Anda di halaman 1dari 5

Mikroplastik Masuk Tubuh, Ini yang Bakal Terjadi Menurut Ahli GLORIA SETYVANI PUTRI

Kompas.com - 16/03/2018, 21:01 WIB ilustrasi(diego_cervo)

KOMPAS.com — Temuan kandungan mikroplastik dalam air mineral di botol plastik meresahkan
masyarakat. Terlebih, temuan yang mengambil sampel dari sejumlah negara itu melibatkan
Indonesia. Mikroplastik merupakan plastik berukuran mikroskopis atau tidak bisa dilihat dengan
mata telanjang. Mikroplastik pun disebut sebagai polutan lingkungan yang sulit terurai. Lalu, apa
yang terjadi jika mikroplastik masuk ke dalam tubuh kita?

Prabang Setyono, ahli lingkungan hidup dari Universitas Sebelas Maret, mengungkapkan,
mikroplastik berukuran tidak lebih dari 1 sampai 5 milimeter. "Ini berarti ukurannya bisa lebih
kecil ketimbang kutu rambut (Pulex irritans) atau plankton Sagitta setosa," kata Prabang kepada
Kompas.com, Jumat (16/3/2018).

Dr rer nat (Doctor Rerum Naturalium atau Doktor Ilmu Sains) Budiawan sependapat dengan
Prabang. Ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia ini menyebut bahwa kandungan dalam
mikroplastik sulit terurai. "Jika kandungan mikroplastik masuk ke dalam tubuh, ia akan tertahan
di dalam organ dan sulit disekresikan (dikeluarkan). Akibatnya, organ tubuh bisa terganggu,"
kata Budiawan saat dihubungi Kompas.com secara terpisah, Jumat (16/3/2018). Budiawan
memberi contoh, apabila mikroplastik masuk ke dalam organ, seperti ginjal atau hati, sangat
mungkin ia akan mengganggu fungsi kerja ginjal dan hati. Jika benar ada kandungan
mikroplastik di dalam air mineral botol kemasan, Budiawan mengatakan, harus dilakukan
penelitian lebih lanjut untuk melihat zat-zat apa saja yang terkandung di dalamnya. "Jika di
dalamnya ada kandungan polybrominated diphenyl ether (PBDE) yang merupakan unsur
pembentuk material tahan api, harus diwaspadai. PBDE merupakan zat yang dapat
menyebabkan enzim kesuburan terganggu," ujarnya. Zat kimia yang terakumulasi di dalam
tubuh juga merupakan faktor yang berkontribusi terhadap tumbuhnya kanker. Menurut
Budiawan, tubuh sebenarnya mampu menguraikan zat asing dan mengubahnya menjadi zat
yang tidak berbahaya untuk tubuh agar bisa disekresikan melalui urine atau keringat. Namun,
kasus mikroplastik adalah hal berbeda. "Plastik di lingkungan saja membutuhkan waktu sepuluh
tahun sampai bisa terurai. Nah, sekarang bayangkan kalau itu terakumulasi di tubuh manusia.
Sel tubuh nantinya tidak dapat berfungsi atau terganggu," ungkapnya. Terkait kasus ini,
Budiawan berharap dilakukan penelitian lebih lanjut yang menggandeng banyak pihak, antara
lain Kemenkes, KLHK, dan juga produsen air mineral. Penelitian ini diharapkan dapat mendalami
beberapa hal, seperti fungsi mikroplastik dalam air, serta apakah mikroplastik berasal dari
sumber airnya atau terjadi pengelupasan plastik botol. Apa kata ahli gizi? Ahli gizi dari Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Dr Rita Ramayulis, DCN, MKes, mengatakan belum banyak
penelitian tentang dampak mikroplastik. "Namun, penelitian pada satwa liar diketahui bahwa
mikroplastik dapat melepaskan senyawa kimia berupa logam berat. Tidak hanya itu,
dikhawatirkan juga ada beberapa mikroorganisme patogen yang menempel pada mikroplastik,"
kata Rita melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Jumat (16/3/2018). Ia menjelaskan, 90
persen mikroplastik yang ditelan manusia akan masuk melalui saluran cerna yang pada akhirnya
dibuang melalui feces. Namun, jika ada mikroba patogen ikut serta di dalam mikroplastik dan
pertahanan di saluran cerna sedang lemah, akan sangat mungkin partikel masuk ke peredaran
darah dan bisa menginfeksi tubuh. "10 persen mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh dapat
mencapai ginjal dan hati, yang bisa terakumulasi. Pada akhirnya mengganggu berbagai
keseimbangan dalam tubuh karena mikroplastik adalah benda asing bagi tubuh," ujarnya.
"Semua zat kimia yang terakumulasi dalam tubuh akan memberikan beberapa efek. Mulai dari
efek keracunan, kerusakan jaringan, hingga kematian," ujarnya. Salah satu hasil temuan Sebuah
laporan di jurnal NCBI, Juni 2017 pernah membahas isu mikroplastik dan dampaknya bagi
kesehatan manusia. Di dalam abstrak, tertulis bahwa mikroplastik berpotensi memicu risiko
kesehatan. Jika mikroplastik terhirup atau tertelan, ia akan menumpuk di dalam tubuh dan
mengerahkan toksisitas untuk meningkatkan respon kekebalan tubuh. "Ada potensi mikroplastik
dapat memengaruhi kesehatan manusia," tulis laporan tersebut.

