Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan umum
yang bermakna disebagian besar Negara seluruh dunia.Infeksi menular seksual
yang juga dikenal sebagai penyakit menular seksual, disebabkan oleh virus,
bakteri, atau organismeparasit yang ditularkan melalui aktivitas seksual
dengan pasangan yang telah terinfeksi. Lebih dari 40 jenis infeksi ini telah
terdeteksi antara lain klamidia, gonorea, hepatitis B dan C, herpes, human
papilloma virus, sifilis, trikomoniasis, dan flour albus (Sarwono, 2011).
Meskipun infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui
hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin
dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer
jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat
kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2011)
Berdasarkan World Health Organization (WHO), memperkirakan
terdapat lebih dari 380 juta kasus dari infeksi menular seksual yang terjadi
setiap tahun di dunia, terutama pada pria dan wanita berusia 15-49 tahun
(WHO, 2010).
Pada tahun 2005, diperkirakan ada 318 juta IMS dengan perkiraan
39.690.000 kasus infeksi klamidia, 9.430.000 kasus gonore, 2,54 juta kasus
sifilis dan sekitar 25.760.000 kasus trikomonas (WHO, 2012). Kasus baru
IMS diperkirakan lebih dari 110 juta dikalangan laki-laki dan perempuan di
dunia (CDC,2013)
Di Indonesia, hasil data Survei IMS yang dilaksanakan di 23
kabupaten/kota di 11 provinsi, prevalensi sifilis tertinggi ditemukan pada
waria (25%), kemudian diikuti wanita pekerja seksual (10%), pria potensial
risiko tinggi (4%) dan pengguna napza suntik (penahun) (2%). Prevalensi
gonore tertinggi pada wanita pekerja seksual (38%), kemudian waria (29%),
laki-laki (21%). Prevalensi klamidia tertinggi pada wanita pekerja seksual

1
(41%) diikuti waria (28%) dan laki-laki (21%). Prevalensi wanita pekerja
seksual (10%) (kemenkes RI,2011).
Prevalensi jumlah kasus baru infeksi menular seksual di Jawa Barat
tahun 2012 sebanyak 8.671 kasus, lebih sedikit di bandingkan pada tahun
2011 yang angkanya mencapai 10.752 kasus. Meskipun demikian kasus yang
sebenarnya di populasi masih banyak yang belum terdeteksi. Program
pencegahan dan pengadilan penyakit menular seksual mempunyai taget bahwa
seluruh kasus harus diobati sesuai standar (Profil Dinkes Jawa Barat, 2012)
Prevalensi menular seksual di kabupaten Bandung Barat, yakni dengan
prevalensi infeksi gonore sebanyak 40% dan sifilis 35%, peningkatan ini
terbukti sejak tahun 2003 15%, tahun 2004 sebanyak 20%, sementara tahun
2005 sebanyak 24% (Depkes, 2010). Pada tahun 2016 kasus Fluor albus
merupakan masalah kesehatan reproduksi yang hampir 75% perempuan
mengalaminya (Sari pety M, 2016).
IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual
dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan
seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau dubur (anal). Macam-
macam penyakit yang dapat menular dari IMS yaitu flour albus, sifilis, herpes
genitalis, tricomoneasis, chancroid, klamidia, kondiloma akuminata, gonorre
dan vaginitis (Sarwono, 2011).
Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah trikomoniasis,
vaginosis bacterial dan kandidiasis. Sering menyebabkan noninfeksi dari
vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis
sendiri disebabkan oleh gonore dan klamidia. Prevalensi dan penyebab
vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar
perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala
salah satunya yaitu keputihan (fluor albus). (Monalisa el al, 2012)
Fluor albus merupakan suatu keadaan yang normal atau sebagai tanda
dari adanya suatu penyakit (patologis). Kondisi normal bening sampai
keputihan, tidak berbau dan tidak menimbulkan keluhan. Fluor albus yang

2
patologis biasanya berwarna kekuningan/kehijauan/keabu-abuan, berbauamis
atau busuk, jumlah secret umumnya banyak dan menimbulkan keluhan seperti
gatal, kemerahan (eritema), edema, rasa terbakar pada daerah intim, nyeri
pada saat berhubungan seksual (dyspareunia) ataun nyeri saat berkemih
(dysuria). (Monalisa el al, 2012).
Fluor albus adalah suatu keluhan berupa pengeluaran caiaran dari
saluran dari kelamin wanita yang berlangsung lama, berulang, bernanah,
berdarah sewaktu, berbau, dan dirasakan nyeri serta gatal. Seluruh permukaan
saluran kelamin wanita mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan cairan
Fluor albus dibagi menjadi 2 bentuk yaitu fluor albus fisiologis muncul
mendekati ovulasi, rangsangan seksual, menjelang dan sesudah menstruasi,
atau pengaruh hormonal pada kelamin. Fluor albus patologis muncul karena
infeksi vagina, bakteriologis umum sampai bersifat spesifik, infeksi
trikomonas vaginalis, infeksi jamur Cadida albicans, karena tumor jinak atau
perlukaan ( polip servikal dan endometrial, perlukaan pada serviks). Selain itu
terjadi karena keganasan porsio korpus uteri dan vagina disertai fluor albus
yang sulit sembuh. Fluor albus tuba karsinoma bersifat khas “hidroptube
profluens”, cairan seperti madu. Fluor albus patologi dapat muncul juga
karena benda asing dalam vagina khususnya pada anak kecil dan memasukan
benda asing ke dalam liang vagina (Ida Ayu, 2011).
Proporsi wanita yang mengalami flour albus bervariasi antara 1 -50%
dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika
merupakan suatu gejala penyakit dapat terjadi pada semua usia. Data
penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita di
dunia pasti menderita fluor albus yang patologis dan 25% diantaranya
mengalami fluor albus yang fisiologis (Nugraha, 2009).
Fluor albus tidak bisa di anggap biasa, karena berakibat fatal bila lambat
ditangani, tidak hanya bias mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar
kandungan, fluor albus juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher
rahim yang bisa berujung pada kematian (Monalisa dkk, 2012)

