Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan
merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya peningkatan status
kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan
masyarakat seoptimal mungkin. (Depkes,2012)
Menurut (Sitorus, 2006) Pelayanan keperawatan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan
perawat merupakan posisi kunci. Profesi perawat sebagai ujung tombak
pemberi pelayanan kesehatan saat ini diharapkan dapat meningkatkan
profesionalisme dalam berbagai aspek keilmuan dalam menghadapi tuntutan
masyarakat yang semakin tinggi untuk mendapatkan pelayanan asuhan
keperawatan yang berkualitas. Perawat dituntut untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berperan penting di dalam mencapai
tujuan asuhan keperawatan yaitu kesehatan atau kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan tidak lepas dari adanya suatu manajemen yang
merupakan ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara aktif,
inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan
supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan.
Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional.
Dalam mengoptimalkan peran dan manajemen keperawatan perlu
adanya strategi yang salah satunya adalah dengan harapan adanya faktor
pengelolaan yang optimal serta mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan.Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu

1
didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine,
Methode dan Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima
faktor tersebut akan memberikan kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah
sakit. (Nursalam 2015).
Pengetahuan tentang manajemen merupakan pengetahuan yang
universal dan sangat krusial bagi penerapan asuhan keperawatan secara
umum di bidang pelayanan. Arwani dan Supriyatno (2006) mendefinisikan
manajemen sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah.
Manajemen juga merupakan proses pengumpulan dan mengorganisasi
sumber-sumber dalam mencapai tujuan (melalui kerja orang lain) yang
mencerminkan dinamika suatu organisasi.
Tujuan ditetapkan berdasarkan misi, filosofi dan tujuan organisasi.
Manajemen keperawatan menurut Gillies (1986) dikutip oleh Nursalam
(2015), yaitu suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer keperawatan
dituntut untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi
sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga
dan masyarakat.
Dalam suatu manajemen terdapat suatu proses yang mengubah input
menjadi output dimana input meliputi manusia, uang, materi dan metode.
Selanjutnya input ini akan diproses dengan melewati beberapa tahap seperti
perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, ketenagaan dan
pengarahan sehingga dapat dicapai output yang diinginkan. Adapaun output
yang diinginkan yaitu efisiensi, staf yang kompeten dan pelayanan yang
berkulailtas.
Pada manajemen keperawatan kegiatan ini terintegrasi pada praktik
nyata di dalam pengelolaan klien sehingga dihasilkan suatu pelayanan
keperawatan yang efektif dan efisien yang dapat diterapkan kepada klien,
keluarga klien dan masyarakat. Pembelajaran manajemen keperawatan
bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai agen pembaharu dalam

2
rangka meningkatkan kemampuan perawat dalam melaksanakan menajemen
asuhan keperawatan yang profesional. (Nursalam, 2015)
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka sekelompok mahasiswa
manajemen keperawatan program profesi Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju 2017 yang terdiri dari 31 orang
melakukan praktik di ruang perawatan umum penyakit dalam dewasa laki -
laki (Ruang Cempaka), dan ruang perawatan anak (Ruang Aster) Rumah
Sakit PMI Bogor selama satu bulan. Waktu pelaksanaan terhitung mulai
tanggal 30April sampai 24Mei 2017.
Rumah Sakit PMI Bogor adalah rumah sakit tipe B pendidikan Rumah
Sakit PMI Bogor memiliki beberapa bagian ruangan, Instalasi Rawat Jalan
(Poliklinik Reguler dan Poliklinik Afiat), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Intensive, Instalasi
Perinatologi, Instalasi Kamar Bersalin, Instalasi Haemodialisa, klinik
Thalassemia, MCU, klinik tumbuh kembang, Instalasi Rehab Medik,
Insatalasi Farmasi, Instalasi Radiologi dan Instalasi Laboratorium, Patologi
Anatomi dan Bank Darah, Instalasi Farmasi, Mini Market, Kantin, gedung
pelayanan administrasi, dan pelayanan penunjang lainnya.
Berawal dari sebuah rumah sakit yang berdiri atas prakarsa kelompok
sosial orang – orang Belanda pada tahun 1931, dimana pada tahun 1938
pengelolaannya dilakukan oleh NERKAI ( Nederlansch Rode Kruis Afdeling
Van Indonesia ), pada tahun 1948 dihibahkan pengelolaannya kepada
Pengurus Palang Merah Indonesia cabang Bogor dan diberi nama Rumah
Sakit Kedung Halang yang dipimpin oleh Dokter Respodek, hingga tahun
1951 diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia dan ditunjuk
sebagai rumah sakit umum serta berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum
Palang Merah Indonesia Bogor. Dalam rangka meningkatkan pelayanan pada
masyarakat, tanggal 15 Maret 1999 telah dibuka ruangan perawatan Paviliun
Melati dilantai 3, Instalasi Bedah Sentral dilantai 2 serta pusat diagnostik di
lantai 1 gedung paviliun Melati. Untuk meluaskan pelayanan disemua segmen
masyarakat dan menunjang sistem subsidi silang, RS PMI Bogor memiliki
tenaga medis dokter spesialis yang lengkap dan berpengalaman yang

3
ditunjang dengan peralatan diagnostik modern. Pada bulan Agustus 2002
dilakukan renovasi gedung unit gawat darurat dan tanggal 14 Juli 2002
dimulai renovasi eks ruang perawatan Mawar menjadi Poliklinik Afiat yang
beroperasi pada bulan januari 2003. Pada Bulan Juni 2011 di bangun gedung
Gardenia yang merupakan pelayanan Poliklinik Reguler dan Intensive Care.
Pada bulan Februari 2013 di bangun Gedung Flamboyan yang merupakan
pelayanan penunjang dilantai 1 seperti radiologi dal laboratorium, lantai 2
pelayanan bedah sentral, Endoscopy & ESWL dan lantai 3 pelayanan ruang
perawatan VIP, kemudian pada bulan Februari 2017 di bangun gedung Eboni
yang diresmikan oleh ketua yayasan Palang Merah Indonesia Bpk. Drs.
H.M.Jusuf Kalla yang merupakan pelayanan ruang perawatan VVIP
Visi :
Visi RS PMI adalah menjadi Rumah Sakit yang memberikan pelayanan yang
berkualitas
Misi : RS PMI Bogor
1. Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pasien.
2. Mengembangkan unggulan pelayanan di Bidang kegawatdaruratan medik.
3. Membina profesionalis medan kinerja.
4. Melaksanakan penanganan medis pada kegawatdaruratan dan bencana.

Praktik profesi manajemen keperawatan di RS PMI Bogor dimulai


dengan pengkajian melalui kuesioner, observasi dan wawancara untuk
mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan di ruangan tersebut.
Selanjutnya mahasiswa melakukan perencanaan dan uji coba untuk
menyelesaikan masalah tersebut bersama-sama dengan staf perawat di
ruangan. Hasil pengumpulan data teridentifikasi beberapa masalah dari M1
(pengorganisasian dan pengarahan pada metode MPKP),M2(Keselamatan
pasien dan kepuasan pasien), M3 (Asuhan Keperawatan), M4 (Ronde
Keperawatan), M5( Sarana dan Prasarana kegiatan Asuhan Keperawatan
dan pendidikan kesehatan).
Berdasarkan hasil survei tim manajemen dengan menggunakan
instument kuesioner dan lembar observasi didapatkan pada RS. PMI Bogor
di ruangan perawatan penyakit dalam laki-laki Ruang Cempaka, bahwa

