Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI GEDUNG TINGGI

Definisi bangunan gedung menurut UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan


Gedung pasal 1, adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,
maupun kegiatan khusus.

Berdasarkan pasal 1 diatas, fungsi bangunan gedung dibedakan menjadi beberapa


macam. Penggolongan bangunan gedung menurut fungsinya diatur dalam UU No. 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung pasal 5 yaitu :

a) Fungsi bangunan gedung meliputi fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya,
serta fungsi khusus.
b) Bangunan gedung fungsi hunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan rumah
tinggal sementara.
c) Bangunan gedung fungsi usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi
bangunan gedung untuk perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata
dan rekreasi, terminal, dan penyimpanan.
d) Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi bangunan gedung untuk pendidikan, kebudayaan, pelayanan kesehatan,
laboratorium, dan pelayanan umum.

Bangunan gedung selain digolongkan berdasarkan fungsi bangunannya, juga


digolongkan berdasarkan ketinggiannya. Menurut Perda No. 5 tahun 2009 tentang
Bangunan Gedung pasal 12, bangunan gedung berdasarkan ketinggiannya dibagi menjadi
3 (tiga) yaitu :

a) Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan ketinggian sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), dibedakan atas klasifikasi :

1) bangunan gedung bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 8 (delapan)
lantai
2) bangunan gedung bertingkat sedang dengan jumlah lantai 5 (lima) sampai dengan
8 (delapan) lantai
3) bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai 1 (satu) sampai dengan 4
(empat) lantai.

b) Karakterisktik gedung bertingkat menurut Mulyono (2000) dikelompokkan menjadi :

1) Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) Gedung bertingkat rendah, dengan
jumlah lantai 1 – 3 lantai, tingginya < 10m
2) Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) Bangunan bertingkat sedang,
dengan jumlah lantai 3 – 6 lantai, tingginya < 20 m
3) Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) Bangunan bertingkat tinggi, dengan
jumlah lantai > 6 lantai, tingginya > 20 m

B. DEFINISI GEDUNG KEMENTERIAN KEUANGAN

Kementerian Keuangan Republik Indonesia (disingkat Kemenkeu RI) adalah


kementerian negara di lingkungan Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
keuangan dan kekayaan negara, Kementerian Keuangan berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Presiden.
Tugas dan Fungsi:
Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015, Kementerian Keuangan
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam
melaksanakan tugas, Kementerian Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran, pajak,
kepabeanan dan cukai, perbendaharaan, kekayaan negara, perimbangan keuangan, dan
pengelolaan pembiayaan dan risiko;
b) perumusan, penetapan, dan pemberian rekomendasi kebijakan fiskal dan sektor
keuangan;
c) koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan;
d) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Keuangan;
e) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan;
f) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Keuangan di daerah;
g) pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
h) pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi kompetensi di bidang keuangan
negara; dan
i) pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Keuangan.
BAB II
KONSEP MIKRO

A. STRUKTUR ORGANISASI
a. Menteri Keuangan
Dalam satu Negara, pemerintahan dipimpin oleh seorang presiden dan dibantu oleh
wakil presiden. Keduanya harus mampu mengatur kehidupan masyarakat yang tinggal
di Negara yang dipimpin. Dalam mengemban amanah berat tersebut, presiden tidak
mampu melaksanakan tugasnya sendiriansehingga dibutuhkan susunan yang pas untuk
dapat menjalankan periode pemerintahannya dengan baik.
Terdapat Menteri-menteri yang membantu pekerjaan presiden dalam mengurusi
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah Menteri keuangan, dimana
tugas Menteri keuangan itu sendiri adalah meneyelenggarakan urusan di bidang
keuangan dan kekayaan Negara dalam pemerintahan yaitu menyusun APBN,
menyusun kebijakan fiscal serta menjaga stabilitas keuangan negara. Menteri keuangan
ibarat bendahara suatu Negara yang mengelola semua urusan keuangan di Negara
tersebut.
b. Wakil Menteri Keuangan
Tugas dari Wakil Menteri keuangan itu sendiri yaitu membantu Menteri dalam
menjalankan tugasnya.
c. Sekretariat Jenderal
Sekretariat Jenderal bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. Sekretariat
Jenderal, dipimpin oleh Sekretaris Jenderal, mempunyai tugas menyelenggarakan
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
a) pengoordinasian kegiatan Kementerian Keuangan;
b) pengoordinasian dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian
Keuangan;
c) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Keuangan;
d) pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f) penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa; dan
g) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

1) Biro Perencanaan dan Keuangan

Biro Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas mengoordinasikan dan


melaksanakan penyusunan rencana strategis atau jangka menengah, rencana kerja
tahunan atau jangka pendek, menelaah, dan mengoordinasikan perumusan
kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan Kementerian Keuangan, pengelolaan
dan analisis kinerja dan risiko Kementerian Keuangan, penyusunan anggaran
Kementerian Keuangan, pengelolaan dan pembinaan perbendaharaan Kementerian
Keuangan, serta melaksanakan sistem akuntansi dan menyusun laporan keuangan
Kementerian Keuangan.

Dalam melaksanakan tugas, Biro Perencanaan dan Keuangan menyelenggarakan


fungsi:
a) penyiapan penyusunan rencana strategis atau jangka menengah dan rencana
tahunan atau jangka pendek Kementerian Keuangan;
b) penelaahan, penyusunan, dan penyerasian rencana lintas Kementerian dan
pelaporan kinerja Pinjaman dan Hibah Luar Negeri;
c) pengelolaan dan analisis kinerja dan risiko Kementerian Keuangan;
d) penyiapan bahan dan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja
Kementerian Keuangan;
e) pengelolaan dan pembinaan perbendaharaan Kementerian Keuangan;
f) pelaksanaan akuntansi anggaran Kementerian serta pelaporan keuangan
Kementerian Keuangan; dan
g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Perencanaan dan
Keuangan.

2) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Organta) mempunyai tugas


mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi, tata
laksana, dan jabatan fungsional pada semua satuan organisasi di lingkungan
Kementerian.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
menyelenggarakan fungsi:
a) pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring organisasi, analisis jabatan,
dan peningkatan kinerja organisasi;
b) pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring sistem dan prosedur kerja,
sistem administrasi umum, tata laksana pelayanan publik;
c) pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring jabatan fungsional; dan
d) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan

3) Biro Hukum

Biro Hukum mempunyai tugas mengoordinasikan dan melaksanakan perumusan


peraturan perundang-undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam
rangka penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian
Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Hukum menyelenggarakan fungsi:
a) perumusan dan penelaahan rancangan peraturan perundang-undangan serta
penyiapan bahan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah
hukum di bidang pajak, kepabeanan dan cukai;
b) pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah hukum di bidang
anggaran, perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, perbendaharaan, dan
PNBP;
c) perumusan dan penelaahan rancangan peraturan perundang-undangan serta
penyiapan bahan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah
hukum di bidang kekayaan negara, perusahaan, lelang, dan penyusunan
dokumentasi dan informasi peraturan perundang-undangan, serta pengelolaan
perpustakaan hukum;
d) perumusan dan penelaahan rancangan peraturan perundang-undangan serta
penyiapan bahan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah
hukum di bidang pengelolaan pembiayaan dan risiko;
e) perumusan dan penelaahan rancangan peraturan perundang-undangan serta
penyiapan bahan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah
hukum di bidang sektor keuangan dan perjanjian;
f) perumusan dan penelaahan rancangan peraturan perundang-undangan serta
penyiapan bahan pertimbangan hukum dalam rangka penyelesaian masalah
hukum di bidang lainnya (hukum secara umum); dan
g) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Hukum serta pengelolaan
kinerja.
4) Biro Bantuan Hukum

Biro Bantuan Hukum mempunyai tugas mengoordinasikan dan melaksanakan


penelaahaan kasus hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum,
pertimbangan hukum yang berkaitan dengan tugas kementerian, eks Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Bank Dalam Likuidasi (BDL), hak uji
materiil dan sengketa kepegawaian, serta sengketa internasional, arbitrase,
pemulihan aset negara, dan menganalisis peraturan perundang-undangan terkait
tugas Kementerian Keuangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Bantuan Hukum menyelenggarakan fungsi:


a) penelaahan kasus hukum dan pemberian bantuan hukum kepada semua unit
kerja di lingkungan Kementerian Keuangan;
b) penelaahan kasus hukum dan pemberian bantuan hukum menyangkut eks
BPPN;
c) penelaahan kasus hukum dan pemberian bantuan hukum menyangkut Hak Uji
Materiil, sengketa eks BDL, sengketa internasional, arbitrase, dan
kepegawaian;
d) penelaahan kasus hukum dan pemberian bantuan hukum menyangkut
pemulihan aset negara atas putusan pengadilan, tuntutan ganti rugi atas putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, menyelesaikan perkara perdata atas
klaim aset yang terdapat di Kementerian/Lembaga/BUMN/BUMD,
penanganan perkara di lingkup pengadilan niaga dan peradilan pajak serta
menganalisis peraturan perundang-undangan terkait tugas Kementerian
Keuangan yang berpotensi menimbulkan pelanggaran/gugatan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Bantuan Hukum.

5) Biro Sumber Daya Manusia

Biro Sumber Daya Manusia yang selanjutnya disebut Biro SDM mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan penyiapan pembinaan dan pengelolaan
sumber daya manusia di lingkungan Kementerian Keuangan, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Biro Sumber Daya Manusia menyelenggarakan fungsi:


a) penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, penyusunan formasi,
pelaksanaan pengadaan, p enempatan dan pengangkatan Calon Pegawai Negeri
Sipil/Pegawai Negeri Sipil;
b) pengelolaan assessment center;
c) pengembangan sumber daya manusia dan manajemen kinerja pegawai;
d) pengembangan, manajemen, dan pelayanan sistem informasi
manajemen sumber daya manusia serta manajemen naskah dan dokumen
pegawai;
e) penyusunan kebijakan dan pengelolaan pola karir, pola mutasi, dan manajemen
talenta, pengaturan status kepegawaian, dan kepangkatan;
f) penyelesaian mutasi jabatan, pengaturan status kepegawaian, dan kepangkatan
pegawai;
g) pengelolaan dan pengembangan pejabat fungsional di lingkungan Kementerian
Keuangan;
h) pelaksanaan seleksi terbuka pengisian jabatan pimpinan tinggi dan jabatan
administrasi;
i) pengelolaan kesejahteraan, perijinan, dan pengoordinasian pemberian
penghargaan pegawai;
j) penerapan penegakan disiplin dan penyelesaian kasus kepegawaian;
k) penyelesaian pemberhentian dan pemberian pensiun pegawai;
l) penyusunan, diseminasi, penerapan dan mengoordinasikan evaluasi regulasi di
bidang kepegawaian; dan
m) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga biro SDM.

6) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi

Biro Komunikasi dan Layanan Informasi yang selanjutnya dalam Peraturan


Menteri ini disebut Biro KLI mempunyai tugas mengoordinasikan dan
melaksanakan pembinaan dan manajemen kehumasan di lingkungan Kementerian
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
menyelenggarakan fungsi:
a) pembinaan aktivitas komunikasi dan layanan informasi kebijakan pengelolaan
keuangan dan kekayaan negara serta kebijakan Kementerian di bidang lainnya;
b) pembinaan penyusunan dan pelaksanaan strategi komunikasi kehumasan secara
terpadu dan berkelanjutan;
c) pemantauan, analisis, dan rekomendasi atas perkembangan opini publik;
d) evaluasi program komunikasi publik, pengukuran akseptasi publik terhadap
kebijakan pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dan kebijakan
Kementerian di bidang lainnya, dan peningkatan partisipasi publik;
e) penyelenggaraan publikasi cetak dan elektronik;
f) pembinaan dan pengelolaan PPID Kementerian Keuangan, desk informasi dan
call center;
g) pembinaan hubungan dan pelayanan informasi keuangan dan kekayaan negara
serta kebijakan pengelolaan keuangan negara dan kebijakan Kementerian di
bidang lainnya dan hasil pelaksanaannya kepada stakeholders Kementerian
Keuangan;
h) koordinasi penyelenggaraan rapat kerja dan pembahasan rancangan undang-
undang bidang keuangan dengan Dewan Perwakilan Rakyat;
i) penerbitan siaran pers, keterangan pers, tanggapan/bantahan, artikel,
advertorial, dan surat pembaca;
j) penyelenggaraan edukasi publik mengenai peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada stakeholders
internal dan eksternal;
k) perencanaan, pengendalian program kehumasan, serta pengelolaan referensi
kementerian dan koordinasi pusat referensi di internal Kementerian Keuangan;
l) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro KLI; dan
m) pelaksanaan urusan protokol, tamu asing, dan akomodasi Kementerian
Keuangan
7) Biro Perlengkapan

Biro Perlengkapan mempunyai tugas mengoordinasikan dan melaksanakan


pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan/kekayaan Kementerian
Keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, Biro Perlengkapan menyelenggarakan fungsi:


a) analisis, penyusunan, dan penyiapan pembinaan administrasi, serta penyusunan
petunjuk teknis rencana kebutuhan Barang Milik Negara (BMN) bagi seluruh
satuan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b) analisis, penyusunan, dan penyiapan pembinaan administrasi, serta penyusunan
petunjuk teknis pengadaan Kementerian Keuangan, serta penyiapan dokumen
pelaksanaan dan pelaporan pelaksanaan pengadaan barang/jasa bagi seluruh
satuan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan;
c) analisis, penyusunan, dan penyiapan pembinaan administrasi, serta penyusunan
petunjuk teknis pengelolaan BMN Kementerian Keuangan, bagi seluruh satuan
organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
d) analisis, pelaksanaan, serta penyusunan petunjuk teknis penatausahaan BMN
Kementerian Keuangan serta analisis dan evaluasi penatausahaan BMN
Kementerian Keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro Perlengkapan.

8) Biro Umum

Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan dan mengoordinasikan pelaksanaan


ketatausahaan tingkat Kementerian Keuangan dan pemberian pelayanan
pelaksanaan tugas kantor pusat Kementerian Keuangan, serta melaksanakan dan
mengoordinasikan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unit di lingkungan Sekretariat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Biro Umum menyelenggarakan fungsi:
a) pembinaan dan pengelolaan arsip dan dukungan administrasi Kantor Pusat
Kementerian Keuangan dan Sekretariat Jenderal;
b) pembinaan dan pengelolaan kerumahtanggaan Kantor Pusat Kementerian
Keuangan dan Sekretariat Jenderal;
c) pengelolaan keuangan Sekretariat Jenderal;
d) pengelolaan sumber daya manusia Sekretariat Jenderal;
e) pengelolaan program dan kegiatan Sekretaris Jenderal;
f) pembinaan pelaksanaan tugas Gedung Keuangan Negara; dan
g) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Biro Umum.

9) Pusat Informasi Teknologi Keuangan

Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan mempunyai


tugas mengoordinasikan dan melaksanakan penyusunan rencana strategis dan
kebijakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengembangan sistem
informasi, manajemen layanan TIK, operasional TIK, keamanan informasi dan
kelangsungan TIK, manaJemen layanan data, dan pengelolaan Jabatan Fungsional
Pranata Komputer.
Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui
Sekretaris Jenderal.
Pusintek menyelenggarakan fungsi:
a) koordinasi penyusunan dan pemutakhiran rencana strategis TIK;
b) koordinasi penyusunan dan pemutakhiran arsitektur TIK;
c) koordinasi penyusunan analisis kapasitas TIK;
d) koordinasi penyusunan dan pemutakhiran kebijakan dan standardisasi tata
kelola TIK;
e) koordinasi pelaksanaan manajemen program TIK;
f) koordinasi pengembangan sistem informasi;
g) koordinasi manajemen layanan TIK;
h) koordinasi pelaksanaan operasional TIK;
i) koordinasi penyusunan dan pelaksanaan tata kelola dan manajemen keamanan
informasi;
j) koordinasi pelaksanaan bina kepatuhan dan manajemen risiko TIK;
k) koordinasi manajemen layanan data;
l) pembinaan Jabatan Fungsional Pranata Komputer; dan
m) pelaksanaan administrasi Pusat.
10) Pusat Pembinaan Profesi Keuangan

Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) mempunyai tugas mengoordinasikan


dan melaksanakan penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengembangan dan
pengawasan dan pelayanan informasi atas profesi keuangan yaitu Akuntan,
Akuntan Publik, Teknisi Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, Aktuaris, dan
profesi keuangan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya PPPK berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas,Pusat Pembinaan Profesi Keuangan menyelenggarakan
fungsi:
a) Penyiapan rumusan kebijakan di bidang akuntansi, penilaian, dan aktuaria;
b) Penyiapan rumusan kebijakan di bidang profesi keuangan yaitu Akuntan,
Akuntan Publik, Teknisi Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, Aktuaris, dan
profesi keuangan lainnya;
c) Penyelenggaraan administrasi registrasi/perizinan/pendaftaran Akuntan,
Akuntan Publik, Rekan non-Akuntan Publik, Kantor Jasa Akunatnsi (KJA),
Cabang KJA, Kantor Akuntan Publik (KAP), dan Cabang KAP, Kantor
Akuntan Publik Asing (KAPA), Organisasi Audit Asing (OAA), dan
Organisasi Audit Indonesia (OAI);
d) Penyelenggaraan administrasi registrasi/perizinan/persetujuan Penilai dan Ajun
Aktuaris, Penilai Publik, Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), Cabang KJPP,
Aktuaris, Konsultan Aktuaria, Cabang Konsultan Aktuaria dan profesi
keuangan lainnya, pembukaan Kantor Perwakilan KJPP, serta kerja sama dan
pencantuman nama Kantor Jasa Penilai Publik Asing (KJPPA) dan Konsultan
Aktuaria Asing;
e) Pembinaan dan pengembangan profesi Akuntan, Akuntan Publik, Teknisi
Akuntansi, Penilai, Penilai Publik, dan Aktuaris, dan profesi keuangan lainnya;
f) Pelaksanaan analisis laporan mengenai profesi Akuntan Publik, Penilai
Publik, Aktuaris, dan profesi keuangan lainnya;
g) Pelaksanaan pengawasan atas profesi Akuntan Publik, Penilai Publik, Aktuaris,
dan profesi keuangan lainnya;
h) Pengenaan sanksi administratif terhadap profesi Akuntan Publik, Penilai
Publik, Aktuaris, dan profesi keuangan lainnya; dan
i) Pelaksanaan administrasi, dukungan kegiatan PPPK, serta pemenuhan
kebutuhan pemangku kepentingan.

11) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan

Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan yang selanjutnya disebut Pushaka


mempunyai tugas melaksanakan analisis, harmonisasi dan sinergi kebijakan atas
pelaksanaan program dan kegiatan Menteri Keuangan, pengelolaan program dan
kegiatan Menteri Keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya Pushaka berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas,Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
menyelenggarakan fungsi:
a) pelaksanaan analisis, harmonisasi, dan sinergi kebijakan atas program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang Pendapatan Negara dan Pembiayaan
Negara;
b) pelaksanaan analisis, harmonisasi, dan sinergi kebijakan atas program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang Belanja Negara dan Kekayaan Negara;
c) Pelaksanaan analisis, harmonisasi, dan sinergi kebijakan atas program dan
kegiatan Menteri Keuangan di bidang Sumber Daya Aparatur dan Pengawasan;
d) pelaksanaan pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan dan Wakil
Menteri Keuangan; dan
e) pelaksanaan administrasi Pushaka.

12) Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik

Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut Pusat LPSE
mempunyai tugas mengoordinasikan dan menyiapkan rumusan kebijakan di bidang
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik, pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan pengadaan secara elektronik Kementerian Keuangan, pengelolaan
sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) serta memberikan pelayanan
pengadaan secara elektronik Kernenterian/Lembaga. Dalam melaksanakan
tugasnya Pusat LPSE berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri
Keuangan melalui Sekretaris Jenderal.
Dalam melaksanakan tugas, Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan regulasi di bidang pengadaan barang/jasa pemerintah secara
elektronik di lingkungan Kementerian Keuangan;
b) pelayanan pengadaan secara elektronik kepada Panitia Pengadaan/Unit
Layanan Pengadaan Kementerian Keuangan serta
Kementerian/Lembaga/Komisi;
c) pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengadaan secara elektronik di
lingkungan Kementerian Keuangan;
d) pelaksanaan administrasi Pusat LPSE.