3
Wanita yang mengalami keputihan tidak normal merupakan indikasi dari
berbagai penyakit seperti vaginitis, kandidiasis dan trikomoniasis yang
merupakan salah satu dari gejala penyakit menular seksual (PMS). Terutama
pada wanita yang pernah berganti pasangan seksual atau pasangan seksualnya
berganti pasangan seksual. (Notodmodjo, 2013) memaparkan penyakit
menular seksual (PMS) seperti gonore mempunyai ciri-ciri keputihan yang
seperti nanah.
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat tertular
infeksi menular seksual. Namun, yang harus diwaspadai adalah kelompok
beresiko tinggi terkena infeksi menular seksual yaitu orang suka berganti-ganti
pasangan seksual (Depkes RI, 2009).
Menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2013), perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu pertama faktor predisposisi
mencangkup: pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan system nilai; kedua factor
pemungkin mencangkup kesediaan sarana dan prasarana kesehatan; ketiga
faktor penguat informasi mencngkup sikap dan perilaku petugas kesehatan,
tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Pengetahuan yang merupakan faktor predisposisi merupakan komponen
yang sangat penting, walaupun peningkatan pengetahuan tidak selalu
menyebabkan terjadinya perubahan perilaku, tetapi mempunyai hubungan
yang positif untuk tidak terjadinya perubahan perilaku, karena pengetahuan
merupaka domain yang sangat penting dalam membentuk tindak seseorang
(Notoatmodjo, 2005).
menurut penelitian Febrianti, 2015 Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan pengetahuan dan sikap dengan kejadian IMS dan menurut
Sari, 2016 Hasil uji statistik bahwa pengetahuan tidak berhubungn dengan
kejadian Flour albus sedangkan sikap berhubungan dengan kejadian Flour
albus.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Infeksi Menular Seksual

4
Dengan Kejadian Fluor Albus Pada Ibu Rumah Tangga Di Klinik IMS Cipatat
Kabupaten Bandung Barat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu,
Adakah Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Infeksi Menular Seksual
Dengan Kejadian Fluor Albus Pada Ibu Rumah Tangga Di Klinik IMS Cipatat
Kabupaten Bandung Barat.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang infeksi
menular seksual dengan kejadian fluor albus pada ibu rumah tangga di
Klinik IMS Cipatat Kabupaten Bandung Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap tentang infeksi
menular seksual dengan kejadian fluor albus.
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang infeksi
menular seksual dengan kejadian fluor albus.
c. Untuk mengetahui hubungan sikap tentang infeksi menular seksual
dengan kejadian fluor albus.
3. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Sebagai arah perkembangan ilmu kesehatan dalam bidang kesehatan
refroduksi tentang kejadian fluor albus.
2. Manfaat Praktis
Manfaat bagi institusi diharapkan dapat menjadi bahan informasi
mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Infeksi Menular
Seksual dengan kejadian fluor albus Ibu Rumah Tangga Di Klinik IMS
Cipatat Kabupaten Bandung Barat”, serta sebagai bahan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuanmerupakan hasil dari “tahu”dan ini terjadi setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan
terjadi melalui pancra indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo,2010).
Pengetahuan penggunaan pikiran dan penalaran logika serta bahasa
dalam hal ini pikiran mengajukan pertanyaan yang relevan dengan
persoalan sedangkan penalaran merupakan proses bagaimana pikiran
menarik kesimpulan dari hal-hal yang sebelumnya diketahui
(Notoatmodjo,2010).
Berdasarkan penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2010) terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Selain itu mereka juga
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, contohnya disaat seorang
mengetahui bahwa dirinya terjangkit IMS, ia perlu tahu apa saja yang
harus dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh dirinya dan menjaga
agar tidak menularkan IMS pada orang lain.
b. Interes, yakni orang mulai tertarik padastimulus, contohnya dengan
seseorang terjangkit IMS maka orang tersebut akan lebih terpacu untuk
mencari tahu lebih banyak informasi tentang IMS.

6
c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru, contohnya seorang yang
terjangkit penyakit IMS ia akan mencoba pengobatan baru demi
kesembuhan penyakitnya.
e. Adoption, objek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Dengan adanya kesadaran
dari dalam diri seorang yang terjangkit IMS ditambah dengan
pengetahuan yang didapat maka dia menjadi tahu dan mampu dalam
menghadapi gejala IMS serta lebih tahu tentang perawatan kesehatan
reproduksinya khususnya vulva hygiene.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo,2005), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Tahu ini
merupakan tingkat paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (Analysis)

7
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintetis (Synthesis)
Merupakan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap
suatu materi atau objek berdasarkan cerita yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang ada.
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman
Dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.
Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan
seseorang.
b. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.Keyakinan ini bisa mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun
negative.
c. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang, misalnya radio, televise, majalah, Koran dan
buku.
d. Social budaya

8
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
Menurut skinner dalam Notoatmodjo (2007), bila seseorang
mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun
tulisan, maka dikatakan mengetahui bidang itu sekumpulan jawaban
yang diberikan seseorang itu dinamakan pengetahuan.Secara kualitas
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi
menjadi tiga tingkat yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 75-100%.
b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 60-75%.
c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <60%.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari
subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain
diatas (Notoatmodjo,2005).
B. Konsep Dasar Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap adalah sebagai suatu aspek psikologis dalam kehidupan
manusia yang mempunyai peran besar. Dari sikap seseorang terhadap
suatu objek, dapat diketahui atau diramalkan perilaku atau tindakan
apa yang akan dilakukannya terhadap objek tersebut. Gerungan (2002)
mengatakan bahwa : peran sikap dalam kehidupan manusia adalah
peran besar, sebab apabila sudah diketahui pada diri manusia, maka
sikap itu akan menentukan cara-cara tingkah lakunya terhadap objek-
objek attitudenya. Adapun sikap itu menyebabkan bahwa manusia
akan bertindak secara khas terhadap objeknya (Gerungan, 2002:151).
2. Komponen-komponen Sikap
Para ahli psikologis sosial banyak berpendapat bahwa sikap
(attitude) merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen

9
yakni (1) Komponen Kognitif adalah komponen sikap yang
berhubungan dengan keadaan perasaan terhadap objek, (2) Komponen
Afektif, adalah komponen sikap yang berhubungan dengan keadaan
perasaan terhadap objek, dan (3) Komponen Konasi, adalah komponen
yang berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak atau
berperilaku terhadap objek.
3. Ciri-ciri Sikap
Untuk dapat lebih memahami tentang sikap, perlu dibahas pula
tentang ciri-ciri atau karakteristik dari sikap. Beberapa ahli psikologi
sosial mengemukakan pendapatnya tentang ciri-ciri atau karakteristik
sikap seperti pada bahasan berikut ini :
Gerungan (2002:153) mengemukakan tentang ciri-ciri dan
karakteristik sikap sebagai berikut :
a. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan melainkan dibentuk
atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam
hubungannya dengan objeknya.
b. Sikap itu dapat berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari
orang atau sebaliknya sikap itu dapat dipelajari oleh karena sikap
dapat berubah
c. Sikap ini tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung
relasi tertentu terhadap suatu objek
d. Objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan.
4. Tingkatan Sikap
Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa terdapat empat tingkatan
sikap, yaitu :
a. Menerima (Receiving)
Dalam hal ini subjek mau menerima dan memperhatikan stimulus
yang ada.
b. Merespon (Responding)

