Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN KASUS

Nama : Tn. NM

Jenis kelamin : Laki- Laki

Umur : 69 tahun

Alamat : Passo

Masuk rumah sakit : 21 April 2018

Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2018

I. SUBJEKTIF

Anamnesis :

Keluhan utama : Sesak Nafas

Keluhan tambahan : Nyeri Dada Kiri dan Kanan, Batuk Berlendir,Pusing, Lemas

Anamnesis terpimpin :

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas ± 2 hari yang lalu SMRS. Pasien
mengeluhkan sesak nafas terus-menerus dan terasa lebih sesak di bagian uluhati,
sesak nafas bertambah ketika berjalan dan menarik nafas dan sesaknya berkurang
ketika duduk. Pasien mengeluhkan sesaknya semakin lama semakin bertambah
buruk. Keluhan disertai adanya nyeri dada kiri dan kanan, dada terasa lebih nyeri
ketika menarik nafas. Selain itu pasien juga mengeluhkan batuk ±1 hari SMRS,
batuk berlendir berwarna putih dan tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan
sakit kepala terasa seperti nyut-nyut dan pusing berputar dan pasien tampak pucat
dan lemas, Pasien juga mengeluh akhir- akhir ini mengalami penurunan berat
badan dalam 3 bulan terakhir ±10 kg dan kadang berkeringat pada malam hari, dan
penurunan nafsu makan. Sebelumnya pasien pernah merasakan keluhan seperti ini
beberapa tahun lalu dan pasien pernah mengkonsumsi obat program selama 6 bulan
tuntas. BAK berwarna merah ±1minggu yang lalu, tidak ada nyeri saat berkemih,
BAB warna kecoklatan ± 2 minggu yang lalu konsistensi lunak dan tidak ada lendir.

Riwayat penyakit dahulu : Riwayat batuk lama, maag, TB. Hipertensi dan
DM disangkal.

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat TB dalam keluarga disangkal, tidak ada


keluarga pasien yang menderita keluhan yang
sama

Riwayat pengobatan : Riwayat obat program 6 bulan tuntas tahun 2017.

II. OBJEKTIF

Status present
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Status gizi : gizi cukup
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 68x/menit SpO2 : 95%
Pernapasan : 28x/menit Suhu : 36,50C
Kepala
• Simetris muka : simetris
• Deformitas : tidak ada deformitas
• Rambut : pertumbuhan rambut baik, distribusi rambut
normal, rambut tidak mudah rontok.

Mata
• Eksoftalmus / enoftalmus : tidak ada
• Tekanan bola mata : tekanan bola mata normal
• Konjungtiva : anemis
• Sklera : sklera tidak ikterik
• Kornea : jernih
• Gerakan : gerakan bola mata normal ke segala arah
• Pupil : pupil isokor 4mm/4mm, refleks cahaya (+)
Telinga
• Tophi : tidak ada
• Nyeri tekan Processus Mastoideus : tidak ada nyeri tekan
• Pendengaran : kesan normal
Hidung
• Perdarahan : tidak ada perdarahan hidung
• Sekret : tidak ada sekret dari hidung
Mulut
• Bibir : tidak sianosis
• Gigi geligi : tidak ada karies
• Gusi : tidak ada perdarahan gusi
• Tonsil : T1/T1
• Faring : tidak hiperemis
• Lidah : kandidiasis oral tidak ada

Leher
• Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
• Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran
• DVS : S+2cm H2O
• Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah (-)
• Kaku kuduk : rangsang meningeal (-)
Thoraks
a. Inspeksi :
• Bentuk : normochest
• Pembuluh darah : tidak ada pelebaran pembuluh darah
• Buah dada : tidak ada pembesaran buah dada
• Sela iga : tidak ada pelebaran sela iga
Paru
b. Palpasi
• fremitus raba : fremitus raba paru kanan lebih lemah dibanding paru kiri
• Nyeri tekan : nyeri tekan tidak ada
c. Perkusi
• Paru kiri : sonor
• Paru kanan : sonor
• Batas paru-hepar : ICS V Dekstra
• Batas paru belakang kanan : Vertebra thoracalis IX
• Batas paru belakang kiri : Vertebra thoracalis X
d. Auskultasi
• Bunyi pernapasan : vesikuler kiri = kanan
• Bunyi tambahan : Paru kanan dan kiri Ronkhi halus (+) terutama pada apeks
paru, Wheezing (-)

Jantung
a. Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
b. Palpasi : iktus kordis ICS V linea midclavicula sinistra
c. Perkusi : redup, batas kanan jantung di ICS III-IV linea parasternalis dextra,
pinggang jantung di ICS III sinistra (2-3 cm dari mid sternum), batas kiri
jantung di ICS V linea midclavicularis sinistra.
d. Auskultasi :
• BJ I/II : murni reguler
• Bunyi tambahan : murmur (-), gallop (-)

Abdomen
a. Inspeksi : supel
b. Auskultasi : BU (+) 8-12x/m
c. Palpasi
• Hati : tidak teraba
• Limpa : tidak teraba
• Ginjal : tidak teraba
• Lain-lain : (-)
d. Perkusi : tympani