13) Sekretariat Pengadilan Pajak

Sekretariat mempunyai tugas memberikan pelayanan di bidang tata usaha,


kepegawaian, keuangan, rumah tangga, administrasi persiapan berkas banding
dan/atau gugatan, administrasi persiapan persidangan, administrasi persidangan,
administrasi penyelesaian putusan, dokumentasi, administrasi peninjauan kembali,
administrasi yurisprudensi, pengolahan data, dan pelayanan informasi.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Pengadilan Pajak menyelenggarakan
fungsi:
a) pelaksanaan tata usaha dan kearsipan kesekretariatan, penganggaran dan
pengelolaan keuangan, pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia serta
pengelolaan perlengkapan dan rumah tangga;
b) pelaksanaan pelayanan administrasi berkas banding dan/atau gugatan;
c) pelayanan administrasi persiapan persidangan;
d) pelayanan administrasi persidangan;
e) pelayanan administrasi penyelesaian putusan;
f) penghimpunan dan pengklasifikasian putusan dan penyelenggaraan
kepustakaan;
g) pelayanan administrasi peninjauan kembali;
h) pelayanan administrasi yurisprudensi putusan; dan
i) pengolahan data dan pelayanan informasi.
14) Pusat Investasi Pemerintahan

Pusat Investasi Pemerintah mempunyai tugas melaksanakan kewenangan


operasional dalam pengelolaan investasi Pemerintah Pusat sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, PIP menyelenggarakan fungsi:

a) penyusunan rencana strategis bisnis, rencana kerja investasi, dan rencana bisnis
dan anggaran (RBA) tahunan serta rencana kerja dan anggaran satuan kerja
b) penilaian kelayakan, manajemen risiko, penyelesaian masalah hukum dan
perjanjian investasi Pemerintah
c) pengelolaan Rekening Induk Dana Investasi
d) penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi, penyelesaian transaksi
(setelmen), dan pelaporan
e) penyusunan strategi dan pelaksanaan sistem kepatuhan internal
f) pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko dengan prinsip kehati-
hatian terhadap pelaksanaan tugas Pusat Investasi Pemerintah
g) pelaksanaan urusan umum, sumber daya manusia, dan kerumahtanggaan Pusat
Investasi Pemerintah.
15) Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan

Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan mempunyai tugas melaksanakan


pelayanan teknis dan administratif dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
teknis Komite Pengawas Perpajakan.

Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan menyelenggarakan fungsi:


a) koordinasi dan penyusunan kebijakan teknis dan program kerja fasilitasi analisa
dan konsultasi, fasilitasi pencegahan dan monitoring, serta fasilitasi pengaduan
dan verifikasi di lingkungan Komite Pengawas Perpajakan;
b) koordinasi penyusunan rencana kerja, rencana strategik, dan laporan;
c) penyiapan rekomendasi dan pemberian saran/masukan dalam rangka
peningkatan pelaksanaan tugas instansi perpajakan;
d) pengelolaan urusan sumber daya manusia, penataan organisasi dan
ketatalaksanaan, serta keuangan; dan
e) pelaksanaan urusan tata usaha Komite Pengawas Perpajakan.

16) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan


Dana Pengembangan Pendidikan Nasional baik dana abadi pendidikan (endowment
fund) maupun dana cadangan pendidikan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan menyelenggarakan fungsi:


a) penyusunan rencana strategis bisnis, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)
tahunan serta rencana kerja dan anggaran satuan kerja;
b) pengelolaan dan pengembangan dana endowment fund dan dana cadangan
pendidikan;
c) penyaluran Dana Pengembangan Pendidikan Nasional serta monitoring dan
evaluasi atas penyaluran;
d) penyusunan dan pelaksanaan anggaran, akuntansi dan penyelesaian transaksi
(setelmen), serta pelaporan;
e) pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko dengan prinsip kehati-
hatian terhadap pelaksanaan tugas Lembaga Pengelola Dana Pendidikan; dan
f) pengelolaan sumber daya manusia, urusan umum dan kerumahtanggaan
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.
d. Direktorat Jenderal

Direktorat Jenderal Anggaran

Tugas : Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang


penganggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fungsi :

a) perumusan kebijakan di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran


belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan
pajak;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara,
anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan
negara bukan pajak;
c) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan anggaran
pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya,
dan penerimaan negara bukan pajak;
d) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyusunan anggaran
pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya,
dan penerimaan negara bukan pajak;
e) pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyusunan anggaran
pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya,
dan penerimaan negara bukan pajak;
f) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Anggaran, dan
g) pelaksanaan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Sekretariat Direktorat Jenderal


Tugas : Melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian
dukungan administrasi kepada semua unsur di lingkungan direktorat jenderal.
Fungsi :
a) koordinasi kegiatan Direktorat Jenderal Anggaran;
b) perumusan peraturan di bidang kesekretariatan;
c) pengelolaan urusan organisasi dan ketatalaksanaan Direktorat Jenderal Anggaran;
d) koordinasi penyusunan rencana strategik, dan laporan kinerja Direktorat Jenderal
Anggaran;
e) penyelenggaran urusan kepegawaian Direktorat Jenderal Anggaran;
f) koordinasi penyusunan rencana kerja dan pengelolaan keuangan Direktorat
Jenderal Anggaran;
g) pengelolaan urusan tata usaha, kearsipan, dokumentasi, perpustakaan, rumah
tangga, pengadaan, dan pengelolaan Barang Milik Negara serta kesekretariatan
pimpinan;
h) koordinasi dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan
fungsional dan pengawasan masyarakat;
i) melakukan analisis kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Anggaran;
j) koordinasi bantuan hukum direktorat jenderal
Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan
Anggaran Pendatapan dan Belanja Negara;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
e) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara

Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman


Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat bidang perekonomian dan kemaritiman, sesuai
penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Anggaran.
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah
pusat;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran
belanja pemerintah pusat;
e) melakukan analisis di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan
Kemaritiman
Direktorat Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat bidang pembangunan manusia dan
kebudayaan, sesuai penugasan yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal
Anggaran.
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah
pusat;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran
belanja pemerintah pusat;
e) melakukan analisis di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Anggaran Bidang Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan

Direktorat Anggaran Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan, dan


Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat bidang politik, hukum, pertahanan dan
keamanan, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, serta penyusunan laporan
keuangan Belanja Subsidi dan Laporan Keuangan Belanja Lainnya, sesuai penugasan
yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Anggaran.
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat,
dan Bagian Anggaran Bendaha Umum Negara serta penyusunan laporan keuangan
Belanja Subsidi dan Laporan Keuangan Belanja Lainnya;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran belanja pemerintah
pusat, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara serta penyusunan laporan
keuangan Belanja Subsidi dan Laporan Keuangan Belanja Lainnya;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penganggaran belanja pemerintah pusat, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara serta penyusunan laporan keuangan Belanja Subsidi dan Laporan Keuangan
Belanja Lainnya;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran
belanja pemerintah pusat, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara serta
penyusunan laporan keuangan Belanja Subsidi dan Laporan Keuangan Belanja
Lainnya;
e) melakukan analisis di bidang penganggaran belanja pemerintah pusat, dan Bagian
Anggaran Bendahara Umum Negara serta penyusunan laporan keuangan Belanja
Subsidi dan Laporan Keuangan Belanja Lainnya; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Anggaran Bidang Politik, Hukum,
Pertahanan dan Keamanan, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak


Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penerimaan negara bukan pajak (PNBP) serta subsidi yang ditugaskan pada Direktorat
Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerimaan negara bukan pajak serta
subsidi yang ditugaskan pada Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerimaan negara bukan pajak serta
subsidi yang ditugaskan pada Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penerimaan
negara bukan pajak serta subsidi yang ditugaskan pada Direktorat Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi di bidang
penerimaan negara bukan pajak serta subsidi yang ditugaskan pada Direktorat
Penerimaan Negara Bukan Pajak;
e) melakukan analisis kebijakan di bidang penerimaan negara bukan pajak serta
subsidi yang ditugaskan pada Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak; dan
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Direktorat Sistem Penganggaran


Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
sistem penganggaran.
Fungsi :
a) pelaksanaan analisis di bidang sistem penganggaran;
b) penyiapan perumusan kebijakan di bidang sistem penganggaran;
c) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang sistem penganggaran;
d) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang sistem
penganggaran;
e) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang sistem
penganggaran
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Sistem Penganggaran.

Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran


Tugas : Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
harmonisasi peraturan penganggaran.
Fungsi :
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang harmonisasi peraturan penganggaran;
b) penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang harmonisasi peraturan penganggaran;
c) penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang harmonisasi
peraturan penganggaran;
d) penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang harmonisasi
peraturan penganggaran;
e) melakukan analisis di bidang harmonisasi peraturan penganggaran;
f) pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Harmonisasi Peraturan Penganggaran

e. Inspektoral Jenderal
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015, struktur
organisasi Inspektorat Jenderal sebagai berikut:
a) Sekretariat Inspektorat Jenderal
b) Inspektorat I
c) Inspektorat II
d) Inspektorat III
e) Inspektorat IV
f) Inspektorat V
g) Inspektorat VI
h) Inspektorat VII
i) Inspektorat Bidang Investigasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015, Inspektorat
Jenderal memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas:
Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal
atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Inspektorat Jenderal
menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan kebijakan teknis pengawasan internal atas pelaksanaan tugas di
lingkungan Kementerian Keuangan;
b) pelaksanaan pengawasan internal atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Keuangan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;
c) pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri
Keuangan;
d) penyusunan laporan hasil pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Keuangan; dan
e) pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal.

f. Badan
1. Badan Kebijakan Fiskal

Badan Kebijakan Fiskal mempunyai tugas melaksanakan analisis di bidang


kebijakan fiskal, dan kerja sama internasional sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Kebijakan Fiskal
menyelenggarakan fungsi:

a) perumusan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro serta


proyeksi ekonomi makro;
b) penyiapan bahan penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN, Laporan Semester
I dan Prognosa Semester II pelaksanaan APBN, RAPBN Perubahan, bahan
Pidato dan Lampiran Pidato Presiden, Jawaban Pemerintah atas pertanyaan
DPR dan DPD, jawaban pertanyaan dan bahan konsultasi dengan Lembaga
Internasional dan Regional di bidang ekonomi makro, pendapatan negara,
belanja negara dan risiko fiskal;
c) analisis, perumusan rekomendasi dan evaluasi kebijakan pendapatan negara,
belanja negara, dan ekonomi dan keuangan;
d) analisis, perumusan rekomendasi dan evaluasi pengelolaan risiko ekonomi dan
keuangan, risiko BUMN, dan risiko dukungan pemerintah;
e) analisis dan perumusan rekomendasi terhadap kelayakan pemberian dukungan
pemerintah atas pelaksanaan kerja sama penyediaan infrastruktur;
f) analisis, perumusan rekomendasi dan pelaksanaan kerja sama ekonomi dan
keuangan internasional;
g) pemantauan dini perkembangan ekonomi dan surveillance;
h) pengkajian kebijakan ekonomi, keuangan, dan fiskal;
i) penyusunan dan pengembangan model ekonomi dan keuangan;
j) penyelenggaraan sosialisasi kebijakan fiskal;
k) pengelolaan data dan statistik;
l) koordinasi pelaksanaan kegiatan tim tarif;
m) pelaksanaan administrasi Badan.

2. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan Bab XV dijelaskan bahwa
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) mempunyai tugas
melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Adapun fungsi BPPK :

a) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program pendidikan dan pelatihan di


bidang keuangan negara;
b) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan negara;
c) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di
bidang keuangan negara; dan
d) pelaksanaan administrasi Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

g. Staf Ahli

Staf Ahli adalah unsur pembantu Sekretaris Jenderal di bidang keahlian tertentu, yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

Dalam pelaksanaan tugasnya, secara administratif Staf Ahli terdiri atas:

1. Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak


2. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak
3. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak
4. Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara
5. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara
6. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional
7. Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal
8. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi, dan Teknologi Informasi
B. AKTIVITAS, KEBUTUHAN, KAPASITAS DAN HUBUNGAN RUANG
1. Aktivitas Ruang

Standar:

Gerak horisontal memperhatikan aktivitas manusia antara lain pada posisi


berdiri, duduk, tidur dan lain-lain
1) Aktivitas manusia dan tata letak perabot ruang duduk

2) Aktivitas manusia dan tata letak perabot ruang makan


3) Aktivitas manusia dan tata letak perabot kamar mandi

2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang yang dibutuhkan berdasaran struktur organisasi pada gedung
kementrian keuangan yaitu:
1) Menteri Keuangan
2) Wakil Menteri Keuangan
3) Sekretariat Jenderal
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
c. Biro Hukum
d. Biro Bantuan Hukum
e. Biro Sumber Daya Manusia
f. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
g. Biro Perlengkapan
h. Biro Umum
i. Pusat Informasi Teknologi Keuangan
j. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
k. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
l. Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik
m. Sekretariat Pengadilan Pajak
n. Pusat Investasi Pemerintahan
o. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
p. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
4) Direktorat Jenderal
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
c. Direktorat Anggaran Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
d. Direktorat Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
e. Direktorat Anggaran Bidang Politik, Hukum, Pertahanan & Keamanan, dan
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara
f. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak
g. Direktorat Sistem Penganggaran
5) Inspektorat Jenderal
a. Sekretarian Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat I
c. Inspektorat II
d. Inspektorat III
e. Inspektorat IV
f. Inspektorat V
g. Inspektorat VI
h. Inspektorat VII
i. Inspektorat Bidang Investigasi
6) Badan
a. Badan Kebijakan Fiskal
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
7) Staf Ahli
a. Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan Hukum Pajak
b. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak
c. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak
d. Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara
e. Staf Ahli Bidang Peneluaran Negara
f. Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional
g. Staf Ahli Bidang Kebijakan, Regukali Jasa Keuangan dan Pasar Modal
h. Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi
8) Wc Umum
9) Wc Pribadi
10) Ruang Tunggu
11) Ruang Rapat
12) Restaurant
13) Ruang Olahraga
14) ATM centre
15) Musollah
16) Security Area
17) Parkiran dan Basemant
18) Gudang

3. Kapasitas Ruang
Kapasitas/Besaran Ruang adalah menentukan luasan minimal ruang-ruang
yang telah didapatkan agar memenuhi standar minimal.
No Nama Ruangan Besaran (m2)
1 Menteri Keuangan
2 Wakil Menteri Keuangan
3 Sekretariat Jenderal
a. Biro Perencanaan dan Keuangan
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
c. Biro Hukum
d. Biro Bantuan Hukum
e. Biro Sumber Daya Manusia
f. Biro Komunikasi dan Layanan Informasi
g. Biro Perlengkapan
h. Biro Umum
i. Pusat Informasi Teknologi Keuangan
j. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
k. Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan
Pusat Layanan Pengadaan Secara
l.
Elektronik
m. Sekretariat Pengadilan Pajak
n. Pusat Investasi Pemerintahan
o. Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan
p. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan
4 Direktorat Jenderal
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
Direktorat Penyusunan Anggaran
b.
Pendapatan dan Belanja Negara
Direktorat Anggaran Bidang
c.
Perekonomian dan Kemaritiman
Direktorat Anggaran Bidang
d.
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Direktorat Anggaran Bidang Politik,
Hukum, Pertahanan & Keamanan, dan
e.
Bagian Anggaran Bendahara Umum
Negara
Direktorat Penerimaan Negara Bukan
f.
Pajak
g. Direktorat Sistem Penganggaran
5 Inspektorat Jenderal
a. Sekretarian Inspektorat Jenderal
b. Inspektorat I
c. Inspektorat II
d. Inspektorat III
e. Inspektorat IV
f. Inspektorat V
g. Inspektorat VI
h. Inspektorat VII
i. Inspektorat Bidang Investigasi
6 Badan
a. Badan Kebijakan Fiskal
b. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
7 Staf Ahli
Staf Ahli Bidang Peraturan dan Penegakan
a.
Hukum Pajak
b. Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak
c. Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak
Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan
d.
Negara
e. Staf Ahli Bidang Peneluaran Negara
Staf Ahli Bidang Makro Ekonomi dan
f.
Keuangan Internasional
Staf Ahli Bidang Kebijakan, Regukali Jasa
g.
Keuangan dan Pasar Modal
Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan
h.
Teknologi Informasi
8 Wc Umum
9 Wc Pribadi
10 Ruang Tunggu
11 Ruang Rapat
12 Restaurant
13 Ruang Olahraga
14 ATM Center
15 Musollah
16 Security Area
17 Parkiran dan Basemant
18 Gudang

4. HUBUNGAN RUANG
Hubungan Ruang merupakan dasar pertimbangan utama dalam penyusunan
organisasi ruang, contoh sebagai berikut :

Hubungan-hubungan ruang dibagi menjadi 4 macam, yaitu:


1) Ruang dalam ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain yang lebih
kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan kontinuitas ruang di antara kedua ruang
tersebut dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi ruang yang lebih kecil sangat
tergantung pada ruang yang besar dalam hubungannya dengan eksterior.
Di dalam jenis hubungan ruang ini, ruang yang lebih besar berfungsi sebagai suatu
daerah 3 dimensi untuk ruang kecil di dalamnya.
Untuk dapat lebih menarik, ruang yang didalam dapat memanfaatkan wujud
luarnya tetapi diorientasikan dalam bentuk lain. Hal ini dapat menciptakan suatu
grid sekunder dan satu set ruang-ruang sisa yang dinamis di dalam ruang yang lebih
besar.
Ruang yang di dalam juga dapat berbeda bentuk dengan ruang pelingkupnya untuk
memperkuat kesan sebagai volume yang mandiri. Perlawanan bentuk ini dapat
menunjukan suatu perbedaan fungsional antara kedua ruang atau melambangkan
kepentingan yang berada di dalam.
2) Ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan dihasilkan dari overlapping 2 daerah
ruang dan membentuk suatu daerah ruang bersama.
Bagian yang saling berkaitan dari 2 buah volume dapat digunakan bersama secara
seimbang dan merata oleh masing-masing ruang.
Bagian yang saling berkaitan dapat melebur dengan salah satu ruang dan menjadi
bagian yang menyatu dari ruang tersebut.
Bagian yang saling berkaitan dapat mengembangkan integritasnya sebagai sebuah
ruang yang berfungsi untuk menghubungkan kedua ruang aslinya.
3) Ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut
memungkinkan definisi yang jelas dan untuk masing-masing ruang menjadi jelas
terhadap fungsi dan persyaratan simbolisnya. Tingkat kontinuitas visual maupun
ruang yang terjadi antara 2 ruang yang berdekatan akan tergantung pada sifat alami
bidang yang memisahkan sekaligus menghubungkan keduanya.
4) Ruang yang dihubungkan oleh sebuah ruang Bersama
Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu
sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara.
Ruang perantara dapat berbeda dalam bentuk dan orientasi dari kedua ruang lainnya
untuk menunjukan fungsinya sebagai penghubung
Ruang perantara dapat berbantuk linier untuk menghubungkan kedua ruang yang
berjarak, atau menghubungkan seluruh rangkaian ruang-ruang yang tidak
mempunyai hubungn langsung satu sama lain..
Ruang perantara yang cukup besar dapat menjadi ruang yang dominan dalam
hubungannya dengan ruang-ruang lain dan mampu mengorganisir sejumlah ruang
yang terkait.
Bentuk ruang perantara dapat terjadi dengan sendirinya atau ditentukan oleh bentuk
dan orientasi dari kedua ruang yang terkait.

C. ZONING

Zoning adalah pembagian area mana saja yang didapat dari aspek-aspek yang
dijadikan sebagai parameter untuk menentukan area zoning yaitu aspek analisa fisik yang
terdiri dari klimatologi, kebisingan, akses pencapaian, pencahayaan, penghawaan dan
pemandangan. Hasil zoning dari masing-masing aspek tersebut biasa kita simpulkan
sehingga membentuk zoning akhir yang nantinya berguna untuk menentukan dimana akan
diletakkan area publik, semi-publik, privat, dan servis.

1. Zoning publik
Pada umumnya zona publik ini mempunyai akses ke pintu utama dimana
pencapaiannya mudah baik dari luar maupun dari dalam (ruang tunggu, musollah,
ruang olahraga,parkiran,restaurant, ATM center dan toilet)
2. Zoning semi publik
Merupakan tempat sebagai wadah interaksi dengan seluruh karyawan dan kadang
dengan orang luar pengunjung. Yang termasuk zona semi publik adalah setiap ruang
biro, direktorat,inspektorat, badan serta staf ahli.