10
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap
c. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang
ibu yang mengajak ibu lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke
posyandu, merupakan suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko yang ada, merupakan tingkatan sikap yang
paling tinggi.
C. Infeksi Menular Seksual
1. Pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, parasite atau jamur, yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra
seksualnya. Infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab
infeksi saluran reproduksi (ISR). Tidak semua IMS menyebabkan ISR
dan sebaliknya tidak semua ISR disebabkan IMS.
IMS juga dikenal dengan istilah penyakit kelamin. IMS biasanya
ditularkan melalui hubungan seksual (lewat vagina, anus dan
mulut).Ada beberapa jenis IMS yang bisa menular melalui penggunaan
jarum suntik bekas secara bergantian.Beberapa IMS yang dikenal
adalah HIV dan AIDS, hepatitis B dan hepatitis C (sakit kuning), sifilis
(raja singa), gonore (kencing nanah), klamidia, herpes, jengger ayam,
kutu bayur.
2. Penyebab Tertularnya Infeksi Menular Seksual
Menurut (manuaba, 2005) penyebab tertularnya infeksi menular
seksual dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :

11
a. Seks tanpa kondom
Meskipun pemakaian kondom tidak berarti menjamin tidak
terkena penyakit menular seksual (IMS), akan tetapi penggunaan
kondom adalah salah satu cara terbaik menghindari penularan
penyakit menular seksual (PMS) saat melakukan hubungan seks.
Pemakaian kondom selama berhubungan mempunyai efek
mengurangi risiko transmisi.
b. Berganti-ganti pasangan.
Semakin banyak pasangan, tentu memiliki risiko penularan
penyakit menular seksual (PMS) makin tinggi.Para pelaku yang
berganti-ganti pasangan mempunyai kecenderungan yang mungkin
tidak disadari oleh mereka bahwa pasangan yang biasa mereka
pilih asalah yang juga suka berganti-ganti.
c. Mengenal seks sejak dini tanpa edukasi yang baik
Para remaja maupun dewasa muda lebih rentan terkena
penyakit menular seksual (PMS) dibandingkan yang sudah cukup
umur.Hal ini karena secara biologis para perempuan muda
cenderung mempunyai badan yang cenderung lebih kecil sehingga
mudah terjadi robekan sewaktu melakukan intercourse.
Serviks mereka pun belum berkembang dengan sempurna
sehingga lebih rentan terkena chlamydia, gonorea dan penyakit
menular seksual (PMS) lainnya. Perlu diingat, para usia muda
jarang menggunakan kondom dan lebih cenderung mengambil
risiko dalam hal seksual, apalagi kalau mereka dalam pengaruh
alcohol.
Penggunaan obat-obatan terlarang.Siapapun tahu
penggunaan obat terlarang menyebabkan tidak stabil dalam
mengambil keputusan termasuk mengenai hubungan seksual.Perlu
diingat pula, penggunaan jarum suntik yang berganti-gantian
meningkatkan risiko untuk terkena HIV dan Hepatitis.

12
d. Melakukan seks karena kebutuhan mendapatkan uang untuk gaya
hidup. Tuntutan gaya hidup yang serba canggih dan mahal tentunya
membutuhkan uang banyak. Sayang sekali, banyak remaja dan
dewasa muda melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan
mereka termasuk melakukan seks demi gaya hidup yang
sebenarnya jauh di atas kemampuannya risiko untuk penularan
penyakit menular seksual (PMS) sangatlah tinggi karena biasanya
yang iseng melakukan seks dengan para remaja dan dewasa muda
ini adalah orang yang suka sekali berganti-ganti pasangan.
3. Macam-macam Infeksi Menular (IMS)
a. Gonore (Gonorrhea)
Gonore adalah penyakit seksual yang ditularkan melalui
kontak seksual, biasanya hubungan intim. Gonore disebabkan oleh
infeksi dari bakteri yang dinamakan Neisseria gonorcocci,. Bakteri
ini hidup pada lingkungan yang hangat dan lembab, seperti yang
ditemukan pada selaput lender saluran kencing pria dan wanita atau
pada leher Rahim wanita dan tidak tahan zat desinfektan.
Seorang laki-laki langsung tahu bahwa ia terserang gonore.
Adanya rasa sakit pada penis dan kesulitan buang air seni
merupakan masalah yang sering dilakukan. Biasaya mereka
mencari bantuan medis segera setelah problem itu terjadi, yang
umumnya muncul tiga sampai lima hari setelah melakukan
hubungan intim dengan pasangan yang terinfeksi. Gonore kadang
dapat menyebabkan tetesan nanah dan rasa sakit ketika kencing
yang biasanya bening dan mudah di alirkan menjadi kental.
Infeksi gonore kadang tanpa gejala yang jelas pada
perempuan.Sekitar 80% perempuan yang mengalami penyakit ini
tidak menunjukkan gejala yang mudah dikenali.Akan timbul rasa
sakit atau kesulitan buang air seni, atau bisa juga keluarnya cairan
yang luar biasa dari vagina.Hal lainnya beberapa rasa sakit pada
bagian tubuh.Tempat-tempat yang paling sering terkena infeksi

13
adalah system reproduksi-vagina, serviks dan uterus.Infeksi juga
muncul dalam tenggorokan, anus dan uretra.
Infeksi gonore selama kehamilan telah di asosiasikan
dengan pelvic inflammatory disease (PID).Infeksi ini sering
ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan
desi dua dan mengisi cavum uteri. Pada tahap lanjut Neisseria
gonorreboeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang
premature., kehamilan premature, corioamnionitis dan infeksi
pascapersalinan.
Oleh karena itu, untuk perempuan hamil dengan resiko
tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining terhadap infeksi gonore
pada saat datang untuk pertama kali antenatal dan juga pada
trimester ketiga kehamilan.beberapa jenis obat antibiotika dapat
mengobati gonore. Salah satu kesulitan utamanya adalah beberapa
jenisgonococcus menjadi imun terhadap antibiotika
tertentu.Kadang-kadang penting sekali seseorang mencoba menguji
kepekaanya terhadap antibiotika tertentu sebelummemulai
pengobatan dengan salah satu yang cocok (BKKBN, 2002).
b. Chancroid
Chancroid adalah infeksi menular seksual yang ditandai
dengan luka yang menyakitkan pada alat kelamin. Chancroid
diketahui menyebar dari satu ke individu lain melalui kontak
seksual. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang disebut haemophilus
ducreyi (atau H.Ducreyi) chancroid menyebabkan bisul atau luka,
biasanya dari alat kelamin. Bengkak kelenjar getah bening yang
menyakitkan di daerah selangkangan sering dikaitkan dengan
chancroid. Chancroid adalah salah satu penyakit ulkus kelamin
yang mungkin berhubungan dengan peningkatan resiko
penularandari Human immunodeficiency virus (HIV), penyebab
AIDS.

