Di Susun Oleh :
1. Samsul Ma’arif
2. Umu Nurlailiyah
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
1439 H/ 2018 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Tafsir Tarbawi.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menurunkan al-qur’an kepada nabi Muhammad SAW
sebagai mukjizat terbesar yang dapat disaksikan oleh seluruh makhluk Allah
hingga hari akhir (yaumil Qiyyamah) dan dijaga kemurnianya, tentunya
merupakan keistimewaan bagi umat Muhammad sebagai khairul ummatin
ukhrijat linnas dan rahmatan lil alamin, yaitu al-qur’an sebagai pedoman
sekaligus tuntunan menjalani kehidupan manusia yang telah Allah jadikan
sebagai khalifah fi al-ardy. Dilihat dari sisi kandungannya Al-Qur’an memuat
berbagai ketentuan, seperti bidang ubudiyyah, muamalah, dan lain-lain,
bahkan termasuk materi pendidikan. Oleh sebab itu disini kami bermaksud
untuk membahas sebagian tafsir al-qur’an yang berkaitan dengan materi
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Tafsir Qur’an Surat Ar-Rum: 9?
2. Bagaimana Tafsir Qur’an Surat Luqman ayat 13-15?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. Tafsir Ayat
Melalui ayat ini Allah mengecam dan mengancam orang-orang yang
enggan menggunakan pikirannya dengan menyatakan, Dan apakah
mereka lumpuh atau tak mampu sehingga mereka tidak berjalan di muka
bumi lalu melihat dengan mata kepala yang mengantar mereka
merenungkan bagaimana kesudahan buruk yang diderita dan tidak dapat
dielakkan, demikian juga kesudahan baik yang diperoleh oleh orang-
1
QS. Ar-Ruum (30): 9
2
orang yang sebelum mereka seperti kaum ‘Ad, Tsamud, Saba’, dan Luth
yang taat di antara mereka dan yang durhaka? Mereka adalah orang-orang
yang lebih kuat dari mereka, yakni masyarakat Makkah itu, dan mereka
yakni generasi yang telah lalu telah mengolah bumi yakni membajak
tanah, membangun pertanian serta telah memakmurkannya yakni
membangunnya dengan aneka ragam bangunan fisik yang kokoh, semua
itu lebih banyak prestasi dan pembangunan fisiknya dari apa yang telah
mereka yakni masyarakat Jahiliyah makmurkan dan bangun dalam wilayah
masing-masing.2
Ayat di atas melanjutkan bahwa generasi terdahulu telah sesat dalam
arah dan cara pembangunan mereka, maka Kami memperingatkan mereka,
dan untuk itu telah datang kepada mereka para rasul mereka yang Kami
utus dari sisi Kami dengan membawa bukti-bukti kebenaran yang nyata.
Tetapi mereka enggan percaya sebagaimana kini masyarakat Makkah
enggan, setelah engkau pun wahai Nabi Muhammad SAW memaparkan
kepada mereka bukti-bukti yang nyata.Maka Allah menjatuhkan siksa-Nya
atas mereka dan Dia sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka dengan
jatuhnya siksa itu.Akan tetapi merekalah sendiri terhadap diri mereka
yang terus menerus berlaku zalim.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan ayat ini juga berisi adanya
penalaran, pemahaman akal, dan penyimakan berita-berita terdahulu.
Sesungguhnya mereka itu lebih kuat daripada bangsa Arab yang menjadi
lahan pengutusan Nabi SAW.Mereka lebih banyak harta kekayaan dan
anaknya serta lebih panjang usianya, lebih banyak hasil pembangunan dan
kebaikannya.Walaupun demikian, jika mereka kafir kepada Rasul yang
datang kepada mereka, maka Allah menyiksa mereka dengan azab-Nya
yang keras.Maka tidak berguna harta dan anak-anak mereka.Mereka
adalah orang-orang yang hendak membinasakan dirinya lantaran
pendustaan kepada para Rasul.3
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2006), hal. 18.
