Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN TEORI

A. Partai Politik

Partai politik merupakan suatu kelompok yang teroganisir yang


anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita
yang sama, tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara
konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka
(Budiarjo, 1999: 166)

Didalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang


partai politik (Parpol) pasal 1 ayat (1), yang dinamakan dengan
partai politik adalah :

“organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh


sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan
membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan
negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945”
Sigmund Neuman dalam karanganya modern political parties
mengemukakan definisi sebagai berikut: “Partai politik adalah
organisasi dari aktifis-aktifis politik yang berusaha untuk mendapat
kekuasaan pemerintah serta merebut kekuasaan pemerintahan serta
merebut dukungan rakyat atas dasar pesaingan dengan satu golongan-
golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda” (Budiarjo, 1999:
166)

Kemudian berdasar definisi yang dikembangkan Neumann tersebut,


Cheppy Hari Cahyono mengingatkan perlunya diperhatikan empat hal
sehubungan dengan usaha memperjelas pengertian mengenai istilah
partai politik. Keempat hal itu yaitu: (1) Partai politik merupakan
suatu organisasi yang melakukan kegiatan-kegiatan politik dalam
suatu masyarakat; (2) Partai politik mencurahkan perhatian untuk
melakukan pengawasan terhadap pemerintah dalam menjalankan
kekuasaannya; (3) Partai politik berusaha mendapatkan dukungan dari
berbagai kelompok dan golongan masyarakat yang mempunyai
pandangan berbeda-beda; dan (4) Partai politik merupakan lembaga
perantara yang menghubungkan antara kekuatan-kekuatan sosial dan
ideologi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dengan
pejabat-pejabat pemerintah maupun lembaga-lembaga kenegaraan
(Cahyono, 1991 : 195-196)

Melalui beberapa pendefinisian di atas setidaknya didapai titik terang


mengenai konsep partai politik, yang mana merupakan sekelompok
orang yang terorganisir dan berorientasi pada satu tujuan yakni
kekuasaan. Karena dengan memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan kelompok tersebut akan dapat memperjuangkan
kepentingan politik mereka. Partai politik akan menghubungkan
antara kepentingan politik dan kebijakan pemerintah karena partai
politik merupakan tempat untuk menampung aspirasi masyarakat
sehingga rakyat sangat berpengaruh besar terutama pada pemilu.
B. Pemilu

Pemilu merupakan konsekuensi dari konsep negara demokrasi.


Negara Indonesia yang menerapkan sistem demokrasi Pancasila tentu
tidak dapat menghilangkan sarat pemilu dalam penyelenggaraan
negara. Dalam konteks sistem politik, pemilu mengandung tiga
pranata secara keseluruhan yang menghubungkanya dengan
demokrasi (Dawam, 1996: 20) yaitu: (1) persaingan, yakni apakah
setiap orang diperbolehkan untuk mengajukan diri sebagai calon yang
mewakili rakyat; (2) peran serta politik (partisipasi politik), yakni
rakyat ikut serta dalam proses seleksi wakil atau pemimpin mereka
dan memilih mereka sebagai pemimpin untuk semuanya; (3)
kebebasan politik dan kebebasan sipil yang mewujudkan dalam
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan pers, kebebasan
berserikat dan berkumpul yang menjadi dasar persaingan dan peran
serta. Dengan demikian pemilu dapat menjadi aktualisasi asas
kedaulatan rakyat yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat.

Pelaksanaan pemilu sendiri merupakan amanah berdasarkan UUD


1945 Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilakukan menurut Undang-Undang Dasar. Dengan
demikian pemilu merupakan salah satu perwujudan jaminan hak asasi
warga negara. Setiap warga negara diberikankebebasan untuk turut
serta dalam menentukan kebijakan pemerintah dan salah satunya
adalah melalui pemilu yang sering disebut sebagai pesta demokrasi
bagi rakyat.

Pemilihan umum adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat


yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat serta salah satu
pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik
(Syarbaini, 2002: 80). Menurut Ramlan, pemilu dapat diartikan
sebagai mekanisme penyelesaian dan pendelegasian atau penyerahan
kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercaya (Cholisin dkk,
2005:128)

Tujuan dari pemilu dalam UUD 1945 Bab VII B pasal 22 E ayat 2
dinyatakan bahwa pemilu diselenggarakan untuk memilih Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
Presiden dan wakil Presiden serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD).

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan


umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pasal 3 juga disebutkan
bahwa pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
DPR, DPD, DPRD provinsi, dan kabupaten/kota.

