components, generally known among or readily accessible to

persons within the circles that normally deal with the kind of information in

question;

(b) has commercial value because it is secret; and


19

(c) has been subject to reasonable steps under the circumstances, by the person

lawfully in control of the information, to keep it secret.

(3) Members when requiring, as condition of approving the marketing of

pharmaceutical or of agricultural chemical product which utilize new chemical

entities, the submission of undisclosed test or other data, the origination of which

involves as considerable efforts, shall protect such data against unfair

commercial use. In addition, members shall protect such data against disclosure,

except where neccessary to protect the public, or unless steps are taken to

ensure that the data are protected against unfair commercial us

Ketentuan Pasal 39 Persetujuan TRIPs ini didasarkan untuk menjamin

perlindungan yang efektif untuk mengatasi persaingan curang sebagaimana

diatur dalam pasal 10bis Paris Convention. Untuk itu, Negara-negara anggota

WTO wajib memberikan perlindungan terhadap informasi yang dirahasiakandan

data yang diserahkan kepada pemerintah atau badan pemerintah.

Berkaitan dengan keikutsertaan Indonesia dalam TRIPs Indonesia harus

memenuhi kewajiban yang tertera dalam perjanjian WTO dan TRIPS yang

mengharuskan setiap peserta dalam WTO, juga menaati dan menerima dalam

undang-undang tersendiri di bidang HKI atau aturan lainnya secara nasional

segala ketentuan yang termaktub dalam perjanjian TRIPS termasuk di dalamnya

Rahasia Dagang yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual.


20

Dengan Amanat Presiden Nomor R.43/PU/XII/1999 tanggal 8 Desember

1999, oleh Pemerintah disampaikan Rancangan Undang-Undang tentang

Rahasia Dagang kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibicarakan dalam

siding Dewan Perwakilan Rakyat guna mendapatkan persetujuannya. Kemudian

pada tanggal 20 Desember 2000 akhirnya disahkan Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Pengaturan mengenai Rahasia Dagang di Indonesia tidak hanya diatur dalam

Undang-Undang Rahasia dagang namun juga terdapat pada Pasal Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yaitu Pelaku usaha dilarang bersekongkol

dengan pihak lain untuk mendapatkan informasi kegiatan usaha pesaingnya

yang diklasifikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

Namun demikian dengan lahirnya UU Rahasia Dagang, maka undang-undang

ini adalah sebagai lex specialis derogat legi generali.

2.2.1 Pengertian Rahasia Dagang

Rahasia dagang adalah padanan kata untuk undiscloused information

sebagaimana tertulis dalam TRIPs. Istilah undiscloused information memberi

jaminan bagi mereka yang memang tidak ingin membuka informasi usahanya

yang berada dalam kontrolnya, dengan beberapa syarat antara lain: informasi
21

tersebut memang rahasia dalam pengertian bahwa informasi itu bukan

seperangkat konfigurasi atau perakitan (assembly) yang persis dari komponen-

komponen yang umumnya dikenal oleh lingkungan orang yang biasa berurusan

dengan informasi tersebut, dan informasi itu dijaga kerahasiaannya.

Menurut Restatement of the Law of Torts tahun 1939, yang merupakan

himpunan dan harmonisasi dari ketentuan rahasia dagang negara-negara bagian

Amerika Serikat, telah menjabarkan definisi ‘rahasia dagang’ pada komentar dari

ketentuan Seksi 757 bahwa rahasia dagang adalah suatu formula senyawa

kimia, pola, alat atau kompilasi informasi, proses manufakturing, bahan-bahan

percobaan dan pengawetan, pola mesin atau alat lain, atau daftar para

langganan atau nasabah, yang digunakan dalam bisnis seseorang dan

memberikan kepadanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan melebihi

saingan-saingannya yang tidak mengetahui atau tidak menggunakannya. Jenis

Informasi yang merupakan rahasia dagang juga mulai nampak yaitu hanya

informasi dalam bidang bisnis dan tehnologi.

Dalam Black’s Law Dictionary yang dikategorikan sebagai rahasia dagang

meliputi formula-formula, pola, formula atau bahan kimia, proses industri,

perawatan atau pengawetan bahan-bahan, pola mesin atau alat lain, daftar

langganan atau alat kompilasi informasi yang digunakan seseorang dalam

bisnisnya dan yang mana memberikan orang tersebut kesempatan untuk

memperoleh keuntungan melebih dari siangannya yang tidak tahu atau tidak

menggunakan itu. Termasuk juga rencana atau proses, peralatan/ perkakas


22

atau bahan mesin yang hanya diketahui olehnya dan pegawainya yang perlu

disampaikan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Rahasia

adalah sesuatu yg sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain.

Sedangkan Dagang artinya pekerjaan yg berhubungan dng menjual dan membeli

barang untuk memperoleh keuntungan.

Menurut Ahmad Ramli pengertian rahasia dagang adalah segala informasi

yang tidak diketahui umum dalam rangka kegiatan perdagangan, informasi yang

sangat strategis sifatnya ini memiliki potensi dan secara aktual mengandung nilai

ekonomi yang tinggi karena dapat digunakan untuk alat bersaing dengan para

competitor.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia

Dagang memberikan pengertian rahasia dagang yaitu informasi yang tidak

diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/bisnis mempunyai nilai ekonomi

karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik

rahasia dagang. Pengertian rahasia dagang dalam Pasal 1 UU No 30 Tahun

2000 mengenai Rahasia Dagang tidak sejelas apabila dibandingkan dengan

pengertian dalam Pasal 757 Restatement of Tort Amerika Serikat. Dalam Pasal

757 secara limitatif ditegaskan bahwa informasi yang dikategorikan sebagai

rahasia dagang adalah formula, pola, alat/cara kerja atau kumpulan informasi

yang digunakan seseorang dalam bisnis, rumus-rumus untuk campuran kimiawi,


23

suatu proses pada pabrik, pengujian atau pemeliharaan material, suatu pola

untuk mesin atau alat lainnya atau suatu daftar konsumen.

Dan dalam pasal 3 ayat (1) Rahasia dagang mendapat perlindungan apabila

informasi tersebut bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi dan tidak diketahui

oleh masyarakat umum.

Kalau melihat pengertian yang diberikan oleh Undang-Undang Rahasia

Dagang dapat ditarik beberapa unsur

1. Informasi rahasia yang tidak diketahui oleh umum

Pengujian apakah suatu informasi dapat dikualifikasikan sebagai rahasia

dagang pertama-tama diukur sampai taraf mana informasi itu diketahui oleh

kalangan luar perusahaan itu. Berdasarkan hal ini maka pemilik rahasia dagang

harus dapat membuktikan bahwa informasi itu benar-benar hanya diketahui oleh

perusahaannya bukan merupakan informasi yang berifat umum. Bersifat rahasia

artinya informasi tersebut bukan menjadi milik umum atau public domain. Ada

dua kategori yang menempatkan informasi sebagai public domain, yaitu :

a. Informasi tersebut bersifat sangat umum dan dapat dengan mudah diakses

sehingga diketahui oleh public


24

b. Informasi tersebut diketahui oleh orang lain dalam jumlah yang cukup dan

cukup dan orang yang mengetahui tersebut memiliki keterkaitan dengan

informasi tersebut.

Derajat kerahasiaan itu sendiri tidak diatur lebih lanjut oleh UU Rahasia

Dagang Indonesia. Akibatnya, banyak pertanyaan penting yang tidak dapat

dijawab dengan pasti. Sebagai contoh adalah ukuran tentang jumlah maksimal

orang yang mengetahui sebuah informasi yang bersifat rahasia. Jika informasi

diketahui oleh orang lebih dari satu orang, apakah informasi kehilangan sifat

rahasianya ? Derajat kerahasiaan tidak ditentukan oleh berapa jumlah orang

yang mengetahuinya, tetapi penekanannya kepada latar belakang orang yang

mengetahui dan tempat dimana tempat orang itu diketahui. Jika informasi rahasia

itu diberitahukan kepada para pegawai oleh pemilik rahasia dagang, informasi

tersebut masih bersifat rahasia karena informasinya masih berada di lingkungan

perusahaan tersebut.

2. Memiliki nilai ekonomis karena berguna bagi kegiatan usaha

Untuk menentukan kualitas suatu informasi, apakah rahasia ataupun bukan,

serta memiliki nilai ekonomi, sehingga perlu dilindungi, maka menurut Muhamad

Djumhana dan R. Djubaedillah hal ini bisa diuji dengan melihat empat kriteria,

yaitu :
25

a. Apakah dengan terbukanya informasi itu mengakibatkan pemiliknya

memperofeh kerugian.

b. Pemilik informasi itu yakin bahwa informasinya itu mempu-nyai nilai yang perlu

dirahasiakan, dan tidak semua orang memilikinya.

c. Pemilik informasi tersebut mempunyai alasan tertentu atas kerugiannya

maupun keyakinan kerahasiaan informasi itu.

d. Informasi rahasia tersebut mempunyai kekhususan, dan bermula secara

khusus dari atau dalam praktek perdagangan, dan perindustrian.

Usaha dan jerih payah penemu serta nilai ekonomis atau komersial dari

informasi itu merupakan syarat lain suatu informasi dapat dinyatakan sebagai

rahasia dagang. Ukuran yang diterapkan adalah sampai sejauh mana usaha

atau dana yang dikeluarkan untuk mengembangkan dan menjaga informasi itu.

Hal ini akan menunjukkan tingkat upaya perusahaan itu dalam menemukan

informasi tersebut. Hal ini pun akan menjadi salah satu bukti bahwa dia adalah

penemu sebenarnya dan bukan memperolehnya dariinventor lain secara illegal.

Seseorang yang menyatakan sebagai pemilik rahasia dagang juga harus dapat

membuktikan bahwa informasi itu merupakan bagian dari hasil pemikirannya dan

menunjukkan upaya untuk menjaga kerahasiaannya itu, karena informasi itu

memang benar-benar memiliki nilai dalam aktivitas perdagangan yang

dilakukannya.
26

Rahasia dagang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi akibat dari pesatnya

perkembangan tehnologi, sehingga terjadi persaingan usaha yang tidak sehat

dan sangat ketat di antara pelaku usaha dalam dunia perdagangan. Penemuan

atau informasi apa saja yang bernilai ekonomi sudah dianggap sebagai

intangible asset perusahaan, oleh karena itu harus dilindungi agar terhindar dari

itikad buruk pesaingnya. Apabila tidak dijaga dengan baik maka infor- masi

rahasia tersebut akan terungkap dan menjadi tidak bernilai lagi. Tidak semua

penemuan atau informasi yang berharga dapat dilindungi dengan ketentuan

rahasia dagang. Dalam Section 7 Article 39 paragrah 2 TRIPs secara tegas

menentukan bahwa informasi rahasia yang dapat dilindungi dengan ketentuan

rahasia dagang, haruslah bersifat rahasia atau memiliki sifat kerahasiaan;

mempu-nyai nilai ekonomi karena kerahasiaannya dan dijaga kera-hasiaannya

oleh pihak yang secara hukum memiliki kontrol atas informasi itu. Prinsip-prinsip

perlindungan dalam TRIPs adalah Prinsip kebebasan pengaturan hukum, Prinsip

Standar Minimal, Prinsip National Treatment, Prinsip Most Favoured Nation

Treatment, Prinsip Sederhana, Cepat dan Murah.

Hubungan informasi itu dengan competitor adalah factor penting, oleh karena

itu harus dipertanyakan sampai sejauh mana informasi itu berpengaruh terhadap

competitor jika sampai bocor, apakah informasi itu akan memberikan

kemungkinan competitor untuk memperoleh keuntungan lebih atau dapat

menyebabkan pemilik akan kehilangan keuntungan yang semestinya. Rahasia

dagang merupakan bagian hak milik dari seseorang, informasi itu didapat dan
27

dimiliki oleh seseorang, misalnya karena pengalamannya, keahliannya, ataupun

merupakan hasil yang dicapai dalam system kerja sama yang dilakukan di

perusahaannya. Informasi rahasia ini memiliki nilai strategis untuk menghadapi

pesaing-pesaingnya dengan kata lain jika informasi ini jatuh ke tangan

competitor, maka dapat mengurangi keuntungan pemilik rahasia dagang.

Kandungan nilai ekonomi dan kreativitas intelektual dalam rahasia dagang ini

menjadikan informasi rahasia ini dimasukkan sebagai bagian dari HAKI. Pada

prinsipnya semua informasi yang tidak bersifat public dapat diberi perlindungan di

bawah rezim hukum rahasia dagang baik yang menyangkut rahasia

perdagangan selama memenuhi syarat-syarat dikatakan sebagai rahasia

dagang. Perlindungan hukum rahasia dagang berkaitan dengan argumen

ekonomi. Argumen ekonomi adalah lazim terhadap bidang HKI lainnya, termasuk

rahasia dagang, yang berhubungan dengan memberikan insentif dan

penghargaan kepada para penemu dan innovator, serta meningkatkan

penyebarluasan “informasi” melalui masyarakat. Perlindungan rahasia dagang

yang memadai, relevan pula terhadap mobilitas tenaga kerja dalam

perekonomian. Sedangkan teori pendekatan insentif ekonomi mengakui bahwa

pengeluaran waktu, tenaga dan biaya sehubungan dengan proses kreativitas

tidak pernah dapat bersaing dengan para peniru yang biayanya lebih rendah

karena tidak adanya proses kreativitas.

3. Dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang


28

Pemilik Rahasia dagang harus menjaga informasi yang bersifat rahasia dari

pihak-pihak lain yang dapat merugikan kepentingannya. UU Rahasia Dagang

memberikan penjelasan pemilik rahasia dagang telah menjaga rahasia

dagangnya apabila telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.

