Anda di halaman 1dari 31

TETANUS

PSIK 6A- KELOMPOK 9


DEFINISI
KLASIFIKASI
Secara klinis tetanus ada 3 macam:
Tetanus umum
Tetanus lokal
Tetanus cephalic.
Klasifikasi-Tetanus umum
1. paling sering dijumpai.
2. Bergantung luas dan dalamnya luka seperti luka bakar
yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi
gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis.
3. Kekakuan otot rahang menyebabkan mulut sukar dibuka.
4. pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga
muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut
“Rhisus Sardonicus” (alis tertarik ke atas, sudut mulut
tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada
gigi), akibat kekakuan otot-otot leher bagian belakang
menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan
tubuh sehingga memberikan gejala kaku kuduk sampai
opisthotonus.
Cont...

5. Kejang menyebabkan lengan fleksi dan


adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki
dalam posisi ekstensi.
6. Pada kasus yang berat mudah terjadi
overaktivitas simpatis berupa takikardi,
hipertensi yang labil, berkeringat banyak,
panas yang tinggi dan aritmia jantung
Cole dan youngman (1969)
membagi tetanus umum atas:
A. Grade I:ringan
Masa inkubasi lebih dari 14 hari.
Period of onset >6 hari
Trismus positif tetapi tidak berat
Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Lokalisasi kekakukan dekat dengan luka berupa
spasme di sekitar luka dan kekakuan umum terjadi
beberapa jam atau hari.
Cont...
B. Grade II: sedang
Masa inkubasi 10-14 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus ada dan disfagia ada
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak
ada.

c. Grade III: berat


Masa inkubasi <10 hari
Period of onset 3 hari atau kurang
Trismus berat
Disfagia berat
Kekakuan umum dan gangguan pernafasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak
dan takikardia.
Klasifikasi-Tetanus Lokal

- Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan


otot-otot pada bagian proksimal dari tempat
luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan
dengan angka kematian 1% kadang-kadang
bentuk ini dapat berkembang menjadi
tetanus umum.
Klasifikasi-Tetanus Cephalic
 Merupakan salah satu varian tetanus lokal.
Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai
daerah mata, kulit kepala, muka, telinga,
leher, otitis media kronis dan jarang akibat
tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf
kranial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI,
dapat berupa gangguan sendiri-sendiri maupun
kombinasi dan menetap dalam beberapa hari
bahkan berbulan-bulan.
 Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi
tetanus umum. Pada umumnya prognosa
bentuk tetanus cephalic jelek.
ETIOLOGI
 Clostridium tetani adalah suatu batang gram positif obligat
anaerob yang bergerak dan mudah membentuk endospora ujung
tunggal, berbentuk sferis yang menggembung pada ujung
organisme dan menghasilkan bentuk seperti “pentungan”.
 Clostridium tetani berukuran 2-5 x 0,4-0,5 millimikron.
 Kuman ini menghasilkan eksotoksin yang kuat dan mampu
membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam
suhu tinggi, kekeringan dan desinfektans.
 Spora ini dapat bertahan selama bertahun-tahun pada lingkungan
tertentu, tahan terhadap sinar matahari dan bersifat resisten
terhadap berbagai desinfektan dan pendidihan selama 20 menit,
dalam lingkungan anaerob dapat berubah menjadi bentuk vegetatif
yang akan menghasilkan eksotoksin.
 Sel yang terinfeksi oleh bakteri ini dengan mudah dapat
diinaktivasi dan bersifat sensitif terhadap beberapa antibiotik
(metronidazol, penisilin dan lainnya).
MANIFESTASI KLINIS
Dalam waktu 48 jam penyakit ini
menjadi nyata dengan:

1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot


mastikatoris.
2. Kuduk kaku sampai opistotonus (karena ketegangan otot-otot erektor
trunki)
3. Ketegangan otot dinding perut (harus dibedakan dari abdomen akut).
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat di
kornuanterior.
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas), sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi).
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri kepala, nyeri
anggota badan sering merupakan gejala dini.
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan opistotonus,
ekstermitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku
dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme
mula-mula intermiten diselingi periode relaksasi.
Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai
rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan
intramuskulus karena kontraksi yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot
pernafasan dan laring. Retensi urin dapat terjadi karena
spasme otot uretral. Fraktura kolumna vertebralis dapat
pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium
akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang
peninggian tekanan cairan otak.
PATOFISIOLOGI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik
 Trismus
 Risus sardonicus
 Opistotonus
 Otot dinding perut kaku sehingga dinding
perut seperti papan.
 kejang umum
 Pada tetanus yang berat akan terjadi
gangguan pernafasan sebagai akibat kejang
yang terus menerus.
Pemeriksaan Laboratorium

