Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No.

1, Maret 2017

EVALUASI PENGERINGAN PISANG SALE (Musa paradisiaca L.) PADA ALAT


PENGERING HYBRID (SURYA-LISTRIK) TIPE RAK

Evaluation on Sale Banana (Musa paradisiaca L.) Drying


on Hybrid (Solar-Electricity) Tray Dryer

Arief Fazlul Rahman1, Sukmawaty1*, Rahmat Sabani1


1
Program Studi Teknik Pertanian di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram
E-mail*: sukmawaty14@yahoo.com

Diterima: 27 Januari 2017


Disetujui: 17 Februari 2017

ABSTRACT

Hybrid (solar-electricity) dryer use additional heat from heater, therefore its efficiency is higher than
the solar one. This research aimed to evaluate energy requirement during the drying process and to
study efficiency of drying chamber of hybrid (solar-electricity) tray type dryer to drying Sale Banana.
Method used was experimental. Material used was banana sliced 0.8 cm and 0.4 cm thickness.
Research parameters consist of temperature, moisture content, drying time, drying energy, air flow
velocity, and solar intensity. Analyzed data were drying energy produced by the collector, energy to
evaporate water in the material, efficiency of drying chamber, and energy to increase material’s
temperature. Data analysis conducted using Microsoft excel. This hybrid dryer is suitable for Sale
Banana drying with drying chamber’s optimum temperature of 55°C. The result showed that the best
drying process using hybrid dryer obtained with material thickness of 0.4 cm, whereas maximum
efficiency of solar dryer was 42.21%.

Keywords: heater, collector, drying, banana

ABSTRAK

Pada alat pengering hybrid (surya-listrik) digunakan panas tambahan dari heater, sehingga efisiensi
hybrid lebih tinggi dari full surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan energi
selama pengeringan serta mempelajari efisiensi ruang pengering alat pengering hybrid (surya-listrik)
tipe rak untuk pengeringan pisang sale. Metode yang digunakan adalah eksperimental. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pisang hijau yang diiris tipis 0,8 cm dan 0,4 cm. Parameter
penelitian terdiri dari suhu, kadar air, lama pengeringan, energi pengeringan, kecepatan aliran udara
dan intensitas cahaya matahari. Data yang dianalisa pada penelitian ini adalah energi pengeringan
yang dihasilkan oleh kolektor, energi untuk menguapkan air bahan, efisiensi ruang pengering, dan
energi untuk menaikan suhu bahan. Analisis data dilakukan menggunakan microsoft excel. Alat
pengering hybrid (surya-listrik) tipe rak ini cocok untuk pengeringan pisang sale dengan suhu
optimal pada ruang pengering adalah 55 oC pada pengeringan hybrid. Hasil penelitian menunjukan
proses pengeringan pisang sale terbaik adalah dengan ketebalan bahan 0,4 cm menggunakan hybrid
dengan efisiensi ruang pengering maksimal 55,20% dengan kadar air 35,5% sementara efisiensi
maksimal pengeringan surya sebesar 42,21%.

Kata kunci: heater, kolektor, pengeringan, pisang


adalah salah satu cara pengawetan hasil
PENDAHULUAN pertanian yang sudah lama dikenal. Cara ini
merupakan suatu proses yang ditiru dari alam
Pengolahan produk hasil pertanian dan telah diperbaiki pada pelaksanaannya.
dapat dilakukan dengan berbagai cara salah Tujuan proses pengeringan adalah untuk
satunya adalah pengeringan. Pengeringan mengurangi kadar air yang berlebihan,

