PERCOBAAN IV
STOKIOMETRI REAKSI LOGAM DENGAN GARAM
OLEH:
NAMA : RATNA
NIM : A1L1 15 038
KELOMPOK : IV. B
ASISTEN : ASRI AFIL
Menyetujui
Asisten Pembimbing
ASRI AFIL
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai aspek yang menyangkut kesetaraan massa zat yang terlibat dalam reaksi
kimia, baik dalam skala monokuler maupun dalam skala ekperimental. Pengetahuan
kesetaraan massa antara zat yang bereakasi merupakan dasar penyelesaian hitungan
kesetaraan massa antara zat dari skala molekuler ke skala eksperimental dalam
senyawa kimia. Secara umum, reaksi kimia melibatkan perubahan yang pergerakan
elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya
konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel
Tembaga merupakan logam merah muda yang lunak. Tembaga dapat melebut
pada suhu 1038oC. Pasangan Cu/Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer karena potensial dari elektrodanya positif (+0,34V). Kebanyakan
senyawa Cu(I) sangat mudah teroksidasi menjadi Cu(II). Stoikiometri reaksi logam
dengan garam besi III yang didasarkan pada ion Cu2+ dan Cu+ merupakan dua spesi
yang dapat dihasilkan dari reduksi tembaga. Harga potensial standar spesi digunakan
agar dapat lebih dipahami tentang mekanisme reaksi dalam logam dengan garam,
logam tembaga dengan larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi Ion tembaga
yang dihasilkan.
logam tembaga dengan larutan besi (III) dengan meramalkan komposisi Ion tembaga
yang dihasilkan berdasarkan harga perbandingan jumlah mol antara ion Fe3+ yang
2.1 Stoikiometri
kuntitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Stoikiometri berasal dari
bahasa Yunani yaitu stoikheion (elemen) dan metria (ukuran). Stoikiometri reaksi
hukum dasar ilmu kimia. Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan
bidang kimia. Konsep yang paling fundamental dalam kimia adalah hukum konversi
massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
Zat yang mengalami perubahan disebut dengan reaktan ditulis pada sisi kiri dan zat
yang terbentuk yaitu produk ditulis disisi kanan dari tanda panah. Persaamaan kimia
harus setara dan mengikut hukum kekekalan massa. Jumlah atom tiap jenis unsur
dalam reaktan dan produk sama. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari kuantitas
produk dan reaktan dalam reaksi kimia. Perhitungan stoikiometri yang paling baik
dikerjakan dengan menyatakan kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui
dalam mol dan kemudian bila perlu dikonversi dengan satuan lain. Pereaksi pembatas
adalah reaktan yang ada dalam jumlah stoikiometri terkecil (Chang, 2004).
2.2 Logam besi(III)
beragam. Salah satunya adalah penelitian tentang senyawa kompleks sebagai katalis.
Dari beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa senyawa kompleks besi memiliki
peranan penting pada proses katalitik, yaitu sebagai active site katalis. Besi(III)-
trifluoroasetat merupakan katalis dan baik digunakan pada reaksi diasetilasi aldehid
support silika baik digunakan sebagai katalis pada reaksi adisi 1- oktena, dimana
To investigate the reactivity of these systems, gallic acid (GA) was used as a
model system for the polyphenols present in foods products.the formation of the Fe3+
–GA complex can be followed over time using spectrophotometry, as the complex has
a dark blue colour. This increase in absorption was used as an indication for the
reactivity of the iron contained in the particles. However, the analysis is complicated
that is also blue. Although various possible pathways are known for this reaction, the
most probable one under physiological conditions is described, Once the quinonehas
been formed, the Fe2+ can be oxidised to form a new complex with free gallic acid.
