LBM 5
Steps 1
Insabilitas genomik :
Pemeriksaan intelegensia : pemeriksaan yg digunakan untuk mengtahui IQ seseorang.
Pemeriksaan sitogenetik : Pemeriksaan unk mempelajari kromosom yg normal/abnormal
Steps 2
Steps 3
1. Mengapa anak mengalami kemampuan bicara terhambat terutama huruf l,r,s dan sering
sakit2an?
- Ada gangguan pendengaran (gangguan bicara selain l,r,s)
- Ada gangguan deprifas :i tdk mendapat rangsang dr lingkungan sekitar (keluarga)
- Bilingual : Penggunaan lebih dari 1 bahasa diterapkan pada anak. Bingung
menggunakan bahasa sehari2. Umur berapa?
- Gangguan bicara :Mikro/makro glosi,bibir sumbing,mutisme selektif( keadaan
tertentu)
- Retardasi Mental.
Kelainan bawaan
- Frenulum lidah menempel disatria adanya
kelumpuhan,kelemahan,kekakuan,gangguan koordinasi alat ucap.S,T,L,R,N
penanganan dioprasi.
2. Kenapa ditemukan gangguan perkembangan dan adaptasi anak susah dari pada anak
sebayanya?
- Bahasa
- Gross motor
Sikap tubuh
Retradasi Ringan
IQ 50-69
Bahas cenderung lambat tp dapat komunikasi biasa.
Moderate
IQ 35-49
Severre
IQ 20-34
Provound retardation
IQ < 20
RM Lainnya
Tuli,buta,bisu
Steps 4
Steps 5
Steps 6
Steps 7
Cu / Tembaga 20 – 100.000
Cd / Kadmium 0,1 – 50
4 Ikan 170
Sumber: http://www.fishyforum.com
FAKTOR PENYEBAB
A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B. Keruskan fisik otak.
C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
E. Kelainan Kromosom
1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri,
memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan
terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan
hidup tidak lebih dari 40 tahun.
2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis:
gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi
Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.
Etiologi
Adanya “disfungsi otak” merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk
mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft
LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak
2. Organik
- Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene ( penyakit –penyakit metabolik, kelainan
neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic
familial.
- Factor prenatal
a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
· Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)
· Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
· Zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, dll )
· Disfungsi plasenta
· Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
· Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
· Zat- zat teratogen ( alcohol, kokain, logam berat, dll )
· Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )
· Toksemia gravidarum
· Disfungsi plasenta
· Ibu malnutrisi
- Factor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik, hiperbilirubinemia
- Factor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neurotoksin, misalnya logam berat
c. CVA ( Cerebrovaskuler accident )
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolic
· Gizi buruk
· Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipotiroid
· Amino aciduria, misalnya PKU
· Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia dll
· Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
· Cerebral lipidosis ( Tay Sachs ), dengan hepatomegali ( Gaucher )
· Penyakit degeneratif/ metabolic lainnya.
f. Infeksi
· Meningitis, ensefalitis, dll.
· Subakut sklerosing panasefalitis
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social
ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga
secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya
maturasi. Demikian pula dengan keadaan social ekonomi yang rendah dapat
sebagai penyebab organic dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat
yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak di kota dari golongan social
ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun
pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.
1)
I. Faktor lingkungan/psikososial
Konflik keluarga.
Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
Jumlah keluarga yang terlalu besar.
Orang tua terkena kasus criminal
Orang tua dengan gangguan jiwa
Anak yang diasuh di penitipan anak.
Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil,
dan alkohol.
Hasil penelitian 10-15 tahun akhir- akhir ini mendukung adanya pengaruh
gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala
ADHD. Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada
beberapa tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) yakni meliputi regio cortex
prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus callosum dan dua daerah
ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus caudatus. Demikian juga dari
hasil pemeriksaan PET Scan (Positron EmissionTomography) pada anak-anak
GPPH didapatkan penurunan metabolisme glukose di korteks prefrontal dan frontal
terutama sebelah kanan.
Ternyata didapatkan juga volume area korteks prefrontal lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Beberapa anak menunjukkan kelambatan
perkembangan otak (maturational delay) pada anak GPPH yang biasanya tampak
gejalanya pada usia 5 tahun. Perkembangan otak yang normal, biasanya
menunjukkan pertumbuhan secara cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8
tahun, 10- 12 tahun dan 14-16 tahun. Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif yakni
mengatasi masalah, perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan tugas
individu. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan bahwa ada
penurunan aktivitas metabolik di daerah- daerah di atas pada individu dengan
ADHD. Para peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan dalam pengaturan
transmisi saraf (regulatory circuits) antara korteks prefrontal, ganglia basal, dan
cerebellum yang diduga merupakan penyebab terjadinya gejala ADHD. Komunikasi
dalam otak dalam area di atas menggunakan neurotransmiter dopamin dan
noradrenalin. Pada anak GPPH terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin.
Cabang mesokortiko limbik yang berasal dari area tegmentalis ventral dan
diproyeksi ke korteks prefrontal, nucleus accumbens, dan tuberculus
olfactorius. Hipofungsi pada sistem ini berhubungan dengan memendeknya
“delay gradient” yang berhubungan dengan terjadinya impulsivitas,
hiperaktivitas dan gangguan mempertahankan perhatian. Anak GPPH
cenderung lebih memilih rewards yang kecil tetapi yang dapat diperolehnya
dengan segera daripada rewards yang lebih besar tetapi ditunda waktu
perolehannya (delay gradient memendek). Anak normal lebih cenderung
memaksimalkan perolehan rewards walaupun harus menunda waktunya.
