Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasie dengan kasus anak
pendeirita tuberculosis (TBC)
2
10. Untuk mengetahui diagnosa yang muncul pada anak penderita penyakit tuberculosis
(TBC)
11. Untuk mengetahui intervensi yang harus dibuat pada anak penderita penyakit
tuberculosis (TBC)
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam menelaah suatu fenomena
kesehatan yang spesifik tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan kasus anak
penderita tuberculosis (TBC)
Makalah ini bagi tenaga kesehatan khususnya untuk perawat adalah untuk mengetahui
pentingnya bagaimana pelayanan tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
kasus anak penderita tuberculosis (TBC)
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah untuk
menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan kasus anak penderita tuberculosis (TBC)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paru-paru terletak pada rongga torak, berbentuk kerucut dengan apeks berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya pada diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus,
sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Kelma lobus ini merupakan lobus yang
terlihat, setiap paru-paru dapat dibagi lagi menjadi sub-bagian menjadi sekitar sepuluh unit
terkecil yang disebut bronkopulmonari segmen. (Setiadi,2007)
Proses respirasi dapat dibagi dalam tiga proses mekanis utama yaitu sebagai berikut :
a. Ventilasi pulmonal, yaitu keluar masuknya udara antara atmosfir dan alveoli paru-
paru.
b. Difusi oksigen dan karbon dioksida anatara alveoli dan darah.
c. Transportasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari
sel-sel. (Setiadi,2007)
4
Proses fisiologi respirasi yang memindahkan oksigen dari udara ke dalam jaringan dan karbon
dioksida yang dikeluarkan ke udara dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut:
1. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru ( respirasi eksterna ) serta anatara
darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmoner dan penyesuaiannya dengan distribusi udara
dalam alveolus-alveolus.
3. Reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah. (Setiadi,2007)
a. Ikatan O2 + Hb dari jantung di pompa e seluruh tubuh. Tiap sel mengambil O2 untuk
proses metabolisme dan darah menerima hasil buangan CO2 darri jantung dan paru ke
luar.
b. Darah merah (Hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan O2 ke dalam
jaringan, mengambil CO2 untuk di bawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi
pernafasan eksterna. (Setiadi, 2007)
Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas memlalui membrane
paru-paru adalah sebagai berikut.
a. Makin besar perbedaan tekanan pada membrane makin cepat kecepatan difusi.
5
b. Makin besar area membran paru-paru makin besar kuantitas gas yang dapat berdifusi
melewati membrane dalam waktu tertentu.
c. Makin tipis membrane, makin cepat difusi gas melalui membrane tersebut ke bagian
yang berlawanan. (Setiadi,2007)
Koefisien difusi secara langsung berbanding proporsional terhadap
kemampuan teralarut dari gas dalam cairan membrane par-paru dan kebalikannya
terhadap ukuran molekul. Namun demikian, molekul kecil yang berdifusi tinggi lebih
cepat dari besarnya ukuran gas yang kurang dapat larut. (Setiadi,2007).
2.2 Definisi
TBC paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru – paru dan
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (somantri, 2009). Sementara itu, Junaidi (2010)
menyebutkan tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis yang
dapat menyerang berbagai organ, terutama paru – paru dengan gejala yang sangat bervariasi.