As will be shown here, the oxidation reaction is much slower than the initial complex
formation and the cyclisation of the reaction can be limited by sealing the sample air
tight. The difference between the two complexes can be distinguished using
interfere with the quantification of the complexation reaction. Due to the side
reactions and the complexity of the system, only the initial reactivity during the first 5
h after addition was analysed and only qualitative comparisons between identically
sistem model untuk polifenol yang ada pada produk makanan. pembentukan
penyerapan ini digunakan sebagai indikasi reaktivitas besi yang terkandung dalam
biru. Setelah terbentuk, Fe dapat dioksidasi untuk membentuk kompleks baru dengan
asam empedu bebas. Reaksi oksidasi jauh lebih lambat dari pada pembentukan
kompleks awal dan siklisasi reaksi dapat dibatasi dengan menyegel sampel.
penambahan dianalisis dan hanya perbandingan kualitatif antara sampel yang dibuat
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Hampir semua
garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena ion kompleks koordinasi enam,
[Cu(H2O)6]+2 . suatu perkecualian yang terkenal adalah tembaga (II) klorida berwarna
kehijauan oleh karena ion kompleks koordinasi empat (CuCl4)2-, yang mempunyai
and gets reduced to manganate ion – the bluish green colored chromogen . In
all the methods, the amount of KMnO reacted corresponds to the amount
reaksi redoks bergantung pada pH. Larutan asam permanganat agak merah mudah
[Mn(H2O)6]+2 dan dalam alkali KMnO4 berwarna kebiruan (+6). Sifat KmnO4
dalam kondisi pH yang berbeda diterapkan dalam penelitian ini berdasarkan satu
penentuan FMT. Dalam tetrasi FMT secara langsung terhadap KMnO4 dalam
medium asam sulfat. Metode spektrofotometri didasarkan pada oksidasi FMT oleh
Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas, jadi tidak mungkin
oksidasi atau reduksi berlangsung tanpa disertai lawannya. Bila zat menerima
elektron, maka harus ada yang mendonorkan elektron tersebut. Dalam oksidasi
karena lawannya (oksidan tadi tereduksi. Di antara contoh di atas, magnesium, yang
memberikan elektron pada khlorin, adalah reduktan, dan khlorin, yang menerima
logam alkali dan alkali tanah adalah reduktan kuat; sementara unsurelektronegatif
Praktikum Stoikiometri reaksi logam dan garam ini dilaksanakan pada hari
Pendidikan Kimia Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Halu Oleo,
Kendari.
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan etil asetat adalah buret 50
mL, Erlenmeyer 250 mL, labu takar 100 mL, gelas piala 50 mL, 100 mL, dan 250
mL, batang pengaduk, statif dan klem, gelas arloji, pipet volume 25 mL, filler dan
botol timbang.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pembuatan etil asetat adalah larutan
KMnO4 0,02 M, larutan H2SO4 2,5 M, larutan FeCl3 0,2 M, asam oksalat 0,63 gram,
kedalam labu takar 100 mL, kemudian encerkan dengan aquades sampai tanda tera.
Diambil 5 mL larutan asam oksalat, dan ditempatkan dalam Erlenmeyer 100 mL,
yang akan distandarisasi dari buret. Diulangi titrasi sebanyak tiga kali dan hitung
Ditimbang 0,2 gram serbuk logam tembaga dengan gelas piala kecil dan
kering, disiapkan gelas piala 250 mL dan diisi dengan 30 mL larutan besi (III) 0,2 M
dan 15 mL larutan H2SO4. Dimasukkan dengan hati-hati gelas piala kecil beserta
isinya kedalam gelas piala yang telah berisi larutan besi (III) dan H2SO4 tersebut.
Diusahakan semua serbuk masuk kedalam larutan. Kemudian ditutup gelas piala
dengan gelas arloji, lalu dipanaskan hingga semua tembaga larut sempurna, bila perlu
sekali-kali diaduk agar tidak ada tembaga yang menempel pada dinding gelas. Setelah
reaksi berhenti, diambil gelas piala kecil dengan menggunakan gegep, lalu
didinginkan larutan tersebut dan masukkan kedalam labu takar 100 mL dan encerkan
sampai tanda tera. Diambil sebanyak 25 mL larutan dengan pipet volum, dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 100 mL, kemudian logam besi(II) yang ada dalam larutan di
titrasi dengan larutan standar KMnO4 0,02 M, diulangi titrasi ini sebanyak tiga kali.
Dihitung konsentrasi Fe2+ yang dihasilkan dalam reaksi, kemudian tentukan reaksi
mana yang banyak terjadi reaksi (1) atau (2). Dan hitung pula perbandingan
[Cu+]/[Cu2+].
