PENDAHULUAN
54
55
1.3.2. Instansi
Adapun manfaat percobaan saluran terbuka ini terhadap instansi
adalah pemerintah dapat membangun bangunan air dengan cara
mengambil data yang telah dilakukan penelitian pada suatu objek.
1.3.3. Individu
Adapun manfaat percobaan saluran terbuka ini terhadap diri sendiri
yaitu dengan di adakanya praktikum ini saya dapat menambah wawasan
tentang saluran terbuka.
BAB II
LANDASAN TEORI
57
58
2.1.1. Aliran Tunak dan Tak Tunak (Steady and Unsteady Flows)
Aliran tunak atau aliran permanen adalah kondidi dimana
komponen aliran tridak berubah terhadap waktu. Contohya adalah aliran
di saluran sungai yaitu pada kondisi tidak ada perubahan aliran,
sedangkan aliran tak tunak atau aliran tidak permanen adakah kondisi
dimana komponen aliran berubah terhadap waktu.
Saluran ini di lengkapi dengan keran tekanan udara ada pada titik-
titik tertentu mendapat lubang untuk pemasangan model bangunan air.
Saluran ini di lengkapi pula dengan tangki pelayanan berikut yaitu
pompa sirkulasi air dan alat pengukur debit.
59
v=C.√R.I
Keterangan :
v = kecepatan aliran (m/s)
C = koefisien chezy
R = radius hidrolik (m)
I = kemiringan muka air (%)
60
Pintu sorong merupakan salah satu kontruksi pengukur debit. Pada pintu
sampel program kerja proyek pada umunya. Pada suatu pintu sorong ini, pintu
sorong memiiki prinsip konsentrasi energi dan momen dapat di terapakan.
61
Keterangan :
Q = Debit aliran (m3/s)
Yg = tinggi bukaan pintu (m)
H0 = Tinggi tekanan total dihulu = y0 + v02/ 2g (m)
Y0 = kedalaman air dihulu (m)
H1 = tinggi tekanan total dihilir = y1 + v12/ 2g (m)
Y1 =kedalaman air dihulu (m)
Debit aliran yang terjadi dipintu sorong pada kondisi aliran air bebas
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q=Cd.B.yg.√2.g.𝑦0
keterangan :
Q = Debit aliran (m3/s)
Cd = koefisien debit
B = lebar pintu (m)
62
Pada gambar 2.2 ditunjukan bahwa gaya resultan yang terjadi pada
pintu sorong sanagat berpengaruh pada pintu sorong dana dapat di tulis
sebagai berikut :
y0 PQ y1
Fg = 2 g y12 y 1 b. y 1 y
2
1
1 2
1 0
63
Keterangan :
Fg = Resultan gaya dorong pada pintu sorong (non- hidrostatik) (N)
FH =Resultan gaya dorong akibat gaya dorong hidrostatik (N)
e = rapat massa fluida (kg/m3)
g= percepatan gravitasi bumi (m/s2)
b= lebar pintu (m)
yg= tinggi bukaan pintu (m)
y0= kedalaman air dihulu (m)
y1= kedalaman air dihilir (m)
Q = debit aliran (m2/s)
= rapat massa fluida (kg/m3)
1
FH = 2. .g . (y2 – yg)2
Keterangan :
FH = resultan gaya darong akibat gaya hidrostatis (N)
= rapat masa fluida (kg/m3)
g = percepatan grafitasi (m/s2)
yo= kedalaman air dihulu pintu (m)
yg = tinggi bukaan pintu (m)
64
2.3 Debit
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat
dalam suatu tempat atau yang dapat dihitunng dalam satuan waktu. Secara
matematis debit dapat di rumuskan sebagai berikut :
Q =A . v
Keterangan :
Q = debit air (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Aliran air dikatakan memeiliki sifat ideal apabila air berpindah tanpa
mengalami gesekan. Hal berarti pada gesekan air tersebut memiliki kecepatan
yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa bergerak berurutan karena
gravitasi bumi.