Alat kelamin : tidak diperiksa


Anus dan rektum : tidak diperiksa

Punggung
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Krepitasi (-)
• nyeri ketok : nyeri ketok (-)

Ekstremitas : akral hangat, edema (-)

LABORATORIUM

Hasil laboratorium tanggal 21 April 2018

Hematologi rutin Hasil Nilai rujukan


6 3
Jumlah eritrosit 0,86 x 10 /mm 3,5-5,5
Hemoglobin 2,0 g/dL 14,0-18,0 (L), 12,0-15,0 (P)
Hematokrit 6,6% 40-52 (L), 37-43 (P)
MCV 77 um3 80-100
MCH 23,4 pg 27-32
MCHC 30,3 g/dL 32-36
RDW 23,0% 11-16
3 3
Jumlah trombosit 141 x 10 /mm 150-400
MPV 8,7 um 6-11
PCT 0,123 % 0,150-0,500
PDW 15,3 % 11-18
Jumlah leukosit 6,1 5,0-10,0
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 53,1 % 50-70
Limfosit 27,6 % 20-40
Monosit 11,9 % 2-8
Eosinofil 7,2 % 1-3
Basofil 0,2 % 0-1
Hematologi kimia Hasil Rujukan
Glukosa sewaktu 119 mg/dL <140
Ureum 21 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,8 mg/dL 0,7-1,2
SGOT 17 u/L <33
SGPT 10 u/L <50

Hasil laboratorium tanggal 23 April 2018

Hematologi kimia Hasil Rujukan


Glukosa puasa 84 mg/dL 80-100
Asam urat 4.0 mg/Dl <7 (P), <6 (W)
Kolesterol total 68 mg/dL <200
Bilirubin total 0,4 mg/dL <1,5
Bilirubin direk 0,2 mg/dL <0.5
Bilirubin indirek 0,2 mg/dL <1.1

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 April 2018 Post transfuse 4 kantong

Hematologi rutin Hasil Nilai rujukan


Jumlah eritrosit 6,28 x 106/mm3 3,5-5,5
Hemoglobin 8,4 g/dL 14,0-18,0 (L), 12,0-15,0 (P)
Hematokrit 57,7% 40-52 (L), 37-43 (P)
MCV 91,8 um3 80-100
MCH 29,3 pg 27-32
MCHC 31,3 g/dL 32-36
RDW 16,7 % 11-16
Jumlah trombosit 236 x 103/mm3 150-400
MPV 10,7 um 6-11
PCT 0,253 % 0,150-0,500
PDW 20,5 % 11-18
Jumlah leukosit 10,45 5,0-10,0
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 77,2 % 50-70
Limfosit 11,6 % 20-40
MXD 11,2 % 50-70

Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 02 Mei 2018 Post transfuse 5 kantong

Hematologi rutin Hasil Nilai rujukan


Jumlah eritrosit 2,72x 106/mm3 3,5-5,5
Hemoglobin 7,7 g/dL 14,0-18,0 (L), 12,0-15,0 (P)
Hematokrit 23,2% 40-52 (L), 37-43 (P)
MCV 85um3 80-100
MCH 28,2 pg 27-32
MCHC 33,1 g/dL 32-36
RDW 17,6% 11-16
Jumlah trombosit 155 x 103/mm3 150-400
MPV 9,2 um 6-11
PCT 0,143 % 0,150-0,500
PDW 17,5 % 11-18
Jumlah leukosit 5,6 5,0-10,0
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 26,2% 50-70
Limfosit 30,3% 20-40
Monosit 15,7 % 2-8
Eosinofil 17,3% 1-3
Basofil 0,5 % 0-1

Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 05 Mei 2018 Post transfuse 6 kantong

Hematologi rutin Hasil Nilai rujukan


6 3
Jumlah eritrosit 3,60x 10 /mm 3,5-5,5
Hemoglobin 10,1 g/dL 14,0-18,0 (L), 12,0-15,0 (P)
Hematokrit 30,2% 40-52 (L), 37-43 (P)
MCV 84um3 80-100
MCH 28,0 pg 27-32
MCHC 33,5 g/dL 32-36
RDW 17,6% 11-16
3 3
Jumlah trombosit 151 x 10 /mm 150-400
MPV 9,2 um 6-11
PCT 0,139 % 0,150-0,500
PDW 18,0 % 11-18
Jumlah leukosit 11,2 5,0-10,0
Hitung jenis leukosit
Neutrofil 30,6% 50-70
Limfosit 26,9% 20-40
Monosit 32,3 % 2-8
Eosinofil 9,2% 1-3
Basofil 1,0 % 0-1

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

1. Foto thoraks AP
DIAGNOSIS

- Susp TB paru
- Dispepsia
- Anemia Berat
- Melena

PLANNING

• O2 1 Lpm
• IVFD RL 20 tpm
• Injeksi Omeprazole 2x40 mg amp/Iv
• Injeksi asam traneksamat 3x 500mg Iv/hr
• Sohobion Iv drip/24 jam
• Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
• Transfusi Whole Blood 2 Bag
• Transfuse 2 labu di ruangan
• Besok transfuse 1 labu PRC

FOLLOW UP

Hari perawatan ke-6 Kamis, 26 April 2018

Subjektif : Belum BAB 4 hari, sakit kepala (+), Sesak Berkurang.