 Hasil pemeriksaan laboratorik tidak khas, likuor serebrospinal


normal, jumlah leukosit normal atau sedikit meningkat. Biakan
kuman memerlukan prosedur khusus untuk kuman anaerobik.
 Granulositosis terlihat pada sekitar sepertiga penderita, tetapi
jarang ditemukan anemia. Kimia darah pada awalnya hampir
selalu normal, tetapi berbagai gangguan cairan dan elektrolit
dapat timbul dalam perjalanan penyakit. Biasanya
elektrokardiogram hanya menunjukkan takikardi sinus, tetapi
kadang-kadang terlihat inversi gelombang-T. Roentgenogram
tidak membantu kecuali dalam mengevaluasi komplikasi.
PENATALAKSANAAN
Perawatan umum
 Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
 Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat
perlu trakeostomi.
 Memberikan tambahan O2 dengan sungkup (masker)
 Mengurangi spasme dan mengatasi kejang.
- Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian diazepam 5
mg intravena untuk meonatus dan diazepam 10 mg intravena
atau perrektal untuk anak (dosis diazepam untuk anak 0,3
mg/kgBB/kali
- Pada tetanus sedang, dosis anti konvulsan dimulai dengan 1/2-
2/3 dari dosis maksimal dan 2/5 dosis maksimal untuk tetanus
ringan.
Cont...
- Pada tetanus berat, tatalaksana dibagi
 Tetanus neonatorum, pertama diazepam diberikan 5 mg intravena
perlahan-lahan, kemudian dilanjutkan dengan dosis 90-120 mg/24
jam bila mungkin mempergunakan pompa semprit (syringe
pump), tetapi jika pompa semprit tidak ada diazepam diberikan
tiap 2 jam (12 kali perhari).
 Tetanus anak, setelah pemberian diazepam 10 mg intravena
perlahan-lahan, dilanjutkan dengan dosis 180-200 mg/24jam
dengan pompa semprit atau 2 jam atau 12 kali perhari.
 Perawatan luka sangat penting, dilakukan eksisi jaringan yang
cukup luas guna membersihkan jaringan anaerob, terutama bila
ada benda asing.
 Jika karies dentis atau OMSK dicurigai sebagai port d’entree,
maka diperlukan konsultasi dengan dokter gigi/THT.
Pengobatan Khusus

 Antibiotik.
Untuk membunuh kuman C.tetani (vegetatif) diberikan penisilin prokain
50.000-100.000/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika terdapat hipersensitif
terhadap penisilin dapt diberikan tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari (untuk
anak berumur lebih dari 8 tahun).
 Anti serum.
Terdapat beberapa pendapat mengenai besar dosis ATS yang sesuai. Dapat
digunakan ATS 5.000 unit intra muskular, tetapi pusat rujukan lain
mempergunakan dosis 40.000 unit diberikan separuh intravena dan
separuhnya intramuskular atau bila fasilitas tersedia dapat diberikan
HTIG (Human Tetanus Immune Globulin) 500-3000 IU. Pada pemberian
ATS harus berhati-hati akan reaksi anafilaksis. Pada tetanus anak
pemberian anti serum dapat disertai dengan imunisasi aktif DT setelah
pulang dari rumah sakit.
Pencegahan
 Perawatan luka.
 ATS profilaksis. Profilaksis dengan
pemberian ATS hanya efektif pada luka baru
(kurang dari 6 jam) dan harus segera
dilanjutkan dengan imunisasi aktif.
 Imunisasi aktif.
Imunisasi aktif yang diberikan yaitu DPT,DT,
atau toksoid tetanus.
 Kebersihan pada waktu persalinan.
Di indonesia dikenal program eliminasi tetanus
neonatorum 3 bersih yaitu minimal bersih
tangan, alas tempat bersalin dan alat
pemotong tali pusat.
KOMPLIKASI
 Pada saluran pernafasan.
 Pada kardiovaskuler  takikardia, hipertensi, vasokontriksi perifer dan
rangsangan miokardium.
 Pada tulang dan otot
Pada otot  perdarahan dalam otot.
Pada tulang  fraktur columna vertebralis akibat kejang yang terus-menerus
terutama pada anak dan orang dewasa.
 Komplikasi yang lain:
a. Laserasi lidah akibat kejang;
b. Dekubitus karena penderita berbaring dalam satu posisi saja
c. Panas yang tinggi karena infeksi sekunder atau toksin yang menyebar luas
dan mengganggu pusat pengatur suhu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
spasme jalan napas
2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari
kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
makanan.
3. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan
mekanisme regulasi.
4. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum
5. Hipertermia b.d infeksi.
NIC NOC
DAFTAR PUSTAKA
 Braunwald. 1991. Kelainan karena Agen Biologik dan Lingkungan. Jakarta:EGC.
 Bulechek, Gloria M, dkk.2008.Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth
Edition. St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Infomedika Jakarta.
 Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta:EGC.
 Moorhead, Sue, dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.
St. Louis, Missouri:Mosby Elsevier.
 Noer, H.M Sjaifoellah, dkk. 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Rampengan, T.H, L.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta:EGC.
 Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
 Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:Pusat
Penerbitan IPD FKUI.
TERIMA KASIH   

Anda mungkin juga menyukai