PENDAHULUAN
penggunaan tanaman obat sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional
tradisional telah diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu ke generasi
berikutnya. Pengobatan tradisional merupakan salah satu upaya di luar ilmu kedokteran
dan perawatan, yang dilakukan secara tradisional maupun dengan ilmu pengetahuan dan
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik. Hal ini merupakan salah satu upaya
tradisional.
Banyak sekali macam dan jenis anaman obat di alam yang masing– masing
memiliki khasiat dan kandungan senyawa tertentu yang berbeda satu sama lain.
Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam penting, yang memiliki nilai khusus
dari segi ekonomi. Tumbuhan merupakan tempat terjadinya proses sintesis senyawa
macam unsur. Kandungan senyawa yang terdapat pada bahan alam (tumbuhan) dapat
berupa senyawa metabolit primer dan juga senyawa metabolit sekunder. Senyawa
1
penghasil energi seperti karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan senyawa metabolit
pelindung tumbuhan dari gangguan penyakit dan serangan hama. Senyawa ini
ekosistem yaitu sebagai alat pemikat (attractant), alat penolak (rapellant) dan alat
sebagai obat– obatan oleh masyarakat karena memiliki banyak khasiat. Senyawa
metabolit sekunder banyak terdapat pada berbagai macam tumbuhan yang digunakan
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Glikosida
senyawa metabolit sekunder pada jaringan tumbuhan dan hewan yang memiliki atom
nitrogen (Hartati, 2010). Glikosida terdiri atas gabungan dua bagian senyawa,
yaitu gula yang disebut dengan gliko dan bukan gula biasa disebut aglikon.
Glikosida yang menghubungkan glikon dan aglikon ini sangat mudah terurai oleh
pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas (Rahayu dan Hastuti, 2008). Struktur
3
Jembatan atau ikatan glikosida yang menghubungkan glikon dan aglikon ini
sangat mudah terurai oleh pengaruh asam, basa, enzim, air, dan panas. Bila semakin
panas lingkungannya, maka glikosida akan semakin cepat terhidrolisis. Pada saat
glikosida terhidrolisis maka ikatan glikosida akan terputus sehingga molekul akan pecah
menjadi dua bagian yaitu glikon dan aglikon. Sifat-sifat dari glikosida yaitu mudah
menguap, mudah larut dalam pelarut polar seperti air, mudah terurai dalam keadaan
2.2 Kumarin
lakton lingkar enam dan memiliki inti 2H-l-benzopiran-2-on dengan rumus molekul
bahasa Karibia coumarou untuk pohon tonka. Coumarin tidak berwarna, kristal
prismatik, dan mempunyai karakteristik bau yang wangi dan rasa pahit, aromatis, rasa
yang panas, larut dalam alkohol. Kumarin juga dapat disintesis dengan cepat.
kumarin. Dicumarol didapatkan secara alami dari dedaunan dan pucuk-pucuk bunga
4
Melilous officinalis (Linne) Pall (Fam. Lamiaceae). Dikumarol digunakan sebagai
antikoagulan, termasuk garam-garam warvarin juga digunakan untuk efek ini. Derivat
kumarin yang merupakan antikoagulan yang berfungsi secara langsung dan digunakan
untuk juga untuk pencegahan dan pengobatan venous trombosis dan pulmonary
liver dengan melibatkan pada aksi vitamin K yang dibutuhkan ada karboksilasi gamma
pada residu asam glutamik dalam protein pembentuk faktor-faktor koagulasi II, VII,
IX, dan X .
Willdenow, Fam. Lamiaceae. Pada mulanya kumarin digunakan sebagai zat pemberi
rasa, namun adanya interaksi kumarin dengan obat atau zat terapetik, FDA telah
menghentikan kumarin sebagai penyedap. Kumarin dapat diisolasi dari sweet vernal
Medicus dan M. officinalis (Linne) Lamarck, Fam. Laminaceae, dan semanggi erah
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheaobionta
Superdivision : Spermatophyta
5
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Ordo : Asterales
Family : Asteracae
Genus : Artemisia
Tanaman artemisia berasal dari daerah Cina dengan jumlah spesies berkisar
200 – 400 spesies. Tanaman artemisia tumbuh dengan baik pada ketinggian 1 000 – 1
500 m dpl, sehingga budidaya tanaman artemisia masih terbatas di dataran tinggi.