3. Zoning privat
Merupakan zona yang biasanya hanya diakses dan digunakan oleh pegawai
tertentu.Yang termasuk dalam zona pribadi antara lain adalah ruang Menteri, wakil
Menteri, serta secretariat jenderal
4. Zoning service area
Merupakan ruangan yang berfungsi sebagai penunjang yaitu gudang.
D. UTILITAS BANGUNAN
Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang
digunakanuntuk menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudian kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.
1. Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami
 Matahari
Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling mudah
didapat dan banyak manfaatnya. Oleh karena itu harus dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Apalagi Indonesia sebagai daerah trofis yang terletak
digaris katulistiwa matahari memancarkan sinar sepanjang tahun.
Tujuan pemanfatan cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam
bangunan adalah sebagai berikut:
a) Menghemat energy dan biaya operasional bangunan
b) Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung
ultraviolet yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan memperjelas
kesan ruang
c) Menggunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai penerangan langsung maupun tidak langsung.

Gambar: Sinar matahari yang masuk dari jendela

b. Pencahayaan Buatan

Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan listrik adalah


Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang menyelenggarakan dan menyiapkan suatu
tenaga pembangkit listrik dengan system Pembangkit Listrik Tenga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD).
Diluar negeri ataupun di Negara kita baru-baru ini mengembangkan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya, Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir.
 Lampu

Lampu (Interior) Lampu Taman (Eksterior)


Gambar: Lampu

Sistem Pencahayaan/Penerangan Buatan


Daya penerangan yang masuk dalam panel-panel pembagi (Sub Panel)
dibagi dalam 2 bagian:
a) Pencahayaan/daya yang langsung: Pencahayaan yang berupa titik-titik lampu
penerangan.Peletakan lampu penerangan ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan pencahayaan yang baik, memenuhi syarat yang diminta
dan merata. Selain itu harus diatur posisinya terhadap letak-letak diffuser AC,
sprinkler, fiere alarm, smoke detector, speaker dan lain-lain.
b) Daya yang tidak langsung daya ini digunakan untuk menghidupkan alat-alat
tertentu seperti computer dan mesin ketik
2. Penghawaan
Penghawaan adalah aliran udara di dalam rumah, yaitu proses pertukaran
udara kotor dan udara bersih. Ada dua jenis sistem penghawaan, yaitu penghawaan
alami dan penghawaan buatan.Penghawaan alami terkait dengan suplai udara segar
menggantikan udara kotor di dalam ruang, sedangkan penghawaan buatan terkait
dengan sistem yang menyediakan pendinginan, pengontrolan kelembaban, dan
penyaringan serta pemurnian udara (Pile, 2003:461). Selain itu, penghawaan buatan
juga mengatur pancaran temperatur di sekitar permukaan elemen-elemen ruang dan
pergerakan udara (Ching, 1987:281).
a) Penghawaan alami
Penghawaan alami dapat diartikan menjadi beberapa pengertian antara lain,
Pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruangan tertutup, Pertukaran udara,
perputaran udara secara bebas, dan merupakan proses untuk mencatu udara
segar kedalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai
kebutuhan.Penghawaan alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar
suatu bangunan atau gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya
perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam
saluran ventilasi.
Sirkulasi udara yang baik merupakan kunci untuk mendapatkan rumah yang tak
pengap dan panas.Artinya, rumah harus memiliki bidang yang ada lubangnya.
Arah bukaan hendaknya menyilang terhadap ruangan (Ir Sulaiman
Budhimulya).

Gambar: penghawaan alami (udara masuk melalui jendela)


b) Penghawaan buatan
Bila Penghawaan alami sudah tidak memenuhi kriteria, maka alternatif lain
yang dapat digunakan adalah menggunakan penghawaan buatan.
Jenis-jenis AC:
 AC Split Wall

AC Split Wall adalah jenis AC yang paling umum digunakan di


rumah, kantor maupun instansi di Indonesia, ini disebabkan beberapa faktor
mulai dari gampangnya perawatan dan support.
AC ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Indoor dan Outdoor. Indoor
adalah bagian yang mengeluarkan hawa dingin dan Outdoor adalah bagian
tempat dimana mesin berada. Acapkali outdoor ditempatkan diluar ruangan
karena mengeluarkan hawa yang panas dan kadangkala suaranya yang
berisik.
Kelebihan AC Split Wall :
1) Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar,
misalnya pada ruangan yang posisinya ditengah pada bangunan Ruko,
karena condenser yang terpasang pada outdoor bisa ditempatkan
ditempat yang berhubungan dengan udara luar jauh dari ruangan yang
didinginkan.
2) Suara didalam ruangan tidak berisik.

Kekurangan AC Split Wall:


1) Pemasangan pertama maupun pembongkaran apabila akan dipindahkan
membutuhkan tenaga yang terlatih.
2) Pemeliharaan/perawatan membutuhkan peralatan khusus dan tenaga
yang terlatih.
3) Harganya lebih mahal.
 AC Window

AC Window adalah AC yang berbentuk kotak dan dalam


pengoperasiannya tidak menggunakan remote. Karena tombol kontrol
sudah terintegrasi dengan AC ini. AC ini hanya terdiri dari satu bagian yaitu
unit itu sendiri dan tidak ada istilah outdoor dan indoor AC.
AC ini sudah tidak diproduksi lagi karena dianggap sudah
ketinggalan jaman dan karena tidak ada unit outdoor yang membuat AC ini
tidak praktis. Kapasitas AC ini mulai dari 0.5 pk - 2.5 pk.

 AC Sentral

Pada AC jenis ini, udara dari ruangan/bangunan didinginkan pada


cooling plant diluar ruangan/bangunan tersebut kemudian udara yang telah
dingin dialirkan kembali kedalam ruangan/bangunan tersebut. AC jenis ini
biasanya dipergunakan di hotel atau mall.
 AC Standing Floor
AC Standing Floor adalah AC yang unit Indoonya berdiri dan
mudah dipindahkan. Karena kepraktisannya ini, AC ini sering digunakan
dalam acara-acara seperti acara ulang tahun, perkawinan, hajatan dan acara
lainnya.
AC ini bisa dioperasikan dengan remote control. AC ini mempunyai
bagian Indoor dan bagian Outdoor. Kapasitas AC ini mulai dari 2pk - 5pk.
 AC Cassette

Jenis AC Cassette ini, indoornya menempel di plafon. jenis AC


Cassette dengan berbagai ukuran mulai dari 1.5pk sampai dengan 6pk.
Cara pemasangan ac ini memerlukan keahlian khusus dan tenaga
extra, tidak seperti memasang ac rumah atau ac split, yang bisa dipasang
sendirian.
 AC Split Duct

AC Split Duct merupakan AC yang pendistribusian hawa dinginnya


menggunakan Sistem Ducting. Ini artinya, AC Split Duct tidak memiliki
pengatur suhu sendiri-sendiri melainkan dikontrol pada satu titik!. Tipe AC
ini biasanya digunakan di Mall atau gedung-gedung yang memiliki ruangan
luas.
AC Split Duct tidak pernah terlepas dari sistem Ducting yang
merupakan bagian penting dalam sistem AC sebagai alat penghantar udara
yang telah dikondisikan dari sumber dingin ataupun panas ke ruang yang
akan dikondisikan. Perkembangan desain ducting untuk AC hingga saat ini
sangat dipengaruhi oleh tuntutan efisiensi, terutama efisiensi energi,
material, pemakaian ruang, dan perawatan.
Kelebihan AC Split Duct :

1) Suara didalam ruangan tidak berisik sama sekali.


2) Estetika ruangan terjaga, karena tidak ada unit indoor.

Kekurangan:
1) Perencanaan, instalasi, operasi dan pemeliharaan membutuhkan tenaga
yang betul-betul terlatih.
2) Apabila terjadi kerusakan pada waktu beroperasi, maka dampaknya
dirasakan pada seluruh ruangan.
3) Pengaturan temperatur udara hanya dapat dilakukan pada sentral
cooling plant. Biaya investasi awal serta biaya operasi dan pemeliharaan
tinggi.
 AC Inverter
AC Inverter merupakan jenis AC Split yang menggunakan teknologi
inverter. Inverter yang terdapat di dalam unit AC merupakan alat /
komponen untuk mengatur kecepatan motor-motor listrik. Disini
Inverternya terdiri dari Rectivier dan Pulse-width modulator. Dengan
menggunakan Inverter, motor listrik menjadi variable speed, kecepatannya
bisa diubah-ubah atau disetting sesuai dengan kebutuhan. Jadi
dibandingkan AC Split biasa, type AC Inverter lebih hemat listrik ± 60%
 AC VRV

VRV = Variable Refrigerant Volume merupakan sistem kerja


refrigerant yang berubah-ubah. VRV system adalah sebuah teknologi yang
sudah dilengkapi dengan CPU dan kompresor inverter dan sudah terbukti
menjadi handal, efisiensi energi, melampaui banyak aspek dari sistem AC
lama seperti AC Sentral, AC Split, atau AC Split Duct. Jadi dengan VRV
System, satu outdoor bisa digunakan untuk lebih dari 2 indoor AC serta
dapat mengatur jadwal dan temperatur AC yang diinginkan secara
terkomputerisasi.
3. Air bersih dan Air kotor
Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus
dimasak terlebih dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air
permukaan, mata air, dan air tanah. Sedangkan Air kotor adalah air yang tidak
hanya sadah, tetapi juga mengandung zat padat atau cair hasil pembuangan limbah
seperti sampah, bangkai, air bekas mencuci, limbah rumah tangga, dll.
a. Sistem Instalasi Air Bersih
Sistem penyedian air bersih harus memenuhi beberapa persyarakat
utama.Persyarakat tersebut meliputi persyaratan kualitatif, persyaratan
kuantitatif dan persyaratan kontinuitas. Kebutuhan air bersih adalah banyaknya
air yang diperlukan untuk melayani penduduk yang dibagi dalam dua klasifikasi
pemakaian air, yaitu untuk keperluan domestik (rumah tangga) dan non
domestic.
a) Sistem sambungan langsung
Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana, pipa distribusi
kebangunan langsung dengan, pipa cabang dari sistem penyediaan air
minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM).
Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini
hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem, ini
adalah, air yang berasal dan pipa cabang sistem penyediaan air minum
secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM).

Gambar Sistem sambungan langsung.


b) Sistem tangki tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa.
Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumur
atau yang telah ditampuag dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu
bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam tangki tertutup
tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dan tangki tertutup tersebut
dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara
otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang menutup/membuka
saklar motor listlik penggerak pompa. Pompa berhenti bekeria kalau
tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum yang
ditetapkan, dan bekerja kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai
suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan biasanya
ditetapkan antard 1,00 kg/cm2 sampai 1,50 kg/cm2 Pada umumnya sumber
air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari reservoir
bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dan PDAM
dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).

Gambar Sistem tangki tekan.

Gambar Sistem tangki tekan.


c) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat
diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap dipompakan ke tangki
atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang di simpan di atas atap atau
dibangunan yang tertinggi, dan bias juga berupa menara air. Pada umumnya
sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah air yang berasal dari
reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDANI atau dari sumur atau dari
PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Agar supaya system
penyediaan air minum di dalam bangunan gedung (plumbing air minum)
dapat berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi beberapa persyaratan
diantaranya adalah :
 Syarat kualiitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plumbing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu
syarat fisik, Syarat kirmiawi?', dan syarat baktereiologi, yang sesuai
dengan peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.
 Syarat kuantitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plumbing air minum:, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu
kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum
bangunan gedung tersebut.
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan
gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :
1) Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun vang tidak
permanen.
2) Unit beban alat plumbing .
3) Luas iantai bangunan .
Gambar Sistem Tangki Atap.

Gambar Sistem Tangki Atap.


 Syarat tekanan
Tekanan air yang berada pada sistem, plumbing (pada pipa) tekanannya
harus sesuai dengan kctentuan yang berlaku, diantaranya vaitu : antara 2,5
kg/cm2 atau 25 kolom air (mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom
air (mka) untuk perumahan dan hotel 4,0 kg/cm2 atau 40 meter kolom air
(mka) sampai 5,0 kg/cm2 atau 50 meter kolom air (mka) untuk
perkantoran. Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat.
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat maka
tekanan air dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan
menggunakan tangki atap) akan sangat besar yaitu sebasar 64 X 3,50 m =
224 meter kolom air (mka). Oleh karena itu, agar air tidak, melampoi
batas yang ditentukan, maka bangunan tersebut harus dibagi dimana
setiap zona tekanan airnya tidak melarnpoi tekanan yang yang telah
ditentukan.

Distribusi Air Bersih


a. Distribusi air tertutup
Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat
yang bersifat vertikal secara struktur maupun jenis bangunan bentang lebar
tentunya memerlukan sistem transportasi berupa supplai air bersih yang
direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi
kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air pada bangunan tinggi
dimulai dari pengambilan air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan
dilanjutkan dengan pembuatan penampung air atau biasa disebut dengan
Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan
(Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa
penampungan yang berupa bak besar dengan ukuran volume yang
disesuaikan dengan kebutuhan air pada gedung. Kemudian dilanjutkan
dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang
bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistibusikan melalui
sistem perpipaan ke setiap lantai sesuai dengan desain pada titik-titik
pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah baik untuk
keperluan WC misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam
renang, kran air bersih, hydran, sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan
interval ketinggian yang cukup tinggi biasanya dibuat sistem distribusi air
dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali sesuai kemampuan daya
pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan sistem
penampungan transisi pada daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan
karena keterbatasan kemampuan pompa untuk menyupplai air pada elevasi
gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah dilatasi/transisi
untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.
Gambar: Distribusi Air Bersih
b. Distribusi air terbuka
Distribusi air tertutup contohnya yaitu sumur.

Gambar: Distribusi air terbuka


Kebutuhan air
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh
penghuninya ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan
fasilitas bangunan.
Kebutuhan air didasarkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak. Untuk keperluan mandi, buang
air kecil dan air besar. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan, tangan, cuci
perlatan dan untuk proses seperti industry
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling/AC, kolam renang,
air mancur taman
c. Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler
Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan bangunan
dan jumlah penghuninya. Besar kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan manusia
dihitung rata-rata perorang per hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan
untuk kegiatan manusia tersebut.
Tabel Kebutuhan air menurut tipe bangunan

TIPE BANGUNAN LITER/HARI


Sekolahan 57
Sekolahan+Kafetaria 95
Apartemen 133
Kantor 57-125
Taman Umum 19
Taman dan shower 38
Kolam renang 38
Apartemen mewah 570/unit
Rumah susun 152/unit
Hotel 380/kamar
Pabrik 95
Rumah sakit umum 570/unit
Rumah perawat 285/unit
Restoran 95
Dapur hotel 38
Motel 190/tmpt tidur
Drive in Pertokoan 19/mobil
Servis station 38
Airprt 11-19/penumpang
Gereja 19-26/tmpt duduk
Rumah tinggal 150-285

b. Sistem Instalasi Air Kotor


Air kotor ini tidak dapat digunakan secara langsung apalagi untuk
dikonsumsi. Tetapi, bukan berarti air kotor tidak dapat dimanfaatkan, air ini bisa
digunakan setelah mengalami pengolahan. Seperti di kota-kota besar di mana
warga sulit mendapat air. Maka dengan pengolahan air sungai akan diperoleh air
yang layak digunakan dan juga dikonsumsi.

Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu:

 Sistem individu (on site)


 Sistem terpusat (off site)

Sistem pembuangan air kotor adalah sistem pembuangan untuk air buangan
yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air buangan yang mengandung kotoran
manusia dari alat plambing lainnya (black water).

Sedangkan sistem pembuangan air bekas adalah sistem pembuangan untuk


air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur dan lainnya (grey
water). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol umum yang dapat menampung
air bekas, maka dapat di gabungkan ke instalasi air kotor terlebih dahulu.
Sistim Plumbing pada Bangunan Bertingkat

Sistim Plumbing yang ditampung terlebih dahulu pada STP


Bagian-bagian Sistem Pembuangan :

 Alat-alat plambing yang di gunakan untuk pembuangan seperti bathtub,


wastafel, bak-bak cuci piring, cuci pakaian, kloset, urinal, bidet, dsb.
 Pipa-pipa pembuangan.
 Pipa ven.
 Perangkap dan penangkap (interceptor).
 Bak penampung dan tangki septic.
 Pompa pembuangan.

4. Transportasi dalam Bangunan


Dalam bangunan tinggi transportasi meliputi lift (eskalator, US), elevator
dan tangga. Akibatnya sifatnya yang banyak memakan ruang vertikal secara
menerus, desain sistem transportasi vertikal menjadi tuntutan awal dalam desain
bangunan tinggi. Sebagai tambahan, teknologi transportasi vertikal selalu
berkembang yang menyebabkan berkembangnya pula spesifikasi alat transportasi
yang disediakan pabrikan.
a. Lift
Tata Letak Lift (UK) atau Elevator (US)
Secara umum (tidak mengikat) syarat dalam mendesain sistem transportasi
lift adalah sebagai berikut:

1. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3 tingkat.


2. Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat jika ada
pengguna manula dan atau difabel.
3. Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.
4. Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
5. Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu tunggu tidak
terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan melebihi 15 lantai
(sistem zona lift). Express lift mem-bypass lantai-lantai bawah dan
langsung berhenti di lantai 16, 17, 18, dst.
6. Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai. Skylobby adalah
lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan berpindah ke lift-lift
lokal yang berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan
ruang core/shaft lift bisa tetap.

Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka lebar lobby dibuat sekitar
3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu deret lobby sebaiknya tidak lebih
dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa dengan mudah melihat lift yang
terbuka atau tersedia.

Menurut fungsinya, lift dibagi menjadi :


1. lift penumpang ( passenger elevator ), digunakan untuk mengangkut manusia.
2. lift barang ( fright elevator ), digunakan untuk mengangkut barang.
3. lift uang/ makanan (dump waiters ).
4. lift pemadam kebakaran, seringkali lift ini juga difungsikan untuk mengangkut
barang.
Lift – lift dipasang dalam bangunan, karena sifatnya umum harus mengacu
pada peraturan – peraturan daerah. Untuk menentukan kriteria perancangan lift
penumpang, yang menjadi pokok perhatian antara lain tipe dan fungsi bangunan,
banyaknya lantai, luas tiap lantai, dan intervalnya. Selain itu perlu juga dibedakan
kapasitas (car/kg), jumlah muatan dan kecepatan.

Kapasitas (car/kg) Jumlah Muatan Kecepatan

900 13 org 40 m/mnit


1000 15 org 60 m/mnit
1150 17 org 90 m/ mnit
1350 20 org 105 m/mnit

Makin tinggi bangunannya, makin tinggi pula kecepatanya. Kapasitas,


jumlah muatan dan kecepatan untuk masing – masing lift berbeda, tergantung
pabrik pembuatnya.

Kecepatan & berat lift

Dalam peraturan bangunan khususnya untuk lift, ketepatan berangkat dan


berhentinya lift harus tanpa sentakan yang mengganggu penumpang, sehingga
kecepatan dan berat akan menentukan kenyamanan dalam menggunakan lift.

JUMLAH LANTAI KECEPATAN LIFT


(m/menit)
4 s/d 10 60 – 150
10 s/d 15 180 – 210
15 s/d 20 210 – 240
20 s/d 50 270 – 360
Untuk Rumah Sakit 150 – 210

Ukuran berat tergantung besar dan jumlah penumpang yang dapat


ditampung :
4 orang – berat 320 kg
8 orang – berat 630 kg
13 orang – berat 1000 kg
b. Eskalator

Eskalator atau yang lazim disebut sebagai tangga berjalan, adalah sebuah
alat transpotasi konveyor untuk membawa orang antaralantai bangunan. Peralatan
ini terdiri dari motor yang menggerakkan rantai, dan terhubung dengan anak-anak
tangga yang saling terkait sedemikian rupa, sehingga anak-anak tangga tersebut
tetap berposisi horizontal.

Eskalator digunakan untuk menggantikan elevator atau lift tidak efisien


kalau dipakai, atau agar orang yang mempergunakan tetap dapat memperhatiakn
sekeliling pada saat memakai. Karena hal tersebut, maka tempat yang banyak
memakai adalah pusat perbelanjaan, hotel, pusat konvensi, department store,
bandara dan bangunan-bangunan public

Keuntungan dari eskalator banyak. Peralatan ini memiliki kapasitas untuk


memindahkan sejumlah besar orang, dan dapat ditempatkan dalam ruang fisik yang
sama seperti yang bisa memasang tangga. Mereka tidak menunggu interval (kecuali
selama lalu lintas yang sangat padat), pealatan ini dapat digunakan untuk
membimbing orang menuju pintu keluar utama atau pameran khusus, dan mungkin
tahan cuaca untuk penggunaan di luar ruang.

