Anda di halaman 1dari 4

MATARAM KUNO

Pada abad ke -8 M di wilayah Jawa Tengah berdiri kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaan
ini terletak di daerah yang di sebut Medang Bumi Mataram , yakni sekitar prambanan, klaten,
Jawa Tengah. Daerah ini dikelilingi pegunungan dan ditengahnya dan ditengah mengalir
sungai-sungai besar seperti sungai Bengawan solo, Progo dan Elo.

A. Aspek Kehidupan Politik


Pada mulanya yang berkuasa di Mataram adalah Dinasti Sanjaya. Bukti adanya
kerajaan Mataram Kuno dapat diketahui dari Prasasti canggal yang isinya
menerangkan bahwa ‘Raja Sanjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Kunjarakunja.
Selain itu juga disebukan bahwa jawa kaya akan padi dan emas. Pendirian Lingga
dianggap sebagai suatu pernyataan yang menandai berdirinya kerajaan Mataram
Kuno. Prasasti Mantyasih atau Kedu yang dibuat oleh Raja Balitung, bentuknya
berupa lempengan tembaga dan berisi silsilah Dinasty Sanjaya. Belitung yang
menyebutkan bahwa nama Sanjaya adalah raja pertama (Wangsakarta) dengan Ibu
kota di Mdang ri poh pitu. Dalam prasasti ini disebutkan nama raja –raja mataram
sbb:
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Warak
4. Sri Maharaja Rakai Garung
5. Sri Maharaja Rakai Pikatan
6. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
7. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
8. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
Prasasti Dinoyo, Prasasti kalasan dan Prasasti kelurak.
Untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya Mataram Kuno menjalin
kerjasama dengan kerajaan tetanggga misalnya Sriwijaya, Siam dan India. Selain
itu , Mataram Kuno juga menggunakan sistem perkawinan politik. Misalnya pada
masa pemerintahan samaratunya yang berusaha menyatukan kembali Wangsa
Syailendra dan Wangsa Sanjaya dengan anaknya yang bernama Pramodya
Wardhani (Wangsa Syailendra) dinikahkan dengan Rakai Pikatan (Wangsa
Sanjaya), dengan adanya perkawinan politik ini, maka jalin kerukunan beragama
antara Hindu-Budha semakin erat.

Dari sini dapat kita ketahui bahwapada masa ini masyarakat Mataram sudah ada
pengaruh Hindu-Budha, mereka sudah mengenal sistem pemerintahan sebagai
“Raja”. Mereka juga sudah maju dalam pola berpikir sehingga mereka harus
melakukan suatu cara agar tetap dapat mempertahankan wilayah kekuasaannya .
Yaitu dengan cara perkawinan politik.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi
Pusat Kerajaan Mataram Kuno terletak di Lembah sungai Progo, meliputi daratan
Magelang, Muntilan, Sleman dan Yogyakarta. Daereh itu amat subur sehingga rakyat
menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian. Mataram Kuno juga merupakan
kerajaan “Agromaritim”, artinya mereka tidak hanya mengutamakan bidang
pertanian, tetapi juga bergerak di bidang pelayaran dan perdangan. Hal ini
mengakibatkan banyak kerajaan-kerajan serta daerah lain yang saling mengespor dan
mengimpor hasil pertaniannya sehingga raja memerintah untuk membuat membuat
pusat-pusat perdagangan di sekitar kanan-kiri aliran sunagi Bengwan solo,
diperintahkan untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran
sungai tersebut.

Dari keadaan ini hasil analisis kami adalah pada waktu itu masyarakat kerajaan
Mataram Kuno adalah masyarakat yang sejahtra , karena pada waktu itu kerajaan
Mataram bukan saja unggul dalam bidang pertanian melainkan dalam pelayaran dan
perdagangan. Hasil pertaniannya pun diekspor dan diimpor ke kerajaan daerah-
daerah lain dapat menghasilkan keuntungan sendiri bagi kerajaan Mataram dan
dengan keadaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan rakyat Mataram Kuno.

C. Aspek Kehidupan Budaya


Semangat kebudyaan masyarakat Mataram Kuno sangat tinggi. Hal ini di buktikan
dengan banyaknya peninggalan berupa prasasti dan candi. Prasasti peninggalan
kerajan Mataram Kuno seperti Prasasti Canggal (tahun 732 M), Prasasti kelurak
(tahun 782 M), dan Prasasti Mantyasih. Selain itu juga dibangun candi Hindu seperti
Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Nakula, Candi Prembanan, Candi Sambisari, Candi
Ratu Baka dan Candi Sukuh. Selain Cndi Hindu dibangun pula Candi Budha,
misalnya Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon
dan Candi Mendut. Mereka juga sudah mengenal Bahasa Sansekerta dan Huruf
Pallawa.