Cabang nigrostriatal yang berasal dari substansia nigra dan diproyeksikan
terutama ke neostriatum (kompleks nucleus caudatus, putamen).
Hipofungsi pada sistem ini menyebabkan timbulnya beberapa gejala
sistem extrapyramidal (EPS) yang berhubungan dengan GPPH
yakni adanya gangguan motorik halus dan kasar (clumsiness),
memanjangnya “reaction time”, “response timing” yang buruk, gangguan
pengendalian gerak cepat pada mata, tulisan tangan yang jelek dan
sebagainya.
arr et al, 2000 dan Smalley et al, 1998 menyatakan bahwa gejala GPPH berhubungan
juga dengan Dopamine Transporter Gene (DATI) dan Dopamine D4 receptor
Gene (DR D4 gene). Diperkirakan ada 29% anak, remaja, dan orang dewasa
didapatkan DR D4 gene dengan 7 repeat allele.
Faraone et al, 2001 menunjukkan bahwa pada 5 dari 8 case control studies yang
diteliti didapatkan hubungan yang bermakna antara ADHD dan DR D4, 7 repeat
allele. Transmisi saraf tak berjalan dengan baik (blunted), mengganggu fungsi
kognitif dan emosi anak ADHD bila dopamine terikat dengan DR D4 7 repeat allele.
Sumber : fk.uwks.ac.id
PERILAKU
Tabel 2:
Tahap Perkembangan Bahasa
Pada Anak Normal
RESEPTIF UMUR
Bereaksi terhadap suara Lahir
Tersenyum sosial 5 minggu
Orientasi terhadap suara 4 bulan
Mengerti perintah tidak boleh 8 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan
Menunjuk 5 bagian tubuh yang disebutkan 8 bulan
Fase 1 (5 bulan),
Menoleh kepada suara bel fase 2 (7 bulan),
fase 3 (9 bulan)
Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan
EKSPRESIF UMUR
Ooo-ooo 6 minggu
Guu, guuu 3 bulan
a-guuu, a-guuu 4 bulan
Mengoceh 4-6 bulan
Dadadada (menggumam) 6 bulan
Da-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti 8 bulan
Dada 10 bulan
Mama & kata pertama selain mama 11 bulan
Kata kedua 12 bulan
Kata ketiga 13 bulan
4 – 6 kata 15 bulan
7 – 20 kata 17 bulan
Kalimat pendek 2 kata 21 bulan
50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita, menanyakan arti
4 tahun
suatu kata, menghitung sampai 20
Perkembangan PSYCHO-SOSIAL
5. Mengapa anak mengalami kemampuan bicara terhambat terutama huruf l,r,s dan
sering sakit2an?
Gangguan berbahasa ekspresif harus dibedakan dengan gangguan lain yang saling
berdekatan yaitu gangguan berbahasa reseptif. Seseorang dikatakan memiliki
gangguan berbahasa yang sifatnya reseptif bila ia mengalami kesulitan dalam
memahami beberapa aspek dari bicara. Meskipun pendengaran mereka normal namun
anak yang memiliki gangguan ini tidak dapat memahami suara-suara, kata-kata atau
kalimat-kalimat tertentu. Penderita gangguan ini mengalami kesulitan memahami
bagian tertentu dari kata-kata atau pernyataan-pernyataan, misalnya kalimat atau
pernyataan yang berbentuk “jika … maka …”. Dalam beberapa kasus yang berat,
anak tidak mampu memahami kosa kata dasar atau kalimat sederhana, dan
kemungkinan besar mereka juga mengalami ketidakmampuan mengolah suara,
simbol-simbol, menyimpan (storage), memanggil (recall) dan merangkai (sequencing)
melalui pendengaran (auditori).
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan gangguan komunikasi menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan komunikasi antara lain adalah faktor
genetik, fungsi otak, infeksi telinga dan lingkungan yang berisiko.
6. Kenapa ditemukan gangguan perkembangan dan adaptasi anak susah dari pada anak
sebayanya?
131 : genius
120-130 : superior
111-120: tinggi
91-110 : normal
80-90 : rendah , dalam bts normla
70-79 : rendah , keterbelakangan mental
<70 : rendah , lemah pikir dan keterbelakangan mental
131 : genius
120-130 : superior
111-120: tinggi
91-110 : normal
80-90 : rendah , dalam bts normla
70-79 : rendah , keterbelakangan mental
<70 : rendah , lemah pikir dan keterbelakangan mental
SINDROM ASPERGER
Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli kesehatan anak)
dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans
Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang tidak memiliki kemampuan
berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Ia menggunakan istilah “Psikopati Autistik” untuk
menjelaskan gejala ini. Baik Leo Kanner maupun Hans Asperger menggambarkan anak-anak
tersebut sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan
berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus. Leo Kanner menggambarkan
anak-anak dengan ekspresi Autism yang lebih para, sementara Hans Asperger menjelaskan
anak-anak yang lebih memiliki kecakapan. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger
menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
C. Gangguan menyebabkan ganggguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa
(misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunkatif digunakan
pada usia 3 tahun).
E. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif
atau dalam perkembangan keterampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang
sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang
lingkungan pada masa anak-anak.
F. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif spesifik atau
skizofrenia.
Catatan: berbeda dengan autis infantil asperger baru dapat terdeteksi saat umur 6 – 11 tahun.
