Website: http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs
DOI: 10.18196/jmmr.5105.
Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Sesuai
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 di Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk Mengetahui gambaran (kebijakan, implementasi, hambatan,
Kata kunci: rekomendasi) tentang pemenuhan upaya sasaran keselamatan pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah
Sasaran Keselamatan Kotagede Yogyakarta. Penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus (case study).
Pasien, Akreditasi Subjek penelitian adalah manajemen rumah sakit, staf pelaksana rumah sakit dan pasien. Objek
Rumah Sakit Penelitian adalah Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Dalam Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012. Keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Kebijakan dan
implementasi pelaksanaan untuk 6 sasaran keselamatan pasien belum sepenuhnya dibuat dan belum
dilaksanakan dengan baik karena masih ada yang tidak mematuhi standar, tidak mengetahui aturan,
sosialisasi dan motivasi yang kurang serta tidak ada dukungan manajemen. Rekomendasi yang perlu
dilakukan adalah manajemen rumah sakit perlu menyusun arah kebijakan dan yang dilengkapi dengan
pentahapan sebagai panduan untuk sasaran keselamatan pasien di rumah sakit.
© 2016 JMMR. All rights reserved
RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta observasi dan telusur dokumen sebagai instrumen
mempunyai kewajiban untuk melakukan perpanjangan pengumpul data. Unit analisis dalam penelitian adalah
izin operasional rumah sakit pada tahun 2013. Rata- manajemen, staf dan pasien di RSKIA PKU
rata jumlah kunjungan pasien poliklinik triwulan tahun Muhammadiyah Kotagede. Dalam uji validitas dan
2011 sebanyak 17.410 kunjungan dan tahun 2012 reliabilitas penelitian ini, menggunakan triangulasi
sebanyak 16.909 kunjungan. Sedangkan jumlah pasien teknik melalui telusur dokumen, telusur petugas/staf,
rawat inap tahun 2011 sebanyak 1105 pasien dan tahun telusur pasien berkaitan dengan sasaran keselamatan
2012 sebanyak 1052 pasien. pasien. Jalannya penelitian dengan melakukan
Nilai rata-rata tempat tidur terisi (BOR) di wawancara Direktur Rumah sakit, bertujuan untuk
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 di RSKIA PKU mengetahui arah kebijakan dan strategi implementasi
Muhammadiyah Kotagede berturut-turut sebesar (66% sasaran keselamatan pasien, Telusur Dokumen dan
dan 50%) dari 31 tempat tidur, 29,4% dari 41 tempat Pasien, bertujuan untuk mengetahui implementasi
tidur. Sedangkan rata-rata lama dirawat pasien (LOS) sasaran keselamatan pasien sesuai akreditasi rumah
adalah 3 hari perawatan dan rata-rata tempat tidur sakit versi 2012, melakukan FGD (Focus Group
kosong selama 8 hari. Pelaksanaan sasaran Disscusion), tujuan untuk mengetahui hambatan-
keselamatan pasien rumah sakit masih belum hambatan yang ditemui dalam implementasi akreditasi
dilaksanakan dengan sempurna sebagai contoh sudah rumah sakit.
dilaksanakan sosialisasi cuci tangan yang benar,
namun belum ada sarana wastafel dengan petunjuk
cuci tangan secara memadai. Kepala bagian rekam HASIL DAN PEMBAHASAN
medis mengatakan bahwa sudah dilaksanakan
penggunakan gelang pasien, namun belum ada RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak)
kebijakan atau prosedur pemasangan gelang. Tujuan PKU (Pembina Kesejahteraan Umum)
penelitian ini secara umum untuk mengetahui Muhammadiyah Kotagede. Kegiatan pelayanan
gambaran tentang pemenuhan upaya sasaran kesehatan kepada masyarakat oleh Muhammadiyah
keselamatan pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede telah dimulai sejak tahun 1928. Diatas tanah
Kotagede Yogyakarta. Secara khusus tujuan yang wakaf Muhammadiyah di sebelah timur pasar
hendak dicapai adalah untuk mengetahui kebijakan, Kotagede. RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede
implementasi, hambatan rumah sakit dalam mendapatkan Izin Penyelenggaraan dari Dinas
pelaksanaan sasaran keselamatan pasien rumah sakit Kesehatan Kota Yogyakarta dengan jenis pelayanan
sesuai akreditasi rumah sakit versi 2012 dan meliputi pelayanan persalinan, pelayanan pemeriksaan
memberikan rekomendasi kepada RSKIA PKU ibu dan Anak, pelayanan rawat jalan dan rawat inap,
Muhammadiyah Kotagede dalam pelaksanaan sasaran pelayanan kamar operasi, pelayanan persalinan,
keselamatan pasien rumah sakit sesuai akreditasi pelayanan penunjang medik, pelayanan dengan biaya
rumah sakit versi 2012. Berdasarkan uraian latar pemegang kartu (DSM, Jamkesmas, Jamkesda,
belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai Jamkesos).