360
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

mempertahankan mutu, menekan kerusakan


akibat kegiatan jasad renik, dan memperpanjang
massa simpan. Pengeringan yang paling umum
dilakukan adalah pengeringan dengan
penggunaaan tenaga surya yang selalu tersedia
di alam dan tidak memerlukan biaya yang mahal
untuk pemanfaatannya (Ashari, 2006).
Pemanfaatan buah pisang saat ini masih
dalam bentuk segar, yaitu dikonsumsi langsung
ataupun diolah menjadi berbagai jenis makanan
dan jajanan tradisional. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan alternatif pengolahan buah
pisang yang lebih tinggi kegunaannya dan nilai
Gambar 1. Alat pengering Hybrid
ekonominya dengan mengolahnya menjadi
(Rahmat Sabani, dkk., 2002)
produk setengah jadi seperti tepung pisang
(Novitasari, dkk., 2014).
Keterangan alat:
Pengeringan merupakan salah satu unit 1. Atap kaca 8. Ruang Kolektor
operasi energi paling intensif dalam pengolahan 2. Rak atas 9. Titik pengamatan intensitas
3. Rak Tengah cahaya matahari
pasca panen. Pengeringan pisang dapat 4. Rak bawah 10. Titik pengamatan kecepatan udara
dilakukan dengan cara pemanfaatan panas 5. Heater 11. Titik pengamatan suhu heater
matahari yakni dengan penjemuran secara 6. Kaca 12. Titik pengamatan suhu kolektor
kolektor 13. Titik pengamatan suhu ruang
langsung di bawah panas matahari ataupun 7. Absorber pengering
dengan menggunakan alat pengering. Masing-
masing memiliki kekurangan dan keunggulan
tersendiri. Pengeringan yang paling umum METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan adalah pengeringan dengan
penggunaaan tenaga surya yang selalu tersedia Tempat dan Waktu Penelitian
di alam dan tidak memerlukan biaya yang mahal Penelitian ini dilaksanakan di
untuk pemanfaatannya (Ashari, 2006). Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian
Alat pengering energi surya merupakan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
salah satu cara untuk memanfaatkan energi Universitas Mataram pada bulan Mei 2015.
yang dapat diperbaharui tersebut. Pengeringan
sistem hybrid yang memanfaatkan energi surya Bahan-bahan Penelitian
(Gambar 1) dengan tambahan sumber energi Bahan-bahan yang digunakan pada
lain seperti listrik, bahan bakar, dan lain-lain. penelitian ini adalah pisang yang telah dipotong
Dari penggunaan alat pengering tersebut dengan ketebalan masing-masing 0,4 cm dan
diperoleh beberapa keuntungan antara lain, 0,8 cm dan satu kali pengamatan dimasukkan
tidak tergantung kepada panas matahari dan bahan dengan berat sama tiap rak.
cuaca, tidak memerlukan tempat yang luas,
dapat diawasi dengan alat ukur dan kapasitas Alat-alat Penelitian
pengeringan bahan dapat disesuaikan dengan Alat-alat yang akan digunakan pada
yang diperlukan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini adalah termodigital, alat
diperlukan penelitian tentang Evaluasi pengering Hybrid tenaga surya tipe rak
Pengeringan Pisang Sale (Musa paradisiaca L) rancangan Laboratorium Teknik Pertanian
Pada Alat Pengering Hybrid (Surya-Listrik) Universitas Mataram, termometer bola basah
Tipe Rak. Tujuan Penelitian ini adalah (1) dan termometer bola kering, KWH meter,
Mengevalusi kebutuhan energi pada proses heater, stopwatch, anemometer, lightmeter,
pengeringan pisang sale dengan menggunakan timbangan analitik.
alat pengering hybrid tipe rak; (2) Menentukan
efisiensi ruang pengering pada alat pengering Parameter pengamatan
hybrid tipe rak pada proses pengeringan pisang Adapun parameter penelitian yang
sale. digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Suhu ruang pengering (oC), suhu kolektor
(oC)