Eskalator, seperti trotoar bergerak, yang didukung oleh motor arus bolak-
balik (AC motor) berkecapatan konstan dan bergerak di sekitar 1-2 kaki (0,30-0,61
m) per detik. Maksimum sudut kemiringan eskalator ke lantai tingkat horizontal
adalah 30 derajat dengan kenaikan standar sampai dengan sekitar 60 kaki (18 m).
Eskalator modern menggunakan satu kesatuan anak tangga dari alumunium atau
baja yang bergerak dan terhubung, sehingga menghasilkan gerak yang tidak
terputus. Berikut ini gambar bagian dari eskalator.
Motor elektrik berfungsi untuk menggerakkan drive gear yang dimana
fungsi utamanya menggerakkan rantai penggerak anak tangga (chain guide), serta
menggerakkan penggerak pegangan tangga (handrail drive). Untuk membantu
gerak chain guide, dipasang roda gigi tambahan disebut return wheel. Sedangkan
rel bagian dalam untuk menambah kekuatan dari anak tangga, mengubah posisi
anak tangga apakah horisontal (pada saat di bagian atas), atau miring (pada saat di
bagian bawah) dan agar tetap pada jalurnya.

Komponen pegangan tangga yang terbuat dari karet pada bagian terluarnya
(handrail belt), memiliki struktur yang cukup kompleks. Pada bagian dalamnya
terdapat sabuk besi yang menjaga agar kuat menahan tarikan dari handrail drive,
menjaga agar tetap pada jalurnya, dan melindungi dari vandalisme (berusaha
memotong karet handrail).

Hal ini terkait dengan kecepatan orang untuk melangkah ke Eskalator,


dimana kecepatan melangkah ini tergantung pada lebar eskalator. Kecepatan
eskalator  0,75 m/dtk sehingga peningkatan kecepatan Eskalator akan
memperbesar kapasitasnya.

Berikut adalah daftar yang memperlihatkan perkiraan kapasitas Eskalator


yang digunakan dalam satu bangunan dan pemakaian teratur.

Lebar Lebar max Lebar Perkiraan kapasitas (orang/menit)


tangga anatara seluruhnya
Kecepatan (m/dtk)
(m) sandaran (m)
0,45 0,60 0,75
tangga (m)
0,60 0,85 1,25 65 90 95
0,80 1,05 1,45 95 120 125
1,00 1,25 1,65 125 150 155
“Daftar perkiraan lebar dan kapasitas Eskalator”

Untuk kebutuhan lainnya dapat digunakan angka standar 60


orang/menit.Jika Eskalator ditempatkan pada kompartement anti kebakaran, maka
perlu dilengkapi dengan pelindung yang dapat menutup sendiri. Umumnya
Eskalator tidak dipakai sebagai tempat untuk menyelamatkan diri dari bahaya
kebakaran.

c. Tangga
Ukuran Standar:

Umumnya Eskalator dipasang dengan kemiringan >10 atau sesuai standart


perbandingan antara datar dan ketinggian 30° – 35°. Panjang Eskalator disesuaikan
dengan kebutuhan; lebar untuk 1 orang 60cm. dan untuk 2 orang 100cm – 120cm.
Menurut peraturan yang diterapkan di Inggris, sudut ketinggian dieskalator
dibatasi hingga 30°, apabila tangga tidak lebih dari 6 M dan kecepatan 0,5 m/dtk.
Dalam keadaan tertentu sudut tersebut tidak boleh lebih dari 30º . Menurut
standar Inggris (BS), lebar tangga max 1050 cm dan minimal 600cm.

Syarat tangga :

 Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38 derajat.


 Jika jumlah anak tangga lebih dari dua belas anak tangga, maka harus memakai
bordes.
 Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm, sedangkan untuk dua orang
110-120cm.
 Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm.

d. Tangga Darurat

Bangunan gedung harus disediakan sarana vertikal selain lift, seperti tangga
darurat. Dalam Bab 1 butir 69 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
26/PRT/M/2008, tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk
penyelamatan bila terjadi kebakaran.

Tangga darurat di luar gedung


Tangga darurat di dalam gedung
Dalam perencanaan tangga darurat/tangga kebakaran ada beberapa kriteria
yang disyaratkan untuk digunakan dalam perancangan menurut Juwana (2005:139)
dan dalam Bab 3 butir 3.8.1.1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
26/PRT/M/2008 bahwa semua tangga darurat, terutama pada bangunan tinggi harus
aman dan terlindung dari api dan gas panas yang beracun.
Pada SNI 03-1746-2000 butir 5.2 kriteria tangga darurat, antara lain:

Konstruksi

 Semua tangga yang digunakan sebagai sarana jalan ke luar sesuai persyaratan,
harus dari konstruksi tetap yang permanen.
 Setiap tangga, panggung (platform) dan bordes tangga dalam bangunan yang
dipersyaratkan dalam standar ini untuk konstruksi kelas A atau kelas B harus
dari bahan yang tidak mudah terbakar.

Bordes tangga

 Tangga dan bordes antar tangga harus sama lebar dengan tanpa pengurangan
lebar sepanjang arah lintasan jalan ke luar. Dalam bangunan baru, setiap bordes
tangga harus mempunyai dimensi yang diukur dalam arah lintasan sama dengan
lebar tangga. Pengecualian: Bordes tangga harus diijinkan untuk tidak lebih
dari 120 cm (4 ft) dalam arah lintasan, asalkan tangga mempunyai jalan lurus.
Permukaan anak tangga dan bordes tangga

 Anak tangga dan bordes tangga harus padat, tahanan gelincirnya seragam, dan
bebas dari tonjolan atau bibir yang dapat menyebabkan pengguna tangga jatuh.
Jika tidak tegak (vertikal), ketinggian anak tangga harus diijinkan dengan
kemiringan di bawah anak tangga pada sudut tidak lebih dari 30 derajat dari
vertikal, bagaimanapun, tonjolan yang diijinkan dari pingulan harus tidak lebih
dari 4 cm (1½ inci).
 Kemiringan anak tangga harus tidak lebih dari 2 cm per m (¼ inci per ft )
(kemiringan 1 : 48).
 Ketinggian anak tangga harus diukur sebagai jarak vertikal antar pingulan anak
tangga.
 Kedalaman anak tangga harus diukur horisontal antara bidang vertikal dari
tonjolan terdepan dari anak tangga yang bersebelahan dan pada sudut yang betul
terhadap ujung terdepan anak tangga, tetapi tidak termasuk permukaan anak
tangga yang dimiringkan atau dibulatkan terhadap kemiringan lebih dari 20
derajat (kemiringan 1 : 2,75)

Pengukuran tinggi anak tangga dengan kemiringan kedepan

Pengukuran tinggi anak tangga dengan kemiringan ke belakang


Kedalaman anak tangga

Pengukuran anak tangga dengan tumpuan yang stabil

Pengukuran anak tangga dengan permukaan injakan yang tidak stabil

 Pada pingulan anak tangga, pemiringan atau pembulatan harus tidak lebih dari
1,3 cm (½ inci) dalam dimensi horizontal
 Harus tidak ada variasi lebih dari 1 cm (3/16 inci) di dalam kedalaman anak
tangga yang bersebelahan atau di dalam ketinggian dari tinggi anak tangga yang
bersebelahan, dan toleransi antara tinggi terbesar dan terkecil atau antara anak
tangga terbesar dan terkecil harus tidak lebih dari 1 cm (3/8 inci) dalam
sederetan anak tangga. Pengecualian: Apabila anak tangga terbawah yang
berhubungan dengan kemiringan jalan umum, jalur pejalan kaki, jalur lalu
lintas, mempunyai tingkat ditentukan dan melayani suatu bordes, perbedaan
ketinggian anak tangga terbawah tidak boleh lebih dari 7,6 cm (3 inci) dalam
setiap 91 cm (3 ft) lebar jalur tangga harus diijinkan.

5. System Pemadam Kebakaran

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung


sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
sprinkler, sistem hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu
digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri
dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
Ada 3 pompa yang digunakan dalam sistem sprinkler dan Hydran, yaitu
elektrik pump, diesel pump dan jockey pump.

a) Jockey Pump
Jockey pump berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi, dan secara
otomatis akan bekerja apabila ada penurunan tekanan. Dan jika ada head
sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka yang bekerja secara
otomatis pompa elektrik bekerja, dan secara otomatis pula jockey pump akan
berhenti bekerja. Pompa elektrik pump (atau elektrik pump) merupakan pompa
utama yang bekerja bila head sprinkler atau hydran digunakan. Sedang pompa
diesel merupakan pompa cadangan, jika pompa elektrik gagal bekerja selama
10 detik, maka secara otomatis pompa ini akan bekerja.
b) Sprinkler
Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head
sprikler sebagai alat utama untuk memadamkan kebakaran.
Sistem ada 2 macam, yaitu:
1) Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan
dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
2) Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air
bertekanan, peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis
jika instalasi fire alar memerintahkannya.
Pada umumnya gedung bertingkat tinggi menggunakan sistem wet
riser, seluruh pipa sprinkler berisikan air bertekanan, dengan tekanan air selalu
dijaga pada tekanan yang relatif tetap.
Apabila tekanan dalam pompa menurun, maka secara otomatis jockey
pump akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan
terus menurun atau ada glass bulb head sprinkler yang pecah maka pompa
elektrik akan bekerja dan secara otomatis pompa jockey akan berhenti. Dan
apabila pompa elektrik gagal bekerja setelah 10 detik, maka pompa cadangan
diesel secara otomatis akan bekerja.
c) Hydrant
Instalasi pipa hydrant berfungsi untuk mengatasi dan menaggulangi
kebakaran secara manual dengan menggunakan hydrant box , hydrant box
ini tersedia pada setiap lantai dengan beberapa zone /tempat.
Pada hydrant box terdapat fire hose[ selang ] ,nozzle, valve, juga
terpasang alat bantu control manual call point, alarm bell serta indicating
lamp dan untuk diluar gedung [ area taman / parkir ] terpasang hydrant pillar
serta hose reel cabinet.
6. Sistem Utilitas Sampah

Utilitas bangunan merupakan suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang


digunakan untuk menunjang tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan,
keselamatan, kemudahan komunikasi dan mobilitas dalam bangunan. Dalam desain
bangunan harus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang
dikoordinasikan desain yang lain seperti desain arsitektur, struktur, interior dan
desain lain.

Sistem utilitas pada bangunan gedung terdiri atas sistem plambing dan
sanitasi,pencegahankebakaran,pengudaraan/penghawaan,penerangan/pencahayaan
,telepon, CCTV dan sekuriti, penangkal petir, tata suara, transportasi dalam
bangunan, landasan helikopter, pembuangan sampah dan sistem alat pembersih
bangunan.

Pengelolaan sampah adalah Pengumpulan, Pengangkutan, Pemrosesan,


Pendaul-ulangan atau Pembuangan dari Material Sampah. Pengolahan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dari keahlian khusus
untuk masing-masing jenis zat.Limbah sampah merupakan buangan dari bangunan-
bangunan, khususnya bangunan yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu,
seperti pabrik, hotel, restoran dan supermarket.

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

a. Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis


b. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup.

Komponen dalam Sistem Pembuangan Sampah

Komponen-komponen dalam sistem pembuangan sampah itu sendiri


tidak terlalu banyak. Salah satu hal paling penting dan paling mendasar yang
diperlukan diantaranya yaitu tempat sampah maupun lokasi untuk penampungan
sampah. Pembagian jenis tempat sampah pada saat sekarang ini juga sudah
mengalami peningkatan pesat. Pembagian jenis tempat sampah dapat dibedakan
melalui beberapa hal diantaranya sebagai berikut.
 Berdasarkan jenis sampah Cair - Padat
Disposal (sampah) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Disposal Padat
Adapun disposal padat pada
golongan ini adalah kertas-kertas,
kaleng-kaleng, puntung rokok, plastik
dan potongan logam.
2. Disposal Cair
Adapun sisa pembuangan sampah
cair ini seperti sisa-sisa makanan.

 Berdasarkan Jenis Sampah Organik - Non Organik


Pembagian sampah berdasarkan jenis ini dapat dibedakan berdasarkan
fungsi sampah tersebut. Yaitu sampah yang dapat di daur ulang atau digunakan
kembali (Sampah Organik) dan sampah yang sulit untuk di daur ulang (Sampah
Non-Organik).
Selain itu sering juga kita temui jenis
sampah Non-Organik yang tidak dapat
ditaruh di tempat yang sama dengan
sampah lainnya, yang sering kita sebut
dengan sampah pecah belah.
Sistem pembuangan sampah

a. Pewadahan
Pada pewadahan sampah di kumpulkan dari bak-bak sampah kecil yang
akan di kumpulkan menjadi satu pada bak sampah utama, yang dimana
nantinya pada bak sampah utama akan di kumpulkan pada tps yang di
sediakan oleh perumahan.

Gambar 3.14. Bak sampah utama


Sumber: google.co.id

b. Pengumpulan
Pada bak-bak sampah utama kemudian diangkut menggunakan motor
sampah menuju kontainer sampah.
c. Pengangkutan
Berikutnya pengangkutan sampah dari kontainer sampah yang ada di
angkut menggunakan truck sampah, lalu diangkut menuju TPA.
Gambar 3.17. Truck Pengangkut sampah
Sumber: Hasil Observasi

d. Pengolahan dan Pembuangan Akhir


Selanjutnya pengolahan sampah pada TPA. Sampah-sampah yang masuk
pada TPA diolah dengan beberapa metode, yaitu incenerate, open
dumping, dan senetary landfill.

Gambar 3.18. TPA Suwung


Sumber: google.co.id
7. Sistem CCTV

CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit Television. Yang di


artikan secara harafia adalah jalur televisi tertutup, yang dalam pengertiannya
bahwa sebuah CCTV sistem bersifat tertutup dari lingkungan umum, atau kata lain
yang dapat mengakses CCTV sistem tersebut adalah hanya bagian atau orang
tertentu saja. Kamera CCTV dapat dibedakan berdasarkan jenis output, lokasi
penempatan, waktu penggunaan, mekanisme control, dan resolusi. Mengacu pada
jenis output, Kamera CCTV dapat digolongkan menjadi Analog dan Digital.

Gambar CCTV

 Camera CCTV Analog yaitu kamera yang mengirimkan continuous


streaming video melalui Kabel Coaxial.

 Camera CCTV Digital yaitu kamera yang mengirimkan discrete streaming


video melalui Kabel UTP. Camera CCTV Digital umumnya dilengkapi dengan
IP Address sehingga sering pula dikenal sebagai IP (Network) Camera.
Dengan adanya IP, kamera bisa dapat langsung diakses melalui jaringan
LAN/WAN tanpa harus menggunakan tambahan converter.

Berdasarkan lokasi penempatan, Kamera CCTV dapat dibedakan menjadi


indoor dan outdoor camera.

 Indoor Camera adalah kamera yang ditempatkan di dalam gedung, umumnya


berupa Dome (Ceiling) Camera, Standard Box Camera.

 Outdoor Camera adalah kamera yang ditemptkan di luar gedung dan


memiliki casing yang dapat melindungi kamera terhadap hujan, debu, maupun
temperatur yang extreme. Umumnya berupa Bullets camera yang telah
dilengkapi dengan Infra Red Led (Infra Red Kamera). Disamping outdoor
camera, standard box camera juga sering kali ditempatkan di luar dengan
menggunakan tambahan Outdoor Housing.

Waktu Penggunaan merupakan faktor yang penting diperhatikan saat


memilih Kamera CCTV. Kemampuan Kamera CCTV untuk dapat menangkap
gambar pada pencahayaan minimum dinyatakan sebagai minimum lux, yaitu
minimum satuan cahaya (lux) yang diperlukan Kamera CCTV agar dapat
menangkap obyek. Secara umum terdapat 2 jenis kamera cctv berdasarkan waktu
penggunaan (minimum lux):

 Standard Day Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk


memonitor ruang yang memiliki tingkat penerangan cukup baik secara
konsisten (di atas 0.5 lux).

 Day-Night Camera CCTV yaitu kamera yang digunakan untuk memonitor


ruang yang memiliki tingkat penerangan kurang (di bawah 0.5 lux terus
menerus ataupun sebagian waktu)
Mekanisme control pada kamera cctv memungkinkan pengguna
menggerakkan sudut pandang kamera secara vertical, horizontal, maupun
mengatur jarak pandang (focus). Berdasarkan mekanisme kontrol ini kamera dapat
dibagi menjadi:

 Motorized Camera CCTV yaitu kamera yang dilengkapi dengan motor untuk
menggerakan sudut pandang ataupun focus secara remote. Motorized kamera
meliputi beberapa jenis kamera seperti: zoom camera dan speed dome camera.

 Fixed Camera CCTV yaitu kamera yang sudut pandang dan fokusnya harus
disetting secara manual pada saat instalasi.

Faktor lain yang juga sangat penting dalam menentukan kamera cctv
adalah resolusi kamera. Resolusi ini dinyatakan dalam jumlah TV Lines (TVL),
semakin besar jumlah TVL maka akan semakin tinggi resolusi kamera yang
bersangkutan. Kamera yang memiliki resolusi yang semakin tinggi akan
menghasilkan gambar yang semakin tajam. Namun kamera beresolusi tinggi juga
membutuhkan monitor dengan resolusi tinggi untuk dapat menampilkan gambar
yang ditangkap oleh kamera secara utuh. Berdasarkan resolusinya kamera dapat
dibedakan menjadi 3 jenis:

 High Resolution: kamera yang memiliki resolusi di atas 480 TVL.

 Standard Resolution: kamera yang memiliki resolusi 380 – 480 TVL.

 Low Resolution: kamera yang memiliki resolusi dibawah 380 TVL.

Semua faktor tersebut di atas akan mempengaruhi jenis kamera cctv secara
fungsional, di samping faktor di atas terdapat pula faktor lain yang juga sangat
mempengaruhi kualitas Kamera CCTV seperti Jenis Images Sensor dan Jenis
Arsitektur Chipset. Jenis Image Sensor yang banyak digunakan saat ini adalah
CCD dan CMOS, sedangkan jenis arsitektur chipset yang banyak digunakan pada
Kamera CCTV adalah chipset Sony, Sharp, dan Panasonic.
Kegunaan
CCTV sering digunakan untuk pengawasan (surveilans). Bisnis, kantor,
sekolah, dan bahkan tempat tinggal dapat menggunakan CCTV. Tempat yang
paling sering memanfaatkan CCTV adalah bank, bandara, kasino, instalasi militer,
sekolah, toko-toko, dan rumah sakit. Lebih terbuka tempatnya, semakin sering
menggunakan CCTV. Beberapa uraian manfaat CCTV berikut bisa dijadikan
pertimbangan saat Anda akan memilih CCTV.
Beberapa kegunaan CCTV adalah:

 Upaya Preventif : Pelaku kejahatan biasanya menjadi ragu kalau


melihat sasarannya mempunyai CCTV. Banyak bangunan besar yang
memiliki beberapa ceruk pada eksterior menggunakan sistem CCTV ini. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa ada beberapa wilayah di sekitar gedung tempat
seseorang bisa bersembunyi dan menyerang orang yang tidak curiga. Jika
rumah memiliki gerbang, CCTV bisa dimanfaatkan sehingga orang di dalam
bangunan dapat melihat siapa yang berusaha untuk masuk dan mencegah
kemungkinan yang tidak diinginkan.

 Alat Pantau : Untuk memonitor keadaan dan aktivitas di dalam rumah atau
tempat usaha Anda dari mana saja.

 Meningkatkan Kinerja : CCTV dapat meningkatkan kinerja karyawan dengan


signifikan. Karyawan akan sungkan untuk berleha-leha ketika jam kerja.
Mungkin juga karyawan Anda malah akan terpicu untuk semakin
meningkatkan kinerjanya karena ingin menunjukkan pada Anda bahwa dia
bisa.