Menurut Ayanoglu et al., (2002), tanaman artemisia merupakan tanaman semusim yang
bercabang banyak dan tingginya bisa mencapai 2 meter. Daun tanaman artemisia tidak
bertangkai, helaian daun berbulu, tersusun berseling, berbentuk oval, tepi daun berjari
lima dan panjang daun antara 2.5 -5 cm. Tanaman ini memiliki bunga majemuk yang
tersusun dalam rangkaian berupa malai. Bunga tumbuh merunduk di ketiak daun dan
al.,1990). Artemisinin dapat dengan cepat mengurai dan membersihkan darah dari
parasit Plasmodium sampai 90% hanya dalam waktu 48 jam (Namdeo et al.,
6
2006). Selain itu, artemisinin sudah digunakan selama lebih dari 30 tahun di
Vietnam dan Cina untuk menanggulangi kanker. Di alam kandungan artemisinin pada
tanaman Artemisia annua L. berkisar antara 0.1 – 1.8%. Artemisinin termasuk golongan
seskueterpen adalah senyawa C15 dari tiga satuan isopren yang terdapat sebagai
komponen minyak atsiri yang berperan memberikan aroma pada buah dan bunga.
dengan tingkat kepolaran rendah sehingga sangat sedikit larut dalam air dan mudah
larut dalam senyawa semipolar ke arah polar seperti campuran n-hexan dengan etil
alkohol.
pada bagian daun yaitu sebesar 89% dari total artemisinin yang terkadung pada
tanaman yang tersebar di daun bagian atas 41.7%, daun bagian tengah 25% dan daun
bagian bawah 22.2% (Kardinan, 2006). Bagian bunga dan batang tanaman artemisia
suatu organ yang hanya terdapat pada bagian daun, batang dan bunga (Ferreira et al.,
2005).
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Perlakuan Sampel
bulan.
b. Metode
a. Ekstraksi
lagi (bening).
8
Ekstrak lalu dikeringkan dengan menggunakan waterbath
kental
rendemennya.
b. Fraksinasi
9
4. Larutan yang mengandung fraksi diklormetan dipekatkan
ml.
chamber, fase diam plat silica gel GF254 dan fase gerak
fase diam plat silica gel GF254, lalu plat dimasukan kedalam
(3:1), (4:1), (7:2), (7:3), (8:2), (8:2) sampai didapat hasil dimana
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelaruh dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf lebih kecil dari
1,0.
10
8. Fase diam hasil KLT dideteksi menggunakan detektor UV pada
KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak
3. Sampel diinjeksikan pada plat silika gel GF 254 sebanyak 50πl dan
standar sebanyak 4µl, 8µl, 12µ l, 16µl, 20µl. Plat dimasukan kedalan
camber yang telah berisi larutan jenuh dengan posisi berdiri, ditunggu
11
BAB IV
4.1 Hasil
perbandingan 2:2, sehingga didapat nilai Rf, bercak dan wama yang
pada fraksi diklormethan karena memiliki nilai Rf, bentuk dan warna
yang sama dengan larutan standar yaitu 0,31. Kumarin ter- deteksi
Data yang diperoleh dari hasil KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk
12
Tabel 1. Hasil proses pemekatan atau penguapan / penguapan ekstrak etanol
artemisia annua.
digunakan
sebanyak 13,7 L
menjadi 1,500 L
kehitaman bath
gelombang 366 nm
Rf Warna
kumarin fluorisensi
diklormetan fluorisensi
13
3 Fraksi - - Berbentuk
Gambar 1.
tipis (KLT) dengan pengembang n-heksan : etil asetat pada perbandingan 2:2
pengembang n-heksan : etil asetat pada per bandingan 2:2 tanpa penyinaran
dan dengan penyinaran lampu uv pada panjang gelombang 366 nm (Gam bar 2 ).
14
Hasil kromatogram standar kumarin pada plat hasil KLT dengan
dan dengan penyinaran lampu uv pada panjang gelornbang 366 nm (Gambar 3).
15
Jika dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3 maka dapat diketahui bahwa senyawa
kumarin terdapat pada fraksi diklormethan dengan hasil uji KLT yang
diklormethan terdapat Rf dan bercak bulat flourisensi biru yang sangat terang
Kurva Kalibrasi
dan standar kumarin pada berbagai konsentrasi, hasil pada plat KLT dapat
Gambar 4.