4
pengidentifikasian pasien belum optimal diterapkan. Dimana tim
menemukan kendala-kendala yang berkaitan dengan pelaksanann metode
MPKP diruang Cempaka, terutama dalam komunikasi efektif pada operan
antar shift, preconference dan postconference, minimnya fasilitas yang ada
untuk mengidentifikasi kepuasan pelanggan, kurangnya komunikasi
terapeutik yang dilakukan perawat dalam memperkenalkan diri sebagai
penanggung jawab pasien kepada keluarga pasien, belum berjalannya
pengidentifikasian pasien, Pelaksanaan dan pendokumentasian asuhan
keperawatan yang belum optimal, belum optimalnya kegiatan supervisi oleh
kepala ruangan kepada katim, dan perawat pelaksana.
Pengembangan model praktik keperawatan profesional, peran dan
fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat penting, sehingga
kompetensi kepemimpinan dan manajemen mutlak dibutuhkan (Ilyas 2002).
Pengembangan kompetensi kepemimpinan keperawatan harus terus
dilakukan untuk mendapatkan model yang ideal terhadap kemampuan
pemimpin sebagai upaya dalam meningkatkan motivasi dan kinerja perawat
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien).
Pembinaan, pengarahan oleh pimpinan (kepala ruangan) kepada perawat
pelaksana, dan pengembangan motivasi, inisiatif dan keterampilan agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan lebih produktif, dalam hal ini
pemimpin harus mampu menjelaskan, bekerjasama dan memonitor perilaku
perawat sesuai dengan situasi yang ada untuk dapat meningkatkan kinerja
perawat dalam melaksanakan tugasnya dengan baik (Mutaaitin 2010).
Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan model kompetensi
kepemimpinan sebagai upaya peningkatan motivasi dan kinerja perawat
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan. Robin dan judge (2009)
mengemukakan bahwa organisasi yang mempunyai pegawai yang
motivasinya tinggi cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi
yang mempunyai pegawai yang kurang termotivasi. Berdasarkan hasil
observasi dan penyebaran kuesioner kepada kepala ruangan dan ketua tim di
ruang Cempaka iklim motivasi di dapatkan hasil presentasi kepala ruangan
39,3% , ketua tim 42,9%,

5
Keselamatan dan kepuasan pasien merupakan hal yang penting di
setiap rumah sakit dimana fungsinya untuk memberikan informasi kepada
pasien mengenai petugas yang bertanggung jawab dalam merawat pasien
sehingga memberikan rasa aman kepada pasien. Oleh sebab itu, tim
manajemen bersama dengan ruangan melakukan pembaharuan yaitu berupa
pengidentifikasian pasien serta perkenalan antara perawat dan keluarga
pasien sebagai petugas yang bertanggung jawab pada setiap operan shift.
Asuhan keperawatan juga merupakan bagian penting dalam proses
keperawatan yang menjadi standar acuan dalam melakukan proses
keperawatan mulai dari perencanaan tindakan keperawatan dan tindakan
keperawatan terhadap klien. Berdasarkan hasil observasai asuhan
keperawatan di ruang Cempaka belum optimal karena masih banyaknya
tindakan keperawatan yang belum sesuai dengan rencana keperawatan yang
dibuat terkendala pola ketenagaan belum sesuai dengan jumlah pasien.
Ronde keperawatan adalah kegiatan asuhan keperawatan dalam
membahas kasus tertentu agar perawat dan pasien mengetahui rencana dan
program kegiatan pelyanan dan asuhan keperawatan serta mengetahui
informasi yang terkait dengan kemajuan kesehatan pasien (sitorus, 2006).
Kurangnya pemahaman terhadap metode ronde keperawatan di ruangan
menjadikan tidak optimlanya pelaksanaan ronde keperawatan itu sendiri,
sehingga tim manajemen merasa perlu memberikan informasi tentang
informasi ronde keperawatan.
Komuikasi terapeutik dan etika keperawatan merupakan hal yang
sangat menarik untuk diangkat karena dengan komunikasi dan etika yang
baik kepada pasien akan meningkatkan mutu dan kualitas dari rumah sakit.
Kurangnya fasilitas yang memadai untuk penempatan alat-alat
kesehatan merupakan standar mutu yang harus diperhatikan. di rumah sakit
tersebut masih didapatkan penempatan alat-alat kesehatan yang tidak
semestinya. Tata letak dan tingkat kebersihan masih sangat perlu di
perhatikan, alat-alat kesehatan masih banyak yang kurang terawat seperti
cara penyimpanan dan cara pemeliharaan.

6
Media edukasi merupakan masalah yang menarik untuk tim
manajemen angkat dimana tidak ada fasilitas di ruangan untuk memberikan
penyuluhan kesehatan. Padahal dengan menggunakan alat bantu media
edukasi sangat bermanfaat bagi pasien dan keluarga untuk mengerti dan
memahami mengenai penyakit yang diderita oleh pasien sehingga dapat
memberikan pengetahuan, pencegahan serta membantu kesembuhan pada
pasien.
Data yang didapatkan dari tim manajemen pada media edukasi
dimana perawat di ruang dalam melakukan penyuluhan kesehatan hanya
berupa lisan yang disampaikan. Tidak menggunakan media sedikitpun
sehingga membuat pasien memahami hanya sesaat setelah dilakukan
evaluasi setelah penyuluhan kesehatan pasien hanya ingat sedikit dari apa
yang disampaikan perawat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien di ruang Cempaka RS PMI Bogor.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik profesi manajemen diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Mahasiswa mampu memahami penerapan MPKP (Model Praktek
Keperawatan Profesional).
b. Mahasiswa mampu menganalisa penerapan MPKP (Model Praktek
Keperawatan Profesional) di ruang Cempaka RS PMI Bogor.
c. Mahasiswa mampu menganalisa permasalahan penerapan MPKP
(Model Praktek Keperawatan Profesional) di ruang Cempaka RS PMI
Bogor.
d. Mahasiswa mampu merumuskan alternative penyelesaian
permasalahan penerapan MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) di ruang Cempaka RS PMI Bogor.
e. Mahasiswa mampu merumuskan POA (Planing Of Action)
penyelesaian permasalahan penerapan MPKP (Model Praktek
Keperawatan Profesional) di ruang Cempaka RS PMI Bogor.

7
f. Mahasiswa mampu melaksanakan alternatif penyelesaian
permasalahan penerapan MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) di ruang Cempaka RS PMI Bogor.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi pelaksanakan alternatif
penyelesaian permasalahan penerapan MPKP (Model Praktek
Keperawatan Profesional) di ruang Cempaka RS PMI Bogor.

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempraktikan secara nyata dalam bidang manajemen
keperawatan menjadi agen pembaharuan.
2. Bagi pelayanan keperawatan
Penulisan ini dapat digunakan sebagai rujukan dan gambaran kondisi ruangan
serta rencana pelaksanaan konsep manajemen di ruang CempakaRS PMI
Bogor sehingga pihak pelayanan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
3. Bagi pendidikan
Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh pada masa pendidikan akademik serta bermanfaat untuk
meningkatkan kualitas pengajaran tentang manajemen keperawatan bagi
mahasiswa yang akan menjalani praktik profesi di masa mendatang.

8
BAB II
HASIL KAJIAN SITUASI DAN TINJAUAN TEORITIS

A. Input
1. Profil ruangan
Fasilitas Ruang Cempaka RS PMI Bogor, terdiri dari 16 Tempat Tidur,
yang terdiri dari kelas3. Ruang Cempaka di khususkan untuk pasien penyakit
dalam laki-laki dengan kategori kasus penyakit yang beragam. Ruangan yang
ada terdiri dari 16 Tempat Tidur untuk pasien perawatan kelas 3.

2. Denah ruangan

3. Struktur organisasi ruangan

9
4. Ketenagaan ruangan
a. Pola Tenaga dan Kualifikasi
Ketenagaan adalah anggota organisasi atau badan usaha yang
memperoleh imbalan. Tujuan manajemen ketenagaan diruang rawat :
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
penggunaan jasa. Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan :
kategori klien yang dirawat, rasio perawat, dan metode penugasan yang
digunakan.
Tenaga perawat di ruang cempaka saat ini berjumlah 18 orang. 1
orang karu, 2 orang katim, 6 orang perawat penanggung jawab, dan 9
orang perawat pelaksana.
Berikut adalah tabel ketenagaan dan tingkat pendidikan di ruang
Cempaka PMI Bogor :
No Nama Masa Kerja Jabatan Pendidikan Pelatihan
1 Agus Riyadi, S.Kep 16 tahun Kepala S1 Keperawatan  BLS/BTCL
Ruang S
Perawatan  Manajemen
 Bangsal
 MPKP
2 Sri Nurlilah, AMK 21 tahun Ketua Tim 1 D3 Keperawatan  BLS/BTCL
S
 Manajemen
 Bangsal
 MPKP
3 Budi Setiawan, AMK 26 tahun Ketuan Tim D3 Keperawatan  BLS/BTCL
2 S
 Manajemen
 Bangsal
 MPKP
4  Ns. Rahmad Saleh,  26 tahun Penanggung S1 Keperawatan  BLS/BTCL
 9 tahun Jawab D3 Keperawatan
S.Kep S
 6 tahun
 Endang, AMK S1 Kesehatan
 6 tahun
 Rian Iskandar,
 16 tahun Mas
AMK  7 tahun
 Lisna Lismayanti, D3 Keperawatan

