PENDAHULUAN
a) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,
serta fungsi khusus.
b) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah
tinggal sementara.
c) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan.
d) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan,
laboratorium, dan pelayanan umum.
1) bangunan gedung bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 8 (delapan)
lantai
2) bangunan gedung bertingkat sedang dengan jumlah lantai 5 (lima) sampai dengan
8 (delapan) lantai
3) bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai 1 (satu) sampai dengan 4
(empat) lantai.
1) Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah, dengan
jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m
2) Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat sedang,
dengan jumlah lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
3) Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat tinggi, dengan
jumlah lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m
A. STRUKTUR ORGANISASI
a. Menteri Keuangan
Dalam satu Negara, pemerintahan dipimpin oleh seorang presiden dan dibantu oleh
wakil presiden. Keduanya harus mampu mengatur kehidupan masyarakat yang tinggal
di Negara yang dipimpin. Dalam mengemban amanah berat tersebut, presiden tidak
mampu melaksanakan tugasnya sendiriansehingga dibutuhkan susunan yang pas untuk
dapat menjalankan periode pemerintahannya dengan baik.
Terdapat Menteri-menteri yang membantu pekerjaan presiden dalam mengurusi
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah Menteri keuangan, dimana
tugas Menteri keuangan itu sendiri adalah meneyelenggarakan urusan di bidang
keuangan dan kekayaan Negara dalam pemerintahan yaitu menyusun APBN,
menyusun kebijakan fiscal serta menjaga stabilitas keuangan negara. Menteri keuangan
ibarat bendahara suatu Negara yang mengelola semua urusan keuangan di Negara
tersebut.
b. Wakil Menteri Keuangan
Tugas dari Wakil Menteri keuangan itu sendiri yaitu membantu Menteri dalam
menjalankan tugasnya.
c. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Sekretariat
Jenderal, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a) pengoordinasian kegiatan Kementerian Keuangan;
b) pengoordinasian dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian
Keuangan;
c) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Keuangan;
d) pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa; dan
g) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
3) Biro Hukum
Biro Sumber Daya Manusia yang selanjutnya disebut Biro SDM mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan penyiapan pembinaan dan pengelolaan
sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Keuangan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
8) Biro Umum
Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut Pusat LPSE
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyiapkan rumusan kebijakan di bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan, pengelolaan
sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) serta memberikan pelayanan
pengadaan secara elektronik Kernenterian/Lembaga. Dalam melaksanakan
tugasnya Pusat LPSE berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan regulasi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik di lingkungan Kementerian Keuangan;
b) pelayanan pengadaan secara elektronik kepada Panitia Pengadaan/Unit
Layanan Pengadaan Kementerian Keuangan serta
Kementerian/Lembaga/Komisi;
c) pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik di
lingkungan Kementerian Keuangan;
d) pelaksanaan administrasi Pusat LPSE.
a) penyusunan rencana strategis bisnis, rencana kerja investasi, dan rencana bisnis
dan anggaran (RBA) tahunan serta rencana kerja dan anggaran satuan kerja
b) penilaian kelayakan, manajemen risiko, penyelesaian masalah hukum dan
perjanjian investasi Pemerintah
c) pengelolaan Rekening Induk Dana Investasi
d) penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi, penyelesaian transaksi
(setelmen), dan pelaporan
e) penyusunan strategi dan pelaksanaan sistem kepatuhan internal
f) pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko dengan prinsip kehati-
hatian terhadap pelaksanaan tugas Pusat Investasi Pemerintah
g) pelaksanaan urusan umum, sumber daya manusia, dan kerumahtanggaan Pusat
Investasi Pemerintah.
15) Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan
Anggaran Pendatapan dan Belanja Negara;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
e. Inspektoral Jenderal
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015, struktur
organisasi Inspektorat Jenderal sebagai berikut:
a) Sekretariat Inspektorat Jenderal
b) Inspektorat I
c) Inspektorat II
d) Inspektorat III
e) Inspektorat IV
f) Inspektorat V
g) Inspektorat VI
h) Inspektorat VII
i) Inspektorat Bidang Investigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015, Inspektorat
Jenderal memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas:
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal
atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan kebijakan teknis pengawasan internal atas pelaksanaan tugas di
lingkungan Kementerian Keuangan;
b) pelaksanaan pengawasan internal atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Keuangan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Keuangan;
d) penyusunan laporan hasil pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Keuangan; dan
e) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.
f. Badan
1. Badan Kebijakan Fiskal
g. Staf Ahli
Staf Ahli adalah unsur pembantu Sekretaris Jenderal di bidang keahlian tertentu, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.
Standar:
2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang yang dibutuhkan berdasaran struktur organisasi pada gedung
kementrian keuangan yaitu:
1) Menteri Keuangan
2) Wakil Menteri Keuangan
3) Sekretariat Jenderal
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
c. Biro Hukum
d. Biro Bantuan Hukum
e. Biro Sumber Daya Manusia
f. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
g. Biro Perlengkapan
h. Biro Umum
i. Pusat Informasi Teknologi Keuangan
j. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
k. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
l. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
m. Sekretariat Pengadilan Pajak
n. Pusat Investasi Pemerintahan
o. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
p. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
4) Direktorat Jenderal
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c. Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
d. Direktorat Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
e. Direktorat Anggaran Bidang Politik, Hukum, Pertahanan & Keamanan, dan
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak
g. Direktorat Sistem Penganggaran
5) Inspektorat Jenderal
a. Sekretarian Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat I
c. Inspektorat II
d. Inspektorat III
e. Inspektorat IV
f. Inspektorat V
g. Inspektorat VI
h. Inspektorat VII
i. Inspektorat Bidang Investigasi
6) Badan
a. Badan Kebijakan Fiskal
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
7) Staf Ahli
a. Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak
b. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak
c. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak
d. Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara
e. Staf Ahli Bidang Peneluaran Negara
f. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional
g. Staf Ahli Bidang Kebijakan, Regukali Jasa Keuangan dan Pasar Modal
h. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi
8) Wc Umum
9) Wc Pribadi
10) Ruang Tunggu
11) Ruang Rapat
12) Restaurant
13) Ruang Olahraga
14) ATM centre
15) Musollah
16) Security Area
17) Parkiran dan Basemant
18) Gudang
3. Kapasitas Ruang
Kapasitas/Besaran Ruang adalah menentukan luasan minimal ruang-ruang
yang telah didapatkan agar memenuhi standar minimal.
No Nama Ruangan Besaran (m2)
1 Menteri Keuangan
2 Wakil Menteri Keuangan
3 Sekretariat Jenderal
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
c. Biro Hukum
d. Biro Bantuan Hukum
e. Biro Sumber Daya Manusia
f. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
g. Biro Perlengkapan
h. Biro Umum
i. Pusat Informasi Teknologi Keuangan
j. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
k. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
Pusat Layanan Pengadaan Secara
l.
