Anda di halaman 1dari 26

ACCOUNTING AND RESEARCH:

POSITIVE THEORY OF ACCOUNTING POLICY AND DISCLOSURE

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pengajar : Husnah Nur Laela Ermaya, SE, MM., Ak., CA

DISUSUN OLEH :

BILLY JOSIAH 1510112028


SITI AZIZAH 1510112042
ALFIAN SURADIANSYAH 1510112064

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan semaksimal mungkin.
Kami menyusun makalah ini dengan judul, “Accounting and Research: Positive
Theory of Accounting Policy and Disclosure”. Makalah ini membahas sedikit
tentang bagaimana teori akuntansi normatif bisa bergeser dan digantikan oleh
teori akuntansi positif yang berkembang saat ini, membahas terkait Teori Kontrak
dan Teori Keagenan yang berhubungan kuat dengan teori-teori lain seperti
permasalahn antara principal dengan manajer, principal dengan kreditor.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Husnah Nur Laela Ermaya,
SE, MM., Ak., CA selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi sekaligus
pembimbing dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, berbagai macam saran dan kritik akan diterima dengan tangan terbuka.
Semoga makalah ini membawa manfaat bagi para pembacanya.

Hormat Kami,

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Contracting Theory (Teori Kontrak) ................................................... 3
B. Agency Theory (Teori Keagenan) ...................................................... 4
C. Manager Agency Problem .................................................................. 6
D. Shareholder – Debtholder Agency Problem (Masalah Keagenan
Pemegang Saham dan Kreditur) ......................................................... 11
E. Ex Post Opportunism Vs Ex Ante Efficient Conctracting .................. 15
F. Signalling Theory ................................................................................ 17
G. Conservatism, Accounting Standards and Agency Costs ................... 18
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 21
A. Kesimpulan ......................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................... 25
Daftar Pustaka ................................................................................................. 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta
penggunaan kebijakan akuntansi yang plaing sesuai untuk menghadapi kondisi
tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya
beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan
memprediksi prekati-praktik akuntansi.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan
terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman, 1986). Selanjutnya dinyatakan
bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan
normatif terlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat.
Teori positif berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif dengan
alasan karena ketidakmampuan normatif untuk menguji secara empiris.
Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individu
daripada kemakmuran secara luas, serta normatif tidak mendorong atau
memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di
pasar modal.
Teori akuntansi positif telah menjadi kekuatan utama dalam penelitian
akuntansi akademik. Kemunculannya dari pendekatan teori akuntansi normatif
sebelumnya terletak pada pengembangan model teoritis pertukaran konkret
antara orang-orang yang menggunakan angka akuntansi untuk mempengaruhi
pembayaran di antara mereka, dan dalam pengujian empiris model ini.
Peneliti menganggap kebutuhan untuk model pilihan kebijakan akuntansi
sebagai penjelasan mengapa akun akuntan seperti yang mereka lakukan.
Penelitian teori akuntansi positif awal mengusulkan bahwa angka akuntansi
akan memainkan peran dalam kontrak yang digunakan untuk meminimalkan
biaya hubungan keagenan. Setelah ketentuan kontrak ditetapkan, diusulkan
bahwa manajer akan memilih kebijakan akuntansi untuk mentransfer kekayaan
kepada manajer atau pemegang saham, jauh dari principals dengan siapa

1
kontrak tersebut ditulis. Penelitian selanjutnya menggunakan model yang lebih
spesifik dan menggeser penekanannya pada pemilihan kebijakan akuntansi ex
ante yang efisien, dan untuk mengurangi biaya kontrak dan pemantauan atau
monitoring.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Teori Kontrak dan Teori Keagenan?
2. Apa yang dimaksud dengan Shareholder – Debtholder Agency Problem?
3. Apa pengertian dan perbedaan antara pendekatan oppotunism dengan
pendekatan efficient contracting?
4. Apa yang dimaksud dengan Signalling Theory Conservatism, Accounting
Standards, dan Agency Cost?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Teori Kontrak dan Teori Keagenan yang
berhubungan dengan Teori Akuntansi Positif.
2. Mengetahui pengertian Shareholder – Debtholder Agency Problem
3. Mengetahui pengertian dan perbedaan antara pendekatan opportunism
dengan pendekatan efficient dalam pengikatan kontrak antara principal
dengan agent.
4. Mengetahui pengertian Signalling Theory Conservatism, Accounting
Standards, dan Agency Cost.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Contracting Theory (Teori Kontrak)


Karakteristik teori kontrak perusahaan adalah sebagai hubungan hukum
(koneksi) dari hubungan kontrak antara pemasok dan konsumen dari faktor-
faktor produksi. Misalnya supplier, agen periklanan. Serta contoh lain seperti
saat kita membeli es krim di supermarket. Perusahaan ini sudah akan memiliki
kontrak langsung atau tidak langsung dengan semua pihak penyedia sumber
daya yang digunakan untuk memproduksi es krim. Hal ini berarti bahwa suatu
perhubungan kontrak karena centralize atau adanya hubungan, kontrak antara
Anda sebagai konsumen dan berbagai pemasok. Dalam pengertian yang lebih
umum, semua pemasok faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja dan modal)
secara tunggal mempunyai kontrak dengan konsumen untuk output mereka,
misalnya, kontrak:
1) Mendokumentasikan syarat dan kondisi kerja para manajer oleh
pemegang saham.
2) Mendokumentasikan syarat dan kondisi di mana pemberi pinjaman
menyediakan sumber daya keuangan.
3) Kerja untuk pabrik dan pekerja lainnya.
4) Untuk penyediaan barang.
5) Untuk penjualan dan pengiriman barang dan jasa.
Teori akuntansi positif biasanya berfokus pada dua tipe kontrak;
manajemen kontrak dan debt kontrak. Kedua kontrak tersebut merupakan
kontrak keagenan. Perusahaan perlu membuat laporan keuangan karena
adannya kontrak (mengenai siapa pembeli dan penjual) atau kontrak pembeli
dan penjual. Laporan keuangan dari perusahaan menunjukkan bahwa
perusahaan itu qualified untuk menyelesaikan pembayaran pembelian bahan
yang dibeli (contoh bahan baku). Karyawan perlu meyakinkan bahwa
perusahaan dapat digunakan sebagai tempat bergantung untuk mencari sumber
kehidupan. Kontrak perusahaan bisa dengan investor, kreditor, konsumen,

3
maupun pemerintah dalam memaksimalkan kemakmuran pemegang saham,
yang disebut dengan hak perusahaan.