Kuesioner:
KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
1. Apakah anak tersebut kurang memiliki pemahaman mengenai bagaimana cara
bermain dengan anak lain? Contohnya, tidak menyadari akan adanya aturan
permainan yang tak tertulis? |0|1|2|3|4|5|6|
2. Jikalau sedang bebas bermain dengan anak lain, saat makan siang di sekolah, apakah
anak tersebut menolak melakukan kontak sosial dengan anak lain? Misalnya, ia
lebih suka memilih tempat yang sunyi atau pergi ke ruang perpustakaan?
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut tampaknya tidak menyadari akan kebiasaan sosial atau tata
cara bertingkah laku lalu melakukan tindakan dan memberikan komentar-komentar
yang tidak pada tempatnya? Contohnya, dia melontarkan suatu komentar pribadi
kepada seseorang, sedangkan dia sendiri tampaknya tidak sadar bahwa ucapannya
itu akan membuat orang lain marah?
|0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut biasanya mengharapkan orang lain mengerti perasaan-
perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapat mereka? Misalnya dia, tidak
menyadari bahwa kita tidak dapat mengetahui hal tersebut karena pada saat itu kita
tidak berada disamping dia?.
|0|1|2|3|4|5|6|
5. Apakah anak tersebut perlu selalu diyakinkan kembali, terutama ketika ada
perubahan atau jika terjadi sesuatu kesalahan? |0|1|2|3|4|5|6|
6. Apakah anak tersebut tidak dapat mengekpresikan pengalaman-pengalaman
emosionalnya? Contohnya, anak tersebut memberikan reaksi tertekan atau
mengasihi yang tidak sesuai dengan suatu situasi/keadaan ?
|0|1|2|3|4|5|6|
7. Apakah anak tersebut kurang memiliki kemampuan dalam mengexpresikan
emosinya?
|0|1|2|3|4|5|6|
8. Apakah anak tersebut tidak berminat untuk ikut serta dalam pertandingan olah raga,
permainan dan aktivitas lainnya?. Angka nol (0) berarti anak tersebut menyukai
pertandingan olah raga.
|0|1|2|3|4|5|6|
9. Apakah anak tersebut berbeda terhadap trend anak sekarang atau tekanan teman?
Angka nol (0) berarti bahwa anak tersebut tergila gila trend. Contohnya, anak tidak
menuruti trend mutakhir dalam memilih mainan atau baju-baju?
|0|1|2|3|4|5|6|
KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
1. Apakah anak tersebut kurang menerima secara harafiah suatu penjelasan dari suatu
kritik? Misalnya ia menjadi bingung mengartikan idiom seperti 'pull your socks up -
berusahalah', atau 'looks can kill - pandangan yang mematikan' atau 'hop on the
scales - melompat lebih tinggi' ?
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki nada suara yang tidak biasa? Misalnya, anak
tersebut memiliki tekanan suara yang terdengar asing di telinga atau suaranya
membosankan, atau tidak ada tekanan pada kata-kata kunci/utama?
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Pada saat berbicara apakah anak tersebut cenderung jarang memandang lawan
bicaranya sebagaimana kita harapkan? |0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut berbicara terlalu teliti atau memperlihatkan pengetahuannya,
misalnya cara berbicaranya terlalu formal atau mirip kamus berjalan?
|0|1|2|3|4|5|6|
5. Apakah anak tersebut punya masalah dalam memperbaiki suatu percakapan?
Contohnya jika kebingungan mereka (perempuan atau laki-laki) tidak meminta
penjelasan namun hanya beralih pada suatu topik yang mereka kenal atau perlu
waktu lama untuk mencari jawabannya.
|0|1|2|3|4|5|6|
KEMAMPUAN PENGENALAN/KOGNITIF
1. Apakah anak tersebut membaca buku khusus untuk mencari informasi, dan tidak
tertarik pada bacaan fiksi? Misalnya anak tersebut gemar membaca buku
ensiklopedi atau buku ilmu pengetahuan, namun tidak senang dengan buku cerita
tentang petualangan.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki daya ingat yang kuat mengenai sesuatu kejadian
atau fakta? Misalnya mampu mengingat nomor plat mobil milik tetangga yang
dilihatnya beberapa tahun lalu, atau dengan mudah dapat mengingat kembali suatu
kejadian beberapa tahun yang lalu.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut kurang memiliki imajinasi sosial, misalnya tidak mengikut
sertakan anak-anak lain dalam permainan imajinasinya atau dia menjadi bingung
ketika ikut serta dalam permainan berpura-pura dengan anak lain.
|0|1|2|3|4|5|6|
MINAT KHUSUS
1. Apakah anak tersebut merasa kagum pada suatu topik khusus dan kemudian gemar
mengumpulkan informasi atau statistik mengenai topik tersebut? Misalnya anak
tersebut berubah menjadi ensiklopedi berjalan, punya pengetahuan mengenai
kendaraan, peta-peta ataupun table liga sepak bola.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut menjadi marah atau kecewa berlebihan karena adanya suatu
perubahan dari keadaan biasanya, atau terjadi perubahan di luar harapannya?