Elektronik
m. Sekretariat Pengadilan Pajak
n. Pusat Investasi Pemerintahan
o. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
p. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
4 Direktorat Jenderal
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Penyusunan Anggaran
b.
Pendapatan dan Belanja Negara
Direktorat Anggaran Bidang
c.
Perekonomian dan Kemaritiman
Direktorat Anggaran Bidang
d.
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Direktorat Anggaran Bidang Politik,
Hukum, Pertahanan & Keamanan, dan
e.
Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara
Direktorat Penerimaan Negara Bukan
f.
Pajak
g. Direktorat Sistem Penganggaran
5 Inspektorat Jenderal
a. Sekretarian Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat I
c. Inspektorat II
d. Inspektorat III
e. Inspektorat IV
f. Inspektorat V
g. Inspektorat VI
h. Inspektorat VII
i. Inspektorat Bidang Investigasi
6 Badan
a. Badan Kebijakan Fiskal
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
7 Staf Ahli
Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan
a.
Hukum Pajak
b. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak
c. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak
Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan
d.
Negara
e. Staf Ahli Bidang Peneluaran Negara
Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan
f.
Keuangan Internasional
Staf Ahli Bidang Kebijakan, Regukali Jasa
g.
Keuangan dan Pasar Modal
Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan
h.
Teknologi Informasi
8 Wc Umum
9 Wc Pribadi
10 Ruang Tunggu
11 Ruang Rapat
12 Restaurant
13 Ruang Olahraga
14 ATM Center
15 Musollah
16 Security Area
17 Parkiran dan Basemant
18 Gudang
4. HUBUNGAN RUANG
Hubungan Ruang merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan
organisasi ruang, contoh sebagai berikut :
C. ZONING
Zoning adalah pembagian area mana saja yang didapat dari aspek-aspek yang
dijadikan sebagai parameter untuk menentukan area zoning yaitu aspek analisa fisik yang
terdiri dari klimatologi, kebisingan, akses pencapaian, pencahayaan, penghawaan dan
pemandangan. Hasil zoning dari masing-masing aspek tersebut biasa kita simpulkan
sehingga membentuk zoning akhir yang nantinya berguna untuk menentukan dimana akan
diletakkan area publik, semi-publik, privat, dan servis.
1. Zoning publik
Pada umumnya zona publik ini mempunyai akses ke pintu utama dimana
pencapaiannya mudah baik dari luar maupun dari dalam (ruang tunggu, musollah,
ruang olahraga,parkiran,restaurant, ATM center dan toilet)
2. Zoning semi publik
Merupakan tempat sebagai wadah interaksi dengan seluruh karyawan dan kadang
dengan orang luar pengunjung. Yang termasuk zona semi publik adalah setiap ruang
biro, direktorat,inspektorat, badan serta staf ahli.
3. Zoning privat
Merupakan zona yang biasanya hanya diakses dan digunakan oleh pegawai
tertentu.Yang termasuk dalam zona pribadi antara lain adalah ruang Menteri, wakil
Menteri, serta secretariat jenderal
4. Zoning service area
Merupakan ruangan yang berfungsi sebagai penunjang yaitu gudang.
D. UTILITAS BANGUNAN
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakanuntuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
1. Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling mudah
didapat dan banyak manfaatnya. Oleh karena itu harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Apalagi Indonesia sebagai daerah trofis yang terletak
digaris katulistiwa matahari memancarkan sinar sepanjang tahun.
Tujuan pemanfatan cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam
bangunan adalah sebagai berikut:
a) Menghemat energy dan biaya operasional bangunan
b) Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung
ultraviolet yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas
kesan ruang
c) Menggunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai penerangan langsung maupun tidak langsung.
b. Pencahayaan Buatan
AC Sentral
Kekurangan:
1) Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan tenaga
yang betul-betul terlatih.
2) Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka dampaknya
dirasakan pada seluruh ruangan.
3) Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada sentral
cooling plant. Biaya investasi awal serta biaya operasi dan pemeliharaan
tinggi.
AC Inverter
AC Inverter merupakan jenis AC Split yang menggunakan teknologi
inverter. Inverter yang terdapat di dalam unit AC merupakan alat /
komponen untuk mengatur kecepatan motor-motor listrik. Disini
Inverternya terdiri dari Rectivier dan Pulse-width modulator. Dengan
menggunakan Inverter, motor listrik menjadi variable speed, kecepatannya
bisa diubah-ubah atau disetting sesuai dengan kebutuhan. Jadi
dibandingkan AC Split biasa, type AC Inverter lebih hemat listrik ± 60%
AC VRV
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu:
Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air buangan
yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran
manusia dari alat plambing lainnya (black water).
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat sekitar
3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya tidak lebih
dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa dengan mudah melihat lift yang
terbuka atau tersedia.
Eskalator atau yang lazim disebut sebagai tangga berjalan, adalah sebuah
alat transpotasi konveyor untuk membawa orang antaralantai bangunan. Peralatan
ini terdiri dari motor yang menggerakkan rantai, dan terhubung dengan anak-anak
tangga yang saling terkait sedemikian rupa, sehingga anak-anak tangga tersebut
tetap berposisi horizontal.
Eskalator, seperti trotoar bergerak, yang didukung oleh motor arus bolak-
balik (AC motor) berkecapatan konstan dan bergerak di sekitar 1-2 kaki (0,30-0,61
m) per detik. Maksimum sudut kemiringan eskalator ke lantai tingkat horizontal
adalah 30 derajat dengan kenaikan standar sampai dengan sekitar 60 kaki (18 m).
Eskalator modern menggunakan satu kesatuan anak tangga dari alumunium atau
baja yang bergerak dan terhubung, sehingga menghasilkan gerak yang tidak
terputus. Berikut ini gambar bagian dari eskalator.
Motor elektrik berfungsi untuk menggerakkan drive gear yang dimana
fungsi utamanya menggerakkan rantai penggerak anak tangga (chain guide), serta
menggerakkan penggerak pegangan tangga (handrail drive). Untuk membantu
gerak chain guide, dipasang roda gigi tambahan disebut return wheel. Sedangkan
rel bagian dalam untuk menambah kekuatan dari anak tangga, mengubah posisi
anak tangga apakah horisontal (pada saat di bagian atas), atau miring (pada saat di
bagian bawah) dan agar tetap pada jalurnya.
Komponen pegangan tangga yang terbuat dari karet pada bagian terluarnya
(handrail belt), memiliki struktur yang cukup kompleks. Pada bagian dalamnya
terdapat sabuk besi yang menjaga agar kuat menahan tarikan dari handrail drive,
menjaga agar tetap pada jalurnya, dan melindungi dari vandalisme (berusaha
memotong karet handrail).
c. Tangga
Ukuran Standar:
Syarat tangga :
d. Tangga Darurat
Bangunan gedung harus disediakan sarana vertikal selain lift, seperti tangga
darurat. Dalam Bab 1 butir 69 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
26/PRT/M/2008, tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Konstruksi
Semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan ke luar sesuai persyaratan,
harus dari konstruksi tetap yang permanen.