14
Infeksi dimulai dengan munculnya luka terbuka yang
menyakitkan pada alat kelamin, kadang-kadang disertai bengkak,
nyeri kelenjar getah bening diselangkangan.Gejala ini terjadi dalam
satu minggu setelah terkena.Gejala pada wanita sering kali kurang
nyata dan mungkin terbatas pada nyeri buang air kecil atau buang
air besar, menyakitkan hubungan seksual, perdarahan rektal, atau
vagina.
Chancroid lesi mungkin sulit dibedakan dari borok yang
disebabkan oleh genital herpes atau sifilis.Namun ulkus pada
chancroid umumnya lebih besar dan lebih menyakitkan daripada
yang berkaitan dengan sifilis.Chancroid juga dapat mengakibatkan
pembengkakan, kelembutan dan radang kelenjar getah bening
diselangkangan.Gejala dari chancroid yang tidak berkaitan dengan
sifilis.
c. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh
Trepponema palidum yang dapat mengenai seluruh tubuh, mulai
dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat dan juga
dapat tanpa manifestasi lesi ditubuh.Sifilis umumnya ditularkan
lewat kontak seksual namun juga dapat secara vertical pada masa
kehamilan, lewat vagina atau anus, atau seks oral dengan orang
yang terinfeksi. Trepponema pallidum biasanya berpindah sewaktu
kontak melalui lecet yang terbuka pada penderita menuju kulit
sehat yang terkelupas karena lecet atau selaput lender dari orang
lain.
Sifilis muncul 10-90 hari setelah melakukan hubungan
intim dengan seseorang yang terinfeksi, tanpa rasa sakit, luka yang
terbuka (memborok) dinamakan chancre, biasanya terdapat pada
batang penis atau didalam vagina.Luka ini mengandung
syphilisspirochete. Chancre mongering selama lebih dari sebulan,
sekalipun tidak diobati, akan menghilang. Namun, tanpa

15
pengobatan syphilis spirochete tetap hidup di dalam tubuh.Satu
sampai enam bulan mendatang, sifilis kedua berkembang. Yang
biasanya muncul sebagai ruam warna cokelat kemerah-merahan di
atas tubuh , timbulnya bercak-bercak di kulit yang tidak nyeri,
bercak ini terdiri dari bentol-bentol kemerahan pada kulit. Mungkin
juga menjadi lender keputih-putihan yang menempel di dalam
mulut dan kerongkongan atau didalam vagina, kerontokan rambut
dan membengkaknya kelenjar.
Lebih mudah bagi laki-laki untuk mengatakan bahwa
dirinya mengidap sifilis, karena luka-luka pada penisnya kasat
mata.Seorang perempuan biasanya tidak merasakan apa-apa pada
tahap pertama, tetapi mungkin berkembangnya ruam pada tahap
kedua serta gangguan otak dan jantung apabila penyakit
berkembang pesat menuju tahap ketiga. Pemeriksaan darah
merupakan cara yang paling sederhana untuk mendiagnosis
penyakit ini.
Wanita hamil dapat menularkan sifilis kepada anak yang
dikandungnya, karena Trepponema pallidum dapat menembus
membrane plasenta. Dalam hal ini kuman tersebut akan
mengakibatkan keguguran, lahir mati atau sifilis kongenital. Sifilis
kongenital dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan dan
penengaran atau merusak bentuk gigi dan tulang
belulang.Pemeriksaan darah rutin sewaktu kehamilan dipakai
untuk mendiagnosis sifilis pada ibu agar masalah pada bayi dapat
dihindarkan.
Sifilis dapat diobati dengan salah satu dari beberapa jenis
penisilin.Apabila terdapat keraguan apakah seseorang mengidap
sifilis atau tidak, tes darah dapat dilakukan diagnosis.
(BKKBN,2004).
d. Chlamadia

16
Chlamadia adalah penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.Infeksi Chamadia
biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan
anus.Chlamydia trachomatis dapat pula mengenai mata bila mata
terkena tangan yang sudah menyentuh kelamin dari orang yang
terinfeksi.Chlamadia juga dapat menyerang
kerongkongan.Sehingga pasangan dianjurkan untuk tidak
melakukan seks oral bila salah satu sudah terkena.Bayi dapat
terkena infeksi chlamadia pada matanya sewaktu melewati servix
ibu yang menderita infeksi.
Gejala-gejala infeksi chlamadia amat mirip dengan gonore,
walaupun lebih ringan.Chlamydia trachomatis dapat menyerang
uretra wanita dan pria.Uretritis adalah peradangan dari saluran
kencing.Pria penderita NGU biasanya mengeluarkan cairan tipis
keputihan dari dalam penis dengan perasaan nyeri seperti terbakar
sewaktu kencing.Dapat pula dirasakan berat pada buah pelir dan
gatal pada skrotum.Pada wanita, infeksia chlamadia menderita
nyeri waktu kencing, cairan dari dalam vagina, nyeri rongga
panggul, iritasi pada kemaluan dan terganggunya siklus
menstruasi.Cervik dapat membengkak dan merah.Oral seks dapat
menimbulkan infeksi tenggorokan pada pasangan seksnya.
Walaupun gejala-gejala tersebut dapat timbul, biasanya satu
dari tiga wanita terinfeksi yang mengalaminya.Oleh karena
demikian banyaknya penderita yang tidak menunjukkan gejala
apapun, penyakit ini sering disebut penyakit “diam”. Orang yang
menghadapinya secara tidak sadar dapat menularkannya pada
orang lain.
Bila tidak diobati, maka chlamadia dapat menyebar ke
organ reproduksi wanita, menimbulkan PID yang akhirnya dapat
mengakibatkan kemandulan karena penyumbatan tuba fallopi.Pada
pria, infeksi yang tidak diobati akan merusak organ reproduksi

17
seperti epididymis, yang membengkak, nyeri pada skrotum dan
demam (BKKBN,2004).
e. Vaginitis
Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
adanya infeksi atau peradangan vagina.Vaginitis biasanya ditandai
dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina.
Gejala lain adalah gatal atau iritasi di daerah kemaluan dan perih
sewaktu kencing.
Beberapa kasus vaginitis disebabkan oleh reaksi alergi atau
kepekaan terhadap bahan kimia.Tetapi umumnya disebabkan oleh
kumanyang ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di
dalam vagina dan menjadi “ganas” karena gangguan keseimbangan
di dalam vagina.
Penggunaan antibiotika atau pil anti hamil, perubahan diet,
pembiasaan, yang berlebihan, penggunaan stocking dan pakaian
dalam dari nilon dapat menimbulkan perubahan pada vagina yang
memungkinkan kuman itu berkembang biak dengan cepat.
Kebanyakan infeksi vagina yang disebabkan oleh bakteri, candida,
trichomonas atau kombinasi dari ketiganya.
Wanita yang mengalami vaginitis dianjurkan untuk
memeriksakan dirinya kepada ahli penyakit kandungan. Sekalipun
demikian anjuran-anjuran berikut perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinyavaginitis :
a. Basuhlah bagian luar kemaluan secara teratur dengan sabun
ringan
b. Pakailah celana dalam katun (bahan nilon menyimpan panas
dan kelembapan yang memungkinkan vaginitis berkembang).
c. Jangan memakai celana yang terlalu ketat pada selangkangnya
d. Jika kehidupan seks anda aktif, yakinkan bahwa pasangan anda
menjaga kebersihannya. Kondom dapat mengurangi
kemungkinan terinfeksi oleh pasangan seksnya.