berikut: Mengevaluasi sejauh mana RSKIA PKU
Hasil Analisis Wawancara dengan Direktur RSKIA
Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta telah
PKU Muhammadiyah Kotagede
memenuhi standar sasaran keselamatan pasien sesuai
standar akreditasi rumah sakit versi 2012. Uraian kebijakan/prosedur imple-mentasi sasaran
keselamatan pasien sesuai akreditasi rumah sakit
melalui wawancara dengan direktur rumah sakit
METODE PENELITIAN disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel 1. dihasilkan
informasi bahwa kebijakan RSKIA PKU Muhamma-
Desain penelitian kualitatif4 dan hasil disajikan diyah Kotagede Yogyakarta dalam mencapai sasaran
secara deskriptif dengan metode studi kasus (case keselamatan pasien melalui akreditasi rumah sakit
study) yang mengambil sampel dari populasi dan belum sepenuhnya dibuat.
menggunakan panduan wawancara dan panduan
Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 40-48 | 42 |
Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien Dalam komunikasi yang efektif belum dilakukan secara
Akreditasi Rumah Sakit efektif, laporan berbasis SBAR di rekam medis juga
belum dibuat, pada peningkatan keamanan obat yang
Melalui wawancara dengan petugas/staf rumah perlu diwaspadai belum dijalankan dengan baik, pada
sakit berkaitan dengan implementasi sasaran pelaksanaan kepastian tepat lokasi-tepat prosedur-tepat
keselamatan pasien dihasilkan bahwa pada identifikasi pasien operasi belum dilakukan sesuai standar safety
pasien untuk pelaksanaan sudah mulai dilaksanakan surgery WHO (2009), pada pelaksanaan pengurangan
namun belum standar, pada pelaksanaan peningkatan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan sudah
| 43 | Totok Sundoro, Elsye Maria Rosa, & Irma Risdiana – Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan …
Tabel 2. Hasil Wawancara Dengan Petugas/Staf Rumah Sakit Terhadap Implementasi Sasaran
Keselamatan Pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede
JAWABAN
KODE SKOR
NO WAWANCARA
EP TP TS TT TDD
S J T
1 SKP 1 1. Berikan keterangan saat memasang 1 3 0 0 5
gelang pasien
2 SKP 1 2. Apa manfaat gelang pasien, jelaskan 2 2 0 0 5
kapan saat saat anda menanyakan
identitas pasien
3 SKP 2 1. Prwt / Dr diminta memperagakan 1 3 0 0 5
menerima perintah lisan / melalui
telepon
4 SKP 2 2. Prwt/Dr diminta memperagakan saat 2 2 0 0 5
melaporkan keadaan pasien kepada
konsulen
5 SKP 2 3. Prwt diminta memperagakan saat 1 2 1 0 5
hand off (operan shift dinas)
6 SKP 3 1. Prwt/Dr/Far Diminta menunjukkan 0 0 4 0 0
daftar obat NORUM dan daftar
elektrolit konsentrat
7 SKP 3 2. Prwt/Dr/Far Diminta menjelaskan 0 0 4 4 0
prosedur kalau mau menggunakan
elektrolit konsentrat
8 SKP 4 1. Dr/prwt diminta menjelaskan cara 0 0 4 0 0
melaksanakan safe surgery check list
sebelum induksi anestesi, sebelum
insisi kulit dan sebelum pasien
meninggalkan OK
9 SKP 4 2. Apa yang dokter jelaskan pada 1 0 0 0 10
pasien/keluarga yang akan menjalani
tindakan operasi?