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 84 x/menit

RR: 22x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 92% tanpa O2

Pemfis : Paru kanan - kiri Ronkhi halus (+), NT Abdomen (-)

Assessment :

• Anemia
• Susp TB
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Omeprazole 2x40 mg/ IV
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Prolax syr 3x1 C
 Antasida syr 3x1 C

Hari perawatan ke-7 jum’at, 27 April 2018

Subjektif : BAK 2 kali warna merah darah, sesak nafas berkurang, batuk (+), susah
tidur.

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 69 x/menit

RR: 24x/menit Suhu : 36,70C SpO2 : 92% tanpa O2

Pemfis : Paru kanan - kiri Ronkhi halus (+), NT Abdomen (-)

Assessment :

• Hematuria
• Anemia
• Suspek TB paru
Planning :

 IVFD futrolit : Renoson 2:1 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps

Rencana pemeriksaan Gene Expert


Cek darah ulang
Hari perawatan ke-7 Sabtu, 28 April 2018

Subjektif : BAK warna merah segar, sesak nafas berkurang , batuk, BAB sakit.

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 63 x/menit

RR: 24x/menit Suhu : 37,20C SpO2 : 95% tanpa O2

Pemfis : Paru kanan – kiri Ronkhi halus (+), NT Abdomen (-)

Hasil foto thoraks AP: TB paru, efusi pleura, suspek kardiomegali

Assessment :

• TB paru
• Hematuria
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Esome 2x40mg tablet
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps

Hari perawatan ke-9 senin, 30 April 2018

Subjektif : BAK merah, kadang batuk, sesak berkurang,

Objektif :

TD : 100/60 mmHg Nadi : 79 x/menit

RR: 24x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 96% tanpa O2

Pemfis : Paru kanan – kiri Ronkhi halus (+)

Assessment :

• TB paru
• Hematuria
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet

Rencana pemeriksaan USG abdomen

Hari perawatan ke-10 Selasa, 01 Mei 2018

Subjektif : BAK warna kuning namun masih ada darah sedikit, sesak berkurang.

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 71x/menit

RR: 22x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru kanan – kiri Ronkhi halus (+)

Assessment :

• TB paru
• Hematuria
• Anemia
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Clobazam 1x10mg tablet
Hari perawatan ke-11 Rabu, 02 Mei 2018

Subjektif : Sesak nafas (+).

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 71x/menit

RR: 22x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru vesikuler, Rhonki paru kiri – kanan (-)

Assessment :

• TB paru
• Anemia
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet
Menunggu hasil USG Abdomen

Hari perawatan ke-12 Rabu, 03 Mei 2018

Subjektif : Tidak ada keluhan

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 71x/menit

RR: 22x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru vesikuler, Rhonki paru kiri – kanan (-)


Assessment :

• TB paru
• Anemia
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet
 Nebu conbivent 1 kali /12 jam
Menunggu hasil USG Abdomen

Hari perawatan ke-13 Rabu, 04 Mei 2018

Subjektif : Tidak ada keluhan

Objektif :

TD : 110/70 mmHg Nadi : 75x/menit

RR: 24x/menit Suhu : 36,50C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru vesikuler, Rhonki paru kiri – kanan (-)

Assessment :

• TB paru
• Anemia
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet
 Nebu conbivent 1 kali /12 jam
Menunggu hasil USG Abdomen

Hari perawatan ke-14 Rabu, 05 Mei 2018

Subjektif : Tidak ada keluhan

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 73x/menit

RR: 25x/menit Suhu : 36 0C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru vesikuler, Rhonki paru kiri – kanan (-)

Assessment :

• TB paru
• Anemia
Planning :

 IVFD futrolit 20 tpm


 Esome 2x40mg tablet
 Iv ceftriaxone 2x1gr
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet
 Nebu conbivent 1 kali /12 jam
Hari perawatan ke-15 Rabu, 06 Mei 2018

Subjektif : Tidak ada keluhan

Objektif :

TD : 100/70 mmHg Nadi : 73x/menit

RR: 25x/menit Suhu : 36 0C SpO2 : 97% tanpa O2

Pemfis : Paru vesikuler, Rhonki paru kiri – kanan (-)

Assessment :

• TB paru
• Anemia
Planning :

 AFFinfus
 Esome 2x40mg tablet
 Sukralfat 3x1 sendok makan, sebelum makan
 Vectrin 3x1 caps
 Transamin 1x1 amp
 Clobazam 1x10mg tablet

Pasien diperbolehkan pulang


Rencana kontrol ke Poliklinik DOTS untuk mendapat pengobatan program TB
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI ABDOMEN
Pembagian regio abdomen

Pembagian regio abdomen dilakukan dengan tujuan mempermudah dalam


mengingat organ yang ada di rongga abdomen, sehingga mempermudah dalam
penegakkan diagnosis. Pembagian 9 regio abdomen terdiri atas:1,2

1. Hipokondrium dekstra
2. Epigastrium
3. Hipokondrium sinistra
4. Lumbar dekstra
5. Umbilikalis
6. Lumbar sinistra
7. Iliaka dekstra
8. Hipogastrium
9. Iliaka sinistra