Misalnya: dia kesal jika pergi ke sekolah melewati rute perjalanan yang lain dari
biasanya.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut mengerjakan (mengembangkan) suatu rutinitas atau ritual
yang harus diselesaikan? Umpamanya menempatkan mainannya dengan sejajar
sebelum pergi tidur.
|0|1|2|3|4|5|6|
AUTISME
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada
diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap
pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran
subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Dulu
anak-anak yang mengalami gangguan ini telah dideskripsikan dalam berbagai istilah seperti
chilhood schizophrenia (Bleuer), sedangkan Margareth Mahler (1952) menyebutnya dengan
symbiotic psychotic children dengan gejala-gejala tidak dapat mengembangkan self-object
differentiation. Belakangan istilah psikosis cenderung dihilangkan dan dalam Diagnostic and
Statistical Maunal of Mental Disorder edisi IV (DSM-IV) Autisme digolongkan sebagai
gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental dis-orders), secara khas
gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi
psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa,
seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh
Dr. Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk
menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering
disebut Sindrom Kanner (untuk membedakan dengan sidrom Asperger atau autis Asperger).
Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah
sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian
mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.
Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak
telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:
A. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara,
mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia,
sering meniru dan mengulang kata tanpa dimengerti maknanya, dan seterusnya.
B. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindari kontak mata, tidak melihat
jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dan seterusnya.
C. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih
(excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain
waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton
.Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, boneka dan
lain-lain yang dibawanya kemana-mana.
D. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan
toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan sering
mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
E. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau
benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai rabaan
dan pelukan, dan sebagainya.
F. Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme,
tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.
KRITERIA DIAGNOSTIK
Autistik (Autistic Disorder) berbeda dengan gangguan Rett (Rett’s Disorder),
gangguan disintegatif masa anak (Childhood Disintegrative Disorder) dan gangguan
Asperger (Asperger’s Disorder). Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik
adalah sebagai berikut:
A. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan
masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3):
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2
dari beberapa gejala berikut ini:
a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku non-verbal, seperti kontak mata, ekspresi
wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala
berikut ini:
a. Perkembangan bahasa lisan (bicara) terlambat atau sama sekali tidak berkembang
dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara non-verbal.
b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulang-ulang.
d. Kurang mampu bermain imajinatif (make believe play) atau permainan imitasi
sosial lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal harus ada 1
dari gejala berikut ini:
a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan fokus dan intensitas yang
abnormal atau berlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti menggerak-gerakkan
tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
d. Sikap tertarik yang sangat kuat atau preokupasi dengan bagian-bagian tertentu
dari obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu
bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain
simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak.
Ada beberapa gejala yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam melakukan
diagnosis, sebagai berikut:
A. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 3-5 tahun
1. Tidak melakukan kontak mata dengan baik.
2. Tidak tertarik dengan orang lain dan lebih suka bermain sendirian.
3. Menunjukka respon yang tidak biasa yang mengganggu orang lain.
4. Menggunakan bahasa yang berbeda dengan anak-anak lain (sangat sedikit berbahasa,
berbahasa dengan baik tapi diulang-ulang, mengulangi kata-kata dari film, video atau
program TV, ekolalia, sulit mengerti perkataan orang lain.
5. Punya sedikit atau tidak tertarik dengan permainan imajinasi.
6. Tidak tertarik bergabung dalam permainan kelompok.
7. Sangat terpaku pada beberapa permainan atau permainan tertentu.
8. Perilaku sangat rutinitas.
9. Membuat gerakan tidak biasa seperti berputar atau berayun.
10. Sangat senditif dengan suara
11. Sangat sensitif dengan bau-bauan.
12. Sangat sensitif dengan sentuhan.
B. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 6 – 11 tahun
1. Melakukan kontak mata yang buruk.
2. Tidak suka menggunakan sikap seperti menunjuk, memberi tanda, melambai.
3. Tidak punya teman sebaya.
4. Tidak menunjukkan pekerjaannya kepada guru meskipun diminta.
5. Lebih sulit berbagi dengan anak-anak lain.
6. Sulit untuk saling bergantian, dan selalu ingin menjadi yang pertama.
7. Tampak tidak peduli dengan perasaan anak-anak lain.
8. Mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
9. Tidak ingin dan tidak menikmati permainan berpura-pura.
10. Tidak mudah berbicara dengannya, tentang apa yang ingin anda bicarakan.
11. Bicara dengan cara yang tidak biasa (intonasi).
12. Ingin bermain dengan benda yang sama selama periode waktu yang panjang.
13. Mengepakkan tangannya atau membuat gerakan aneh saat kesal atau bersemangat.
C. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 12 – 17 tahun
1. Sulit membuat kontak mata.
2. Membuat ekspresi wajah yang datar atau tidak biasa.
3. Sulit memiliki atau mempertahankan teman.
4. Menunjukkan pemahaman buruk atas kebutuhan orang lain dalam pembicaraan.
5. Mengalami kesulitan memperkirakan apa yang orang lain pikirkan.
6. Menunjukkan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.
7. Menunjukkan kebutuhan obsesif atau rutinitas.
8. Menunjukkan sikap kompulsif.
PENYEBAB AUTISME
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang pasti tentang penyebab gangguan
autism ini, ada beberapa anggapan sebagai berikut:
A. Teori Psikoanalitik (efrigerator mother). Menurut teori ini, Autism disebabkan
pengasuhan ibu yang tidak hangat (Bruno Bettelheim).
B. Teori berpandangn kognitif (Theory of Mind). Menurut teori ini, Autis disebabkan
ketidak mampuan membaca pikiran orang lain “mindblindness” (Baron-Ohen, Alan
Leslie).