10
AMK
 Euis, AMK
 Sandi, AMK
5  Teni Tania, AMK  4 tahun Pelaksana D3 Keperawatan  BLS/BTCL
 Hafni, AMK  < 1 tahun
S
 Eni M, AMK  < 1 tahun
 Dessi N, AMK  < 1 tahun
 A Faisal, AMK  20 tahun
 Heru, AMK  < 1 tahun
 Syifa, AMK  7 tahun
 M. Azhar, AMK  2 tahun
 Nurhayati, MAK  1 tahun
6 …........................... POS/HK SD  BLS

Penghitungan tenaga :
1. Rumus Douglas :
Berdasarkan :
1. Tingkat ketergantungan pasien
2. Rata-rata pasien per hari
3. Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
4. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5. Jam kerja efektif setiap perawat
Kategori keperawatan klien :
a. Keperawatan mandiri / Self care : klien memerlukan bantuan
minimal dalam melakukan tindakan perawatan dan pengobatan
b. Keperwatan sebagian / partial care : klien memerlukan bantuan
sebagian dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu
seperti pemberian obat intravena
c. Keperawatan penuh / total care : klien memerlukan bantuan secra
penuh dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat
Contoh Tabel Komposisi Ketenagaan Keperawatan Ruang Cempaka
Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan tenaga
Tingkat ktg Jumlah Pagi Sore Malam
pasien
Minimal 3 3 x 0,17 = 3 x 0,14 = 3 x 0,07 =
0,51 0,42 0,21
Parsial 16 16 x 0,27 = 16 x 0,15 16 x 0,10

11
4,32 = 2,4 = 1,6
Total 6 6 x 0,36 = 6 x 0,30 = 6 x 0,2 =
2,16 1,8 1,2
Jumlah 25 6,99 4,62 3,01
7 5 3
Berdasarkan perhitungan rumus Douglas maka :
Jumlah perawat berdinas 7+5+3 = 15 orang
Perawat libur atau cuti 1/3 x 15 = 5 orang
Kepala ruangan = 1 orang
Jadi total kebutuhan perawat ruang cempaka adalah 15 + 5 + 1 = 21

5. Fasilitas ruangan
a. Fasilitas Ruangan
Adapun Fasilitas Ruang Perawatan Cempaka di RS PMI Bogor yaitu :
Kelas 3
Total tempat tidur terdiri dari 8 bed, yang dipisahkan dengan tirai
fasilitas yang tersedia : 2 Kipas Angin, 1 TV LED 32 inch, bel pasien di
setiap tempat tidur, Kamar mandi, Lemari di samping tempat tidur.

b. Fasilitas Alkes
Fasilitas Alat Medis
Di Ruang Cempaka RS PMI Bogor
No. Nama alat Inventaris Keterangan
1 Tensi meter 3 1 Rusak
2 Stestokop 3
3 Timbangan BB/TB 1
4 Meteran 1
5 Tong Spatel 1
6 Tabung oksigen besar + flow meter 7
7 GV Set 2
8 Gunting perban 1
9 Tabung oksigen kecil 3
10 Bak instrument kecil 1
11 Bengkok 2
12 Senter 1
13 Urinal 3
14 Standar Infuse 26

12
15 Thermometer 2
16 Masker O2 1
17 Nasal Canul 1
18 Refleks Hummer 1
19 Pispot stainless/ plastik 5/1
20 Bengkok stainless 1
21 Gunting Lurus 1
22 Gunting bengkok 1
23 Trolly Tindakan 2
24 Trolly Laken 2
25 Trolly Emergency 1
26 Gelas Ukur 1
27 Dorongan Oksigen 1
28 Nebulizer 1
29 Suction 1
30 Emergency kit 1
31 Set ETT 1
32 Syringe Pump 1
33 Infuse pump 1
34 Kom kecil Stainless 1
35 Kursi Roda 3
36 Brankar 2
37 Alat GDS 1
38 Medical Lighting 1
39 Alat EKG 1
40 Box Transfuse 1
41 Oxymetri 2
42 Lemari penyimpanan obat pasien 1
43 Kom Mandi 10
44 Spilkit 1 Set

B. Proses
1. Perencanaan
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses pemikiran dan penentuan secara matang
hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka mencapai
tujuan organisasi (Kurniadi, 2013). Perencanaan yang disusun oleh kepala
ruangan dan ketua tim disesuaikan dengan peran dan fungsis masing-
masing. Perencanaan yang diterapkan mencakup visi, misi, filosofi,
kebijakan, rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
a. Visi

13
Visi ruangan mengikuti visi rumah sakit yaitu “Menjadi Rumah Sakit
yang memberikan pelayanan yang berkualitas”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pasien.
2) Mengembangkan unggulan pelayanan di Bidang kegawatdaruratan
medik.
3) Membina profesionalis medan kinerja.
4) Melaksanakan penanganan medis pada kegawatdaruratan dan
bencana.
c. Filosofi
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ruangan belum
memiliki filosofi ruangan
d. Kebijakan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan ruangan belum
memiliki kebijakan ruangan
e. Rencana Jangka pendek
1) Rencana Tahunan Kepala Ruangan
Dari hasil wawancara, kepala ruangan mengatakan rencana
tahunan kepala ruangan yaitu peningkatan pendidikan dan sarana
ruangan.
2) Rencana Bulanan
a) Kepala Ruangan
Dari hasil wawancara mengenai rencana bulanan, didapatkan
hasil diantaranya kepala ruangan memiliki program antara lain
melakukan penilaian kinerja Ka. Tim dan PA yang laporannya
rutin di serahkan ke bagian keperawatan dan SDM dan
membuat laporan tunjangan presetasi. kepala ruangan juga
rutin membuat jadwal dinas tiap bulan di ruangan. Sementara
untuk kegiatan case confrence tidak rutin dilakukan dan hanya
dilakukan pada situasi-situasi tertentu yang di anggap perlu,
Kegiatan penkespun tidak rutin dilaksanakan di ruangan,
kegiatan penkes tidak langsung dilakukan kepala melainkan di
delegasikan ke Ka. Tim dan PA namun kegiatan penkes tidak
dilakukan rutin, tidak terjadwal dan tidak terdokumentasikan.

14
Kegiatan rapat ruangan tidak terjadwal rutin, berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan, rapat ruangan hanya dilakukan
pada waktu tertentu yang di anggap perlu. Sebagai ruang
perawatan penyakit dalam, masih kurangnya media untuk
melaksanakan penkes seperti leaflet.
b) Ka. Tim
Berdasarkan hasil pengkajian melalui wawancara, Ka. Tim
tidak pernah membuat rencana bulanan.
3) Rencana Harian
a) Kepala Ruangan
Dari hasil wawancara mengenai rencana harian kepala
ruangan, didapatkan hasil rencana harian kepala ruangan yang
telah di susun antara lain membuat laporan harian dan laporan
visit dokter mencakup jumlah pasien dan klasifikasi
berdasarkan tingkat kebutuhan bantuan yang laporannya di
sampaikan ke bagian RM dan instalasi rawat inap, pembuatan
laporan pemakaian alat medis, bon makan dan telah
terdokumentasikan, sementara untuk pembagian tugas / tim,
supervisi Ka. Tim dan PA belum terdokumentasikan
b) Ka. Tim
Dari hasil wawancara, KA tim selalu membuat rencana harian
yang mana isi rencana harian ketua tim antara
penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya,
melakukan, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan
lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Namun Ka. Tim
tidak pernah melakukan perencanaan untuk supervisi terhadap
PA
c) PA
Dari hasil wawancara, perawat pelaksana tidak membuat
rencana harian yang ditujukan pada tindakan keperawatan
untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
Rencana kegiatan harian perawat pelaksana/Assosiet (PP/PA)
pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 atau 2
orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai
ketua tim dan PA/PP, pada setiap shift.