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan KMnO4 0,02 M. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar konsentrasi
larutan baku tersebut yang sebenarnya, sehingga kita bisa dapat menghitung jumlah
mol MnO4. Dalam melakukan standarisasi kita menggunakan proses titrasi, dimana
katalis asam sulfat (H2SO4) 2,5 M sebanyak 20 mL. Dari hasil percobaan ini, volume
yang terpakai adalah sebanyak 5 mL. Sehingga dapat diperoleh konsentrasi baku
dari KMnO4 adalah 0,02 M. Penambahan asam sulfat (H2SO4) ini bertujuan sebagai
Dalam tahap ini dilakukan proses mereaksikam logam Cu dengan garam Fe(III),
di titrasi. Tujuan dari titarsi ini agar diperoleh jumlah volume KMnO4 yang kemudian
akan digunakan untuk menghitung jumlah mol dari Fe2+ serta konsentarsinya. Sesuai
analisis data di peroleh harga perbandingan jumlah mol (r) antara mol Fe2+ dengan
mol Cu adalah 1,65. Nilai r ini digunakan untuk mengetahui pebandingan antara ion
KMnO4 K+ + MnO4-
H2C2O4.2H2O H2C2O4 + 2H2O
H2C2O4 2H+ + C2O42-
MnO4- + 5e- + 8H+ Mn2+ + 4H2O ........ x2
C2O42- 2CO2 + 2e- ......................... x5
Diketahui :
Massa H2C2O4.2H2O = 0,63 gram
BM H2C2O4.2H2O = 126 gram/mol
Mol H2C2O4.2H2O = 0,005 M
V. H2C2O4.2H2O = 5 mL
V. KMnO4 (rata-rata) = 5 mL
Ditanyakan : N dari KMnO4 = ……?
Penyelesaian :
N1 . V1 = N2 . V2
0,1 . 5 = N2 . 5
N2 = 0,1 N
M2 = 0,02 M
Diketahui :
Massa serbuk Cu = 0,2 gram
BM Cu = 63,5 gr mol-1
M KMnO4 = 0,02 M
V. KMnO4 (rata-rata) = 0,3 ml = 3 x 10-4 L
Ditanyakan : nilai r dan perbandingan [Cu+]/[Cu2+] = …..?
Penyelesaian :
Mol Cu = Gram
Mr
0,2
= = 0,003 mol
63,5
n KMnO4 = M x V
= 0,02 x 3. 10-4
= 6 . 10-6
= 0,000006 L
2+
Koef. Fe2+
n Fe akhir = =Koef. KMnO x n KMnO4
4
5
= x 6 . 10-6
1
= 3 . 10-5
n Fe2+ awal = M . V Fe
= 0,2 x 25 .10-2
= 5.10-3 mol
= 600.10-2 x 3.10-5
= 497.10-5
= 0,00497 mol
= 497.10-5
3 . 10-3
= 1,65
+
Perbandingan [Cu2+] = 2–r
[Cu ] r-1
= 2 – 1,65
1,65 - 1
= 0,35 = 1
0,65 2
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa didapatkan nilai r atau rasio antara mol Fe3+ dengan mol Cu
adalah 0,005. Rasio yang diperoleh dapat memberikan dasar sebagai kemungkinan
konsenterasi Cu+ dan Cu2+, sehingga diperoleh perbandingan konsenterasi antara Cu+
dengan Cu2+ sebesar ˗2,005 yang menunjukkan tidak adanya komposisi ion tembaga
yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep inti Edisi Ketiga Jilid 1.
Erlangga. Jakarta.
Leeuwen Van Y.M., Velikov K.P., W.K.Kegel. Colloidal Stability and Chemical
Reactivity of Complex Colloid Containing Fe3+ . Journal Chenistry.
Sugiato, Kristian H dan retno D S. 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha Ilmu :
Yogyakarta
Takeuchi Yashito. 2006. Buju Teks Pengantar Kimia. Tokyo : Iwanami Publishing
Compani
LAMPIRAN PROSEDUR KERJA
5 ml larutan oksalat
Larutan
- Didinginkan
- Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
- Diencerkan hingga tanda tera
- Diambil sebanyak 25 ml
25 ml larutan tembaga