361
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

2. Kadar Air (%), massa bahan (gram) (Selama Dimana m adalah massa bahan yang
proses pengeringan) dikeringkan (kg), Cp adalah panas jenis bahan
3. Lama waktu pengeringan (detik) yang dikeringkan (kJ/kg oC), ∆T adalah
4. Intensitas cahaya matahari (w/m2) kenaikan suhu bahan (oC)
5. Jumlah energi selama pengeringan
6. Kecepatan aliran udara (m/det) e) Efisiensi Ruang Pengering.
Efisiensi ruang pengering dapat
Perhitungan parameter dihitung denan persamaan (Sofia, 2010).
a) Energi Matahari yang Dihasilkan
𝑄𝑜𝑢𝑡
Energi matahari dihitung dengan Ƞ= x 100%........................................... 6)
𝑄𝑖𝑛 +𝑃
menggunakan persamaan (Novitasari, dkk.,
2014): Dimana Ƞ adalah nilai efisiensi (%), P adalah
daya listrik yang dipakai (kwh), Qout (kJ) adalah
Q = I x τ x A x t............................................1) besar energi panas digunakan selama
pengeringan, Qin adalah energi yang masuk
Dimana Q adalah energi matahari yang diserap dalam ruang pengering (kJ),
(kJ), I adalah radiasi matahari (W/m2), τ adalah
transmisivitas polycarbonate (77%), A adalah f). Energi hilang melalui dinding ruang
luas bidang kolektor (m2), t adalah lama pengering
pengeringan (detik) Kehilangan energi melalui dinding ruang
pengering dihitung dengan persamaan (Farel,
b) Energi untuk menaikan suhu ruang H., dan Yuda Pratama, 2011):
pengering dari kolektor persamaan :
Qlw = u x A x ∆T......................................... 7)
Qu = m x Cp x (Ti-To) ....................................2) U = ∆𝑥1
1
......................................... 8)
∆𝑥2
⁄𝑘 + ⁄𝑘
1 2
Dimana Qu adalah energi panas yang
dikumpulkan (kJ), m adalah laju aliran massa Dimana Qlw adalah energi yang hilang dari
udara (Kg/jam), Cp adalah massa jenis udara dinding ruang pengering (kJ), A adalah luas
(kJ/kgoC), To adalah temperatur keluar (oC), Ti dinding (m2), U adalah koefisein pindah panas
adalah temperatur masuk (oC) menyeluruh dinding (W/m,oK), td adalah
temperatur udara pengering (oC), k adalah nilai
c) Energi untuk menguapkan air bahan konduktifitas panas (W/m oK), ∆𝑥 adalah tebal
Energi untuk menaikan suhu bahan dihitung dinding (mm).
berdasarkan persamaan (Muhammad, 2011):
g). Energi hilang melalaui ventilasi
Q = V x Hfg ..................................................3) Energi hilang melalui ventilasi dapat dihitung
dengan persamaan (Maulana, 2014)
Dimana Q adalah energi untuk menguapkan air
𝑉 𝑥 𝑐𝑝𝑤 (𝑇𝑑−𝑇𝑎)
(kJ), V adalah beban uap air (kg H2O), dan Hfg Qlv = .................................... 9)
𝑁
adalah panas laten (kJ/kg), V adalah berat air
yang diuapkan (kgH2O). Dimana Qlv adalah kehilangan energi melalui
ventilasi (kJ), V adalah kecepatan angin
Hfg = (2,501- (2,361 x 10-3 ) T)) x 1000 .......4) (m/det), cpw adalah panas jenis udara basah
(kkal/m2.oC), N adalah lama pengeringan (det),
d) Energi untuk menaikan suhu bahan ta adalah temperatur awal (oC), td adalah
Energi untuk menguapkan air bahan adalah temperatur keluar (oC).
energi untuk memanaskan suhu bahan dari suhu
bahan awal sebelum proses pengeringan dapat
dihitung berdasarkan persamaan (Novitasari, Analisis Data
dkk., 2014) Dalam penelitian ini data ditampilkan
dalam bentuk grafik dan tabel. Data yang
Q = m x Cp x ∆T ...........................................5) diperoleh dari percobaan di Laboratorium
diolah dengan menggunakan analisis deskriptif
yang diperoleh melalui persamaan matematis.

362
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Analisisi evaluasi deskriptif mengguakan 70

Suhu Ruang (oC)