 Membantu Penyelidikan : CCTV dapat menunjang penyelidikan tindak


kejahatan yang telah terjadi. Membantu pihak berwajib mengidentifikasi pelaku
kejahatan atau penyebab kecelakaan.
 Barang Bukti : Hasil rekaman video dan foto dari CCTV dapat dijadikan
barang bukti. Ketika Anda melaporkan tentang pencurian atau kecelakaan, hasil
rekaman dan foto dari CCTV dapat menunjukkan siapa pelakunya.

8. Instalasi Listrik

Instalasi listrik merupakan suatu rangkaian dari peralatan listrik yang saling
berhubungan antar satu dengan yang lain, dan berada dalam satu lingkup system
ketenaga listrikan.Instalasi listrik yang lebih baik adalah instalasi yang aman bagi
manusia dan akrab dengan lingkungan sekitarnya.
Mengingat bahwa listrik dapat pula membahayakan manusia dan dapat
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan, maka selalu diupayakan agar
tenaga listrik yang didistribusikan dapat dilaksanakan secara:
a. Aman bagi manusia dan peralatan
b. Handal dalam arti mampu menyalurkan energy listrik dengan baik bagi
konsumen.
Sebagai kelengkapan dari sebuah gedung, listrik adalah elemen penting dari
bangunan itu sendiri. Oleh karena itu faktor kenyamanan dan keamanan sangat
harus diperhatikan ketika kita melakukan pemasangan instalasi listrik di bangunan
gedung, sehingga dalam penggunaanya tidak menimbulkan masalah. Masalah yang
bisa ditimbulkan dari pemasangan instalasi listrik di bangunan gedung yang salah,
seperti kurang daya, konsleting, alat-alat elekronik yang rusak karena listrik tidak
stabil bahkan bisa ke hal-hal yang fatal seperti kebakaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam cara pemasangan
instalasi listrik pada bangunan gedung seperti jarak antar titik listrik ke titik listrik
lainnya,komponen / peralatan listrikyang dipakai, pembagian daya yang harus
diesuaikan dengan kebutuhan ruangannya masing-masing, dan sebagainya. Bila
semua itu dilakukan dengan cara yang tepat, maka hasinyapun akan dirasakan
langsung, yaitu kondisi aman dan nyaman selama menggunakan listrik. Baik
dalam instalasi listrik di bangunan gedung, ataupun instalasi listrik di gedung
bertingkat harus dilakukan dengan cara yang benar karena resiko yang besar dari
penggunaan listrik yang salah bisa menimpa kita semua.
Standarisasi

Salah satu upaya untuk mendapatkan suatu sistem yang tepat yaitu dengan
ditentukannya suatu standarisasi yang bertujuan untuk mencapai keseragaman
dengan maksud mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Dengan
tercapainya standarisasi, maka peralatan-peralatan listrik dapat dipergunakan
dengan baik dan lebih efisien.
Dua organisasi internasional yang bergerak dibidang standarisasi ini adalah:
1. International Electrotechnical Commission (IEC) untuk bidang teknik listrik.
2. International Organization For Standarisation (ISO) untuk bidang-bidang
lainnya.
Organisasi tersebut menerbitkan publikasi-publikasi yang disebut standar
atau norma. Untuk teknik listrik dikenal norma-norma IEC. Kegiatan standarisasi
di Indonesia dilakukan oleh beberapa departemen untuk bidangnya masing-masing.
Untuk bidang teknik listrik arus kuat usaha standarisasi diprakarsai oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
beberapa instansi lainnya.
Peraturan instalasi yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa
instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene
Voorcshriften Voor Electrische Sterkstrom Instalaties) yang diterbitkan sebagai
Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian
AVE 2004 ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun
1964 sebagai Norma Indonesia NI6 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan
Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama
dan kemudian dilanjutkan untuk PUIL 1977, 1987, dan 2000 sebagai penerbitan
PUIL kedua hingga keempat. Yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi
dari PUIL sebelumnya. Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977, dan 1987 nama
buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik, maka pada penerbitan tahun
2000, namanya menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik dengan tetap
mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUIL.
Disamping itu, PUIL 2000 tidak menyebut pembagiannya dalam pasal,
subpasal, ayat dan subayat seperti pada PUIL edisi sebelumnya. Pembedaan
tingkatnya dapat dilihat dari sistem penomorannya dengan digit. Di samping PUIL
2000, harus diperhatikan peraturan-peraturan lain yang ada hubungannya dengan
instalasi listrik (bagian 1.3 PUIL 2000) antara lain :
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, beserta
peraturan pelaksanaannya
b. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan
c. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pemanfatan Tenaga Listrik
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1993 tentang Usaha Penunjang Listrik
f. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/ 40/M.PE/1990
tentang Instalasi Ketenagalistrikan
g. Peraturan Mentri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/0322/M.PE/1995
tentang Standarisasi, Sertifikat Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan
dan Energi.
h. Standar Perusahaan Listrik Negara (SPLN)
Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi ini adalah agar
pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik, untuk menjamin
keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik, keamanan instalasi listrik beserta
perlengkapannya, keamanan gedung dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan
lingkungan (bagian 1.1 PUIL 2000).
Persyararan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua pengusahaan
instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik sampai dengan 1000V, arus searah
1500 V dan tegangan menengah sampai dengan 35 KV dalam bangunan dan
sekitarnya baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya dengan memperhatikan ketentuan yang
terkait. (Bait 1.2.1 PUIL 2000). Di samping itu, dengan adanya standarisasi tersebut
diatas, maka dapat menjamin tersedianya peralatan-peralatan listrik yang
memenuhi standar dipasaran dan dapat mendorong industri dalam negeri untuk
memproduksi peralatan – peralatan listrik.
Adapun jenis instalasi terbagi atas
1. Instalasi Penerangan
2. Instalasi Daya

Instalasi Daya
Instalasi daya merupakan instalasi listrik yang menggunakan tenaga listrik
untuk melayani mesin-mesin listrik seperti pada motor-motor listrik, pendingin
ruangan, lift dan lain-lain. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan pada
instalasi daya antara lain :
a. Pengaman
b. Penghantar
c. Kontak-kontak
d. Tombol tekan
e. Kontaktor
f. Panel

Instalasi Penerangan
Instalasi penerangan adalah instalasi listrik yang khusus dipergunakan
untuk melayani beban penerangan. Untuk pencahayaan suatu ruangan didasarkan
pada fungsi daripada ruangan tersebut. Kebutuhan peralatan instalasi penerangan
antara lain sebagai berikut :
a. Lampu penerangan
b. Saklar
c. Kontak-kontak
d. Pipa
e. Penghantar
f. Pengaman
g. Kotak sambung
h. Panel hubung bagi (PHB)
i. Fitting
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pemasangan instalasi gedung
bertingkat sebagai berikut :
1. Penghantar

Penghantar adalah bahan yang digunakan untuk menghubungkan suatu


titik ketitik yang lain. Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik adalah
berupa kawat berisolasi atau kabel. Jenis penghantar yang lazim digunakan
adalah tembaga dan aluminium.
1. Kabel Tembaga
Tembaga yang digunakan untuk penghantar pada umumnya tembaga
elektrostatis dengan kemurnian 99,5 %. Tahanan jenis (ñ) yang telah
dijadikan standar internasional sama dengan 0,017241 Ohm mm2/m pada
suhu 200 C.
2. Kabel Aluminium
Aluminium untuk beban penghantar harus pula aluminium murni, yaitu
dengan kemurnian sekurang – kurangnya 99,5 %, juga dengan tahanan jenis
tidak boleh melebihi 0,028264 Ohm mm2/m pada suhu 20o C. berat
aluminium jauh lebih ringan dibanding berat tembaga.
3. Rel ( busbar )
Rel mempunyai sifat kaku dan merupakan penghantar pejal yang dibuat dari
berbagai bentuk seperti segi empat, batang, pipa persegi maupun berongga.
Rel dapat dipasang sebagai penghantar tunggal (satu rel perfasa) atau
berbagai penghantar ganda yakni dua rel atau lebih perfasa.
Aluminium lebih ringan dibanding tembaga, namun kekuatan tarik
aluminium lebih kecil dibanding kekuatan tarik tembaga. Untuk itu penghantar
aluminium yang ukurannya besar dan pemasangannya direntangkan
memerlukan penguat baja atau paduan aluminium pada bagian tengahnya.

Pemilihan Jenis dan Ukuran Penghantar


Ukuran luas penampang penghantar dan jenis penghantar yang dipasang
dalam suatu instalasi penerangan maupun instalasi daya ditentukan
berdasarkan:
1. Kemampuan Hantar Arus (KHA) dari penghantar.
2. Jatuh tegangan yang diperbolehkan.
3. Temperatur Sekitar dan Sifat Lingkungan.
4. Kekuatan Mekanis Penghantar.
5. Kemungkinan perluasan.

Dalam suatu instalasi baik instalasi daya maupun instalasi penerangan


digunakan berbagai jenis kabel, antara lain :

1. Kabel NYM
Kabel NYM adalah penghantar yang terbuat dari tembaga polos berisolasi
PVC, yang uratnya satu hingga lima. Kalau lebih dari satu, urat-uratnya dibelit
menjadi satu dan kemudian diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau plastik
lunak supaya bentuknya menjadi bulat. Lapisan pembungkus inti harus lunak,
supaya mudah dikupas pada waktu pemasangan. Sesudah itu baru diberi selubung
PVC berwarna putih. Untuk pemasangan kabel NYM berlaku ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
1. NYM boleh dipasang langsung menempel pada plesteran atau kayu atau ditanam
langsung pada plesteran, juga diruang lembab atau basah, ditempat kerja atau
gudang dengan bahaya ledakan atau kebakaran.
2. NYM boleh juga dipasang langsung pada bagian-bagian lain dari ruangan
konstruksi, rangka dan sebagainya, asalkan cara pemasangannya tidak merusak
selubung luar kabelnya.
3. NYM tidak boleh dipasang langsung dalam tanah.

2. Kabel NYY
Pada prinsipnya susunan kabel NYY sama dengan susunan kabel NYM.
Hanya saja tebal isolasi dan tebal luarnya serta jenis kompon PVC yang digunakan
berbeda. Warna selubung luarnya hitam, uratnya juga dapat berjumlah satu sampai
lima. Kabel NYY banyak digunakan untuk instalasi industri didalam gedung
maupun dialam terbuka, disaluran kabel dan didalam lemari hubung bagi, apabila
diperkirakan tidak ada gangguan mekanis. NYY juga dapat ditanam dalam tanah,
asalkan diberi pelindung secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan
mekanis.
3. Kabel NYFGbY
Penghantar ini adalah jenis penghantar/kabel tanah thermoplastic berperisai
yang paling banyak digunakan di Indonesia. Uratnya terdiri dari penghantar tembaga
tanpa lapisan timah putih,dengan isolasi PVC. Jumlah uratnya kebanyakan tiga atau
empat dan kadang-kadang dua. Urat-uratnya ini dibelit menjadi satu, Kemudian
diberi lapisan pembungkus inti dari karet atau plastik lunak, dan perisai kawat baja
pipih berlapis seng. Perisai kawat baja ini didikat dengan spiral pita baja berlapis
seng.
Untuk melindungi perisai dari korosi, kabelnya diberi selubung luar PVC
berwarna hitam. Perisai dan kawat baja itu juga berfungsi sebagai pelindung
elektrostatis yang baik, kerena kabel ini kurang fleksibel, kawat baja pipih ini tidak
dapat digunakan perisai kabel ukuran kecil.

Kemampuan Hantar Arus ( KHA )


Yang dimaksud dengan kemampuan hantar arus adalah kemampuan dari
suatu penghantar untuk mengalirkan nilai arus secara terus menerus pada kondisi
tertentu, tanpa menimbulkan perubahan suhu yang melebihi ketentuan.
Berdasarkan PUIL 2000 nomor 7.3 mengenai pembebanan penghantar,
setiap penghantar harus mempunyai kemampuan hantar arus tidak kurang sama
dengan arus yang akan mengalir melaluinya, yaitu yang ditentukan dengan arus
maksimum yang dihitung atau ditaksir. Dengan kata lain KHA maksimum lebih
besar atau sama dengan daripada arus maksimum.

9. Instalasi Telepon

Dengan semakin majunya industri telekomunikasi maka diperlukan


peralatan yang mendukung jalannya proses komunikasi. Dalam perangkat
telekomunikasi untuk keperluan intern atau lokal, misalnya dalam suatu gedung
perkantoran, diperlukan suatu sistem telepon yang dinamakan sistem PABX.
Sistem PABX berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di dalam gedung
(pelanggan) yang terhubung dengan tekom.
Dalam pekerjaan sistem telepon yang termasuk dalam peralatan utama
adalah MDF telepon, PABX, Programing (billing sistem), dan beberapa pekerjaan
yang berhubungan.

1. PABX (Private Automatic Branch Exchange)


PABX atau dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan STO (Sentral Telepon
Otomat) merupakan merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai sentral
telepon, dalam suatu lokasi tertentu, misal perkantoran.
Perangkat ini akan mengatur panggilan yang masuk serta meneruskan
panggilan ke nomor tujuannya, sehingga pengguna dapat dengan mudah
melakukan panggilan ke nomor tujuan.
Terdapat type dan jenis PABX, yaitu:
 PABX Digital
Merupakan PABX yang menggunakan pesawat digital untuk
ekstensionnya. Pesawat digital ini umumnya mendukung beberapa fitur
seperti Confrence call, Paerty dan sebagainya. Pesawat telepon digital
hanya bisa digunakan / dipasangkan dengan PABX yang sama merk / type
pesawat digital itu sendiri
 PABX Analog
PABX yang hanya mendukung pesawat telepon biasa (seperti telepon
rumah), kebalikan dari PABX digital.
 PABX Hybrid
PABX yang bisa menggunakan telepon digital dan analog pada port
ekstensionnya.

2. MDF (Main Distribution Frame)


MDF merupakan kabinet bertemunya seluruh sambungan instalasi
teleponm, baik dari cabang maupun dari luar (CO line). MDF memiliki 2 sisi
koneksi, 1 sisi koneksi untuk kabel dari TB (Terminal Box), IDF maupun
Telkom (CO line), sedangkan sisi lainnya murni dari unit PABX. Kedua sisi
tersebut nantinya dihubungkan menggunakan kabel jamper (hubung), kabel 1
core dililit sepasang, berwarna hitam putih, atau merah biru dan lain-lain.

3. Billing System
Billing System PABX adalah Perangkat tambahan berupa Software dan
Hardware yang dijalankan pada komputer
yang terkoneksi dengan system PABX ( Sentral Telepon ) yang fungsinya
menghitung biaya pemakaian telepon per extension dalam kurun waktu
tertentu. billing system PABX ini diciptakan untuk memantau pemakaian
telepon sebuah perusahaan / hotel secara realtime. Atau dikatakan Billing
System Untuk PABX adalah software untuk memonitor dan menghitung
pemakaian telepon dari PABX, yang digunakan untuk Kantor, Hotel,
Apartemen dan lain-lain.
Telephone billing system juga dapat membantu kantor-kantor dalam
mengawasi pemakaian telepon secara berlebihan dari individu-individu
yang tidak terkontrol dan bukan untuk keperluan dan kebutuhan kantor.
Sehingga dengan telephone billing system kantor dapat mengontrol
pemakaian telepon secara periodik dan sistematis.

10. Sistem Helipad

Helipad adalah landasan untuk helikopter. Karena sifat helikopter yang bisa
mendarat dan terbang secara vertikal, helipad tidak membutuhkan tempat yang
terlalu luas dan bisa berada di mana saja selama tersedia cukup ruang bagi
rotor/baling-baling helikopter. Helipad seringkali ditemui di atap gedung, rumah
sakit, anjungan lepas pantai ataupun di atas kapal perang. Agar kelihatan dari udara
helipad ditandai dengan lingkaran dengan huruf H di tengahnya atau cukup dengan
huruf H saja.
E. STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

1. Struktur
Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada
bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu
keluarga yang bersifat sederhana, ataukah tempat berkumpul atau bekerja bagi banyak
orang, seperti perkantoran, gedung ibadah, hotel, gedung bioskop, stasiun dan
sebagainya. Maka fungsi dari struktur ialah untuk melindungi suatu ruang tertentu
terhadap iklim, bahaya-bahaya yang ditimbulkan alam dan menyalurkannya semua
macam beban ke tanah. Beban-beban yang dipikulnya, berat bahan dari elemen-elemen
beserta berat strukturnya sendiri disalurkan oleh struktur atau kerangka bangunan
kekulit bumi. Kecuali beban tersebut, struktur harus dapt memikul beban lain akibat
dari angin dan gempa bumi.
Struktur Bangunan Gedung adalah oganisasi daripada elemen-elemen ataupun
komponen-komponen bangunan yang mendukung dapat berfungsinya bangunan
gedung dengan baik. Sistem struktur adalah bentuk organisasi daripada elemen-elemen
struktur yang ditujukan untuk menyalurkan beban secara karakteristik.
Struktur dan konnstruksi terbagi menjadi sub struktur dan super struktur:
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower structure) dan
struktur atas (upper structure). Struktur bawah (sub-structure) yang dimaksud adalah
asas dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, sedangkan yang
dimaksud dengan struktur atas (super-structure) adalah struktur bangunan yang berada
di atas permukaan tanah seperti tiang, rasuk, dan bumbung. Setiap komponen tersebut
memiliki fungsi yang tersendiri di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan yang berkonkrit bertulang yang berlantai boleh berlaku
kecacatan terhadap strukturnya jika tidak diuruskan dengan baik. Oleh kerana itu,
pengurusan sesuatu struktur yang tepat dan teliti perlu dilakukan agar dapat memenuhi
kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), dan
ketahanan bangunan (durability).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban
hidup (live load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) adalah
sesuatu yang perlu dianalisa lebih awal dalam pembinaan struktur. Perancangan
struktur atas harus mengacu pada peraturan atau garis panduan standard yang mengatur
perancangan dan pelaksanaan bangunan konkrit.

Gambar 1: Major Building Parts

Sub-Struktur Super-Struktur
Asas Tiang
Tunggul Tiang Lantai
Rasuk Bumi Rasuk Atas
Rasuk Bumbung
Bumbung

a. Sub Struktur

Sub-struktur ialah bagian bawah bangunan itu, biasanya terletak di


bawah paras tanah, yang menghantar beban daripada super-struktur ke
tanah dengan tujuan memberi sokongan. Oleh itu, asas adalah bahawa
sebahagian daripada struktur yang berada dalam hubungan secara langsung
dengan tanah dimana beban disebarkan.

a) Asas
Asas bangunan merupakan struktur yang menerima beban dari tiang, rasuk,
lantai dan sebagainya dan menyebarkan ke tanah dengan selamat.

Fungsi asas bangunan :


a) Mengelak berlakunya pemendapan
b) Memindahkan beban struktur kepada tanah dengan selamat.
c) Menstabilkan super-struktur
d) Menyediakan permukaan yang rata untuk kerja binan.

Faktor pemilihan asas bangunan


Pemilihan asas bergantung pada beberapa faktor:
a. Jenis tanah
keupayaan galas tanah akan menentukan jenis asas yang hendak dibina.
b. Saiz dan bentuk beban
saiz dan reka bentuk bangunan yang hendak dibina, aguhan beban daripada
super-struktur dan jumlah beban bangunan keseluruhannya mempengaruhi
reka bentuk asas bangunan.
c. Kandungan lembapan
kandungan lembapan mempengaruhi keupayaan galas tanah dan seterusnya
asas bangunan.

Faktor kegagalan asas bangunan

Kegagalan asas bangunan disebabkan:

 Berlakunya kegagalan ricih pada bahagian asas bangunan yang


mengakibatkan enapan
 Enapan berlebihan
 Beban berlebihan dikenakan ke atas asas bangunan
Asas bangunan terbagi kepada dua ketegori :

 Asas Cetek

tidak melebihi 3m kedalaman dan mengagihkan beban kepada tanah secara


melebar dan berdekatan dengan permukaan tanah. Tedapat tiga jenis asas
cetek :

 Asas pad

Asas ini selalunya dijadikan alas kepada pembinaan tiang. Tujuannya untuk
menerima segala beban yang ditanggung oleh tiang dan seterusnya
mengagihkannya kepada tanah. Tebal asas pad tidak kurang daripada 150
mm dan lebarnya bergantung pada beban yang ditanggung oleh tiang dan
sifat tanah di bawahnya.