Namun UU tersebut tidak menjelaskan lebih lanjut tentang hal tersebut. Dalam

praktik, langkah-langkah tertentu dapat dilakukan untuk menjaga kerahasiaan,

diantaranya :

a. Mengungkapkan rahasia dagang hanya kepada orang-orang yang perlu

mengetahuinya atas dasar sebuah perjanjian rahasia dagang

b. Membuat perjanjian rahasia dagang dengan pegawai atau pihak ketiga

c. Melindungi data yang bersifat rahasia dengan membuat kode rahasia

d. Menyimpan dokumen-dokumen rahasia di tempat yang aman dan tidak dapat

diakses dengan mudah oleh karyawan atau pihak lain.

e. Mencantumkan kata “rahasia” pada bagian luar dari dokumen rahasia.

f. Membatasi akses para pegawai untuk memasuki unit atau departemen lain

dari sebuah perusahaan.


29

g. Melarang pegawai bekerja di luar di luar jam kerja yang telah ditentukan.

2.2.2 Teori Perlindungan Rahasia Dagang

Rahasia dagang sebagai suatu aset yaitu lebih tepatnya intangible asset

memiliki beberapa teori dalam perlindungannya. Perlindungan rahasia dagang

didasarkan atas beberapa teori yaitu sebagai berikut :

a. Teori Hak Milik

Teori hak milik merupakan salah satu teori mengenai perlindungan rahasia

dagang karena rahasia dagang merupakan salah satu asset. Sebagai hak milik

rahasia dagang bersifat eksklusif dan dapat dipertahankan terhadap siapapun

yang berupaya menyalahgunakan atau memanfaatkan tanpa hak. Pemilik

memiliki hak untuk memanfaatkan seluas-luasnya selama tidak melanggar

Undang-Undang yang berlaku. Prinsip Hak milik ini juga dikenal dalam BW dalam

pasal 570 menyatakan bahwa : “Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan

suatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan

itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-

Undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang

berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya

itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
30

kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan Undang-Undang dan dengan

pembayaran ganti rugi.

Albdulkadir Muhammad menyatakan bahwa hak milik mempunyai ciri sebagai

hak utama, induk dari semua kebendaan. Dikatakan sebagai hak utama karena

hak milik paling dulu terjadi jika dibandingkan dengan hak kebendaan lainnya.

Tanpa ada hak milik lebih dulu, tidak mungkin ada hak kebendaan atas suatu

barang. Hak kebendaan seperti hak pakai, hak guna bangunan melekat pada

hak milik. Penggunaan hak milik tidak terbatas, sedangkan hak-hak kebendaan

lain terbatas karena melekat pada hak milik oranglain. Ciri kedua dari hak milik

adalah hak milik merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak terpecah-

pecah. Ciri terakhir adalah hak milik bersifat tetap, tidak dapat dilenyapkan oleh

hak kebendaan lain yang membebani kemudian, misalnya hak milik terhadap hak

pakai, hak pungut hasil, hak mendiami, namun sebaliknya hak kebendaan yang

membebani hak milik dapat lenyap apabila hak milik berpindah tangan, misalnya

karena dijual, daluarsa atau pewarisan.

Rahasia dagang yang diperoleh dari hasil kerja otak ini adalah hak milik

yang juga merupakan hak azasi, yaitu hak yang ada pada setiap orang untuk

dapat hidup secara wajar sebagai individu yang sekaligus juga anggota

masyarakat, selaras dengan harkat dan martabatnya sebagai pribadi yang

terhormat. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun dengan alasan

apapun selama orang tersebut tidak menyalahgunakan haknya atau berbuat

sesuatu yang membahayakan atau merugikan orang lain. Hal ini nampak pada
31

rahasia dagang, yang tidak memerlukan pendaftaran untuk diakui haknya oleh

negara, tetapi negara telah otomatis memberikan hak kepadanya. Kondisi inilah

yang membedakan rahasia dagang dengan bidang HKI lainnya kecuali hak cipta.

Demikian pula dalam hal pembatasan perlidungan atas penggunaan hak

tersebut, undang-undang memberikan masa berlakunya seumur hidup

sepanjang pemegang hak dapat menjaga kerahasiaan dari haknya.

Perlindungan rahasia dagang ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian

hukum bagi pemegangnya.

b. Teori Kontrak

Teori kontrak merupakan dasar yang paling sering dikemukakan dalam

proses pengadilan mengenai rahasia dagang. Dalam system hukum Indonesia

yang mengadopsi prinsip hukum Eropa Kontinental dianut bahwa kontrak atau

perjanjian pada umumnya merupakan sumber perikatan ( pasal 1233 BW ).

Sesuai dengan Pasal 1338 BW bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

sebagai Undang-Undang. Dengan demikian perjanjian-perjanjian yang dibuat

para pihak tidak dapat ditarik kembali secara sepihak dan pelanggaran atas hal

tersebut merupakan wanprestasi.

Prinsip-prinsip kontraktual ini pun dijadikan dasar perlindungan know-how dalam

hukum Belanda yang mengklasifikasikan perlindungan sebelum kontrak ditutup,

pada saat kontrak berjalan dan pada saat kontrak telah berakhir.
32

Prinsip perlindungan berdasarkan hukum kontrak ini sangat relevan dengan

bentuk perlindungan berdasarkan system hukum perburuhan atau hukum

ketenagakerjaan. Hubungan antara pengusaha dan karyawan merupakan salah

satu masalah penting berkenaan. Berkenaan dengan rahasia dagang. Tingginya

tingkat keluar masuk karyawan dari satu perusahaan ke perusahaan lain

menyebabkan perlunya pengaturan rahasia dagang ini diintegrasikan ke dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan. Teori ini pun terkait dengan masalah “orang

dalam” perusahaan ( insider trading ). Perlu ditegaskan di sini bahwa suatu

perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dengan karyawannya yang isinya

melarang penggunaan teknologi atau informasi yang telah diketahui secara

umum atau merupakan public domain adalah suatu tindakan yang dianggap

sebagai cacat hukum.

c. Teori Perbuatan Melawan Hukum

Perlindungan rahasia dagang juga terkait dengan Teori Perbuatan Melawan

Hukum. Prinsip ini banyak juga dianut oleh berbagai Negara untuk mengatasi

persaingan curang yang dilakukan oleh competitor lain.

Sebagaimana yurisprudensi Belanda sejak tahun 1919 yang diikuti oleh

yurisprudensi di Indonesia telah memperluas pengertian “perbuatan melawan

hukum” ( onrechtmatige daad ) sebagai berikut :


33

Suatu perbuatan atau kelalaian yang lenggar hak orang lain atau bertentangan

dengan kewajiban hukum si pelaku, atau bertentangan kesusilaan, atau

bertentangan dengan sikap hati-hati yang perlu diperhatikan di dalam pergaulan

masyarakat terhadap kepentingan lahiriah maupun milik orang lain.

Sedangkan seseorang dianggap telah melakukan perbuatan melawan hukum

dalam hal Rahasia Dagang yaitu ketika secara tanpa hak memanfaatkan

informasi rahasia dagang dengan cara :

1. Memperoleh dengan tata cara yang tidak lazim

2. Pengungkapannya atau penggunaannya mengakibatkan dilanggarnya

kerahasiaan yang diperoleh dari orang lain yang mengungkapkan rahasia itu

kepadanya, atau

3. Mempelajari rahasia dagang tersebut dari orang ketiga yang memperoleh

informasi tersebut secara tidak patut atau pengungkapan pihak ketiga ini

merupakan pelanggaran juga

4. Mempelajari rahasia dagang tersebut dan kemudian mengungkapkannya

dengan menyatakan bahwa hal tersebut merupakan pembukaan rahasia dagang

dengan sengaja
34

Perkembangan kebijakan dan kepedulian mengenai perlindungan asset-aset

intelektual atau HAKI, termasuk rahasia dagang di Barat dilandasi beberapa

teori, yang dikenal sebagai teori “reward”, teori “recovery” dan teori “incentive”,

yang dimaksud dengan teori-teori ini adalah :

1. Teori reward menyatakan, sebenarnya bahwa pencipta atau penemu yang

menghasilkan penemuan yang harus dilindungi harus diberi penghargaan atas

jerih payahnya menghasilkan penemuan. Terkandung pengertian dari

masyarakat mengenai penghargaan atas jerih payah seseorang, atau suatu

pengakuan atas keberhasilan yang dicapai. Reward theory mendalilkan bahwa

apabila individu-individu yang kreatif diberi insentif berupa hak eksklusif, maka

hal ini akan merangsang individu-individu lain untuk berkreasi.

2. Teori “recovery” menyatakan bahwa penemu atau pencipta setelah

mengeluarkan jerih payah dan waktu serta biaya, harus memperoleh

kesempatan untuk memperoleh kembali sesuatu dari apa yang telah

dikeluarkannya.

3. Teori “incentive” menyatakan bahwa dalam rangka menarik upaya dan dana

bagi pelaksanaan dan pengembangan kreativitas penemuan, serta menghasilkan

sesuatu yang baru, diperlukan adanya suatu “intensif” yang dapat memacu agar

kegiatan-kegiatan penelitian yang dapat dimaksudkan dapat terjadi.


35

4. Teori “risk” yang mengakui bahwa kekayaan intelektual adalah hasil karya

yang mengandung resiko. Kekayaan Intelektual yang merupakan hasil dari suatu

penelitian mengandung resiko yang memungkinkan orang lain telah lebih dahulu

menemukan cara tersebut ataupun memperbaikinya, dan dengan demikian wajar

untuk memberikan perlindungan terhadap upaya atau kegiatan yang

mengandung risiko tersebut.

5. Terdapat teori lain mengenai peranan perlindungan milik intelektual di Negara-

negara berkembang, disebut dengan istilah teori “public benefit” atau “economic

growth stimulus”, atau “social rate of return” atau bahkan teori “more things will

happen”. Inti teori ini mengakui bahwa perlindungan atas hak kekayaan

intelektual adalah suatu alat dari pembangunan ekonomi. Pembangunan

ekonomi adalah keseluruhan tujuan dibangunnya suatu sistem perlindungan atas

system perlindungan atas hak kekayaan intelektual yang efektif.

2.2.3 Ruang Lingkup Hak Rahasia Dagang

Pada dasarnya rahasia dagang mencakup data rahasia, informasi, atau

kompilasi informasi yang digunakan dalam penelitian, bisnis, perdagangan atau

industri. Informasi tersebut dapat berupa data rahasia teknis dan ilmiah, serta

informasi bisnis, komersial atau finansial yang tidak diketahui masyarakat umum

dan berguna bagi suatu perusahaan serta memberi keuntungan kompetitif bagi

seseorang yang memiliki hak untuk menggunakannya.


36

Mengenai ruang lingkup rahasia dagang masih terdapat perbedaan pendapat,

namun demikian dapat diambil contoh penerapan lingkup baku dalam hukum

Amerika Serikat yang merinci bentuk-bentuk rahasia dagang sebagai berikut :

1. Informasi teknikal/penelitian dan pengembangan,

contoh sebagai berikut : informasi teknologi, informasi yang berhubungan riset

dan pengembangan, formula-formula ( rumus-rumus ), senyawa-senyawa/bahan

campuran, prototip, proses-proses, catatan-catatan laboratorium, percobaan-

percobaan dan data eksperimen, data analisis, kalkulasi, semua jenis-gambar,

semua jenis diagram, desain data dan data manual, informasi pemasok, semua

jenis-laporan riset dan pengembangan, R&D Know How.

2. Informasi tentang proses produksi,

contoh : data/biaya/harga, informasi-informasi yang berhubungan dengan proses

produksi, perlengkapan-perlengkapan khusus produksi, teknologi pemrosesan

(manufacturing), spesifikasi-spesifikasi untuk proses produksi dan

perlengkapannya, production know how & negative know how.

3. Informasi tentang pemasok,

contoh : informasi tentang pemasok, data biaya/harga.


37

4. Informasi tentang kendali mutu, contoh : informasi yang berhubungan dengan

kendali mutu, prosedur-prosedur kendali mutu, kendali mutu manual, data

kendali mutu, know how & negative know how.

5. Informasi penjualan dan pemasaran,

contoh : informasi yang berhubungan dengan penjualan dan pemasaran,

peramalan penjualan, perencanaan promosi penjualan dan pemasaran, laporan

penjualan, informasi tentang competitor, informasi yang berhubungan dengan

pelanggan, daftar pelanggan, kebutuhan pelanggan dan perilaku pembelian,

know-how berkaitan dengan kebutuhan konsumen, hasil studi dan laporan-

laporan penjualan dan pemasaran.

6. Informasi keuangan internal,

contoh : informasi keuangan, dokumen-dokumen keuangan internal, anggaran,

peramalan, hasil cetak melalui computer, marjin produksi, biaya produksi,

laporan pengoperasian, data untung-rugi, informasi administratif.

7. Informasi administrasi internal,

contoh : organisasi internal, kunci-kunci dalam pengambilan keputusan,

perencanaan strategi bisnis, perangkat lunak computer internal perusahaan.


38

Rahasia dagang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi akibat dari

pesatnya perkembangan tehnologi, sehingga terjadi persaingan usaha yang tidak

sehat dan sangat ketat di antara pelaku usaha dalam dunia perdagangan.

Penemuan atau informasi apa saja yang bernilai ekonomi sudah dianggap

sebagai intangible asset perusahaan, oleh karena itu harus dilindungi agar

terhindar dari itikad buruk pesaingnya.

Jenis informasi yang dilindungi hukum pada umumnya di beberapa negara:

a. Daftar Pelanggan;

b. Penelitian Pasar;

c. Penelitian Teknis;

d. Resep masakan atau ramuan yang digunakan untuk menghasilkan sebuah

produk tertentu;

e. Sistem kerja tertentu yang cukup menguntungkan;

f. Ide atau konsep yang mendasari kampanye pengiklanan atau pemasaran.

Sedangkan dalam pasal 2 Undang-Undang Rahasia Dagang menyatakan :


39

Lingkup perlindungan rahasia dagang meliputi metode produksi, metode

pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang teknologi dan/atau

bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui oleh masyarakat.

Demikian pula perlindungan hukum yang diberikan tidak hanya sebatas pada

rahasia bisnis saja, tetapi juga meliputi industrial know how. Informasi yang wajib

dirahasiakan tersebut tidak hanya berada dalam lapangan bisnis saja, tetapi juga

berada dalam bidang teknologi.