18
e. Pakai jelly atau bahan pelumas lain yang steril dan larut air
dalam kegiatan seks anda. Hindarkan penggunaan vaselin.
f. Hentikan hubungan seks yang nyeri atau mengakibatkan lecet
g. Hindari diet yang kaya gula atau karbohidrat olahan, karena
dapat mengubat pH normal vagina dan memungkinkan kuman
berkembang.
h. Wanita yang rentan terhadap infeksi vagina yang dianjurkan
untuk sering membilas dengan air biasa, larutan soda, satu atau
dua sendok cuka didalam seperempat liter air (manuaba,2005).

f. Candidiasis
Candidiasis juga dikenal dengan nama moniliasis, thrush
atau infeksi yang disebabkan oleh jamur canidia albicans.
Candidiasis biasanya menimbulkan gejala peradangan , gatal dan
perih didaerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina
yang menyerupai bubur.Walaupun fungus selalu terdapat sampai
taraf tertentu, biasanya tidak menimbulkan gejala selama
lingkungan vagina terjaga normal.
Candidiasis dapat ditularkan secara seksual antar pasangan
seks, sehingga kedua pasangan harus diobati secara
simultan.Candidiasis pada pria biasanya berbentuk NGU, penis
memerah atau lecet dikemaluan yang rasanya membakar dan nyeri
sewaktu kencing. Candidiasis juga dapat menular secara
nnonseksual, bila wanita memakai handuk atau lap yang sama.
Penularan juga terjadi melalui oral seks.
g. Herpes Genitalia
Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV)
adalah sejenis penyakit yang menjangkiti mukut, kulit dan alat
kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit
pada otot disekitar daerah yang terjangkit hingga saat ini, penyakit
ini masih belum dapat disembuhkan , tetapi dapat diperpendek

19
masa kambuh herpes genitalia (HG) merupakan IMS virus yang
menempati urutan kedua tersering didunia dan merupakan
penyebab ulkus genital tersering di Negara maju. Virus herpes
simpleks tipe-2 (VHS-2) merupakan penyebab HG tersering
(82%), sedangkan virus herpes simpleks tipe-1 (VHS-1) yang lebih
sering dikaitkan dengan lesi bibir mulut dan bibir, ternyata dapat
pula ditemukan pada 18% kasus herpes genitalis.
Manifestasi klinik HG sangat dipengaruhi oleh faktor
pejamu, pejanan VHS sebelumnya, episode terdahulu dan tipe
virus.Masa inkubasi umumnya berkisar 3-7 hari, bahkan dapat
lebih lama.Prediksi pada perempuan dapat ditemukan didaerah
labia mayor/minor, klitoris, introitus vagina dan serviks, sedangkan
yang lebih jarang didaerah perianal, bokong dan mons pubis.
Episode pertama HG dapat primer maupun non-
primer.Episode-episode pertama adalah episode penyakit yang
terdapat pada seseorang tanpa didahului oleh pejanan/ infeksi
VHS-1 maupun VHS-2 sebelumnya. Sementara itu, episode
pertama non-primer dapat ditemukan:
1. Episode penyakit yang terjadi pada seseorang dengan riwayat
pajanan/infeksi VHS-1 atau VHS-2 sebelumnya atau
Reaktivasi dari infeksi genital asimptomatik atauInfeksi genital
pada seseorang dengan riwayat infeksi orolabialis
sebelumnya.Manifestasi klinik yang timbul bervariasi dari
ringan sampai berat. Gejala biasanya diawali dengan rasa
terbakar dan gatal didaerah lesi yang terjadi beberapa jam
sebelum timbulnya lesi.
Selain itu, dapat pula disertai gejal konstitusi seperti males,
demam dan nyeri otot. Lesi tipikal berupa vesikel berkelompok
dengan dasar eritema yang mudah pecah dan menimbulkan
erosi multiple. Kelenjar getah bening regional dapat membesar
dan nyeri. Masa pelepasan virus pada infeksi primer terjadi

20
lebih kurang 12 hari. Inveksi oral VHS-1 terdahulu dapat
melindungi sebagian besar infeksi genital oleh VHS -1. Selain
itu infeksi VHS-1 terdahulu akan memberika perlindungan
persial terhadap pajanan infeksi VHS-2, sehingga gejala klinik
akibat infeksi VHS-2 menjadi lebih ringan atau subklinik.
Lesi rekuen dapat terjadi dengan gejala klinik umumnya
lebih ringan, penyembuhan lebih cepat dan masa pelepasan
virus berlangsung kurang dari 5 hari.Herpes genitalis rekuen
dapat berupa fisura yang cepat hilang tanpa gejala.Rekurensi
HG oleh VHS-2 lebih sering dibandingkan VHS-1.
Umumnya rekurensi lebih sering terjadi pada 1 tahun
pertama setelah episode pertama, sedangkan tahun-tahun
berikutnya lebih jarang dikenal pula keadaan
subklinik/asimptomatik, yaitu keadaan tidak ditemukan gejala ,
tetapi pada pemeriksaan serologi didapatkan antibody terhadap
VHS. Selain itu, lebih kurang 60% kasus dijumpai sebagai lesi
atipik, dengan gambaran lesi tidak khas sehingga tidak diduga
sebagai HG.
Transisi virus dapat terjadi melalui kontak seksual dengan
pasangan yang telah terinfeksi, tetapi juga dapat secara vertical
dari ibu kepada janin yang dikandungnya .sekitar 70% infeksi
pada neonates terjadi pada saat persalinan ketika bayi
berkontak langsung melalui jalan lahir dengan vagina ibu yang
terinfeksi.
Selain itu, infeksi dapat terjadi pada saat janin masih berada
didalam kandungan secara asendens dari asimptomatik. Risiko
tinggi transmisi pada janin akan terjadi pada keadaan timbul
lesi primer pada kehamilan atau keadaan seronegatif dengan
suami seripositif, atau pemakaian alat monitor pada kulit
kepala bayi dengan ibu seropositive.