C. Autisme sebagai gejala neurologis atau gangguan Neuro-Anatomi dan Bio-Kimiawi
Otak. Menurut penelitian yang ada, 43% dari penyandang autism mempunyai kelainan
yang khas didalam lobus parientalisnya (menyebabkan keterbatasan perhatian terhadap
lingkungan), menurut Eric Courchesne dari Department of Neurososciences, School of
Medicine, University of California, SanDiego, para penyandang autisme memiliki
cerebellum yang lebih kecil (bertanggung jawab terhadap proses sensori, daya ingat,
berpikir, bahasa, dan perhatian).
D. Teori Biologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh Faktor genetik.
E. Teori Imunologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh infeksi virus.
BEBERAPA GANGGUAN YANG MENYERTAI AUTIS
A. Gangguan sulit tidur dan makan.
B. Gangguan afek dan mood.
C. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
D. Gangguan kejang (10 – 25 %).
E. Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding anak seusianya).
PENGGOLONGAN AUTISM
A. Autism (autisme masa anak-anak).
B. Autisme atipikal atau Pervasive Develompmental Disorder-Not Otherwise Specified atau
PDD-NOS (Diagnosis ini dibuat jika anak tidak memenuhi semua kriteria untuk
diagnosis autis dan asperger, tapi ada kecacatan parah dan menetap di area yang
dipengaruhi ASD.
C. High Functioning Autism (Autisme dengan IQ tinggi).
D. Low Functioning Autism (Autisme dengan IQ rendah).
PENANGANAN
Autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa
diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun
gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya
bisa berbaur dengan anakanak lain secara normal. (Wenar, 1994)
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
A. Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
B. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat
dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
C. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
D. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup,
sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.
Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
E. Terapi yang intensif dan terpadu.
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 %dari orang
yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dariorang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dariorang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orangyang
terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasimental ringan tidak
dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertamaatau kedua disekolah
Derajad Usia Prasekolah Usia sekolah 6-20 Dewasa (21 & lebih)
RM Maturasi & Perkembangan Latihan & Pendidikan Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Retardasi jelas; kapasitas Ada beberapa Beberapa perkembangan
berfungsi yang minimal dalam perkembangan motorik; motorik dan bicara; dapat
Sangat bidang sensorimotorik; dapat berespon minimal mencapai perawatan diri
berat memerlukan perawatan; atau terbatas terhadap yang sangat terbatas;
memerlukan bantuan & latihan menolong diri memerlukan perawatan.
pengawasan terus menerus. sendiri.
Berat Perkembangan motorik yang Dapat berbicara atau Dapat bereperan sebagian
miskin; berbicara sedikit belajar berkomunikasi; dalam pemeliharaan diri
biasanya tidak mampu belajar dapat dilatih dalam sendiri dibawah
dari latihan menolong diri kebiasaan sehat dasar; pengawasan lengkap;
sendiri; sedikit atau tidak memperoleh manfaat dari dapat mengembangkan
mempunyai keterampilan latihan kebiasaan keterampilan melindungi
komunuikasi. sistematik; tidak mampu diri sendiri sampai tingkat
memperoleh manfaat dari minimal yang berguna
latihan kejuruan. dalam lingkungan yang
terkendali.
Dapat berbicara atau belajar Dapat memperoleh Dapat bekerja sendiri
untuk berkomunikasi; manfaat dari latihan dalam dalam pekerjaan yang
kesadaran sosial yang buruk; keterampilan sosial dan tidak terlatih dan setengah
perkembangan motorik yang pekerjaan; tidak mungkin terlatih dibawah kondisi
cukup; mendapat manfaat dari berkembang lebih dari terawasi; memerlukan
Sedang
latihan menolong diri sendiri; kelas dua dalam subjek pengawasan dan
dapat ditangani dengan akademik; dapat belajar bimbingan jika berada
pengawasan sedang. pergi sendirian ditempat dalam stress sosial atau
yang dikenal. ekonomi ringan.
Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah: 1. Anak RM
biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan
umur mentalnya, 2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 3.
mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.
KLASIFIKASI RM
A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi
IQ pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.
Gangguan perilaku (behavioral disorder) dikenal dengan istilah-istilah lain seperti behavioral
problems, behavioral disturbances, psychological deficits, emotional disorder, abnormal
behavior, mental illness, psychopathology, maladaptive behavior, developmental disorders, dan
lain-lain. The American Psychiatric Association (1994, 2000, dalam Wicks-Nelson & Israel,
2006) mendefinisikan gangguan perilaku sebagai pola perilaku yang secara klinis signifikan
terjadi pada individu, yang dikaitkan dengan adanya distres atau kegagalan atau adanya
peningkatan resiko kematian, kesakitan, ketidakmampuan atau hilangnya kebebasan. Biasanya
kondisi ini berpengaruh pada kemampuan individu untuk beradaptasi dengan berbagai aspek
dalam kehidupannya.
Menurut Kearney (2006), gangguan perilaku mengacu pada bentuk dan fungsi perilaku pada
anak yang melibatkan variabel-variabel lain secara menyeluruh, yaitu variabel keluarga (konflik
dalam keluarga, kekerasan atau pengabaian, sikap negatif orangtua), pemfungsian anak sehari-
hari, maupun standar perilaku normal.
Sumber : Maramis, WF. Gangguan perilaku anak. Dalam: Catatan ilmu kedokteran jiwa. Cetakan
ketujuh. Surabaya: Airlangga University Press; 1998. h.516-528.
2)
- Autisme
Defenisi
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran. Jadi autisme
adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).
Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:
Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20%
penyandang autis).
Patofisiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah bahwa penyebab dari
autisme bukanlah salah asuh dari orang tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa
beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan gangguan
imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH),
penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X
(kelainan kromosom).