Teknologi yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan produk atau metode

produksi, yang dalam hal tertentu, jika memenuhi persyaratan perolehan paten

dapat merupakan teknologi yang dapat dipatenkan. Artinya, pengertian teknologi

di sini juga dapat kita kaitkan dengan makna teknologi dalam undang-undang

paten, kecuali untuk sifat noveltynya. Sedangkan kata bisnis mengandung arti

yang sangat luas meliputi baik metode pengolahan, pola penjualan, pola

pendistribusian, atau barang dan lain-lain yang dianggap unik dan berharga.

Dengan kata lain, teknologi yang diberikan paten tidak dapat memperoleh

perlindungan kerahasiaannya seperti metode produksi, metode pengolahan,

metode penjualan dan lainnya. Teknologi yang menghasilkan produk sudah tentu

menjadi lingkup ketentuan paten. Hal-hal yang berkaitan dengan aturan, system,

mekanisme pola dan sejenisnya yang mendapat perlindungan rahasia dagang.

Bila hal-hal seperti ini diungkapkan secara umum dapat menimbulkanpersaingan

usaha tidak sehat.


40

2.2.4. Hak Pemilik Rahasia Dagang

Subjek hak atas rahasia dagang adalah pemilik rahasia dagang adalah pemilik

rahasia itu sendiri. Menurut Pasal 4 Undang-Undang rahasia dagang pemilik

rahasia dagang memiliki hak untuk :

a. Menggunakan sendiri rahasia dagang yang dimilikinya

Seperti kita ketahui bahwa rahasia dagang merupakan salah satu asset yang

tidak berwujud di mana di dalamnya memiliki manfaat dan menempel di

dalamnya kepemilikan. Sehingga dari sini dapat diasumsikan bahwa asset yang

tidak berwujud kaitannya dengan rahasia dagang sama seperti benda berwujud

di mana sang pemilik berhak memanfaatkan dan menggunakannya untuk

mengambil memperoleh kegunaan dari aset tersebut secara bebas selama tidak

melanggar hukum dan kepentingan umum. Hak milik bersifat absolut bagi

pemiliknya hal itu juga berlaku bagi hak milik intelektual khususnya rahasia

dagang. Namun keistimewaan rahasia dagang sebagai sebuah aset yang tidak

berwujud bagi pemiliknya dari jangka wakunya yang tidak terbatas selama

memenuhi unsur-unsur rahasia dagang yang terlindungi oleh hukum. Sehingga

hal tersebut berpengaruh pada hak pemilik yang dapat memanfaatkan rahasia

dagang selama masih memenuhi unsur rahasia dagang yang dilindungi Undang-

Undang Rahasia Dagang yaitu informasi yang tidak diketahui oleh umum di
41

bidang teknologi dan/bisnis mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam

kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang.

b. Memberikan lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk menggunakan

rahasia dagang atau mengungkapkan rahasia dagang itu kepada pihak ketiga

untuk kepentingan yang bersifat komersial

Seperti halnya aset yang berwujud, aset tidak berwujud kaitannya dengan

rahasia dagang juga memberikan hak bagi pemiliknya untuk melarang pihak lain

untuk memanfaatkannya atau menggunakan rahasia dagang tersebut. Karena

penggunaan tanpa hak atau tanpa ijin merupakan tindakan yang tergolong buruk

karena adanya unsur tidak beritikad baik yang dapat merugikan pemilik. Berikut

juga untuk memberikan informasi atau tindakan pengungkapan oleh pihak lain

karena hal tersebut berbahaya bagi rahasia dagang itu sendiri karena jika

diketahui oleh masyarakat umum maka berakibat hilangnya perlindungan rahasia

dagang. Namun jika kebocoran itu diketahui oleh competitor maka berakibat

pada pemanfaatan tanpa hak atas suatu rahasia dagang dan mengakibatkan

persaingan curang. Hal yang demikian jelas merupakan kerugian yang tidak

dikehendaki oleh pemilik rahasia dagang. Untuk pihak lain yang menginginkan

memanfaatkan rahasia dagang milik orang lain dengan itikad baik maka dapat

dengan mekakukan lisensi yang tentunya atas kesepakatan dengan pemilik

rahasia dagang yang sesuai dengan Undang-Undang.

2.2.5. Pengalihan Hak dan Lisensi Rahasia Dagang


42

1. Pengalihan Hak

Yang dimaksud dengan pengalihan hak adalah di mana pihak pemilik rahasia

dagang mengalihkan hak atas rahasia dagang tersebut kepada pihak lain.

Berbeda dengan lisensi, pengalihan tidak terbatas pada waktu tertentu atau tidak

dibatasi selama memenuhi unsur-unsur sebagai rahasia dagang. Sehingga

setelah hak dialihkan maka berdampak pada pihak yang menerima pengalihan

hak tersebut diperbolehkan memanfaatkan rahasia dagang dan melarang pihak

lain memanfaatkan rahasia dagang tersebut.

Hak Rahasia dagang dapat beralih atau dialihkan dengan :

a. Pewarisan

Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang

dapat diwariskan. Dengan kata lain hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban

yang dapat dinilai dengan uang. Dengan kata lain karena suatu rahasia dagang

menurut pasal 1 angka 1 merupakan informasi yang memiliki unsur nilai

ekonomis dan sifatnya yang bisa dipindahtangankan maka dengan demikian

dapat diwariskan.
43

b. Hibah

Hibah adalah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada

sebab dan musababnya) tanpa ada kontra prestasi dari pihak penerima

pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup

(inilah yang membedakannya dengan wasiat, yang mana wasiat diberikan

setelah si pewasiat meninggal dunia).

c. Wasiat

Wasiat adalah pemilikan harta, baik berupa benda ataupun jasa yang

pelaksanaannya dikaitkan dengan waktu setelah wafatnya pewasiat tanpa

mengharapkan imbalan apapun.

d. Perjanjian Tertulis; atau

Pengertian perjanjian dalam pasal 1313 KUH Perdata, hanya menyebutkan

sebagai suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih.[28]Ini berarti bahwa satu orang atau lebih

tersebut dalam mengikatkan diri harus tertulis dalam hal rahasia dagang.

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.


44

Sedangkan yang dimaksud dengan “sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh

peraturan perundang-undangan” misalnya putusan pengadilan yang menyangkut

kepailitan. Dengan kata lain bahwa ketika ada proses kepailitan maka sesuai

aturan yang berlaku maka rahasia dagang menjadi salah satu aset yang tidak

dikecualikan mengenai akibat hukum dari kepailitan.

Pengalihan Rahasia dagang disertai dengan dokumen pengalihan hak dan

wajib dicatat pada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana

diatur dalam undang-undang Rahasia Dagang. Pengalihan hak Rahasia Dagang

yang tidak dicatatkan pada Direktorat Jenderal tidak berakibat hukum pada pihak

ketiga. Pengalihan Hak Rahasia Dagang diumumkan dalam Berita Resmi

Rahasia Dagang.

2. Lisensi

Sebagai hak milik, salah satu cara memaksimalkan manfaat ekonomi dari

rahasia dagang adalah dengan mengizinkan pihak lain menggunakan juga HKI

tersebut melalui lisensi. Berbeda dengan perjanjian yang menjadi dasar

pengalihan hak Rahasia Dagang, Lisensi hanya memberikan hak secara terbatas

dan dengan waktu yang terbatas pula. Dengan demikian, Lisensi hanya diberikan

untuk pemakaian atau penggunaan Rahasia Dagang dalam jangka waktu

tertentu. Berdasarkan pertimbangan bahwa sifat Rahasia Dagang yang tertutup

bagi pihak lain, pelaksanaan Lisensi dilakukan dengan mengirmkan atau

memperbantukan secara langsung tenaga ahli yang dapat menjaga Rahasia


45

Dagang itu. Dalam lisensi tidak terjadi peralihan hak tetapi hanya penikmatan

manfaat ekonomi dari obyek perjanjian ( dalam hal ini adalah rahasia dagang )

dalam suatu jangka waktu tertentu. Lisensi mempunyai 2 sifat, yaitu :

1. Bersifat eksklusif; maksudnya lisensi tersebut tidak memberi kemungkinan

kepada pemilik Rahasia Dagang (licensor) untuk memberikan lisensi lagi kepada

pihak ketiga lainnya.

2. Bersifat non eksklusif; maksudnya lisensi tersebut tetap memberi

kemungkinan kepada pemilik Rahasia Dagang (licensor) untuk memberikan

lisensi lagi kepada pihak ketiga lainnya.

Pada umumnya dalam ketentuan HKI, jangka waktu perjanjian lisensi tidak

boleh melebihi dari jangka waktu perlindungan HKI yang menjadi obyek

perlindungan. Untuk rahasia dagang, meskipun jangka waktu perlindungannya

relatif, akan tetapi tetap diperjanjikan jangka waktu berlakunya perjanjian lisensi.

Sebelum berbicara mengenai lisensi ada baiknya melihat terlebih dahulu

mengenai pengertian lisensi. Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin

pemanfaatan atau penggunaan HAKI, yang bukan merupakan pengalihan hak,

yang dimiliki oleh pemilik lisensi kepada penerima lisensi, dengan imbalan

berupa royalty. Dalam pengertian ini tersirat bahwa seorang penerima lisensi

adalah independen terhadap pemberi lisensi, dalam pengertian bahwa penerima

lisensi menjalankan sendiri usahanya, meskipun dalam menjalankan usahanya


46

tersebut ia memanfaatkan HAKI milik pemberi lisensi, yang untuk hal ini

penerima lisensi membayar royalty kepada pemberi lisensi. Jika kita memberikan

kepada seseorang lisensi, maka kita memberikan kebebasan atau ijin kepada

orang itu untuk menggunakan sesuatu yang sebelumnya tidak boleh digunakan

oleh orang lain.

Alasan-alasan yang dapat dipertimbangkan untuk memberikan lisensi adalah

untuk :

a. Dengan memberikan lisensi dihasilkan uang

b. Lisensi mempunyai pengaruh memperluas pasar

c. Dilihat dari segi teknis, pemberian lisensi punya daya memperluas cakrawala.

d. Melalui lisensi dapat diadakan tukar menukar paket pengetahuan.

e. Lisensi dapat berakibat olehnya sendiri diproduksi barang bersangkutan,

tentunya oleh terbukanya pasar.

f. Dengan lisensi dapat diperluas kepentingan, dengan jalan mendapatkan paket

bagian dalam perusahaan penerima lisensi, tentunya melalui tukar menukar

lisensi itu.
47

g. Pemberian lisensi dapat digunakan untuk menyelesaikan kemungkinan

sengketa.

Pemegang Hak Rahasia Dagang berhak memberikan Lisensi kepada pihak lain

berdasarkan perjanjian lisensi untuk melaksanakan perbuatan sebagaimana hak

pemilik rahasia dagang, kecuali jika diperjanjikan lain. Misalnya yang dimaksud

dengan diperjanjikan lain misalnya hak pemilik rahasia dagang yang tidak bisa

dilakukan oleh penerima lisensi misalnya juga memberikan lisensi kepada pihak

lain sehingga hak hanya tetap dimiliki oleh pemilik rahasia dagang bukan kepada

penerima lisensi.

2.2.6 Hubungan Rahasia Dagang Dengan Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun

2003, Dalam pasal 1 angka 14, dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun

2003 disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja /atau

buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja,

hak dan kewajiban para pihak. Kemudian dalam pasal 1 Nomor 15 Undang-

Undang Ketenagakerjaan 2003 disebutkan bahwa hubungan kerja adalah

hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,

yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Ini berarti jika terdapat

kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja maka di dalamnya dapat dimuat
48

ketentuan untuk menjaga rahasia dagang merupakan kewajiban dari karyawan,

apa saja yang termasuk rahasia dagang yang harus dilindungi dan sebagainya.

Unsur-Unsur yang harus ada dalam suatu perjanjian kerja yang ditentukan

dalam peraturan perundangan ( kaidah heteronomi ) antara lain sebagai berikut :

1. Adanya pekerjaan,

yaitu prestasi yang harus dilakukan sendiri oleh pihak penerima kerja dan tidak

boleh dialihkan kepada pihak lain ( bersifat individual ).

2. Adanya unsur di bawah perintah,

Di mana dengan dengan adanya hubungan kerja yang terbentuk, tercipta pula

hubungan subordinasi antara pihak pemberi kerja dengan pihak penerima kerja.

3. Adanya upah tertentu,

Yaitu merupakan imbalan dari pekerjaan yang dilakukan oleh pihak penerima

kerja yang dapat berbentuk uang atau bukan uang ( in natura ).

4. Adanya waktu,
49

yaitu adanya suatu waktu untuk melakukan pekerjaan dimaksudatau lamanya

pekerja melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kerja.

Selain dari keharusan adanya unsur-unsur di atas, dimungkinkan untuk

dilakukannya perjanjian lain berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak

mengenai hal-hal lain yang dipandang perlu, selama tidak bertentangan dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Dalam berbagai peraturan perundangan di bidang perburuhan, tidak ada

ketentuan, yang melarang adanya perjanjian untuk menjaga kerahasiaan suatu

informasi yang dimiliki perusahaan. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa

adanya kesepakatan antara pengusaha dan buruhnya yang menimbulkan

kewajiban bagi buruhnya untuk menjaga kerahasiaan informasi perusahaan

tempat ia bekerja ( Rahasia Dagang Perusahaan ), tidak bertentangan dengan

peraturan perundangan yang berlaku dan dapat dilakukan oleh pengusaha

dalam rangka melindungi informasinya yang berharga.

Suatu perjanjian kerahasiaan informasi setidaknya memuat hal-hal berikut:

1. Apa saja yang menjadi informasi rahasia dan alasan kerahasiaan

2. Kepada siapa informasi tersebut diberikan dan alasan diberikan

3. Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan terhadap

informasi tersebut.