Berdasarkan organ yang terletak di masing-masing regio antara lain, ialah: 1,2

1. Regio hipokondrium dekstra terdapat lobus kanan hepar, kantung empedu,


sebagian duodenum, fleksura hepatik, bagian proksimal ginjal kanan dan
kelenjar suprarenalis kanan.
2. Regio epigastrium meliputi pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hepar.
3. Hipokondrium sinistra meliputi gaster, lien, bagian kaudal pankreas,
fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal kiri dan kelenjar
suprarenalis kiri.
4. Lumbar dekstra meliputi organ kolon ascendens, bagian distal ginjal kanan,
sebagian duodenum dan jejenum.
5. Umbilikalis meliputi organ omentum, bagian bawah duodenum, jejenum
dan ileum.
6. Lumbar sinistra meliputi organ kolon descendens, bagian distal ginjal kiri
dan sebagian jejenum dan ileum.
7. Iliaka dekstra, meliputi organ caecum, appendiks, bagian distal ileum dan
ureter kanan.
8. Hipogastrium, meliputi organ ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan)
9. Iliaka sinistra, meliputi organ kolon sigmoid dan ureter kiri.

MASSA INTRA ABDOMEN

Secara umum istilah massa abdomen mengacu pada massa teraba yang
berada pada dinding abdomen. Salah satu metode deskripsi membagi abdomen
menjadi sembilan area: epigastrium, umbilical, suprapubik, hypocondriac kanan,
lumbar kiri, kanan lumbar, inguinal kanan dan kiri. Selain itu ada pula yang
membagi rongga perut menjadi empat kuadran: kanan atas, kanan bawah, kiri atas,
kiri bawah; dan membuat rujukan khusus untuk epigastrium dan hipogastrik
seperlunya. Metode deskripsi ini juga mencakup massa yang ditemukan di dalam
retroperitoneum dan dinding perut dimulai dari diafragma dengan superior dan
berlanjut ke pelvis. Pembagian regio tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
mengingat anatomi organ yang ada di dalamnya, dan mempermudah dalam
penegakkan diagnosis.3

Pemahaman yang benar tentang anatomi normal pada setiap kuadran perut
sangat penting untuk evaluasi massa abdomen. Kelainan tertentu cenderung terkait
daerah atau kuadran abdomen tertentu, dan hubungan ini harus dipertimbangkan
terlebih dahulu dalam diagnosis banding. Biasanya, pembesaran abnormal atau
massa di perut didapatkan oleh pasien atau dapat juga ditemukan oleh dokter pada
pemeriksaan fisik. Pengambilan keputusan klinis selanjutnya kemudian
dipengaruhi oleh letak lesi yaitu intra abdominal, retroperitoneal, atau terletak di
dalam dinding perut. Dalam kasus tertentu, diagnosis segera dapat dilakukan
setelah pemeriksaan fisik, tanpa diperlukan penyelidikan lebih lanjut; asites,
kehamilan, hernia, infeksi atau abses, kista, dan lipoma adalah contoh kondisi yang
umumnya dapat didiagnosis pada saat ini. 3

Dari berbagai faktor yang membuat diagnosis dan penerapan terapi,


pengalaman klinis tidak diragukan lagi penting. Meskipun demikian, dokter yang
paling berpengalaman sekalipun mengalami tingkat ketidakseimbangan klinis.
Sebuah penelitian acak dari tahun 1981 menemukan bahwa bahkan ketika para
dokter berpengalaman yakin tentang adanya sebuah massa, masih ada kemungkinan
yang cukup besar (22%) bahwa penyelidikan lebih lanjut tidak akan
mengungkapkan kelainan apapun. Evaluasi massa abdomen terus menimbulkan
banyak tantangan klinis. Tidak ada rumus untuk menguasai keterampilan
diagnostik yang diperlukan; Hal yang paling dekat dalam pendekatan yang
menggabungkan pengetahuan dan penerapan prinsip anatomi fundamental dengan
perkembangan berkelanjutan dan penggunaan modalitas diagnostik yang tepat.
Untuk penilaian akurat tentang asal dan karakteristik massa, penting untuk
memiliki pemahaman menyeluruh tentang anatomi normal, variasi anatomis yang
dapat diamati, dan distorsi yang mungkin disebabkan oleh berbagai proses penyakit
potensial. 3

Pemeriksaan fisik memegang peranan penting dalam evaluasi dan


pemeriksaan massa abdomen. Pemeriksaan penunjang cukup penting dilakukan
namun terkadang dokter menjadi sangat bergantung pada berbagai modalitas
pencitraan, sehingga mengabaikan pentingnya pemeriksaan yang teliti. Kelalaian
seperti itu bisa masuk mengurangi kemungkinan kehilangan temuan fisik yang
halus - seperti kelenjar getah bening yang membesar, ketidakteraturan subkutan,
atau nyeri alih - yang dapat memiliki efek signifikan pada pengelolaan massa
abdomen.