Setiap tangga, panggung (platform) dan bordes tangga dalam bangunan yang
dipersyaratkan dalam standar ini untuk konstruksi kelas A atau kelas B harus
dari bahan yang tidak mudah terbakar.
Bordes tangga
Tangga dan bordes antar tangga harus sama lebar dengan tanpa pengurangan
lebar sepanjang arah lintasan jalan ke luar. Dalam bangunan baru, setiap bordes
tangga harus mempunyai dimensi yang diukur dalam arah lintasan sama dengan
lebar tangga. Pengecualian: Bordes tangga harus diijinkan untuk tidak lebih
dari 120 cm (4 ft) dalam arah lintasan, asalkan tangga mempunyai jalan lurus.
Permukaan anak tangga dan bordes tangga
Anak tangga dan bordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya seragam, dan
bebas dari tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan pengguna tangga jatuh.
Jika tidak tegak (vertikal), ketinggian anak tangga harus diijinkan dengan
kemiringan di bawah anak tangga pada sudut tidak lebih dari 30 derajat dari
vertikal, bagaimanapun, tonjolan yang diijinkan dari pingulan harus tidak lebih
dari 4 cm (1½ inci).
Kemiringan anak tangga harus tidak lebih dari 2 cm per m (¼ inci per ft )
(kemiringan 1 : 48).
Ketinggian anak tangga harus diukur sebagai jarak vertikal antar pingulan anak
tangga.
Kedalaman anak tangga harus diukur horisontal antara bidang vertikal dari
tonjolan terdepan dari anak tangga yang bersebelahan dan pada sudut yang betul
terhadap ujung terdepan anak tangga, tetapi tidak termasuk permukaan anak
tangga yang dimiringkan atau dibulatkan terhadap kemiringan lebih dari 20
derajat (kemiringan 1 : 2,75)
Pada pingulan anak tangga, pemiringan atau pembulatan harus tidak lebih dari
1,3 cm (½ inci) dalam dimensi horizontal
Harus tidak ada variasi lebih dari 1 cm (3/16 inci) di dalam kedalaman anak
tangga yang bersebelahan atau di dalam ketinggian dari tinggi anak tangga yang
bersebelahan, dan toleransi antara tinggi terbesar dan terkecil atau antara anak
tangga terbesar dan terkecil harus tidak lebih dari 1 cm (3/8 inci) dalam
sederetan anak tangga. Pengecualian: Apabila anak tangga terbawah yang
berhubungan dengan kemiringan jalan umum, jalur pejalan kaki, jalur lalu
lintas, mempunyai tingkat ditentukan dan melayani suatu bordes, perbedaan
ketinggian anak tangga terbawah tidak boleh lebih dari 7,6 cm (3 inci) dalam
setiap 91 cm (3 ft) lebar jalur tangga harus diijinkan.
a) Jockey Pump
Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara
otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada head
sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara
otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan
berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa
utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa
diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama
10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.
b) Sprinkler
Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head
sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
1) Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan
dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
2) Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis
jika instalasi fire alar memerintahkannya.
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet
riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey
pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan
terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa
elektrik akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan
apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan
diesel secara otomatis akan bekerja.
c) Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi
kebakaran secara manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box
ini tersedia pada setiap lantai dengan beberapa zone /tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga
terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating
lamp dan untuk diluar gedung [ area taman / parkir ] terpasang hydrant pillar
serta hose reel cabinet.
6. Sistem Utilitas Sampah
Sistem utilitas pada bangunan gedung terdiri atas sistem plambing dan
sanitasi,pencegahankebakaran,pengudaraan/penghawaan,penerangan/pencahayaan
,telepon, CCTV dan sekuriti, penangkal petir, tata suara, transportasi dalam
bangunan, landasan helikopter, pembuangan sampah dan sistem alat pembersih
bangunan.
a. Pewadahan
Pada pewadahan sampah di kumpulkan dari bak-bak sampah kecil yang
akan di kumpulkan menjadi satu pada bak sampah utama, yang dimana
nantinya pada bak sampah utama akan di kumpulkan pada tps yang di
sediakan oleh perumahan.
b. Pengumpulan
Pada bak-bak sampah utama kemudian diangkut menggunakan motor
sampah menuju kontainer sampah.
c. Pengangkutan
Berikutnya pengangkutan sampah dari kontainer sampah yang ada di
angkut menggunakan truck sampah, lalu diangkut menuju TPA.
Gambar 3.17. Truck Pengangkut sampah
Sumber: Hasil Observasi
Gambar CCTV
Motorized Camera CCTV yaitu kamera yang dilengkapi dengan motor untuk
menggerakan sudut pandang ataupun focus secara remote. Motorized kamera
meliputi beberapa jenis kamera seperti: zoom camera dan speed dome camera.
Fixed Camera CCTV yaitu kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus
disetting secara manual pada saat instalasi.
Faktor lain yang juga sangat penting dalam menentukan kamera cctv
adalah resolusi kamera. Resolusi ini dinyatakan dalam jumlah TV Lines (TVL),
semakin besar jumlah TVL maka akan semakin tinggi resolusi kamera yang
bersangkutan. Kamera yang memiliki resolusi yang semakin tinggi akan
menghasilkan gambar yang semakin tajam. Namun kamera beresolusi tinggi juga
membutuhkan monitor dengan resolusi tinggi untuk dapat menampilkan gambar
yang ditangkap oleh kamera secara utuh. Berdasarkan resolusinya kamera dapat
dibedakan menjadi 3 jenis:
Semua faktor tersebut di atas akan mempengaruhi jenis kamera cctv secara
fungsional, di samping faktor di atas terdapat pula faktor lain yang juga sangat
mempengaruhi kualitas Kamera CCTV seperti Jenis Images Sensor dan Jenis
Arsitektur Chipset. Jenis Image Sensor yang banyak digunakan saat ini adalah
CCD dan CMOS, sedangkan jenis arsitektur chipset yang banyak digunakan pada
Kamera CCTV adalah chipset Sony, Sharp, dan Panasonic.
Kegunaan
CCTV sering digunakan untuk pengawasan (surveilans). Bisnis, kantor,
sekolah, dan bahkan tempat tinggal dapat menggunakan CCTV. Tempat yang
paling sering memanfaatkan CCTV adalah bank, bandara, kasino, instalasi militer,
sekolah, toko-toko, dan rumah sakit. Lebih terbuka tempatnya, semakin sering
menggunakan CCTV. Beberapa uraian manfaat CCTV berikut bisa dijadikan
pertimbangan saat Anda akan memilih CCTV.