Sebelumnya Orb Media Network bersama dengan peneliti dari State University of New York
mengumumkan telah meneliti 259 sampel botol air kemasan dari 11 merk lokal dan
internasional. Secara mengejutkan, keseluruhan merek tercemar mikroplastik. Merek Danone
Aqua dan Nestle Pure Life yang diedarkan di Indonesia pun diketahui mengandung mikroplastik.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mikroplastik Masuk Tubuh, Ini yang Bakal
Terjadi Menurut Ahli", https://sains.kompas.com/read/2018/03/16/210100323/mikroplastik-
masuk-tubuh-ini-yang-bakal-terjadi-menurut-ahli.
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri
Review Dampak Mikroplastik dan Penyebabnya

WHO Luncurkan Review


Kesehatan Mikroplastik yang
Ditemukan pada 90% Air Kemasan
Sebanyak 259 botol air minum kemasan dari 19 lokasi di sembilan negara dianalisis kandungan
mikroplastik di dalamnya. Para peneliti melaporkan bahwa partikel mikroplastik dalam air
minum kemasan dua kali lebih banyak dibandingkan pada air keran yang dari hasil penelitian
sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui sebanyak 11 merek air minum kemasan
mengandung rata-rata 325 partikel plastik per liter air. Dari 259 botol yang diuji, hanya 17 yang
bebas dari plastik. Adapun merek air minum kemasan yang diuji yaitu: Aqua (Danone), Aquafina
(PepsiCo), Bisleri (Bisleri Internasional), Dasani (Coca-Cola), Epura (PepsiCo), Evian (Danone),
Gerolsteiner (Gerolsteiner Brunnen), Minalba (Grupo Edson Queiroz), Nestlé Pure Life (Nestlé),
San Pellegrino (Nestlé) dan Wahaha (Hangzhou Wahaha Group). Sampel air minum kemasan
yang dianalisis tersebut dibeli di AS, China, Brazil, India, Indonesia, Meksiko, Lebanon, Kenya
dan Thailand.