4. Kapan informasi dianggap disalahgunakan atau dilanggar

5. Kapan informasi tersebut dianggap tidak lagi menjadi rahasia (dilepaskan)


50

Perjanjian kerja merupakan salah satu dari perjanjian untuk melakukan

pekerjaan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1601 KUHPerdata. Sebagai

perjanjian yang mempunyai ciri-ciri khusus (yakni mengenai perburuhan), pada

prinsipnya perjanjian kerja juga merupakan perjanjian sehingga sepanjang

mengenai ketentuan yang sifatnya umum, terhadap perjanjian kerja berlaku

ketentuan umum.

Informasi rahasia dagang dapat diungkapkan atau dimanfaatkan bersama-

sama sesuai dengan kesepakatan yang diatur dalam suatu perjanjian

kerahasiaan. Informasi rahasia dapat dihasilkan dalam proyek-proyek penelitian

yang disponsori. Dalam hal ini pihak sponsor pada umumnya akan meminta

perguruan tinggi atau lembaga litbang. Dan inventor/creator untuk menjaga

kerahasiaan informasi terkait. Informasi rahasia dagang sangatlah bernilai baik

secara sendiri atau digunakan bersama dengan bentuk-bentuk kekayaan

intelektual lainnya.

Perjanjian baik tertulis dan tidak tertulis yang dibuat oleh pemilik rahasia

dagang dengan pegawai atau pihak ketiga menyebabkan pihak lain terikat untuk

menjaga kerahasiaan sebuah informasi. Jika kewajiban tersebut dilanggar, pihak

yang terikat untuk menjaga rahasia dagang dianggap telah melakukan

pelanggaran.

2.2.7 Perbedaan Rahasia Dagang Dengan Rezim HKI lainnya


51

Secara mendasar ada beberapa perbedaan rahasia dagang dengan bidang HKI

yang lain, diantaranya adalah :

1. Dalam Rahasia Dagang Tidak Mengharuskan Adanya Unsur Kebaruan (

Novelty )

Dalam bidang HKI lain harus ada unsur Novelty ( kebaruan ) sedangkan dalam

rahasia dagang tidak mengharuskan unsur tersebut. Mengenai syarat kebaruan (

novelty ), dapat ditentukan berdasarkan pembatasan-pembatasan tertentu,

misalnya daerah, kapan penemuan itu diketahui, dan cara pengumuman

penemuan itu kepada masyarakat. Syarat kebaruan ( novelty ) yaitu bahwa

penemuan tidak boleh diketahui lebih dahulu, di manapun dengan cara apapun.

Mengenai syarat kebaruan bisa bisa mutlak atau relative, bersifat mutlak atau

dikenal dengan world wide novelty. Di lain pihak karena kondisi dan kepentingan

Negara berkembang ada bentuk novelty local atau national novelty yang bersifat

relative. Sifat baru akan hilang, apabila ada publikasi dengan cara

bagaimanapun, dan di Negara manapun, atau pernah diketahui dengan cara

bagaimanapun, dan di Negara manapun, sebelum aplikasi diajukan. Sedangkan

kebaruan relative, berarti sifat baru dari suatu temuan itu akan hilang apabila ada

publikasi di Negara manapun atau penggunaan setempat yang diketahui umum

sebelum aplikasi diajukan.[35] Suatu penemuan dianggap baru, jika pada saat

pengajuan permintaan paten penemuan tersebut tidak sama atau tidak

merupakan bagian dari penemuan terdahulu.[36] Baru di sini tidak harus selalu
52

dikaitkan dengan sesuatu penemuan dari benar-benar tidak ada kemudian ada,

namun bisa juga merupakan pengembangan dari produk sebelumnya. Misalnya

saja dari computer kemudian ada inovasi munculnya laptop.

2. Dalam Rahasia Dagang Tidak Mengharuskan Unsur Originalitas

Yang dimaksud Orisinalitas adalah di mana penemuan adalah asli penemuan

sendiri dengan kata lain bukan merupakan merupakan penemuan dari orang lain.

Sedangkan dalam rahasia dagang sisi orisinalitas tidak menjadi syarat untuk

mendapat perlindungan. Sedangkan dalam bidang Hak Cipta, Merek, Paten,

Desain Industri dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu mensyaratkan adanya

unsure Orisinalitas terkait dalam hal mendapat perlindungan.

3. Dalam Rahasia Dagang Masa Perlindungannya Tidak Terbatas

Dalam bidang HKI lain masa perlindungannya terbatas, sedangkan dalam

rahasia dagang masa perlindungannya tidak terbatas selama belum diketahui

oleh umum dan selama unsur rahasia masi terpenuhi karena pada dasarnya

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang tidak

memberikan batasan terkait dengan jangka waktu perlindungan. Berbeda

misalnya kita lihat dalam hal paten, paten diberikan untuk jangka waktu selama

20 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat

diperpanjang. Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu itu tidak dapat

diperpanjang. Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu paten dicatat dan
53

diumumkan. Sementara itu untuk paten. Sederhana diberikan dalam jangka

waktu 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak

dapat diperpanjang.[37] Begitu juga dalam bidang Perlindungan Varietas

Tanaman atau PVT untuk tanaman semusim 20 Tahun dan untuk tanaman

tahunan 25 Tahun masa perlindungannya, merek, paten, desain tata letak sirkuit

terpadu mendapatkan perlindungan selama 10 tahun dan desain industry yang

memiliki masa perlindungan 10 Tahun. Jika kita melihat bahwa kepentingan

produk yang tidak terkindungi dengan paten bisa dilindungi dengan rahasia

dagang karena banyak sekali kepentingan yang sifatnya informatif dan memiliki

nilai ekonomis yang terlalu merepotkan dan memakan waktu relatif lama bila

harus didaftarkan satu-persatu.

4. Perlindungan Rahasia Dagang Berlangsung Otomatis

Dalam beberapa bidang Hak Kekayaan Intelektual lain seperti Perlindungan

Varietas Tanaman, merk, paten, Desain Tata letak sirkuit terpadu, Desain

Industri di dalamnya terdapat ketentuan First to file, di mana untuk mendapat

perlindungan harus ada ketentuan untuk didaftarkan inovasi dari Kekayaan

Intelektual tersebut di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

5. Adanya Publikasi dalam HKI Lainnya Sedangkan Rahasia Dagang Tidak

Berbeda dengan paten yang yang diungkapkan kepada public pada saat

permintaan paten diumumkan oleh Dirjen HKI, sedangkan rahasia dagang


54

merupakan rahasia perusahaan yang tidak diketahui oleh public sepanjang

kerahasiaannya tetap terjaga.[38]

2.2.8 Pelanggaran Rahasia Dagang

Pencipta informasi akan perlu memperlihatkan bahwa penerima menggunakan

konsep atau informasi tanpa ijin dari si pencipta. Ada dua bentuk penggunaan

tanpa ijin :[39]

a. Di mana pencipta informasi tidak memberikan izin kepada pengguna sama

sekali

b.Di mana pencipta informasi mengizinkan penerima menggunakan informasi

untuk tujuan tertentu, tetapi si penerima informasi telah menggunakan informasi

itu untuk tujuan lain dicakupan izin yang diberikan.

Perbuatan memperoleh informasi rahasia dagang secara tidak sah adalah

salah satu bentuk “business torts”. Business torts adalah suatu perbuatan

melawan hukum di bidang bisnis, yaitu perbuatan-perbuatan tidak terpuji dari

para pengusaha yang merupakan pelanggaran terhadap hak-hak perusahaan

lain.

Pelanggaran kontrak, pelanggaran kepercayaan, usaha-usaha untuk

menggoda orang melakukan pelanggaran daripada kontrak dan diperolehnya


55

rahasia dagang oleh pihak ketiga yang mengetahui atau lalai karena sepatutnya

mengetahui, bahwa praktek semacam ini dipergunakan dalam memperoleh

informasi rahasia bersangkutan itu.

Dengan lain perkataan, ini adalah rangkaian perbuatan-perbuatan yang dapat

sebagai tidak wajar dan tidak senonoh dalam pergaulan perdagangan yang baik.

Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan sengaja

mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari kepesapakatan, atau mengingkari

kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga rahasia dagang yang

bersangkutan.

Seseorang dianggap melanggar rahasia dagang pihak lain jika ia memperoleh

atau menguasai rahasia dagang tersebut dengan cara yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Suatu perbuatan tidak dianggap sebagai suatu pelanggaran rahasia dagang

jika tindakan mengungkapkan rahasia dagang atau penggunaan pertahanan

Keamanan, Kesehatan atau keselamatan masyarakat; serta tindakan rekayasa

ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan rahasia dagang milik orang

lain yang dilakukan dengan semata-mata untuk kepentingan pengembanganlebih

lanjut produk yang bersangkutan.

J. Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang


56

Secara garis besar penyelesaian sengketa rahasia dagang dapat diselesaikan

dengan cara sebagai berikut :

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

Menurut pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang pemegang hak rahasia

dagang atau penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja

dan tanpa hak melakukan pelanggaran rahasia dagang untuk melakukan :

a. Gugatan ganti rugi

Menurut Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, tanggal 5 Maret

1975 No. 1078 K/Sip/1975 dan Mahkamah Agung RI tanggal 17 Oktober 1973

No.325 K/Sip/1973, gugatan ganti rugi harus dirinci secara jelas. Dan apabila

gugatan ganti rugi tersebut tidak dirinci secara jelas maka haruslah ditolak

seluruhnya atau dinyatakan tidak diterima.[43] Pengadilan dapat memutuskan

bahwa tergugat yang menyalahgunakan informasi rahasia penggugat harus

member ganti rugi kepada penggugat atas kerugian yang dialaminya. Seringkali

sangat sulit menghitung kerugian komersial secara akurat yang dialami

penggugat sebagai akibat penyalahgunaan informasi. Perhitungan jumlah ganti

rugi yang layak sering akan melibatkan bukti-bukti sebagai berikut :


57

Jumlah uang yang dikeluarkan penggugat dalam menghasilkan informasi.

Jumlah uang yang dapat diminta penggugat dari tergugat untuk tujuan yang

sama dengan tindakan tergugat. Memerlukan saksi ahli dari seorang akuntan

atau konsultan ekonomi yang mengenal pasar yang menjadi tujuan untuk

menjelaskan harga yang biasanya dapat diminta bagi penggunaan informasi

tersebut. Laba yang tidak diperoleh penggugat sebagai akibat tindakan tergugat.

Ini sulit untuk ditentukan secara pasti. Akan tetapi, kalau pencipta informasi atau

konsep berusaha menggunakan informasi atau konsep untuk meraihkontrak

bernilai dengan pihak lain, kemudian tergugat menyalahgunakan informasi atau

konsep rahasia untuk meraih kontrak yang sama, jelas terlihat pencipta informasi

mengalami kerugian yang sama dengan nilai kontrak. Dalam konteks ini,

kerugian yang mungkin dialami mudah dihitung.

b. Penghentian semua perbuatan berkaitan dengan pemanfaatan tanpa hak

Bila terbukti terjadi pelanggaran rahasia dagang hukuman selain adanya ganti

rugi ada sanksi lain yaitu penghentian semua perbuatan berkaitan dengan usaha

yang terkait dengan cara perolehan rahasia dagang yang dengan cara

memanfaatkan tanpa hak. Yaitu apabila seseorang mengambil rahasia dagang

dari perusahaan lain kemudian mendirikan usaha baru sejenis dengan

memanfaatkan rahasia dagang yang didapat dari perusahaan lain maka bisa

saja terjadi sanksi yang demikian.


58

Sedangkan untuk prosesnya diajukan ke Pengadilan Negeri. Sanksi pidana

ysng bersifat alternatif dan kumulatif dicantumkan dengan harapan agar

pelaksanaan UU Rahasia Dagang ini dapat berjalan baik dan memberikan pilihan

bagi hakim agar dapat memberikan putusan yang adil. UU ini juga memberikan

kesempatan bagi korban atau pelapor untuk mengajukan gugatan perdata untuk

mengajukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran yang dilakukan tergugat atau

terpidana jika perkara pidana itu telah berkekuatan hukum tetap. Dengan sanksi

dan adanya hak menggugat itu kita dapat berharap pelaksanaan undang-undang

ini dapat berjalan efisien dan efektif. Di samping itu, UU juga dapat memberikan

kesempatan bagi pelapor atau korban untuk menentukan pilihan penegakan

hukum apakah melalui jalur perdata ataukah pidana.

Apabila seseorang terbukti melakukan Pelanggaran Rahasia Dagang

seseorang dengan cara sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari

kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk

menjaga rahasia dagang yang bersangkutan atau apabila ia memperoleh atau

menguasai suatu rahasia dagang dengan cara yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dipidana dengan pidana penjara

paling lama 2 (dua) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00

Delik dalam Tindak Pidana Rahasia Dagang adalah merupakan delik aduan.

Sehingga, bila terjadi perdamaian antara pelaku dan korban, pelaporan atau

pengaduan itu dapat dibatalkan atau ditarik dari kepolisian. Bahwa dalam delik

aduan, pengaduan dapat dibatalkan dan ditarik kembali sepanjang sudah ada

perdamaian.
59

Tindak pidana terhadap pelanggaran hak atas rahasia dagang merupakan delik

aduan dan bukan delik biasa. Penyidikan hanya dapat dilakukan bila ada

pengaduan dari yang berhak, yakni pemegang hak atau penerima hak. Ada

banyak perdebatan di kalangan ahli hukum tentang penempatan delik atas tindak

pidana terhadap hak atas rahasia dagang ( termasuk juga hak atas kekayaan

intelektual lainnya, kecuali hak cipta ) antara lain ada pendapat yang

mengatakan karena hak atas rahasia dagang itu adalah merupakan hak privat

sseorang. Jadi apabila ada pelanggaran atas hak tersebut maka yang dirugikan

hanya si pemilik hak, jadi tidak merugikan kepentingan umum. Padahal tidak ada

bedanya seseorang yang melakukan pencurian atas barang yang dimiliki oleh

orang lain, justru dalam KUH Pidana Indonesia ditempatkan sebagai delik biasa.

