LAPORAN KASUS
Nama : Tn. NM
Umur : 69 tahun
Alamat : Passo
I. SUBJEKTIF
Anamnesis :
Keluhan tambahan : Nyeri Dada Kiri dan Kanan, Batuk Berlendir,Pusing, Lemas
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas ± 2 hari yang lalu SMRS. Pasien
mengeluhkan sesak nafas terus-menerus dan terasa lebih sesak di bagian uluhati,
sesak nafas bertambah ketika berjalan dan menarik nafas dan sesaknya berkurang
ketika duduk. Pasien mengeluhkan sesaknya semakin lama semakin bertambah
buruk. Keluhan disertai adanya nyeri dada kiri dan kanan, dada terasa lebih nyeri
ketika menarik nafas. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk ±1 hari SMRS,
batuk berlendir berwarna putih dan tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan
sakit kepala terasa seperti nyut-nyut dan pusing berputar dan pasien tampak pucat
dan lemas, Pasien juga mengeluh akhir- akhir ini mengalami penurunan berat
badan dalam 3 bulan terakhir ±10 kg dan kadang berkeringat pada malam hari, dan
penurunan nafsu makan. Sebelumnya pasien pernah merasakan keluhan seperti ini
beberapa tahun lalu dan pasien pernah mengkonsumsi obat program selama 6 bulan
tuntas. BAK berwarna merah ±1minggu yang lalu, tidak ada nyeri saat berkemih,
BAB warna kecoklatan ± 2 minggu yang lalu konsistensi lunak dan tidak ada lendir.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat batuk lama, maag, TB. Hipertensi dan
DM disangkal.
II. OBJEKTIF
Status present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Status gizi : gizi cukup
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 68x/menit SpO2 : 95%
Pernapasan : 28x/menit Suhu : 36,50C
Kepala
• Simetris muka : simetris
• Deformitas : tidak ada deformitas
• Rambut : pertumbuhan rambut baik, distribusi rambut
normal, rambut tidak mudah rontok.
Mata
• Eksoftalmus / enoftalmus : tidak ada
• Tekanan bola mata : tekanan bola mata normal
• Konjungtiva : anemis
• Sklera : sklera tidak ikterik
• Kornea : jernih
• Gerakan : gerakan bola mata normal ke segala arah
• Pupil : pupil isokor 4mm/4mm, refleks cahaya (+)
Telinga
• Tophi : tidak ada
• Nyeri tekan Processus Mastoideus : tidak ada nyeri tekan
• Pendengaran : kesan normal
Hidung
• Perdarahan : tidak ada perdarahan hidung
• Sekret : tidak ada sekret dari hidung
Mulut
• Bibir : tidak sianosis
• Gigi geligi : tidak ada karies
• Gusi : tidak ada perdarahan gusi
• Tonsil : T1/T1
• Faring : tidak hiperemis
• Lidah : kandidiasis oral tidak ada
Leher
• Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
• Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran
• DVS : S+2cm H2O
• Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah (-)
• Kaku kuduk : rangsang meningeal (-)
Thoraks
a. Inspeksi :
• Bentuk : normochest
• Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah
• Buah dada : tidak ada pembesaran buah dada
• Sela iga : tidak ada pelebaran sela iga
Paru
b. Palpasi
• fremitus raba : fremitus raba paru kanan lebih lemah dibanding paru kiri
• Nyeri tekan : nyeri tekan tidak ada
c. Perkusi
• Paru kiri : sonor
• Paru kanan : sonor
• Batas paru-hepar : ICS V Dekstra
• Batas paru belakang kanan : Vertebra thoracalis IX
• Batas paru belakang kiri : Vertebra thoracalis X
d. Auskultasi
• Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
• Bunyi tambahan : Paru kanan dan kiri Ronkhi halus (+) terutama pada apeks
paru, Wheezing (-)
Jantung
a. Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
b. Palpasi : iktus kordis ICS V linea midclavicula sinistra
c. Perkusi : redup, batas kanan jantung di ICS III-IV linea parasternalis dextra,
pinggang jantung di ICS III sinistra (2-3 cm dari mid sternum), batas kiri
jantung di ICS V linea midclavicularis sinistra.
d. Auskultasi :
• BJ I/II : murni reguler
• Bunyi tambahan : murmur (-), gallop (-)
Abdomen
a. Inspeksi : supel
b. Auskultasi : BU (+) 8-12x/m
c. Palpasi
• Hati : tidak teraba
• Limpa : tidak teraba
• Ginjal : tidak teraba
• Lain-lain : (-)
d. Perkusi : tympani
Punggung
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-)
• nyeri ketok : nyeri ketok (-)
LABORATORIUM
1. Foto thoraks AP
DIAGNOSIS
- Susp TB paru
- Dispepsia
- Anemia Berat
- Melena
PLANNING
• O2 1 Lpm
• IVFD RL 20 tpm
• Injeksi Omeprazole 2x40 mg amp/Iv
• Injeksi asam traneksamat 3x 500mg Iv/hr
• Sohobion Iv drip/24 jam
• Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
• Transfusi Whole Blood 2 Bag
• Transfuse 2 labu di ruangan
• Besok transfuse 1 labu PRC
FOLLOW UP
Objektif :
Assessment :
• Anemia
• Susp TB
Planning :
Subjektif : BAK 2 kali warna merah darah, sesak nafas berkurang, batuk (+), susah
tidur.