Pemeriksaan fisik memiliki tiga tujuan utama. Pertama, pemeriksa harus


mengevaluasi kondisi pasien karena secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan massa (misalnya, tidak ada penyakit sistemik terkait, nyeri,
malaise, atau cachexia). Kedua, pemeriksa harus menilai ketajaman kondisi pasien
(misalnya dengan menentukan apakah massa kuadran kiri atas kemungkinan adalah
limpa yang pecah atau hanya massa lama di dinding perut), yang akan menentukan
apakah langkah berikutnya adalah pengobatan segera atau evaluasi lebih lanjut.
Ketiga, pemeriksa harus memeriksa dengan hati-hati masing-masing kuadran
abdomen, menilai hubungan anatomis normal dan abnormal sebagai kemungkinan
sumber massa yang diperkirakan. Temuan fisik pada pemeriksaan terkadang
bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti obesitas, kebiasaan,
kondisi medis yang terkait, dan kooperatifnya pasien. Sebagai contoh, aorta normal
sering teraba dalam epigastrium dan mungkin sedikit lunak; Pada lansia, pasien
asthenic, aorta normal mungkin salah untuk aneurisma. Demikian juga, sekum dan
kolon desendens, keduanya biasanya teraba pada pasien kurus (terutama saat
mengandung kotoran), kadang-kadang dikira sebagai massa kanker. Obesitas dapat
menghalangi evaluasi massa abdomen potensial: sulit untuk mengidentifikasi
massa teraba yang tidak jelas di tengah adipositas yang sering terjadi di dinding
perut dan struktur sekitarnya. Asites juga bisa mengaburkan massa perut, membuat
pemeriksaan lebih bermasalah. Distensi gas transien atau kembung usus kadang
menimbulkan masalah yang sama, namun biasanya sembuh secara sponntaneously,
kecuali pada kasus obstruksi usus dapat menyebabkan distensi abdomen yang
cukup parah sehingga memerlukan dekompresi nasogastrik. 2

Banyaknya kemungkinan penyebab tumor jinak potensial, kemungkinan


adanya neoplasma (tunggal atau multipel) jelas merupakan perhatian yang
dipertimbangkan dalam evaluasi pasien dengan distensi abdomen. Metode yang
menarik untuk mengingat penyebab utama pembesaran umum atau distensi perut
adalah dengan menggunakan "enamFs": lemak, cairan, flatus, janin, tinja dan
pertumbuhan fetus. Massa yang teraba selalu terlokalisasi sehubungan dengan
landmark yang telah dijelaskan sebelumnya, dan sebaiknya, harus dijelaskan dalam
bentuk ukuran, bentuk, konsistensi, kontur, ada tidaknya kelembutan, pulsatilitas,
dan fiksasi. Pengetahuan tentang lokasi massa di perut memperpendek daftar
struktur atau organ yang harus dipertimbangkan dan mungkin memberi wawasan
tentang sifat dan tingkat proses patologis. Seringkali, bagaimanapun lokasi massa
hanya dapat digambarkan secara feminin, khususnya bila pasien mengalami
obesitas. Neoplasma lambung, neoplasma pankreas, neoplasma kolon, sarkoma,
kista pankreas, dan kantong empedu yang sesak bisa teraba, biasanya pada stadium
lanjut penyakit. 3
Pembagian regio abdomen dan kemungkinan massa didalamnya.3

TUMOR LAMBUNG

A. TUMOR JINAK LAMBUNG (POLIP, LEIOMIOMA, DAN KISTA)

Tumor jinak lambung yang paling sering ditemukan adalah polip dan liomioma
yang dapat berbentuk adenomatosa hiperplastik atau fibroid. Leiomioma
merupakan tumor jinak otot polos lambung yang tidak bersimpai sehingga sulit
dibedakan dengan bentuk ganasnya, yakni leiomiosarkoma. Melalui pewarnaan
imunohistokimia dan pemeriksaan di bawah mikroskop elektron, ditemukan bentuk
lain; yang dulunya dengan mikroskop biasa dianggap sebagai leiomioma atau
leiomiosarkoma, ternyata merupakan bentuk baru yakni gastrointestinal stromal
tumor (GIST). Sekitar 70% GIST berasal dari sel gelendong, 20% berasal dari sel
epiteloid, dan 10% sisanya merupakan campuran keduanya. Pada pewarnaan
imunohistokimia menggunakan CD 117, didapati adanya mutasi gen KIT tirosin
kinase pada 85% kasus GIST. GIST yang menjadi ganas (GIST maligna).4,5

Gambaran klinis

Tumor ini dapat terjadi pada segala kelompok usia, dan umumnya tidak
memberikan gejala klinis. Kalaupun ada, gejala dan tanda yang timbul hanya
berupa nyeri yang tidak sembuh dengan antasida, perdarahan gastrointestinal, dan
anemia. Pemeriksaan fisik tidak menemukan adanya kelainan, namun akan teraba
massa pada GIST yang besar. Bila ditemukan massa tumor, kelainan ini perlu
didiagnosis banding dengan karsinoma. 4,5

Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen atau endoskopi. Hampir


semua tumor yang menonjol ke lumen dapat didiagnosis dengan dengan foto
kontras ganda. Bila pada endoskopi ditemukan tumor berbentuk polipoid yang
mengarah pada kemungkinan adenoma, dilakukan biopsi untuk memeriksa
histologi sel. Pada polip yang berukuran lebih besar dari 2 cm, kemungkinan adanya
keganasan lebih besar. Penonjolan mukosa dengan dasar yang lebar dan berlekuk
(kawah) di tengahnya harus dicurigai sebagai GIST. Pada kelainan ini, tidak perlu
dilakukan biopsi karena sampel yang representatif untuk diagnosis sulit untuk
didapat. Sebaiknya, dilakukan ultrasonografi endoskopik atau CT-Scan untuk
melihat perluasan tumor. 4,5