(Muhammad Ardiansyah, 2012)
2.3 Etiologi
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan
menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan
6
TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun – tahun. (Amin
Huda, 2015)
1.4 Klasifikasi
1. Tuberkulosis primer
Adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap TB. Bila bakteri Tb terhirup dari udara melalui saluran pernapasan
dan mencapai alveoli atau bagian terminal saluran pernapasan, maka bakteri akan
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag yang berada di alveoli. Jika ada proses
ini, bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri akan berkembang
biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan menghancurkan makrofag. Dari
proses ini, dihasilkan bahan kemotaksik yang menarik monosit (makrofag) dari
aliran darah membentuk tuberkel. Sebelum menghancurkan bakteri, makrofag harus
diaktifkan terlebih dahulu oleh limfokin yang dihasilkan limfosit T. ( Arif Muttaqin,
2014)
Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama. Ada
makrofag yang berfungsi sebagai pembunuh, pencerna bakteri, dan perangsang
limfosit. Beberapa makrofag menghasilkan protease, elastase, kolagenase, serta
colony stimulating factor untuk merangsang produksi monosit dan granulosit pada
sumsum tulang. Bakteri TB menyebar melalui saluran pernapasan ke kelenjar getah
bening regional (hilus) membentuk epiteloid granuloma. Granuloma mengalami
nekrosis sentral sebagai akibat timbulnya hipersensitifitas seluler (delayed
7
hipersensivity) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan
terlihat pada tes tuberkulin. Hipersensivitas seluler terlihat sebagai akumulasi lokal
dari limfosit dan makrofag. ( Arif Muttaqin, 2014)
Bakteri TB yang berada di alveoli akan membentuk fokus lokal (fokus Ghon),
sedangkan fokus inisial bersama-sama dengan limfadenopati bertempat di hilus
(kompleks primer Ranks) dan disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya
bersifat unilateral dengan subpleura terletak di atas atau dibawah fisura interlobaris,
atau dibagian basal dari lobus inferior. Bakteri menyebar lebih lanjut melalui saluran
limfe atau aliran darah dan akan tersangkut pada berbagai organ . jadi, TB primer
merupakan infeksi yang bersifat sistemis. (Arif Muttaqin, 2014)
2. Tuberkulosis sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejumlah kecil bakteri TB masih
hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di antaranya
mengalami kekambuhan. Reaktifivasi penyakit TB (TB pascaprimer / TB sekunder)
terjadi bila daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes
melitus, dan AIDS. (Arif Muttaqin, 2014)
Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan
organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas dan terlokalisasi. Reaksi imunologis
terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB
primer. Tetapi, nekrosis jaringan lebih menyolok dan menghasilkan lesi kaseosa
(perkijauan) yang luas dan disebut tuberkuloma. Protease yang dikeluarkan oleh
makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosa. Secara umum, dapat
dikatakan bahwa terbentuknya kavitas dan manifestasi lainnya dari TB sekunder
adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensivitas seluler
(delayed hipersensivity). (Arif Muttaqin, 2014)
TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber
eksogen, terutama pada usia tua dengan riwayat semasa muda pernah terinfeksi
bakteri TB. Biasanya, hal ini terjadi pada daerah apikal atau segmen posterior lobus
superior (fokus simon), 10-20 mm dari pleura, dan segmen apikal lobus inferior, hal
ini mungkin disebabkan oleh kadar oksigen yang tinggi didaerah ini sehingga
menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri TB. ( Arif Muttaqin, 2014)
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru, kerusakan paru diakibatkan
oleh produksi sitokin, (tumor necroting factor) yang berlebihan, kavitas yang terjadi
diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal yang berisi pembulu darah pulmonal.
Kavitas yang kronis diliputi oleh jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lainnya pada
8
kavitas yang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus yang menumbuhkan
mycetoma ( Arif Muttaqin, 2014)
2.5 Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja
keluarlah droplet muklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. akibat terkena sinar
matahari atau suhu udara yang panas, droplet nuclei tadi menguap. Menguapnya droplet
bakteri ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberklosis yang
terkandung dalam droplet nuclei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang
sehat, maka orang itu berpotensi terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri lewat
udara disebut dengan istilah air-borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati
pertahanan mukosilier saluran pernapasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana
terjadi implantasi bakteri, bakteri akan menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberculosis
dan focus ini disebut focus primer atau lesi primer atau focus Ghon. Reaksi juga terjadi pada
jaringan limfe regional, yang bersama dengan focus primer disebut sebagai kompleks primer.
Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru terkena infeksi akan menjadi sensitive terhadap
protein yang dibuat bakteri tuberculosis dan bereaksi positif terhadap tes tuberkolin atau tes
Mantoux. (Arif Muttaqin, 2014)
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu :
1. Percabangan bronkus
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area paru atau
melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi laring), maupun ke saluran
pencernaan.
2. System saluran limfe
Penyebaran lewat saluran limfe meyebabkan adanya regional limfadenopati
atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui
duktus limfatikus dan menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau
mengangkut material yang mengandung bakteri tuberculosis dan bakteri ini dapat
mencapai berbagai organ melalui aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal,
otak dan meningen.
4. Reaktivasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
9
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang
lebih jauh dan bakteri tuberculosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi
dorman atau tidur. Ketika suatu saat nanti kondisi inang melemah akibat sakit
lama/keras atau memakan obat yang melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama. Maka
bakteri tuberculosis yang doman dapat aktif kembali. Inilah yang disebut reaktivasi
infeksi primer atau infeksi pasca primer. Infeksi ini dapat terjadi bertahun-tahun
setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat diakibatkan
oleh bakteri tuberculosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi paru), bukan bakteri
dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-
primer terutama berada di daerah apeks paru. (Arif Muttaqin, 2014)
Sistem kekebalan tubuh berespons dengan melalukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag memfagositosis (menelan) bakteri. Limfosit yang spesifik
terhadap tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal, reaksi
jaringan ini mengakibatkan terakumulsinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar. (Irman Somantri, 2009)
Masa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang hidup
dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding.
Granuloma berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut Ghon Tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik, membentuk perkijauan (necrotizing caseosa). Setelah itu akan
terbentuk klasifikasi, membentuk jaringan kolagen, bakteri menjadi non-aktif.
(Irman Somantri, 2009) Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
tuberkulosis terjadi melalui udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama jenis bovin yang
penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
10
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan
kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam
percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain
dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Pathway
Droplet(batuk/bersin) mengandung
M.tuberkolosis Terhirup lewat saluran masuk ke
Pernafasan paru
Udara tercemar M.tuberkolosis
Alveoli
11
Meluas sembuh sempurna mengalami perkejuan
12
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut mansjoer, dkk (1999) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien
dengan tubercolosis paru, yaitu :
13
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya
satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
6. Becton Dickinson diagnostic instrument system (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikrobacterium tuberculosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai
memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiologi : rontgent thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang didiagnosis TB, yaitu:
a. Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apical lobus
bawah
b. Bayangan berwarna (pathcy) atau bercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
bayangan millie. (Amin Huda 2015)
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati, juga untuk mencegah
kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai
penularan.untuk penatalaksanaan pengobatan terhadap tuberculosis paru, (Darmanto, 2009)
Yang termasuk obat anti TB lini pertama adalah : isoniezid (H), etambutol (E),
sterptomisin (S), pirazinamid (Z), rifampisin (R), dan tioasetazon (T) : sedangkan yang
14
termasuk obat lini kedua adalah : etionamide, sikloserin, PAS, amikasin, kanamisin,
kapreomisin, siprofloksasin, ofloksasin, klofazimin, dan rifalbutin. (Darmanto, 2009)
1. Isoniazid (H)
Dosis: 5 mg/kgBB per oral
Efek samping: hepatitis, hipersensitivitas, peripheral neuritis.
2. Ethambutolol Hydrochloride(E)
Dewasa: 15mg/KgBB per oral untuk pengobatan tulang mulai dengan 25
mg/Kg/BB/hari selama 60 hari kemudian diturunkan sampai 15 mg/KgBB/HARI
Anak (6-12 tahun): 10-15 mg/kgBB/hari
Efek samping: optic neuritis(efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rash
2.9 Komplikasi
1. Komplikasi Dini
a. Pleuritis
Radang selaput dada terjadi akibat kedua lapisan pleura mengalami
peradangan akibat adanya infeksi yang terjadi di paru menyebar ke
daerah pleura.
b. Efusi pleura
Bertambahnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah meningkat
sehingga cairan dan protein yang melewati dinding itu meningkat maka
terbentuklah efusi pleura.
15
c. Empiema
Keadaan terkumpulnya nanah atau pus didalam rongga pleura yang
didapat dari infeksi yang berasal dari paru.
d. Laryngitis
Penyebaran infeksi lewat percabangan bronchus dapat mengenai area
paru atau melalui sputum menyebar ke laring dan menyebabkan ulserasi
laring,
e. Tb usus
Penyakit tb usus diperkirakan disebabkan oleh serangan kuman Tbc.
