Anda di halaman 1dari 6

1

PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH

Pemeriksaan gas darah arteri dan PH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan klien dengan penyakit berat yang akut dan
menahun. Pemeriksaan gas darah digunakan untuk menilai respirasi, yaitu pertukaran
gas antara udara dari paru serta antara darah dengan jaringan. Pemeriksaan gas darah
juga menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, jadi dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menilai pengobatan. Pemeriksaan analisa
gas darah biasanya bersamaan dengan pemeriksaan keseimbangan asam basa, kerena
pembentukan asam basa berhubungan erat dengan pembentukan gas darah. ( Muhardi,
2001).

Fisiologi Keseimbangan Asam Basa


Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion
H+, dan ini dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu :
A. Mekanisme Buffer Kimia/Penyangga
Terdapat 4 macam buffer kimia utama dalam tubuh yaitu:
1. Sistem buffer bikarbonat-asam bikarbonat
Sistem ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat dalam cairan
ekstra seluler. Penentuan pH berdasarkan persamaan Henderson-
Hesselbach : pH = pK + log (HCO3 )
(H2CO3)
2. Sistem buffer fosfat
Sistem ini terutama terdapat di dalam sel darah merah dan sel-sel lain,
terutama di dalam tubulus ginjal, yang memungkinkan ginjal
mengeluarkan ion hydrogen. Buffer fosfat terdapat dalam bentuk
Na2HPO4 dan NaH2PO4.
3. Sistem buffer protein
Sistem ini terutama terdpat di dalam sel-sel jaringan dan juga bekerja
di dalam plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan basa lemah
ataupun garam basa yang dapat mengikat atau melepaskan ion H+.
4. Sistem buffer hemoglobin
Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem buffer dengan
basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat.
2

B. Mekanisme Pernafasan
PACO2 di dalam alveoli berada dalam keseimbangan dengan PaCO2
dan H2CO3 dalam darah. Tiap perubahan pada PACO 2 akan
mempengaruhi PaCO2 dan H2CO3. Bila kadar H2CO3 meningkat, maka
akan menyebabkan PaCO2 juga meningkat yang akan diikuti oleh
perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk
mengeluarkan CO2 lebih banyak.
C. Mekanisme Ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan
mengeluarkan ion H+ dan menahan ion HCO3 untuk mempertahankan pH
darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan urin yang bersifat
asam (pH = 5,5-6,5).
Mekanismenya terdiri dari :
1. Reabsorbsi ion HCO3
2. Asidifikasi dari garam-garam buffer
3. Sekresi ammonia

INDIKASI
Menurut Hudak (1997), analisa gas darah diindikasikan untuk mengkaji sifat,
rangkaian, dan beratnya gangguan metabolic dan pernafasan. Sedangkan menurut
Muhardi (2001), analisa gas darah juga diindikasikan untuk menilai keefektifan suatu
pengobatan.
Komplikasi yang bisa terjadi dari pemeriksaan analisa gas darah adalah : Episode
vasovagal, nyeri lokal, dan hematoma. ( Muhardi, 2001).

Nilai Normal Gas Darah:


Jenis Gas Darah Darah Arteri Darah Vena
pH 7,35 – 7,45 7,33 – 7,47
pO2 80 -100 mmHg 34 – 49 mmHg
Saturasi O2 > 95 % 70 – 75 %
pCO2 35 – 45 mmHg 41 – 51 mmHg
HCO3 22 – 26 mEq/L 24 – 28 mEq/L
BE -2 - +2 0-+4
Keterangan:
1. PH adalah menunjukkan kadar ion hydrogen (H+) dalam tubuh
2. pO2 adalah tekanan parsial yang ditimbulkan oleh oksigen dalam plasma
3

3. SaO2 adalah kandungan oksigen yang dibawa hemoglobin disbanding


jumlah maksimal oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Merupakan
kemampuan transport oksigen ke dalam jaringan.
4. PCO2 merupakan unsur respirasi (parameter pernapasan) yaitu tekanan yang
ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut dalam darah, inimerupakan parameter
fungsi respirasi dan menunjukkan kecukupan ventilasi alveolar.
 pCO2 nomal : ventilasi normal
 pCO2 tinggi : hipoventilasi
 pCO2 rendah : hiperventilasi
Karena CO2 merupakan unsure respirasi, maka nilai pCO 2 akan
menunjukkan jenis kelainan asam dan basa:
 pCO2 tinggi : asidosis respiratori
 pCO2 rendah :alkalosis repiratori
5. HCO3 (bicarbonate) : parameter metabolic (non respirasi. Merupakan nialai
bikarbonat yang terkandung dalam arteri. Digunakan sebagai pedoman
adanya kelainan asam basa yang disebabkan unsur metabolik (bukan
karena masalah respirasi).
6. BE : base exces : kelebihan asam basa
 HCO3 ↑ atau BE ↑ : alkalosis metabolic
 HCO3 ↓ atau BE ↓ : asidosis metabolic

Kausa Gangguan Keseimbangan Asam Basa:


1. Alkalosis Respiratorik merupakan akibat pengeluaran CO2 berlebihan pada
hiperventilasi.
Terjadi pada keadaan: gangguan emosional, demam, kelaianan serebral,
pemakaian ventilator.
2. Asidosis Respiratorik merupakan akibat penumpukan CO2 dalam darah akan
meningkatkan H2CO3.
Terjadi pada keadaan: empisema, asma (PPOK), pneumonia.