21
Penatalaksanaan HG pada kelamin dapat dibedakan antara
perempuan hamil dengan episode primer dan perempuan hamil
dengan episode rekurens.Pengobatan dengan asikvloir harus
diberikan semua perempuan yang menderita HG episode
primer dalam kehamilan.terapi supresif dengan asikvloir pada 4
minggu terakhir pada kehamilan dapat mencegah rekuensi HG
pada saat partus.
Dianjurkan untuk dilakukan untuk seksio sesarea terhadap
semua perempuan hamil datang dengan HG lesi primer pada
saat menjelang kelahiran, namun tidak dianjurkan untuk
perempuan yang terserang HG isi primer pada trimester
pertama ataupun kedua.
h. Trichomoniasis
Trichomoiasis adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan
oleh suatu parasite atau suatu protozoa yang disebut trichomonas
vaginalis.Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar didaerah
kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti
busa atau juga kuning kehijauan berbau busuk.Sewaktu bersetubuh
atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina.Namun sekitar 50%
dari wanita yang mengidapnya tidaka menunjukkan gejala apa-apa.
Trichomoniasis hamper semua ditularkan secara seksual.
Hal ini dapat dapat mengakibatkan NGU (radang saluran kencing)
pada pria.Yang tidak menunjukkan gejala atau berupa adanya
sedikit cairan yang keluar dari penis biasanya pada waktu kencing
pertama sekali dipagi hari.
Dapat juga terasa gatal, gelid dan iritasi di uretra. Karena
pria dapat mengidap trichomonlasis ini tanpa menyadarinya ,
merekapun dapat menularkannya melalui kontak dengan mani yang
ada pada lap, handuk atau seprey.
Trichomoniasis pada wanita dan pria diobati dengan obat
metronidazole (flagyl), kecuali pada tiga bulan pertama

22
kehamilan.karena pasanga dapat saling menularkan, maka
sebaliknya diobati bersamaan.Program pencegahan dan
pengendalian IMS bertujuan :
a. Mengurangi mordibitas dan mortalitas berkaitan dengan IMS
b. Mencegah infeksi HIV
c. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan
d. Mencegah efek kehamilan yang buruk
Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya
pada pengobatan animikroba untuk memperoleh kesembuhan dan
menurunkan tingkat penularan namun juga memberikan
pelayanan panipurna yang dibutuhkan untuk mencapai derajat
kesehatan reproduksi yang baik.Komponen penatalaksanaan IMS
meliputi :
a. Anamnesis tentang riwayat infeksi/penyakit
b. Pemeriksaan fisik dan pengambilan specimen/bahan
pemeriksaan
c. Diagnosis yang tepat
d. Pengobatan dini dan efektif
e. Nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual
f. Penyediaan kondom dan anjuran pemakaian
g. Penalaksanaan mitra seksual
h. Pencatatan dan pelaporan kaus
i. Tindak lanjut klinis secara tepat (pedoman nasioanal
penanganan IMS 2011)
4. Konsep Keputihan (Fluor Albus)
Keputihan atau fluor albus atau leukorea atau vaginal discharge
merupakan istilah yang menggambarkan keluarnya cairan dari organ
genitalia atau vagina yang berlebihan dan bukan darah (Sibagariang,
2010). Menurut Kusmiran (2011), keputihan adalah cairan bukan darah
yang keluar di luar biasanya dari liang vagina baik berbau atau tidak,

23
serta disertai adanya rasa gatal setempat.Menurut Monalisa et al.,
(2012), keputihan terbagi dua macam, yaitu:
a. Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terkadang
berupalendir atau mukus dan mengandung banyak epitel dengan
leukosit yangjarang, sedangkan keputihan patologis banyak
mengandung leukosit.Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan
hormon saat masa menjelangdan sesudah menstruasi, sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 siklusmenstruasi, pada saat terangsang,
hamil, kelelahan, stres, dan sedangmengkonsumsi obat-obat
hormonal seperti pil KB, serta atrofi
vulvovagina(hipoestrogenisme) pada menopause.
b. Keputihan Patologis
Merupakan cairan eksudat dan mengandung banyak
leukosit.Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap luka
(jejas).Luka (jejas) inidapat diakibatkan oleh infeksi
mikroorganisme seperti jamur (Candidaalbicans), parasit
(Trichomonas), bakteri (E.coli, Staphylococcus,Treponema
pallidum).Keputihan patologis juga dapat terjadi akibat bendaasing
yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke dalam vagina,
neoplasmajinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas.
Penyebab keputihan Keputihan atau fluor albus yang
fisiologis dapat ditemukan pada :
1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini
dikarenakan adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta
terhadap uterus dan vagina janin.
2. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.
3. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari
dinding vagina(Spence et al., 2007).
4. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-
kelenjar pada mulut Rahim.

24
5. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat
sehinggamenutup lumen serviks yang berfungsi mencegah
kuman masuk ke ronggauterus.
6. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode
kontrasepsi(Monalisa et al., 2012).
Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini,
yaitu :
1. Infeksi
a. Infeksi Jamur
Infeksi jamur terjadi jika ada kelainan flora vagina (misalnya
penurunan laktobasil) dan 80-95% disebabkan oleh Candida
albicans. Gejala yang biasanya muncul adalah keputihan kental
seperti keju, bewarna putih susu, rasa gatal, dan sebagian melekat
pada dinding vagina akibatnya terjadi kemerahan dan
pembengkakan pada mulut vagina.
Infeksi kandida tidak dianggap sebagai penyakit menular
seksual dan dapat timbul pada wanita yang belum
menikah.Kelompok resiko khusus yang rentan mengalami
kandidiasis adalah penderita diabetes mellitus, pengguna
kontrasepsi oral, pemakai antibiotika dan obat kortikosteroid yang
lama, dan wanita hamil.Selain itu, keputihan yang disebabkan
kandida bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubuh seperti
penyakit penyakit kronis, serta memakai pakaian dalam yang ketat
dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.
2. Bakteri
a. Gardnerella vaginalis
Bakteri ini terdapat kira-kira 30% dalam flora vagina wanita
normal.Mikroorganisme ini merupakan bakteri batang gram
negative yang biasanya ditemukan bersamaan dengan bakteri
anaerob (misalnya Bakteriodes dan Peptokokus).Bakteri ini
menyebabkan peradangan vagina tidak spesifik, biasanya

25
membentuk clue cell (bakteri yang mengisi penuh sel-sel epitel
vagina). Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi
senyawa amin, berbau amis, dan bewarna keabu-abuan. Gejala
yang ditimbulkan ialah fluor albus yang berlebihan dan berbau
disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
b. Onokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoe dan sering terjadi
akibat hubungan seksual.Gejala yang ditimbulkan ialah keputihan
yang bewarna kekuningan atau nanah dan rasa nyeri saat berkemih.
c. Klamidia trakomatis
Disebabkan oleh bakteri intraseluler obligat,
Chlamydiatrachomatis dan sering menyebabkan penyakit mata
trakoma danmenjadi penyakit menular seksual.Infeksi biasanya
ditandai denganmunculnya keputihan mukopurulen, seringkali
berbau dan gatal.Organisme ini paling baik dideteksi dengan asam
amino terkait enzimdalam uji antibodi monoklonal terkonjugasi
dengan floresen.
d. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah
Trichomonasvaginalis.Trikomonas berbentuk seperti buah pir,
terdapat flagella uniseluler dapat diamati bergerak di sekitar daerah
yang berisi banyakleukosit pada sediaan basah. T.
Vaginalis hampir selalu merupakan infeksi yang ditularkan
secara seksual. Sumber kuman seringkali berasal dari priadan
terdapat di bawah preputium atau dalam uretra atau uretra
bagianprostat.
Tetapi penularan trikomonas dapat juga melalui pakaian,
handuk,atau karena berenang.Gejala yang ditimbulkan ialah fluor
albus yangencer sampai kental, bewarna kuning kehijauan, dan