Kuman ini bisa berasal dari penyakit Tbc yang aktif di paru-paru dan di
bawa oleh aliran darah yang mengandung kuman Tbc lalu masuk ke
dalam lambung hingga usus
2. Komplikasi Lanjut
a. Obstruksi jalan napas.
Secret yang berlebih di dalam paru dapat menyebabkan penyebitan jalan
napas
b. Kor pulmonale
Kondisi dimana paru menyebabkan kegagalan jantung. Ventrikel kanan
memompa darah ke paru dimana terjadi oksigenasi dan kembali ke
jantung sisi kiri. Namun apabila terjadi maslah dalam oksigenasi maka
jumlah pembuluh darah berkurang. Vetrikel kanan tidak lagi dapat
mendorong darah masuk ke dalam paru secara efektif dan beban yang
teralau berat sehingga menyebabkan kegagalan.
c. Karsinoma paru
Peradangan paru dan fibrosis yang dapat memicu kerusakan
genetic.melalui proses peradangan di paru yang mendorong
pengembangan kanker paru.
(Muhammad Ardianyah, 2012)
16
BAB III
4.1 Pengkajian
1. Anamnesis
Penyakit tuberculosis dapat menyerang semua umur, mulai dari anak-anak sampai
dengan orang dewasa dengan komposisi atara laki-laki dan perempuan yang hamper sama.
Biasanya timbul di lingkungan rumah dengan kepadatan tinggi yang tidak memungkinkan
cahaya matahari masuk kedalam rumah.
Tuberculosis paru (TB) pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namun usia
paling umum adalah antara 1-4 tahun. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru
(ekstrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB paru merupakan TB
yang berat, terutama di temukan pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat
setelah masa remaja, dimana TB paru menyerupai kasus pada orang dewasa (sering disertai
lubang atau kapitas pada paru-paru.
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan
dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1) Keluhan respiratorik, meliputi :
a. Batuk
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah keluhan batuk
bersifat nonproduktif/produktif atau sputum bercampur darah. (Arif Muttaqin,
2014)
b. Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien dengan TB paru selalu menjadi alas an
utama klien menimnta pertoongan kesehatan. Hal ini disebabkan rasa takut
klien pada darah yang keluar dari jalan napas. Perawat harus menanyakan
seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood streag, berupa
garis, atau bercak-bercak darah. (Arif Muttaqin, 2014)
c. Sesak napas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks,
anemia, dll. (Arif Muttaqin, 2014)
17
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pluritik ringan. Gejala ini
timbul apabila system persyarafan di pleura terkena TB. (Arif Muttaqin, 2014)
2) Keluhan sistemis, meliputi :
a. Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul, dan semakin lama semakin
panjang serangannya, sedangkan massa bebas serangan semakin pendek. (Arif
Muttaqin, 2014)
b. Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringet malam, anoreksia, penurunan
berat badan, dan malaise. Timbulnya keluhan biasanya bersifat gradual muncul
dalam beberapa minggu-bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk,
panas, dan sesak napas-walaupun jarang-dapat juga timbul menyerupai gejala
pneumonia. (Arif Muttaqin, 2014)
3. Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata
“ya” atau “tidak” atau hanya dengan mengangguk dan menggelengkan kepala. Apabila
keluhan utama adalah batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama
keluhan batuk muncul. (Arif Muttaqin, 2014)
4. Riwayat penyakit dahulu
Pengakajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tubercolosis
dari organ lain. (Arif Muttaqin, 2014)
Tanyakan mengenai obat – obat yang biasa diminum oleh klien pada masa
yang lalu yang masih relevan, obat – obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
Adanya alergi obat juga harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Kaji lebih
dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
(Arif Muttaqin, 2014)
5. Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menyakan
apakah penyakit ini prnah di alami oleh anggota keluarga lainnya sebagai factor
predisposisi penularan di dalam. (Arif Muttaqin, 2014)
6. Pengkajian psiko – sosio – spiritual
18
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku klien, perawat mengumpulkan data hasil pemeriksaan awal klien, tentang
kapasitas fisik dan intelektual saat ini. Data ini penting untuk menentukan tingkat
perlunya pengkajian psiko – sosio – spiritual yang seksama. (Arif Muttaqin, 2014)
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemeriksaan fisik umum
per system dari observasi ke adaan umum, pemeriksaan tanda – tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel) dan B6 (Bone) serta
pemeriksaan yang focus pada B2 dengan pemeriksaan meyeluruh system pernapasan.