B. Agency Theory (Teori Keagenan)


Paradigma agensi analitis ini kemudian mengalami perubahan dengan
memandang perusahaan sebagai suatu penghubungan kontrak dengan
pernyataan yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling bahwa perusahaan
adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai nexus (perhubungan) dari
serangkaian hubungan kontrak antara para individu.
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang (atau lebih) seorang principal dan orang lainnya, seorang agen, untuk
memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk melibatkan pemberian
delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. Baik principal
maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya
sendiri yaitu, untuk memaksimalkan kegunaan subjek mereka dan juga untuk
menyadari kepentingan bersama mereka. Ada dua alasan yang dapat mengarah
pada terjadinya divergensi antara kepentingan diri sendiri dengan perilaku
kooperatif:
1) Seleksi yang merugikan, sebagai suatu masalah informasi, timbul ketika
agen menggunakan informasi khusus yang tidak dapat diferivikasi oleh
principal untuk mengimplementasikan dengan sukses suatu aturan
inputtidakan yang berbeda dengan yang diinginkan oleh principal, dan
karenanya menyebabkan principal tidak mampu menentukan apakah si
agen telah membuat pilihan yang tepat.
2) Masalah resiko moral, sebagai suatu masalah ex post, timbuk ketika
mendapat masalah motivasional dan konflik sebagai akibat dari
mendasarkan kontrak kesepakatan pada perilaku pengganti yang tidak
sempurna.

Masalah keagenan yang timbul adalah masalah yang mendorong agen


untuk bersikap seolah-olah ia sedang memaksimalkan prinsip kesejahteraan.
Sebagai contoh, di mana agen adalah manajer perusahaan, manajer telah
insentif meningkatkan konsumsi perquisites seperti penggunaan mobil

4
perusahaan, akun biaya, atau ukuran pembayaran bonus dengan mengorbankan
para pemegang saham. Masalah keagenan, pada gilirannya, menimbulkan
biaya agensi. Pada tingkat yang paling umum, biaya agensi adalah setara dolar
dari penurunan kesejahteraan yang dialami oleh principal karena perbedaan
dari pemegang saham dan kepentingan agen. Jensen dan Meckeling membagi
biya agensi menjadi tiga, yaitu:

 Biaya pemantauan / monitoring

 Biaya obligasi / penjamin liabilitas

 Biaya Kerugian residual

Biaya monitoring adalah biaya pemantauan perilaku agen. Biaya


pemantauan dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengukur, mengamati
dan mengontrol perilaku agen. Contoh dari biaya pemantauan adalah biaya
audit, biaya penetapan rencana kompensasi manajemen, batasan anggaran,
aturan operasi.

Demikian pula, di bawah kontrak utang, manajer (saat ini bertindak atas
nama pemegang saham) adalah agen pemberi pinjaman. Semakin besar resiko
meminjamkan pemberi pinjaman akan lebih ingin memantau kinerja
perusahaan mereka dalam berinvestasi dengan menyediakan utang. Jika ada
perlindungan harga efisien, agen akhirnya dapat menanggung biaya monitoring
yang terkait dengan kontrak. Oleh karena itu, agen cenderung membentuk
mekanisme untuk menjamin mereka akan berperilaku untuk kepentingan
pemegang saham, atau untuk menjamin mereka akan memberikan kompensasi
pemegang saham jika mereka bertindak dengan cara yang bertentangan dengan
kepentingan pemegang saham. Agen akan siap untuk mengeluarkan biaya
obligasi hanya sebatas bahwa mengurangi biaya pemantauan yang mereka
tanggung.

Hipotesis ekuitas utang terkait dengan kontrak utang berpendapat bahwa


semakin tinggi utang atau ekuitas perusahaan yaitu sama dengan ketatnya
perusahaan terhadap batasan – batasan yang terdapat di dalam perjanjian utang
dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya

5
biaya kegagal teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa manajer
menggunakan metode – metode akuntansi yang meningkatkan laba.

Meskipun biaya pemantauan dan obligasi, hal itu masih menunjukkan


bahwa kepentingan agen tetap tidak akan sesuai persis dengan kepentingan
para pemegang saham. Selanjutnya, agen kemungkinan akan membuat
beberapa keputusan yang tidak sepenuhnya untuk kepentingan pemegang
saham. contoh misalnya, manajer mungkin mengubah akun untuk
memaksimalkan bonusnya. Dengan demikian, nilai bersih dari output agen
berkurang dari pada jika kepentingan agen benar – benar disesuaikan dengan
kepentingan principal.

Jika informasi manajemen dan pemegang saham dalam bentuk efisien kuat,
maka pasar akan memiliki informasi mengenai insentif dan peluang agen untuk
bertindak dalam cara yang bertentangan dengan kepentingan pelaku. Dalam
keadaan tertentu harga akan dilindungi oleh pemegang saham. Karena
perlindungan harga adalah biaya ditanggung oleh agen (agen menerima gaji
kurang daripada seharusnya mereka), agen memiliki insentif untuk obligasi
untuk kepentingan pemegang saham dan menanggung biaya pemantauan
perilaku. Insentif ini meningkat oleh kenyataan bahwa, di samping
perlindungan harga, prinsip dapat menetap dengan agen untuk perilaku
disfungsional. Meskipun berbagai bentuk pemerintahan, semua perilaku
disfungsional agen tidak akan dihapuskan, karena mekanisme ikatan beroperasi
pada biaya dan agen akan menanggung ini hanya sampai ke titik di mana biaya
marjinal melakukan hal sama dengan keuntungan marjinal. Daya tarik teori
keagenan terletak pada kenyataan bahwa atribut peran akuntansi sebagai
bagian dari mekanisme obligasi dan pemantauan – yang berkaitan erat dengan
peran pengelolaan akuntansi tradisional.