aplikasi Microsoft Excel. 60
50
40
Mulai
30
20
Persiapan alat dan bahan
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
Waktu (Jam)
Rak 1 Rak 2 Rak 7 Rak 8
Mengukur sifat fisik bahan
(pisang sale); Massa bahan
Gambar 4. Grafik hubungan suhu ruang
pengering dengan dengan waktu masing-
Mengukur kinerja alat hybrid surya listrik masing rak pada pengeringan hybrid
 Suhu kolektor
 Suhu lingkungan
 Suhu ruang pengering Berdasarkan Gambar 3 dan 4,
 Intensitas cahaya matahari temperatur ruang pengering pada pengeringan
 Kelembaban relatif
hybrid terjadi secara berfluktuasi dan memiliki
suhu yang lebih tinggi dibanding dengan
pengeringan full surya, hal ini dikarenakan
1. Energi pengeringan terdapatnya sumber panas tambahan (heater)
2. Kadar air
3. Energi kehilangan pada waktu pengeringan berlangsung,
sedangkan pada pengeringan surya panas hanya
berasal dari radiasi langsung sinar matahari.
Energi pengeringan, kadar air, energi
Temperatur ruang pengering pada
yang digunakan, energi kehilangan, pengamatan surya mengalami naik turun
efisiensi ruang pengering dikarenakan pada pengamatan surya panas yang
didapat hanya berasal dari radiasi matahari.
Temperatur ruang pengering rak 1 dan 2
Selesai memliki nilai yang lebih tinggi sebesar 48,3oC
dan 51,2oC dibandingkan dengan rak pada
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
bagian bawah rak 7 dan 8 sebesar 45,7 oC dan
HASIL DAN PEMBAHASAN 49,2oC dikarenakan atap pada ruang pengering
dipasang kaca. Berbeda dengan pengeringan
Suhu Ruang Pengering hybrid, suhu rak pada bagian bawah ruang
Suhu ruang pengering terjadi fluktuasi pengering pengamatan surya memiliki nlai yang
dikarenakan suhu panas pada kolektor naik lebih rendah dikarenakan panas yang didapat
turun tergantung intensitas cahaya. Besar suhu hanya berasal dari radiasi matahari dan tidak
panas pada ruang pengering dapat mempercepat terdapat panas tambahan.
penurunan kadar air bahan yang dikeringkan.
Kelembaban Relatif (RH %)
55 90
Suhu Ruang (oC)

50 80
45 70
40 60
RH (%)

35 50
30
40
25
30
20
20
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
10
Waktu (Jam) 0
Rak 1 Rak 2 Rak 7 Rak 8 9.45 11.45 13.45 15.45 17.45

Gambar 3. Grafik hubungan waktu dengan Waktu (jam)


Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (surya)
temperatur ruang pengering masing-masing rak Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid)
pada pengeringan surya Gambar 5. Grafik hubungan RH ruang
pengering dengan waktu pengeringan

363
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

Tabel 1. Besar energi pengeringan yang diserap


70 oleh kolektor dari intensitas cahaya
60 matahari
50 Bahan Bahan Bahan Bahan
RH (%)

40 Jam 0.8 cm 0.4 cm 0,4 cm 0,8 cm


ke (Surya) (Surya) (Hybrid) (Hybrid)
30 (kJ) (kJ) (kJ) (kJ)
20
9.45 2257,6 3531,13 2544,07 2704,29
10
0 10.45 2893,6 3384,61 3563,64 3456,83
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
11.45 3320,9 4019,53 3995,75 4379,30
Waktu (Jam)
12.45 4219,1 4576,31 4063,72 3932,63
Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid) 13.45 3408,3 3697,19 3675,31 4830,83
Gambar 6. Grafik hubungan RH Kolektor 14.45 2796,5 2539,68 2524,65 3403,43
dengan waktu pengeringan
15.45 975,9 2388,28 2374,14 1192,90

Berdasarkan Gambar 5 dan 6 dapat 16.45 1388,6 1533,58 553,48 873,97


dijelaskan bahwa kelembaban relatif (RH) 17.45 343,5 918,68 155,85 441,18
dipengaruhi oleh suhu. Selama proses
Rata-
pengeringan dan pengambilan data pada 2400,4 2954,3 2605,6 2801,7
rata
pengeringan surya kelembaban relatif pada
kolektor lebih rendah dari pada kelembaban 6000.0
Energi Pengeringan (kJ)