Klasifikasi

Tumor jinak lambung dapat dibagi atas tumor jinak epitel dan tumor jinak non
epitel. Tumor jinak epitel biasanya berbentuk polip dan dapat dibagi atas:5

a. Adenoma: terisolasi, bagian dari adenoma generalisata gastrointestinal


b. Adenoma hiperplastik. Polipoid sirkumskrip, difus
c. Adenoma heterotropik. Tumor pankreas aberan, bruninoma.

Adenoma sering terbatas pada lambung, tetapi dapat merupakan bagian polip
adenoma generalisata pada saluran cerna. Didapatkan pada 1% dari pasien yang
dilakukan pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Terutama didapatkan pada pria,
biasanya usia dewasa. Adenoma biasanya berbentuk polip yang bertangkai, dengan
permukaan licin, dengan ukuran beberapa sentimeter saja. Adenoma biasanya tanpa
keluhan, terkadang timbul perdarahan yang dapat menyebabkan anemia. Lokasi
tumor yang tersering di daerah pilorus dan antrum lambung (50%), fundus (20%),
kurvatura minor (20%) dan kardia (10%).5

Pada pemeriksaan radiologi didapatkan filling defect dengan tepi teratur dan
bertangkai. Pemeriksaan gastroskopi merupakan pemeriksaan yang memastikan
lokasinya terutama di daerah antrum dan angulus. Setiap polip walaupun kelihatan
jinak perlu dilakukan biopsi untuk melihat patologi anatominya. Bila pasien tanpa
keluhan, sebaiknya dilakukan pemantauan secara teratur. Jika terlihat adanya
komplikasi sebaiknya dilakukan polipektomi.5

Adenoma hiperplastik: pada gastritis atrofi kronis permuka an mukosa dan alveolar
berubah menjadi hiperplasia. Bentuknya dapat berupa sessile atau discrete.
Adenoma hipertropik: anomali pankreas paling sering didapatkan kira-kira 0,5%
dari autopsi. Lebih sering ditemukan pada pria antara umur 25-55 tahun. Lokasi
terbanyak di daerah antrum dan pilorus. Biasanya pankreas aberan ini kecil
(diameter 1 cm). Pemeriksaan radiologis dengan kontras ganda sangat membantu
diagnosis. 2). Bruninoma biasanya ditemukan di daerah bulbus duodeni dan pada
pemeriksaan radiologis didapatkan polip multipel dan kadang-kadang didapatkan
di daerah pilorus dan antrum. 4,5

Bentuk tumor jinak lambung yang kedua adalah tumor jinak non epitel. Tumor ini
penting karena sering menimbulkan komplikasi berupa ulserasi dan perdarahan.
Tumor neurogenik, sering didapatkan schwannoma yang tumbuh dalam submukosa
dan menonjol ke dalam lumen. Biasanya ukuran tumor menjadi beberapa cm, dapat
terjadi ulserasi dan perdarahan. Leiomioma sering didapatkan pada pasien denwasa.
Biasanya tumor ini tunggal dengan diameter 2 cm di daerah antrum dan pilorus,
dapat menyebabkan hipertrofi pilorus stenosis. 4,5

Fibroma biasanya merupakan kombinasi dengan tumor lain seperti neurofibroma,


miofibroma, lipofibroma, dan lain-lain. Fibroma ini lebih jarang ditemukan
daripada schwannoma. Gejala yang sering timbul adalah perdarahan dan nyeri. Dan
bentuk terakhir dari tumor jinak non epitel lambung adalah lipoma. Lipoma tumbuh
dalam submukosa dengan keluhan rasa nyeri dan terkadang ada perdarahan. 4,5

Tatalaksana

Polip kecil dapat dikeluarkan sewaktu pemeriksaan endoskopi. Pembedahan


biasanya dilakukan untuk mengangkat tumor jinak yang harus diperiksa segera
secara mikroskopik. Bila ditemukan tanda keganasan, operasi diteruskan dengan
gastrektomi. Bila dicurigai adanya GIST, dilakukan reseksi segmental pada
lambung; bila ditemukan bahwa mukosa rata sehingga kecurigaan lebih mengarah
ke GIST, tidak diperlukan limfadenektomi karena GIST yang ganas tidak
bermetastasis secara limfogenik.5

B. KARSINOMA LAMBUNG

Insidens dan epidemiologi

Insidens yang tinggi ditemukan di Cina, Jepang, dan Chili. Di Jepang, insidens
karsinoma lambung mencapai 70 per 100.000 dan di Eropa Tengah 40 per 100.000.
di Amerika, insidensnya lebih tinggi pada laki-laki, mencapai 10 per 100.000
populasi per tahun. Jarang ditemukan pada kelompok usia di bawah 40 tahun.
Risiko karsinoma lambung meningkat sebanding dengan meningkatnya usia.
Insidens tertinggi ada pada usia dekade ke-6.5