Penelitian mengenai kandungan mikroplastik dalam air kemasan tersebut dilakukan oleh peneliti
dari State University of New York di Fredonia. Penelitian tersebut merupakan proyek organisasi
jurnalisme Orb Media untuk menganalisis air kemasan. Penelitian mengenai mikroplastik dalam
air kemasan juga dilakukan oleh kelompok kampanye Story of Stuff. Mereka menganalisis
sebanyak 19 merek air kemasan konsumen di AS dan menemukan bahwa microfiber plastik
banyak ditemukan dalam air minum kemasan di Amerika Serikat. Abigail Barrows, yang
melakukan penelitian untuk Story of Stuff di laboratoriumnya di Maine, mengatakan ada beberapa
penyebab microplastik dapat memasuki botol air kemasan. Mikrofiber plastik mudah
diterbangkan ke udara dan dapat berasal tidak hanya dari luar tapi dari dalam pabrik itu sendiri.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa jenis fragmen plastik yang paling umum ditemukan
dalam air minum kemasan adalah polipropilena. Polipropilena merupakan jenis plastik yang biasa
digunakan untuk membuat tutup botol. Sejauh ini belum ada bukti bahwa mikroplastik berbahaya
bagi kesehatan manusia. Namun demikian, menindaklanjuti temuan tersebut World Health
Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia telah mengumumkan akan meninjau
kembali potensi risiko plastik dalam air minum kemasan. Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia
mengatakan bahwa walaupun belum ada bukti mengenai dampak terhadap kesehatan manusia,
mereka akan tetap mengagendakan penelitian mengenai risiko kandungan mikroplastik dalam air
minum terhadap kesehatan. Artikel selengkapnya dapat diakses melalui bbc.com.
Nama : Desi Nasriyanti
NIM : 16612097
Kimia Lingkungan C

Terbentuknya Mikroplastik
Available from: Kontaminasi Mikroplastik di Perairan Tawar (PDF Download Available).
https://www.researchgate.net/publication/312159424_Kontaminasi_Mikroplastik_di_Perairan
_Tawar [accessed Apr 01 2018].

Mikroplastik, plastik dengan ukuran partikel <5mm, terdeteksi di banyak wilayah


perairan di seluruh dunia. Mikroplastik yang terdeteksi berasal dari sumber primer dan
sekunder. Sumber primer mikroplastik adalah saluran pembuangan limbah rumah tangga dan
industri. Sementara itu, sumber sekunder berasal dari pencucian pakaian sehingga umumnya
berupa serat. Sumber primer mencakup kandungan plastik dalam produk-produk pembersih
dan kecantikan, pelet untuk pakan hewan, bubuk resin, dan umpan produksi plastik.
Mikroplastik yang masuk ke wilayah perairan melalui saluran limbah rumah tangga,
umumnya mancakup polietilen, pilopropilen, dan polistiren. Sumber sekunder meliputi serat
atau potongan hasil pemutusan rantai dari plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi
sebelum mikroplastik memasuki lingkungan. Potongan ini dapat berasal dari jala ikan, bahan
baku industri, alat rumah tangga, kantong plastik yang memang dirancang untuk terdegradasi
di lingkungan, serat sintesis dari pencucian pakaian, atau akibat pelapukan produk plastik.
Sumber sekunder berupa serat akibat pencucian pakaian kebanyakan terbuat dari poliester,
akrilik, dan poliamida yang tepat mencapai lebih dari 100 serat per liter.

Jumlah mikroplastik akan terus bertambah akibat proses pemutusan rantai sampah plastik
makro yang terjadi secara kontinu di wilayah perairan. Distribusi mikroplastik di wilayah
perairan belum diketahui sepenuhnya namun dapat diestimasi dengan memahami dorongan
eksternal yang menyebabkan pergerakannya. Pemahaman akan adanya mikroplastik dalam
wilayah perairan masih sangat rendah. Dampak yang terjadi dengan adanya mikroplastik
pada perairan adalah jika mikroplastik masuk kedalam rantai makanan fauna perairan di
berbagai tingkat trofik. Mikroplastik tertelan oleh organisme akuatik dan menyebabkan
masalah dalam tubuh organisme, mulai dari penyumbatan pencernaan hingga kematian.
Selain masalah tersebut, kontaminasi mikroplastik di wilayah perairan sebenarnya masih
berpotensi menyebabkan masalah yang lebih luas lagi. Dampak yang ditimbulkan dapat
dilihat dari segi lingkungan abiotik atau bahkan mempengaruhi kesehatan manusia.

Anda mungkin juga menyukai