(Arif Muttaqin, 2014)
a. Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital pada klien dengan Tb paru
biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila diserati sesak napas, denyut nadi baiasanya meningkat
seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti hipertensi. (Arif
Muttaqin, 2014)
b. B1 (breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan
focus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
1) Inspeksi
Batuk dada dan gerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi
diameter bentu dada anterior – posterior di bandingkan proporsi diameter
lateral, apabila ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang
masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran
intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit, TB paru yang disertai
atelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang
membuat penderitanya mengalami penyempitan intercostal space (ICS)
pada sisi yang sakit. . (Arif Muttaqin, 2014)
2) Palpasi
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat
meletakan tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang
di bangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon
19
bronchial untuk membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama
pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada
disebut taktil fremitus. Adanya komplikasi efusi pleura masif , sehingga
hantaran suara menurun karena tranmisi getaran suara harus melewati
cairan yang berakumulasi di rongga pleura . (Arif Muttaqin, 2014)
3) Perkusi
Pada klien dengan TB minimal tanpa komplikasi, biasanya akan
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien
dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura, apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hipersonan terurama jika
pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat. .
(Arif Muttaqin, 2014)
4) Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi)
pada sisi yang sakit. penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya
ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoscop ketika klien berbicara
disebut sebagai resonan vocal. Klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura dan dan pneomothoraks akan didapatkan
penurunan rosonan vokalpada sisi yang sakit. (Arif Muttaqin, 2014)
20
040211 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
00214 Gangguan rasa nyaman nyeri
Skala outcome 1 2 3 4 5
201003 Relaksasi otot 1 2 3 4 5
201004 Posisi yang nyaman 1 2 3 4 5
201006 Perawatan pribadi dan kesehatan 1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
00002 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Skala outcome 1 2 3 4 5
100401 Asupan gizi 1 2 3 4 5
100402 Asupan makanan 1 2 3 4 5
100405 Rasio berat badan atau tinngi badan 1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
21
a. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust sebagaimana
mestinya
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar, dan batuk
2. Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut, hidung dan sekesi trakea dengan tepat
b. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui humidifier
3. Monitor pernafasan
00214 Gangguan rasa nyaman nyeri
1. Pengurangan kecemasan
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
c. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
2. Manajemen nyeri
a. lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi lokasi,
karakteristik,onset atau durasi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan factor pencetus
b. gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
c. evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan disability
atau ketidakmampuan atau kecatatan dengan tepat
3. Terapi relaksasi
a. Libatkan pasien dalam rencana aktivitas rekreasi
b. Sediakan alat-alat rekreasi yang aman
c. Monitor respon emosi, fisik, sosial terhadap dilakukannya aktivitas
rekreasi
22
a. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
keperawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya
dengan tepat
b. Anjurkan pasien memilih aktivitas yang membangun ketahanan
c. Anjurkan tidur siang bila diperlukan
3. Manajemen cairan
a. Timbang berat badan dan memonitor status pasien
b. Memonitor tanda-tanda vital pasien
c. Berikan cairan dengan tepat
23
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tubercolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tubercolosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI)dan
luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal
dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut
Penyebab tubercolosis adalah mycobacterium tubercolosis. Gejala umum
berupa demam dan malaise. Demam timbul pada petang dan malam hari disertai
dengan berkeringat. Demam ini mirip dengan demam yang disebabkan oleh
influenza namun kadang-kadang dapat mencapai suhu 40°c-41°c, gejala demam ini
bersifat hilang timbul. Malaise yang terjadi dalam jangka waktu panjang berupa
pegal-pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu makan berkurang,serta penurunan berat
badan.
3.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Asuhan keperawatan
pada tuberculosis atau TB paru ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam
bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini
diharapkan menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Penn, adam.2015.faccine.crossmork
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC (jilid
3).Yogyakarta : Mediaction
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan (edisi 2). Jakarta : Salemba Medika
mork
25