Objektif :
Assessment :
• Hematuria
• Anemia
• Suspek TB paru
Planning :
Subjektif : BAK warna merah segar, sesak nafas berkurang , batuk, BAB sakit.
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Hematuria
Planning :
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Hematuria
Planning :
Subjektif : BAK warna kuning namun masih ada darah sedikit, sesak berkurang.
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Hematuria
• Anemia
Planning :
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Anemia
Planning :
Objektif :
• TB paru
• Anemia
Planning :
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Anemia
Planning :
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Anemia
Planning :
Objektif :
Assessment :
• TB paru
• Anemia
Planning :
AFFinfus
Esome 2x40mg tablet
Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
Vectrin 3x1 caps
Transamin 1x1 amp
Clobazam 1x10mg tablet
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI ABDOMEN
Pembagian regio abdomen
1. Hipokondrium dekstra
2. Epigastrium
3. Hipokondrium sinistra
4. Lumbar dekstra
5. Umbilikalis
6. Lumbar sinistra
7. Iliaka dekstra
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinistra
Berdasarkan organ yang terletak di masing-masing regio antara lain, ialah: 1,2
Secara umum istilah massa abdomen mengacu pada massa teraba yang
berada pada dinding abdomen. Salah satu metode deskripsi membagi abdomen
menjadi sembilan area: epigastrium, umbilical, suprapubik, hypocondriac kanan,
lumbar kiri, kanan lumbar, inguinal kanan dan kiri. Selain itu ada pula yang
membagi rongga perut menjadi empat kuadran: kanan atas, kanan bawah, kiri atas,
kiri bawah; dan membuat rujukan khusus untuk epigastrium dan hipogastrik
seperlunya. Metode deskripsi ini juga mencakup massa yang ditemukan di dalam
retroperitoneum dan dinding perut dimulai dari diafragma dengan superior dan
berlanjut ke pelvis. Pembagian regio tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
mengingat anatomi organ yang ada di dalamnya, dan mempermudah dalam
penegakkan diagnosis.3
Pemahaman yang benar tentang anatomi normal pada setiap kuadran perut
sangat penting untuk evaluasi massa abdomen. Kelainan tertentu cenderung terkait
daerah atau kuadran abdomen tertentu, dan hubungan ini harus dipertimbangkan
terlebih dahulu dalam diagnosis banding. Biasanya, pembesaran abnormal atau
massa di perut didapatkan oleh pasien atau dapat juga ditemukan oleh dokter pada
pemeriksaan fisik. Pengambilan keputusan klinis selanjutnya kemudian
dipengaruhi oleh letak lesi yaitu intra abdominal, retroperitoneal, atau terletak di
dalam dinding perut. Dalam kasus tertentu, diagnosis segera dapat dilakukan
setelah pemeriksaan fisik, tanpa diperlukan penyelidikan lebih lanjut; asites,
kehamilan, hernia, infeksi atau abses, kista, dan lipoma adalah contoh kondisi yang
umumnya dapat didiagnosis pada saat ini. 3
TUMOR LAMBUNG
Tumor jinak lambung yang paling sering ditemukan adalah polip dan liomioma
yang dapat berbentuk adenomatosa hiperplastik atau fibroid. Leiomioma
merupakan tumor jinak otot polos lambung yang tidak bersimpai sehingga sulit
dibedakan dengan bentuk ganasnya, yakni leiomiosarkoma. Melalui pewarnaan
imunohistokimia dan pemeriksaan di bawah mikroskop elektron, ditemukan bentuk
lain; yang dulunya dengan mikroskop biasa dianggap sebagai leiomioma atau
leiomiosarkoma, ternyata merupakan bentuk baru yakni gastrointestinal stromal
tumor (GIST). Sekitar 70% GIST berasal dari sel gelendong, 20% berasal dari sel
epiteloid, dan 10% sisanya merupakan campuran keduanya. Pada pewarnaan
imunohistokimia menggunakan CD 117, didapati adanya mutasi gen KIT tirosin
kinase pada 85% kasus GIST. GIST yang menjadi ganas (GIST maligna).4,5
Gambaran klinis
Tumor ini dapat terjadi pada segala kelompok usia, dan umumnya tidak
memberikan gejala klinis. Kalaupun ada, gejala dan tanda yang timbul hanya
berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasida, perdarahan gastrointestinal, dan
anemia. Pemeriksaan fisik tidak menemukan adanya kelainan, namun akan teraba
massa pada GIST yang besar. Bila ditemukan massa tumor, kelainan ini perlu
didiagnosis banding dengan karsinoma. 4,5
Klasifikasi
Tumor jinak lambung dapat dibagi atas tumor jinak epitel dan tumor jinak non
epitel. Tumor jinak epitel biasanya berbentuk polip dan dapat dibagi atas:5
Adenoma sering terbatas pada lambung, tetapi dapat merupakan bagian polip
adenoma generalisata pada saluran cerna. Didapatkan pada 1% dari pasien yang
dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama didapatkan pada pria,
biasanya usia dewasa. Adenoma biasanya berbentuk polip yang bertangkai, dengan
permukaan licin, dengan ukuran beberapa sentimeter saja. Adenoma biasanya tanpa
keluhan, terkadang timbul perdarahan yang dapat menyebabkan anemia. Lokasi
tumor yang tersering di daerah pilorus dan antrum lambung (50%), fundus (20%),
kurvatura minor (20%) dan kardia (10%).5
Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan
bertangkai. Pemeriksaan gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan
lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap polip walaupun kelihatan
jinak perlu dilakukan biopsi untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa
keluhan, sebaiknya dilakukan pemantauan secara teratur. Jika terlihat adanya
komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi.5
Adenoma hiperplastik: pada gastritis atrofi kronis permuka an mukosa dan alveolar
berubah menjadi hiperplasia. Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.