3
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
(Jakarta: Gema Insani, 2000), hal. 755
3
Sayyid Quthb dalam tafsirnya menyimpulkan ayat ini berisi ajakan-
ajakan untuk mengetahui hakikat kehidupan ini dan kaitan-kaitannya
sepanjang zaman.Juga untuk mengetahui hakikat kemanusiaan yang satu
sumbernya ini dan satu nasibnya ini sepanjang masa.Sehingga tidak ada
generasi manusia yang mengucilkan dirinya, kehidupan, nilai-nilainya, dan
pola-pola pandangannya.4
4
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, di Bawah Naungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), hal. 134
4
Artinya: 13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". 14. dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(QS. Luqman: 13-15)5
2. Asbabul Nuzul
a. Surat Lukman ayat 13
Abdillah mengatakan ayat ini diturunkan berkenaan dengan
nasihat Rasulullah kepada para sahabat tentang wasiat lukman kepada
anaknya. Saat turun QS. 6:82. Para sahabat keberatan. Mereka
menghadap Rasulullah dan bertanya. “wahai Rasul, siapa diantara
5
QS. Luqman: 13-15
5
kami yang dapat membersikan keimanan dari kedzaliman?” “apa
kalian telah mendengar wasiat lukman kepada anaknya. ‘Anakku,
janganlah kamu menyekutukan Allah, karena itu adalah kedzaliman
yang sangat besar’. “bersabda” (HR. Bukhari)
b. Surat Lukman ayat 15
Sa’ad bin malik berkata, “ayat ini diturunkan berkenaan
denganku. Aku sangat mencintai dan menghormati ibuku. Saat aku
masuk islam ibuku tidak setuju dan berkata, ‘Anakku , kamu pilih
salah satu, kamu tinggalkan islam atau aku akan mogok makan dan
minum hingga aku mati’. Aku bertekad untuk tetap dalam islam.
Namun ibuku melaksanakan ancamannya selama tiga hari tiga malam.
Aku sedih dan berkata,’ibu, jika ibu memiliki seribu jiwa (nyawa) dan
satu persatu meninggal, aku akan tetap dalam islam. Karena itu
terserah ibu mau makan atau tidak. ‘akhirnya, ibuku pun luluh dan
mau makan kembali.”(HR. Thabrani)6
3. Tafsir kata7
Mengingatkan tentang kebaikan yang :
bisa melunakkan hati
Lemah :
Menyapih :
4. Tafsir kalimat
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir per kata, (Banten, Kalim, 2011) hal. 413
7
Ahmad Musthofa Al- Muroghy, tafsir Al-Muroghy,( beirut,darul ihya' at- turats al-
gozali, tt) juz 19, hal.80
6
Ingatlah wahai Rasul yang mulia tentang nasihat lukman terhadap
anaknya, dia adalah paling lembutnya manusia terhadap anaknya, dan
paling senangnya manusia ketika dia di perintah untuk menyembah hanya
kepada Allah. Dan dia melarang anaknya untuk berbuat syirik terhadap
Allah, dan dia menjelaskan bahwasanya syirik itu termasuk dzalim yang
sangat besar. Adapun yang dimaksud denan dzalim ialah menaruh sesuatu
tidak pada tempatnya. Dan yang dimaksud besar ialah karena
menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat kecuali dari
Nya, yakni Allah s.w.t. dan sesuatu yang tida bisa memberi nikmat ialah
patung dan berhala.
Yakni Allah memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada
kedua orang tua dan menaatinya dan menjalankan hak-hak dari orang tua.
Yakni ketika orang tua mengandung, mereka menjadi orang yang
lemah dan kelemahan itu menjadi bertambah lemah ketika semakin
beratnya kandungan yang di kandung sampai waktu melahirkan dan
mengalami nifas.
Yakni menyapihnya dari menyusui dua tahun setelah melahirkan,
karena dalam dua tahun itu sang ibu menderita didalam masa menyusui,
dan keadaannya di masa itu di penuhi dengan beberapa musibah, dan
beberapa kesakitan yang tidak bisa diperkirakan bagaimana sakitnya.
Yakni Allah memberi wasiat kepada kita untuk anak-anak kita
supaya bersyukur kapada Ku (Allah) terhadap nikmat-nikmat Ku
kepadamu,dan juga bersyukur kepada kedua orang tuamu, karena mereka
adalah sebab wujudnya dirimu, dan terhadap bagusnya mereka merawat
7
kamu, dan terhadap mempelajarinya kamu dari ketidak thuan menjadi
mengerti dan menjadi kuat.
Yakni ketika ketika kedua orang tua kamu mendesak kamu ddi
dalam permintaannya, dan membantu mengingkari bagimu, dengan cara
mensekutukan Ku didalam ibadah kepada Ku untuk menyembah selain
Ku, terhadap sesuatu yang tidak kamu ketahui bahwa itu adalah untuk
mempersekutukan Ku, maka jangan taati kedua orang tuamu terhadap apa
yang diperintahkan orang tuamu.8
8
Ahmad Musthofa Al- Muroghy, tafsir Al-Muroghy, hal. 83
8
Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya,
tetap tidak dapat di balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah.
Dari sela-sela nuansa gambaran yang di liputi dengan kasih sayang
itu, Al- Qur’an mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai
pemberi nikmat yang pertama. Kemudian berterima kasih kepada kedua
orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan
berikutnya. Al-Qur’an menggambarkan urutan kewajiban-kewajiban. Jadi,
yang pertama bersyukur kepada Allah kemudian berterima kasih kepada
orang tua. “Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya…”.