10 SKP 4 3. Apa yang dijelaskan kepada pasien 1 0 0 0 10
tentang informed consent
11 SKP 4 4. Diminta menjelaskan tentang safe 0 0 1 0 0
Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 40-48 | 44 |
JAWABAN
KODE SKOR
NO WAWANCARA
EP TP TS TT TDD
S J T
surgery check list
12 SKP 5 1. Jelaskan prosedur hand wash/handrub 0 3 1 0 0
Keterangan: TP = Tercapai Penuh, TS = Tercapai Sebagian, TT =Tak Tercapai, TDD =Tak Dapat Diterapkan ,
S = selalu, J = Jarang, T = tidak pernah, EP = Elemen Penilaian, SKP = Sasaran Keselamatan Pasien
Tabel 3. Hasil Wawancara Dengan Pasien Rumah Sakit Terhadap Implementasi Sasaran Keselamatan
Pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede
JAWABAN
KODE SKOR
NO WAWANCARA PASIEN
EP TP TS TT TDD
Tabel 4. Hasil Skor Telusur Dokumen, Telusur Pasien, Telusur Petugas dalam Pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien Pada Akreditasi Rumah Sakit di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta
Jumlah Pertanyaan
Telusur Dokumen
Telusur Petugas
Skor Maksimal
Telusur Pasien
Persentase
1 2 3 4 5 6 7 8
I 15 0 10 25 10 100 25,00%
II 10 - 15 25 11 110 23,00%
III 0 - 0 0 8 80 0%
IV 0 20 20 40 12 120 33,33%
V 20 5 0 25 8 80 31,25%
IV 0 10 0 10 9 90 11,11%
Total 45 35 45 125 58 580 123,69%
Rata-rata 21,55%
Sumber: data primer diolah (2013)
Rata-rata skor implementasi 6 (enam) sasaran kese- Penyusunan sasaran keselamatan pasien ini
lamatan pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah Kota- mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety
gede Yogyakarta adalah 21,55% dari target ≥ 80%. Solutions dari WHO Patient Safety (2007) yang
digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien
Pembahasan Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI).5
Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rata-rata skor implementasi 6 (enam) sasaran
rumah sakit pada pasal 29 menjelaskan bahwa setiap keselamatan pasien di RSKIA PKU Muhammadiyah
rumah sakit mempunyai kewajiban yang salah satunya Kotagede Yogyakarta adalah 21,55% dari target ≥
adalah memberi pelayanan kesehatan yang aman, 80%. Dijelaskan bahwa RSKIA PKU Muhammadiyah
bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan Kotagede sudah menggunakan gelang identifikasi
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan dalam pelayanan pasien rawat inap namun belum
standar pelayanan rumah sakit. Komitmen Pimpinan dilakukan sepenuhnya. Hal ini terjadi karena kurang
rumah sakit sangat penting dalam memenuhi mutu atau belum adanya kebijakan tentang proses identi-
pelayanan dan keselamatan pasien dengan diawali fikasi. Sehingga perlu dibuat kebijakan dan prosedur
dengan menetapkan suatu kebijakan. yang memerlukan sedikitnya dua cara untuk meng-
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara identifikasi seorang pasien, seperti nama pasien,
kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas
untuk setiap pelayanan di rumah sakit mulai kebijakan pasien dengan bar-code, dan lain-lain.