reletif ruang pengering, kondisi ini terjadi 5000.0


karena suhu di dalam kolektor lebih tinggi dari
4000.0
pada suhu ruang pengering. Nilai RH kolektor
tertinggi pada pengeringan hybrid sebesar 3000.0
27,11% sedangkan pada ruangpengering RH 2000.0
tertinggi 28,67% pada pengeringn hybrid 0,4 1000.0
Kelembaban relatif pada ruang pengering tinggi
0.0
besar karena suhu ruang pengering lebih besar 9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
dari pada suhu di dalam kolektor dimana suhu Waktu (Jam)
ruang pengering 56,5oC sedangkan suhu Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (Surya)
kolektor 67oC. Bahan 0,4 cm (Hybrid) Bahan 0,8 cm (Hybrid)
Dengan demikian dapat disimpulkan Gambar 7. Grafik hubungan waktu dengan
bahwa nilai kelembaban relatif pada kolektor energi pengeringan yang dihasilkan kolektor
maupun lingkungan sangat mempengaruhi
proses pengeringan baik itu pada hybrid dan full Ada beberapa faktor yang
surya (Maulana, 2014). mempengaruhi besarnya energi pengeringan
adalah kolektor, kehilangan dan kecepatan
Energi Pengeringan Yang Dihasilkan angin. Hal ini sesuai dengan pendapat Maulana
Kolektor dari intensitas cahaya (2014), yang menyatakan bahwa banyaknya
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 7, energi panas pengeringan yang terkumpulkan
energi pengeringan paling banyak terdapat pada juga bergantung pada sifat optik (transmisivitas
proses surya yang mana pada surya kondisi dan refleksifitas), sifat–sifat pelat penyerap
cuaca yang sangat cerah yaitu ada pengeringan (absorptivitas dan emisivitas) dan kehilangan
surya 0,8 dan hybrid 0,8 sedangkan pada hybrid panas.
0,4 dan full surya 0,4 kondisi cuaca agak Energi yang hilang pada kolektor biasa
berawan. Hal ini yang menyebabkan perbedaan terjadi karena ada beberapa faktor yang sangat
energi pengeringan yang dihasilkan pada full mempengaruhi terjadinya energi yang hilang.
surya dan hybrid berubah–ubah setiap jamnya. Untuk menjaga agar tidak terjadi energi yang
Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima hilang secara radiasi dan konveksi ke atmosfer
kolektor maka semakin tinggi pula energi maka digunakan kaca transparan sebagai
pengeringan yang dihasilkan. pelindung dan bagian bawah pelat diberi
isolator untuk memperkecil energi yang hilang
bagian bawah.

364
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

Jarak kaca dan pelat mempengaruhi dapat dijelaskan bahwa semakin lama waktu
jumlah energi yang hilang. Hal ini sesuai pengeringan maka semakin besar suhu ruang
dengan pendapat Handoyo, dkk., (2011), yang pengering makin besar energi yang tersedia
menyatakan bahwa besar kecilnya kehilangan untukmenaikan suhu bahan. Energi yang
energi yang terjadi pada kolektor surya dibutuhkan pada awal pengeringan 38,1 kJ
dipengaruhi oleh jarak kaca terhadap pelat. terbesar 325,62 kJ pada pengeringan surya 0,8
Semakin besar jarak antara kaca dengan pelat cm, energi terendah 53,2 kJ pada awal
maka akan semakin tinggi kehilangan energi. pengeringan dan 381,9 kJ pada suhu tertinggi
Sebaliknya semakin kecil jarak kaca dengan ruang pnegering. Faktor yang mempengaruhi
pelat maka akan semakin kecil pula energi yang besarnya energi yang diperlukan adalah suhu
hilang. Semakin besar jarak kaca dan plat (Yahya, 2014), makin besar suhu ruang
kolektor maka luas kolektor untuk menyerap pengering, maka semakin besar pula energi
energi radiasi matahari akan semakin besar. untuk menaikan suhu bahan sedangkan semakin
kecil suhu bahan semakin kecil energi untuk
Energi Yang Digunakan Untuk Menaikan menaikan suhu bahan.
Suhu Bahan
Energi Untuk Menguapkan Air Bahan
Tabel 2. Energi untuk menaikan suhu bahan Tabel 3. Jumlah Energi untuk menguapkan air
tiap suhu ruang pengering bahan tiap massa bahan
Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan Bahan
0.8 cm 0.4 cm 0,8 cm 0,4 cm 0,8 cm 0,4 cm 0,4 cm 0,8 cm
Suhu (Surya) (Hybrid) (Surya) (Hybrid) Massa (Surya) (Surya) (Hybrid) (Hybrid)
(oC) (kJ) (kJ) (kJ) (kJ) (gram) (kJ) (kJ) (kJ) (kJ)
30 38,1 51,1 49,2 32,5 65 789,42 575,36 774,24 985,26
35 87,1 190,3 213,7 87,1
60 666,45 485,80 623,94 789,42
40 151,42 260,0 270,6 176,9
55 529,82 396,23 494,90 613,32
45 244,14 324,3 336,3 249,2
50 376,49 259,60 371,94 446,33
50 325,62 364,5 381,9 318,9
45 241,38 182,17 247,45 320,32
45 259,96 337,7 324,3 304,2
40 203,68 288,1 288,1 218,4 40 142,70 109,30 150,29 229,23

35 151,42 253,3 242,5 190,3 35 75,91 54,65 80,46 147,26


30 124,62 243,9 239,9 124,6 30 25,81 15,18 24,29 69,83
25 21,10 11,10 22,10 67,11
450.0
Energi untukmenguapkan

