Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN FLUOXETIN

2.1 Farmasi-Farmakologi Fluoxetin


Fluoxetin merupakan obat anti depresan golongan SSRI (Serotonin selective reuptake

inhibitor). Fluoxetin merupakan obat golongan SSRI yang paling luas digunakan karena

obat ini kurang menyebabkan antikolinergik, hampir tidak menimbulkan sedasi, dan

cukup diberikan satu kali sehari4.


Fluoxetin memiliki nama kimia Fluoxetin HCL. Struktur kimia dari fluoxetin HCL

adalah C17H18F3NO.HCl. Berdasar sifat fisikokimanya, fluoxetin berbentuk seperti

kristal dengan warna putih-putih kotor dan hanya sedikit larut dalam air4.
Fluoxetin termasuk dalam golongan obat psikofarmaka. Beberapa nama dagang yang

untuk fluoxetin antara lain Prozac, Sarafem, Selfemra, Courage, Elizac, Kalxetin, Loep,

Nopres, ZAC, dan Andep. Bentuk sediaan padat yang tersedia yaitu tablet 10mg, 15mg,

dan 20mg dan kapsul 40mg dan 60mg. Dalam bentuk sediaan obat solusio, 5ml obat

mengandung 20mg fluoxetin. Sediaan terbaru fluoxetin berupa tablet salut enterik

dengan kandungan 90mg yang digunakan sebagai terapi pemeliharaan dan diberikan satu

kali seminggu 4,5.


Fluoxetin banyak digunakan untuk pasien dengan gangguan depresi major, bulimia

nervosa, panik, dan premenstrual disporik. Dosis awal yang diberikan pada anak berusia

8-10 tahun dengan depresi sebesar 10-20 mg/hari . Dosis ini apat ditingkatkan setelah

satu minggu, namun dosis tidak dapat sampai melebihi 20mg/hari. Pada dewasa, dosis

awal yang diberikan 20mg/hari. Obat diberikan pada pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan

setelah beberapa minggu sebanyak 20 mg/hari, namun dosis tidak dapat melebihi

80mg/hari. Pada orang tua, dosis yang diberikan 10 mg/hari, dapat ditingkatkan 10-20mg

tiap beberapa minggu. Obat tidak boleh diberikan pada malam hari5.

2.2 Farmakodinamik Fluoxetin


Fluoxetin khusus menghambat saraf pengambilan kembali serotonin, sehingga

meningkatkan konsentrasi serotonin pada sinapsis dan memperkuat transmisi saraf

serotonergik. Fluoxetin memiliki sedikit efek pada lainnya neurotransmitter. Fluoxetin

Makalah ini diajukan kepada Laboratorium Ilmu Farmasi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
1
tidak berpengaruh langsung pada jantung. Fluoxetin menghambat hati obat-metabolising

enzim termasuk CYP IID6, CYP IA2 dan CYP IIIA46.


2.3 Farmakokinetik Fluoxetin
Absorbsi fluoxetin hydrochloride per oral mudah diserap dari saluran pencernaan

saluran dengan konsentrasi plasma puncak muncul dari 6 sampai 8 jam setelah

pemberian oral. Konsentrasi puncak dosis 30 mg, 60 mg, dan 75 mg dosis masing-

masing adalah 30,1 ng / mL, 93,0 ng / mL dan 134,6 ng / mL. Bioaviabitas sistemik lebih

besar dari 85% dan tidak dipengaruhi oleh makanan6.


Fluoxetin secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh. Ikatan dengan protein adalah

sebesar 94%. Volume distribusi sangat bervariasi, mulai dari 11 sampai 88 L / kg.

Fluoxetin memiliki waktu paruh yang relatif panjang dan sangat bervariasi. Waktu paruh

fluoxetin antara 1 sampai 4 hari setelah dosis tunggal dan rata-rata hampir 70 jam. Pasien

yang menerima dosis lebih tinggi dalam jangka waktu yang lama mungkin akan

mengalami pemanjangan elimininasi waktu paruh obat. Waktu paruh dari metabolit

aktif fluoxetin yaitu norfluoxetin adalah sekitar 7 sampai 9 hari6.


Fluoxetin secara ekstensif dimetabolisme di hati ke dalam bentuk metabolit desmethyl

yaitu norfluoxetin, yang memiliki aktivitas mirip dengan fluoxetin. Puncak konsentrasi

plasma dari metabolit aktif norfluoxetin terjadi sekitar 76 jam setelah konsumsi. Rute

utama eliminasi obat setelah metabolisme metabolit aktif yang terkonjungasi di hati

adalah pengeluaran obat dalam urin6.