15
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, yang meliputi supervisi,
koordinasi dengan unit kerja lain secara vertical/ atasan dan horizontal/
bawahan (Depkes, RI 2001, dalam Kurniadi 2013). Adapun menurut
Hersey & Blanchard (1977, dalam La Monica 1998) menyatakan
pengorganisasian adalah kegiatan mengintegrasikan semua sumber daya,
semua bertujuan agar kelompok mau bekerjama.
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi ruangan aster meliputi
1) Kepala Ruangan
2) Ka. Tim terdiri dari 2 orang
3) Perawat penanggung jawab sebanyak 6 orang
4) Perawat pelaksana sebanyak 9 orang
b. Daftar Dinas Ruangan
Daftar dinas ruangan di buat rutin setiap bulan oleh kepala ruangan.
c. Daftar pasien
Setiap tim memiliki papan daftar pasien yang mana pada papan
tersebut mencakup data nama pasien, kamar, diagnosa medis, dokter
penanggung jawab, status administrasi, inisial perawat penanggung
jawabshift pagi, sore dan malam

3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah proses pemberian tugas, perintah-perintah,
instruksi yang membuat staf bisa memahami keinginan pimpinan organisasi
dan pengarahan tersebut membuat staf untuk berkontribusi secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan (Kurniadi, 2013).
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program memimpin
operan, menciptakan iklim motivasi, sistem pendelegasian, supervisi,
manajemen konflik dan komunikasi yang baik.
a. Memimpin Operan

16
Dari hasil observasi selama 2 minggu, kepala ruangan berperan dalam
memimpin operan di ruangan.
b. Menciptakan iklim motivasi
Indikator Karu katim
Anda memberi harapan yang jelas kepada staf 2 2
Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua 3 3
staf
Anda mengembangkan konsep kerja kelompok 3 3
Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan 1 1
kebutuhan organisasi
Anda memberikan tantangan kerja sebagai 2 2
kesempatan untuk mengembangkan diri
Anda melibatkan staf dalam pengambilan 2 3
keputusan
Anda memberikan kesempatan kepada staf 2 3
menilai dan mengontrol pekerjaannya
Anda menciptakan hubungan saling percaya dan 3 3
menolong dengan staf
Anda menjadi role model bagi staf 2 2
Anda memberikan reinforcement (pujian) 2 2
Sub total 22 24
presentase 39,3 % 42,9%

Kepala ruangan selalu memulai dengan berdoa membudayakan cara


berfikir positif bagi setiap perawat. Kepala ruangan terkadang memberi
harapan yang jelas kepada staf, kepala ruangan tidak pernah
mengintegrasikan kebutuhan staf dengan kebutuhan organisasi, Kepala
ruangan terkadang memberikan kesempatan menilai dan mengontrol
pekerjaannya, kepala ruangan terkadang menciptakan hubungan saling
percaya dan menolong dengan staf, kepala ruangan terkadang menjadi role
model bagi staf, kepala ruangan terkadang memeberi pujian kepada staf.
Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan hasil untuk kepala ruangan 39,3%
dan ketua tim 42,9%.
c. Mengatur Pendelegasian
Indikator Karu katim
Pendelegasian dilakukan kepada staf yang 4 3
memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam

17
menjalankan tugas
Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum 4 3
melakukan pendelegasian
Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga 3 2
dilimpahkan
Waktu pendelegasian tugas ditentukan 3 2
Apabila yang melaksanakan tugas mengalami 3 3
kesulitan, Kasie, Karu, Katim memberikan
arahan untuk mengatasi masalah
Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan 3 3
Sub Total 20 16
presentase 83.4 % 50%
Sistem pendelegasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan di
disesuaikan dengan kompetensi penerima delegasi.
d. Melakukan Supervisi
Indikator Karu katim
Supervisi disusun secara terjadwal 3 3
Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang 3 3
dilaksanakan
Materi supervisi dipahami oleh supervisor 3 3
maupun staf
Supervisor mengorientasikan materi supervisi 3 3
kepada staf yang disupervisi
Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan 3 3
materi supervisi
Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan 3 3
memberikan reinfrocement
Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang 3 3
perlu ditingkatkan oleh staf
Supervisor memberikan solusi dan role model 3 3
bagaimana meningkatkan kinerja staf
Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi 3 3
yang telah dilaksanakan
Supervisor memberikan reinforcement terhadap 3 3
pencapaian keseluruhan staf
Sub Total 30 30
Total 75% 75%
Supervisi / pengawasan dimana merupakan hal yang penting
dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan

18
sesuai standar mutu yang ditetapkan. Di ruangan tidak terjadwal dan tidak
dilaksanakan dengan rutin
e. Manajemen Konflik
indikator Karu Katim
Komunikasi antar perawat terbuka 4 3
Konflik diungkapkan secara terbuka 2 3
Staf saling menghargai pendapat yang lain 3 3
Semua staf saling mencari solusi menyelesaikan 3 3
masalah
Solusi terbaik yang dipilih adalah yang terbaik 3 3
untuk semua
Bila konflik tidak selesai dikonsultasikan 3 3
kepada atasan atau konsultan
Sub Total 18 18
presentase 75% 75 %
Berdasarkan wawancara yang dilakukan ketika terjadi konflik di
ruangan, kepala ruangan akan terlebih dahulu mengumpulkan informasi
subyektif mungkin berkaitan dengan permasalahan yang terjadi untuk
kemudian dilakukan pendekatan terhadap pihak-pihak yang berkonflik
sehingga di dapatkan titik temu dalam proses penyelesaian konflik dan
didapatkan hasil dengan win win solution. Berdasarkan hasil kuesioner
didapatkan hasil untuk kepala ruangan 75% dan ketua tim 75%.
f. Komunikasi yang Baik
Skor
4 3 2 1
N Kriteria
o
1 Operan dilaksanakan setiap pergantian √
dinas
2 Pre conference dilakukan di tiap tim √
sebelum mulai dinas
3 Post conference dilakukan setelah selesai √
memberikan asuhan di tiap tim
Sub Total 12
presentse 100%
Berdasarkan hasil observasi dalam proses komunikasi dalam
pelayanan ruangan selalu membudayakan kemunikasi yang baik dan jelas
untuk menghindari kesalah pahaman terutama dalam proses keperawatan.

19
4. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan kompleks dan menentukan dalam rangka
membandingkan rencana dan pelaksanaan serta mencari kekurangan/ hambatan
di setiap tahapan manajemen untuk segera menemukan masalah dan
memberikan tindak lanjut agar sesuai dengan rencana awal yang telah
ditetapkan (Kurniadi, 2013).
Dalam proses pengendalian yang mencakup audit dokumentasi, survey
kepuasan pasien, BOR, ALOS, TOI ruangan melaporkan jumlah pasien harian
ke RM dan di ahir bulan RM akan melakukan rekapan untuk menentukan nilai
BOR, ALOS, TOI. Kepala ruangan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan terkait dan laporan prestasi kerja tiap
staff.

Analisa :
Hasil wawancara sistem pengendalian, didapatkan data peningkatan
mutu dan pelayanan di ruangan dilakukan dengan memantau berdasarkan
tingkat kepuasan pasien. Sistem penilaian dan standar penilaian kinerja staf
dilaksanakan berdasarkan mekanisme yang ditetapkan oleh kepegawaian RS
PMI Bogor.

C. Output
1. Indikator mutu umum RS (BOR, LOS, TOI, BTO)
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-
indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :
Tabel Data BOR, ALOS, TOI dan BTO di Ruangan Cempaka
Bulan BOR ALOS TOI BTO
Januari 30% 1,2 2,99 7,3
Februari 35% 1,5 2,86 6,4
Maret 32% 1,3 2,85 7,5
Analisa:
a. BOR
BOR ruang Cempaka RS PMI Bogor pada bulan Januari - Februari 2018
mengalami peningkatan, sedangkan pada bulan Februari – Maret 2018

20
mengalami penurunan. Menurut Depkes RI (2005) angka ini masuk kategori
ideal karena berada pada nilai parameter antara 60-85 %.
b. ALOS
Berdasarkan hasil dari rekam medic nilas ALOS di ruang cempaka 3 bulan
terakhir bulan Januari - Maret 2018, lama rawat pasien 1 – 2 hari. Jadi
dapat di simpulkan selama bulan Januari - Maret 2018 ALOS Cempaka RS
PMI Bogor kurang dari 6 hari dan menurut Depkes RI (2005) angka ini
masuk kategori ideal.
c. TOI
TOI di ruang Cempaka bulan Janruari 2018 2,99 hari, bulan Februari 2018
2,86 hari dan bulan Maret 2018 yaitu 2,85 hari. Maka nilai rata rata TOI
ruang Cempaka bulan Januari - Maret 2018 adalah 3 hari. Hasil ini sudah
sesuai dengan standart menurut Depkes RI (2005).
d. BTO
BTO di ruang Cempaka pada bulan Januari 7,3, Februari 6,4 dan bulan
Maret 2018 7,5 kali, maka nilai rata rata 7,07 kali dalam setiap bulan atau
sekitar 84,8 kali dalam setahun. Jika merujuk pada standar Depkes RI
(2005) maka pemakaian tempat tidur rata-rata ruang Cempaka RS PMI
Bogor di atas 40 kali dalam setahun dan masuk kategori ideal.