Manisfestasi Klinik
1) Di bidang komunikasi :
a) Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
nampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang
kemampuan bicara.
b) Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c) Mengoceh tanpa arti secara berulang – ulang, dengan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.
d) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).
e) Bila senang meniru, dapat menghafal kata – kata atau nyanyian yang didengar
tanpa mengerti artinya.
f) Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata – kata) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
g) Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Di bidang interaksi sosial :
a) Anak autis lebih suka menyendiri
b) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan
muka atau mata dengan orang lain.
c) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun
yang lebih tua dari umurnya.
d) Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3) Di bidang sensoris :
a) Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b) Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c) Anak autis senang mencium –cium, menjilat mainan atau benda – benda yang
ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4) Di bidang pola bermain :
a) Anak autis tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya.
b) Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
c) Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d) Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar –
putar.
e) Senang terhadap benda – benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda,
dan sejenisnya.
f) Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana – mana.
5) Di bidang perilaku :
a) Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang –goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
c) Berputar –putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan
dengan bolak – balik, dan melakukan gerakan yang diulang – ulang.
d) Tidak suka terhadap perubahan.
e) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6) Di bidang emosi :
a) Anak autis sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa dan
b) Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.
c) Kadang agresif dan merusak.
d) Kadang – kadang menyakiti dirinya sendiri.
e) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya.
Kriteria Diagnostik
DSM IV: Kriteria Diagnosis untuk 299.00 Gangguan Autistik
Enam atau lebih gejala dari (1), (2), and (3), dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1 dari
masing-masing (2) and (3)
Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari gejala
1.
berikut:
Gangguan yang jelas dalam perilaku non-verbal (perilaku yang dilakukan tanpa
1.1. bicara) misalnya kontak mata, ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik untuk
mengatur interaksi sosial.
1.2. Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yang sesuai.
Tidak berbagi kesenangan, minat, atau kemampuan mencapai sesuatu hal dengan
1.3. orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan pada orang tua, tidak menunjuk ke
suatu benda yang menarik, tidak berbagi kesenangan dengan orang tua.
Kurangnya interaksi sosial timbal balik.Misalnya: tidak berpartisipasi aktif dalam
1.4.
bermain, lebih senang bermain sendiri.
2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala berikut:
Keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata berbicara, tanpa disertai
2.1.
usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa tubuh.
Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau mempertahankan
2.2.
komunikasi dengan orang lain.
Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang tidak dapat
2.3.
dimengerti.
Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru secara
2.4.
sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah (stereotipik),
3.
yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut:
Minat yang terbatas, stereotipik dan menetap dan abnormal dalam intensitas dan
3.1.
fokus.
Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku dan tidak
3.2.
fleksibel.
Gerakan motorik yang streotipik dan berulang, misalnya flapping tangan dan jari,
3.3.
gerakan tubuh yang kompleks.
3.4. Preokupasi terhadap bagian dari benda.
Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi
dua yaitu:
1) Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non
autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2) Autisme Regresi
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan kemampuan yang
sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan
ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah
bisa mulai mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya.
(Kurniasih, 2002).
Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007) mengelompokkan
autism menjadi :
1) Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena
kelainan sudah timbul sebelum lahir
2) Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak – anak usia lebih besar (6 – 7 tahun)
sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia
minggu – minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan –
gerakan tertentu berulang – ulang dan kadang – kadang disertai kejang – kejang.
Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada
mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan
dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak
dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional
dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti
ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS (
Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN!
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini
diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada
gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan
dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak
anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi
dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
- GPPH/ADHD
DEFINISI
Gangguan yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat
waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan
tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal
kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
ETIOPATOGENESIS
I. Faktor lingkungan/psikososial
Konflik keluarga.
Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
Jumlah keluarga yang terlalu besar.
Orang tua terkena kasus criminal
Orang tua dengan gangguan jiwa
Anak yang diasuh di penitipan anak.
Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil,
dan alkohol.
Hasil penelitian 10-15 tahun akhir- akhir ini mendukung adanya pengaruh
gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala
ADHD. Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada
beberapa tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan ADHD
yakni meliputi regio cortex prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus
callosum dan dua daerah ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus
caudatus. Demikian juga dari hasil pemeriksaan PET Scan (Positron
EmissionTomography) pada anak-anak ADHD didapatkan penurunan metabolisme
glukose di korteks prefrontal dan frontal terutama sebelah kanan.
Penelitian dari National Institute of Mental Health di USA telah menunjukkan bahwa
area globus pallidus dan nucleus caudatus secara bermakna lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Nucleus caudatus dan globus pallidus berfungsi
melakukan koordinasi lalu lintas transmisi rangsang saraf pada berbagai area di
korteks.
Ternyata didapatkan juga volume area korteks prefrontal lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Beberapa anak menunjukkan kelambatan
perkembangan otak (maturational delay) pada anak ADHD yang biasanya tampak
gejalanya pada usia 5 tahun. Perkembangan otak yang normal, biasanya
menunjukkan pertumbuhan secara cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8
tahun, 10- 12 tahun dan 14-16 tahun. (21) Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif
yakni mengatasi masalah, perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan
tugas individu. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan bahwa
ada penurunan aktivitas metabolik di daerah- daerah di atas pada individu
dengan ADHD. Para peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan dalam
pengaturan transmisi saraf (regulatory circuits) antara korteks prefrontal, ganglia
basal, dan cerebellum yang diduga merupakan penyebab terjadinya gejala ADHD.