C. Manager Agency Problem


Pemisahan kepemilikan dan pengendalian menunjukkan bahwa manajer,
sebagai agen dari shareholders, harus bertindak untuk kepentingan mereka.
Tapi kepentingan agen mungkin bertentangan dengan kepentingan pemegang

6
saham. Kepemilikan sebagian atau tidak ada kepemilikan dari sebuah
perusahaan oleh manajemen memberikan insentif bagi manajer untuk
berperilaku dalam cara yang bertentangan dengan kepentingan pemegang
saham karena manajemen tidak menanggung biaya penuh dari setiap perilaku
disfungsional. Sebagai contoh, bayangkan sebuah skenario di mana tidak ada
pajak, ada satu pemilik perusahaan, dan pemilik yang juga manajer. Pemilik-
manager mungkin akan acuh tak acuh, apakah ia akan membeli sesuatu bukan
berupa uang yang bermanfaat secara langsung, atau apakah bisnis mereka
memberi manfaat untuk kepentingan mereka. Kedua-duanya memiliki dampak
keuangan yang sama. Asumsikan bahwa perusahaan memiliki NPV dari $
1.000.000 dan aset lainnya pemilik-manajer tersebut memiliki nilai $
1.000.000. Jika perusahaan menghabiskan $ 100,000 yang bermanfaat bagi
pemilik, seperti bonus yang lebih tinggi, pemilik tidak lebih baik atau lebih
buruk karena perusahaan merupakan perpanjangan langsung dari pemiliknya.
Sehingga , pemilik-manajer memiliki aset senilai $ 2.000.000.
Sekarang asumsikan bahwa pemilik-manajer menjual 30 persen dari
saham perusahaan. Sebagai pemilik 70 persen, manajer tidak lagi peduli,
apakah manfaat yang dimilikinya dibeli oleh perusahaan atau oleh manajer.
Sekali lagi asumsikan bahwa manajer memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri
dengan biaya sebesar $ 100.000, dan segera menikmati manfaat. Aset manajer
sekarang bernilai $ 1.600.000-yaitu, 70 persen bunga di perusahaan bernilai $
700,000 dan aset lain dari manajer adalah senilai $ 900,000. Tetapi jika
perusahaan memperoleh manfaat bagi pemiliknya, aset manajer tersebut
memiliki nilai $ 1.630.000 – yaitu, 70 persen bunga di perusahaan bernilai $
630,000 (70% x 1.000.000 – 70% x 100.000) dan aset lainnya manajer tersebut
memiliki nilai $ 1.000.000. Dalam hal ini, manajer lebih suka bahwa
perusahaan memperoleh manfaat baginya karena sebagian kecil dari biaya
manfaat tersebut dibayar oleh pemilik lainnya.
Proporsi biaya yang dikenakan manajer menurun karena kepemilikan
manajer dalam perusahaan menurun. Oleh karena itu, semakin kecil persentase
kepemilikan manajer dalam perusahaan, semakin besar kemungkinan manajer

7
adalah untuk secara berlebihan perquisites dan manfaat lainnya pada pekerjaan,
atau syirik dengan cara lain.
Proteksi harga dalam hal ini mengambil dua bentuk. Ketika pemilik-
manajer menjual proporsinya atau bagiannya dalam perusahaan, Investor
membayar saham apa yang mereka pikir saham tersebut patut dimiliki. Harga
ini menggabungkan diskon untuk sejauh mana manajer diharapkan untuk
memberikan perhatian lebih banyak pada kepentingan pada pekerjaan daripada
kepentingan investor. Dengan demikian, harga pemilik-manajer yang dibayar
untuk sahamnya mengurangi harapan terhadap pasar yang bertentangan
perilaku untuk meningkatkan kepentingannya, bahkan jika pemilik baru tidak
memonitor kinerja manajer. Jika pemilik baru melakukan memonitor kinerja
manajer semakin dekat, mereka akan menggaji manajer atas dasar penilaian
terhadap kemungkinan perilaku yang bertentangan dengan kepentingan
mereka. Sehingga , jika pasar yang efisien, maka para pemegang saham baru
menerima tingkat normal rata-rata pengembalian. Para manajer akhirnya
menanggung biaya pemegang saham dalam memantau kinerja mereka dan
perilaku yang diharapkan mereka yang dapat mengurangi kekayaan pemilik.
Oleh karena itu, mereka adalah pihak yang memiliki insentif dalam
kontrak untuk memiliki tindakan mereka pantau, dan untuk membatasi
tindakan mereka yang mengurangi nilai perusahaan. Jika mereka menyediakan
jaminan yang cukup kredibel di muka bahwa mereka akan bertindak dalam
kepentingan pemegang saham, pasar akan membayar harga lebih tinggi untuk
kepemilikannya, dan ada kemungkinan monitoring menjadi kurang.
Manajer umumnya lebih memilih untuk berinvestasi dalam proyek
investasi yang kurang berisiko, proyek-proyek yang lebih rendah nilai sekarang
bersih karena mereka memiliki human capital yang didiversifikasi signifikan
dimana diinvestasikan dalam mengelola bisnis mereka. Artinya, aset manajer
yang paling berharga adalah sumber daya manusia mereka sendiri serta
keahlian manajemen , dan semua ini diinvestasikan di satu perusahaan.
Kehilangan pekerjaan atau kurang dibayar memiliki dampak yang signifikan
terhadap kekayaan manajer. Selanjutnya, risiko ini tidak dapat sepenuhnya
melakukan lindung nilai atau diversifikasi karena manajer biasanya