26
kadang-kadangberbusa disertai bau busuk, serta terasa gatal dan
panas.
e. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan
penyakit kelamin, seperti kondiloma, herpes, HIV/AIDS.
Kondiloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak dan
sangat berbau.
Sedangkan infeksi virus herpes bentuknya seperti luka
melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan
gatal, dan terasa panas. Infeksi virus dapat memicu terjadinya
kanker mulut rahim.
5. Patogenesis Fluor Albus
Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan
dapatmenjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Sekresivagina fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat
dari epitel skuamos vagina)dan sel skuamos vagina yang terkelupas
(Benson,2009).
Suasana area vaginanormal ditandai dengan adanya hubungan
dinamis antara Lactobacillusacidophilus (flora normal) dengan flora
endogen lainnya, estrogen, glikogen, pHvagina, dan metabolit
lainnya.Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogenperoksida
yang bersifat toksik terhadap bakteri patogen.Adanya
pengaruhestrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, laktobasilus
(Döderlein) danproduksi asam laktat mengatur pH vagina sekitar 3,8-
4,5 yang dapat menghambatpertumbuhan bakteri lainnya (Monalisa et
al., 2012).
Pada kondisi tertentu, pHvagina bisa lebih tinggi atau lebih rendah
dari normal.Jika pH vagina naik (lebihbasa) mengakibatkan kuman
penyakit mudah berkembang dan hidup subur sertamenginfeksi vagina
(Holloway, 2010).

27
6. Komplikasi
Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:
a. Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar
bartholin.
b. Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas
dapat mengakibatkan kelahiran prematur (Monalisaet al., 2012).
c. Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti
endometrium, tuba fallopi, dan serviks menyebabkan terjadinya
penyakit inflamasi pada panggul (PID) yang sering menimbulkan
infertilitas dan perlengketan saluran tuba yang memicu
terjadinyakehamilan ektopik (Rabiu et al., 2010).

28
KERANGKA TEORI

FAKTOR
PREDISPOSISI

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai
5. Pendidikan
6. Sosial
7. Ekonomi

FAKTOR
PENDUKUNG
Fluor albus
1. Fasilitas fisik
2. Fasilitas umum
3. Fasilitas kesehatan

IMS

(Infeksi Menular
FAKTOR PENGUAT Seksual)

1. Sikap petugas kesehatan

2. Perilaku petugas

kesehatan

3. Pengaruh media massa

29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tahapan-tahapan Penelitian
Agar penelitian yang dibuat dapat memenuhi syarat penelitian
yaitu sistematis, terencana, dan mengikuti konsep ilmiah sehingga untuk
mempermudahnya disusun langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan
Memilih topik penelitian, yaitu hubungan pengetahuan dan
sikap tentang infeksi menular seksual dengan kejadian flour albus pada
ibu rumah tangga di klinik IMS Cipatat Bandung Barat

a. Menentukan lahan penelitian di Klinik IMS Cipatat Bandung Barat


dan melakukan studi pendahuluan.
b. Menyusun studi kepustakaan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan masalah penelitian
c. Menyusun proposal penelitian
d. Mengikuti bimbingan penelitian
e. Melaksanakan seminar proposal
f. Perbaikan hasil seminar
2. Tahap Pelaksanaan
a. Izin penelitian dan informed consent dengan responden penelitian
b. Melakukan pengumpulan data
c. Melakukan pengolahan dan analisis data
d. Menarik kesimpulan
3. Tahap Akhir
a. Penyusunan laporan penelitian
b. Penyajian atau presentasi hasil penelitian.
B. Waktu dan lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan Di Klinik IMS Cipatat Bandung Barat pada Maret
2018 .

30
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikit :
a. H0: tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang
infeksi menular seksual dengan kejadian fluor albus.
b. Ha: terdapat hubungan tingkat pengetahuan dan sikap tentang infeksi
menular seksual dengan kejadian fluor albus.
D. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
berbeda teradap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam,
2013).Variabel independen (bebas) adalah suatu kegiatan stimulus yang
dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel
dependen.Variabel dependen (terikat) adalah yang dipengaruhi nilainnya
ditentuak oleh variabel lain (Nursalam, 2013).Variabel independen pada
penelitian adalah tingkat pengetahuan dan sikap tentang infeksi menular
seksual dan variabel dependen kejadian fluor albus.
Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2011).

31
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Tingkat Keseluruhan Denganmenggu 1. Kurang Ordinal


pengetahuan pemikiran nakanalatukurku (<60%)
gagasan, ide, esioner. 2. Cukup
konsep dan (60-70%)
pengalaman 3. Baik
yang dimiliki (>75%)
manusia tentang
infeksi menular
seksual
2. Sikap Suatu aspek Dengan 1. Tidak Ordinal
psikologis menggunakan menduku
dalam alat ukur ng >
kehidupan kuesioner mean
manusia yang (46,3)
berasal dari 2. Menduku
hasil ng >
pengindraan dan mean
pengamatan (46,3)
yang
mempunyai
peran besar
dalam
menyikapi
infeksi menular
seksual
3. Fluor Albus cairan bukan darah yang Dengan
keluar di luar biasanya menggunakan
dari liang vagina baik alat ukur
berbau atau tidak, serta kuesioner.
disertai adanya rasa gatal
setempat. Menurut
Monalisa et al., (2012)

32
E. Responden
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah
pria dan wanita yang melakukan pemeriksaan infeksi menular seksual
di Puskesmas.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah
sekelompok individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau
dimana penelitian langsung mengumpulkan data atau melakukan
pengamatan/pengukuran unit ini (Dharma, 2011). Sampel dalam
penelitian ini adalah pria dan wanita yang melakukan pemeriksaan
infeksi menular seksual diwilayah Puskesmas.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik Random Probability Sampling dengan metode
Purposive Sampling dimana semua individudalam populasi baik secara
sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai anggota sampel dengan cara undian sehingga jumlah
sampel dapat ditentukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang dibagikan kepada ibu rumah tangga di Klinik IMS Cipatat
Bandung Barat.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan peneliti lakukan dalam proses pengumpulan
data antara lain :
1. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
melakukan pendekatan dan pengumpulan data yang dibutuhkan

33
(Hidayat, 2011). Pengumpulan data dilaksanakan oleh peneliti dengan
cara meminta data jumlah pria dan wanita yang melakukan
pemeriksaan infeksi menular seksual di wilayah puskesmas yang akan
dijadikan populasi dalam penelitian. Setelah data didapatkan kemudian
peneliti melakukan pemilihan responden sesuai dengan kriteria,
kemudian peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
tujuan penelitian serta meminta ketersediaan untuk menjadi responden
(Surat persetujuan responden).
2. Pengolahan Data dan Analisa Data
Dalam melakukan analisis, data harus diubah terlebih dahulu dengan
tujuan mengubah data menjadi sebuah informasi. Pengolahan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan bantuan perangkat lunak komputer
pengolahan data statistik, dengan langkah-langkah sebagai berikut (Hidayat,
2011):
a. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dalam hal
ini proses editing yaitu memeriksa setiap lembar observasi untuk
memastikan semuanya sudah terisi.
b. Coding, yaitu memberikan kode pada setiap data yang telah
terkumpul dalam lembar observasi untuk memudahkan proses
pengolahan data.
c. Processing yaitu memindahkan atau memasukan data yang telah
dikumpulkan dari lembar observasi ke dalam master tabel atau data
base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana
atau membuat tabel kontingensi.
d. Cleaning atau melakukan teknik analisis, yaitu menarik
kesimpulan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan
sampel atau lebih dikenal dengan proses generalisasi dan
inferensial.