2.4 Kecepatan
Kecepatan adalah besaran vektor yang menunjukan seberapa cepat
bendah berpindah. Besar dari vektor ini disebut dengan kelajuan (m/s),
dirumuskan dengan :
s
v=
t
65
Keterangan :
v = kecepatan (m/s)
s = jarak (m)
t = waktu tempuh (s)
v2
E = y + 2.g
Keterangan :
E = energi spesifik pada titik tinjauan (m)
y = kedalaman air di titik yang di tinjau (m)
V = kecepatan air di titik yang di tinjau (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
66
va v
y0 yb b
2.g 2.g
2
Y3Y1
1 3
4.Y .Y
Keterangan :
total kehilangan energi sepanjang loncat air (joule)
Va = kecepatan rerata sebelum loncat air (m/s)
ya = kedalaman air sebelum loncat air (m)
Vb = kecepatan rerata setelah loncat air (m/s)
Yb= kedalaman air setelah loncat air (m)
67
Aliran pada kedalaman lebih besar dari pada kedalaman kritik dinamakan
dengan aliran sub kritik. Sementara itu apabila kurang dari kedalaman kritik di
namakan dengan aliran super kritik.
Pada saluran segi empat dengan lebar satu satuan panjang, dimana garis
aliran adalah paralel, dapat ditunjukan bahwa :
68
Q2 3
yc 3 dan Ec E min y c
g 2
Keterangan :
Ec = energi spesifik minumum (joule)
Q = debit (m3/s)
G = percepatan gravitasi (m/s2)
yc= kedalaman kritik (m)
pada saat kemiringan saluran cukup untuk membuat aliran seragam dan
kedalaman kritik, kemiringan ini dinamakan dengan kemiringan kritik, perlu di
perhatikan bahwa permukaan air dapat menimbulkan gelombang pada saat
aliran mendekati kondisi kritik, karena perubahan energi kecil saja dari energi
spesifik akan mengakibatkan perubahan aliran yang cukup besar dapat di
perhatikan dari kurva energi spesifik.
.v.d
Re
V.d
Re
Keterangan :
Re = bilangan reynolds
V = kecepatan aliran rata-rata aliran dalam pipa (m/s)
d = diameter (m)
= viskositas dinamika (N.s/m2)
= densitas (kg/m2)
bangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari
pada kecepatan kritis, maka alirannya di sebut subkritis (fr< 1), sedangkan jika
kecepatannya lebih besar dari pada kecepatan kritis, maka alirannay disebut
superkritis (fr > 1).
V
Fr
g .h
Keterangan :
Fr = bilangan froude
V = kecepatan aliran (m/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = kedalaman aliran (m)
Saluran-Terbuka-docx
Keterangan gambar:
W = tinggi jagaan (m)
h = tinggi muka air (m)
B = lebar dasar saluran (m)
m = kemiringan dinding
A = (B + mh) h
P = B + 2h (m2 + 1)
A
R=
p
h2 h1
Iw Is
L
Keterangan:
A = luas tampang basah (m2)
B = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi muka air (m)
m = kemiringan dinding saluran
72
Keterangan gambar:
W = tinggi jagaan (m)
h = tinggi muka air (m)
B = lebar dasar saluran (m)
73
Q=A.v
Q
A=
V
A=B.h
P=B+2.h
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
A = luas penampang saluran (m2)
v = kecepatan aliran (m/s)
B = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi muka air (m)
P = keliling tampang basah (m)
74
2.9.2. sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir
secara terus menerus dari hulu ke hilir. Air dalam sungai umumnya
terkumpil dalam presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan
bawah tanah dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan es,
selain air sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
76
2.9.3. Drainase
2.9.4. Irigasi
Irigasi adalah suatu sistem untuk mengairi suatu lahan dengan cara
membendung sumber air. Atau dalam pengertian lain irigasi adalahusaha
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi
air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
78
3.1.2 Tempat
Adapun tempat pelaksanaan Praktikum saluran terbuka adalah di
Laboratorium Keairan, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo (UHO),
Kendari.