 Asas jalur biasa


Asas konkrit yang dibina selari sepanjang tembok bagi menanggung
dinding galas beban. Asas ini juga dibina apabila kedudukan tiang terlalu
rapat dan pembinaan asas padnya bersentuhan antara satu sama lain. Lebar
jalur bergantung pada kekuatan galas tanah dan beban di atasnya. Lebar
minimum untuk satu asas jalur ialah 450 mm yang biasanya sudah cukup
untuk kebanyakan bangunan kediaman dua tingkat. Tebal minimum pula
ialah 150 mm, iaitu sama dengan ukuran unjuan pada setiap tepi dinding.
 Asas rakit
asas ini digunakan di kawasan tanah yang mempunyai keupayaan galas
yang mempunyai keupayaan galas yang rendah dan berkemungkinan
berlakunya endapan tidak sekata seperti tanah lombong, batu kapur dan
paya. Asas ini akan memenuhi keseluruhan kawasan lantai bawah. Asas ini
juga merupakan asas konkrit ang mengandungi tetulang atas dan tetulang
bawah.
 Asas Dalam

Melebihi 3m kedalam dan mengagihkan beban jauh ke dalam tanah.


 Asas cerucuk
Asas cerucuk digunakan apabila strata tanah yan mempunyai keupayaan
galas yang tinggi berada jauh ke dalam tanah. Asas ini membawa beban dari
bangunan dan disebarkan ke bawah melalui tiang cerucuk dan seterusnya
ke tanah. Bahagian atas tian cerucuk akan dibina tukup tiang supaya beban
dapat diagihkan. Terdapat dua ketegeri cerucuk :
 Asas cerucuk galas hujung

Tiang dibina sehinga ke lapisan tanah keras. Cerucuk ini biasanya lebih
panjang.

 Asas cerucuk geseran

Cerucuk ini ditanam tidak sampai ke tanah yang keras. Keupayaan


menggalas beban bergantung pada daya geseran permukaan cerucuk
dengan tanah. Luas permukaan keratan cerucuk dapat meningkatkan
daya geseran

b) Tunggul Tiang

Tunggul adalah kedudukan yang paling mudah dan yang paling biasa
digunakan untuk sokongan menegak dan pemindahan beban bangunan ke asas.
Tunggul mesti mempunyai konkrit atau kayu asas yang diletakkan di bawah
pangkal tunggul. Ini adalah untuk menyebarkan beban dipindahkan ke tunggul
dari bangunan itu. Sokongan ini di bawah tunggul dipanggil 'pad' atau 'plat
tapak. Biasanya tunggul konkrit disediakan dengan pad konkrit disediakan
secara ‘cast in-situ’ pada tapak binaan tersebut. Tunggul kayu disediakan
dengan plat kayu tunggal.

Tiga jenis bahan-bahan yang biasa digunakan untuk tunggul:

a. Kayu
b. Konkrit
c. Keluli.
Gambar 2: Kedudukan Stump Dalam Sesebuah Bangunan

c) Rasuk Bumi

Rasuk merupakan komponen struktur yang dibina secara melintang dan dapat
menanggung beban bumbung, dinding dan papak. Rasuk adalah elemen
struktur yang menanggung beban sisi. Kebiasaanya ia mengalami lenturan ricih
dalaman serta pesongan apabila beban dikenakan. Antara kegunaan rasuk yang
utama adalah :

a. Mengambil beban dari papak ( Papak Lantai )


b. Mengambil beban dari tiang.
c. Mengambil beban dari bumbung.

Kedudukan rasuk juga terdapat di beberapa bahagian bangunan. Antaranya


adalah:

a. Rasuk bumi (ground beam)


b. Rasuk tingkat atas
c. Rasuk bumbung (roof beam)

Rasuk konkrit bertetulang

Rasuk konkrit bertetulang terdiri daripada tetulang utama dan tetulang


pencekak. Tetulang utama berfungsi bagi menanggung beban, manakala
tetulang pencekak berfungsi untuk menetapkan kedudukan dan saiz dimensi
tetulang utama. Biasanya rasuk terdiri daripada empat batang tetulang utama.
Untuk rasuk yang menanggung beban yang tinggi, penambahan tetulang akan
dinyatakan di dalam plan struktur.

Gambar 3 : Lakaran Bagi Rasuk Bumi

Gambar 4: Pembinaan Bagi Rasuk Bumi Sedang Dilakukan

d. Super Struktur
Struktur atas suatu bangunan adalah seluruh bahagian struktur bangunan
yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas tiang, plat,
rasuk, dan bumbung yang masing-masing mempunyai peranan yang sangat
penting.
a) Lantai
Fungsi lantai adalah untuk menerima segala beban yang dikenakan ke atasnya.
Pembinaannya mesti menjamin keselamatan serta keselesaan penghuni.

Antara ciri-ciri utama lantai :

 Kestabilan
Lantai yang kukuh akan menjamin kestabilannya bagi mengelakkan
berlakunya keruntuhan.
 Kekuatan
Keupayaan menanggung beban mati dan hidup.
 Kalis Lembapan
Lantai berupaya menentang resapan air.
 Ketahan lasakan
Keupayaan menentang agen persekitaran supaya tahan lama dan kukuh.

Terdapat tiga jenis lantai yang biasa digunakan :

a. Lantai Bawah Padu


Dibina di atas tanah yang terdiri daripada lapisan asas, konkrit dan lapisan
kemasan.
 Lapisan asas
Dibina selepas tanah tapak bangunan diratakan. Lapisan ini terdiri daripada
batu sederhana kasar, disebarkan setebal 100 mm hingga 150 mm. Lapisan
ini hendaklah dipadatkan.
 Lapisan kedap
Lapisan ini dibina seleas siap lapisan asas. Ia terdiri daripada lapisan pasir
setebal 50 mm bagi menutup ruang dan meratakan lapisan asas.
 Lapisan tapak konkrit
Dibina selepas lapisan asas siap diratakan serta dipadatkan. Tebal tapak
konkrit biasanya antara 100 hingga 150 mm bergantung pada kegunaannya
serta jenis tanah yang menanggungnya. Nisbah bancuhan konkrit
bergantung pada beban yang ditanggung. Tetulang besi atau jejaring dawai
boleh digunakan dalam pembinaan lantai konkrit.
 Lapisan kalis lembab
Lapisan ini bertindak sebagai langkah pencegah resapan air atau pelindung
permukaan lantai. Bahan yang biasa digunakan ialah minyak bitumen yang
berbentuk cecair atau kepingan.
 Lapisan Kemasan
Banyak jenis kemasan yang boleh digunakan bergantung pada ciri-ciri yang
dikehendaki. Antara jenis kemasan adalah lepa simen, jalur kayu, parket,
jubin, batu marmar, mozek dan terazo

b. Lantai Bawah Gantung


Pembinaan lantai ini dapat mengelakkan kayu binaan lantai daripada rosak
disebabkan oleh kelembapan ataupun resapan air bumi. Binaannya bermula
dengan mendirikan tembok landas berliang di atas tapak konkrit untuk
menyokong gelegar lantai kayu atau lantai konkrit. Lapisan kalis lembap
diletakkan di atas tembok sebelum diletakkan plat tembok. Plat tembok
berfungsi mengagihkan beban kepada tembok landas. Gelegar lantai bertujuan
untuk meletakkan papan lantai.

c. Lantai Atas
Lantai atas terdiri daripada lantai kayu dan lantai konkrit bertetulang.

b) Rasuk Atas
Pembinaan rasuk atas sama seperti rasuk bumi. Rasuk atas menanggung beban dari
tingkat atas dan beban tersebut disebarkan pada tiang. Pembinaan rasuk ini haruslah
dibuat dengan rapi agar rasuk tersebut lebih kukuh dan tidak akan berlaku
kecacatan.
Kotak bentuk rasuk tersebut akan ditopangkan dari lantai dengan menggunakan
topang ‘T’ dan kemudian disambungkan pada atas tiang. Konkrit yang dituang
hendaklah mengikut spesifikasi yang betul, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat agar ia tidak berlaku kecacatan seperti ‘honey comb’.

Gambar 5 : Pembinaan Rasuk Atas

c) Tiang
Dalam sesebuah bangunan, tiang menanggung atau menatang tiga beban utama
iaitu beban mati, beban ‘kenaan’ dan beban daripada tindakan daya-daya angin.
Lantaran itu, dalam rekabentuk bangunan kedudukan tiang mestilah sesuai untuk
menanggung beban struktur atasnya.
Beban struktur ini dipindahkan ke tiang melalui rasuk-rasuk bangunan. Selain
daripada itu, tiang juga mengambil momen lentur rasuk, kerana hujung rasuk yang
terikat kepadanya. Oleh itu, dalam merekabentuk tiang, tegasan kerja yang perlu
diperhatikan ialah tegasan mampatan terus dan momen lentur yang disebabkan oleh
ikatan rasuk atau beban sipi. Rekabentuk tiang itu, juga mestilah dibuat dengan
teliti, untuk memastikan ia mampu menanggung bebannya dan memindakan
(mengagihkan) beban tersebut kepada asas binaan (bangunan) dengan selamat.

Dari segi struktur, tiang boleh dibahagikan kepada dua kelas, iaitu tiang pendek dan
tiang panjang. Pembahagian ini adalah berdasarkan nisbah kelangsingannya. Beban
yang boleh ditanggung oleh tiang panjang adalah kurang daripada beban yang boleh
ditanggung oleh tiang pendek, walaupun luas keratan kedua-duanya adalah sama.
Dari segi binaan pula, tiang boleh dibahagikan kepada dua jenis juga, iaitu tiang
pejal dan tiang bina-cantum (built-up). Tiang dibuat daripada kayu dan konkrit
bertetulang. Bentuknya pula biasanya bulat dan segi empat.

Gambar 6 : Tiang Berfungsi Untuk Menanggung Beban Dari Bangunan

d) Rasuk Bumbung
Rasuk bumbung adalah struktur yang mendatar yang menanggung beban dari
bumbung.( keterangan lanjut tentang rasuk boleh dirujuk pada 4.1.3 rasuk bumi m/s
14) Material rasuk bumbung dibuat berdasarkan kesesuaian atau mengikut
spesifikasi sesuatu bangunan. Rasuk bumbung biasanya dibina dengan
menggunakan kayu, keluli atau konkrit bertetulang. Untuk rumah kediaman yang
akan dibina ini, rasuk bumbung yang sesuai adalah rasuk bertetulang. Ini kerana
pembinaannya lebih kukuh dan mampu menanggung beban dari struktur bumbung.
Penggunaan rasuk bumbung konkrit bertetulang juga digunakan secara meluas dan
sesuai pada zaman yang moden ini.
Gambar 7 :Pembinaan Rasuk Bumbung

e) Bumbung (Atap)
Bumbung ialah bahagian yang paling atas untuk sesebuah bangunan. Di antara
fungsinya ialah untuk melindungi bahagian bawahnya daripada hujan dan cahaya
matahari yang berlebihan. Bumbung juga memberikan rupa yang menarik dan
menjadi penebat kepada bangunan itu.

Walaupun dalam bidang senibina moden telah banyak terdapat rekabetuk bumbung
yang berbagai-bagai jenis dan bentuk, tetapi secara umum, bumbung boleh
dikumpulkan kepada dua kelas, iaitu bumbung cerun dan bumbung datar. Adalah
tidak dapat dinafikan bahawa bumbung cerun lebih lasak dan pada bangunan-
bangunan kecil, bumbung jenis ini lebih ekonomi. Untuk bangunan-bangunan yang
besar, dan lebar ukuran rentangnya, pembinaan bumbung datar adalah lebih murah,
dan ada pula kelebihannya, iaitu terdapat ruang terbuka yang luas di bahagian atas
bangunan itu. Tetapi bumbung datar mudah bocor kerana air hujan tidak dapat
mengalir dengan baik. Oleh itu, bumbung jenis ini tidak begitu sesuai untuk
kawasan tropika. Bumbung datar juga memerlukan pengawasan pembinaan yang
rapi.

Fungsi bumbung adalah seperti yang berikut :

 Melindungi bangunan daripada dimasuki hujan, panas, angin dan habuk.


 Menstabilkan suhu dalam bangunan
Penentuan Jenis Bumbung
Jenis bumbung yang harus dibina untuk sesuatu bangunan itu bergantung kepada
beberapa faktor seperti :
 Saiz dan bentuk Bangunan – bangunan yang mempunyai bentuk sederhana
adalah sesuai dengan binaan bumbung curaam.
 Bumbung rata yang kecerunannya tidak melebihi 10º pula adalah sesuai untuk
bangunan yang berbentuk tidak teratur. Selain daripada itu, saiz sesebuah
bangunan juga haris diambil kira apabila menentukan jenis bumbung yang
sesuai untuk bangunan tersebut.
 Rupa bentuk – nilai-nilai semula jadi menentukan bahawa bumbung curam
adalah lebih sesuai untuk bangunan-bangunan kecil, sementara bumbung rata
pula lebih sesuai untuk bangunan-bangunan besar.
 Ekonomi – Langkah-langkah ekonomi sama ada ketika pembinaan atau belanja
penyelenggaraan dari masa ke semasa hendaklah difikirkan apabila
menentukan jenis bumbung.
 Selain daripada perkara-perkara yang telah dinyatakan, faktor-faktor seperti
kemudahan ruang bumbung, keupayaan sebaai bahagian pelindung daripada
cuaca, kesan pengeluwapan dan kemudahan bekalan merupakan perkara-
perkara yang perlu diambil kira dalam menentukan jenis bumbung.

Gambar 8 : Jenis-Jenis Bumbung


2. Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada
beberapa area. Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan
bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur
Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.
Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak)
suatu bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan
konstruksi dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi
merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Kontruksi bagunan antara lain


a. Pondasi bangunan
Pondasi merupakan komponen/ struktur paling bawah dari sebuah bangunan,
meski tidak terlihat secara langsung saat bangunan sudah selesai, namun secara
fungsi struktur, keberadaan pondasi tidak boleh terabaikan. Perlu perencanaan
yang matang, karena salah satu faktor yang mempengaruhi keawetan atau
keamanan bangunan adalah pondasi.
Dalam menentukan jenis, ukuran, dan konstruksi pondasi harus memperhatikan
jenis bangunan, beban bangunan, kondisi tanah, dan faktor-faktor lain yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Karena fungsi pondasi
adalah sebagai perantara untuk meneruskan beban struktur yang ada di atas
muka tanah dan gaya-gaya lain yang bekerja ke tanah pendukung bangunan
tersebut. Dengan demikian, sebaiknya perlu perhitungan matang dan tidak
hanya berdasar kebiasaan setempat. Karena sering ditemui, banyak yang
membuat rumah hanya didasari dari kebiasaan masyarakat.
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar
bangunan, sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat
yang mendukung pondasi. Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka
pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau dibentuk tangga dengan
bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.
1) Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar
pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi
dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai pedoman.
Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya
akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi
dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan
yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana
jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu
tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang
lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk
, pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah
muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll. Apabila kedalaman alas pondasi
(Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B < 4) dan
apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif
dangkal (0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga
digunakan bila bangunan yang berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah
sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai untuk bangunan umum
lainnya yang berada di atas tanah yang keras. Yang termasuk dalam pondasi
dangkal adalah sebagai berikut :
a) Pondasi Tapak (Pad Foundations)

Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban


titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat
dalam bentuk bukatan (melingkar), persegi atau rectangular. Jenis
pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang
dengan ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat
dalam bentuk bertingkat atau haunched jika pondasi ini
dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal
dapat juga digunakan untuk pondasi dalam.

Gambar : Pondasi tapak

b) Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations),


Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi
menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban
memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau
beban kolom dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan
fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga
pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi
memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan
potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk pondasi
dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat
menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan
dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak
mendukung beban struktural.
Gambar: Pondasi jalur

c) Pondasi Tikar (Raft foundations)


Pondasi tikar/ pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban dari
struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area
struktur. Pondasi raft digunakan ketika beban kolom atau beban
struktural lainnya berdekatan dan pondasi pada saling berinteraksi.
Pondasi raft biasanya terdiri dari pelat beton bertulang yang
membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki
keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan
mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi raft
sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan
kapasitas daya tahan rendah karena pondasi radft dapat menyebarkan
beban di area yang lebih besar.

Gambar: Pondasi tikar


d) Pondasi Rakit/ Raft Foundation,
Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar
permukaan dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa
jalur dengan tanah. Digunakan di tanah lunak atau susunan jarak
kolomnya sangat dekat di semua arahnya, bila memakai telapak, sisinya
berhimpit satu sama lain.

Gambar: Pondasi rakit

e) Pondasi Sumuran,
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60
– 80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang
kemudian dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian dibagian
atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak kekurangannya,
diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.
Hal tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran
dipakai untuk tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50
kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang
berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi
pembesian untuk mengikat sloof.
Gambar: Pondasi sumuran

f) Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem
dan jenis pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan,
tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan
sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as
umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau
tiangnya. Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan,
sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak
akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.

Gambar: Pondasi umpak


g) Pondasi Plat Beton Lajur
Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk
mendukung sederetan kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab
seluruhnya terdiri dari beton bertulang dan harganya lebih murah
dibandingkan dengan pondasi batu kali. Ukuran lebar pondasi lajur ini
sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab
fungsi pondasi plat beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali.
berjarak dekat dengan telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

Gambar: Pondasi plat beton lajur

h) Pondasi batu kali

Pondasi jenis ini sangat baik karena jika batu kali tersebut ditanam di
dalam tanah maka kualitasnya tidak berubah. Pondasi batu kali
biasanya berbentuk trapesium dengan lebar bagian atasnya minimal 25
cm. Ukuran ini sengaja tidak disamakan dengan ukuran lebarnya
dinding karena dikhawatirkan bisa mempengaruhi ketepatan dalam
pemasangan pondasi. Ketidaktepatan dalam pemasangan pondasi akan
merubah fungsi pondasi itu sendiri. Adapun ukuran lebar bagian bawah
biasanya disesuaikan dengan berat beban di atasnya. Tetapi standar
umum yang dipakai biasanya berkisar antara 70-80 cm.

Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya


kurang lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah
mengatur dalam pemasangannya, di samping kalau mengangkat batu
tukangnya tidak merasa berat, sehingga bentuk pasangan menjadi rapi
dan kokoh.
Pada dasar konstruksi pondasi batu kali diawali dengan lapisan pasir
setebal 5 – 10 cm guna meratakan tanah dasar, kemudian dipasang batu
dengan kedudukan berdiri (pasangan batu kosong) dan rongga-
rongganya diisi pasir secara penuh sehingga kedudukannya menjadi
kokoh dan sanggup mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan
batu kosong yang sering disebut aanstamping dapat berfungsi sebagai
pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air tanah yang terdapat
disekitar pondasi.

Pondasi Batu Kali

2) Pondasi dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah
dengan kedalam tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi
oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam
biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi
permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi
tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang
lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis
tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah
yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Apabila lapisan
atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam
maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga
mencapai tanah keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh
poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada bangunan dengan bentangan
yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan bertingkat. Yang
termasuk didalam pondasi ini antara lain pondasi tiang pancang, (beton,
besi, pipa baja), pondasi sumuran, pondasi borpile dan lain-lain. Jenis-jenis
pondasi dalam adalah sebagai berikut :
a) Pondasi Tiang Pancang
Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan
bahan dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung
ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin pemancang.
Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu
tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang
pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan
kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi
dan tanah keras pada posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang
pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang.