8
diperkerjakan hanya dalam satu posisi manajemen saja. Diversifikasi melalui
investasi pada perusahaan lain dapat mengurangi risiko manajer karena SDM
manajer adalah suatu aset utama bahwa risiko yang terkait dengan itu jauh
melebihi risiko yang terkait dengan investasi lain. Dengan demikian, manajer
menghindari risiko sehubungan dengan manajemen mereka dari perusahaan
hanya dalam kasus investasi tinggi tetapi berisiko tinggi oleh perusahaan jika
mengurangi nilai SDM mereka. Manajer karena itu secara rasional lebih
memilih untuk meminimalkan risiko mereka sendiri daripada memaksimalkan
nilai perusahaan.
Sebuah contoh dari penghindaran resiko muncul jika manajemen dari
sebuah perusahaan penghasil batubara didirikan memiliki kesempatan untuk
membeli tambang emas dan operasi yang sangat spekulatif itu. Tingkat
pengembalian kepada pemegang saham bisa melebihi 100 persen per tahun
setelah pajak di masa mendatang. Di sisi lain, tambang bisa gagal, memberikan
hasil negatif terhadap perusahaan dan menyebabkan kerugian, sehingga dana
yang pemegang saham terima adalah negatif. Adanya kemungkinan tingkat
pengembalian yang sangat tinggi untuk pemegang saham, pemegang saham
ingin manajemen untuk berinvestasi di tambang emas. Setelah semua,
pemegang saham akan menuai hasil yang tinggi dan, karena kewajiban
terbatas, hanya kehilangan sejumlah nilai dari jumlah nilai yang belum dibayar
dalam saham mereka jika operasi tidak berhasil.
Di sisi lain, manajer akan menolak dengan investasi di tambang karena
jika gagal, nilai aset mereka yang paling berharga, yaitu SDM mereka akan
jatuh dan mereka mungkin kehilangan pekerjaan mereka. Meskipun mereka
dapat memperoleh pekerjaan lain, tidak akan selalu berada pada tingkat status
yang sama dan atau remunerasi karena reputasi mereka untuk mengelola
sebuah operasi gagal. Selanjutnya, waktu dan usaha yang dihabiskan mencari
pekerjaan bisa menjadi mahal untuk manajer. Jelas, kemudian, pemegang
saham dan manajer memiliki preferensi yang berbeda insentif dan risiko.
Masalah yang lebih luas berasal dari perbedaan waktu kepentingan antara
pemegang saham dan manajer terhadap perusahaan. Pemegang saham secara
teoritis tertarik pada arus kas perusahaan untuk jumlah waktu tak terbatas ke

9
masa depan, karena nilai teoritis saham mereka adalah nilai diskon kini dari
arus kas yang timbul dari saham. Bahkan jika pemegang saham memiliki
saham untuk berspekulasi, nilai saham mereka adalah nilai tunai dari seluruh
arus kas kepada siapa pun yang memegang saham selama saham ada. Dengan
demikian, bahkan pemegang saham spekulatif memiliki bunga jangka panjang
di perusahaan karena arus masa depan kas perusahaan mempengaruhi berapa
banyak investor lain yang akan membayar saham.
Laba sering dianggap sebagai yang lebih langsung berhubungan dengan
kinerja manajerial dari harga saham. Dengan demikian, laba akuntansi sering
digunakan baik sebagai pengganti, atau bersama dengan, nilai saham di
pengupahan manajer. Sebagai contoh, remunerasi seorang manajer mungkin
termasuk gaji tetap ditambah bonus di mana manajer yang dibayar dari
persentase keuntungan yang melebihi beberapa keuntungan dasar
dikombinasikan dengan beberapa bonus terkait dengan nilai saham perusahaan.
Oleh karena itu, sebagai konsekuensinya, manajer memiliki kepentingan yang
kuat dengan cara perhitungan keuntungan, dan dalam pemilihan kebijakan
akuntansi.
Berarti kontrak secara spesifik memotivasi manajer untuk bertindak
dalam kepentingan pemegang saham meliputi:
1) Menyediakan rencana bonus di mana batas atas bonus sebagian
tergantung pada rasio pembayaran dividen perusahaan

2) Membayar manajer lebih berdasarkan pergerakan harga saham sebagai


manajer mendekati pensiun
3) Membayar bonus pada tingkat progresif sebagai peningkatan keuntungan
yang dilaporkan
4) Kurangnya remunerasi dengan kompensasi berbasis saham sebagai
kepemilikan manajer dalam peningkatan perusahaan

Oleh karena itu, pendapatan berbasis rencana bonus adalah bagian yang
lebih penting dari skema kompensasi eksekutif dan biasanya menyediakan
bagi manajer untuk berbagi dalam beberapa bagian dari keuntungan yang
dilaporkan, telah dihipotesiskan bahwa, dengan adanya temuan ini, manajer

10
akan memilih prosedur akuntansi bahwa pergeseran melaporkan laba dari
periode mendatang untuk periode ini. Transfer laba antara periode
mempengaruhi nilai sekarang dari bonus manajer dan meningkatkan
kepastiannya. Hal ini dinamakan hipotesis bonus. Hipotesis rencana bonus
sering diutarakan sebagai: rencana kompensasi manajemen perusahaan
dengan menggunakan peningkatan kebijakan akuntansi laba.