79
80
Keterangan :
1. Tangki air
2. Tempat keluar air
3. Tempat alat pegukur debit dalam pipa
4. Pengukur debit
5. Tempat pembendungan aliran
6. Tombol On/Off aliran
7. Pipa penghubung
8. Model saluran 2,5m
9. Lubang pengukur tinggi muka air
10. Pengukur kemiringan dasar saluran
11. Tempat masuk air
12. Mistar ukur
13. Point gauge
81
ANALISA DATA
84
85
9,722 x 10-4
0,00476
= 0,2042 m/s
86
Q1
V2
A2
9,722 x 10-4
0,00272
= 0,3572 m/s
5. Menghitung kecepatan aliran rata-rata
V1 V2
V
2
0,2042 0,3574
2
= 0,2808 m/s
6. Menghitung koefisien Chezy
V1
C1
R1 . 0,5
0,2042
0,2042(0,5)
=
V2
C2
R2 . 0,5
0,3574
0,0183(0,5)
=
C1 C 2
C
2
2
=
A1 = b. H1
= 0,085 x 0,023
= 0,00196 m2
A2 = b x H2
= 0,085 x 0,024
= 0,00204 m2
P1 = b + 2.h1
= 0,085 + 2 (0,023)
= 0,131 m
P2 = b + 2.h2
88
= 0,085 + 2 (0,024)
= 0,133 m
A1
R1
P1
0,00196
0,131
= 0,0149 m
A2
R2
P2
0,00204
0,133
= 0,0153 m
Q1
V1
A1
9,722 x 10-4
0,00196
= 0,4973 m/s
89
Q1
V2
A2
9,722 x 10-4
0,00204
= 0,4766 m/s
V1 V2
V
2
0,4973 0,2766
2
= 0,4869 m/s
V1
C1
R1 .1
0,4973
0,0149(1)
= 4,071
V2
C2
R2 .1
0,4766
0,0153(1)
90
= 3,848
C1 C 2
C
2
4,071 3,848
2
= 3,959
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Pada Aliran Permanen Seragam Pada Saluran Licin
Debit (Q) = 9,722 X 10-4 m3/s Debit (Q) = 1,528 x 10-3 m3/s
URAIAN Kemiringan saluran Kemiringan saluran
I = -0,5 % I = 1% I = -0,5% I= 1%
Titik 1 2 1 2 1 2 1 2
Kedalaman Air (m) 0,056 0,032 0,023 0,024 0,066 0,040 0,032 0,030
Luas tampang basah (m2) 0,00476 0,00272 0,00196 0,00204 0,00561 0,00340 0,00272 0,00255
Keliling tampang basah (m) 0,197 0,149 0,131 0,133 0,271 0,165 0,149 0,145
Jari-jari hidrolik (m) 0,0242 0,0183 0,0149 0,0153 0,0259 0,0206 0,0183 0,0176
Kecepatan aliran (m/s) 0,0242 0,3574 0,4973 0,4766 0,2723 0,4493 0,5617 0,5991
Kecepatan aliran rata-rata (m/s) 0,2808 0,4869 0,3608 0,5804
Koefisien chezy ∞ ∞ 4,071 3,848 ∞ ∞ 4,157 4,518
Koefisien chezy rata-rata ∞ 3,959 ∞ 4,338
Sumber : Hasil Perhitungan Analisa Data, 2017
91
92
4.1.3. Analisa Grafik Untuk Debit 9,722 x 10-4 m3/s Dan Kemiringan -0,5 %
Gambar 4.1 grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 9,722 x 10-4 m3/s dan kemiringan -0,5%
Sumber : hasil analisa grafik kelompok II, 2017
4.1.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa grafik untuk debit 9,722 x 10-4 m3/s dan
kemiringan -05 % diperoleh nilai ketinggian ( h ) yaitu h1 = 0,056 m dan
0,032 m. Nilai ketinggian mengalami perubahan sehingga pada grafik
terlihat garis linear yang menurun, hal ini disebabkan oleh saluran
sehingga terjadi pembedaan ketinggian pada hulu dan hilir saluran.
lurus artinya semakin besar nilai ketinggian, maka nilai luas tampang
basah akan besar pula begitupun sebaliknya.
basah, keliling tampang basah dan radius hidrolik seperti yang ditunjukan
pada garis ( gambar 4.1 ) sedangkan untuk kecepatan aliran terjadi suatu
kenaikan nilai.