3. Alkalosis Metabolik adalah kelebihan bikarbonat.


Terjadi pada keadaan: muntah-muntah, overkompensasi terhadap alkalosis
repiratorik, kelebihan pemberian Na-bikarbonat
4

4. Asidosis Metabolik adalah kekurangan HCO3.


Terjadi pada keadaan:
 Banyak penimbunan asam: DM tak terkontrol atau kelaparan
 Penimbunan asam-asam inorganic: gagal ginjal
 Intoksikasi alcohol
 Penimbunan NaCl berlebihan

Interpretasi Hasil:
Jenis Gangguan pH pCO2 HCO3
Murni ↓ ↑ N
Asidosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian ↓ ↑ ↑
Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
Murni ↓ N ↓
Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian ↓ ↓ ↓
Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Asidosis Respiratorik + Metabolik ↓↓ ↑ ↓
Alkalosis Murni ↑ ↓ N
Terkompensasi Sebagian ↑ ↓ ↓
Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↓ ↓
Alkalosis Murni ↑ N ↑
Terkompensasi Sebagian ↑ ↑ ↑
Respiratorik Terkompensasi Penuh N ↑ ↑
Alkalosis Respiratorik + Metabolik ↑↑ ↓ ↑

DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo.(1994). Critical care nursing : a holistic approach.
(7th edition). Lippincott : Philadelphia..

Muhiman. (2001). Penatalaksanaan pasien di intensive care unit. Jakarta :


BP FKUI.
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH UNTUK AGD
A. Persiapan alat
1. Syringe steril ukuran 5 atau 10 ml
2. Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi).
3. Jarum no. 22 atau 25 (bevel pendek).
4. Penutup udara dari karet
5. Kapas alcohol
6. Wadah berisi es (baskom atau kantong plastic)
5

7. Beri label untuk menulis status klinis klien yang meliputi : nama,
tanggal, waktu, FiO2 dengan jenis alat pemberian O2, suhu tubuh.

B. Prosedur
1. Arteri yang sering digunakan adalah arteri radialis atau brakhialis.
2. Lakukan pemeriksaan Allen test dengan cara membendung arteri
radialis dan ulnaris secara terus menerus, kemudian dibuka kembali. Jika
tangan cepat kembali dari warna pucat ke warna merah muda menandakan
aliran arteri patent (Tes Allen positif).
3. Lakukan hiperekstensi dan rotasi keluar pada tangan yang akan diambil
:
4. Hiperekstensi bisa digunakan dengan gulungan handuk.
5. Untuk arteri brakhialis, hiperekstensi dilakukan pada siku.
6. Lakukan aspirasi 1 ml heparin ke dalam syringe, sehingga dasar
syringe basah dengan heparin, kemudian kelebihan heparin dibuang
melalui jarum, dilakukan dengan perlahan sehingga pangkal jarum penuh
dengan heparin dat tidak ada gelembung udara.
7. Lakukan palpasi arteri radialis atau brakhialis dengan jari tengah dan
jari telunjuk, temukan titik maksimum denyutan, lakukan desinfesksi
dengan kapas alkohol.
8. Masukkan jarum secara perlahan di area dengan pulsasi penuh, untuk
memudahkan jarum dimasukkan dengan sudut 45-90 derajat dari kulit.
9. Jarum akan otomatis masuk kedalam arteri, darah secara perlahan akan
naik di dalam syringe, hal ini yang mengindikasikan bahwa darah yang
diambil adalah darah arteri. Bila dilakukan aspirasi secara paksa seperti
pada syringe yang terbuat dari plastik, maka belum tentu darah yang
diaspirasi adalah darah arteri, sehingga akan mengaburkan pemeriksaan.
10. Ambil darah sebanyak 5 ml, jarum dilepaskan dan petugas yang lain
melakukan penekanan pada daerah bekas penusukan (minimal 5 menit,
dan 10 menit pada klien yang mendapat terapi antikoagulan).
11. Keluarkan gelembung udara yang ada dalam syringe. Lepaskan jarum
dan tempatkan penutup udara pada syringe. Putar syringe diantara telapak
tangan untuk mencampurkan heparin.
6

12. Syringe diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es,
kemudian bawa ke laboratorium.
13. Catatan :
a. Ukur saturasi O2 untuk mencocokkan keakuratan PO2 (saturasi O2
yang terhitung= saturasi O2 yang diukur + Karboksihemoglobin)
b. Bila kandungan CO2 juga diukur, ini memberikan pencocokan silang
untuk keakuratan PCO2.
c. Cara lain untuk meyakinkan keakuratan yaitu dengan melakukan tes
duplikat dengan 2 analisa gas yang berbeda. Bila ada perbedaan dalam
2 penentuan, tes harus dilakukan untuk ketiga kalinya.
d. Petugas yang melakukan analisa harus melaporkan adanya kecurigaan
bahwa hasil tidak benar, bila:
 Syringe darah terdapat gelembung udara.
 SaO2 yang dihitung tidak sesuai dengan SaO2 yang diukur
 Kandungan CO2 yang dihitung tidak sesuai dengan yang diukur.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menilai PaO2 :


1. Umur
Bayi baru lahir, PaO2 normal berkisar antara 40-70 mmHg dan setiap
kenaikan umur 1 tahun lebih dari 60 tahun, akan menyebabkan penurunan
PaO2 1 mmHg.
2. Posisi
Normal, perubahan posisi dari duduk ke berbaring akan menyebabkan
penurunan PaO2 5-10 mmHg.
3. Konsentrasi O2 inspirasi ( FiO2)
Setiap kenaikan 10 % FiO2 akan diikuti dengan kenaikan PaO2 +/- 50
mmHg.
4. Ventilasi alveolar
PaO2 berbanding terbalik dengan PaCO2. Hipoksemia adalah suatu
keadaan dimana PaO2 kurang dari 80 mmHg pada orang dewasa yang
bernafas dalam udara kamar setinggi permukaan laut atau SaO2 kurang
dari 90 %.

Anda mungkin juga menyukai