Beberapa kegunaan CCTV adalah:
Alat Pantau : Untuk memonitor keadaan dan aktivitas di dalam rumah atau
tempat usaha Anda dari mana saja.
8. Instalasi Listrik
Instalasi listrik merupakan suatu rangkaian dari peralatan listrik yang saling
berhubungan antar satu dengan yang lain, dan berada dalam satu lingkup system
ketenaga listrikan.Instalasi listrik yang lebih baik adalah instalasi yang aman bagi
manusia dan akrab dengan lingkungan sekitarnya.
Mengingat bahwa listrik dapat pula membahayakan manusia dan dapat
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, maka selalu diupayakan agar
tenaga listrik yang didistribusikan dapat dilaksanakan secara:
a. Aman bagi manusia dan peralatan
b. Handal dalam arti mampu menyalurkan energy listrik dengan baik bagi
konsumen.
Sebagai kelengkapan dari sebuah gedung, listrik adalah elemen penting dari
bangunan itu sendiri. Oleh karena itu faktor kenyamanan dan keamanan sangat
harus diperhatikan ketika kita melakukan pemasangan instalasi listrik di bangunan
gedung, sehingga dalam penggunaanya tidak menimbulkan masalah. Masalah yang
bisa ditimbulkan dari pemasangan instalasi listrik di bangunan gedung yang salah,
seperti kurang daya, konsleting, alat-alat elekronik yang rusak karena listrik tidak
stabil bahkan bisa ke hal-hal yang fatal seperti kebakaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam cara pemasangan
instalasi listrik pada bangunan gedung seperti jarak antar titik listrik ke titik listrik
lainnya,komponen / peralatan listrikyang dipakai, pembagian daya yang harus
diesuaikan dengan kebutuhan ruangannya masing-masing, dan sebagainya. Bila
semua itu dilakukan dengan cara yang tepat, maka hasinyapun akan dirasakan
langsung, yaitu kondisi aman dan nyaman selama menggunakan listrik. Baik
dalam instalasi listrik di bangunan gedung, ataupun instalasi listrik di gedung
bertingkat harus dilakukan dengan cara yang benar karena resiko yang besar dari
penggunaan listrik yang salah bisa menimpa kita semua.
Standarisasi
Salah satu upaya untuk mendapatkan suatu sistem yang tepat yaitu dengan
ditentukannya suatu standarisasi yang bertujuan untuk mencapai keseragaman
dengan maksud mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Dengan
tercapainya standarisasi, maka peralatan-peralatan listrik dapat dipergunakan
dengan baik dan lebih efisien.
Dua organisasi internasional yang bergerak dibidang standarisasi ini adalah:
1. International Electrotechnical Commission (IEC) untuk bidang teknik listrik.
2. International Organization For Standarisation (ISO) untuk bidang-bidang
lainnya.
Organisasi tersebut menerbitkan publikasi-publikasi yang disebut standar
atau norma. Untuk teknik listrik dikenal norma-norma IEC. Kegiatan standarisasi
di Indonesia dilakukan oleh beberapa departemen untuk bidangnya masing-masing.
Untuk bidang teknik listrik arus kuat usaha standarisasi diprakarsai oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
beberapa instansi lainnya.
Peraturan instalasi yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa
instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene
Voorcshriften Voor Electrische Sterkstrom Instalaties) yang diterbitkan sebagai
Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian
AVE 2004 ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun
1964 sebagai Norma Indonesia NI6 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan
Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama
dan kemudian dilanjutkan untuk PUIL 1977, 1987, dan 2000 sebagai penerbitan
PUIL kedua hingga keempat. Yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi
dari PUIL sebelumnya. Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977, dan 1987 nama
buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik, maka pada penerbitan tahun
2000, namanya menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik dengan tetap
mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUIL.
Disamping itu, PUIL 2000 tidak menyebut pembagiannya dalam pasal,
subpasal, ayat dan subayat seperti pada PUIL edisi sebelumnya. Pembedaan
tingkatnya dapat dilihat dari sistem penomorannya dengan digit. Di samping PUIL
2000, harus diperhatikan peraturan-peraturan lain yang ada hubungannya dengan
instalasi listrik (bagian 1.3 PUIL 2000) antara lain :
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, beserta
peraturan pelaksanaannya
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfatan Tenaga Listrik
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1993 tentang Usaha Penunjang Listrik
f. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/ 40/M.PE/1990
tentang Instalasi Ketenagalistrikan
g. Peraturan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/0322/M.PE/1995
tentang Standarisasi, Sertifikat Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan
dan Energi.
h. Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)
Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi ini adalah agar
pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk menjamin
keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik beserta
perlengkapannya, keamanan gedung dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan
lingkungan (bagian 1.1 PUIL 2000).
Persyararan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua pengusahaan
instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik sampai dengan 1000V, arus searah
1500 V dan tegangan menengah sampai dengan 35 KV dalam bangunan dan
sekitarnya baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya dengan memperhatikan ketentuan yang
terkait. (Bait 1.2.1 PUIL 2000). Di samping itu, dengan adanya standarisasi tersebut
diatas, maka dapat menjamin tersedianya peralatan-peralatan listrik yang
memenuhi standar dipasaran dan dapat mendorong industri dalam negeri untuk
memproduksi peralatan – peralatan listrik.
Adapun jenis instalasi terbagi atas
1. Instalasi Penerangan
2. Instalasi Daya
Instalasi Daya
Instalasi daya merupakan instalasi listrik yang menggunakan tenaga listrik
untuk melayani mesin-mesin listrik seperti pada motor-motor listrik, pendingin
ruangan, lift dan lain-lain. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan pada
instalasi daya antara lain :
a. Pengaman
b. Penghantar
c. Kontak-kontak
d. Tombol tekan
e. Kontaktor
f. Panel
Instalasi Penerangan
Instalasi penerangan adalah instalasi listrik yang khusus dipergunakan
untuk melayani beban penerangan. Untuk pencahayaan suatu ruangan didasarkan
pada fungsi daripada ruangan tersebut. Kebutuhan peralatan instalasi penerangan
antara lain sebagai berikut :
a. Lampu penerangan
b. Saklar
c. Kontak-kontak
d. Pipa
e. Penghantar
f. Pengaman
g. Kotak sambung
h. Panel hubung bagi (PHB)
i. Fitting
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pemasangan instalasi gedung
bertingkat sebagai berikut :
1. Penghantar
1. Kabel NYM
Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos berisolasi
PVC, yang uratnya satu hingga lima. Kalau lebih dari satu, urat-uratnya dibelit
menjadi satu dan kemudian diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau plastik
lunak supaya bentuknya menjadi bulat. Lapisan pembungkus inti harus lunak,
supaya mudah dikupas pada waktu pemasangan. Sesudah itu baru diberi selubung
PVC berwarna putih. Untuk pemasangan kabel NYM berlaku ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1. NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau kayu atau ditanam
langsung pada plesteran, juga diruang lembab atau basah, ditempat kerja atau
gudang dengan bahaya ledakan atau kebakaran.