4.1.5. Analisa grafik untuk debit 9,722 x 10-4 m3/s dan kemiringan 1 %
Gambar 4.2 grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 9,722 x 10-4 m3/s dan kemiringan 1 %
sumber : hasil analisa grafik, kelompok II,2017
4.1.6. Pembahasan
Berdasarakan hasil analisa grafik untuk debit 9,722 x 10-4 m3/s dan
kemiringan saluran 1 % diperoleh nilai ketinggian mengalami penurunan
sehingga pada grafik terlihat penurunan garis linear, hal ini disebabkan
oleh kemiringan dasar, saluran sehingga terjadi perbedaan ketinggian
pada hulu hilir saluran.
95
4.1.7. Analisa grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 9,722 x 10-4 m3/s dengan kemiringan saluran -0,5 % dan 1 %
0.016
Kecepatan Aliran 1
0.008 (m/s)
0.004 Ketinggian 2 (m)
0.002
1 2 Luas Tampang Basah
2 (m2)
Titik Pengukuran
4.1.8. pembahasan
Berdasarkan grafik gabungan diatas dapat dilihat bahwa untuk
ketinggian pada kemiringan -0,5 % lebih besar disbanding pada
kemiringan 1 % sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kecil nilai
kemiringan saluran maka nilai ketinggian muka air akan semakin besar,
begitupun sebaliknya. Nilai ketinggian untuk dua variasi kemiringan
97
4.1.9. Analisa grafik untuk debit 1,528 x 10-3 m3/s dan kemiringan -0,5 %
Gambar 4.4 grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 1,528 x 10-3 m3/s dan kemiringan -0,5 %
4.1.10. Pembahasan
Nilai variabel-variabel untuk debit 1,528 x 10-3 m3/s memiliki
hubungan yang sama pada debit 9,722 x 10-4 m3/s tetapi nilai yang
diperoleh pada 1,528 x 10-3 m3/s lebih besar dibandingkan pada debit
9,722 x 10-4 m3/s yang rincian nilainya dapat dilihat pada table
rekapitulasi table ( 4.2).
4.1.11. Analisa grafik untuk debit 1,528 x 10-3 m3/s dan kemiringan 1 %
Gambar 4.5 grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 1,528 x 10-3 m3/s dan kemiringan 1 %
Sumber : Hasil Analisa Grafik, Kelompok II,2017
99
4.1.12. Pembahasan
Nilai variabel-variabel untuk debit 1,528 x 10-3 m3/s dengan
kemiringan 1% memiliki hubungan yang sama pada debit 9,722 x 10 -4
m3/s dengan kemiringan -0.5% akan tetapi nilai yang diperoleh pada
debit 1,528 x 10-3 m3/s lebih besar berbandingkan 9,722 x 10 -4
m3/s
yang rincian nilainya dapat dilihat pada table rekapitulasi ( 4.2 ).
Gambar 4.6 grafik aliran permanen seragam pada saluran licin untuk
debit 1,528 x 10-3 m3/s
4.1.14. Pembahasan
Berdasarkan grafik gabungan diatas terlihat bahwa untuk ketinggian
pada kemiringan -0.5 % memiliki nilai lebih besar dibandingkan pada
kemiringan kedua 1 % sehingga dapat di simpulkan bahwa semakin kecil
nilai kemiringan muka air akan semakin besar begitupun sebaliknya. Nilai
ketinggian untuk 2 variabel kemiringan sama-sama terjadi penurunan
nilai sehingga pada grafik terlihat penurunan garis linear.
Penurunan nilai juga terjadi pada variabel luas tampang basah, keliling
tampang basah dan radius hidrolik untuk kemiringan pada debit yang
sama penurunan variabel tersebut dipengaruhi oleh ketinggian air karena
memiliki hubungan yang berbanding lurus.