400.0
350.0 1200.00
Energi untuk menguapkan

300.0 1000.00
250.0
200.0 800.00
(kJ)

150.0 600.00
100.0
(kJ)

50.0 400.00
0.0 200.00
30 40 50 40 30 0.00
o
Suhu Ruang Pengering ( C) 65 55 45 35 25
Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (Surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid) Massa bahan (gram)
Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (Surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid)
Gambar 8. Grafik hubungan antara energi
Gambar 9. Grafik hubungan antara massa
untuk menaikan suhu bahan terhadap suhu
bahan dengan jumlah energi panas untuk
ruang pengering
menguapkan kadar air bahan
Energi untuk menaikan suhu bahan
Energi untuk menguapkan air bahan
merupakan jumlah energi yang digunakan
merupakan jumlah energi yang digunakan
untuk menaikan suhu bahan (suhu Aw) dari
untuk menguapkan air bahan (kadar air) pada
suhu awal tersebut. Dari Tabel 2 dan Gambar 8
saat proses pengeringan berlangsung.

365
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 9, energi pengering. Makin besar energi yang terdapat
terbesar untuk menguapkan air bahan pada pada ruang pengering maka semakin besar pula
pukul massa bahan 65 dimana pada awal energi yang dikeluarkan dari dinding ruang
pengeringan kadar air bahan masih tinggi pengering.
sehingga energi yang dibutuhkan semakin
tinggi. Energi untuk menguapkan kadar air Energi Hilang Melalui Ventilasi Ruang
bahan tertinggi pada pengeringan hybrid Pengering
ketebalan bahan 0,4 cm 985,26 kJ sedangkan Dari Gambar 11 bisa dijelaskan bahwa
pada pengering surya energi tertinggi sebesar energi yang hilang melalui ventilasi terjadi pada
789, 42 kJ. Faktor yang mempengaruhi energi proses pengeringan hybrid yang lebih tinggi
untuk menguapkan kadai air bahan adalah suhu dari padal surya dimana pengeringan hybrid
dan kelembaban ruang pengering serta kadar air ketebalan bahan 0,4 cm memiliki nilai
bahan. Semakin besar massa bahan dan kadar kehilangan panas tertinggi dengan nilai
air maka energi yang dibutuhkan untuk kehilangan awal sebesar 250 J dan tertinggi
menguapkan uap air dari bahan akan semakin sebesar 432,4 J sedangkan pada pengeringan
besar. Hybrid 0,8 cm memiliki kadar air lebih surya, energi hiang pengeringan surya pada
besar yaitu 81,4% sehingga energi awl yang awal sebesar 66,67 J tertinggi sebesar 431,38 J.
dibutuhkan untuk menguapkan air bahan Ventilasi itu sendiri berfungsi sebagai rongga
semakin besar yaitu 985,26 kJ. penguapan pada alat pengering untuk
mengeluarkan uap air bahan yang di panaskan
Energi Hilang Melalui Dinding Ruang oleh udara pengering.
Pengering
Energi yang hilang

Energi yang hilang melalui dinding 500.0


450.0
ruang pengering adalah energi yang tidak 400.0
(Joule)

350.0
digunakan dalam ruang pengering yang 300.0
dikeluarkan dari sistem ke lingkungn melalui 250.0
200.0
dinding ruang pengering. Dari Gambar 10 dapat 150.0
dilihat bahwa energi yang hilang pada dinding 100.0
50.0
ruang pengering tertinggi terjadi pada proses 0.0
hybrid 0,8 pada pukul 10.45 WITA sampai 9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
17.45 WITA dengan besarnya energi hiang awal Waktu (jam)
23,59 kJ dan tertinnggi sebesar 25,04 kJ Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid)
sedangkan pengeringan surya energi hiang
melaui dinding sebesar 23,623 kJ dengan energi Gambar 11. Grafik hunbungan waktu dengan
hilang terbesar 24,588 kJ. energi hilang melalui ventilasi ruang pengering
25.500
Energi yang hilang

25.000 Selain itu ada beberapa faktor yang


24.500 memepengaruhi besar kecilnya energi yang
(kj)