2. Audit dokumentasi
Audit dokumentasi asuhan keperawatan adalah kegiatan mengevaluasi
dokumen asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Dari hasil observasi audit dokumentasi asuhan keperawatan berdasarkan
Instrumen A Depkes diambil sampel sebanyak 10 berkas rekam medis
dokumen asuhan keperawatan dari pengkajian hingga catatan keperawatan.

Hasil Presentasi Audit Dokumentasi


N Aspek JUMLAH RM Rata-
o yang rata
dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Pengkajian 88%
100% 75% 100% 100% 75% 75% 75% 100% 75% 100% 75% 100% 100% 75% 100%
2. Diagnosa 89%
67% 100% 100% 100% 67% 100% 67% 100% 67% 100% 100% 100% 100% 67% 100%

21
3. Perencanaan 100% 83% 100% 100% 83% 100% 100% 83% 100% 100% 100% 100% 83% 100% 100% 95%

4. Tindakan 80%
67% 67% 100% 67% 67% 100% 67% 100% 67% 100% 67% 100% 100% 67% 67%
5. Evaluasi 100% 50% 100% 50% 100% 100% 50% 100% 100% 50% 100% 100% 100% 100% 50% 77%

6. Catatan
77%
Asuhan 80% 80% 100% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 100% 80%
Keperawatan
Total Rata-Rata 84%
Interpretasi :
Berdasarkan hasil analisa dokumentasi askep didapatkan kelengkapan
pengkajian rata-rata 88%, diagnose rata-rata 89%, perencanaan rata-rata 95%,
tindakan 80%, evaluasi 77%, catatan asuhan keperawatan 77%, dari observasi
yang dilakukan maka rata-rata kelengkapan dokumentasi keperawatan sebesar
84%

3. Indikator penyakit (ILO, dekubitus, pasien jatuh)


a. ILO
Cempaka merupakan ruang penyakit dalam laki-laki dengan
penyakit umum non bedah, maka tidak ada data yang menunjukan angka
kejadian infeksi luka operasi di ruang Cempaka.
b. Dekubitus
Berdasarkan data rekapan indikator pelayanan non bedah bulan Mei
2018 pasien dengan tirah baring sebanyak 25 orang, tidak terdapat
kejadian dekubitus atau di ruang perawatan Cempaka angka dekubitus
pada bulan Mei 2018 sebanyak 0.
c. Pasien Jatuh
Selama 2 minggu observasi tidak terdapat kejadian pasien jatuh, baik
itu jatuh dari tempat tidur karena keluarga atau perawat lupa memasang
penghalang tempat tidur atau safety rail, dan jatuh di kamar mandi karena
licin.
d. Flebitis
Flebitis merupakan reaksi inflamasi yang terjadi pada pembulih
darah vena yang ditandai dengan nyeri, kemerhan, bengkak, panas,
indurasi atau pengerasan pada daerah tusukan dan pengarasan sepanjang
pembuluh darah vena (Alexander, 2010)

22
Derajat Flebitis menurut INS (Infus Nursing Standar of Practic)
Skala Kriteria Klinis
0 Tidak ditemukan gejala klinis
1 Eritema pada daerah insersi dengan atau tanpa nyeri
2 Nyeri pada daerah insersi disertai dengan eritema dan atau
edema
3 Nyeri pada daerah insersi disertai dengan eritema, pembentukan
lapisan, dan atau pengerasan sepanjang vena
4 Nyeri pada daerah insersi disertai dengan eritema, pembentukan
lapisan, pengerasan sepanjang vena lebih ≥ 1”, dan atau
keluar purulen.
Analisa :
Berdasarkan hasil observasi tim manajemen tidak ditemukan kejadian
flebitis.

b. Indikator pelayanan
a. Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan RS. Dengan
mengetahui tingkat kepuasan pasin, manajemen RS dapat melakukan
peningkatan mutu pelayanan. Presentase pasien yang menyatakan puas
terhadap pelayanan berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku
(Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes RI tahun 2005).

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 10 pasien / keluarga


pasien didapatkan hasil :
presentasi
No Pasien Kepuasan Pasien
99%
1 Pasien 1 Puas
25%
2 Pasien 2 Tidak puas
78%
3 Pasien 3 Puas
92%
4 Pasien 4 Puas
62%
5 Pasien 5 Tidak puas

6 Pasien 6 Puas 94%

23
66%
7 Pasien 7 Tidak puas
94%
8 Pasien 8 Puas
65%
9 Pasien 9 Tidak puas
63%
10 Pasien 10 Tidak puas
74%
Rata-rata
Berdasarkan hasil kuesioner presentase pasien yang merasa puas
berbanding sama dengan pasien yang tidak puas sebanyak 74% atas
pelayanan petugas di Ruang Cempaka RS PMI Bogor

c. Kepatuhan Terhadap SOP Keperawatan

Standar operasional prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan


untuk melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan fungsi dari
pekerjaan tersebut.Dengan adanya SOP semua kegiatan di suatu
perusahaan dapat terancang dengan baik dan dapat berjalan sesuai
kemauan perusahaan. SOP dapat didefinisikan sebagai dokumen yang
menjabarkan aktivitas operasional yang dilakukan sehari-hari, dengan
tujuan agar pekerjaan tersebut dilakukan secara benar, tepat, dan konsisten,
untuk menghasilkan produk sesuai standar yang telah ditetapkan
sebelumnya (Tathagati, 2014).
Tindakan keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien. Tindakan keperawatan yang
diberikan harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku
(Depkes RI, 1992) agar diperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu,
efektif dan efisien sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.
Pemantauan terhadap pelaksanaan SOP adalah tahap yang paling
penting dalam pelaksanaan SOP. Tahap ini dapat dijadikan tolak ukur
penerapan SOP. Apakah SOP yang telah ditetapkan berjalan efektif dengan
tepat atau tidak. Monitoring dapat dilakukan berkala tiga atau enam bulan

24
sekali. Yang melakukan monitoring adalah pimpinan atau tim penyusun
SOP.
Instrumen C digunakan untuk mengumpulkan data dan menilai
pelaksanaan kegiatan keperawatan yang sedang dilakukan oleh perawat.
Aspek yang dinilai adalah persiapan dan pelaksanaan tiap kegiatan
keperawatan. Ini dilakukan oleh perawat penilai atau observer yang
memenuhi kriteria. Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat
harus sesuai dengan standar operasional prosedur. Instrumen observasi
pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang Cempaka pada tanggal 03-09
Mei 2018. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Kepatuhan Terhadap SOP Keperawatan


Di Ruang CEMPAKA RS PMI Bogor

No Proses keperawatan Persentase


1 Cuci Tangan 75%
2 Penerimaan Paien baru 70%
3 Proses timbang terima 60%
4 Pengidentifikasian 68%
Pasien
5 Prosedur pemberian 66%
obat
6 Pemasangan infus 91%
Rata-rata presentase 72%

Interpretasi
Hasil observasi tindakan di ruang Cempaka ada 6 tindakan
keperawatan yang dilakukan menunjukan nilai rata-rata 72%. Hal ini
menunjukan bahwa tindakan keperawatan yang dilakukan diruang
Cempaka dikategorikan Baik atau sudah mengacu pada protap/standar
yang ada.