= 0,00850 m2
A3 = b. h1
= 0,085 x 0,096
= 0,00998 m2
A4 = b x h2
= 0,085 x 0,094
= 0,00940 m2
A5 = b. h1
= 0,085 x 0,091
= 0,00874 m2
A1
R1
P1
0,00884
0,293
= 0,0302 m
A2
R2
P2
0,00850
0,285
= 0,0298 m
A3
R3
P3
0,00998
0,296
= 0,0337 m
A4
R4
P4
0,00940
0,288
= 0,0326 m
104
A5
R5
P5
0,00874
0,278
= 0,0314 m
Q1
V1
A1
1,250 x 10 -3
0,00884
= 0,1414 m/s
Q1
V2
A2
1,250 x 10 -3
0,00850
= 0,1471 m/s
Q1
V3
A3
1,250 x 10 -3
0,00998
= 0,1252 m/s
105
Q1
V4
A4
1,250 x 10 -3
0,00940
= 0,1330 m/s
Q1
V5
A5
1,250 x 10 -3
0,00874
= 0,1431 m/s
V1 V2 V3 V4 V5
V
5
h h1
I w1 I 2
L1
106
0,10 0,104
0,5
0,48
= -0,508 %
h h2
I w2 I 3
L2
0,096 0,10
0,5
0,38
= -0,511 %
h h3
I w3 I 4
L3
0,094 0,096
0,5
0,48
= -0,504 %
h h4
I w4 I 5
L4
0,91 0,094
0,5
0,36
= -0,508 %
107
V1
C1
R1 .I W1
0,1414
0,0302(0,508)
=
V2
C2
R2 .I W2
0,1471
0,0298(0,511)
=
V3
C3
R3 .I W3
0,1252
0,0337(0,504)
=
V4
C4
R4 .I W4
108
0,1330
0,0326(0,508)
=
C1 C 2 C3 C 4
C
4
C
4
=
Tabel 4.4 Hasil perhitungan aliran permanen tidak beraturan akibat pembendungan untuk debit 0,00097 m3/s
109
Tabel 4.5 Hasil perhitungan aliran permanen tidak beraturan akibat pembendungan untuk debit 0,00125 m3/s
110
111
4.2.3 analisa grafik untuk debit 1,250 x 10-3 m3/s dan kemiringan -0,5 %
0.063
0.031 Keliling Tampang
Basah (m)
0.016
0.008 Radius Hidrolik (m)
0.004
1 2 3 4 5 Kecepatan Aliran (m/s)
Titik Pengukuran
4.2.4 pembahasan
berdasarkan hasil analisa grafik untuk nilai ketinggian luas
tampang basah, keliling tampang basah adan radius hidrolik mempunyai
atau mengalami penurunan. Nilai ketinggian dipengaruhi oleh
kemiringan dasar saluran, sedangkan luas tampang basah dan radius
hidrolik di pengaruhi oleh dari ketinggian. jika ketinggian mengalami
penurunan nilai maka variable-variabel tersebut juga akan mengalami
penurunan. Berbeda dengan kecepatan aliran, memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan ketinggian sehingga kecepatan alirannya
semakin besar.
112
4.2.5 Analisa grafik untuk debit 1,250 x 10-3 m3/s dan kemiringan 0,5 %
0.063
0.031 Keliling Tampang
Basah (m)
0.016
0.008 Radius Hidrolik (m)
0.004
1 2 3 4 5 Kecepatan Aliran
Titik Pengukuran (m/s)
4.2.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa grafik untuk niali ketinggian luas
tampang basah keliling tampang basah dan radius hidrolik mengalami
penurunan. Nilai dan variable di pengaruhi oleh dari ketinggian. Jika
ketinggian mengalami penurunan , maka variabel-variabel tersebut juga
akan menurun berbeda dengan kecepatan aliran memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan ketinggian sehingga kecepatan akan semakin
besar. Rincian nilainya dapat dilihat pada table rekapitulasi.
113
0.063
Radius Hidrolik 1 (m)
0.031
Kecepatan Aliran 1
0.016
(m/s)
0.008 Ketinggian 2 (m)
0.004
Luas Tampang Basah 2
1 2 3 4 5
(m2)
Titik Pengukuran
4.2.8 Pembahasan
Berdasarkan analisa grafik gabungan diatas terlihat bahwa untuk
ketinggian pada kemiringan -0,5 % memiliki nilai yang semakin kecil
dari titik 1 sampai 5 sedangkan pada kemiringan 0,5 % memiliki nilai
yang semakin luas tampang basah keliling tampang basah dan radius
hidroliknya. Dapat disimpulkan kemiringan mempengaruhi variable
tersebut.