24.000 hilang melalui ventilasi seperti kecepatan angin


23.500 dan besarnya suatu ventilasi yang digunakan
23.000 dimana semakin tinggi kecepatan angin maka
22.500
semakin tinggi energi yang hilang sebaliknya
22.000
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
semakin rendah kecepatan angin semakin
Waktu (jam) rendah pula energi yang hilang. Ukuran
Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (Surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid)
ventilasipun mempunyai pengaruh dalam energi
yang hilang, hal ini bisa menyebabakan panas
Gambar 10. Grafik hubungan waktu dengan
dalam ruang pengering cepat berkurang.
energi yang hilang melalui dinding ruang
Sehingga semakin besar ukuran ventilasi maka
pengering
semakin besar energi yang hilang.
Menurut (Sumardi, dkk., 2001) energi Kadar Air
hilang melalui dinding ruang pengering Jumlah air yang terkandung dalam
dipengaruhi koefisien pindah panas bahan, luas bahan pangan secara total biasanya dinyatakan
penapang dinding ruang pengering, nilai dalam persen berat bahan pangan tersebut dan
konduktifitas panas bahan pembuat dinding disebut dengan kadar air (Afrianti, 2008). Kadar
serta energi yang terdapat pada ruang

366
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 5, No. 1, Maret 2017

air bahan menunjukkan banyaknya kandungan penurunan kadar air pada pengeringan hybrid
air per satuan bobot bahan. lebih besar.
90.00
80.00 Efisiensi Ruang Pengering
Efisiensi ruang pengeringan digunakan
Kadar air %

70.00
60.00
untuk mengetahui tingkat kinerja dari ruang
pengering pada proses pengeringan pisang sale
50.00
dengan menggunakan-alat pengeringan hybrid
40.00
(surya-listrik) tipe rak.
30.00 Tabel 4. Rata-rata efisiensi ruang pengering
20.00 (%)
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
Bahan Bahan Bahan Bahan
Waktu (Jam)
0.8 cm 0.4 cm 0,4 cm 0,8 cm
Bahan 0,8 cm (Surya) Bahan 0,4 cm (surya)
Bahan 0,8 cm (Hybrid) Bahan 0,4 cm (Hybrid)
(Surya) (Surya) (Hybrid) (Hybrid)
Gambar 12. Grafik hubungan waktu 31,06 28,86 46,21 42,47
pengeringan dengan penurunan kadar air bahan
60.00
Gambar 12 memperlihatkan hasil data
50.00
penurunan kadar air bahan pada proses
Effisiensi (%)
pengeringan dengan alat pengering hybrid. Dari 40.00
hasil tersebut, terlihat bahwa penurunan kadar
30.00
air dengan pengeringan surya lebih lama dan
kadar air yang dicapai lebih tinggi dibanding 20.00
dengan hybrid, sebab energi panas yang di 10.00
gunakan hanya mengandalkan jumlah intensitas
cahaya matahari yang diserap oleh kolektor. 0.00
9.45 11.45 13.45 15.45 17.45
Tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari
Waktu (Jam)
mempengaruhi penurunan kadar air pada proses Bahan 0,4 cm (Surya) Bahan 0,8 cm (surya)
pengeringan dengan tenaga matahari. Kadar air Bahan 0,4 cm (Hybrid) Bahan 0,8 cm (Hybrid)
akhur yang diperoeh pada pengeringan surya
Gambar 13. Grafik hubungan antara waktu
39,7% pada surya ketebalan bahan 0,8 cm dan
dengan efisiensi ruang pengering
39,6% pada pengeringan surya ketebalan bahan
0,4 cm.
Pada Tabel 4 dan Gambar 13 terlihat
Pada proses pengeringan dengan
efisiensi ruang pengering pada proses
hybrid, penurunan terjadi lebih cepat, kondisi
pengeringan hybrid dan surya. Pada
ini di pengaruhi oleh adanya penambahan
pengeringan hybrid nilai efisiensi ruang
energi panas oleh heater, karena heater tetap
pengering lebih tinggi dari pada full surya
dihidupkan dimana bila kedua energi yang
dikarenakan pengaruh oleh energi pengeringan
digunakan pada waktu yang bersamaan sangat
kolektor dan energi kehilangan serta panas
mempengaruhi tingkat penurunan kadar air.
tambahan dari heater. Pada hybrid ada panas
Kadar air akhir pada pengeringan hybrid
tambahan dari heater sehingga panas di dalam
ketebalan bahan 0,8 cm 38,5% dan 35,5% pada
ruang pengering menjadi bertambah, ini yang
pengeringan hybrid ketebalan bahan 0,4 cm.
menyebabkan efisiensi hybrid lebih tinggi dari
Kadar air yang dihasilkan sesuai dengan standar
full surya.
SNI untuk produk pisang sale dengan kadar air
Sejalan dari penelitian Maulana (2014)
akhir maksimal sebesar 35-40%. Penurunan
yang berjudul Uji Performansi Alat Pengering
kadar air banyak dipengaruhi berbagai faktor
hybrid (Surya-Listrik) dengan Full Suya tipe rak
seperti kelembaban relatif (RH) serta besarnya
untuk biji kakao menggunakan kolektor surya.
suhu pada ruang pengering. Perubahan suhu
Hasil efisiensi 42 % pada hybrid dan 33 % pada
ruangan pada pengeringan hybryd 38 oC hingga
full surya, terlihat bahwa hasil efisiensi pada
55 oC sedangkan surya sebesar 32,4oC hingga
penelitian Maulana (2014) bisa dikatakan
44,1 oC. Dari perbedaan kenaikan suhu yang
belum mencapai batas standar.
besar pada pengeringan hybrid sehingga laju