25
BAB III
PERMASALAHAN DAN RENCANA KEGIATAN

A. Analisis data
1. Analisa SWOT
SWOT adalah singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Oppurtinity (peluang), Treath (tantangan). Analisa SWOT
adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi isu-isu internal dan
eksternal yang mempengaruhi kemampuan kita dalam memasarkan event-
event kita. Analis SWOT merupakan bentuk analisa situasi dan kondisi yang
bersifat deskriptif (memberi gambaran).
Analisa ini terbagi atas 4 komponen dasar, yaitu :
a. Strenght (kekuatan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari organisasi atau program pada saat ini
b. Weakness (kelemahan), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini
c. Oppurtunity (peluang), yaitu situasi atau kondisi yang merupakan peluang
diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di
masa depan
d. Treath (ancaman), yaitu situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi
yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi
organisasi di masa depan.

26
Tinjauan Ruangan Berdasarkan Analisis SWOT
NO
ANALISA
STRENGTH
WEAKNEES
OPPORTUNITY
THREATS / ANCAMAN
1
Man
a. Ketenagaan
- Ketenagaan
 Ka.Ru : 1 org
 Katim : 2 org
 PJ.shift : 6 org
 PP : 9 org
 HK : 1 org
- Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga menurut rumus Douglas, kebutuhan perawat di ruang Cempaka sebanyak 21 orang,
namun saat ini perawat ruang Cempaka berjumlah 18 orang.
- Koreksi perhitungan tenaga menurut douglas :

27
Tingkat
Jumlah Kebutuhan tenaga
Ketergantungan
Tingkat Jumlah Pagi Sore Malam
ktg pasien
Minimal 3 3 x 0,17 = 3 x 0,14 3 x 0,07
0,51 = 0,42 = 0,21
Parsial 16 16 x 0,27 16 x 0,15 16 x 0,10
= 4,32 = 2,4 = 1,6
Total 6 6 x 0,36 = 6 x 0,30 6 x 0,2 =
2,16 = 1,8 1,2
6,99 4,62 3,01
Jumlah 25
7 5 3
Berdasarkan perhitungan rumus Douglas maka :
Jumlah perawat berdinas 7+5+3 = 15 orang
Perawat libur atau cuti 1/3 x 15 = 5 orang
Kepala ruangan = 1 orang
Jadi total kebutuhan perawat ruang cempaka adalah 15 + 5 + 1 = 21
- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari kelebihan
beban kerja.

- Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga menurut rumus Douglas, kebutuhan perawat di ruang Cempaka sebanyak 21 orang,
namun saat ini perawat ruang Cempaka berjumlah 18 orang. Kondisi ini dapat berefek pada pelayanan yang diberikan pada pasien
kualitas dalam dokumentasi asuhan keperawatan.

28
- Ketidak proporsionalan jumlah perawat dan pasien dapat menurunkan produktifitas perawat. Perawat cenderung saling
mengandalkan satu sama dalam pelayanan
- Terjadinya rotasi perawat dalam rangka efisiensi ketenagaan.

NO
ANALISA
STRENGTH
WEAKNEES
OPPORTUNITY
THREATS / ANCAMAN

b. Latar Belakang Pendidikan dan Pelatihan


- Tingkat Pendidikan
 S1 Kep Ns = 2 org
 SKM = 1 org
 D3 Kep = 16 org
 SPK = 0 org

29
- Semua perawat sudah mengikuti pelatian BLS/BTCLS
- Kepala ruangan dan Ka.Tim sudah mengikuti pelatian Manajemen, Bangsal dan MPKP

- Dari 18 orang perawat di ruang Cempaka, perawat dengan tingkat Profesi Ners ada 1 orang yang dan 1 orang perawat berlatar
belakang pendidikan S1 Keperawatan, 1 orang berlatar belakang SKM dan 15 Diploma 3 Keperawatan
- 15 orang perawat yang terdiri dari perawat penanggung jawab dan perawat pelaksana belum pernah mengikuti pelatihan MPKP
- Adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
- Kepala ruangan dan Ka Tim yang tela mengikuti pelatihan Manajemen dan MPKP dapat menjadi role model dan Change of agen
dalam rangka sosialisasi penerapan MPKP di ruang Cempaka
- Pelayanan yang di berikan tidak berdasarkan dasar keilmuan yang baru
- Penerapan MPKP tidak bisa di terapkan secara maksimal karena sebagian besar perawat belum pernah mengikuti pelatihan MPKP

c. Struktur Organisasi
 1 Orang Kepala ruangan
 2 Orang Ketua Tim 1 dan Tim 2
 6 orang perawat penanggung jawab
 9 orang perawat pelaksana

- Pelaksanaan tugas kepala ruangan, ketua tim, PJ shif, dan perawat pelaksana kurang optimal.

30
- Ruang Cempaka memiliki kesempatan yang besar dalam melaksanakan metode MPKP karena Metode tim yang sudah di jalani
saat ini sudah termasuk bagian dari bagian MPKP.
- Tidak tersistemastisnya proses penugasan antara kepala ruangan, katim, kepada PJ shif dan perawata pelaksana.

e. Kedisiplinan
- Jadwal dinas telah di tetapkan untuk satu bulan oleh kepala ruangan
- Absen harian sudah menggunakan finger print
- Adanya dinamika kebutuhan pribadi setiap perawat yang mengakibatkan terjadinya tukar dinas antar perawat

- Ketika jadwal dinas dan jam dinas yang telah di sepakati dapat dilaksanakan dengan baik, ruang Cempaka dapat di tetapkan
sebagai ruangan dengan tingkat kedisiplinan perawat yang tinggi.
- Ketidakdisiplinan perawat terhadap kehadiran akan menghambat proses pelayanan asuhan keperawatan.

f. Kinerja
- Perawat ruangan memiliki sikap yang baik, ramah kepada klien dan keluarga klien.
- Kepuasan pasien di ruang cempaka berdasarkan hasil kuesioner sebesar 74%

31
- Belum terlihatnya kebiasaan perawat penanggung jawab memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga pasien sebagai dasar
kenyamanan dan kepuasan pasien
- Hubungan perawat dengan Klien dan keluarga klien dapat ditingkatkan melalui komunikasi terapeutik dengan klien
- Sikap perawat yang kurang baik dapat mengakibatkan pelayanan yang kurang optimal.
2
Material
a. Ruang Rawat

- Ruang cempaka adalah ruang perawatan penyakit dalam dan non bedah. tempat tidur, terdiri dari 2 ruangan perawatan, setiap
ruangan berisi 1 TV dan 1 unit kipas angin wastafel dan kamar mandi, 1 Tempat Tidur dilengkapi 1 meja pasien
- Terdapat Hand Hygiene di depan dan di dalam masing-masing ruangan.

- Cleaning service terbatas

- Adanya pembagian jadwal yang jelas cleaning service


- Adanya kesempatan untuk merenovasi
ruangan

32
- Banyaknya RS berdiri di bogor dengan kondisi ruangan yang lebih nyaman dan lebih menarik

b. Ruang perawat
- Ruang perawat menjadi satu kamar ganti dan tempat sholat petugas
- terdapat ruangan karu
- Terdapat lemari Obat, alat medis dan lemari obat emergency
- Adanya Ners station di ruang Cempaka
- Terdapat tempat sampah yang sudah sesuai dengan tempat sampah medis dan non medis
- terdapat penyimpanan alat kesehatan dan linen.
- Sudah terlaksananya cara pembuangan spuit denagn menggunakan safety box
- Tersedianya alat-alat pelindung di ruangan (masker dan handscoon)
- Tersedianya spilkit dan Apar disetiap sudut ruangan.
- Kondisi lemari tempat penyinmpanan Obat masih menyatu dengan ruang tindakan jadi kurang efektif untuk melakukan tindakan

- Adanya kesempatan untuk menata ulang kembali ruangan


- Adanya kesempatan permohonan dibuatkan kamar ganti dan tempat sholat petugas di pisah
- Kolaborasi ruangan dengan management RS
- Perlu sosialisasi tentang maksud tujuan dari prosedur pemakaian APD
- Membahayakan bagian lain jika sampah medis dan nonmedis sampai menyatu

33
- Ketidaknyamanan ruang kerja, kamar ganti dan tempat sholat dapat menurunkan motivasi kerja perawat
- Resiko pada keselamatan kerja bagi petugas terutama perawat.

3.
Metode
a. Penugasan Kerja

- Metode yang digunakan adalah metode Tim, Karu = 1 Orang, Katim = 2, PJ shift 6 orang, Pelaksana = 9 orang dan 1 House
keeping

- Pelaksanaan penugasan metode Tim belum optimal dan bersifat fungsional

- Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan secara menyeluruh, setiap pelaksana mempunyai peluang untuk bertanggung jawab
pada pasien.

