Pemeriksaan gas darah arteri dan PH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan klien dengan penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah digunakan untuk menilai respirasi, yaitu pertukaran
gas antara udara dari paru serta antara darah dengan jaringan. Pemeriksaan gas darah
juga menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, jadi dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menilai pengobatan. Pemeriksaan analisa
gas darah biasanya bersamaan dengan pemeriksaan keseimbangan asam basa, kerena
pembentukan asam basa berhubungan erat dengan pembentukan gas darah. ( Muhardi,
2001).
B. Mekanisme Pernafasan
PACO2 di dalam alveoli berada dalam keseimbangan dengan PaCO2
dan H2CO3 dalam darah. Tiap perubahan pada PACO 2 akan
mempengaruhi PaCO2 dan H2CO3. Bila kadar H2CO3 meningkat, maka
akan menyebabkan PaCO2 juga meningkat yang akan diikuti oleh
perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk
mengeluarkan CO2 lebih banyak.
C. Mekanisme Ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan
mengeluarkan ion H+ dan menahan ion HCO3 untuk mempertahankan pH
darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan urin yang bersifat
asam (pH = 5,5-6,5).
Mekanismenya terdiri dari :
1. Reabsorbsi ion HCO3
2. Asidifikasi dari garam-garam buffer
3. Sekresi ammonia
INDIKASI
Menurut Hudak (1997), analisa gas darah diindikasikan untuk mengkaji sifat,
rangkaian, dan beratnya gangguan metabolic dan pernafasan. Sedangkan menurut
Muhardi (2001), analisa gas darah juga diindikasikan untuk menilai keefektifan suatu
pengobatan.
Komplikasi yang bisa terjadi dari pemeriksaan analisa gas darah adalah : Episode
vasovagal, nyeri lokal, dan hematoma. ( Muhardi, 2001).
Interpretasi Hasil:
Jenis Gangguan pH pCO2 HCO3
Murni ↓ ↑ N
Asidosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↓ ↑ ↑
Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
Murni ↓ N ↓
Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian ↓ ↓ ↓
Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Asidosis Respiratorik + Metabolik ↓↓ ↑ ↓
Alkalosis Murni ↑ ↓ N
Terkompensasi Sebagian ↑ ↓ ↓
Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Alkalosis Murni ↑ N ↑
Terkompensasi Sebagian ↑ ↑ ↑
Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
Alkalosis Respiratorik + Metabolik ↑↑ ↓ ↑
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach.
(7th edition). Lippincott : Philadelphia..
7. Beri label untuk menulis status klinis klien yang meliputi : nama,
tanggal, waktu, FiO2 dengan jenis alat pemberian O2, suhu tubuh.
B. Prosedur
1. Arteri yang sering digunakan adalah arteri radialis atau brakhialis.
2. Lakukan pemeriksaan Allen test dengan cara membendung arteri
radialis dan ulnaris secara terus menerus, kemudian dibuka kembali. Jika
tangan cepat kembali dari warna pucat ke warna merah muda menandakan
aliran arteri patent (Tes Allen positif).
3. Lakukan hiperekstensi dan rotasi keluar pada tangan yang akan diambil
:
4. Hiperekstensi bisa digunakan dengan gulungan handuk.
5. Untuk arteri brakhialis, hiperekstensi dilakukan pada siku.
6. Lakukan aspirasi 1 ml heparin ke dalam syringe, sehingga dasar
syringe basah dengan heparin, kemudian kelebihan heparin dibuang
melalui jarum, dilakukan dengan perlahan sehingga pangkal jarum penuh
dengan heparin dat tidak ada gelembung udara.
7. Lakukan palpasi arteri radialis atau brakhialis dengan jari tengah dan
jari telunjuk, temukan titik maksimum denyutan, lakukan desinfesksi
dengan kapas alkohol.
8. Masukkan jarum secara perlahan di area dengan pulsasi penuh, untuk
memudahkan jarum dimasukkan dengan sudut 45-90 derajat dari kulit.
9. Jarum akan otomatis masuk kedalam arteri, darah secara perlahan akan
naik di dalam syringe, hal ini yang mengindikasikan bahwa darah yang
diambil adalah darah arteri. Bila dilakukan aspirasi secara paksa seperti
pada syringe yang terbuat dari plastik, maka belum tentu darah yang
diaspirasi adalah darah arteri, sehingga akan mengaburkan pemeriksaan.
10. Ambil darah sebanyak 5 ml, jarum dilepaskan dan petugas yang lain
melakukan penekanan pada daerah bekas penusukan (minimal 5 menit,
dan 10 menit pada klien yang mendapat terapi antikoagulan).
11. Keluarkan gelembung udara yang ada dalam syringe. Lepaskan jarum
dan tempatkan penutup udara pada syringe. Putar syringe diantara telapak
tangan untuk mencampurkan heparin.
6
12. Syringe diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es,
kemudian bawa ke laboratorium.
13. Catatan :
a. Ukur saturasi O2 untuk mencocokkan keakuratan PO2 (saturasi O2
yang terhitung= saturasi O2 yang diukur + Karboksihemoglobin)
b. Bila kandungan CO2 juga diukur, ini memberikan pencocokan silang
untuk keakuratan PCO2.
c. Cara lain untuk meyakinkan keakuratan yaitu dengan melakukan tes
duplikat dengan 2 analisa gas yang berbeda. Bila ada perbedaan dalam
2 penentuan, tes harus dilakukan untuk ketiga kalinya.
d. Petugas yang melakukan analisa harus melaporkan adanya kecurigaan
bahwa hasil tidak benar, bila:
Syringe darah terdapat gelembung udara.
SaO2 yang dihitung tidak sesuai dengan SaO2 yang diukur
Kandungan CO2 yang dihitung tidak sesuai dengan yang diukur.