Anda di halaman 1dari 10

ARJUNA

A. Tentang Arjuna

Arjuna (Dewanagari: अरर रन; IAST: Arjuna) adalah nama


seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal
sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah
lembut. Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan
putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri
Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura.

Mahabharata mendeskripsikan Arjuna sebagai teman


dekat Kresna, yang disebut dalam kitab Purana sebagai awatara
(penjelmaan) Dewa Wisnu. Hubungan antara Arjuna dan Kresna
sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai
penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang
antara Pandawa dan Korawa berkecamuk (Bharatayuddha). Dialog
antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha
berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang
disebut Bhagawadgita, yang secara garis besar berisi wejangan suci
yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-
raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria
di medan perang.

B. Kelahiran
Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Prabu Pandu tidak bisa
melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi.Kunti—istri
pertamanya—menerima anugerah dari Resi Durwasa sehingga mampu
memanggil dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat
memperoleh anugerah dari dewa yang dipanggilnya. Pandu dan Kunti
memanfaatkan anugerah tersebut untuk memanggil
Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Bayu (Maruta),
dan Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna
merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa. Ia
lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang disebut
Satsringa pada hari saat bintang Utara Phalguna tampak di zenith.
C. Masa muda dan pendidikan

Drona menguji kemampuan memanah murid-muridnya.


Ilustrasi dari Mahabharataterbitan Gorakhpur Geeta Press.

Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain


(paraPandawa dan Korawa) oleh Drona. Kemahirannya dalam ilmu
memanah sudah tampak sejak kecil. Pada usia muda ia mendapat
gelar Maharathi atau "kesatria terkemuka". Dalam suatu ujian, Drona
meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-
persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa
saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa
mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat
dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba
giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang
dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja,
tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan
meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.

Pada suatu hari, ketika Drona sedang mandi di sungai Gangga,


seekor buayadatang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya
dengan mudah, namun karena ingin menguji keberanian murid-
muridnya maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-
muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan
panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas
pengabdian Arjuna, Drona memberikan sebuah astrayang
bernama Brahmasirsa. Drona juga mengajarkan kepada Arjuna
tentang cara memanggil dan menarik astra tersebut.
Menurut Mahabharata,Brahmasirsa hanya dapat ditujukan
kepada dewa, raksasa, setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat
jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.

D. Arjuna mendapatkan Dropadi

Dalam Adiparwa diceritakan bahwa Duryodana—salah


satu Korawa—menganjurkan agar Pandawa beserta ibunya (Kunti)
berlibur di suatu rumah di luar kerajaan. Sesungguhnya Duryodana
telah mempersiapkan agar rumah tersebut dapat terbakar dengan
mudah, karena ia membenci para Pandawa, terutama Bima. Widura,
paman para Pandawa dan Korawa yang waspada meminta agar para
Pandawa berhati-hati dan mempersiapkan cara untuk menghadapi
kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Saat para Pandawa menginap,
Purocana, pesuruh Duryodana membakar rumah tersebut. Para
Pandawa beserta ibunya berhasil lolos melalui terowongan yang telah
digali sebelumnya. Mereka melarikan diri ke tengah hutan dan
menumpang di rumah penduduk sekitar.

Pada suatu ketika, sekelompok brahmana berkumpul di tempat


para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan
sebuah sayembara yang akan diadakan di Kerajaan Panchala. Para
Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai
kaum brahmana. Raja Drupada dari Panchala mengadakan sayembara
untuk mendapatkan Dropadi, putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan
di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang
memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan
menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut
dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak
mendapatkan Dropadi.

Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak


berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia
berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh
Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama
saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta
menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat
sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia
berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para Pandawa pulang membawa
Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah. Kunti—ibu para
Pandawa—yang sedang sibuk, menyuruh mereka untuk membagi rata
apa yang sudah mereka dapatkan. Sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi
sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu
Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah
satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu
adalah pembuangan selama satu tahun.

E. Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha

Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah


kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan
melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para raksasa. Arjuna
bergegas mengambil senjatanya, namun senjata tersebut disimpan di
sebuah kamar tempat Yudistira dan Dropadi sedang menikmati
malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar
mengambil senjata, tanpa memedulikan Yudistira dan Dropadi yang
sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna
dihukum untuk menjalani pembuangan selama satu tahun.

Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan


menjelajahi penjuruBharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika
sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, putri Naga
Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan
kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya,
ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan.[4] Setelah itu, ia
melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya.
Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok
ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja
negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang
sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada putri
tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan
suatu syarat bahwa apabila putrinya tersebut melahirkan seorang
putra, maka anak putrinya tersebut harus menjadi penerus tahta
Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna
menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan
Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi namaBabruwahana.
Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia
meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di
Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura.[5]

Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya


menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang
mengapitBharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke
utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat.
Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa
(Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal
sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk
mendekati adik Kresna yang bernamaSubadra, tanpa diketahui oleh
siapa pun. Atas perhatian dari Baladewa, Arjuna mendapat tempat
peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk
membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh
Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak
akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan
Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat
yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada
Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang
sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk
melangsungkan pernikahan.

Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah


kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas
kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta
menuju Indraprastha, bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan
Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan
tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang oleh Baladewa.
Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk
menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan
Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut
hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan
berlangsung, kaum Yadawatinggal di Indraprastha selama beberapa
hari, lalu pulang kembali ke Dwaraka, namun Kresna tidak turut serta

F. Pertapaan Arjuna

Dalam kitab Wanaparwa diriwayatkan kejadian setelah


para Pandawa—yang dipimpin Yudistira—kalah bermain dadu
melawan para Korawa yang dipimpinDuryodana. Sesuai ketentuan
permainan tersebut, maka para Pandawa
besertaDropadi mengasingkan diri ke hutan (wana dalam bhs.
Sanskerta).

Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Arjuna untuk bertapa


demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para
sepupunya. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam
usahanya, ia diuji oleh tujuh bidadari yang dipimpin oleh Supraba,
namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang
diberikan oleh para bidadari. Para bidadari yang kesal kembali ke
kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada Indra. Indra
turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai
seorang pendeta. Dia menanyakan tujuan Arjuna melakukan tapa di
gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi
memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta
untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Korawa yang
selalu bersikap jahat terhadap para Pandawa. Setelah mendengar
penjelasan dari Arjuna, Indra menampakkan wujudnya yang
sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata
sakti.

Setelah mendapat anugerah dari Dewa Indra, Arjuna


memperkuat tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Siwa yang terkesan
dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan
berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar.
Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia
melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia
segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di
saat yang bersamaan, Siwa datang dan menyamar sebagai pemburu,
turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh
Arjuna. Karena kesaktian dewa, kedua anak panah yang menancap di
tubuh babi hutan itu menjadi satu. Pertengkaran hebat terjadi antara
Arjuna dan Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-
sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya
satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu,
Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang
sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua
berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu,
tiba-tiba orang itu menghilang dan menampakkan wujud aslinya
sebagai Siwa. Arjuna meminta maaf karena ia telah berani melakukan
tantangan. Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia
merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah
berupa panah sakti bernama pasupati.
Setelah menerima senjata pasupati, Arjuna dijemput oleh para
penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Indra, raja para dewa.
Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana
pula Arjuna bertemu dengan bidadariUrwasi. Karena Arjuna tidak
mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar
kelak menjadi banci (peran Arjuna sebagai banci diceritakan sebagai
dalam buku Wirataparwa). Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna
pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan
mereka dalam hutan. Setelah menyelesaikan hukuman pembuangan,
Pandawa beserta Dropadi berlindung di kerajaan Wirata. Sesuai
dengan perjanjian yang sah—sebagai akibat kekalahan saat bermain
dadu—maka para Pandawa beserta Dropadi harus hidup dalam
penyamaran selama satu tahun. Maka dari itu, para Pandawa beserta
Dropadi harus menyembunyikan identitas asli mereka dan hidup
sebagai orang lain. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang
banci, dengan nama samaran Brihanala.[11] Meskipun demikian,
Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu
pangeran Utara, dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu
kerajaan Wirata.

G. Arjuna dalam Bharatayuddha

Dalam pertempuran di Kurukshetra, atau Bharatayuddha,


Arjuna bertarung dengan para kesatria dari pihak Korawa, dan tidak
jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa
yaitu Bisma. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih
sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya. Hal itu
membuat Kresna marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak
ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran di hari
kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut
dilakukan atas bantuan dari Srikandi. Setelah Abimanyu putra Arjuna
gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata
untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara
Arjuna dan Jayadrata diakhiri menjelang senja hari, dengan bantuan
dari Kresna.

Pada pertempuran di hari ketujuh belas, Arjuna terlibat dalam


duel sengit melawan Karna. Ketika panah Karna melesat menuju
kepala Arjuna, Kresna menekan kereta Arjuna ke dalam tanah dengan
kekuatan saktinya sehingga panah Karna meleset beberapa inci dari
kepala Arjuna. Saat Arjuna menyerang Karna kembali, kereta Karna
terperosok ke dalam lubang (karena sebuah kutukan). Karna turun
untuk mengangkat kembali keretanya yang terperosok. Salya, kusir
keretanya, menolak untuk membantunya. Karena mematuhi etika
peperangan, Arjuna menghentikan penyerangannya bila kereta Karna
belum berhasil diangkat. Pada saat itulah Kresna mengingatkan
Arjuna atas kematian Abimanyu, yang terbunuh dalam keadaan tanpa
senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh pergolakan batin, Arjuna
melepaskan panah Rudra yang mematikan ke kepala Karna. Senjata
itu memenggal kepala Karna.

H. Kehidupan setelah Bharata yuddha

Pertemuan kembali Arjuna denganBabruwahana. Ilustrasi


dariMahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press, ditulis ulang oleh
Ramanarayanadatta Astri.

Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat


menjadi Raja Kurudengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk
menengakkan dharma di seluruhBharatawarsha, sekaligus
menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka
Yudistira menyelenggarakan Aswamedha-yadnya. Upacara tersebut
dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh
Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut
menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia
bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah
melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung
dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana
mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas
bantuan Ulupi dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.
Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha
berakhir, Dinasti Yadu musnah di Prabhasatirtha karena perang
saudara. Kresna dan Baladewa, yang konon merupakan kesatria paling
sakti dalam dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu
yang bersamaan. Setelah berita kehancuran itu disampaikan oleh
Daruka, Arjuna datang ke kerajaan Dwaraka untuk menjemput para
wanita dan anak-anak. Sesampainya di Dwaraka, Arjuna melihat
bahwa kota gemerlap tersebut telah sepi. Basudewa yang masih hidup,
tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai
dengan amanat yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para
wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke Kurukshetra. Dalam
perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok. Arjuna
berusaha untuk menghalau serbuan tersebut, namun kekuatannya
menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Dengan sedikit
pengungsi dan sisa harta yang masih bisa diselamatkan, Arjuna
menyebar mereka di wilayah Kurukshetra.

Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk


menyelamatkan sisa penghuni Dwaraka, ia pergi
menemui Resi Byasademi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu
kepada Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat
membutuhkannya. Byasa yang bijaksana sadar bahwa itu semua
adalah takdir Tuhan. Byasa menyarankan bahwa sudah selayaknya
para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi. Setelah mendapat
nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan perjalanan
suci menjelajahi Bharatawarsha.

Anda mungkin juga menyukai