Yang mengatakan penggunaan laba sebagai dasar untuk kompensasi


eksekutif ini sekarang juga baik diterapkan di seluruh dunia, dengan
menggunakan saham dan opsi saham juga baik diterapkan di perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di pasar stok saham. Menariknya, memperkenalkan
beberapa isu-isu akuntansi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi laba
yang dilaporkan, dan dengan demikian komponen kompensasi manajemen
yang terkait dengan laba yang dilaporkan. Pentingnya regulasi atas
kompensasi manajemen dan bagaimana perusahaan cenderung untuk
mengambil keputusan ekonomi nyata untuk melawan aturan baru yang akan
mengubah pengaturan untuk pembayaran kontrak untuk manajer puncak.

D. Shareholder-Debtholder Agency Problem (Masalah Keagenan Pemegang


Saham dan Kreditur)
Ketika kita membahas aturan kontrak utang dalam konteks lembaga, kita
asumsikan bahwa manajer adalah baik pemilik tunggal dari perusahaan, atau
memiliki kepentingan yang benar-benar selaras dengan kepentingan pemilik.
Artinya, principal dalam hal ini adalah kreditor, atau pemberi pinjaman; agen
adalah manajer yang bertindak atas nama pemegang saham atau pemilik
lainnya. Mengingat bahwa nilai perusahaan meliputi jumlah utang ditambah
dengan nilai dari ekuitas, salah satu cara untuk meningkatkan nilai ekuitas
adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang lain adalah untuk
mentransfer kekayaan dari kreditor.
Smith dan Warner mengakui bahwa masalah keagenan dari utang dapat
menimbulkan empat metode utama dari transfer kekayaan dari debtholders
kepada pemegang saham:

11
1. Pembayaran Dividen yang Berlebihan
Masalah pembayaran dividen yang berlebihan muncul ketika
pembayaran utang yang dipinjamkan kepada perusahaan diasumsikan
pada tingkat tertentu pembayaran dividen. Utang dengan harga sesuai,
tetapi perusahaan kemudian mengeluarkan tingkat dividen yang lebih
tinggi. Penerbitan dividen lebih tinggi mengurangi basis aset untuk
membayar utang dan mengurangi nilai hutang. Pada situasi ekstrim, ada
insentif bagi manajemen untuk meminjam dan kemudian membayar
semua dana yang dipinjam sebagai dividen, meninggalkan kreditor
dengan tidak ada apa-apa dan meninggalkan pemegang saham dengan
dana. Pemegang saham mendapatkan keuntungan di bawah skema
tersebut karena mereka telah menerima uang tunai, tetapi kewajiban
terbatas berarti bahwa mereka tidak secara pribadi bertanggung jawab
atas hutang dari perusahaan dalam hal kepailitan.
2. Substitusi Aset

Substitusi aset didasarkan pada premis bahwa pemberi pinjaman yang


mau mengambil resiko. Mereka memberikan pinjaman kepada
perusahaan dengan harapan mereka tidak akan berinvestasi dalam aset
atau proyek dari risiko yang lebih tinggi daripada yang diterima oleh
mereka. Sesuai harga utang mereka, melalui tingkat bunga yang
dibebankan atau jangka waktu pinjaman. Setelah itu, mereka tidak
berbagi dalam peningkatan keuntungan proyek yang berisiko tinggi.
Namun, mereka berbagi dalam kerugian sejauh kerugian masih dalam
tahap aman untuk memenuhi tuntutan mereka. Di sisi lain, pemegang
saham umumnya memiliki portofolio yang terdiversifikasi dan, dengan
kewajiban terbatas, adalah lebih suka risiko dalam kaitannya dengan
investasi mereka dalam perusahaan tertentu. Hal ini karena mereka
berpartisipasi dalam risiko terbalik di mana aset berisiko tinggi
memberikan keuntungan yang tinggi, tetapi terbatas berarti bahwa
mereka tidak berpartisipasi dalam risiko rendah.
3. Kurangnya Investasi

Kurangnya investasi terjadi ketika pemilik memiliki insentif untuk tidak

12
melaksanakan proyek-proyek dengan NPV positif karena untuk
melakukannya akan meningkatkan dana yang tersedia dengan
debtholders, tetapi tidak kepada pemilik. Sebagai contoh, bayangkan
sebuah perusahaan yang sedang menghadapi kebangkrutan. Memiliki
dana pemegang saham sebesar negatif $ 90.000. perusahaan bisa
berinvestasi dalam proyek yang akan memberikan NPV positif sebesar $
50.000. Namun, seluruh $ 50.000 dicatat ke debtholders perusahaan,
bukan kepada pemegang saham. Ini akan mengurangi hutang bersih $
40,000. hanya jika proyek yang diperoleh NPV positif lebih dari $ 90,000
akan memaksimalkan kekayaan pemilik sehingga memiliki insentif untuk
berinvestasi dalam proyek.
4. Pencairan Klaim

Pencairan klaim terjadi ketika isu hutang perusahaan dari isu-isu prioritas
yang lebih tinggi daripada utang yang masih dalam masalah. Hal ini
meningkatkan dana yang tersedia untuk meningkatkan nilai perusahaan
dan nilai kepemilikan, Tapi mengurangi keamanan relatif dan nilai
hutang yang ada. Hal ini berarti, itu pencairan nilai utang yang ada karena
utang yang kini telah menjadi lebih berisiko dengan adanya hutang
prioritas lebih tinggi. Sekali lagi, pemberi pinjaman dapat mengantisipasi
pencairan klaim dan melindungi harga, namun alternatif adalah bagi
pemilik untuk memasukkan dalam perjanjian kontrak utang yang
menyatakan bahwa mereka tidak akan meminjam utang dari prioritas
yang lebih tinggi atau jatuh tempo sebelumnya.
Shareholders dan debtholders sama-sama memberikan dana.
Shareholders memberi dana dalam bentuk modal. Debtholders membeli dana
dalam bentuk utang, sehingga utang tersebut perlu dikembalikan suatu saat
nanti. Manajer bertindak sebagai wakil shareholders . Debtholders memberi
pinjaman kepada shareholders . Hak debtholders harus dipenuhi terlebih
dahulu bila sudah terpenuhi baru hak shareholders. Jika yang dirugikan adalah
shareholders, pembayaran deviden diselesaikan setelah membayar kewajiban
kepada debtholders. Hak shareholders semakin berkurang bila kinerja
perusahaan semakin turun.