Gambar: Pondasi tiang pancang


b) Pondasi Piers (dinding diafragma)
Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian
struktur pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu
keuntungan pondasi pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih
murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi
menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi
yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis
pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat dibuat dari
beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier
terhadap balok beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran
ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier dapat
divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom
vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah
bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah
digali. Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban
bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau
struktur. Banyak rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini,
dimana beton yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang
bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang
penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam
bentuk pre cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering
dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai
dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga
dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering
kemudian di masukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun
secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian baru
dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.
Gambar :Pondasi piers

c) Pondasi Caissons (Bor Pile)


Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam
permukaan tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang
dibutuhkan dengan cara membuat lobang dengan
sistim pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah
didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran beton
bertulang terhadap lobang yang sudah di bor. Sisitim pengeboran dapat
dialakukan dalam berbagai jenis baik sistim maual maupun sistim
hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian dan juga sistim
penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah
dan beban yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama
pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk menahan beban struktur
melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam melawan
kekuatan gaya lateral dan gaya guling.
Gambar: Pondasi bor pile

b. Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi bangunan.
Sloof berfungsi mendistribusikan beban dari bangunan atas ke pondasi,
sehingga beban yang tersalur kan setiap titik di pondasi tersebar merata. Selain
itu sloof juga berfungsi sebagai pengunci dinding dan kolom agar tidak roboh
apabila terjadi pergerakan tanah. Sebagai tambahan pada sloof, untuk
bangunan tahan terhadap gempa maka disempurnakan pada ikatan antara sloof
dengan pondasi yaitu dengan memberikan angker dengan beri diameter 12
mm dengan jarak 1,5 meter. namun angka ini dapat berubah untuk bangunan
yang lebih besar atau bangunan bertingkat banyak.
Secara singkat, Sloof adalah beton bertulang yang diletakkan secara
horisontal di atas pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu kolom,
akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, sloof berfungsi sebagai
pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.
Secara garis besar sloof merupakan bagian dari beton bertulang yang
diletakkan secara horizontal di atas pondasi. Sloof biasanya terbuat dari
konstruksi beton bertulang. Namun berdasarkan konstruksinya ada beberapa
macam sloof, antara lain :

1. Konstruksi Sloof dari Kayu. Pada konstruksi rumah panggung dengan


pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat
dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu terletak di atas
pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal
2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata yang
dipasang secara melintang dan yang diikat dengan adukan pasangan ((1
bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag tidak memenuhi
syarat untuk membagi beban.
3. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini dapat
digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut dimaksudkan
untuk bangunan tidak bertingkat dengan perlengkapan kolom praktis pada
jarak dinding kurang lebih 3 m. Ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang
adalah >15 / 20 cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga dapat
dimanfaatkan sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.

Adapun fungsi sloof adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.


2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.
3. Menahan gaya beban dinding.
4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi
lajur

c. Kolom

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh.

d. Konstruksi dinding bangunan


Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan kadang
melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan
menyokong struktur lainnya, membatasi ruang dalam bangunan menjadi ruangan-
ruangan, atau melindungi atau membatasi suatu ruang di alam terbuka. Tiga jenis
utama dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary),
serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan memiliki dua fungsi utama, yaitu menyokong atap dan
langit-langit, membagi ruangan, serta melindungi terhadap intrusi dan cuaca.
Dinding pembatas mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding
kota. Dinding jenis ini kadang sulit dibedakan dengan pagar. Dinding penahan
berfungsi sebagai penghadang gerakan tanah, batuan, atau air dan dapat berupa
bagian eksternal ataupun internal suatu bangunan.
Jenis jenis dinding dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, sebagai
berikut:
a) Dinding Batu Bata

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat
digunakan sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus
memenuhi standar peraturan bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan
bata merah). Dinding dari pasangan bata dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu
(non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding pengisi dari pasangan bata 1/
2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan ringbalk yang
berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb.
Pengerjaan dinding pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-
syarat yang ada, baik dari campuran plesterannya maupun teknik pengerjaannya.

b) Dinding Batako

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/
cetak yang tidak dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang
ditambah PC. Karena dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako
pada bangunan bisa menghemat plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi
berkurang. Selain itu apabila dicetak dan diolah dengan kualitas yang baik, dinding
batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk finishing
c) Dinding kayu

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah


tradisional di eropa timur. Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem
konstruksi seperti ini tidak memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah
merupakan dinding struktural.
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu.
Papan digunakan untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem
pemasangan horizontal dan vertikal. Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka
kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar 1 meter (panjang papan di pasaran
± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll). Pemasangan dinding
papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa celah) agar
air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami pemuaian dan susut.
e. Dinding Bambu

Dinding bambu adalah konstruksi dinding sederhana yang menggunakan


pemanfaatan bambu sebagai pengganti material yang lain.
f) Dinding batu alam

Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu
cadas. Prinsip pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal
harus dipasang selang-seling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1
kapur : 1 tras untuk bagian dinding dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur
: 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan tanah). Dinding dari batu alam
umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup kuat tanpa kolom
praktis, hanya diperlukan.

e. Lantai
Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran
penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi
lantai secara umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk
karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul
adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah
digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari, dan
sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anak-anak berlari,
duduk di lantai, dan lain-lain.
Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup
besar, misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara
menyeretnya. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-
beban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya.
Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan
membentuk karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat
mengambil konsep apa pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang
dapat diterapkan seperti etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya.

Jenis-jenis bahan/material lantai

a. Alami

1. Lantai Batu Candi

 Ciri-ciri : warna gelap


 Bahan : batu alam
 Ukuran : 20x20 cm, 15x30 cm, 20x40 cm, 30x30 cm
 Kelebihan :
 Kekurangan :
 Aplikasi : lantai eksterior, lantai kamar mandi
 Perawatan : disiram dan disikat.

2. Lantai Batu Sikat


 Ciri-ciri : memiliki tekstur bermotif
 Bahan : campuran semen, pasir dan batu sikat
 Ukuran : bervariasi
 Kelebihan : memiliki banyak motif dan menarik
 Kekurangan : memerlukan perawatan ekstra
 Aplikasi : taman dan carport
 Perawatan : di coating (pemberian pelapisan saat pemasangan) untuk menghindari
jamur dan lumut.

3. Lantai Andesit

 Ciri-ciri : warna abu-abu, tekstur kasar dan halus


 Bahan : batu alam
 Ukuran : 15x30 m, 20x20 cm, 30x30 cm
 Kelebihan : bernilai estetika tinggi, indah dan alami
 kekurangan : mudah berlumut dan berjamur
 Aplikasi : lantai eksterior
 Perawatan : tiga tahun sekali dilakukan coating agar warna tetap terjaga dan
mengkilap

4. Lantai Batu Lempeng

 Ciri-ciri : tekstur kasar, bentuk ada yang beraturan dan tidak beraturan, warna hitam
dan abu-abu.
 Bahan : batu alam
 Ukuran : sangat bervariasi
 Kelebihan : bernilai estetika tinggi, indah dan alami
 kekurangan : mudah berlumut dan berjamur
 Aplikasi : lantai teras dan carport
 Perawatan : disikat agar kotoran tidak menempel

b. Buatan

1. Lantai Tegel

 Ciri-ciri : warna abu-abu dan tekstur kasar


 Bahan : campuran semen dan pasir
 Ukuran : 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, dan 20 x 20 cm
 Warna & motif : abu-abu, kuning, merah, biru, dan lain-lain.
 Kelebihan : harga murah, pemasangan mudah.
 Kelemahan : jika terkena asam/cuka akan membekas bernoda yang sulit untuk
dibersihkan.
 Aplikasi : lantai ruangan
 Perawatan : disapu dan dipel.

2. Lantai Teraso
 Ciri-ciri : tekstur kasar, warna putih, kuning, hijau, dan lain-lain.
 Bahan : campuran semen dan pasir, bagian atasnya dilapisi dengan bahan keras,
kombinasi campuran antara kulit kerang laut dengan pecahan marmer
 Ukuran : 20 x 20 cm, 30 x 30 cm
 Kelebihan : memiliki motof yang beragam
 Kelemahan : mudah berlumut jika sering terkena air.
 Aplikasi : lantai eksterior
 Perawatan: diberihkan dan di jaga agar tidak lembab

3. Lantai Keramik

 Ciri-ciri : permukaan halus, warna dan motif sangat bervariasi


 Bahan : tanah liat yang di olah
 Ukuran : 15 x 20 cm, 20 x 20 cm, 30 x 20 cm, 40 x 40 cm, 50 x 50 cm, dan lain-
lain.
 Kelebihan : perawatan mudah, tidak mudah tergores, mudah dibersihkan, tahan
lama, tidak tembus air.
 Kekurangan : mudah berlumut untuk lantai yang basah khususnya nat antara
keramik
 Aplikasi : lantai ruangan interior dan eksterior
 Perawatan : disapu dan dipel dengan cairan pembersih keramik

4. Lantai Marmer
 Ciri- ciri : warna putih agak kekuningan
 Bahan : batu marmer
 Ukuran : 5 x 20 cm, 10 x 20 cm, 15 x 30 cm, 20 x 20 cm, 50 x 50 cm
 Kelebihan : mudah & mewah, tahan api, mampu menahan beban berat.
 Kelemahan : jika terkena cairan akan meresap dan tidak mudah hilang/bias
berlumut, mahal.
 Aplikasi : lantai ruangan, kamar mandi kering dan tangga
 Perawatan : usahakan agar selalu kering, noda dibersihkan dengan air hangat.

5. Lantai Granit

 Ciri-ciri : terdapat bintik-bintik putih, warna & motif tersedia dalam berbagai
variasi
 Bahan : Batu Granit
 Ukuran : 30 x 30 cm, 40 x 40 cm, 60 x 60 cm
 Kelebihan : indah & menarik, tahan api, kuat terhadap getaran, keras, mampu
menahan beban yang berat.
 Kelemahan : jika terkena cairan berwarna akan meresesap tidak akan hilang,
harga relatif mahal.
 Aplikasi : lantai ruangan, stepnosing, lantai dapur, kamar mandi, dan teras
 Perawatan : dibersihkan, gunakan pemutih untuk menghilangkan noda

6. Lantai Kayu dan Olahan (parket)

 Bahan : kayu
 Jenis : lantai kayu alami, misal : balok/papan
 Kelemahan : mudah terbakar, tergores, dapat menyusut dan memuai
terhadap cuaca, harga relatif mahal, pemasangan khusus
 Kelebihan : berkesan alami dan hangat, bernilai estetika tinggi
 Aplikasi : lantai interior
 Perawatan : pelapisan sebelum pemasangan, Jika terkena tumpahan noda
segera dilap

7. Lantai Paving

 Ciri-ciri : permukaan kasar dan bentuk bervariasi


 Bahan : semen dan pasir
 Ukuran : bervariasi sesuai pola (tebal sekitar 6-8 cm)
 Kelebihan : pemasangan mudah dan murah
 Kelemahan : mudah berlumut, tidak mampu menahan beban berat
 Aplikasi : lantai taman (outdoor)
 Perawatan: dibersihan dan usahakan agar tidak lembab karena bisa berlumut

8. Lantai Vinyl

 Ciri-ciri : bermotif anyaman, coklat


 Bahan : material buatan
 Kelebihan : tahan lama, mudah dibersihkan, tahan air
 Kelemahan : bernilai estetika tinggi
 Aplikasi : lantai ruangan
 Perawatan : Cukup dibersihkan menggunakan pembersih khusus vinyl
9. Lantai Teracota

 Ciri-ciri : tekstur halus tapi tidak licin


 Bahan : tanah liat
 Ukuran : bervariasi
 Kelebihan : bernilai estetika tinggi, tahan lama dan kuat
 Kelemahan : relatif mahal, relatif berat, pemasangan yang khusus
 Aplikasi: lantai eksterior dan stepnosing
 Perawatan: disikat dan dibersihkan

10. Lantai Plester

 Ciri-ciri : Halus dan diberi lapisan aci di atasnya


 Bahan : campuran semen dan pasir perbandingan 1:5
 Aplikasi : teras dan selasar
 Perawatan : disapu dan dibersihkan

f. Rangka atap bangunan


Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup
seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, debu, hujan, angin
atau untuk keperluan perlindungan. Bentuk atap berpengaruh terhadap keindahan
suatu bangunan dan pemilihan tipe atap hendaknya disesuaikan dengan iklim
setempat, tampak yang dikehendaki oleh arsitek, biaya yang tersedia, dan material
yang mudah didapat.
Konstruksi rangka atap yang digunakan adalah rangka atap kuda-kuda.
Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang berfungsi
untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus
memberikan bentuk pada atap. Pada dasarnya konstruksi kuda–kuda terdiri dari
rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap
serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda–kuda akan berbeda satu sama lain.
Setiap susunan rangka batang haruslah merupakan satu kesatuan bentuk yang
kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa
mengalami perubahan.
Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan
peradaban dan perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya.
Bentuk atap yang banyak terdapat adalah :
a. Atap Datar
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata.
Atap datar biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang
bahannya bisa dibuat dari beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes
maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang tertampung bisa mengalir, maka
atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang cukup.

Gambar : Atap Datar


Modelnya bidang datar memanjang horizontal biasanya dipakai untuk
atap teras. Atau bahkan digunakan untuk membuat taman di atas rumah. Atap
bentuk ini paling susah perawatannya terutama dalam masalah mendeteksi
kebocoran. Yang perlu diperhatikan dalam merencana atap ini adalah
memperhitungkan ruang sirkulasi udara di bawahnya supaya suhu ruangan
tidak terlalu panas.
b. Atap Sandar
Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan
tambahan misalnya; selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga
dipakai untuk rumah - rumah modern. Beberapa arsitek mengadopsi model
atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model pelana.

Gambar : Atap Sandar


c. Atap Pelana
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk
bangun – bangunan atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari
dua sisi yang bertemu pada satu garis pertemuan yang disebut bubungan.

Gambar : Atap Pelana

Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman
karena pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi
kebocoran. Atap pelana terdiri atas dua bidang miring yang ujung atasnya
bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut bubungan. Sudut
kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.
d. Atap Tenda
Model atap tenda dipasang pada bangunan yang panjangnya sama
dengan lebarnya, sehingga kemiringan bidang atap sama. Bentuk atap tenda
terdiri dari empat bidang atap yang bertemu disatu titik puncak, pertemuan
bidang atap yang miring adalah dibubungan miring yang disebut jurai.

Gambar : Atap Tenda

e. Atap Limas (perisai)


Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang
bertemu pada satu garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis
bubungan atas atau pada nook. Jika dilhat terdapat dua bidang berbentuk
trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga.
Gambar : Atap Perisai
Bentuk atap ini penyempurnaan dari bentuk atap pelana, yang terdiri
atas dua bidang atap miring yang berbentuk trapezium. Dua bidang atapnya
berbentuk segi tiga dengan kemiringan yang biasanya sama.

f. Bentuk Atap Kombinasi Pelana+Perisai.


Bentuk atap ini adalah kombinasi atau gabungan dari atap jenis pelana
dan perisai (limasan). Ada yang juga menyebut jenis atap ini sebagai atap tenda
patah atau atap joglo.

Gambar : Atap Kombinasi Pelana+Perisai

g. Atap Mansard
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat
bersusun atau bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan
rumah di daerah kita, karena sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah
belanda saat menjajah di negara kita.

Gambar : Atap Mansard

h. Atap Menara
Bentuk atap menara sama dengan atap tenda, bedanya atap menara
puncaknya lebih tinggi sehingga kelihatan lebih lancip. Atap ini banyak kita
jumpai pada bangunan – bangunan gereja, atap menara masjid dan lain – lain.

Gambar : Atap Menara

i. Atap Piramida
Model atap ini terdiri lebih dari empat bidang yang sama
bentuknya. Bentuk denah bangunan dapat segi 5, segi 6, aegi 8 dan
seterusnya.

Gambar : Atap Piramida

j. Atap Minangkabau
Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi
kanan dan kiri. Bentuk atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.

Gambar : Atap Minang

k. Atap Joglo
Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun
sehingga atpnya seperti bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah
Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Gambar : Atap Joglo

l. Atap Setengah Bola (Kubah)


Model atap berbentuk melengkung setengah bola. Atap ini banyak
digunakan untuk bangunan masjid dan gereja.

Gambar : Atap Kubah


m. Atap Gergaji
Model atap gergaji ini terdiri dari dua bidang atap yang tidak
sama lerengnya. Model atap gergaji bisa digunakan untuk bangunan
pabrik, gudang atau bengkel.
Gambar : Atap Gergaji
g. Jenis-jenis material penutup atap
Setiap jenis material penutup atap punya kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Anda bisa memilihnya dengan
mempertimbangkan penampilan, kepraktisan, bentuk, dan rencana desain.
Ada beberapa jenis material atap yang saat ini banyak digunakan, yaitu
sebagai berikut.
a. Atap Sirap

Penutup atap yang terbuat dari kepingan tipis kayu ulin


(eusideroxylon zwageri) ini ketahanannya tergantung keadaan
lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap.
Penutup atap jenis ini bisa bertahan hingga 25 tahun atau lebih.
Bentuknya yang unik cocok untuk rumah-rumah bergaya pedesaan yang
menyatu dengan alam.
b. Atap Genteng Tanah Liat Tradisional

Material ini banyak dipergunakan untuk rumah. Gentang terbuat


dari tanah liat yang dicetak dan dibakar. Kekuatannya cukup baik. Untuk
memasang genteng tanah liat membutuhkan rangka. Genteng dipasang
pada atap miring. Genteng menerapkan sistem pemasangan inter-locking
atau saling mengunci dan mengikat.
Seiring waktu, warna dan penampilan genteng akan berubah.
Pada permukaannya biasanya akan tumbuh jamur. Bagi sebagian orang
dengan gaya rumah tertentu mungkin ini bisa membuat tampilan tampak
lebih alami, namun sebagian besar orang tidak menyukai tampilan ini.
c. Atap Genteng Keramik

Material genteng ini berbahan dasar tanah liat. Namun genteng


ini telah mengalami proses finishing, jadi permukaannya sudah diglasur.
Lapisan ini dapat diberi warna yang beragam untuk melindungi genteng
dari lumut. Ketahanannya sekitar 20–50 tahun. Aplikasinya sangat cocok
untuk hunian modern di perkotaan.
d. Atap Seng

Atap ini terbuat dari lembaran baja tipis yang diberi lapisan seng
secara elektrolisis yang tujuannya untuk membuatnya jadi tahan karat.
Jadi, kata 'seng' berasal dari bahan pelapisnya. Jenis ini akan bertahan
selama lapisan seng ini belum hilang. Jika sudah lewat masa itu, atap
akan mulai berkarat dan bocor.

e. Atap Genteng Metal

Atap ini berbentuk material lembaran, mirip seng. Genteng ini


ditanam pada balok gording rangka atap dengan menggunakan sekrup.
Pemasangannya tidak jauh berbeda dengan genteng tanah liat.
Ukurannya lebih besar dari genteng tanah liat, yakni sekitar 60–120 cm,
dengan ketebalan 0,3 mm.

f. PVC (Polyvinyl Chloride).

Banyak digunakan dan


posisinya antara fiberglass dan polycarbonate, yaitu lebih tahan lama
dibanding fiberglass, tetapi lebih murah dari polycarbonate.