- Kurang meratanya pengetahuan perawat diruangan dapat menurunkan kualitas askep

34
- Operan shift sudah dilaksanakan di nurse station dan keliling melihat kondisi klien

- Pelaksanaan Operan, pre conference, post conference masih belum berjalan secara sistematis.
- Ciptakan komunikasi yang lebih baik dalam tukar informasi pasien saat Operan shift
- Isi dari operan shift yang tidak lengkap dan belum berfokus pada masalah keperawatan menyebabkan perawat yang dinas
selanjutnya tidak mengetahui kondisi klien secara menyeluruh.

b. Protap
- AdanyaSPO

- Kurang optimalnya pelaksanaan kepatuhan terhadap SPO

- Meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan dengan protap.

Kesalahan kerja dapat terjadi kapan saja dalam pemberian Asuhan Keperawatan diruang rawat

35
c. Pendokumen tasian
- Adanya pendokumentasian pengkajian, diagnosa keperawatan dan catatan perkembangan pasien

- Terdapat beberapa data yang kurang lengkap dalam pendokumentasian asuhan keperawatan.

- Adanya pendoku- mentasian yang jelas dan akurat dapat meminimalisir kesalahan
- Keterbatasan waktu dalam pendokumen-tasian menyebabkan pendokumentasian askep kurang optimal
5.
Machine
a. Peralatan

- Terdapat alat neubulizer 1 Unit


- Terdapat alat suction 1 Unit
- Terdapat alat EKG 1 Unit
- Terdapat alat Infusion Pump 1 Unit
- Terdapat alat Syringe Pump 1 Unit
- Terdapat tabung oxigen yang dapat membantu dalam memberikan askep secara kolaboratif.

36
- Alat bisa rusak
- Hilang alat
.

- Mempermudah dalam pemberian Askep


- Pemeliharaan alat oleh user dapat meminimalisir angka kerusakan alat.

37
- Alat suction, alat neubulizer, bila perawatannya kurang baik dapat berisiko meningkatkan angka infeksi nosokomial bila angka
perbaikannya lebih tinggi menimbulkan kerugian bagi RS

38
2. Analisa Manajeman (Pilar-Pilar MPKP)
1. Pendekatan Manajemen Keperawatan
1) Perencanaan
Fungsi perencanaan beum berjalan dengan optimal, dibuktikan dengan:
a) Ruangan belum memiliki filosofi dan kebijakan ruangan
b) Kepala ruangan belum menyusun rencana jangka menengah dan
jangka panjang
c) Belum ada perencanaan case confrence bulanan
d) Belum ada perencanaan penkes di ruangan dan mendokumentasikan
kegiatan penkes
e) Belum ada perencanaan rapat ruangan setiap bulannya
f) Ka Tim belum ada perencanaan bulanan
g) Belum ada dokumentasi supervisi kepala ruangan ke Ka. Tim dan Ka.
Tim ke PA
2) Pengarahan
Fungsi pengarahan belum optimal, dibuktikan dengan:
a) Penciptaan iklim motivasi oleh Karu dan Katim belum maksimal,
sesuai dengan hasil pengkajian dengan menggunakan kuesioner,
didapatkan hasil:
Presentase Hasil Kuesioner Penciptaan Iklim Motivasi
Karu 39,3%
Katim 42,6%

b) Pelaksanaan sistem pendelegasian oleh katim belum maksimal, sesuai


dengan hasil pengkajian dengan menggunakan kuesioner, didapatkan
hasil:
Presentase Hasil Kuesioner Penciptaan Iklim Motivasi
Karu 83,4%
Katim 50%

c) Supervisi / pengawasan dilaksanakan namun tidak terjadwal dan tidak


terdokumentasikan. Hasil pengkajian dengan menggunakan kuesioner,
didapatkan hasil:
Presentase Hasil Kuesioner Penciptaan Iklim Motivasi
Karu 75%
Katim 75%

39
d) Pelaksanaan penyelesaian konflik oleh karu dan katim berdasarkan
hasil kuesioner didapatkan hasil untuk kepala ruangan 75% dan ketua
tim 75%.

2. Manajemen Asuhan Keperatan


Berdasarkan hasil analisa dokumentasi askep didapatkan kelengkapan
a. Pengkajian rata-rata 88%
b. Diagnosa rata-rata 89%
c. Perencanaan rata-rata 95%
d. Tindakan 80%
e. Evaluasi 77%
f. Catatan asuhan keperawatan 77%
g. dari observasi yang dilakukan maka rata-rata kelengkapan dokumentasi
keperawatan sebesar 84%.

3. Kepatuhan Terhadap SOP Keperawatan


Hasil observasi tindakan di ruang Cempaka ada 6 tindakan keperawatan yang
dilakukan menunjukan nilai rata-rata 72%. Hal ini menunjukan bahwa
tindakan keperawatan yang dilakukan diruang Cempaka dikategorikan kurang
baik atau belum cukup mengacu pada protap/standar yang ada. Tindakan yang
masih perlu perbaikan adalah Cuci tangan, penerimaan pasien baru, timbang
terima, pengidentifikasian pasien, prosedur pemberian obat parenteral.

4. Indikator Mutu Pelayanan


Kurangnya komunikasi terapeutik dan Efektif dan Kurangnya edukasi kepada
pasien dan keluarga sehingga kepuasan pasien akan mutu atau kualitas
pelayanan tidak maksimal.

40
B. Perumusan masalah
No Kegiatan Capabilit Accesabilit Readnes Leverag Skor
y y s e
1 Pendokumentasian 4 3 4 4 192
2 Sosialisasi budaya 4 4 4 4 256
kepatuhan terhadap SOP
3 Role play di ruangan 3 3 4 4 144
mengenai penciptaan iklim
motivasi dan pelaksanaan
supervisi (Metode MPKP)
4 Sosialisasi penambahan 2 2 3 2 24
jumlah SDM
Keterangan:
 Magnitude (kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah)
 Severity (besar kerugian yang ditimbulkan dari masalah)
 Manageabality (bisa dipecahkan)
 Nursing Consent (Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat)

C. Perumusan alternatif penyelesaian masalah


Alternatif Penyelesaian Masalah
No Kegiatan Capabilit Accesabilit Readnes Leverag Skor
y y s e
1 Pendokumentasian 4 4 4 4 256
2 Sosialisasi budaya 4 4 4 3 192
penerapan SPO
pemberian obat
3 Sosialisasi penambahan 3 2 2 3 36
jumlah SDM
Keterangan:
Capability : Kemampuan melaksanakan alternatif penyelesaian masalah
Accesability : Kemudahan dalam melaksanakan alternatif penyelesaian masalah
Readness : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif penyelesaian masalah
Leverage : Daya ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah

Keterangan Nilai

41
5 : Sangat Mampu
4 : Mampu
3 : Cukup
2 : Kurang
1 : Tidak Mampu
D. Plan of Action (POA)
N Kegiatan Pelaksana Sasaran Tujuan Waktu Tempat
O
A Persiapan
 Koordinasi (Siti Hasna Karu, Katim,  Mempersiapkan Kamis, Ruang
dengan Alawiyah) Pelaksana acara role play 17 Mei Cempaka
Karu/Katim metode MPKP 2018
untuk mengatur yang baik dan
jadwal benar
pertemuan
 Mempersiapkan (Siti
materi Jaimunah,
Chandra
Maharani)
 Pembuatan
media edukasi
(Iin Lindianti,
Evi Selistia
W.)
B Pelaksanaan
 Perawat
 Sosialisasi (Imam Karu, Katim, Jumat, Ruang
memahami
materi Munandar) Pelaksana 18 Mei Cempaka
tentang
pentingnya 2018
pentingnya
kepatuhan
kepatuhan
terhadap SOP
terhadap SOP
dan peningkatan
dan peningkatan
supervisi untuk
supervisi untuk
meningkatkan
meningkatkan
kepatuhan

42
terhadap SOP kepatuhan
terhadap SOP
 Pembagian
(Nurhadi
Materi
Triatmaja,
Sonna
Mauladi)