367
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 1, Maret 2017

KESIMPULAN DAN SARAN


Handoyo, C.H., dkk. 2011. Rancang Bangun
Kesimpulan Alat Pengering Energi Surya Dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan Kolektor Keping Datar. Jurusan Teknik
pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat Pertanian. Fakultas Pertanian.
disimpulakn sebagai berikut : Universitas Lampung.
1. Alat pengering hybrid (surya-listrik) tipe
rak ini cocok untuk pengeringan pisang Maulana, Malik. 2014. Uji Performansi Alat
sale dengan suhu optimal pada ruang Pengering Hybrid (Surya-Listrik) Tipe
pengering adalah 55oC pada pengeringan Rak Pada Pengeringan Kakao. Skripsi.
hybrid. Universitas Mataram. Mataram

2. Hasil penelitian menunjukan proses Muhammad, A. 2011. Uji Kinerja Alat


pengeringan pisang sale terbaik adalah Pengering Hybrid Tipe Rak pada Proses
dengan ketebalan bahan 0,4 cm Pengeringan Jagung Bertongkol.
menggunakan hybrid dengan efisiensi Skripsi. UNILA. Lampung
ruang pengering maksimal 55,20% dengan
kadar air 35,5%; sementara efisiensi Novitasari, I., Warji, Dian, Dwi Novita. 2014.
maksimal pengeringan surya sebesar Uji Kinerja Alat Pengering Hybrid
42,21%. Tipe Rak Pada Pengeringan Chip
Pisang Kepok. Jurnal Teknik
Saran Pertanian Lampung. Vol.3, No. 1: 59-
Dari hasil penelitian ini dapat 68.
disarankan menggunakan pengering hybrid
untuk pengeringan pisang sale dengan produk Sofia, L. 2010. Pengeringan Biji Kakao
yang dikeringkan dengan ketebalan 0,4 cm Menggunakan Alat Pengering Hybrid
dengan kapasitas 6 kg untuk satu kali Tipe Rak. Skripsi. UNILA. Lampung.
pengeringan.
Sumardi, H.S., S. Rakhmadiono, dan T.A
Sinawang. 2001. Mempelajari
DAFTAR PUSTAKA Karakteristik Alat Pengering Buatan
pada Pengeringan Panili. Jurnal
Afrianti, L. H. 2008. Teknologi Pengawetan Teknologi Pertanian, Vol. 2, No. 2,
Pangan. Alfabeta. Bandung. Agustus 2001: 30-37.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya Yahya, M. 2014. Kaji Ekperimental untuk
(Edisi Revisi). Penerbit Universitas Kerja Pengering Dehumidifikasi
Indonesia (UI-Press). Jakarta. 481 hlm. Terintegrasi Dengan Pemanas Surya
untuk Mengeringkan Temulawak.
Farel, H. Napitupulu, Yuda Pratama Atmaja. Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.2,
2011. Perancangan dan Pengujian Alat Oktober 2014 : 68 -74.
Pengering Jagung dengan Tipe Kabinet
Dryer Untuk Kapasitas 9 kg Per Siklus.
Jurnal Dinamis,Volume.II, No.8,
Januari 2011.

368

Anda mungkin juga menyukai