F. LANDSCAPE DAN PARKIRAN


1. Landscape
Salah satu hal yang paling berperan dalam perancangan arsitektur adalah
kuantitas dari obyek desain. Pada dasarnya kuantitas ini dipengaruhi oleh luas dan
tingginya. Suatu rancangan obyek arsitektur yang memiliki tinggi tertentu akan
mengarah pada desain ‘skyscraper’ yang sangat tinggi dan ‘building’ yang agak rendah,
sedangkan obyek arsitektur yang memiliki luas tertentu akan mengarah pada desain
‘lanscape’ atau lansekap. Tulisan ini akan membahas bagaimana beda antara
mendesain dalam tataran ‘building’ dengan desain dalam tataran ‘lanscape’.
Sebuah desain ’building’ dapat saja tidak memiliki lansekap jika dibangun pada
area perkotaan yang padat, namun dapat pula memiliki sedikit lansekap dengan adanya
taman dan perparkiran. Jika luas taman dan perparkiran tersebut ternyata menjadi
prioritas desain, maka tataran desain tersebut akan beralih pada desain ’lanscape’.
Dalam desain ’lanscape’ atau lansekap, ruang luar lebih diperhatikan sebagai fokus
desain daripada ’building’ atau bangunan itu sendiri. Dalam desain lansekap segala
konsep akan lebih terfokus menampilkan ’layout plan’ dan ’site plan’ dibandingkan
dengan tampak. Dalam desain lansekap aspek analisis bukan lagi cenderung kepada
bentuk 3 dimensi, namun lebih pada bentuk 2 dimensi dari sebuah hamparan lahan.
Walau demikian pada akhirnya sebuah desain lansekap akan mengarah pula pada
detail-detail yang bersifat 3 dimensional.
Konsep awal dalam desain lansekap diawali dengan kegiatan menganalisa
lahan. Berbagai potensi dan kendala dalam sebuah lahan akan dieksplorasi untuk
dijabarkan dalam data-data yang terklasifikasi secara sistematis. Pendataan ini minimal
akan menyangkut masalah pendayagunaan kontur dan optimalisasi figur lansekap.
Pendayagunaan kontur bertujuan untuk mendapatkan desain arsitektur yang mempu
beradaptasi dan mengantisipasi bentuk lahan secara vertikal, sedangkan optimalisasi
figur lansekap bermaksud untuk mengelola potensi dan kendala dari bentuk lahan
secara horizontal. Di dalam kegiatan optimalisasi figur lansekap, perancang akan
mendapatkan berbagai data penting dari peta lahan. Di mana pintu masuk paling
efektif, di mana letak bangunan paling optimal, adanya halangan berupa sungai atau
laut, adanya tebing curam, garis sempadan sungai atau laut, adanya tempat
pembuangan sampah, adanya lokasi konservasi alam atau bangunan, dan lain-lain.
Dari data kebutuhan aktifitas, maka perancang lansekap dapat memulai untuk
membuat zona dan sirkulasi. Analisa lahan telah mampu menetapkan dimana saja zona-
zona yang paling baik untuk direncanakan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan.
Segala potensi lahan seperti view yang bagus, lingkungan alam yang sejuk, kedekatan
dengan fasilitas rekreasi dan lain-lain menjadi pertimbangan yang sangat penting.
Langkah selanjutnya adalah menghubungkan fasilitas-fasilitas tersebut dengan jalur
sirkulasi. Pertimbangan terbaik dalam membuat jaringan sirkulasi adalah kedekatan
antar fasilitas dari yang paling penting menuju yang tidak penting. Dengan dasar ini
jika memungkinkan agar tidak menghabiskan seluruh lahan, maka sebaiknya dibuat
wilayah rancangan sekecil mungkin saja. Hal ini didasari dengan pertimbangan bahwa
sirkulasi akan memakan demikian banyak lahan, padahal di satu sisi panjangnya
sirkulasi juga akan membuat pengguna menjadi tersiksa karena terlalu jauh. Sisa lahan
dapat dipergunakan sebagai taman atau hutan buatan. Banyaknya vegetasi akan
membuat iklim mikro dari sebidang lahan menjadi lebih sejuk.
Optimalisasi potensi lansekap dari segi iklim perlu dipertimbangkan sebagai
langkah perancangan yang selanjutnya. Di dalam lahan harus ditandai mana saja lokasi-
lokasi yang kurang tepat untuk meletakkan fasilitas tertentu. Lokasi yang berada di
tebing dan mudah longsor sebaiknya dihindari untuk diarahkan sebagi tempat
berdirinya bangunan. Jika tebing itu cukup stabil, maka boleh saja didirikan bangunan
karena view yang didapat akan menarik. Lokasi lahan yang berbentuk cekung
seringkali terpakai sebagai tempat berkumpulnya jalur air jika terjadi hujan deras. Oleh
karenanya meletakkan aktifitas berupa bangunan ataupun ruang luar selayaknya berada
pada lokasi yang cembung. Masih banyak pertimbangan dari segi penyinaran matahari
dan alirang angin agar sebuah rancangan lansekap dapat memiliki keunggulan.
Jika segala hal yang bersifat programatik telah diselesaikan, maka dapat
dimulailah kegiatan pada langkah selanjutnya, yaitu perancangan. Sebuah perancangan
merupakan kegiatan yang bersifat kontekstual. Jika di dalam arsitektur ada dua hal yang
menjadi prioritas, yaitu antar bentuk dan aktifitas, maka demikian pula dengan sudut
padang dalam merancang. Seseorang dapat menyelesaikan desain dari aktifitas dahulu
kemudian menuju pada bentuk, atau sebaliknya merancang bentuk terlebih dahulu baru
menuju pada aktifitas. Dalam perancangan arsitektur ’form follow function’ perancang
lebih cenderung menggunakan pendekatan pertama. Sedangkan dalam perancangan
arsitektur mutakhir, perancang lebih cenderung menggunakan pendekatan kedua, yaitu
merancang bentuk terlebih dahulu baru kemudian menghaluskannya dengan aktifitas.
Ketika mendesain pertemuan antara bangunan dengan lansekap, maka segala
segi estetik perlu digunakan agar tetap tercapai keindahan dari hubungan dua jenis
perancangan ini. Ketika segenap rancangan lansekap dalam peta besar dengan berbagai
sirkulasi dan zonasinya sudah selesai, maka selayaknya bangunan tersebut mengikuti
kaidah estetikanya. Jika terpaksa bangunan didesain dengan lingkup di luar bentuk
lansekap, maka segenap transisi antara bangunan dan lansekap ini menjadi media yang
harus diselesaikan dalam perancangan. Adakalanya sebagian elemen bangunan ada
yang mengalah kepada estetika lansekap, namun adakalanya pula sebagian elemen
lansekap yang harus mengalah pada estetika bangunan. Dengan cara ini maka kualitas
ruang luar sebagai penghubung antara lansekap dengan bangunan dapat terjaga.
Dalam menjaga kualitas ruang luar bukan hanya bangunan dan lansekap yang
berupa hardscape saja yang harus dipertimbangkan, namun juga elemen softscape
berupa vegetasi. Vegetasi mulai dari yang rendah dan mendatar seperti rumput,
kemudian agak lebih tinggi berupa perdu, dan yang paling tinggi berupa pepohonan.
Rancangan vegetasi perlu dibuat yang bagus agar dapat mendukung kualitas ruang luar.
Paduan antara rumput, perdu dan pohon perlu ditata dalam irama yang mampu
mendongkrak nilai estetika. Rancangan vegetasi harus mampu berpadu padang dengan
elemen bangunan maupun elemen lansekap yang lain seperti tiang lampu, gazebo,
pagar, gerbang dan lain-lain.
Dimulai dari pertimbangan kualitas ruang luar, maka aspek 3 dimensional dari
perancangan lansekap sudah mulai muncul. Yang paling kuat dari ketrimatraan ini
adalah pada detail elemen lansekap. Dari peta besar rancangan lansekap yang
menunjukkan prioritas aktifitas, menuju peta sedang kualitas ruang luar kemudian
menuju pada denah kecil dari detail elemen lansekap. Di dalam detail elemen lansekap
ini aspek tampak dan potongan bangunan sangat berperan penting bagi tempilan obyek.
Detail tangga ruang luar, balustrade, pembatas kolam beserta sclupture-nya, air
mancur, dan lain-lain menjadi pertimbangan yang perlu didesain agar dapat
menyelesaikan kegiatan desain lansekap.

2. Parkiran
Setiap perjalanan yg menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat
parkir. Konsentrasi tujuan perjalanan lebih tinggi drpd asal perjalanan, mk
permasalahan parkir lebih banyak di tempat tujuan perjalanan. Parkir adalah keadaan
tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh
pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan raya; namun parkir
di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun bersama-sama dengan
kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai gedung.Termasuk dalam
pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat tertentu
baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta tidak semata-mata
untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau barang.
Ada tiga jenis utama parkir, yang berdasarkan mengaturan posisi kendaraan,
yaitu parkir paralel, parkir tegak lurus, dan parkir serong.
a. Parkir paralel
Parkir sejajar dimana parkir diatur dalam sebuah baris, dengan bumper depan
mobil menghadap salah satu bumper belakang yang berdekatan. Parkir dilakukan
sejajar dengan tepi jalan, baik di sisi kiri jalan atau sisi kanan atau kedua sisi bila
hal itu memungkinkan,. Parkir paralel adalah cara paling umum dilakasanakan
untuk parkir mobil dipinggir jalan. Cara ini juga digunakan dipelataran parkir
ataupun gedung parkir khususnya untuk mengisi ruang parkir yang parkir serong
tidak memungkinkan.

b. Parkir tegak lurus


Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, berdampingan, menghadap tegak
lurus ke lorong/gang, trotoar, atau dinding. Jenis mobil ini parkir lebih terukur
daripada parkir paralel dan karena itu biasanya digunakan di tempat di pelataran
parkir parkir atau gedung parkir. Sering kali, di tempat parkir mobil
menggunakan parkir tegak lurus, dua baris tempat parkir dapat diatur berhadapan
depan dengan depan, dengan atau tanpa gang di antara keduanya. Bisa juga parkir
tegak lurus dilakukan dipinggir jalan sepanjang jalan dimana parkir ditempatkan
cukup lebar untuk kendaraan keluar atau masuk ke ruang parkir.

c. Parkir serong

Salah satu cara parkir yang banyak digunakan dipinggir jalan ataupun di pelataran
maupun gedung parkir adalah parkir serong yang memudahkan kendaraan masuk
ataupun keluar dari ruang parkir. Pada pelataran ataupun gedung parkir yang luas,
diperlukan gang yang lebih sempit bila dibandingkan dengan parkir tegak lurus.
Bila permintaan parkir meningkat dan tidak mungkin memenuhinya atau bila
parkir di pinggir jalan mengganggu lalu lintas atau perlu untuk membatasi arus
lalu lintas menuju suatu kawasan tertentu, maka sudah perlu untuk
mempertimbangkan penerapan suatu kebijakan parkir untuk
mengendalikannnya.

BAB III
KONSEP MAKRO

A. PETA KOTA MAKASSAR


Kota Makassar (Makassar dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal
sebagai ujung pandang) adalah ibu kota provinsi sukawesi selatan. Makassar
merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dan pada
masa lalu pernah menjadi ibu kota negara Indonesia Timur di provinsi Sulawesi.
Makassar terletak di pesisir barat daya pulau Sulawesi dan berbatasan dengan
selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah
utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah
selatan.

B. PEMBAGIAN WILAYAH KOTA MAKASSAR

Berdasarkan peraturan daerah Kota Makassar nomor 06 tahun 2006


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015, rencana
fungsi struktur tata ruang Kota Makassar telah ditetapkan dalam 9 (Sembilan)
BWK yang didalamnya berdasarkan batas administrasi kecamatan dengan luas,
fungsi utama dan fungsi penunjang. Kota Makassar ditetapkan dengan fungsi
utamanya yaitu Kawasan Ekonomi (Perdagangan) dan
Pemerintahan, sedangkan fungsi penunjangnya yaitu Industri, pendidikan, jasa
pelayanan sosial/kesehatan/umum.
Adapun pembagian pemanfaatan lahan yang terdapat di Kota Makassar
yang termasuk ke dalam tata guna lahan yaitu:
a) Pemerintahan
 Aparat Pemerintah
Kegiatan pemerintahan di Kota Makassar dilaksanakan oleh sejumlah
pegawai negeri yang berasal dari berbagai dinas/instansi pemerintah.
 Perkembangan Desa/Kelurahan
Tingkat klasifikasi kecamatan di Kota Makassar yang terdiri dari 12
Kecamatan, yang masing-masing kecamatan tersiri dari beberapa kelurahan
dengan kategori kelurahan swasembada. Dengan demikian tidak ada lagi
kelurahan yang termasuk Swadaya dan Swakarya
b) Sosial
 Pendidikan
Pada tahun ajaran 2010/2014 jumlah TK di Kota Makassar ada 39 sekolah
dengan 1.422 orang murid dan 116 orang guru. Pada tingkat Sekolah Dasar,
baik negeri maupun swasta berjumlah sebanyak 30 sekolah dengan 10.426
orang murid dan 402 orang guru. Untuk tingkat SLTP sebanyak 8 sekolah
dengan 3.721 orang murid dan 297 orang guru. Sedangkan untuk tingkat
SMA dan SMK terdapat 9 sekolah dengan 3.207 orang murid dan 262 orang
guru.

 Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan tahun 2014 di Kota Makassar tercatat 5 Rumah
Sakit umum/khusus, 4 puskesmas, 2 pustu, 6 rumah bersalin dan 55
posyandu. Untuk tenaga medis tercatat 48 orang dokter umum, 25 orang
dokter spesialis, 13 orang dokter gigi, 57 paramedis dengan jumlah
paramedis sebanyak 29 orang bidan desa dan 31 orang perawat/mantri.
 Keluarga Berencana
Jumlah akseptor KB di Kota Makassar 7.783 orang dengan menggunakan
berbagai jenis alat kontrasepsi. Tercatat lebih banyak akseptor
menggunakan jenis kontrasepsi Suntikan dan PIL masing-masing 3.612
akseptor yang menggunakan kontrasepsi suntikan dan sebanyak 2.671
orang akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi PIL. Jumlah keluarga
sejahtera menurut pra sejahtera sebanyak 1.487 keluarga kemudian tahapan
Keluarga Sejahtera I sebanyak 3.692 keluarga, tahap ke II sebanyak 10.021
keluarga, tahap ke III sebanyak 4.115 keluarga dan terakhir tahap keluarga
III plus sebanyak 1.963 keluarga.
 Agama
Ditinjau dari agama yang dianut, tercatat bahwa mayoritas penduduk Kota
Makassar adalah beragama Islam. Jumlah tempat ibadah cukup memadai,
terdapat 87 buah Mesjid, 7 buah Langgar/Surau, 8 buah Gereja dan 1 buah
tempat ibadah Pura.
c) Perumahan
Banyaknya rumah tangga pada beberapa perumahan di Kota Makassar pada
tahun 2014 sebanyak 25.553 rumah tangga.
d) Industri dan Perdagangan
Jumlah Perusahaan Industri di Kota Makassar terdiri dari industri besar
sebanyak 3 perusahaan, industri sedang 26 perusahaan dan industri kecil 8
perusahaan. Masing-masing menyerap tenaga kerja 1.163 orang untuk
industri besar, 1.832 orang untuk industri sedang dan 59 orang tenaga kerja
untuk industri kecil. Sarana perdagangan yang terdapat di Kota Makassar
antara lain kelompok pertokoan sebanyak 11 buah, mall sebanyak 5 buah,
Kios / Toko sebanyak 1.041 buah, restoran 11 buah dan rumah makan
sebanyak 54 Buah.

C. LOKASI
Kawasan sekitar tapak sangat potensial dilihat dari bangunan disekelilingnya yang
merupakan kawasan ekonomi, selain itu lokasi tersebut juga strategis sehingga sangat
cocok dijadikan sebagai lokasi pembangunan sebuah kantor kementrian Keuangan.

Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi


Dasar-dasar yang harus dipeertimbangkan dari pemilihan lokasi kelurahan
diantaranya:

a) Luas wilayah
Luas wilayah merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi.
b) Perkembangan kelurahan
Imprastruktur berupa jalan dan jembatan yang menghubungkan Kota Makassar dengan
dengan kota-kota lainnya, dan antara Kecamatan dengan Kecamatan lainnya dalam
lingkup kecamatan ini sudah cukup memadai, dimana semua jalan aspal, sehingga arus
transportasi darat berjalan cukup lancar. Mengingat bahwa dalam wilayah Kota
Makassar banyak fasilitas pelayanan publik yang merupakan sentra bisnis, pendidikan,
dan kesehatan.
c) Perhatikan pula akses menuju lokasi bisnis.
Pilih lokasi yang mudah di akses oleh para konsumen. Jika memungkinkan, pilih lokasi
bisnis yang dilalui transportasi umum. Agar konsumen yang tidak memiliki kendaraan
pribadi juga bisa menjangkau lokasi bisnis Anda.
d) Tingkat keamanan yang mendukung
Lokasi yang aman juga menambah kenyamanan para konsumen. Mereka tidak akan
ragu meninggalkan kendaraan mereka di tempat parkir, dan bisa menikmati pelayanan
bisnis kita dengan merasa nyaman. Dengan lingkungan yang aman, kita bisa
mengurangi resiko pencurian maupun perusakan yang bisa terjadi pada lokasi.
e) Kebersihan lokasi bisnis
Konsumen tidak akan mengunjungi sebuah tempat, yang berada di lingkungan kotor
atau kumuh. Mereka akan merasa ragu untuk membeli produk Anda. Untuk itu jaga
kebersihan lingkungan sekitar anda, agar konsumen merasa nyaman berkunjung ke
lokasi bisnis Anda.
D. UTILITAS LINGKUNGAN

1. Orientasi Matahari
Kawasan ini merupakan kawasan beriklim tropis. Oleh sebab itu, suhu di
wilayah ini relatif panas. Suhu panas yang ditimbulkan dapat mengkibatkan banyak
hal. Salah satunya adalah menyilaukan pandangan mata dan membuat suhu panas
suatu ruang tinggi. Untuk menghindari hal itu, maka dalam desain nantinya dapat
menggunakan solusi desain yang tepat. Arah datangnya sinar matahari dapat dibagi
sebagai berikut:

1. Bagian Timur
Pada bagian ini mendapatkan intensitas matahari pagi yang cukup tinggi pada
pagi hingga menjelang siang hari
2. Bagian Tengah
Pada bagian ini dilewati oleh sinar matahari pada siang hari sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memaksimalkan cahaya matahari.
3. Bagian Barat
Pada bagian ini mendapatkan sinar matahari sore yang cukup tinggi sehingga
pada bagian tersebut harus dilindungi dengan penggunaan clading kaca yang
tidak menyeluruh.

2. Orientasi Angin
Angin yang berhembus di kawasan tapak berhembus lumayan kencang. Ini
disebabkan karena, tapak ini berada di pinggir laut.

3. Kebisingan

Kebisingan disekitar tapak mayoritas bersumber dari jalan penghibur yang


merupakan jalan arteri tunggal dan selalu dipenuhi lalu lalang kendaraan. Namun di
bagian selatan terdapat vegetasi yang dapat meredam kebisingan.

4. Pencapaian dan Sirkulasi

Pencapaian menuju tapak dapat melalui alternatif jalur kendaraan. Oleh karena
itu, pencapaian dan sirkulasi menuju dan di dalam tapak sangat diperhatikan
keberadaannya sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Terdapat 2 jalur jalan untuk mencapai kawasan ini yaitu pertama melewati
jalan Penghibur dan yang kedua dengan melewati jalan Metro Tanjung Bunga.

Pencapaian dan sirkulasi dalam tapak menurut pelaku dan kegiatannya


dapat dikelompokan menjadi:

1. Pencapaian pengelola dan service, yang mempunyai persyaratan antara lain:

• Tidak menggangu sirkulasi pengunjung dan penghuni

• Mempunyai jalur khusus

2. Pencapaian pengunjung, yang mempunyai persyaratan antara lain:

• Komunikatif, mudah dipahami dan mudah dilihat

• Terorientasi pada jalan utama

• Tidak menggangu arus lalu lintas sekitar

Menurut cara pencapaiannya dapat digolongkan menjadi pencapaian


sirkulasi kendaraan dan manusia.

5. Topografi dan Drainase


a. Topografi
Topografi menggambarkan karakter suatu tapak. Bentuk muka tanah (baik
dataran maupun bukit) mempengaruhi micro climate karena berpengaruh terhadap
pergerakan udara dan orientasi sinar matahari. Angin menjadi lemah di sisi lereng
yang terlindungi dan menjadi kuat pada sisi lereng atasnya. Pada malam hari,
daerah yang lebih rendah memiliki suhu yang lebih dingin dibandingkan dengan
lereng yang lebih tinggi.
Di kawasan ini, termasuk dataran rendah. Daerah yang terdapat disini
relatif datar sehingga pada kawasan tapak ini juga datar.
b. Drainase

Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang


sangat penting dalam suatu perencanaan tapak. Ruang luar suatu tapak yang telah
dirancang dengan baik, apabila terdapat bagian
dari tapak yang tergenang air akan
menyebabkan rancangan menjadi tidak
sempurna. Genangan air yang tidak terencana
menyebabkan efek visual yang kurang baik,
selain itu dapat merusak konstruksi perkerasan.
Bila genangan air terjadi pada tanah permukaan
lunak atau bidang alas rerumputan, mengakibatkan rumput menjadi rusak dan
mati, demikian pula dengan tanaman hias. Pengadaan saluran air pada tapak yang
dirancang sangat mutlak dipikirkan.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Berdasarkan isi dari tugas ini, maka dapat disimpulkan bahwa Kantor
Kementrian Keuangan adalah kementerian negara di lingkungan Pemerintah
Indonesia yang membidangi urusan keuangan dan kekayaan negara,
Kementerian Keuangan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Presiden.
Lokasi pembangunan Kantor Kementrian Keuangan harus strategis oleh
karena itu sangat tepat jika Kantor Kementrian Keuangan ini di bangun di
kecamatan Ujung Pandang karena lokasi tersebut merupakan pusat ekonomi.
Selain itu lokasi tersebut sangat strategis.

B. SARAN

Dalam melakukan sebuah perancangan, salah satunya perencanaan


pembangunan Kantor Kementrian Keuangan maka kita harus menyusun konsep
dengan data-data yang lengkap.

Anda mungkin juga menyukai