Kaitannya dengan partai politik, dengan pelaksanaan pemilu


khususnya 2019 dimana partai menyiapkan calon-calon terbaiknya
dan menumbuhkan partisipasi rakyat yang tinggi sehingga didapati
seorang pemimpin yang terpilih atas dasar keinginan rakyat
diharapkan akan mampu menjadikan perubahan yang berarti bagi
keidupan rakyat, bangsa dan negara.

C. Strategi

Menurut Arnold Steinberg, strategi adalah rencana untuk tindakan.


Penyusunan dan pelaksanaan strategi mempengaruhin sukses atau
gagalnya strategi pada akhirnya (Pito, 2006: 621)
Menurut David Horowitz, Art Of Political War memiliki enam
prinsip; (1) Politik adalah perang dengan peralatan lain; (2) politik
adalah perang merebutkan posisi; (3) dalam politik yang menang
biasanya adalah sang aggressor; (4) posisi didefenisikan dengan
kekuatan dan harapan; (5) senjata politik adalah simbol ketakutan dan
harapan; dan (6) kemenangan selalu berada di pihak rakyat.
Manajemen politik adalah sebuah seni dan keterampilan tentang
perebutan kekuasaan dan alatnya bukanlah mainan anak-anak, dan
instrumennya yang disebut dengan ketakutan dan harapan bisa berupa
senjata tajam (Pito, 2006: 197).

Strategi adalah suatu cara yang akan dilakukan oleh partai politik
dalam upaya memperoleh kekuasaan, atau merebut kekuasaan dan
mempertahankan kekuasaan di pemerintah.

D. Teori Modal

Teori modal dicetuskan pertama kali oleh Piere Bourdieu. Disebutkan bahwa teori
ini mempunyai ikatan erat dengan persoalan kekuasaan. Oleh karenanya
pemikiran Bourdieu terkonstruk atas persoalan dominasi. Dalam masyarakat
politik tentu persoalan dominasi adalah persoalan utama sebagai salah satu bentuk
aktualisasi kekuasaan. Pada hakikatnya dominasi dimaksud tergantung atas situasi,
sumber daya (kapital) dan strategi pelaku. (Halim, 2014: 108)

Fungsi modal, bagi Bourdieu adalah relasi sosial dalam sebuah sistem
pertukaran, yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang langka, yang layak
dicari dalam bentuk sosial tertentu. Beragam jenis modal dapat dipertukarkan dengan
jenis modal-modal lainnya. Penukaran yang paling dramatis adalah penukaran dalam
bentuk simbolik. Sebab dalam bentuk simbolik inilah bentuk modal-modal yang
berbeda dipersepsi dan dikenali sebagai sesuatu yang menjadi mudah dilegitimasi.
(Halim, 2014: 109)

Demikian penjelasan atas kategorisasi dari modal yang disebutkan searah


dengan pemikiran Bourdieu:
Modal Ekonomi

Modal ekonomi adalah sumber daya yang bisa menjadi sarana produksi dan sarana
finansial. Modal ekonomi ini merupakan jenis modal yang mudah dikonversikan
ke dalam bentuk-bentuk modal lainnya. Modal ekonomi ini mencakup alat-alat
produksi (mesin, tanah, buruh), materi (pendapatan dan benda-benda), dan uang.
Semua jenis modal ini mudahdigunakan untuk segala tujuan serta diwariskan dari
generasi ke generasi selanjutnya. (Halim, 2014: 109)

Modal Kultural

Modal kultural adalah keseluruhan kualifikasi intelektual yang bisa


diproduksi melalui pendidikan formal maupun warisan keluarga, seperti
kemampuan menampilkan diri di depan publik, kepemilikan benda-benda
budaya bernilai tinggi, pengetahuan dan keahlian tertentu hasil pendidikan
formal, sertifikat (termasuk gelar sarjana). (Halim, 2014: 110)

Contoh lain modal kultural adalah kemampuan menulis, cara pembawaan


dan cara bergaul yang berperan dalam penentukan kedudukan sosial. Dengan
demikian modal kultural merupakan representasi kemampuan intelektual yang
berkaitan dengan aspek logika, etika, maupun estetika. (Halim, 2014: 110)

Modal Sosial

Modal sosial adalah segala jenis hubungan sebagai sumber daya untuk penentuan
kedudukan sosial. (Halim, 2014: 110)
Menurut Bourdieu modal sosial ini sejatinya merupakan hubungan sosial
bernilai antar orang. Hal tersebut bisa dicontohkan sebagian masyarakat yang
berinteraksi antar kelas dalam lapisan sosial masyarakat. (Ritzer, 2009: 583)