Komunikasi dalam otak dalam area di atas menggunakan neurotransmiter dopamin
dan noradrenalin. Pada anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin.
Cabang mesokortiko limbik yang berasal dari area tegmentalis ventral dan
diproyeksi ke korteks prefrontal, nucleus accumbens, dan tuberculus
olfactorius. Hipofungsi pada sistem ini berhubungan dengan memendeknya
“delay gradient” yang berhubungan dengan terjadinya impulsivitas,
hiperaktivitas dan gangguan mempertahankan perhatian. Anak ADHD
cenderung lebih memilih rewards yang kecil tetapi yang dapat diperolehnya
dengan segera daripada rewards yang lebih besar tetapi ditunda waktu
perolehannya (delay gradient memendek). Anak normal lebih cenderung
memaksimalkan perolehan rewards walaupun harus menunda waktunya.
Cabang nigrostriatal yang berasal dari substansia nigra dan diproyeksikan
terutama ke neostriatum (kompleks nucleus caudatus, putamen).
Hipofungsi pada sistem ini menyebabkan timbulnya beberapa gejala
sistem extrapyramidal (EPS) yang berhubungan dengan ADHD
yakni adanya gangguan motorik halus dan kasar (clumsiness),
memanjangnya “reaction time”, “response timing” yang buruk, gangguan
pengendalian gerak cepat pada mata, tulisan tangan yang jelek dan
sebagainya.
Noradrenalin diperkirakan mempunyai efek pada fungsi kognitif individu melalui
“postsinaptic alpha 2A adrenergic receptor” pada neuron kortikal. Noradrenalin
berperan penting pada fungsi kognitif yakni pada tuntutan proses yang tinggi
(temporal discrimination dan timed choice reaction). Penekanan pada fungsi
noradrenalin menyebabkan kesukaran melakukan tugas- tugas yang berbeda-beda
(timed choice reaction) dimana tugas-tugas tampak terganggu bila dibutuhkan
ketekunan khusus untuk menyelesaikan tugas tersebut.
arr et al, 2000 dan Smalley et al, 1998 menyatakan bahwa gejala ADHD
berhubungan juga dengan Dopamine Transporter Gene (DATI) dan Dopamine
D4 receptor Gene (DR D4 gene). Diperkirakan ada 29% anak, remaja, dan orang
dewasa didapatkan DR D4 gene dengan 7 repeat allele.
Faraone et al, 2001 menunjukkan bahwa pada 5 dari 8 case control studies yang
diteliti didapatkan hubungan yang bermakna antara ADHD dan DR D4, 7 repeat
allele. Transmisi saraf tak berjalan dengan baik (blunted), mengganggu fungsi
kognitif dan emosi anak ADHD bila dopamine terikat dengan DR D4 7 repeat allele.
Sumber : fk.uwks.ac.id
PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI
Kondisi heterogen merupakan penyebab GPPH.
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan timbulnya GPPH, selain itu beberapa
neurotransmiter : norepinefrin/noadrenergik, dopamin dan serotonin juga berpengaruh
terhadap timbulnya GPPH serta didapatkan kelainan morfologi
dan fungsi otak berupa corpus callosum, basal ganglia dan lobus frontalis berukuran kecil, dan
hipoperfusi dari frontal-striatal dopamine pathway.
GEJALA KLINIS
Berdasarkan DSM IV, GPPH dibagi 3 tipe :
- GPPH tipe inatensi.
- GPPH tipe hiperaktif-impulsif.
- GPPH tipe kombinasi
KRTITERIA DIAGNOSIS
(1) Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak paling
sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak konsisten dalam
perkembangan
INATTENTION
a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat
kesalahan yang tidak terkontrol dalam :
1. sekolah
2. bekerja
3. aktifitas lainnya
g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak
berkaitan
1. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk
2. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan
tetap duduk.
3. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan
tertentu atau kelelahan )
4. Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.
5. isering berperilaku seperti mengendarai motor
6. Sering berbicara berlebihan
IMPULSIF
c. Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam percakapan atau
permainan).
KRITERIA B: Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan sebelum usia 7 tahun.
KRITERIA C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak dalam sedikitnya 2 atau
lebih situasi ( misalnya di kelas, di permainan atau di rumah )
KRITERIA E : Gejala tidak terjadi sendiri selama perjalanan penyakit dari Pervasive
Developmental Disorder, Schizophrenia, atau gangguan psikotik dan dari gangguan mental
lainnya (Gangguian Perasaan, Gangguan kecemasan, Gangguan Disosiatif atau gangguan
kepribadian)
Tipe:
DIAGNOSIS
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan Neuropsychologic.
d. Laporan prestasi akademis.
e. Behavior Rating scales yang diperoleh dari beberapa sumber (guru dan orang tua).
f. Harus memenuhi kriteria DSM IV.
angguan pemusatan perhatian) / ADHD
- Retardasi mental :
1. Definisi
Menurut NOYES retardasi mental adalah individu yang mempunyai keterbatasan
kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk mengembangkan kapasitas
inetelektualnya, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi
seorang yang mandiri.
Menurut ROAN retardasi mental adalah individu dengan keterbatasan
kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat
terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya atau terhadap harapan dari
masyarakatnya, supaya dapat mempertahankan hidupnya tanpa dukungan dan
bantuan dari luar.