Pimpinan rumah sakit untuk membentuk Tim Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa
Akreditasi dan kebijakan/prosedur yang terkait dengan digunakan untuk identifikasi. Sasaran Ketepatan
standar akreditasi rumah sakit khususnya pada sasaran identitas pasien ini pertama untuk dengan cara yang
keselamatan pasien. Kebijakan tersebut disosialisa- dapat dipercaya/reliable mengidentifikasi pasien
sikan kepada petugas/staf rumah sakit untuk di sebagai individu yang dimaksudkan untuk menda-
implementasikan dalam setiap pelayanan kepada patkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
pasien. mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap
Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 40-48 | 46 |
individu tersebut (Kemenkes R.I, 2011). Kebijakan yang efektif di dalam mengeliminasi salah lokasi,
dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara prosedur dan pasien dengan menggunakan Surgical
untuk mengidentifikasi seorang pasien, seperti nama Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009).6
pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang Salah satu manajemen kamar bedah adalah
identitas pasien dengan bar-code, dan lain-lain. Nomor penggunaan surgical safety checklist WHO, tujuannya
kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk untuk menyamakan persepsi, komunikasi dan
identifikasi. Dua cara untuk mengidentifikasi seorang kerjasama antar tim bedah. Surgical safety checklist
pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, WHO ini terisi 19 item yang harus dilakukan dalam
tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, tiga tahap, sebelum induksi anestesi (sign in), sebelum
dan lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak insisi kulit (time out) dan sebelum pasien
bisa digunakan untuk identifikasi. (Kemenkes R.I, meninggalkan kamar operasi (sign out). Penggunaan
2011). Surgical safety checklist WHO ini disesuaikan dengan
Kebijakan dan prosedur mendukung praktek kondisi rumahsakit.7
yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap Rumah sakit dalam hal ini belum membuat
akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon belum kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk
dibuat, formulir SBAR di rekam medis juga belum mendukung keseragaman proses guna memastikan
dibuat, pelaksanaan peningkatan komunikasi efektif tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
belum dilakukan secara efektif. Kebijakan yang harus prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/dental
dibuat untuk memenuhi sasaran keselamatan pasien yang dilaksanakan di luar kamar operasi, pelaksanaan
bab peningkatan komunikasi efektif meliputi kebijakan operasi di rumah sakit belum menggunakan checklist
dan atau prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi safety surgery namun sebelum dilakukan operasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon pasien mendapatkan penjelasan berkaitan dengan
secara konsisten (format write back, read back, repeat tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter kadang
back, dan SBAR) (Kemenkes RI, 2011). Untuk sasaran dilakukan oleh perawat, isi informasi dalam formulir
keselamatan pasien dalam hal peningkatan keamanan informed consent belum sesuai dengan PMK Nomor
obat yang perlu diwaspadai, rumah sakit belum 290 ahun 2008 tentang persetujuan tindakan
membuat kebijakan, ditemukan nama obat dan rupa kedokteran.
mirip (NORUM) di farmasi namun daftar NORUM Dalam implementasi pengurangan risiko infeksi
belum dibuat, rumah sakit belum pernah menggunakan di rumah sakit, RSKIA PKU Muhammadiyah
larutan konsentrat sehingga belum bisa diterapkan. Kotagede belum membuat kebijakan/pedoman/SPO
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan khusus untuk pelaksanaan cuci tangan, setiap klinik
suatu kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat sudah ada handrub Dettol namun untuk rawat inap
daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan belum semua ada handwash/handrub, pedoman cuci
data yang ada di rumah sakit. Kebijakan dan/atau tangan belum mengadopsi cuci tangan WHO (2007),
prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang petugas/staf belum menjalankan 5 (lima) momen cuci
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau tangan dan pelaksanakan hanya dilakukan sebelum dan
kamar operasi serta pemberian label secara benar setelah melakukan tindakan ke pasien.
pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif
tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand
(Kemenkes R.I, 2011). Cara yang paling efektif untuk hygiene yang sudah diterima secara umum untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut implementasi petunjuk itu di rumah sakit (Kemenkes
adalah dengan mengembangkan proses pengelolaan R.I., 2011). Pedoman hand hygiene yang berlaku
obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk memin- secara internasional bisa diperoleh dari WHO, Pusat
dahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika
ke farmasi (Kemenkes R.I, 2011). Serikat (US CDC) berbagai organisasi nasional dan
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif intemasional (WHO, 2009). Lima momen cuci tangan
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur menurut WHO bahwa cuci tangan dilakukan pada saat
| 47 | Totok Sundoro, Elsye Maria Rosa, & Irma Risdiana – Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan …
sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melaku- Rumah sakit juga perlu membuat dokumen
kan tindakan, sesudah kontak dengan darah dan cairan berbasis bukti berupa checklist sebagai alat informasi
tubuh, sesudah bersentuhan dengan pasien, dan se- pendidikan dalam upaya sarana diskusi mengurangi
sudah bersentuhan dengan lingkungan pasien (WHO, risiko jatuh di penyedia layanan kesehatan. Rebecca
2007). L. Vivrette, dkk. (2011)11 melakukan penelitian yang
Rumah sakit diharapkan mampu mengem- tujuannya untuk mengurangi terjadinya risiko jatuh
bangkan suatu pendidikan berbasis ceramah dengan dan materi pendidikan untuk identifikasi awal risiko
mengkombinasikan wawancara motivasi untuk jatuh berbasis bukti dan mendorong perilaku
meningkatkan kinerja dalam wujud kebersihan tangan pencegahan. Hasilnya dengan menggunakan alat infor-
antara personil keperawatan. Payman Salamati, dkk masi pendidikan sebagai upaya sarana diskusi mengu-
(2009)9 melakukan suatu penelitian yang hasilnya rangi risiko jatuh di penyedia layanan kesehatan.