13
Persyaratan perjanjian utang adalah syarat dan ketentuan tertulis dalam
kontrak utang yang membatasi kegiatan pengelolaan atau mengharuskan
manajemen untuk mengambil tindakan tertentu. Pembatasan yang dirancang
untuk melindungi kepentingan debtholders dengan mensyaratkan, misalnya,
bahwa perusahaan mempertahankan tingkat tertentu aset sebagai jaminan untuk
hutang. Pelanggaran dari perjanjian utang merupakan standar teknis pada
kontrak dan menyediakan. Pembatasan yang terdapat dalam kontrak utang
umumnya terdiri satu atau lebih dari empat kategori:

1. Persyaratan perjanjian yang membatasi produksi-peluang investasi


perusahaan. Persyaratan perjanjian ini dirancang untuk mengurangi
substitusi aset dan kurangnya investasi.
2. Persyaratan perjanjian menahan pembayaran dividen dan biasanya
mengikat pembayaran dividen ke fungsi dari keuntungan. Perjanjian ini
menghalangi pembayaran dividen yang berlebihan.
3. Persyaratan perjanjian menahan kebijakan pembiayaan perusahaan. Ini
ditujukan pada masalah pencairan klaim dan biasanya mengambil
bentuk membatasi penggunaan utang yang lebih tinggi
4. Bonding persyaratan perjanjian yang mengharuskan perusahaan untuk
memberikan informasi tertentu kepada para pemberi pinjaman, seperti
laporan dan pengungkapan laporan keuangan untuk pihak berwenang.
Ini membantu pemegang obligasi menentukan apakah persyaratan
perjanjian telah dilanggar atau yang dekat dengan pelanggaran.
Keberadaan utang menunjukkan bahwa manajer, bertindak untuk
pemegang saham, memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari
debtholders kepada pemegang saham. Karena mereka dibatasi oleh
persyaratan perjanjian utang, manajer juga memiliki insentif untuk
mengadopsi prosedur akuntansi yang memungkinkan mereka untuk
memikirkan persyaratan perjanjian.
Para peneliti telah membuat hipotesis bahwa dengan meningkatnya
leverage perusahaan, manajer akan memilih prosedur akuntansi yang
menggeser pelaporan laba dari periode mendatang untuk periode ini. Asumsi
adalah bahwa, dengan meningkatnya leverage, perusahaan semakin dekat

14
dengan pembatasan perjanjian, dan dengan demikian insentif manajer untuk
mentransfer kekayaan dari debtholders meningkatkan proporsional.
Peningkatan laba tidak akan menghindari banyak persyaratan perjanjian,
karena kendala cakupan bunga hanya benar-benar menggunakan keuntungan
dalam algoritma.
Namun, peningkatan laba umumnya disertai oleh peningkatan aktiva
bersih dan penurunan leverage. Kita bisa ulang kata-kata hipotesis
mengatakan bahwa, dengan meningkatnya leverage perusahaan, manajer akan
memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan penurunan aktiva atau
kewajiban, karena banyak perjanjian utang membatasi kewajiban sebagai
proporsi dari aset. Mengurangi pelaporan leverage dalam cara ini menurunkan
kemungkinan melanggar perjanjian utang dasar dalam rasio utang perusahaan.
Menariknya, kondisi ekonomi dan reputasi yang berbeda berarti bahwa peran
persyaratan perjanjian hutang dan angka akuntansi dalam kontrak utang tidak
konstan, baik antara perusahaan, atau bahkan untuk perusahaan yang sama
dari waktu ke waktu.
E. Ex Post Opportunism Vs Ex Ante Efficient Contracting
Kontrak agen memberikan insentif bagi agen untuk bertindak dengan
cara yang bertentangan dengan kepentingan prinsipal. Namun, fakta bahwa ada
perlindungan harga berarti bahwa itu adalah untuk kepentingan agen untuk
kontrak untuk mengurangi agency cost.
1. Opportunism
Agen berusaha untuk mengurangi biaya keagenan, dimana biaya
keagenan adalah biaya yang diperlukan untuk meyakinkan principals
bahwa agen benar-benar bekerja. Agen berusaha untuk memperoleh
kemakmuran dari principals dengan meminta fasilitas. memberi
image bagus padahal tidak ada manfaatnya bagi principals, disini
manajer selaku agen hanya mementingkan kepentingan diri mereka
sendiri tanpa melihat kepentingan principals dan perusahaan.
Tindakan yang menunjukkan opportunism yaitu membuat laporan
keuangan terlihat baik misalnya dengan mengeluarkan saham baru
padahal perusahaan tidak sedang melakukan kegiatan investasi yang

15
menguntungkan. Bonus plan yaitu dana masuk tetapi tidak digunakan
untuk kegiatan yang menguntungkan. Bonus telah diberikan yang
berdampak pada berkurangnya laba dan hal ini akan mengakibatkan
kerugian di sisi principals karena laba tidak digunakan untuk kegiatan
investasi.

2. Efficient Contracting
Efficient contracting adalah kegiatan yang memberikan manfaat di
kedua belah pihak yaitu antara principals dan agen. Tindakan yang
mementingkan agen sekarang akan memberikan dampak kepercayaan
dimasa yang akan datang. Usaha dalam memberikan informasi yang
sebaik mungkin adalah dengan cara memberikan disclosure yang lengkap
sehingga bagi manajer itu baik dan principal juga dapat memprediksi
kinerja perusahaan dimasa yang akan datang dengan adanya laporan
keuangan yang baik tersebut, memilih metode yang memberikan
informasi yang baik.