Adenoma hipertropik: anomali pankreas paling sering didapatkan kira-kira 0,5%
dari autopsi. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 25-55 tahun. Lokasi
terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil
(diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu
diagnosis. 2). Bruninoma biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada
pemeriksaan radiologis didapatkan polip multipel dan kadang-kadang didapatkan
di daerah pilorus dan antrum. 4,5
Bentuk tumor jinak lambung yang kedua adalah tumor jinak non epitel. Tumor ini
penting karena sering menimbulkan komplikasi berupa ulserasi dan perdarahan.
Tumor neurogenik, sering didapatkan schwannoma yang tumbuh dalam submukosa
dan menonjol ke dalam lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa cm, dapat
terjadi ulserasi dan perdarahan. Leiomioma sering didapatkan pada pasien denwasa.
Biasanya tumor ini tunggal dengan diameter 2 cm di daerah antrum dan pilorus,
dapat menyebabkan hipertrofi pilorus stenosis. 4,5
Tatalaksana
B. KARSINOMA LAMBUNG
Insidens yang tinggi ditemukan di Cina, Jepang, dan Chili. Di Jepang, insidens
karsinoma lambung mencapai 70 per 100.000 dan di Eropa Tengah 40 per 100.000.
di Amerika, insidensnya lebih tinggi pada laki-laki, mencapai 10 per 100.000
populasi per tahun. Jarang ditemukan pada kelompok usia di bawah 40 tahun.
Risiko karsinoma lambung meningkat sebanding dengan meningkatnya usia.
Insidens tertinggi ada pada usia dekade ke-6.5
Etiologi
Patologi
Stadium penyakit
T Tumor primer
T1 Tumor terbatas di mukosa
T2 Tumor mencapai serosa tetapi belum menembusnya
T3 Tumor menembus serosa organ dengan atau tanpa invasi struktur disekitarnya
T4 Tumor secara difus mengenai seluruh tebal dinding lambung tanpa batas yang jelas
(termasuk linitis plastika)
Tx Derajat penetrasi tidak diketahui
N Limfonodus (In) regional
N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar limf regional
N1 Metastasis ke kelenjar limfe perigastrik yang dekat dengan tumor primer
N2 Metastasis ke kelenjar limf perigastrik yang jauh dari tumor primer atau In kedua
kurvatura lambung terkena
Nx Metastasis ke kelenjar limfe tidak diketahui
N Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Secara klinis, radiologik, maupun pada waktu eksplorasi, ditemukan metastasis jauh,
termasuk adanya metastasis ke kelenjar limfe di luar bidang regional tumor primer.
Staging
0 Tis N0 M0
I T1 N0-1 M0
T2 N0 M0
II T1 N2 M0
T2 N1 M0
T3 N0 M0
III T2 N2 M0
T3 N1-2 M0
T4 N0-1 M0
IV T4 N2 M0
T1-4 N1-2 M1
Gambaran klinis
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala
karena lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa
tumor cukup besar sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen
lambung, gangguan pasase, infiltrasi tumor di organ sekitar lambung, atau terjadi
metastasis. Jika massa tumor sudah membesar, keluhan epigastrium biasanya
samar-samar, seperti rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat
kenyang, penurunan berat badan, dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia
dan penurunan berat badan. 4,5
Diagnosis
Tatalaksana
Pembedahan dilakukan dengan tujuan kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif,
dilakukan operasi radikal, gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat
kelenjar limf regional dan organ lain yang terkena, sedangkan untuk tujuan paliatif
hanya dilakukan pengangkatan tumor yang telah mengalami perforasi. Kemoterapi
diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal.
Kombinasi sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan. 4,5
Prognosis
Kasus kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untuk tujuan kuratif (N0, M0)
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50%. Bila telah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe (N+), angka tersebut menurun menjadi 10%.4,5.
BAB III
PENUTUP