16
Keterangan :
B: Gambar pada plat kromatogram KLT dengan disinari lampu pada panjan
gelombang 245 nm
Standar 1,2,3,4,5.
17
Dari pola kromatogram yang di dapat kemudian dilakukan pengukuran
dengan alat Densitometer Schimadzu CS- 9301 PC di dapat luas area dari sampel
Dari luas area tersebut dapat di hitung konsentrasi dari sampel ekstrak
B=98.8058, dan nilai R nya adalah 0.98 dari persamaan y= 668.2445 + 98.8058
X dapat diketahui kadar kumarin dari ekstrak metanol sebesar 10.5 ug/ml.
4.2 Pembahasan
determinasi pada setiap tanaman yang akan di teliti agar kita yakin bahwa
benar tanaman tersebut sesuai dengan yang kita harapkan sehingga kesalahan
Artemisia annua L., Tanaman ini juga berasal dari BPTO Tawangmangu,
dipilih berdasarkan keseragaman umur, asal usul dan garis keturunan yang
18
Artemisia annua L kumarin paling banyak terdapat pada bagian bunga dan
daun muda.
pemanasan yang tinggi zat aktif di dalam simplisia akan rusak. Pengeringan
dari herba Artemisia annua L. ini bertujuan agar kadar air dalam simplisia
berkurang sehingga tidak mudah terkena jamur dan dapat bertahan lama.
dan peng halusan dengan blender kemudian diayak dengan pengayak ukuran
soklet, eks traksi dilakukan secara kontinyu dengan jumlah pelarut yang
ekstraksi ini digunakan pendingin balik agar pelarut dan sample tetap
porator dengan cara menarik pelarut. Dari hasil pemekatan dan penguapan
19
dengan rotary evaporator dan water bath didapat kan rendemen ekstrak sebesar
21,92% ini artinya dalam dari 485 gram simplisia yang digunakan didapat 21,92%
fraksi methanol air yang berada pada lapisan atas dan ber warna coklat serta
fraksi diklormetan yang berada pada lapisan bawah berwama hijau pekat
dengan rotary eva-porator dan ekstrak diuapkan dengan water bath pada suhu
40-50oC agar senyawa kurnarin yang ada tidak rusak dimana kumarin
akan mencair bila dipanaskan pada suhu 68-70°C sampai didapat ekstrak
ken tal dan selanjutnya dilakukan identifikasi kumarin secara KLT dengan
Dari hasil identifikasi kumarin secara KLT dengan eluaen n-heksan:etil asetet
(2:2) didapat bercak dengan Rf dan warna baku kumarin yang sama dengan sample
pada fraksi diklometan (yang mengandung kumarin) dengan Rf sebesar 0,31 berwarna
biru fluorisensi yang dilihat pada lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm.
Sedangkan sampel pada fraksi metanol air (tidak ada kumarin) tidak terjadi pemisahan
dan tidak terdapat bercak biru fluorisensi hanya ada bercak hitam, ini meyakinkan kita
bahwa pada fraksi methanol-air tersebut tidak mengandung senyawa kumarin dan
20
Sebelum melakukan penatapan kadar kumarin, dilakukan recovery yaitu untuk
memastikan metoda yang kita gunakan baik atau tidaknya di dalam penelitian ini.
Emnurut literatur tingkat perolehan kembalai harus berkisar 95%-105%, dari hasil
recovery pada penetapan kadar kumarin didapat tingkat perolehan kembali 105% ini
menandakan bahwa metoda yang digunakan sudah memenuhi standar yang ditetapkan.
etil asetat = 2:2 yang sebelumnya telah dilakukan pencarian eluen yang cocok sebagai
pengembang agar didapat pemisahan yang baik. Dari jhasil KLT kemudian dilakukan
pembanding yang bervariasi adalah untuk mendapatkan kurva kalibrasi dari larutan
pembanding tersebut kemudian dari perhitungan didapat garis regesi. Hasil pengukuran
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
nilai Rf yang sama sebesar 0,31 dan bercak berwarna biru flouresensi yang
4. Pengukuran bercak KLT dengan densitometer didapat luas area kumarin dari
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Alegantina Sukma dan Isnawati Ani, 2010, Identifikasi dan Penetapan Kadar
Lapis Tipis –Densitometri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi
, Jakarta .
Pepaya (Carica Papaya L) dan Korelasinya dengan Perubahan Ph dan Warna pada
23