2. NYM boleh juga dipasang langsung pada bagian-bagian lain dari ruangan
konstruksi, rangka dan sebagainya, asalkan cara pemasangannya tidak merusak
selubung luar kabelnya.
3. NYM tidak boleh dipasang langsung dalam tanah.
2. Kabel NYY
Pada prinsipnya susunan kabel NYY sama dengan susunan kabel NYM.
Hanya saja tebal isolasi dan tebal luarnya serta jenis kompon PVC yang digunakan
berbeda. Warna selubung luarnya hitam, uratnya juga dapat berjumlah satu sampai
lima. Kabel NYY banyak digunakan untuk instalasi industri didalam gedung
maupun dialam terbuka, disaluran kabel dan didalam lemari hubung bagi, apabila
diperkirakan tidak ada gangguan mekanis. NYY juga dapat ditanam dalam tanah,
asalkan diberi pelindung secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan
mekanis.
3. Kabel NYFGbY
Penghantar ini adalah jenis penghantar/kabel tanah thermoplastic berperisai
yang paling banyak digunakan di Indonesia. Uratnya terdiri dari penghantar tembaga
tanpa lapisan timah putih,dengan isolasi PVC. Jumlah uratnya kebanyakan tiga atau
empat dan kadang-kadang dua. Urat-uratnya ini dibelit menjadi satu, Kemudian
diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau plastik lunak, dan perisai kawat baja
pipih berlapis seng. Perisai kawat baja ini didikat dengan spiral pita baja berlapis
seng.
Untuk melindungi perisai dari korosi, kabelnya diberi selubung luar PVC
berwarna hitam. Perisai dan kawat baja itu juga berfungsi sebagai pelindung
elektrostatis yang baik, kerena kabel ini kurang fleksibel, kawat baja pipih ini tidak
dapat digunakan perisai kabel ukuran kecil.
9. Instalasi Telepon
3. Billing System
Billing System PABX adalah Perangkat tambahan berupa Software dan
Hardware yang dijalankan pada komputer
yang terkoneksi dengan system PABX ( Sentral Telepon ) yang fungsinya
menghitung biaya pemakaian telepon per extension dalam kurun waktu
tertentu. billing system PABX ini diciptakan untuk memantau pemakaian
telepon sebuah perusahaan / hotel secara realtime. Atau dikatakan Billing
System Untuk PABX adalah software untuk memonitor dan menghitung
pemakaian telepon dari PABX, yang digunakan untuk Kantor, Hotel,
Apartemen dan lain-lain.
Telephone billing system juga dapat membantu kantor-kantor dalam
mengawasi pemakaian telepon secara berlebihan dari individu-individu
yang tidak terkontrol dan bukan untuk keperluan dan kebutuhan kantor.
Sehingga dengan telephone billing system kantor dapat mengontrol
pemakaian telepon secara periodik dan sistematis.
Helipad adalah landasan untuk helikopter. Karena sifat helikopter yang bisa
mendarat dan terbang secara vertikal, helipad tidak membutuhkan tempat yang
terlalu luas dan bisa berada di mana saja selama tersedia cukup ruang bagi
rotor/baling-baling helikopter. Helipad seringkali ditemui di atap gedung, rumah
sakit, anjungan lepas pantai ataupun di atas kapal perang. Agar kelihatan dari udara
helipad ditandai dengan lingkaran dengan huruf H di tengahnya atau cukup dengan
huruf H saja.
E. STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
1. Struktur
Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada
bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu
keluarga yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi banyak
orang, seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun dan
sebagainya. Maka fungsi dari struktur ialah untuk melindungi suatu ruang tertentu
terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya semua
macam beban ke tanah. Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari elemen-elemen
beserta berat strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau kerangka bangunan
kekulit bumi. Kecuali beban tersebut, struktur harus dapt memikul beban lain akibat
dari angin dan gempa bumi.
Struktur Bangunan Gedung adalah oganisasi daripada elemen-elemen ataupun
komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya bangunan
gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada elemen-elemen
struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara karakteristik.
Struktur dan konnstruksi terbagi menjadi sub struktur dan super struktur:
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower structure) dan
struktur atas (upper structure). Struktur bawah (sub-structure) yang dimaksud adalah
asas dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang
dimaksud dengan struktur atas (super-structure) adalah struktur bangunan yang berada
di atas permukaan tanah seperti tiang, rasuk, dan bumbung. Setiap komponen tersebut
memiliki fungsi yang tersendiri di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan yang berkonkrit bertulang yang berlantai boleh berlaku
kecacatan terhadap strukturnya jika tidak diuruskan dengan baik. Oleh kerana itu,
pengurusan sesuatu struktur yang tepat dan teliti perlu dilakukan agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan
ketahanan bangunan (durability).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) adalah
sesuatu yang perlu dianalisa lebih awal dalam pembinaan struktur. Perancangan
struktur atas harus mengacu pada peraturan atau garis panduan standard yang mengatur
perancangan dan pelaksanaan bangunan konkrit.
Sub-Struktur Super-Struktur
Asas Tiang
Tunggul Tiang Lantai
Rasuk Bumi Rasuk Atas
Rasuk Bumbung
Bumbung
a. Sub Struktur
a) Asas
Asas bangunan merupakan struktur yang menerima beban dari tiang, rasuk,
lantai dan sebagainya dan menyebarkan ke tanah dengan selamat.
Asas Cetek
Asas pad
Asas ini selalunya dijadikan alas kepada pembinaan tiang. Tujuannya untuk
menerima segala beban yang ditanggung oleh tiang dan seterusnya
mengagihkannya kepada tanah. Tebal asas pad tidak kurang daripada 150
mm dan lebarnya bergantung pada beban yang ditanggung oleh tiang dan
sifat tanah di bawahnya.
Tiang dibina sehinga ke lapisan tanah keras. Cerucuk ini biasanya lebih
panjang.
b) Tunggul Tiang
Tunggul adalah kedudukan yang paling mudah dan yang paling biasa
digunakan untuk sokongan menegak dan pemindahan beban bangunan ke asas.
Tunggul mesti mempunyai konkrit atau kayu asas yang diletakkan di bawah
pangkal tunggul. Ini adalah untuk menyebarkan beban dipindahkan ke tunggul
dari bangunan itu. Sokongan ini di bawah tunggul dipanggil 'pad' atau 'plat
tapak. Biasanya tunggul konkrit disediakan dengan pad konkrit disediakan
secara ‘cast in-situ’ pada tapak binaan tersebut. Tunggul kayu disediakan
dengan plat kayu tunggal.
a. Kayu
b. Konkrit
c. Keluli.