2.4 Efek Samping, Kontra Indikasi dan Interaksi Obat Fluoxetin


Efek samping fluoxetin bermacam-macam. Efek yang sering timbul antara lain efek

seretogenik dan sindroma serotonin. Akan tetapi, efek antikolinergik, antiadrenergik, dan

efek jantung sangat kurang atau sama sekali tidak ada pada penggunaan obat ini.
Efek seretogenik yang timbul berupa mual ,muntah, malaise umum, nyeri kepala,

gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau kegelisahan yang sementara, disfungsi

seksual dengan ejakulasi dan orgasme terlambat.


Sindroma serotonin adalah gejala berupa kegelisahan, demam, dan menggigil,

konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi. Kebanyakan efek

Makalah ini diajukan kepada Laboratorium Ilmu Farmasi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2
samping ini terjadi pada penggunaan kombinasi obat-obat generasi ke-2 bersama obat-

obat klasik, MAO, litium atau triptofan, lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3

minggu. Gejala ini dilawan dengan antagonis serotonin (metisergida, propanolol).


Kontra Indikasi penggunaan fluoxetin antara lain pada pasien yang hipersensitif

terhadap fluoxetin, gagal ginjal yang berat, penggunaan fluoxetin bersama MAO.

Interaksi Obat biasa terjadi pada obat-obat golongan MAO, Lithium, obat yang

merangsang aktivitas SSP, anti depresan, triptofan, karbamazepin, obat yang terkait

dengan protein plasma. Pada penderita epilepsi yang terkendali, penderita kerusakan hati

dan ginjal, gagal jantung, jangan mengemudi / menjalankan mesin penggunaan obat ini

memerlukan perhatian khusus.

Makalah ini diajukan kepada Laboratorium Ilmu Farmasi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3
DAFTAR PUSTAKA :

1. IS, Margono, Asriningrum, Abdulloh Machin. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf :

Stroke. Airlangga University Press : Surabaya. Halaman 91.

2. US Centre for Disease Control and Prevention. Stroke Statistics. Tersedia dalam

http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/stroke-statistics/ diunduh pada tanggal

8 Agustus 2012 pukul 03.00

3. Katzung, Bertram G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology 10 th edition. Mc Graw

Hill: Singapore. Halaman 476.

4. Departemen Farmakologi FKUI. Farmakologi dan Terapi Edisi, 2008 halaman 173.

Jakarta : Balai Penebit FKUI

5. Omudhome Ogbru, PharmD. Fluoxetin, Prozac, Saraferm. 2008. Dilihat tanggal 2 agustus

2012 di : http://www.medicinenet.com/fluoxetin/article.htm

6. M.O. Rambourg Schepens. Fluoxetin. 1996. Dilihat tanggal 5 agustus 2012 di :

http://www.inchem.org/documents/pims/pharm/pim651.htm

7. Fary Khan. Poststroke depresion. Australian Family Physician Vol.33, No.10 October

2004 Page 831-834. Dilihat tanggal 6 agustus 2012 di

http://www.racgp.org.au/afp/200410/20040930khan.pdf

8. Laur MacIsaac, Post Stroke Complications. Stroke Specialist Case Manager, Stroke

Strategy of Southeastern Ontario 2012. Dilihat tanggal 7 agustus 2012 di

http://strokenetworkseo.ca/public/pdf_docs/LMacIsaac%20Post%20Stroke

%20Complications.pdf

Makalah ini diajukan kepada Laboratorium Ilmu Farmasi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
4
9. Fruehwald S, Gatterbauer E, Rehak P, Baumhackl U, Early fluoxetine treatment of post-

stroke depression—a three-month double-blind placebo-controlled study with open-label

longterm follow up, J Neurol, 2003;250:347–51.

10. Chollet F, Tardy J, Albucher JF, et al., Fluoxetine for motor recovery after acute ischaemic

stroke (FLAME): a randomised placebo-controlled trial, Lancet Neurol, 2011;10(2):123–

30.

11. Allaman I, Fiumelli H, Magistretti PJ, Martin JL. Fluoxetine regulates the expression of

neurotrophic/growth factors and glucose metabolism in astrocytes. Psychopharmacology

(Berl). 2011 Jul;216(1):75-84. Epub 2011 Feb 8.

12. Lee SC, Lee KY, Kim YJ, Kim SH, Koh SH, Lee YJ. Serum VEGF levels in acute

ischaemic strokes are correlated with long-term prognosis. Eur J Neurol. 2010

Jan;17(1):45-51. Epub 2009 Jun 29.

Makalah ini diajukan kepada Laboratorium Ilmu Farmasi Kedokteran


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
5

Anda mungkin juga menyukai