Sedangkan untuk penyidikan selain penyidik pejabat kepolisian Negara

Republik Indonesia, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

departemen yang lingkup tudas dan tanggung jawabnya meliputi Hak Kekayaan

Intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Rahasia Dagang;

Bukti biasanya diperlukan untuk membuktikan cara yang tepat bagaimana

informasi rahasia telah disalahgunakan. Setelah terbukti informasi tersebut

bersifat rahasia dan bahwa informasi itu diberikan atau diperoleh tergugat,

penggunaan informasi sulit dibuktikan secara langsung, tetapi mudah dilihat dari
60

tindakan tergugat. Misalnya barangkali sulit untuk membuktikan secara langsung

bahwa tergugat menggunakan daftar pelanggan penggugat, tetapi hal ini dapat

dilihat dari bukti yang menunjukkan tergugat telah memasarkan produknya hanya

kepada pelanggan dari daftar tersebut kalau sebelumnya tidak melakukan hal

demikian.

Saksi ahli dapat menjadi penting dalam membuktikan penggunaan informasi

tanpa ijin. Misalnya, kalau diajukan bahwa seorang mantan pegawai telah

menggunakan metode pencampuran cat yang dimiliki perusahaan cat, ahli kimia

industri dapat member kesaksian bahwa isi kimia atau presentase bauran cat

mantan pegawai sama persis dengan perusahaan cat tersebut. Saksi ahli juga

dapat membuktikan bahwa sangat tidak mungkin atau mustahil kalau si tergugat

dapat mengembangkan konsep atau informasi yang sama tanpa bantuan

informasi yang diberikan atau yang diperoleh dari penggugat.

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa

Alternatif

Selain penyelesaian sengketa melalui pengadilan seperti yang disebutkan

dalam pasal 12 Undang-Undang Rahasia Dagang memungkinkan adanya

penyelesaian melalui non-pengadilan artinya dapat melalui arbitrase atau

alternatif penyelesaian sengketa. Diantaranya dapat diselesaikan melalui

arbitrase, konsiliasi, mediasi, med-arb, negosiasi. Cenderung beberapa

penyelesaian sengketa alternatif ini tidak jarang menghasilkan sebuah


61

penyelesaian win-win solution karena bisa ditentukan oleh kedua belah pihak

bahkan tanpa aturan yang terkadang bersifat kaku. Dan penyelesaian secara

alternatif penyelesaian sengketa terkadang merupakan cerminan budaya asli dari

sosiologis masyarakat kita yang mana mengedepankan penyelesaian melalui

musyawarah untuk mencapai mufakat.

Berikut penjelasan mengenai Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa Alternatif

penulis member penjelasan di bawah ini :

a. Arbitrase

Dalam Pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999 disebutkan bahwa arbitrase

adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak

yang bersengketa”.

Arbitrase merupakan cara penyelesaian sengketa melalui “adjudikatif privat”,

yang putusannya bersifat final dan mengikat. Arbitrase sekarang diatur diatur UU

No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Dalam ketentuan Pasal 3 UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa Pengadilan

Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat

dalam perjanjian arbitrase. Adapun objek pemeriksaan Arbitrase adalah

memeriksa sengketa keperdataan, tetapi tidak semua sengketa keperdataan


62

dapat diselesaikan melalui arbitrase, hanya bidang tertentu yang disebutkan

dalam Pasal 5 ayat (1) UU No. 30 tahun 1999 yaitu :

“sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang

perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-

undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”.

Penjelasannya tidak memberikan apa yang termasuk dalam bidang

perdagangan. Jika dihubungkan dengan penjelasan Pasal 66, termasuk dalam

ruang lingkup perdagangan adalah kegiatan-kegiatan antara lain bidang :

1. Perniagaan

2. Perbankan

3. Keuangan

4. Penanaman Modal

5. Industri dan;

6. Hak Kekayaan Intelektual

Selanjutnya Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa :

“Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang

menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian”.

Dengan menggunakan penafsiran argumentum a contrario, maka kompetensi

arbitrase adalah sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang

menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dapat diadakan

perdamaian.
63

Putusan arbirase umumnya mengikat para pihak. Penaatan terhadapnya

dipandang tinggi. Biasanya putusannya bersifat final dan mengikat.[50] Itu

karena arbitrase dilaksanakan antara para pihak sendiri atas kesadaran akan

penyelesaian sengketa. Putusan arbitrase merupakan suatu putusan yang

diberikan oleh arbitrase ad-hoc maupun lembaga arbitrase atas suatu perbedaan

pendapat, perselisihan paham maupun persengketaan mengenai suatu pokok

persoalan yang lahir dari suatu perjanjian dasar (yang memuat klausula

arbitrase) yang diajukan pada arbitrase ad-hoc, maupun lembaga arbitrase untuk

diputuskan olehnya.

b. Mediasi

Pada prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar

pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat

netral (non intervensi) dan tidak berpihak (impartial) serta diterima kehadirannya

oleh pihak-pihak yang bersengketa.

Pihak ketiga tersebut disebut mediator atau penengah yang tugasnya membantu

pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak

mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Dengan mediasi

diharapkan dicapai titik temu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi para

pihak, yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan bersama.

Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator , tetapi di tangan para

pihak yang bersengketa. Berkenaan dengan tempat mediasi, para pihak dapat
64

menentukan sendiri dan memilih di mana mereka hendak diselenggarakannya

mediasi ini. Mediasi dapat diselenggarakan di manapun di dunia.

c. Med-Arb

Med-Arb merupakan bentuk kombinasi penyelesaian sengketa antara mediasi

dan arbitrase atau merupakan proses penyelesaian sengketa campuran yang

dilakukan setelah proses mediasi tidak berhasil. Jika para pihak tidak mencapai

kesepakatan secara mediasi, mereka dapat melanjutkan pada proses

penyelesaian sengketa melalui prosedur arbitrase.

Caranya sebelum sengketa diajukan kepada arbitrator, terlebih dahulu diajukan

kepada mediator. Mediator membantu para pihak untuk melakukan perundingan

guna mencapai penyelesaian. Jika tidak mencapai kesepakatan, maka mediator

memberikan pendapat agar penyelesaian sengketa tersebut diajukan kepada

arbitrator. Yang dapat bertindak sebagai arbitrator bisa mediator yang

bersangkutan atau orang lain.

d. Negosiasi

Negosiasi merupakan komunikasi 2 arah yang dirancang untuk mencapai

kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang

sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak

yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa keterlibatan


65

pihak ketiga penengah, baik yang tidak berwenang mengambil keputusan

(mediasi maupun yang berwenang (arbitrase dan litigasi).

Cara ini sesungguhnya adalah penyelesaian sengketa yang cukup mudah dan

efisien. Masing-masing pihak menunjuk juru runding yang sering disebut dengan

“negisiator”. Hasil kesepakatan juri runding dituangkan secara tertulis. Sedikit

Berbeda dengan mediasi, di sini para pihak/juri runding berhadapan satu sama

lain, tanpa ada seorang penengah.

e. Konsiliasi

Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk

mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun, Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian dari

konsiliasi. Akan tetapi, rumusan itu dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 dan

alinea 9 Penjelasan Umum, yakni konsiliasi merupakan satu lembaga alternative

dalam penyelesaian sengketa.

Dengan demikian, konsiliasi merukpakan proses penyelesaian sengketa

alternative dan melibatkan pihak ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikan

sengketa. Konsiliator dalam proses konsiliasi harus memiliki peran yang cukup

berarti. Oleh karena itu, konsiliator berkewajiban untuk menyampaikan pendapat-

pendapatnya mengenai duduk persoalannya.


66

Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan

untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang

bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat putusan dalam

sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan

proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang

dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka

2.2.9 Penyidikan

Sedangkan untuk penyidikan selain penyidik pejabat kepolisian Negara

Republik Indonesia, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

departemen yang lingkup tudas dan tanggung jawabnya meliputi Hak Kekayaan

Intelektual diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Rahasia Dagang.

Penyidik dalam perkara rahasia dagang berwenang :

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan atau keterangan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Rahasia Dagang

b. Melakukan pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan tindak pidana di

bidang Rahasia Dagang

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari para pihak sehubungan dengan

peristiwa tindak pidana di bidang Rahasia Dagang;


67

d. Melakukan pemeriksaan atas pembukuan, pencatatan dan dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana di bidang rahasia dagang.

e. Melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen lain.

f. Melakukan penyitaan terhadap bahan dan/atau barang hasil pelanggaran yang

dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang Rahasia Dagang.

g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang Rahasia Dagang.

Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dalam melakukan tugasnya memberitahukan dimulainya penyidikan dan

melaporkan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia.

Dalam hal penyidikan sudah selesai, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil

sebagaimana menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum

melalui Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesiadengan mengingat

ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pengertian Paten adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam

kerangka ini termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial

Property Right). Hak Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari

benda yaitu benda tidak berwujud (benda immateril). Pengertian benda secara

yuridis adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak. Sedangkan yang
68

dapat menjadi objek hak itu tidah hanya benda berwujud tetapi juga benda tidak

berwujud.

2.3 DEFINISI HAK PATEN

Paten merupakan suatu hak khusus berdasarkan Undang-Undang diberikan

kepada si pendapat/si penemu (uitvinder) atau menurut hukum pihak yang

berhak memperolehnya,(UU Paten Indonesia menyebutnya dengan istilah

Inventor dan istilah temuan disebut sebagai Invensi) atas permintaannya yang

diajukannya kepada pihak penguasa, bagi temuan baru di bidang teknologi,

perbaikan atas temuan yang sudah ada, cara kerja baru, atau menemukan suatu

perbaikan baru dalam cara kerja, untuk selama jangka waktu tertentu yang dapat

diterapkan dalam bidang industri.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam bidang

teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateril) yang dapat

diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa

intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah

melibatkan tenaga, waktu, dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam

kegiatan penelitian), maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai

ekonomi, yang dapat menjadi objek harta kekayaan (property). Dalam ilmu

hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas daya pikir

intelektual dalam bidang teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan yang

sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai Paten.
69

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, terdapat 2 jenis paten yaitu

paten biasa dan paten sederhana. Paten biasa adalah paten yang melalui

penelitian atau pengembangan yang mendalam dengan lebih dari satu klaim.

Paten sederhana adalah paten yang tidak membutuhkan penelitian atau

pengembangan yang mendalam dan hanya memuat satu klaim. Namun,

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 secara tersirat mengenalkan jenis-jenis

paten yang lain, yaitu paten proses dan paten produk. Paten proses adalah

paten yang diberikan terhadap proses, sedangkan paten produk adalah paten

yang diberikan terhadap produk.

Menurut literature, masih ada jenis-jenis paten yang lain saat ini, antara lain :

1. Paten yang Berdiri Sendiri (Independent Patent)

Paten yang berdiri sendiri tidak bergantung pada paten lain.

2. Paten yang Terkait dengan Paten Lainnya (Dependent Patent)

Keterkaitan antar paten dapat terjadi jika ada hubungan antara lisensi

biasa maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan kedua paten

itu dalam bidang yang berkaitan. Bila kedua paten itu dalam bidang yang

sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling memberikan lisensi

atau lisensi timbal balik (cross license).

3. Paten Tambahan (Patent of Addition) atau Paten Perbaikan (Patent of

Improvement)
70

Paten ini merupakan perbaikan, penambahan atau tambahan dari temuan

yang asli. Bila dilihat dari segi paten pokoknya, kedua jenis paten ini

hanya merupakan pelengkap sehingga disebut pula paten pelengkap

(patent of accessory). Di Indonesia tidak dikenal paten pelengkap.

4. Paten Impor (Patent of Importation), Paten Konfirmasi atau Paten

Revalidasi (Patent of Revalidation)

Paten ini bersifat khusus karena telah dikenal diluar negeri dan negara

yang memberikan paten lagi hanya mengonfirmasi, memperkuatnya, atau

mengesahkannya lagi supaya berlaku di wilayah negara yang

memberikan paten lagi (revalidasi). (Djumhana dan R Djubaedillah. 2003.

Hak Kekayaan Intelektual Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia.

Bandung : Citra Aditya Bakti, hal 121-122).

2.3.1 Sejarah dan Pengertian Hak Paten

Akar sejarah paten sudah cukup tua. Pada awalnya memang sekedar

perlindungan yang bersifat monopolistik di Eropa dan memperoleh wujud yang

jelas pada abad ke-14. Perlindungan tersebut pada awalnya diberikan sebagai

hak istimewa kepada mereka yang mendirikan usaha industri baru dengan

teknologi yang diimpor. Dengan perlindungan tersebut, pengusaha industri yang

bersangkutan diberi hak untuk dalam jangka waktu tertentu menggunakan

teknologi yang diimpornya. Hak tersebut diberi dalam bentuk Surat Paten.
71

Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pengusaha pengimpor

teknologi yang baru, agar benar-benar dapat terlebih dahulu menguasai seluk-

beluk dan cara penggunaan teknologi yang bersangkutan. Dengan demikian,

tujuan pemberian paten tersebut pada awalnya memang bukan pemberian

perlindungan kepada penemu, tetapi lebih pada rangsangan untuk pendirian

industri baru dan pengalihan teknologi. (Bambang Kesowo. 1995. Pengantar

Umum Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di Indonesia. Yogyakarta

:Fakultas Hukum Gadjah Mada, hal 15-16)

Dilihat dari sejarahnya, paten bukanlah hal baru untuk orang Indonesia. Sampai

tahun 1945 tidak kurang dari 18.000 paten telah diberikan di Indonesia

berdasarkan Undang-Undang Kolonial Belanda, Octroiiwet 1910.

Setelah kemerdekaan, pemberian paten tidaklah sebanyak seperti tahun-tahun

sebelumnya. Baru pada tahun 70-an dengan semakin meningkatnya

pembangunan ekonomi, tumbuh kesadaran baru di kalangan pemerintah untuk

memperbaharui dan melengkapi keseluruhan peraturan di bidang HaKI termasuk

paten. Alasan diadakannya pembaharuan adalah karena semakin menungkatnya

investasi yang dilakukan oleh Negara-negara maju di Indonesia. Tidak dapat

disangkal lagi, ada hubungan yang sangat erat antara tersedianya perangkat

peraturan di bidang HaKI dengan masuknya investor asing ke sebuah negara.