Etiologi

Penyebab terjadinya karsinoma lambung tidak diketahui. Beberapa faktor yang


dihubungkan dengan kejadian karsinoma lambung adalah diet rendah serat,
makanan terlalu asin, pedas atau asam, alkohol dan aklorhidria, tukak lambung,
gastritis atrofikans, dan anemia pernisiosa.5

Patologi

Terdapat berbagai bentuk adenokarsinoma lambung. Bentuk yang dapat ditemukan


adalah karsinoma ulseratif, karsinoma polipoid, karsinoma superfisial, dan
karsinoma linitis plastika yang menyebar ke seluruh dinding lambung. Bentuk
linitis plastika prognosisnya paling jelek.5

Klasifikasi tumor ganas

a. Early gastric cancer

Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan


histopatologi dapat dibagi atas: Tipe I (Protruded type), tumor ganas yang
menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan submukosa yang berbentuk polipoid.
Bentuknya ireguler, permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
Tipe II, (tipe superfisial), yang dibagi atas 3: tipe elevasi, tampak sedikit elevasi
mukosa lambung, hampir seperti tipe I, terdaoat sedikit elevasi serta lebuh meluas
dan melebar; tipe flat, tidak terlihat elevsai atau depresi pada mukosa dan hanya
terlihat perubahan pada warna mukosa; tipe depresi, didapatkan permukaan yang
ireguler dan pinggir yang tidak rata hiperemis, atau perdarahan. Dan yang terakhir
Tipe III (excavated type), menyerupai bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering
diertai dengan kombinasi seperti Iic + III atau III + IIc dan IIa + Iic.5

b. Advanced gastric cancer (karsinoma gaster lanjut)

Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas Bormann I, bentuknya


polipoid karsinoma yang sering disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar
tumor atrofi dan ireguler. Bormann II, merupakan non infiltrating carcinomatous
ulcer dengan tepi ulkusserta mukosa disekitarnya menonjol diserti nodular. Dasar
ulkus terlihat nekrosis dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemis. Bormann III, berupa infiltrating
carcinomatous ulcer. Ulkusnya mempunyai dinding dan terlihat adanya ilfiltrasi
progressif dan difus. Bormann IV, berupa difus infiltrating type, tidak terlihat batas
tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa. 5

Stadium penyakit

klasifikasi didasarkan atas derajat histologik tumor dan luasnya penjalaran ke


kelenjar limf, dan ke organ lain.4,5

T Tumor primer
T1 Tumor terbatas di mukosa
T2 Tumor mencapai serosa tetapi belum menembusnya
T3 Tumor menembus serosa organ dengan atau tanpa invasi struktur disekitarnya
T4 Tumor secara difus mengenai seluruh tebal dinding lambung tanpa batas yang jelas
(termasuk linitis plastika)
Tx Derajat penetrasi tidak diketahui
N Limfonodus (In) regional
N0 Tidak ada metastasis ke kelenjar limf regional
N1 Metastasis ke kelenjar limfe perigastrik yang dekat dengan tumor primer
N2 Metastasis ke kelenjar limf perigastrik yang jauh dari tumor primer atau In kedua
kurvatura lambung terkena
Nx Metastasis ke kelenjar limfe tidak diketahui
N Metastasis jauh
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Secara klinis, radiologik, maupun pada waktu eksplorasi, ditemukan metastasis jauh,
termasuk adanya metastasis ke kelenjar limfe di luar bidang regional tumor primer.
Staging
0 Tis N0 M0
I T1 N0-1 M0
T2 N0 M0
II T1 N2 M0
T2 N1 M0
T3 N0 M0
III T2 N2 M0
T3 N1-2 M0
T4 N0-1 M0
IV T4 N2 M0
T1-4 N1-2 M1

Gambaran klinis
Pada stadium awal, karsinoma lambung sering tidak menimbulkan gejala
karena lambung masih berfungsi normal. Gejala biasanya baru timbul setelah massa
tumor cukup besar sehingga menimbulkan gangguan aktivitas motorik pada segmen
lambung, gangguan pasase, infiltrasi tumor di organ sekitar lambung, atau terjadi
metastasis. Jika massa tumor sudah membesar, keluhan epigastrium biasanya
samar-samar, seperti rasa berat dan kembung. Akhirnya timbul anoreksia, cepat
kenyang, penurunan berat badan, dan kelemahan yang berkaitan dengan anoreksia
dan penurunan berat badan. 4,5

Anemia terjadi karena kehilangan darah kronik tetapi jarang ditemukan


perdarahan masif. Disfagia kemungkinan besar disebabkan oleh tumor di kardia
atau fundus lambung. Karsinoma di dekat pilorus dapat memberikan gejala
obstruksi. Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, terabanya massa pada colok
dubur, dan kelenjar limfe supraklavikula kiri (limfonodi virchow) yang membesar
menunjukkan bahwa penyakit sudah lanjut dan telah terjadi metastasis. Bila
terdapat ikterus obstruktiva, harus dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik. 4,5

Diagnosis

Foto kontras ganda lambung memberikan kepekaan diagnosis sampai 90%.