bahwa pendidikan berbasis ceramah akan mening- Sebagai dasar menuju keselamatan pasien di
katkan kinerja kebersihan tangan antara personil rumah sakit, beberapa hal yang dipertimbangkan oleh
keperawatan, dan lebih efektif jika dikombinasikan manajemen antara lain mempertimbangkan kompe-
dengan wawancara motivasi. Kedua, manajemen tensi karyawan dalam pelaksanaan perekrutan karya-
diharapkan lebih aktif melakukan kampanye wan, penelitian berkaitan tentang sasaran keselamatan
kebersihan tangan dalam mengurangi risiko infeksi pasien, kebijakan kesehatan, pendidikan pelatihan
akibat pelayanan di rumah sakit. Sesuai dengan profesi kesehatan. Anne Andermann, dkk. (2011)12
penelitian Maha Talaat (2008)10 dalam penelitiannya melakukan penelitian yang bertujuan membangun
yang berjudul efektivitas kampanye kebersihan tangan kesepakatan untuk penelitian keselamatan pasien di
intensif mengurangi kejadian penyakit yang seluruh dunia. Hasilnya adalah Kompetensi, penelitian,
disebabkan oleh influenza. Hasilnya bahwa sebuah kebijakan kesehatan, pendidikan pelatihan profesi
kampanye kebersihan tangan intensif efektif dalam kesehatan merupakan dasar menuju keselamatan
mengurangi ketidakhadiran infeksi yang disebabkan pasien di pelayanan kesehatan.
oleh penyakit influenza. Rumah sakit diharapkan melakukan pengem-
Kebijakan dan/atau prosedur mendukung bangan dan penerapan sistem manajemen risiko di
pengurangan berkelanjutan dari risiko cidera pasien rumah sakit, terutama dari dasar pedoman WHO dan
akibat jatuh di RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede konteks keselamatan pasien melalui budaya kesela-
belum dibuat, rumah sakit belum menerapkan proses matan pasien, kegiatan pelaporan kejadian keselamatan
asesmen awal risiko pasien jatuh dan belum melaku- pasien, dan adanya hukuman (funishment) bagi yang
kan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan melanggar. Hossein Adibi, dkk. (2012)13 dalam
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan, petugas penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan dan
belum pernah dan tidak mampu melakukan asesmen menerapkan sistem manajemen risiko di rumah sakit
risiko jatuh pada pasien, rumah sakit sudah berusaha pendidikan yang besar di Iran, terutama dari dasar
untuk memenuhi sasaran ini dengan perlahan pedoman WHO dan konteks keselamatan pasien.
mengganti bed pasien yang belum ada hand rail-nya Hasilnya dari temuan kegiatan pelaporan menunjukkan
menjadi bed pasien yang ada hand rail-nya meskipun bahwa setidaknya 3,6 persen pasien rawat inap
untuk selasar dan kamar mandi juga belum terpasang mengalami kejadian buruk dan 5,3 persen dari semua
hand rail. kematian di rumah sakit terkait dengan masalah
Asesmen pasien dengan risiko jatuh dilakukan keselamatan pasien. Selain skor rata-rata 12 dimensi
dengan tujuan mengurangi terjadinya pasien jatuh. budaya keselamatan pasien adalah 46,2 persen yang
Assesmen pasien risiko jatuh dilakukan mulai dari sangat rendah. Adanya hukuman untuk kesalahan yang
mengetahui riwayat jatuh, diagnosis sekunder (≥ 2 dilakukan memiliki skor terendah positif dengan 21,2
diagnosis medis), alat bantu jalan (perabot, tongkat/alat persen.
penompang, tidak ada/kursi roda/perawat/tirah baring),
terpasang infus, gaya berjalan (terganggu, lemah,
normal/tirah baring/imobilisasi), status mental (sering
lupa, orientasi baik) (Kemenkes RI., 2011).
Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 5 (1), 40-48 | 48 |