Jika perlindungan HaKI sangat baik yang ditandai dengan tersedianya perangkat

peraturan yang lengkap di bidang HaKI serta penegakan hukum yang


72

memuaskan, para investor pun akan tertarik untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

Kalau dilihat dari perkembangan peraturan perundang-undangan paten, Inggris

mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan undang-undang paten

di banyak negara di dunia. Sebab di negara Inggris pertumbuhan paten sangat

baik. Kemungkinan pengaruh ini sebagai akibat kedudukan negara Inggris

sebagai negara induk penjajah, yang sampai pertengahan abad ke-20 dan satu

dua abad sebelumnya, mempunyai banyak wilayah jajahan yang membawa

pengaruh hukum pula ke wilayah koloninya tersebut.

Di Indonesia DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 tentang

Paten pada tahun 1989. Indang-Undang ini kemudian mengalami perubahan

sehingga menjadi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1997. Pada tahun 2001,

pemerintah kembali memperbaharui Undang-Undang Paten dengan

mengesahkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001. Tujuan diadakannya

perubahan-perubahan tersebut adalah untuk menyesuaikan perlindungan HaKI

di Indonesia dengan standar internasional yang terdapat dalam Perjanjian

TRIP’s.

Mengenai pengertian dari paten menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 ialah :

Paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil

Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan


73

sendiri Invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain

untuk melaksanakannya.

Ada beberapa unsur penting yang dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, yaitu

1. Hak eksklusif

Hak eksklusif berarti bahwa hak yang bersifat khusus. Kekhususannya terletak

pada control hak yang hanya ada di tangan pemegang paten. Konsekuensinya,

pihak yang tidak berhak tidak boleh menjalankan hak eksklusif tersebut. Hak

eksklusif yang melekat pada pemegang paten diatur di dalam Pasal 16 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang meliputi hak-hak sebagai berikut :

 Paten produk :

Membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan,

menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau

diserahkan produk yang diberi paten.

 Paten proses :

Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang

dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksudkan dalam huruf a.

Paten produk adalah paten yang berkaitan dengan alat, mesin, komposisi,

formula, product by process, sistem, dan lain-lain. Sedangkan paten proses

mencakup proses, metode atau penggunaan.

2. Negara

Negara adalah satu-satunya pihak yang berhak memberikan paten kepada para

Inventor. Biasanya tugas ini didelegasikan kepada sebuah kantor khusus yang
74

menangani permohonan pendaftaran, pengumuman, pemeriksaan dan

pemberian sertifikat paten. Di Indonesia, tugas ini ditangani oleh Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang berada di bawah Departemen

Kehakiman dan HAM.

3. Invensi di bidang teknologi

Paten adalah cabang Hak Kekayaan Intelektual yang khusus melindungi Invensi

di bidang teknologi. Contoh-contoh teknologi yang dapat dilindungi paten adalah

teknologi mesin, listrik, obat-obatan, dan lain-lain.

4. Selama jangka waktu tertentu

Paten diberikan tidak untuk selamanya dan hanya berlaku dalam jangka waktu

yang terbatas. Oleh karena itu, hak eksklusif yang diberikan kepada pemegang

paten hanya bersifat terbatas. Setelah paten tersebut habis masa

perlindungannya, statusnya berubah menjadi public domain atau menjadi milik

umum. Setiap orang dapat memproduksi atau membuat Invensi yang telah

berakhir perlindungan patennya.

5. Invensi harus dilaksanakan

Invensi di bidang teknologi yang telah dilindungi oleh paten harus dilaksanakan.

Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 mengatur bahwa baik

paten produk maupun paten proses wajib dilaksanakan di wilayah Indonesia.

Tujuan ketentuan ini adalah untuk menunjang alih teknologi, penyerapan

investasi dan penyediaan lapangan pekerjaan. Pengecualian diberikan terhadap

Invensi di bidang tertentu yang memerlukan modal dan investasi yang besar

untuk melaksanakan paten seperti yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
75

tersebut. Jika Invensi sulit dilaksanakan, pemegang paten dapat mengajukan

kelonggaran kepada instansi terkait yang berwenang. Untuk itu, pemegang paten

harus mengajukan alasan yang kuat dengan disertai bukti bahwa Invensinya sulit

dilaksanakan di Indonesia. Salah satu contoh Invensi yang termasuk dalam

kategori tersebut adalah Invensi di bidang farmasi. Ijin untuk mendapatkan

kelonggaran dalam melaksanakan paten dapat diajukan kepada Departemen

Kesehatan (Penjelasan Pasal 17 ayat (2).

6. Invensi dapat dilaksanakan oleh pihak lain dengan persetujuan pemegang

paten. Selain dilaksanakan sendiri oleh pemegang paten, sebuah Invensi yang

telah dilindungi paten dapat dilaksanakan oleh orang lain melalui perjanjian

lisensi. Kecuali diperjanjikan lain, selama perjanjian lisensi pemegang paten

dapat tetap melaksanakan paten tersebut (Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001).

Pengertian paten menurut Octroiiwet 1910 adalah :

Paten ialah hak khusus yang diberi kepada seseorang atas permohonannya

kepada orang itu yang menciptakan sebuah produk baru cara kerja baru atau

perbaikan baru dari produk atau dari cara kerja”.(Art.1.Octroiiwet 1910,

Nederland, S.1910-313. )

WIPO memberikan pengertian paten sebagai berikut :

“A Patent is legally enforceable rights granted by virtue of a law to a person to

exclude, for a limited time, others from certain acts in relation to describe new
76

invention; the privilege is granted by a government authority as a matter of rights

to the person who is entitled to apply for it and who fulfils the prescribed

condition.

Dari pengertian tersebut dapat dilihat unsur penting paten, yakni bahwa paten

adalah hak yang diberikan pemerintah dan bersifat eksklusif. Perbuatan-

perbuatan yang merupakan hak eksklusif pemegang hak paten adalah produksi

(manufacturing) penggunaan (using),penjualan (selling) barang yang dipatenkan,

dan perbuatan yang berkaitan dengan penjualan barang itu seperti mengimpor,

dan menyimpan (stocking). (Djumhana dan R Djubaedillah. 200. Hak Kekayaan

Intelektual Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia. Bandung : Citra Aditya

Bakti, hal 116)

Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 1991 tanggal 11 Juni 1991, sebagai

penjabaran Undang-Undang Paten, ada 4 pengertian yang perlu diketahui dalam

kaitannya dengan paten, yaitu :

1. Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis megenai cara

melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh

seseorang yang ahli di bidang penemuan tersebut.

2. Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang

merupakan ringkasan dari pokok – pokok penjelasan deksripsi, klaim,

ataupun gambar.

3. Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian –

bagian tertentu dari suatu penemuan yang memuat tanda – tanda, symbol

– symbol, angka, bagan, atau diagram yang menjelaskan bagian – bagian

dari penemuan.
77

4. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

pemecahan masalah yang spesiifik di bidang teknologi, dapat berupa

produk atau proses penyempurnaan dan pengembangan produk atau

proses. Sedangkan inventor adalah seorang ang secara sendiri atau

beberapa orang yang secara bersama – sama melaksanakan ide yang

dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.

Sementara itu, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S

Poerwadarminta pengertian paten adalah :

Kata Paten berasal dari bahasa Eropa (paten/octroi) yang mempunyai arti suatu

perniagaan atau ijin dari pemerintah yang menyatakan bahwa orang atau

perusahaan boleh membuat barang pendapatannya sendiri (orang lain tidak

boleh membuatnya)”. (W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa

Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka, hal 1012.)

Dari pengertian menurut Undang-Undang dan pengertian-pengertian lainnya

diatas, dapat disimpulkan bahwa paten adalah merupakan hak bagi seseorang

yang telah mendapatkan penemuan baru atau cara kerja baru dan perbaikannya

yang kesemua istilah itu tercakup dalam satu kata “invensi” dalam bidang

teknologi yang diberikan oleh pemerintah, dan kepada pemegang haknya

diperkenankan untuk menggunakannya sendiri atau atas ijinnya mengalihkan

penggunaan hak itu kepada orang lain.

2.3.2 Subjek dan Objek Paten


78

Subjek paten menurut Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2001, yaitu :

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara

bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang

menghasilkan Invensi.

Mengenai subjek paten, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

menyebutkan :

1. Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima

lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan

2. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama,

hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para

inventor yang bersangkutan

Kedudukan Inventor adalah sama dengan pemegang paten. Namun hal tersebut

tidaklah selalu terjadi di dalam praktik. Ada kalanya Inventor dan pemegang

paten tidak berada dalam tangan yang sama. Inventor tidak selalu memiliki

kemampuan untuk memproduksi Invensi seperti yang diamanatkan oleh Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2001 di Indonesia. Oleh karena itu, Inventor biasanya

menjual Invensinya tersebut (assignment) kepada pihak investor yang

selanjutnya menjadi pemegang paten. Nama Inventor sebagai pihak yang

menghasilkan Invensi itu tetaplah dicantumkan dalam sertifikat paten.

Pencantuman nama tersebut merupakan perwujudan dari hak moral, yaitu hak

yang melekat dalam diri si Inventor walaupun kepemilikan atas Invesinya telah

beralih kepada pihak lain. Dalam kasus penjualan hak paten (assignment),
79

pelaksanaan hak eksklusif seperti tercantum di dalam Pasal 16 Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 yang dilaksanakan oleh pemegang paten, bukan Inventor.

Yang berhak memperoleh paten adalah Inventor atau yang menerima lebih lanjut

hak Inventor tersebut. Ketentuan ini memberi penegasan bahwa hanya penemu

atau yang berhak menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya karena

pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, atau sebab-sebab lain, yang berhak

memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan. Yang dianggap sebagai

penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan permintaan paten,

kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang-undang memakai titik tolak bahwa

orang atau badan yang pertama kali mengajukan permintaan paten dianggap

sebagai penemunya. Tetapi apabila di kemudian hari terbukti sebaliknya dengan

bukti kuat dan meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat berubah.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 12

disebutkan :

1. Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan

dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan

tersebut kecuali diperjanjikan lain.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) juga berlaku terhadap

invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang

menggunakan data dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya

sekalipun perjanjian tersebut tidak mengharuskannya untuk menghasilkan

invensi;
80

3. Inventor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berhak

mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat

ekonomi yang diperoleh dari Invensi tersebut.

4. Imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibayarkan:

o Dakam jumlah tertentu dan sekaligus

o Persentase

o Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah

atau bonus;

o Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

o Bentuk lain yang disepakati para pihak;

5. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan

penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh

Pengadilan Niaga.

6. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3)

sama sekali tidak menghapuskan hak Inventor untuk tetap dicantumkan

namanya dalam Sertifikat Paten.

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 12 ini hak ekonomis atas suatu

paten dapat dialihkan atau beralih kepada orang lain, karena Inventor terikat

dalam hubungan kerja atau Inventor menggunakan data dan/atau sarana yang

tersedia dalam pekerjaannya. Kecuali diperjanjkan lain, pihak yang berhak

memperoleh patennya adalah pihak yang memberikan pekerjaan atau

atasannya. Sebagai gantinya, Inventornya berhak mendapatkan imbalan yang


81

layak dengan memperhatikan manfaat ekonomis yang diperoleh dari Invesi

tersebut. Imbalannya tersebut dapat dibayarkan dalam jumlah tertentu, dan

sekaligus persentase, gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan

hadiah atau bonus, gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

bentuk lain yang disepakati para pihak yang besarnya ditetapkan oleh kedua

belah pihak atau oleh Pengadilan Niaga jika terdapat ketidaksesuaian cara

perhitungan dan penetapan besarnya imbalan. Pengalihan paten tersebut

ternyata tidak mengalihkan hak moral (moral right) yang dimiliki Inventor dan

pada dasarnya nama Inventornya tetap dicantumkan dalam Sertifikat Paten.

Selain Inventor atau mereka yang menerima lebih lanjut hak dari Inventor yang

bersangkutan, yang dikenal pula pemakai terdahulu, yang juga mendapatkan

perlindungan hukum. Menurut Pasal 14 Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun

2001, perlindungan hukum terhadap pemakai terdahulu tersebut tidak berlaku

apabila pihak yang melaksanakan Invensi sebagai pemakai terdahulu

melakukannya dengan menggunakan pengetahuan tentang Invensi tersebut dari

uraian, gambar, atau keterangan lainnya dari Invensi yang dimohonkan paten.

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001, pemegang

paten tidak harus Inventor sebagai pemilik paten, melainkan bisa pihak yang

menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih

lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam Daftar Umum Paten.


82

Dari pengertian paten yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2001, dapat diketahui bahwa objek paten itu adalah

hasil penemuan, yang diistilahkan Invensi. Invensi adalah ide Inventor yang

dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang

teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan

pengembangan produk atau proses. Undang-Undang Paten menggunakan

terminologi Invensi untuk penemuan, dengan alasan istilah Invensi berasal dari

kata Invention yang secara khusus dipergunakan dalam kaitannya dengan paten.