114
4.2.9 Analisa grafik untuk debit 1,806 x 10-3 m3/s dan kemiringan -0,5 %
1.000
Ketinggian (m)
0.500
0.250 Luas Tampang Basah
0.125 (m2)
Nilai
4.2.10 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa grafik untuk nilai ketinggian luas
tampang basah, radius hidrolik mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
karena nilai ketinggian dipengaruhi oleh dasar kemiringan saluran. Jika
ketinggian mengalami penurunan maka variable-variabel tersebut juga
akan menurun. Berbeda kecepatan aliran memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan ketinggian sehingga kecepatan alirannya
semakin besar. Rincian nilainnya dapat dilihat pada table rekapitulasi.
115
4.2.11 Analisa grafik untuk debit 1,806 x 10-3 m3/s dan kemiringan 0,5 %
1.000
Ketinggian (m)
0.500
0.250
Luas Tampang Basah
0.125
(m2)
Nilai
0.063
0.031 Keliling Tampang
Basah (m)
0.016
0.008 Radius Hidrolik (m)
0.004
1 2 3 4 5 Kecepatan Aliran
Titik Pengukuran (m/s)
4.2.12 Pembahsan
Berdasarkan hasil analisa grfaik untuk nilai ketinggian luas
tampang basah, keliling tampang basah dan radius hidroliknya
mengalami penurunan nilai variable tersebut oleh nilai dari ketinggian
yang berbeda dengan kecepatan aliran, memiliki hubungan yang
berbanding terbalik dengan ketinggian sehingga kecepatan alirannya akan
semakin kecil. Rincian nilainya dapat dilihat pada table rekapitulasi.
116
4.2.13 Grafik gabungan aliran permanen tidak seragam debit 1,806 x 10-3
m3/s
0.063
Radius Hidrolik 1 (m)
0.031
Kecepatan Aliran 1
0.016 (m/s)
Ketinggian 2 (m)
0.008
4.2.14 Pembahasan
9,722 x 10 - 4
Cd
(0,084)(0,025) 2.(9,81)(0,054)
118
Cd 1,936
V2
H 0 y0
2g
(0,463) 2
H 0 0,054
2(9,81)
= 0,0649
V2
H1 y1
2g
(0,463) 2
H 1 0,04
2(9,81)
= 0,0509
Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil perhitungan analisa data pintu sorong
Debit Yg Y0 Y1 A V H0 H1
No Cd
(m3/s) (m) (m) (m) (m2) (m/s) (m) (m)
1 9,722 x 10-4 0,025 0,054 0,04 0,0021 0,463 1,936 0,0649 0,0509
2 1,250 x 10-3 0,025 0,075 0,041 0,0021 0,595 1,792 0,0931 0,0591
119
120
Yo ( m ) Ho
0,054 0,0649
0,075 0,0931
0.080
H0 (m)
0.060
0.040
0.020
0.000
0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080
Y0 (m)
4.3.4 Pembahasan
sebagai alat ukur dan pengaturan debit menghitung daya dorong yang
bekerja pada pintu sorong menununjukan energi dan tinggi tenaga pada
spesifik dan tinggi tenaga pada aliran dihulu pintu sorong memiliki
hubungan dimana karakteristik linear air pada aliran dibawah pintu sorong
menggunakan dua debit yaitu 9,722 x 10-4 m3/s dan debit kedua 1,250 x
10-3 m3/s kami memperoleh hubungan antara Yo dan Ho dari dua debit
lurus dimana diakibatkan oleh suatu nilai antara Yo = 0,054 m dan 0,075
terjadi atau yang kami peroleh pada suatu debit pertama lebih kecil dari
pada kecepatan yang kami dapatkan pada debit kedua, sehingga grafik
Y1 ( m ) H1
0,04 0,0509
0,041 0,0591
0.056
0.055
0.054
0.053
0.052
0.051
0.050