Dari hal ini diketahui bahwa pada masa itu masyarakat kerajaan Mataram Kuno
telah mengenal tulisan dan sistem kepercayaan yaitu Hindu-Budha.

D. Aspek Kehidupan Sosial


Mataram Kuno walaupun dalam praktik keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan
agama Budha, masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu
dibuktikan ketika mereka bergotong-royong dalam membangun Candi Borobudur.
Masyarakat Hindu sebenarnya tidak ada kepentingan dalam membangun Candi
Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan gotong-royong yang telah menyatu
dengan mereka, sehingga mereka turut juda dalam pembangunan tersebut.

Dari pernyataan di atas dapat kita petik bahwa pada masa itu masyarakat hidup
tentram dan damai. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap toleransi yang tinggi
dengan semangat gotong-royong yang mereka tetapkan dalam kehidupannya.

TUGAS SEJARAH PEMINATAN


ANALISIS MENGENAI KERAJAAN
MATARAM KUNO

THE BOYS & GIRLS


OF MATARAM

NAMA KELOMPOK:
- AGUSTINA C. SAKAN
- BINSAR Y. KLAU
- DOROTHEA F. MALI
- SYARIN A.V. MASORONG
- THERESA O. BULIN

SMA N 1 ATAMBUA

Keterkaitan keberadaan kerajaan mataram kuno dengan


perkembangan negara indonesia pada saat ini

1. Aspek kehidupan ekonomi


Keberadaan kerajaan Mataram kuno masih membawa dampak bagi Indonesia
Khususnya dibidang ekonomi. Kerajaan ini melakukan kegiatan ekspor dan inpor
hasil pertanian. Bukan hanya itu tetapi kerajaan Mataram juga bergerak dibidang
perdagangan dan pelayaran. Hal ini tentunya membawa dampak bagi Indonesia
yang melakukan kegiatan ekspor dan inpor pertanian. Ditambah dengan letak
Indonesia yang strategis sehingga indonesia menjadi lalu lintas pelayaran dan
perdagangan.

Hal ini membawa dampak ekonomi yang besar bagi Indonesia khususnya
pelayaran dan perdagangan indonesia dapat dengan mudah melakukan kegiatan
ekspor dan impor hasil pertanian dengan mudah karena letaknya yang strategis
tersebut, sehingga menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Indonesia dan
dapat menambah pemasukan negara.

2. ASPEK KEHIDUPAN BUDAYA


Pada masa kerajaan Mataram kuno, masyarakat kerajaan ini saling gotong-royong
dan membangun candi-candi maupun prasasti-prasasti seiring berjalannya waktu
candi dan prasasti tersebut menjadi benda-benda peninggalan sejarah kerajaan
Mataram kuno di Indonesia. Hal ini membawa dampak tersendiri bagi Indonesia
yaitu, candi-candi dan prasasti-prasasti tersebut menjadi tempat wisata sejarah
bagi Indonesia. Candi yang paling terkenal dari prasasti ini adalah candi
Borobudur. Candi ini membawa dampak bagi Indonesia yaitu membawa Indonesia
di mata dunia. Candi Borobudur menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Pekerjaan membuat candi ini tidak gampang sehingga dapat menjadi keajaiban
dunia. Hal ini membawa ketertarikan tersendiri bagi warga negara lain untu
berkunjung ke Indonesia melihat candi Borobudur. Hal ini juga dapat
dimanfaatkan Indonesia dalam bidang ekonomi yaitu, sebagai salah satu sumber
pendapatn negara untuk parawisatawan.

3. ASPEK KEHIDUPAN SOSIAL


Masyarakat Kerajaan Mataram merupakan masyarakat yang memiliki sikap
gotong-royong serta toleransi yang tinggi, yang mereka terapkan dalam kehidupan
mereka sehingga dengan sikap yang demikian membawa dampak yang sangat
besar bagi kerajaannya dan juga bagi Indonesia. Sikap yang demikian juga dipakai
oleh bangsa Indonesia untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan
sikap ini Indonesia dikenal dimata dunia karena sikap ramah masyarakatnya.

4. ASPEK KEHIDUPAN POLITIK

Anda mungkin juga menyukai