Dalam Persetujuan Strasbourg tahun 1971 telah diklasifikasikan secara

Internasional objek paten, yang dibagi dalam 8 seksi, dan 7 seksi di antaraya

masih terbagi dalam subseksi sebagai berikut :

Seksi A : Kebutuhan manusia (human necessities)

Subseksi :

a. agraria (agriculture);

b. Bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuff and tobacco);

c. Barang-barang perseorangan dan rrumah tangga (personal and domestic

articles);

d. Kesehatan dan hiburan (health and amuseme

Seksi B : Melaksanakan karya (performing operations)

Subseksi :

a. Memisahkan dan mencampurkan (separating and mixing)


83

b. Pembentukan (shaping)

c. Pencetakan (printing)

d. Pengangkutan (transporting)

Seksi C : Kimia dan perlogaman (chemistry and metallurgy) Subseksi :

a. Kimia (chemistry)

b. Perlogaman (metallurgy)

Seksi D : Pertekstilan dan perkertasan (textiles and paper)

Subseksi :

a. Pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan sejenis (textiles

and flexible materials and other-wise provided for);

b. Perkertasan (paper)

Seksi E : Konstruksi tetap (fixed construction)

Subseksi :

a. Pembangunan gedung (building)

b. Pertambangan (mining)

Seksi F : Permesinan (mechanical engineering)

Subseksi :
84

a. Mesin-mesin dan pompa-pompa (engins and pumps)

b. Pembuatan mesin pada umumnya (engineering in general)

c. Penerangan dan pemanasan (lighting and heating)

Seksi G : Fisika (physics)

Subseksi :

a. Instrumentalia (instruments)

b. Kenukliran (nucleonics)

Seksi H : Perlistrikan (electricity) (R.M. Suryodiningrat. 1981. Aneka hak Milik

Perindustrian, Bandung : Tarsito, hal 49-50. Klasifikasi objek-objek paten

tersebut di atas sampai saat ini menjadi acuan di berbagai negara, walaupun

disana-sini telah berubah sejalan dengan kemajuan teknologi dan ilmu

pengetahuan.)

Berdasarkan kutipan di atas nampak jelas bahwa cakupan paten itu begitu luas,

sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia. Kreasi apa saja yang

dilahirkan dari cakrawala daya piker manusia dapat menjadi objek paten,

sepanjang hal itu temuan dalam bidang teknologi dan dapat diterapkan dalam

bidang industri termasuk pengembangannya. Dengan demikian pula tidak

tertutup kemungkinan objek paten ini akan berkembang sejalan dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan intelektual

manusia.
85

2.3.3 Hak, Kewajiban dan Subjek Pemegang Paten

Dalam pelaksanaannya, pemegang paten dapat memiliki hak dan kewajiban

tersendiri dalam melaksanakannya.Berikut ini dapat dijelaskan beberapa hak dan

kewajiban dari pemegang paten tersebut.

a) Hak Pemegang Paten

1. Mereka yang dikatakan pemegang paten dapat memiliki hak eksklusif dalam

melaksanakan paten yang dimilikinya sehingga orang

lain dilarang melaksanakannya tanpa persetujuannya. Persetujuan tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Dalam hal paten produk, yang dapat meliputi pembuatan, penjualan,

mengimport, menyewa, menyerahkan, memakai, penyediaan untuk

penjualan atau disewakan dan diserahkan produk yang diberi paten.

b. Dalam hal paten proses, yang dapat meliputi penggunaan suatu proses

produksi yang telah memiliki paten dalam membuat suatu barang dan hal

lainnya.

2. Mereka yang dikatakan pemegang paten berhak atas memberikan sebuah

lisensi kepada orang lain berdasarkan perjanjian yang

terdapat dalam surat perjanjian lisensi.

a. Atas temuanya, pemegang paten berhak untuk melakukan gugatan atas

ganti rugi melalui pengadilan negeri setempat , kepada siapa pun, yang
86

dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan yang telah

dijelaskan dalam butir 1 di atas.

b. Pemegang paten berhak untuk melakukan tuntutan kepada orang yang

dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan

dasar melakukan suatu tindakan yang telah dijelaskan dalam butir 1 di

atas.

b) Kewajiban Pemegang Paten

1. Mereka yang mempunyai hak paten tentu harus membayar semua biaya

pemeliharan paten atau yang biasa disebut biaya tahunan.

2. Wajib dalam melaksanakan paten yang berlaku di wilayah Indonesia

kecuali pelaksanaan paten yang demikian dilakukan secara ekonomi

hanya layak dalam skala regional serta terdapat adanya pengajuan

permohonan tertulis dari pemegang paten dimana permohonan tersebut

harus disertai dengan berbagai alas an serta bukti yang sudah diberikan

oleh instansi yang berwenang dan juga telah disetujui oleh Ditjen HKI.

c) Subjek Paten

Ketentuan mengenai subjek Paten ini diatur dalam Pasal 10 UU No. 14 tahun

2001 tentang Paten. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan bahwa yang berhak

memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor

yang bersangkutan. Jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara

bersama-sama, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh

para inventor yang bersangkutan. Kecuali terbukti lain, yang dianggap sebagai
87

inventor adalah seorang atau beberapa orang yang untuk pertama kali

dinyatakan sebagai inventor dalam permohonan.

Pihak yang berhak memperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan

dalam suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut,

kecuali diperjanjikan lain. Ketentuan tersebut juga berlaku terhadap invensi

yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang menggunakan data

dan/atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun perjanjian tersebut

tidak mengharuskannya untuk menghasilkan invensi. Inventor yang seperti ini

berhak mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat

ekonomi yang diperoleh dari invensi tersebut. Imbalan tersebut meliputi :

1. Dalam jumlah tertentu dan sekaligus;

2. Persentase;

3. Gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau

bonus;

4. Gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus; atau

5. Bentuk lain yang disepakati para pihak.

Ketentuan-ketentuan di atas besarnya ditetapkan oleh pihak-pihak yang

bersangkutan. Dalam hal tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan

dan penetapan besarnya imbalan, keputusan untuk itu diberikan oleh Pengadilan

Niaga. Ketentuan tersebut juga sama sekali tidak menghapuskan hak inventor

untuk tetap dicantumkan namanya dalam Sertifikat Paten.


88

B. Istilah Hak Paten

a. Invensi

Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan

pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa

produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk

atau proses.

b. Inventor

Inventor adalah seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang

secara besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam

kegiatan yang menghasilkan invensi.

c. Hak Prioritas

Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang

berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention for

Protection of Industrial Property atau Agreement Establishing the World

Trade Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal

penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan

yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu selama

pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan

berdasarkan Paris Convention tersebut.

d. Hak Ekslusif

Hak ekslusif adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegang hak

paten dalam jangka waktu tertentu, yang dimaksud untuk melaksanakan

sendiri secara komersial hak tersebut ata dapat juga memberikan

haknya kepada orang lain untuk melaksanakannya.


89

e. Lisensi

Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak

lain berdasar perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat

ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu

dan syarat tertentu.

f. Lisensi Wajib

Lisensi wajib adalah lisensi untuk melaksanakan paten yang diberikan,

berdasarkan keputusan DJHKI, atas dasar permohonan berikut ini.

1. Setiap pihak dapat mengajukan permohonan lisensi wajib kepada

DJHKI setelah lewat jangka waktu 36 bulan terhitung sejak tanggal

pemberian paten dengan membayar biaya tertentu, dengan alasan

bahwa paten yang bersangkutan tidak dilaksanakan atau tidak

dilaksanakan sepenuhnya di Indonesia oleh pemegang paten;

2. Permohonan lisensi wajib dapat pula diajukan setiap saat setelah

paten diberikan atas dasar alasan bahwa paten telah dilaksanakan

oleh pemegang paten atau pemegang lisensinya dalam bentuk dan

dengan cara yang merugikan kepentingan masyarakat;

3. Selain kebenaran alasan tersebut, lisensi wajib hanya dapat

diberikan apabila: Pemohon dapat menunjukan bukti yang

meyakinkan bahwa ia:

a. mempunyai kemampuan untuk melaksanakan sendiri paten yang

bersangkutan secara penuh;


90

b. mempunyai sendiri fasilitas untuk melaksanakan paten yang

bersangkutan dengan secepatnya;

c. telah berusaha mengambil langkah-langkah dalam jangka waktu

yang cukup untuk mendapatkan lisensi dari pemegang paten atas

dasar persyaratan dan kondisi yang wajar, tetapi tidak mendapat

hasil; dan

d. DJHKI berpendapat bahwa paten tersebut dapat dilaksanakan di

Indonesia dalam skala ekonomi yang layak dan dapat

memberikan manfaat kepada sebagian besar masyarakat.

2.3.4. Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Tentang Paten

1. Undang-undang No.14 Tahun 2001 tentang Paten (UUP);

2. Undang-undang No.7 Tahun 1994 tentang Agreement Establishing the

Word Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi

Perdagangan Dunia);

3. Keputusan persiden No. 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris

Convention for the protection of Industrial Property;

4. Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Pemerintah

Paten;

5. Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1991 tentang Bentuk dan Isi Surat

Paten;

6. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Paten

Sederhana;
91

7. Keputusan Menkeh No. M.02-HC.01.10 Tahun 1991 tentang

Penyelenggaraan Pengumuman Paten;

8. Keputusan Menkeh No. N.04-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Persyaratan,

Jangka Waktu, dan Tata Cara Pembayaran Biaya Paten;

9. Keputusan Menkeh No.M.06.- HC.02.10 Tahun 1991 tentang

Pelaksanaan Pengajuan Permintaan Paten;

10. Keputusan Menkeh No. M.07-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Bentuk dan

Syarat-syarat Permintaan Pemeriksaan Substantif Paten;

11. Keputusan Menkeh No. M.08-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Pencatatan

dan Permintaan Salinan Dokumen Paten;

12. Keputusan Menkeh No. M.04-PR.07.10 Tahun 1996 tentang Sekretariat

Komisi Banding Paten;

13. Keputusan Menkeh No. M.01-HC.02.10 Tahun 1991 tentang Tata Cara

Pengajuan Permintaan Banding Paten.

2.3.5. Pengalihan Paten

Paten atau pemilikan paten dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya maupun

sebagian karena hal-hal berikut ini, yaitu:

1) Pewarisan;

2) Hibah;

3) Wasiat;

4) Perjanjian tertulis; atau


92

5) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

2.3.6. Lingkup Paten

1. Paten Sederhana

Setiap invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai nilai kegunaan

praktis disebabkan karena bentuk, konfigurasi, konstruksi atau komponennya

dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk paten sederhana.

2. Paten Dari Beberapa Invensi

Permohonan paten dapat diajukan satu atau beberapa invensi, tetapi harus

merupakan satu kesatuan invensi. Satu kesatuan invensi yang dimaksud adalah

beberapa invensi yang memiliki keterkaitan antara satu invensi dengan invensi

yang lain, misalnya suatu invensi berupa alat tulis yang baru beserta tinta yang

baru. Alat tulis dan tinta tersebut merupakan satu kesatuan, karena tersebut

khusus untuk digunakan pada alat tulis baru tersebut.

2.3.7. Invensi yang Tidak Dapat Diberi Paten

Invensi yang tidak dapat diberi paten adalah tentang hal-hal berikut ini, yaitu:

1) Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau kesusilaan;


93

2) Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan atau pembedahan yang

diterapkan terhadap manusia dan atau hewan;

3) Teori dan metode dibidang ilmu pengetahuan dan matematika; atau

4) Semua makhluk hidup, kecuali jasad renik serta proses biologis yang esensial

untuk memproduksi tanaman atau hewan kecuali proses non biologis atau

proses mikrobiologis.

2.3.8. Jangka Waktu Perlindungan Paten

Paten (sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-undang

Nomor 14 Tahun 2001) diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh)

tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat

diperpanjang.Paten Sederhana (sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001) diberikan untuk jangka waktu 10

(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak

dapat diperpanjang.

2.3.9. Pelanggaran dan Sanksi

Pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak

Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barang siapa yang dengan

sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten dengan melakukan

salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,

menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau


94

diserahkan produk yang diberi paten dan menggunakan proses produksi yang

diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.

Pidana penjara paling lama 4 tahun dan atau denda paling banyak Rp

250.000.000,00 (dua ratus juta lima puluh juta rupiah) bagi barang siapa yang

dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang paten sederhana

dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual,

mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau

disewakan atau diserahkan produk yang diberi paten dan menggunakan proses

produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.

2.3.10. Permohonan Paten

Permohonan paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan.

dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap empat. Pemohon wajib

melampirkan:

a. Surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui konsultan paten

terdaftar selaku kuasa;

b. Surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang

bukan penemu;

c. Deskripsi, klaim, abstrak: masing-masing rangkap 3 (tiga).

2.3.11. Keuntungan dan Kerugian Paten


95

Ada 4 keuntungan sistem paten jika dikaitkan dengan peranannya dalam

meningkatkan perkembangan teknologi dan ekonomi.

a. Paten membantu menggalakkan perkembangan teknologi dan ekonomi

suatu negara:

b. Paten membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbhnya

industri-industri lokal;

c. Paten membantu perkembangan teknologi dan ekonomi negara lain

denan fasilitas lisensi;

d. Paten membantu tercapainya alih teknologi dari negara maju ke negara

berkembang.

Kerugian paten adalah berkaitan dengan biaya paten yang relatif mahal dan

jangka waktu perlindungan yang relatif singkat, yaitu 20 tahun untuk paten biasa

dan 10 tahun untuk paten sederhana. Selain itu, tidak semua invensi dapat

dipatenkan menurut undang-undang paten yang berlaku.

Dibandingkan dengan paten, biaya pengurusan rahasia dagang relatif

murah. Hal itu disebabkan rahasia dagang tidak perlu didaftarkan. Jangka waktu

monopolinya juga tidak ada batasnya bergantung kepada pemilik rahasia dagang

dapat menjaga kerahasiaan invensinya tersebut. Kerugian rahasia dagang

adalah berkaitan dengan upaya untuk menjaga kerahasiaan informasi tersebut.

Jika informasi tersebut diketahui pihak lain, perlindungan rahasia dagang

berakhir dan semua orang dapat menggunakannya. Kerugian lainnya adalah

apabila terjadi sengketa dengan pihak lain, dimana pemilik rahasia dagang dapat

memenuhi kesulitan mempertahankan haknya di depan pengadilan mengingat


96

rahasia dagang tidak didaftarkan. Sistem paten merupakan titik temu dari

berbagai kepentingan, yaitu:

a. Kepentingan pemegang paten

b. Kepentingan para investor dan saingannya

c. Kepentingan para konsumen

d. Kepentingan masyarakat umum

2.4 DEFINISI FARMASI

Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu

penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk

disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi

mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilahan, aksi farmakologis,

pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan bahan obat dan sediaan

obat.