Alternatif pendekatan oportunistik adalah pendekatan kontrak yang


efisien. Jika kontrak efisien, mereka menyelaraskan kepentingan agen dan
prinsipal sehingga tindakan yang menguntungkan agen juga menguntungkan
prinsipal itu sendiri, dan meningkatkan nilai perusahaan. Meskipun mengakui
bahwa agen memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal,
kontrak efisien atau ex ante, pendekatan teori keagenan berpendapat bahwa
agen mengakui bahwa jika mereka mencoba untuk mentransfer kekayaan dari
prinsipal, mereka akan dikenakan sanksi untuk kegiatan di masa depan. Ex
post oportunism terjadi ketika, setelah kontak adalah di tempat, agen
mengambil tindakan yang mentransfer kekayaan dari prinsipal untuk diri
mereka sendiri. Ex ante efficient contracting terjadi ketika agen mengambil
tindakan yang memaksimalkan jumlah kekayaan yang tersedia untuk
mendistribusikan di antara para pelaku dan agen ex ante - sebelum kontrak
selesai.

16
F. Signallling Theory
Selain perspektif kontraktor,yang menggambarkan perspektif lebih lanjut
tentang pilihan kebijakan akuntansi. Di bawah perspektif tersebut manajer
secara sukarela memberikan informasi kepada investor untuk membantu
pengambilan keputusan mereka.Manajer melakukan peran ini karena mereka
memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan penyebaran
informasi. Informasi akuntansi yang digunakan untuk menunjukkan bagaimana
nilai perusahaan dan klaim terhadap itu akan berubah. Dalam perspektif
kontrak efisien, akuntansi mencerminkan arus kas berubah yang
mempengaruhi perusahaan: laporan akuntansi yang digunakan untuk
memantau(konfirmasi) peristiwa ekonomi dan transaksi yang telah terjadi.

Informasi akuntansi digunakan untuk mengindikasikan bagaimana nilai


dari suatu firma dan klaim terhadap firma yang akan berubah. Dibawah
perspektif efficient contracting, akuntansi merefleksikan perubahan arus kas
yang mempengaruhi firma. Laporan akuntansi digunakan untuk memonitor
dan mengkonfirmasi keadaan ekonomi dan transaksi yang terjadi.
Hipotesis informasi mendasari sebagian besar riset pasar modal awal.
Dalam studi pasar modal, manajer diasumsikan memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan oleh investor. Dengan demikian, setiap perubahan
dalam metode akuntansi harus berarti bahwa informasi telah berubah dan
keputusan investasi harus berubah. Menurut teori signaling, perusahaan
mengharapkan manajer untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi di
masa depan, maka mereka akan mencoba untuk memberi sinyal kepada
investor melalui akun. Manajer dari perusahaan lain yang berkinerja baik
akan mendapat insentif yang sama, dan manajer dari perusahaan dengan berita
yang netral akan memiliki insentif untuk melaporkan berita positif sehingga
mereka tidak dicurigai memiliki hasil yang buruk. Manajer perusahaan
dengan kabar buruk akan memiliki insentif untuk tidak melaporkan. Namun,
mereka juga akan memiliki insentif untuk melaporkan berita buruk mereka,
untuk menjaga kredibilitas di pasar yang efektif di mana sahamnya
diperdagangkan. Dengan asumsi insentif ini untuk sinyal informasi ke pasar

17
modal, menandakan teori memprediksi bahwa perusahaan akan
mengungkapkan informasi lebih dari yang diminta.

Konsekuensi logis dari teori signaling adalah bahwa ada insentif bagi
semua manajer untuk menerima sinyal harapan keuntungan masa depan,
karena jika investor percaya akan sinyal tersebut, harga saham akan
meningkat dan para pemegang saham (dan manajer bertindak untuk
kepentingan mereka) akan mendapatkan keuntungan. Penelitian insentif
signaling termasuk studi yang menyelidiki mengapa perusahaan secara
sukarela mengungkapkan berita buruk, mengurangi dividen dan peningkatan
dividen, pendapatan dan merevaluasi serta merusak aset, dan mengakui aset
internal yang dihasilkan.

G. Conservatism, Accounting Standards And Agency Costs


Dalam diskusi di atas pada teori keagenan kami secara implisit
mengasumsikan bahwa kontrak yang dibuat antara prinsipal dan agen dalam
perusahaan, pada dasarnya berbicara tentang tata kelola perusahaan internal
dengan pemegang saham dan demokrasi perusahaan terhadap kontrak yang
efisien dengan meminimalkan biaya keagenan.

Pendekatan lain menuju ke arah model kontrol agen dengan kekuasaan


terbatas untuk kreditor dan pemegang saham. Hal ini muncul karena manajer
memiliki jabatan yang terbatas dan ini memberikan pengaruh bias dalam
perkiraan nilai. Dalam ekstrim, jika manajer sebagai agen memiliki kekuatan
diktator dan berusaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingan mereka,
maka mungkin juga ada efek yang dapat mempengaruhi perekonomian secara
keseluruhan.

Pandangan konservatisme Tradisional dalam akuntansi berarti


mempercepat pengakuan beban dan menunda pengakuan pendapatan yang
bertujuan untuk mengantisipasi keuntungan selain mengantisipasi semua
kerugian. Konservatisme muncul karena ada keperluan verifikasi asimetri
yang memaksakan tingkat yang lebih tinggi verifikasi untuk pendapatan jika

18
dibandingkan dengan pengeluaran dan ini umumnya berfungsi untuk
mengurangi pelaporan laba. Selanjutnya, sistem penilaian didasarkan pada
nilai historis dan revaluasi tidak mengikuti aturan di amerika serikat.
Penggunaan biaya historical konservatif secara efektif berarti nilai-nilai
peningkatan aset apapun akan berpengaruh ke pendapatan karena mereka
direalisasikan melalui transaksi, bukan melalui pengungkapan nilai segera.
Akhirnya, prinsip akuntansi dapat mengurangi pengungkapan pendapatan,
sehingga mengurangi kemampuan manajer untuk melaporkan peluang dari
angka akuntansi. Oleh karena itu probabilitas manajer dan auditor yang
disetujui meningkatkan atau menurunkan lebih atau kurang percepatan
pelaporan pendapatan.