Modal Simbolik

Modal simbolik adalah jenis sumber daya yang dioptimalkan dalam meraih
kekuasaan simbolik. Kekuasaan simbolik sering membutuhkan simbol-simbol
kekuasaan seperti jabatan, mobil mewah, kantor, prestise, gelar, satus tinggi,
dan keluarga ternama. Artinya modal simbolik di sini dimaksudkan sebagai
semua bentuk pengakuan oleh kelompok, baik secara institusional atau non-
institusional. Simbol itu sendiri memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi
realitas, yang mampu menggiring orang untuk mempercayai, mengakui dan
mengubah pandangan mereka tentang realitas seseorang, sekelompok orang,
sebuah partai politik, atau sebuah bangsa. (Halim, 2014: 110-111)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian

Berdasarkan sifat dan spesifikasi yang dibahas dpada penelitian ini, tipe penelitian yang
relevan adalah penelitian deskriptif dengan metode yang kualitatif. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggambarkan, menjelaskan dan menjawab segala bentuk permasalahan yang ada
di lapangan dengan mengacu pada teori dan konsep dari data yang didapat.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2002: 3) mendifinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Sukmadinata (2009:53-60), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan


untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok. Sukmadinata
(2009:18), menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan mendefinisikan suatu keadaan
atau fenomena secara apa adanya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang menguraikan pendapat responden
dengan kata-kata, bersifat apa adanya dan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan.
Penelitian di analisis dengan kata-kata yang dapat melatarbelakangi responden dalam berfikir,
berperasaan dan bertindak sehingga analisis datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dan
mempertimbangkan pendapat orang lain yang bisa disebut dengan narasumber.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilaksanakan atau tempat dimana
seorang peneliti melakukan penelitian. Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam
rangka mempertanggung jawabkan data yang diperoleh.

Dalam penelitian ini, lokasi penelitian dilakukan di DIY yang akan menjadi partai pencalonan
pada pemilu serentak 2019. Fenomena tersebut yang mengarahkan untuk meneliti tentang
strategi yang digunakan Partai Nasdem dalam memenangkan pemilu serentak 2019 khususnya
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulis mengambil data dan wawancara dengan pimpinan
Sekretariat Bapilu wilayah DIY Partai Nasdem yang beralamatkan di .............

C. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland (dalam Moleong, 2002: 157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain. Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan


sumber data utama atau primer. Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah
pimpinan Sekretariat Bapilu Wilayah DIY sekaligus calon anggota DPRD Provinsi dari
fraksi partai Nasdem.

2. Sumber Data Sekunder


Untuk memperoleh sumber data sekunder penulis menggunakan teknik dokumentasi. Dalam hal
ini dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber tertulis yang berupa buku,
arsip, dan dokumen resmi.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk menjawab permasalahan penelitian maka diperlukan pengumpulan data sebanyak


mungkin dan informasi mengenai pembahasan dalam penelitian ini. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2002:135)

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai strategi yang dilakukan oleh Partai Nasdem secara langsung kepada Pimpinan
Sekretariat Bapilu Wilayah DIY yang sekaligus sebagai calon legislatif pada pemilu
serentak tahun 2019 mendatang.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2006:231). Teknik dokumentasi yang dilakukan yaitu dengan mencari, menemukan
dan mengumpulkan catatan-catatan yang berkaitan dengan pemilu legislatif 2009.

E. Teknik Analisis Data

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu :
- Reduksi data : Jika data yang diperoleh di lapangan terlalu banyak, maka diperlukan analisis
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti memfokuskan data pada bagian yang penting dan
membuang yang tidak perlu

- Penyajian data : Cara penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk teks
deskriptif yang berasal dari penjelasan narasumber yang diwawancarai.

- Penarikan kesimpulan dan verifikasi : Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan
adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi
atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Abd. Halim, Politik Lokal; Pola, Aktor & Alur Dramatikalnya (Yogyakarta: LP2B, 2014)

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Cholisin, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu Politik. Yogyakarta. UNY Press

George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009)

Haricahyono, Cheppy. 1991. Ilmu Politik Dan Perspektifnya. Yogyakarta: Tri Wacana Yogya.

Miriam Budiarjo, 1999, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT Gramedia, Jakarta

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Pito, TA. 2006. Mengenal Teori‐Teori Politik. Bandung: Penerbit Nuansa

Raharjo, Dawam. 1996, Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa, Risalah
Cendekiawan Muslim,Bandung: Mizan, Edisi III.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Syarbaini, Syahrial. 2002. Sosiologi dan Politik. Bogor : Ghalia Indonesia

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang partai politik (Parpol)

Anda mungkin juga menyukai