Gambar 2: Kedudukan Stump Dalam Sesebuah Bangunan
c) Rasuk Bumi
Rasuk merupakan komponen struktur yang dibina secara melintang dan dapat
menanggung beban bumbung, dinding dan papak. Rasuk adalah elemen
struktur yang menanggung beban sisi. Kebiasaanya ia mengalami lenturan ricih
dalaman serta pesongan apabila beban dikenakan. Antara kegunaan rasuk yang
utama adalah :
d. Super Struktur
Struktur atas suatu bangunan adalah seluruh bahagian struktur bangunan
yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas tiang, plat,
rasuk, dan bumbung yang masing-masing mempunyai peranan yang sangat
penting.
a) Lantai
Fungsi lantai adalah untuk menerima segala beban yang dikenakan ke atasnya.
Pembinaannya mesti menjamin keselamatan serta keselesaan penghuni.
Kestabilan
Lantai yang kukuh akan menjamin kestabilannya bagi mengelakkan
berlakunya keruntuhan.
Kekuatan
Keupayaan menanggung beban mati dan hidup.
Kalis Lembapan
Lantai berupaya menentang resapan air.
Ketahan lasakan
Keupayaan menentang agen persekitaran supaya tahan lama dan kukuh.
c. Lantai Atas
Lantai atas terdiri daripada lantai kayu dan lantai konkrit bertetulang.
b) Rasuk Atas
Pembinaan rasuk atas sama seperti rasuk bumi. Rasuk atas menanggung beban dari
tingkat atas dan beban tersebut disebarkan pada tiang. Pembinaan rasuk ini haruslah
dibuat dengan rapi agar rasuk tersebut lebih kukuh dan tidak akan berlaku
kecacatan.
Kotak bentuk rasuk tersebut akan ditopangkan dari lantai dengan menggunakan
topang ‘T’ dan kemudian disambungkan pada atas tiang. Konkrit yang dituang
hendaklah mengikut spesifikasi yang betul, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat agar ia tidak berlaku kecacatan seperti ‘honey comb’.
c) Tiang
Dalam sesebuah bangunan, tiang menanggung atau menatang tiga beban utama
iaitu beban mati, beban ‘kenaan’ dan beban daripada tindakan daya-daya angin.
Lantaran itu, dalam rekabentuk bangunan kedudukan tiang mestilah sesuai untuk
menanggung beban struktur atasnya.
Beban struktur ini dipindahkan ke tiang melalui rasuk-rasuk bangunan. Selain
daripada itu, tiang juga mengambil momen lentur rasuk, kerana hujung rasuk yang
terikat kepadanya. Oleh itu, dalam merekabentuk tiang, tegasan kerja yang perlu
diperhatikan ialah tegasan mampatan terus dan momen lentur yang disebabkan oleh
ikatan rasuk atau beban sipi. Rekabentuk tiang itu, juga mestilah dibuat dengan
teliti, untuk memastikan ia mampu menanggung bebannya dan memindakan
(mengagihkan) beban tersebut kepada asas binaan (bangunan) dengan selamat.
Dari segi struktur, tiang boleh dibahagikan kepada dua kelas, iaitu tiang pendek dan
tiang panjang. Pembahagian ini adalah berdasarkan nisbah kelangsingannya. Beban
yang boleh ditanggung oleh tiang panjang adalah kurang daripada beban yang boleh
ditanggung oleh tiang pendek, walaupun luas keratan kedua-duanya adalah sama.
Dari segi binaan pula, tiang boleh dibahagikan kepada dua jenis juga, iaitu tiang
pejal dan tiang bina-cantum (built-up). Tiang dibuat daripada kayu dan konkrit
bertetulang. Bentuknya pula biasanya bulat dan segi empat.
d) Rasuk Bumbung
Rasuk bumbung adalah struktur yang mendatar yang menanggung beban dari
bumbung.( keterangan lanjut tentang rasuk boleh dirujuk pada 4.1.3 rasuk bumi m/s
14) Material rasuk bumbung dibuat berdasarkan kesesuaian atau mengikut
spesifikasi sesuatu bangunan. Rasuk bumbung biasanya dibina dengan
menggunakan kayu, keluli atau konkrit bertetulang. Untuk rumah kediaman yang
akan dibina ini, rasuk bumbung yang sesuai adalah rasuk bertetulang. Ini kerana
pembinaannya lebih kukuh dan mampu menanggung beban dari struktur bumbung.
Penggunaan rasuk bumbung konkrit bertetulang juga digunakan secara meluas dan
sesuai pada zaman yang moden ini.
Gambar 7 :Pembinaan Rasuk Bumbung
e) Bumbung (Atap)
Bumbung ialah bahagian yang paling atas untuk sesebuah bangunan. Di antara
fungsinya ialah untuk melindungi bahagian bawahnya daripada hujan dan cahaya
matahari yang berlebihan. Bumbung juga memberikan rupa yang menarik dan
menjadi penebat kepada bangunan itu.
Walaupun dalam bidang senibina moden telah banyak terdapat rekabetuk bumbung
yang berbagai-bagai jenis dan bentuk, tetapi secara umum, bumbung boleh
dikumpulkan kepada dua kelas, iaitu bumbung cerun dan bumbung datar. Adalah
tidak dapat dinafikan bahawa bumbung cerun lebih lasak dan pada bangunan-
bangunan kecil, bumbung jenis ini lebih ekonomi. Untuk bangunan-bangunan yang
besar, dan lebar ukuran rentangnya, pembinaan bumbung datar adalah lebih murah,
dan ada pula kelebihannya, iaitu terdapat ruang terbuka yang luas di bahagian atas
bangunan itu. Tetapi bumbung datar mudah bocor kerana air hujan tidak dapat
mengalir dengan baik. Oleh itu, bumbung jenis ini tidak begitu sesuai untuk
kawasan tropika. Bumbung datar juga memerlukan pengawasan pembinaan yang
rapi.
e) Pondasi Sumuran,
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60
– 80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang
kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian
atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya,
diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.
Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran
dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50
kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang
berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi
pembesian untuk mengikat sloof.
Gambar: Pondasi sumuran
f) Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem
dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan,
tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan
sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as
umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau
tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan,
sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak
akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.
Pondasi jenis ini sangat baik karena jika batu kali tersebut ditanam di
dalam tanah maka kualitasnya tidak berubah. Pondasi batu kali
biasanya berbentuk trapesium dengan lebar bagian atasnya minimal 25
cm. Ukuran ini sengaja tidak disamakan dengan ukuran lebarnya
dinding karena dikhawatirkan bisa mempengaruhi ketepatan dalam
pemasangan pondasi. Ketidaktepatan dalam pemasangan pondasi akan
merubah fungsi pondasi itu sendiri. Adapun ukuran lebar bagian bawah
biasanya disesuaikan dengan berat beban di atasnya. Tetapi standar
umum yang dipakai biasanya berkisar antara 70-80 cm.
2) Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah
dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi
oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam
biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi
permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi
tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang
lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis
tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah
yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Apabila lapisan
atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam
maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga
mencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh
poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada bangunan dengan bentangan
yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang
termasuk didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang, (beton,
besi, pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain. Jenis-jenis
pondasi dalam adalah sebagai berikut :
a) Pondasi Tiang Pancang
Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan
bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.
Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu
tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang
pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan
kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi
dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang
pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang.
b. Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan.
Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi,
sehingga beban yang tersalur kan setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain
itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh
apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk
bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof
dengan pondasi yaitu dengan memberikan angker dengan beri diameter 12
mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan
yang lebih besar atau bangunan bertingkat banyak.
Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara
horisontal di atas pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom,
akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai
pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.
Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang
diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari
konstruksi beton bertulang. Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa
macam sloof, antara lain :
c. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh.
Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus
memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan
bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu
(non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/
2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang
berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.
b) Dinding Batako
Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/
cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang
ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako
pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi
berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding
batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing
c) Dinding kayu
Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal
harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur
: 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom
praktis, hanya diperlukan.
e. Lantai
Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran
penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi
lantai secara umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk
karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul
adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah
digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari, dan
sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anak-anak berlari,
duduk di lantai, dan lain-lain.
Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup
besar, misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara
menyeretnya. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-
beban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya.
Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan
membentuk karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat
mengambil konsep apa pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang
dapat diterapkan seperti etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.
a. Alami
3. Lantai Andesit
Ciri-ciri : tekstur kasar, bentuk ada yang beraturan dan tidak beraturan, warna hitam
dan abu-abu.
Bahan : batu alam
Ukuran : sangat bervariasi
Kelebihan : bernilai estetika tinggi, indah dan alami
kekurangan : mudah berlumut dan berjamur
Aplikasi : lantai teras dan carport
Perawatan : disikat agar kotoran tidak menempel
b. Buatan
1. Lantai Tegel
2. Lantai Teraso
Ciri-ciri : tekstur kasar, warna putih, kuning, hijau, dan lain-lain.
Bahan : campuran semen dan pasir, bagian atasnya dilapisi dengan bahan keras,
kombinasi campuran antara kulit kerang laut dengan pecahan marmer
Ukuran : 20 x 20 cm, 30 x 30 cm
Kelebihan : memiliki motof yang beragam
Kelemahan : mudah berlumut jika sering terkena air.
Aplikasi : lantai eksterior
Perawatan: diberihkan dan di jaga agar tidak lembab
3. Lantai Keramik
4. Lantai Marmer
Ciri- ciri : warna putih agak kekuningan
Bahan : batu marmer
Ukuran : 5 x 20 cm, 10 x 20 cm, 15 x 30 cm, 20 x 20 cm, 50 x 50 cm
Kelebihan : mudah & mewah, tahan api, mampu menahan beban berat.
Kelemahan : jika terkena cairan akan meresap dan tidak mudah hilang/bias
berlumut, mahal.
Aplikasi : lantai ruangan, kamar mandi kering dan tangga
Perawatan : usahakan agar selalu kering, noda dibersihkan dengan air hangat.
5. Lantai Granit
Ciri-ciri : terdapat bintik-bintik putih, warna & motif tersedia dalam berbagai
variasi
Bahan : Batu Granit
Ukuran : 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
Kelebihan : indah & menarik, tahan api, kuat terhadap getaran, keras, mampu
menahan beban yang berat.
Kelemahan : jika terkena cairan berwarna akan meresesap tidak akan hilang,
harga relatif mahal.
Aplikasi : lantai ruangan, stepnosing, lantai dapur, kamar mandi, dan teras
Perawatan : dibersihkan, gunakan pemutih untuk menghilangkan noda
Bahan : kayu
Jenis : lantai kayu alami, misal : balok/papan
Kelemahan : mudah terbakar, tergores, dapat menyusut dan memuai
terhadap cuaca, harga relatif mahal, pemasangan khusus
Kelebihan : berkesan alami dan hangat, bernilai estetika tinggi
Aplikasi : lantai interior
Perawatan : pelapisan sebelum pemasangan, Jika terkena tumpahan noda
segera dilap
7. Lantai Paving
8. Lantai Vinyl
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman
karena pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi
kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang miring yang ujung atasnya
bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut
kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.
d. Atap Tenda
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama
dengan lebarnya, sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda
terdiri dari empat bidang atap yang bertemu disatu titik puncak, pertemuan
bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang disebut jurai.
g. Atap Mansard
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat
bersusun atau bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan
rumah di daerah kita, karena sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah
belanda saat menjajah di negara kita.
h. Atap Menara
Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara
puncaknya lebih tinggi sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita
jumpai pada bangunan – bangunan gereja, atap menara masjid dan lain – lain.
i. Atap Piramida
Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama
bentuknya. Bentuk denah bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan
seterusnya.
j. Atap Minangkabau
Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi
kanan dan kiri. Bentuk atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.
k. Atap Joglo
Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun
sehingga atpnya seperti bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Gambar : Atap Joglo
Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng
secara elektrolisis yang tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat.
Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan
selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap
akan mulai berkarat dan bocor.
2. Parkiran
Setiap perjalanan yg menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat
parkir. Konsentrasi tujuan perjalanan lebih tinggi drpd asal perjalanan, mk
permasalahan parkir lebih banyak di tempat tujuan perjalanan. Parkir adalah keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh
pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya; namun parkir
di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan
kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam
pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu
baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata
untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan mengaturan posisi kendaraan,
yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong.
a. Parkir paralel
Parkir sejajar dimana parkir diatur dalam sebuah baris, dengan bumper depan
mobil menghadap salah satu bumper belakang yang berdekatan. Parkir dilakukan
sejajar dengan tepi jalan, baik di sisi kiri jalan atau sisi kanan atau kedua sisi bila
hal itu memungkinkan,. Parkir paralel adalah cara paling umum dilakasanakan
untuk parkir mobil dipinggir jalan. Cara ini juga digunakan dipelataran parkir
ataupun gedung parkir khususnya untuk mengisi ruang parkir yang parkir serong
tidak memungkinkan.
c. Parkir serong
Salah satu cara parkir yang banyak digunakan dipinggir jalan ataupun di pelataran
maupun gedung parkir adalah parkir serong yang memudahkan kendaraan masuk
ataupun keluar dari ruang parkir. Pada pelataran ataupun gedung parkir yang luas,
diperlukan gang yang lebih sempit bila dibandingkan dengan parkir tegak lurus.