0.0398 0.0400 0.0402 0.0404 0.0406 0.0408 0.0410 0.0412
Y1 (m)
4.3.6 Pembahasan
Debit Yg Y0 Y1
No
(m3/s) (m) (m) (m)
1 2 3 4 5
1 y2 .Q y
Fg .g.h.V12 02 1 1 1
2 y1 Vv1 y0
Tabel 4.9 Rekapitulasi Analisa data gaya gaya yang bekerja pada pintu sorong
Debit Yg Y0 Y1 Fg Fh
No Fg/Fh Yg/Y0
(m3/s) (m) (m) (m) (N) (N)
Y1 ( m ) H1
208,05 0,463
331,59 0,333
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00
Fg/Fh
4.4.4 Pembahasan
Debit Yg Y0 Y1
No
(m3/s) (m) (m) (m)
1 2 3 4 5
(0,4630) 2
E0 0,054
2(9,81)
= 0,0649
V2
E1 y1
2g
(0,4630) 2
E1 0,04
2(9,81)
= 0,0509
4. Menghitung kedalaman kritik
Q2
yc 3
g
2
(0,00097)
3
9,81
= 3,212 x 10-8 m
Debit Yg Y0 Y1 A V E0 E1 YC EC
No
(m3/s) (m) (m) (m) (m2) (m/s) (J) (J) (m) (J)
1 0,00097 0,025 0,054 0,04 0,0021 0,4630 0,0649 0,0509 3,212 x 10-8 4,818 x 10-8
2 0,00125 0,025 0,075 0,041 0,0021 0,5952 0,0931 0,0591 5,309 x 10-8 7,964 x 10-8
129
130
Y0 ( m ) E0
0,054 0,0649
0,075 0,0931
0.080
E0 (J)
0.060
0.040
0.020
0.000
0.000 0.020 0.040 0.060 0.080
Y0 (m)
4.5.4 Pembahasan
Y1 ( m ) E1
0,04 0,0509
0,041 0,0591
0.055
0.054
0.053
0.052
0.051
0.050
0.0398 0.04 0.0402 0.0404 0.0406 0.0408 0.041 0.0412
Y1 (m)
4.5.6 Pembahasan
Debit Yg Y1 Y3
No
(m3/s) (m) (m) (m)
1 2 3 4 5
Debit Yg Y1 Y3
No △H
3
(m /s) (m) (m) (m)
△H/Y1 Y3/Y1
2,842 1,282
3,598 1,429
1.360
1.340
1.320
1.300
1.280
1.260
0 1 1 2 2 3 3 4 4
∆H/Y1
4.6.4 Pembahasan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
135
136
a Kondisi aliran melalui pintu sorong akan tampak jelas apakah dalam
kondisi aliran bebas atau tenggelam tergantung dari kedalaman air
dihilir pintu sorong secara bergantian ditentukan oleh kondisi aliran
dihilir pintu tersebut diamana perubahan aliran pada pintu sorong
dimana kondisi aliran bebas menjadi aliran tenggelam ombak pada saat
akan terjadi loncat air`
b Ppintu sorong dapat digunakan sebagai alat pengukur debit sebab air
yang mengalir melewati bagian bawah pintu sorong tergantung pada
besarnya bukaan pintu sorong dan tinggi muka air dihulu. Dengan kata
lain, semakin besar bukaan pintu sorong semakin besar pula debitnya,
sehingga dengan cara ini pintu sorong dapat digunakan pada saluran
sekunder dan tersier.
c Gaya dorong pada pintu sorong berbanding terbalik dengan debit
aliran, dan reltan gaya hidrostatisnya. Artinya jika gaya dorong pada
pintu sorong kecil maka debit aliran dan resultan gayanya besar.
Sebaliknya jika gaya dorong besar maka debit aliran dan resultan
gayanya akan kecil.
d Besarnya energy spesifik dihulu pintu sorong dengan besarnya tinggi
tenaga pada aliran dihulu pintu sorong. Artinya jika nilai energi
137
spesifik besar maka tinggi tenaga pada aliran dihulu pada pintu sorong
juga besar, begitupun sebaliknya.
e Total kehilangan energy akibat loncat air merupakan selisih antara
kedalaman setelah dan sebelum loncat air. Jika aliran berubah dari
super kritik ke subkritik maka akan terjadi loncat air.
5.2 Saran