Hingga bila orang tua menyentuh titik syirik ini, jatuhlah kewajiban
taat kepadanya, dan ikatan aqidah harus mengalahkan dan mendominasi
segala ikatan lainnya. Walaupun kedua orang tua telah mengeluarkan
segala upaya, usaha, tenaga, pandangan yang memuaskan untuk menggoda
anaknya agar menyukutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang
ketuhanannya (dan setiap yang disembah selain Allah pasti tidak memiliki
sifat ketuhanan, karena itu camkanlah), maka pada saat itu anak
diperintahkan agar jangan taat. Dan perintah itu berasal dari Allah sebagai
pemilik hak pertama dalam ketaatan. Namun, perbedaan aqidah dan
perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang
melanggar aqidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam
bermuamalah dengan baik dan menjalin hubungan yang memuliakan
mereka.
Surat Luqman ayat 15 berisi bahwa Allah menyuruh supaya berbuat
baik kepada ibu bapak dan menurut apa-apa perintahnya, tetapi jika
keduanya menyuruh kamu, supaya kafir (mempersekutukan) Allah, maka
janganlah turuti perintahnya itu. Dalam pada itu hendaklah kamu bergaul
dengan dia menurutnya patutnya juga, dan tidak boleh kamu memusuhinya
atau durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk
dituruti, selama tidak melanggar peraturan agama Islam.
9
6. Implikasi surat lukman ayat 13-15
Islam sangat memperhatikan pendidikan anak, sehingga diceritakan
kisah lukman dan anaknya. Yang perlu kita tiru dari kisah lukman dalam
mendidik anak ialah:
a. Menanamkan keimanan kepada anak sejak dini untuk selalu iman
kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukanNya.
b. Selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya.
c. Selalu bersyukur kepada kedua orang tua atas kasih sayangnya.
d. Mentaati kedua orang tua selagi tidak melanggar peraturan agama
islam.
e. Tidak melawan kedua orang tua ketika mereka memaksa untuk
menyekutukan Allah, akan tetapi tetap memperlakukan mereka dengan
baik.
Akan tetapi didalam mendidik perlu ada beberapa unsur untuk bisa
menjadikan anak itu menjalankan apa yang diperintahkan orang tua.
Menurut Abbudin nata ada enam komponen di dalam mendidik
anak, yaitu:
a. Komponen pendidik yang didalam hal ini adalah orang tua khususnya
luqman (ayah) sebagai kepala keluarga.
b. Komponen anak didik (murid) dalam hal ini adalah anaknya luqman
sendiri.
c. Komponen lingkungan dimana kegiatan pendidik tersebut berlangsung
yang dalam hal ini adalah lingkungan keluarga.
d. Komponen materi (kurikulum) pendidikan yang dalam ayat-ayat
tersebut mencakup materi pendidikan tentang keimanan atau akidah
yang kokoh. Antara lain dengan menjauhi perbuatan syirik; aklhak
mulia anytara lain memuliakan kedua orang tua, mendirikan shalat,
memerintah peruatan baik dan menjauhi prbuatan munkar, berrsikap
tabah dan tidak menyombongkan diri ddan bersikap rendah hati.
e. Komponan hubungan, pendekatan dalam proses belajar mengajar yang
dalam hal ini mengembangkan pola hubungan yang demokratis
10
menghargai pendapat orang lain, manusiawi, berorientasi kepada
kebenaran ilmiah, dan profesional.
f. Komponen metode, yang dalam hal ini dengan ceramah (mauidzah)
dan perintah.9
Dengan mengikuti iuran tersebut diatas tampak dengan jelas bahwa
ajaran islam (Al-Qur’an) amat memperhatikan pembinaan generasi muda.
Pembinaan tersebut dilakukan melalui kegiatan pendidikan yang dimulai
dari rumah tangga atau pendidikan keluarga. Yang selanjutnya dilanjutkan
oleh sekolah denga biaya ditanggung keluarga.
Untuk menghasilkan generasi muda yang baik yaitu generasi muda
yang sehat fisiknya berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakidah yang
kokoh, taat menjalankan ibadah dan berakhlak yang mulia dan seterusnya
terdapat pula petunjuk yang dapat dilakukan kedua orang tua.
9
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Jakarta, rajawali pers,2009), hal. 203-204
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Musthofa Al- Muroghy, tafsir Al-Muroghy,( beirut,darul ihya' at- turats al-
gozali, tt) juz 19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir per kata, (Banten, Kalim, 2011)
13