34
3. Analisa Data
Analisa data yang sudah diolah selanjutnya akan dianalisis
(Notoatmodjo, 2010) mengatakan bahwa menganalisis data tidak
sekedar mendeskripsikan dan mengiterprestasikan data yang telah
diolah. Oleh sebab itu cara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah :
a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan
dalam tujuan penelitian.
b. Membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan.
c. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang
merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang
bersangkutan.

1. Analisa Univariate (Analisis Deskriptif)


Menurut (Notoatmodjo, 2010) analisis data dalam penelitian
ini dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariate
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian., dimana disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan presentsi dari tiap variable. Dengan
memakai rumus

X
𝑃= 𝑥 100%
N
Keterangan :
P = presentase (%)
X = sekor total nilai tiap responden
N = jumlah soal (Arikunto, 2006)
Selanjutnya interpretasi data dideskripsikan dengan
menggunakan skala yang di adaptasi dari Arikunto (2010) :
0% : Tidak ada seorangpun dari responden

35
1-2% : Sebagian kecil responden
27-49% : Hampir setengah responden
50% : Setengah responden
51-79% : Sebagian besar responden
80-99% : Hampir seluruh responden
100% : Seluruh responden
Setelah ditabulasi selanjutnya pada tabel pengetahuan
ditafsirkan sebagai berikut :
a. Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab benar oleh
responden >75%
b. Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab benar oleh
responden 60-75%
c. Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab benar responden
< 60%.

2. Analisa Bevariate
Analisa bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan
terikat (Notoatmodjo, 2010). Sebelum dilakukan analisis bivariat
dilakukan uji chi-squer dengan tingkat kemaknaan 95% atau nilai
alpha 0,05.
Rumus yang digunakan :
(fo − fe)²
𝑥² = ∑
𝑓𝑒
Keterangan :
X² = Nilai chi-squer
Fo = Frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris)
Fe = Frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis)

36
H. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas pada
penelitian ini dilihat dari valid tidaknya pertanyaan (kuesioner) tersebut.

I. Etika Penelitian
Etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
yaitu terdiri dari (Hidayat, 2011) :
a. InformedCosent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed cosent adalah agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar pesetujuan. Jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa
informasi yang harus ada dalam informed cosent tersebut antara lain :
partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang
akan terjadi, manfaat, keberhasilan, informasi yang mudah dihubungi,
dan lain-lain (Hidayat, 2011).
b. Anomity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2011).

37
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2011)

38

Anda mungkin juga menyukai

  • 10-Widaryati - Final PDF
    10-Widaryati - Final PDF
    Dokumen7 halaman
    10-Widaryati - Final PDF
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • 10 Disease
    10 Disease
    Dokumen1 halaman
    10 Disease
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • 10 Disease
    10 Disease
    Dokumen1 halaman
    10 Disease
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Balance Exercise PDF
    Balance Exercise PDF
    Dokumen5 halaman
    Balance Exercise PDF
    Alfi Rohmatus Sholihah
    Belum ada peringkat
  • Habis 3 Poa
    Habis 3 Poa
    Dokumen7 halaman
    Habis 3 Poa
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • 64 127 1 SM
    64 127 1 SM
    Dokumen4 halaman
    64 127 1 SM
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Anc Dini Tri
    Anc Dini Tri
    Dokumen9 halaman
    Anc Dini Tri
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Dan Daftar Isii
    Kata Pengantar Dan Daftar Isii
    Dokumen9 halaman
    Kata Pengantar Dan Daftar Isii
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Sap Jiwa - Bahaya Rokok.
    Sap Jiwa - Bahaya Rokok.
    Dokumen24 halaman
    Sap Jiwa - Bahaya Rokok.
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Piket Kebersihan
    Jadwal Piket Kebersihan
    Dokumen2 halaman
    Jadwal Piket Kebersihan
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • SAP Rematik
    SAP Rematik
    Dokumen13 halaman
    SAP Rematik
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Cover Dan Daftar Isi
    Cover Dan Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Cover Dan Daftar Isi
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Undangan
    Undangan
    Dokumen1 halaman
    Undangan
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Role Play Manajemen
    Role Play Manajemen
    Dokumen9 halaman
    Role Play Manajemen
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Sap Rom Fix
    Sap Rom Fix
    Dokumen8 halaman
    Sap Rom Fix
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Registrasi Meja 1
    Registrasi Meja 1
    Dokumen2 halaman
    Registrasi Meja 1
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke
    LP Stroke
    Dokumen53 halaman
    LP Stroke
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • PERAWATAN LUKA
    PERAWATAN LUKA
    Dokumen5 halaman
    PERAWATAN LUKA
    Anonymous BXxTv8eVg
    100% (1)
  • Asuhan Keperawatan Osteoarthritis
    Asuhan Keperawatan Osteoarthritis
    Dokumen56 halaman
    Asuhan Keperawatan Osteoarthritis
    frangki bila
    100% (2)
  • Perk Emi Han
    Perk Emi Han
    Dokumen6 halaman
    Perk Emi Han
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • SAP Skabies
    SAP Skabies
    Dokumen10 halaman
    SAP Skabies
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Manfaat Madu Untuk Luka
    Manfaat Madu Untuk Luka
    Dokumen18 halaman
    Manfaat Madu Untuk Luka
    Anonymous BXxTv8eVg
    100% (1)
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • Na Ooooooooo Ooooooooo Oooooooooo Oooooooooo
    Na Ooooooooo Ooooooooo Oooooooooo Oooooooooo
    Dokumen11 halaman
    Na Ooooooooo Ooooooooo Oooooooooo Oooooooooo
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • BAB I Retardasi
    BAB I Retardasi
    Dokumen11 halaman
    BAB I Retardasi
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat
  • BERITA ACARA Rematik
    BERITA ACARA Rematik
    Dokumen2 halaman
    BERITA ACARA Rematik
    Anonymous BXxTv8eVg
    Belum ada peringkat