C Evaluasi
 Melakukan (Aqtio Tenaga Mengetahui ada Senin, Ruang
Observasi Pauliana, Vina perawat di tidaknya 21 Mei Cempaka
Pengamatan Restiana) ruangan penigkatan 2018
pelaksanaan pelaksanaan
kepatuhan kepatuhan
terhadap SOP terhadap SOP
dan peningkatan dan peningkatan
supervisi untuk supervisi untuk
meningkatkan meningkatkan
kepatuhan kepatuhan
terhadap SOP terhadap SOP

43
BAB IV
PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Dalam bab ini, penyusun akan memmaparkan kesenjangan teori


yang ada dengan masalah yang ditemukan di ruang Cempaka serta
pelaksanaannya.
A. Kesenjangan Teori
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah dengan melakukan manajemen
keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu
meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus
lebih menjamin kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tersebut.
Standar operasional prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan
untuk melaksanakan tugas dan pekerjaaan sesuai dengan fungsi dari
pekerjaan tersebut. Dengan adanya SOP semua kegiatan di suatu
perusahaan dapat terancang dengan baik dan dapat berjalan sesuai
kemauan perusahaan. SOP dapat didefinisikan sebagai dokumen yang
menjabarkan aktivitas operasional yang dilakukan sehari-hari, dengan
tujuan agar pekerjaan tersebut dilakukan secara benar, tepat, dan konsisten,
untuk menghasilkan produk sesuai standar yang telah ditetapkan
sebelumnya (Tathagati, 2014).
Tindakan keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang
diberikan oleh perawat kepada pasien. Tindakan keperawatan yang
diberikan harus sesuai dengan standar operasional prosedur yang berlaku
(Depkes RI, 1992) agar diperoleh hasil asuhan keperawatan yang bermutu,
efektif dan efisien sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasien.
B. Analisis
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan pada pasien. Setiap
tindakan bila dilakukan sesuai SOP akan melindungi perawat dalam
malpraktik keperawatan. SOP juga dapat mencegah terjadinya suatu
insiden seperti terjadinya infeksi nosokomial. Sosialisasi tentang SOP

44
sangat diperlukan oleh perawat karena dapat mengingat kembali
bagaimana suatu tindakan dilakukan sesuai dengan SOP.
Dari hasil pengkajian didapatkan rata-rata nilai kepatuhan terhadap
6 SOP keperawatan adalah 72%. Beberapa SOP yang diangkat menjadi
masalah diantaranya kepatuhan Hand hygiene (75%), kepatuhan SOP
identifikasi pasien (68%), dan kepatuhan SOP pelaksanaan injeksi IV
(66%). Dari ketiga masalah yang diangkat dapat diketahui rata-rata
kepatuhan terhadap SOP adalah 69,67%.
C. Penyelesaian masalah
Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan mahasiswa program
profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)
yang dilakukan di ruang Cempaka RS PMI Bogor mulai tanggal 30 April
2018 sampai dengan 25 Mei 2018 mencakup masalah manajeman
pengelolaan. Berdasarkan hasil kajian situasional yang telah kami lakukan
dari tanggal 01 Mei 2018 sampai 07 Mei 2018 didapatkan beberapa
masalah berupa kurangnya SDM dan kurang optimalnya kepatuhan
terhadap SOP.
Dari beberapa masalah yang ditemukan, maka telah direncanakan
penyelesaian masalah yang dilakukan berdasarkan POA yang telah
disepakati pada tanggal 15 Mei 2018 yang dilaksanakan di ruang DIKLAT
RS PMI Bogor.
Berdasarkan hasil diskusi tersebut maka disepakati untuk
melakukan kegiatan secara bersama-sama untuk mengatasi masalah yang
sudah ditemukan karena adanya pertimbangan waktu, keterbatasan
sumberdaya dan kewenangan ataupun kemampuan, maka semua masalah
yang ditemukan tidak semua terlaksana.

1. Kepatuhan terhadap SOP (mencuci tangan, pengidentifikasian pasien,


pelaksanaan injeksi IV)
a. Masalah
Kurang optimalnya kepatuhan terhadap SOP (mencuci tangan,
pengidentifikasian pasien, pelaksanaan injeksi IV).

45
b. Tujuan
Kepatuhan terhadap SOP optimal (mencuci tangan,
pengidentifikasian pasien, pelaksanaan injeksi IV).
c. Kegiatan
1) Menyiapkan format evaluasi pelaksanaan kepatuhan terhadap
SOP
2) Menyiapkan materi (teori) mengenai kepatuhan terhadap SOP,
supervise, dan pentingnya kepatuhan terhadap SOP serta peran
pelaksanaan supervisi terhadap kepatuhan pelaksanaan SOP.
3) Melakukan sosialisasi dan berdiskusi mengenai pentingnya
kepatuhan terhadap SOP dan peran supervise terhadap
kepatuhan pelaksanaan SOP
d. Proses
Melakukan evaluasi mengenai kepatuhan terhadap SOP (mencuci
tangan, pengidentifikasian pasien, pelaksanaan injeksi IV) pada
perawat di ruangan Cempaka (21 Mei 2018 s/d 22 Mei 2018).
e. Hasil
Perawat sudah mulai mematuhi SOP pada tindakan mencuci
tangan, pengidentifikasian pasien, dan pelaksanaan injeksi IV. Hal
ini dibuktikan dengan hasil presentase dibawah ini:

No Proses keperawatan Persentase Persentase


Sebelum Setelah
Implementasi
Implementasi
1 Cuci Tangan 75% 90%
4 Pengidentifikasian 68% 84%
Pasien
5 Prosedur pemberian 66% 75,4%
obat
Rata-rata presentase 69,67% 83,13%

46
f. Tindak lanjut
1) Sosialisasi Kepatuhan terhadap SOP
Diharapkan perawat yang sudah benar-benar melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai dengan SOP dapat saling
mengingatkan rekan perawat di ruang Cempaka untuk
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP.
2) Pendokumentasian asuhan keperawatan
Di harapkan perawat yang sudah cukup optimal dalam
melaksanakan pendokumentasian keperawatan dapat
memberikan contoh dan mengajak perawata pelaksana lainnya
untuk melakukan hal yang sama.
3) Penambahan SDM
Di harapkan kepala ruangan dapat membuat program untuk
pengajuan penambahan jumlah SDM, dikarenakan jumlah
SDM yang mumpuni dapat berdampak dalam optimalisasi
pelayanan keperawatan.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dari pengkajian yang telah dilakukan di ruang cempaka pada tanggal 1


mei - 7 mei di dapatkan beberapa masalah yaitu :
a. Jumlah SDM yang kurang
b. Kurang optimalnya fungsi pelaksanaan MPKP
c. Pendokumentasian askep yang kurang optimal
d. Kepatuhan terhadap SOP yang kurang optimal

Dan setelah dilakukan forum grup discution (FGD) di sepakati klompok


adalah

a. Kepatuhan terhadap SOP yang kurang optimal

Akan tetapi di karenakan keterbatasan wewenng, waktu dan sumber


daya, mahasiswa hanya membuat rencana dan melakukan implementasi
yang terkait masalah utama yaitu kepatuhan terhadap SOP yang kurang
optimal

2. Rencana tindakan yang telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan


terhadap SOP di ruang perawatan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan koordinasi dengan karu dan katim terkait pemecahan
masalah
b. Mempersiapkan materi dan media sosialisasi tentang pentingnya
kepatuhan terhadap SOP dan peningkatan supervisi untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap SOP
c. Melakukan evaluasi terhadap imlpementasi yang telah di lakukan
di ruangan.
3. Dari implementasi dan evaluasi yang dilakukan di dapatkan hasil berupa
peningkatan kepatuhan terhadap SOP diantaranya tindakan cuci tangan,
tindakan pengindetifikasi pasien dan tindakan pelaksanaan injeksi IV hal
ini di buktikan dari hasil akhir persentasi sebelum implementasi sebesar
69,67% dan rata – rata persentasi setelah implementasi sebesar 83,13%.

48
4. Dari pelaksanaan praktek keperawatan manajemen selama 4 minggu 30
april – 25 mei 2018 di ruang cempaka RS PMI Bogor, Mahasiswa cukup
mampu memahami terkait penerapan metode MPKP di ruangan.

B. Saran
Di harapkan supervisi dapat dilakukan dan di tingkatkan secara rutin dan
terjadwal sehingga dapat meningkatkan kepatuhan perwat terhadap pelaksnaan
tet kait SOP dalam setiap tindakan di ruang cempaka.

49

Anda mungkin juga menyukai