IASB dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa bias yang terdapat


dalam paham konservatif di akuntansi tidak mengungkap gambaran keuangan
yang sebenarnya dan mengurangi informasi kepada investor. Mereka
merekomendasikan adanya pengakuan keuntungan yang tepat waktu seperti
halnya pada kerugian. Pelaksanaan pelaporan eksternal menyediakan
eksternalitas tata kelola perusahaan dengan : Ex ante : mengecilkan investasi
piala (investasi piala adalah saat manajemen berinvestasi dalam suatu proyek
yang dapat memperpanjang kontrol manajemen atau menambah pamor) Ex
post : mengecilkan investasi arus kas negatif. Keduanya belum tentu dalam
proyek nilai bersih sekarang yang positif (positive net present value project).
Jika manajemen tahu mereka diwajibkan oleh standar akuntansi untuk
memasangkan investasi ini di waktu dekat maka mereka akan berhati-hati
dalam perilaku

Basu dalam Godfrey (2010) berargumen bahwa permintaan untuk


permintaan konservatisme yang kondisional telah meningkat selama
bertahun-tahun sebagai akibat dari gugatan yang lebih tinggi dan permintaan
untuk kontrak berbasis kompensasi. Auditor memberikan kebutuhan akan
angka akuntansi berdasar angka keuangan konservatif yang dapat diverifikasi
secara independen. Prinsip konservatisme terkendala perilaku manajerial
oportunistik dengan kebutuhan asimetris untuk mengatur kerugian. Prinsip

19
akuntansi yang mengurangi laba yang dilaporkan mengurangi kemampuan
manajer untuk melaporkan angka akuntansi oportunistik. Oleh karena itu
kemungkinan manajer dan auditor dijatuhi sanksi kenaikan (penurunan) maka
akan semakin kurang (lebih) laporan pendapatan mempercepat dan/atau
meningkat.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori positif berkembang karena ketidakpuasan terhadap teori normatif
dengan alasan karena ketidakmampuan normatif untuk menguji secara
empiris. Normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara
individu daripada kemakmuran secara luas, serta normatif tidak mendorong
atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal
di pasar modal.
Teori akuntansi positif biasanya berfokus pada dua tipe kontrak yaitu
manajemen kontrak dan debt kontrak. Kedua kontrak tersebut merupakan
kontrak keagenan.
Teori kontrak perusahaan adalah sebagai hubungan hukum (koneksi)
dari hubungan kontrak antara pemasok dan konsumen dari faktor-faktor
produksi (tanah, tenaga kerja, dan modal).
Kontrak utang dalam konteks lembaga, kreditor atau pemberi pinjaman
berperan sebagai principal; agen adalah manajer yang bertindak atas nama
pemegang saham atau pemilik lainnya.
Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara
seseorang (atau lebih) seorang principal dan orang lainnya, seorang agen,
untuk memberikan jasa demi kepentingan principal. Baik principal maupun
agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh kepentingan dirinya sendiri.
Maka dari itu, terkadang terjadi suatu permasalahan antara principal dan agen
yang menyebabkan principal perlu mengeluarkan biaya tambahan yang
disebut Agency Cost.
Agen berusaha untuk mengurangi biaya keagenan, dimana biaya
keagenan adalah biaya yang diperlukan untuk meyakinkan principals bahwa
agen benar-benar bekerja. Dengan pendekatan oportunistik, Agen berusaha
untuk memperoleh kemakmuran dari principals dengan meminta fasilitas.
Sedangkan dengan pendekatan Efficient contracting adalah kegiatan

21
yang memberikan manfaat di kedua belah pihak yaitu antara principals dan
agen. Agen berusaha memberikan informasi yang sebaik mungkin adalah
dengan cara memberikan disclosure yang lengkap sehingga bagi manajer itu
baik dan principal juga dapat memprediksi kinerja perusahaan dimasa yang
akan dating.
Alternatif pendekatan oportunistik adalah pendekatan kontrak yang
efisien. Jika kontrak efisien, mereka menyelaraskan kepentingan agen dan
prinsipal sehingga tindakan yang menguntungkan agen juga menguntungkan
prinsipal itu sendiri, dan meningkatkan nilai perusahaan. Meskipun mengakui
bahwa agen memiliki insentif untuk mentransfer kekayaan dari prinsipal,
kontrak efisien atau ex ante, pendekatan teori keagenan berpendapat bahwa
agen mengakui bahwa jika mereka mencoba untuk mentransfer kekayaan dari
prinsipal, mereka akan dikenakan sanksi untuk kegiatan di masa depan.

B. Saran
Meskipun perkembangan teori akuntansi positif telah diterima oleh
banyak akademisi, hal ini adil untuk dikatakan bahwa teori akuntansi positif
tidak diterima dengan baik oleh semua. Dengan berkonsentrasi pada
pernyataan positif daripada pernyataan normatif, Howieson berpendapat
bahwa akademisi sekarang mengabaikan resiko yang merupakan peran yang
sangat penting dalam masyarakat. Dua kritik dari teori akuntansi positif yaitu
kritik metodologi dan statistik. Teori akuntansi positif masih berkembang
sebagai paradigma, Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, ada kecenderungan
untuk mempublikasikan hasil yang mendukung sebuah teori dalam penelitian
sebelumnya (Christie).

22
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
2010. Accounting Theory, 7th Edition. Australia: John Wiley & Sons.

Diakses Kamis, 12 April 2018, 22: 38 WIB


https://teoriakuntansipositif.wordpress.com/

23

Anda mungkin juga menyukai