Pengetahuan kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan

obat yang sesuai dan aman, baik melalui resep dokter berizin, dokter gigi, dan

dokter hewan, maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara

menyalurkan atau menjual langsung kepada pemakai.

Sebagian besar kompetensi farmasi ini diterjemahkan menjadi produk

yang dikelola dan didistribusikan secara professional bagi yang

membutuhkannya. Pengetahuan farmasi disampaikan secara selektif kepada

tenaga professional dalam bidang kesehatan dan kepada orang awam dan
97

masyarakat umum agar pengetahuan mengenai obat dan produk obat dapat

memberikan sumbangan nyata bagi kesehatan perorangan dan kesejahteraan

umum masyarakat.

2.4.1 Sejarah Farmasi

A. Zaman Permulaan

Penemuan arkeologi mengenai tulisan-tulisan mengenai farmasi yang terkenal

adalah penemuan catatan-catatan yang disebut 'Papyrus Ebers', papyrus ebers

ini merupakan suatu kertas yang berisi tulisan yang panjangnya 60 kaki (kurang

lebih 20 meter) dan lebarnya 1 kaki (sekitar sepertiga meter) berisi lebih dari 800

formula atau resep. Disamping itu disebutkan juga 700 obat-obatan yang

berbeda antara lain obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan seperti : akasis,

biji jarak (castrol), anisi serta mineral seperti besi oksida, natrium bikarbonat,

natrium klorida dan sulfur.

Dokumen ini ditemukan george ebers, seorang ahli sejarah mesir berkebangsaan

Jerman. sekarang dokumen ini disimpan di universitas of leipzig, Jerman.

B. Awal masehi

Sejarah farmasi dan kedokteran juga dipengaruhi tokoh tokoh seperti hippocrates

(450-370 SM), Dioscorides (abad ke-1 M), dan Galen (120-130 M)

1. Hippocrates (450-370 SM) merupakan seorang Dokter yunani yang dihargai

karena memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah, ia membuat

sistematika dalam pengobatan, serta menyusun uraian tentang beratus-ratus

jenis obat-obatan, ia juga dinobatkan sebagai bapak dari ilmu kedokteran.


98

2. Dioscorides (abad ke-1 M), seorang dokter yunani yang merupakan seorang

ahli botani, yang merupakan orang pertama yang menggunakan ilmu-tumbuh

tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan, Hasil karyanya berupa De Materia

Medika. Selanjutnya mengembangkan ilmu farmakognosi. Obat obatan yang

dibuat dioscoridaes antara lain napidium, opium, ergot, hyosciamus, dan

cinnamon.

3. Galen (120-130 M), seorang Dokter dan ahli Farmasi bangsa yunani

berkewarganegaraan romawi, yang menciptakan suatu sistim pengobatan,

fisiologi, patologi yang merumuskan kaidah yang banyak diikuti selama 1500

tahun, Dia merupakan pengarang buku terbanyak dizamannya, ia telah meraih

penghargaan untuk 500 bukunya tentang ilmu kedokteran-farmasi serta 250

buku lainnya tentang falsafal, hukum, maupun tata bahasa. Hasil karyanya

dibidang farmasi uraian mengenai banyak obat, cara pencampuran dsb,

sekarang lazim disebut farmasi 'galenik'.

C. Abad kegemilangan Farmasi di peradaban Arab-Islam

Setelah abad pertama masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan dibidang

pengetahuan termasuk farmasi di barat mengalami kemunduran, dikenal dengan

abad kegelapan (Dark Age). Kebangkitan di dunia farmasi selanjutnya diilhami

dengan turunnya Al-Qur'an seiiring dengan kemajuan bangsa arab yang

merupakan pusat peradaban dunia termaju saat itu, dimana ilmuan ilmuan islam

berpatokan pada Al-Qur'an dan Metode pengobatan nabawi (Nabi), disamping

penelitian dan pengembangan lainnya.


99

Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui berbagai karya

asli dan terjemahan, dunia arab telah menjembatani ilmu yang menghubungkan

yunani dengan dunia farmasi modern saat sekarang ini. Puncak sumbangan

dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat dikatakan ketika adanya

suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260 yang disusun oleh seorang

ahli kefarmasian berpengalaman dari mesir (Abu'l-Muna Al-Kohen al-Attar),

dalam panduan praktek kefarmasian tersebut attar menuliskan pengalaman

hidupnya serta ilmu dalam seni apotek atau seni dalam meracik obat, yang

sebagiab besar juga menguraikan etika farmasis sebagai profesi kesehatan.

Ilmuan Farmasi yang terkenal pada zaman ini antara lain :Yuhanna bin

Masawayah (777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl Rabban Al-tabari (808), Sabur bin

Sahl, Zayd Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-873), dan lain lainnya.

C. Menjelang Abad pertengahan dan Abad ke 20

Pada tahun 1240 raja jerman frederick II secara resmi memisahkan ilmu farmasi

dari kedokteran, sehingga sekarang dikenal ilmu farmasi dan ilmu kedokteran.

Tokoh selanjutnya yang berpengaruh adalah Philippus Aureolus Theopharastus

Bombastus von hoheaheim, , ia juga dikenal dengan nama paracelcus (1493-

1542 M) seorang dokter dan ahli kimia, yang merubah paradigma ilmu farmasi

yang mulanya berdasarkan ilmu tumbuhan menjadi profesi yang berkaitan erat

dengan ilmu kimia, paracelcus juga berhasil menyiapkan obat kimiawi yang

dipakai sebagai obat internal untuk melawan penyakit tertentu.

1. Menjelang abad ke-20 Penelitian farmasi awal mulai banyak dilakukan :

Karl Wilhelm (1742-1786) seorang ahli farmasi swiss berhasil menemukan zat
100

kimia seperti asam laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam tartrat dan asam

arsenat.

2. Scheele juga berhasil mengidentifikasi gliserin, menemukan cara baru

membuat calomel, dan asam benzoat serta menemukan oksigen.

3. Friedrick seturner merupakan ahli farmasi jerman (1783-1841) berhasil

mengisolasi morpin dari opium, Pada tahun 1805, seturner juga menganjurkan

suatu seri isolasi dari tumbuhan lainnya juga.

4. Joseph Caventou (1795-1877) dan joseph pelletier (1788-

1842) menggabungkan keahlian mereka dalam mengisolasi kina dan sinkonin

dari sinkona.

5. Joseph pelletier (1788-1842) dan pirre robiquet (1780-1840) mengisolasi kafein

dan robiquet sendiri memisahkan kodeina dari opium. secara metode satu

persatu zat kimia diisolasi dari tanaman, serta diidentifikasi sebagai zat yang

bertanggung jawab terhadap aktifitas medis tanamannnya. dieropa abad ke18

dan 19 M mereka berdua sangat dihargai karna kemampuannya. Mereka juga

menerapkan kemampuan ilmu farmasi pada pembuatan produk-produk obat

yang mempunyai standar kemurnian, keseragaman, dan khasiat yang tinggi

daripada yang sebelumnya dikenal. ekstraksi dan isolasi ini merupakan

keberhasilan yang sangat besar dibidang sediaan yang dipekatkan, sehingga

saat itu banyak ahli farmasi yang membuat sediaan obat dari tanaman meski

dalam skala yang kecil.

Pada awal abad ke-19 obat diamerika umumnya diimpor dari eropa, walaupun

banyak obat asli amerika yang berasal dari suku indian yang diambil oleh

pendatang. Seiring terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat, muncul 3


101

perusahaan farmasi pertama diketahui telah berdiri sebelum tahun 1826 dan 22

perusahaan muncul setengah abad kemudian. pada tahun 1821 sekolah farmasi

pertama didirikan di philadelphia

2.4.2. Sejarah Farmasi di Indonesia

A. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan

Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan

pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

B. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958

Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai

bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka

sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama, dengan jangka waktu

pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten

apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga

mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun

lulusan dari dalam negeri.

C. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967

Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam

kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang

cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan

bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang
102

memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar

negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan

devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya

dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu,

penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor.

Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak

terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan

standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan

yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh

pemerintah antara lain :

1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan

2. Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang

3. Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan

4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini

pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia,

yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.

Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8

Juni 1962, antara lain ditetapkan :

1. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan

2. Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari

1963.
103

Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya

antara lain :

1. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,

2. Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku

lagi sejak tanggal 1Februari 1964, dan

3. Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya

dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964. Pada tahun 1963,

sebagai realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga

Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199

tanggal 11 Juli 1963).

2.4.3 Badan POM

Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkat Badan POM adalah sebuah

lembaga di Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan

makanan di Indonesia. Fungsi dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan

tugas Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat.

Sesuai Pasal 67 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

Sesuai Pasal 3 Keputusan Kepala Badan POM No. 02001/SK/KBPOM, Badan

POM mempunyai fungsi :

1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan Obat dan Makanan.


104

2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan

POM.

4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap

kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bindang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,

kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah

tangga.

2.4.4. Balai Besar/Balai POM (Unit Pelaksana Teknis)

Sesuai Pasal 2 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014, Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan

atas produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,

kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan

bahan berbahaya.

Sesuai Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014, Unit

Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,

produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.


105

3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk

secara mikrobiologi.

4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan

sarana produksi dan distribusi

5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang

ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas Obatdan

Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.

2.4.5. PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional)

Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat

kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan

berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

melaksanakan pembinaan mutu Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan.

Dalam melaksanakan tugas, PPOMN menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan;

2. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik,

narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tradisional,

kosmetik, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya;

3. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN;


106

4. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan;

5. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian;

6. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan;

7. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

2.4.6. PPOM (Pusat Penyidikan Obat dan Makanan)

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap

perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika

dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan

serta produk sejenis lainnya.

Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan

makanan;

2. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan;

3. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan

obat dan makanan.

2.4.7. PROM (Pusat Riset Obat dan Makanan)

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan

pangan dan produk terapetik.

Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Riset mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan;

b. Pelaksanaan riset obat dan makanan;

c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.


107

2.4.8. PIOM (Pusat Informasi Obat dan Makanan)

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi

obat,informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi.

Dalam melaksanakan tugas PIOM mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan;

2. Pelaksanaan pelayanan informasi obat;

3. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan;

4. Pelaksanaan pelayanan keamanan pangan;

5. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi;

6. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan

makanan;

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan. Perusahaan Farmasi

adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang penemuan obat-obatan.

Penemuan Obat-obatan yang dihasilkan oleh perusahaan farmasi sangat

bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Respon dunia farmasi

terhadap penemuan obat-obatan disebabkan banyaknya kebutuhanyang

memaksa para peneliti melakukan research terhadap obat apa yang dapat

menyembuhkan penyakit, penemuan itu timbul karena suatu dorongan. DNC,

“Merek Dagang Bagi Perusahaan Farmasi.

Dunia farmasi cenderung memberikan yang terbaik bagi dunia kesehatan,

dengan banyaknya perusahaan-perusahaan farmasi, persaingan didunia obat-

obatan sangatlah terlihat jelas, bahkan tidak jarang terjadi singgungan-

singgungan dipasar dikarenakan oleh hampir miripnya Nama atau Merek Dagang

dari perusahaan farmasi.” Ibid


108

Bahwa hampir miripnya merek-merek obat-obatan farmasi dikarenakan,

perusahaan farmasi menggunakan nama penemu, atau nama formula,

peruntukan penemuan yang ditemukan. Merek bagi perusahaan Farmasi adalah

jaminan bahwa hasil produksinya tidaklah berbahaya atau membahayakan

kehidupan manusia. Merek Dagang bagi Perusahaan Farmasi adalah sebagai

tanggung jawab moral atas kelangsungan kehidupan manusia. “Hukum adalah

alat yang digunakan untuk mengatur jalannya kegiatan ekonomi, membuat orang

melaksankan kesepakatan yang telah disepakati bersama, sebagai landasan

untuk melakukan perikatan, dan hukum digunakan untuk dipatuhi, bukan untuk

dikesampingkan. Kesemuanya itu harus dilandasi itikad baik, saling percaya, dan

menghargai kesepakatan.” Ibid

Bahwa didalam klausul perjanjian sering disebutkan dan dinyatakan apabila

wanprestasi dari apa yang disepakati dapat dapat menempuh jalur yang

ditetapkan, ini semua sudah dapat diduga bahwa manusia itu cenderung akan

melakukan kesalahan dan keluar dari kesepakatan yang sudah disepakati.

Aturan hukum harus dibuat dan ditaati, dipatuhi untuk menjaga stabilitas

kehidupan, intinya kejujuran ditegakkan dan mengutamakan mejaga

kesepakatan, saling menjaga dan menitipkan kepercayaan masing-masing untuk

dipegang teguh oleh kedua belah pihak sampai berakhirnya kesepakatan. Hak

Kekayaan Intelektual bagi dunia bisnis adalah primadona dalam menciptakan

image terhadap apa yang dibangun, dan juga sebagai ujung tombak untuk

menciptakan pasar.
109

Dewasa ini masyarakat tidak lagi bertransaksi ekonomi dengan produk tetapi

dengan melihat Perusahaan, nama produk. Transaksi telah bergeser dari produk

menjadi sebuah nama. Nama merupakan suatu jaminan bahwa produk yang

ditawarkan adalah produk yang berkwalitas.

Perubahan pola transaksi yang berkembang dipasar harus diikuti atau kesiapan

perangkat hukum yang ada guna mengawal proses transaksi ekonomi dari

produsen ke konsumen. Bahwa sebuah nama yang berkwalitas akan

menciptakan konsekwensi terjadinya pemalsuan, kejahatan dibidang ekonomi.

Untuk itu diperlukan kekuatan untuk mengantisipasi terjadinya kejahatan yang

dilakukan oleh perusahaan lain atau pesaing. Penegak hukum adalah orang

yang berkepentingan dalam menegakkan hukum atas terjadinya kejahatan atau

pelanggaran hukum.

Anda mungkin juga menyukai