Bila permintaan parkir meningkat dan tidak mungkin memenuhinya atau bila
parkir di pinggir jalan mengganggu lalu lintas atau perlu untuk membatasi arus
lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu, maka sudah perlu untuk
mempertimbangkan penerapan suatu kebijakan parkir untuk
mengendalikannnya.
BAB III
KONSEP MAKRO
Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan tahun 2014 di Kota Makassar tercatat 5 Rumah
Sakit umum/khusus, 4 puskesmas, 2 pustu, 6 rumah bersalin dan 55
posyandu. Untuk tenaga medis tercatat 48 orang dokter umum, 25 orang
dokter spesialis, 13 orang dokter gigi, 57 paramedis dengan jumlah
paramedis sebanyak 29 orang bidan desa dan 31 orang perawat/mantri.
Keluarga Berencana
Jumlah akseptor KB di Kota Makassar 7.783 orang dengan menggunakan
berbagai jenis alat kontrasepsi. Tercatat lebih banyak akseptor
menggunakan jenis kontrasepsi Suntikan dan PIL masing-masing 3.612
akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntikan dan sebanyak 2.671
orang akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi PIL. Jumlah keluarga
sejahtera menurut pra sejahtera sebanyak 1.487 keluarga kemudian tahapan
Keluarga Sejahtera I sebanyak 3.692 keluarga, tahap ke II sebanyak 10.021
keluarga, tahap ke III sebanyak 4.115 keluarga dan terakhir tahap keluarga
III plus sebanyak 1.963 keluarga.
Agama
Ditinjau dari agama yang dianut, tercatat bahwa mayoritas penduduk Kota
Makassar adalah beragama Islam. Jumlah tempat ibadah cukup memadai,
terdapat 87 buah Mesjid, 7 buah Langgar/Surau, 8 buah Gereja dan 1 buah
tempat ibadah Pura.
c) Perumahan
Banyaknya rumah tangga pada beberapa perumahan di Kota Makassar pada
tahun 2014 sebanyak 25.553 rumah tangga.
d) Industri dan Perdagangan
Jumlah Perusahaan Industri di Kota Makassar terdiri dari industri besar
sebanyak 3 perusahaan, industri sedang 26 perusahaan dan industri kecil 8
perusahaan. Masing-masing menyerap tenaga kerja 1.163 orang untuk
industri besar, 1.832 orang untuk industri sedang dan 59 orang tenaga kerja
untuk industri kecil. Sarana perdagangan yang terdapat di Kota Makassar
antara lain kelompok pertokoan sebanyak 11 buah, mall sebanyak 5 buah,
Kios / Toko sebanyak 1.041 buah, restoran 11 buah dan rumah makan
sebanyak 54 Buah.
C. LOKASI
Kawasan sekitar tapak sangat potensial dilihat dari bangunan disekelilingnya yang
merupakan kawasan ekonomi, selain itu lokasi tersebut juga strategis sehingga sangat
cocok dijadikan sebagai lokasi pembangunan sebuah kantor kementrian Keuangan.
a) Luas wilayah
Luas wilayah merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi.
b) Perkembangan kelurahan
Imprastruktur berupa jalan dan jembatan yang menghubungkan Kota Makassar dengan
dengan kota-kota lainnya, dan antara Kecamatan dengan Kecamatan lainnya dalam
lingkup kecamatan ini sudah cukup memadai, dimana semua jalan aspal, sehingga arus
transportasi darat berjalan cukup lancar. Mengingat bahwa dalam wilayah Kota
Makassar banyak fasilitas pelayanan publik yang merupakan sentra bisnis, pendidikan,
dan kesehatan.
c) Perhatikan pula akses menuju lokasi bisnis.
Pilih lokasi yang mudah di akses oleh para konsumen. Jika memungkinkan, pilih lokasi
bisnis yang dilalui transportasi umum. Agar konsumen yang tidak memiliki kendaraan
pribadi juga bisa menjangkau lokasi bisnis Anda.
d) Tingkat keamanan yang mendukung
Lokasi yang aman juga menambah kenyamanan para konsumen. Mereka tidak akan
ragu meninggalkan kendaraan mereka di tempat parkir, dan bisa menikmati pelayanan
bisnis kita dengan merasa nyaman. Dengan lingkungan yang aman, kita bisa
mengurangi resiko pencurian maupun perusakan yang bisa terjadi pada lokasi.
e) Kebersihan lokasi bisnis
Konsumen tidak akan mengunjungi sebuah tempat, yang berada di lingkungan kotor
atau kumuh. Mereka akan merasa ragu untuk membeli produk Anda. Untuk itu jaga
kebersihan lingkungan sekitar anda, agar konsumen merasa nyaman berkunjung ke
lokasi bisnis Anda.
D. UTILITAS LINGKUNGAN
1. Orientasi Matahari
Kawasan ini merupakan kawasan beriklim tropis. Oleh sebab itu, suhu di
wilayah ini relatif panas. Suhu panas yang ditimbulkan dapat mengkibatkan banyak
hal. Salah satunya adalah menyilaukan pandangan mata dan membuat suhu panas
suatu ruang tinggi. Untuk menghindari hal itu, maka dalam desain nantinya dapat
menggunakan solusi desain yang tepat. Arah datangnya sinar matahari dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Bagian Timur
Pada bagian ini mendapatkan intensitas matahari pagi yang cukup tinggi pada
pagi hingga menjelang siang hari
2. Bagian Tengah
Pada bagian ini dilewati oleh sinar matahari pada siang hari sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memaksimalkan cahaya matahari.
3. Bagian Barat
Pada bagian ini mendapatkan sinar matahari sore yang cukup tinggi sehingga
pada bagian tersebut harus dilindungi dengan penggunaan clading kaca yang
tidak menyeluruh.
2. Orientasi Angin
Angin yang berhembus di kawasan tapak berhembus lumayan kencang. Ini
disebabkan karena, tapak ini berada di pinggir laut.
3. Kebisingan
Pencapaian menuju tapak dapat melalui alternatif jalur kendaraan. Oleh karena
itu, pencapaian dan sirkulasi menuju dan di dalam tapak sangat diperhatikan
keberadaannya sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Terdapat 2 jalur jalan untuk mencapai kawasan ini yaitu pertama melewati
jalan Penghibur dan yang kedua dengan melewati jalan Metro Tanjung Bunga.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan isi dari tugas ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kantor
Kementrian Keuangan adalah kementerian negara di lingkungan Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan keuangan dan kekayaan negara,
Kementerian Keuangan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden.
Lokasi pembangunan Kantor Kementrian Keuangan harus strategis oleh
karena itu sangat tepat jika Kantor Kementrian Keuangan ini di bangun di
kecamatan Ujung Pandang karena lokasi tersebut merupakan pusat ekonomi.
Selain itu lokasi tersebut sangat strategis.
B. SARAN