Dicurigai adanya keganasan bila ditemukan deformitas, tukak, atau tonjolan di
lumen, untuk memastikan diagnosis. Untuk menilai stadium penyakit, selain
pemeriksaan fisis yang teliti, diperlukan foto paru, uji fungsi hati, CT-scan
abdomen, serta pemeriksaan tulang. Diagnosis dini dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan tahunan pada kelompok risiko tinggi, misalnya penderita tukak
lambung yang memiliki riwayat keluarga yang menderita keganasan. Dengan cara
tersebut kasus-kasus stadium awal dapat ditemukan sehingga kesembuhan
mencapai 90%.4,5

Tatalaksana

Pembedahan dilakukan dengan tujuan kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif,
dilakukan operasi radikal, gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat
kelenjar limf regional dan organ lain yang terkena, sedangkan untuk tujuan paliatif
hanya dilakukan pengangkatan tumor yang telah mengalami perforasi. Kemoterapi
diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau dioperasi tidak radikal.
Kombinasi sitostatik memberikan perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan. 4,5

Prognosis

Kasus kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untuk tujuan kuratif (N0, M0)
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50%. Bila telah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe (N+), angka tersebut menurun menjadi 10%.4,5.

BAB III

PENUTUP

Seorang perempuan 40 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan benjolan


pada perut bagian tengah, benjolan ini sudah ada sejak 6 tahun yang lalu dengan
ukuran yang kurang lebih sama dengan ukuran benjolan yang sekarang, sejak 6
tahun yang lalu pasien tidak pernah mengeluh apa-apa, namun dalam 3 bulan
terakhir tiba-tiba perutnya mulai merasa nyeri terutama pada bagian benjolan
tersebut. Keluhan disertai mual dan muntah pada 3 bulan terakhir, muntah biasanya
berisi air dan sisa makanan berwarna jernih dan tidak ada darah.

Pasien juga mengalami batuk ±1 bulan SMRS, batuk berlendir berwarna


kekuningan, tidak ada darah. Pasien juga mengeluh mengalami penurunan berat
badan dalam 3 bulan terakhir ±20 kg, ada keringat pada malam hari, dan penurunan
nafsu makan. Riwayat batuk lama sebelumnya disangkal, demikian pula konsumsi
obat program batuk sebelumnya, riwayat keluarga yang memiliki keluhan batuk
lama juga disangkal. BAB warna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, demikian
pula BAK berwarna kuning jernih. Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD
Bula dengan diagnosis “Tumor Abdomen Suspek Tumor Ganas”. Pada anamnesis
diakui pasien tidak pernah menderita batuk lama sebelumnya, demikian pula
konsumsi obat program batuk sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi
dan diabetes melitus. Demikian pula diakui bahwa tidak ada riwayat kanker dalam
keluarga pasien.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kepala dan leher dalam batas normal,
pada thoraks didapatkan suara nafas vesikuler lebih keras pada paru kiri dibanding
paru kanan, didapatkan pula suara napas tambahan ronkhi kasar pada paru kanan
terutama pada apeks paru, fremitus raba pada paru kanan juga lebih lemah
dibanding pada paru kiri. Pada pemeriksaan fisis abdomen didapatkan massa pada
regio epigastrium, konsistensi massa kenyal-padat, permukaan agak berbenjol,
ukuran diameter 6 cm, mobile dan tidak nyeri. Didapatkan bising usus dalam batas
normal dan perkusi tympani. Ekstremitas teraba hangat dan tidak ada edema.

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 24 oktober 2017 didapatkan anemia


dengan hemoglobin 8,5 mg/dL, namun setelah ditransfusi 1 kantong WBC dan 2
kantong PRC, hemoglobin naik menjadi 10,9 mg/dL. Pemeriksaan HbsAg dan
Anti-HCV nonreaktif. Pada pemeriksaan Gene Expert didapatkan MTB-High,
demikian pula pada foto rontgen Thoraks didapatkan kesan TB. Pasien didiagnosa
massa intraabdomen suspek tumor gaster dan TB. Pasien menjalani perawatan
selama 12 hari, dan disarankan untuk kontrol di poli DOTS untuk mendapatkan
pengobatan TB, serta kontrol ke poli bedah digestive untuk konsultasi massa
intraabdomennya.

Penegakkan diagnosis massa intraabdomen suspek tumor gaster


berdasarkan pada gejala klinis yang menyatakan adanya massa pada bagian tengah
perut, diperkuat dengan pemeriksaan fisis yang mengarah adanya massa pada regio
epigastrium. Selain itu, adanya keluhan mual dan muntah pada pasien yang menjadi
salah satu gejala pada tumor gaster. Penegakkan diagnosis pasti dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti endoskopi, untuk
menilai apakah benar ada tumor pada gaster atau bukan. Pemeriksaan CT-Scan
abdomen juga sudah dilakukan, namun belum dibaca oleh ahli radiologi sehingga
tidak diketahui pasti kesan dari CT-Scan Abdomen tersebut. Oleh sebab itu,
konsultasi dengan dr.SpB-KBD untuk penegakkan diagnosis yang lebih pasti perlu
untuk dilakukan, sehingga dapat dipastikan rencana tatalaksana yang tepat untuk
pasien, apakah perlu pembedahan ataukah tidak.

Anda mungkin juga menyukai