Menurut MaramisRetardasi mental adalah individu dengan keadaan intelegensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak masa lahir atau sejak
masa anak)
Menurut PPDGJ II
Individu dengan keadaan yang terdiri dari:
a. Fungsi intelektual umum dibawah rata2 yang cukup bermakna (IQ< 70)
b. Yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau hendaya dalam
perilaku adaptif
c. Tumbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental, dr. Ismed Yusuf, FK UNDIP 1991
2. Etiologi
Kondisi genetik ( kromosom dan bawaan )
Pemaparan pranatal dengan infeksi dan toksin rubella, penyakit inklusi
sitomegali, sifilis, toxoplasmosis, herpes simpleks, AIDS, sindroma alkohol janin,
pemaparan zat pranatal ( opiat dan heroin )
Trauma perinatal ( seperti prematuritas ) bayi prematur dan bayi dengan berat
badan lahir rendah berada dalam risiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelektual. Perdarahan intrakranial atau tanda2 iskemik serebral terutama
rentan terhadap kelainan kognitif
Kondisi yang didapat infeksi, trauma kepala, masalah lain
Faktor sosiokultural
Sinopsis Psikiatri, Kaplan dan Sadock
3. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental
ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (
sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
4. Klasifikasi
Derajat RM IQ Usia prasekolah Usia sekolah (0-21 Usia dewasa
(0-5) tahun) (>21 tahun)
5. Manifestasi klinis
6. Diagnosis
b. Retardasi mental ringan
IQ berkisar 50 – 69
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri
dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal
7. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan :
Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan
Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga
3) Terapi?
4) Klasifikasi gangguan perilaku pada anak?
Menurut DSM IV :
Berikut adalah klasifikasi perilaku abnormal berdasarkan DSM IV TR dari Asosiasi Psikiatrik
Amerika (untuk penjelasan masing-masing sindrom silahkan baca di posting berikutnya.
GANGGUAN YANG BIASANYA MULAI TAMPAK PADA BAYI, KANAK-KANAK ATAU REMAJA
5) Apakah ada pengaruh antara gejala penakut dan tidak sabar dengan DD?
6) Apa yang dimaksud dengan perkambangan normal?
Perkembangan adalah proses perubahan menuju taraf kematangan, yang merupakan proses
yang progresif, teratur, dan berkesinambungan. Proses perkembangan ini terjadi pada berbagai
aspek (fisik, kognisi, afeksi, sosial, emosi, kepribadian), dimulai sejak konsepsi sampai dengan
kematian.
DEFINISI NORMAL
Tidaklah mudah untuk menentukan suatu tingkah laku sebagai normal atau abnormal. Normal
menunjuk pada standar, sedangkan abnormal (ab = jauh dari) berarti jauh dari atau
menyimpang dari standar.
Menurut Werner (....), ada beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai
Normal atau Abnormal, yaitu:
Karena setiap orang pasti mengalami ‘gangguan’, maka definisi normal ini
dihubungkan dengan kemampuan orang untuk mencari jalan dalam mengatasi
gangguan tersebut.
Tidak ada batasan yang paling tepat dari ketiga batasan di atas; ketiganya
diperlukan sebagai titik awal untuk membedakan antara anak berkelainan atau
tidak.
Michael Rutter (1975) mengatakan bahwa tingkah laku dianggap abnormal bila
terdapat gejala- gejala sebagai berikut:
1. Tingkah laku tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin
Kesembilan gejala tersebut tidak harus seluruhnya ada, tetapi makin banyak
faktor mengindikasikan makin jelas adanya kelainan (abnormalitas).
perkembangan penalaran
1. sensorimotor (0-2 tahun) memadukan panca indra dan motorik
sehingga gerakan terarah dan memiliki tujuan
2. pre operasional (2-7 thun) anak bisa meniru, meilliki imajinasi utk
bermain dg mainannya
3. oprasinal konkrit (7-11tahun) anak bisa menetapkan dan menafsirkan
4. operasional formal (11-18 tahun) anak menelusuri, menyelesaiakan
dari kemungkinan dalil, logis seperti orang dewasa
Perkembangan emosi
usia 2-6 tahun merupakan masa puncak dari rasa takut yg khas dlm pola
perkembangan normal
Perkembangan tingkah laku
1. umur 4-5 tahun dapat mengendalikan gerakan kasar
2. umur 6 tahun siap menyesuaikan diri dg tuntutan sekolah
3. tingkah laku menyimpang dapat mulai dari umur 6 tahun spt perilaku
agresif dan non agresif
Perkembangan sosialisasi
1. sebelum usia 2 tahun anak terlibat dalam permainan seorang diri atau
searah
2. sejak umur 3-4 tahun anak mulai bermain bersama dg kelompok dari
umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dg
orang2 diluar lingkungan rumah terutama dg anak-anak sebaya
Perkembangan komunikasi
1. reseptif dan ekspresif
2. menangis dan memberikan isyarat merupakan motivasi awal utk belajar
bicara
3. sebagian anak belum bisa mengucapkan sepatah kata pun sebelum
berusia 12 bulan
4. anak usia 12-18 bulan dapat menggunakan bentuk kalimat kata tunggal
5. kedua tahap normal tercapai pada usia 2 tahun
dibawah ini :
Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka
kurang variatif.
Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku
Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna,
misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama,
menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas
yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan
mengetok-ngetokkan sesuatu.
seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan
Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak
http://www.autisme.or.id/GPP_PDD/autisme_masa_kanak/.
definisi :
AUTIS
definisi
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang
terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih
Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup
di “alamnya” sendiri.
etiologi
teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin.
Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan metabolisme metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki
oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam
berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang
berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut
air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga,
perak atau zinc.
Diagnosa
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autisme para klinisi sering
A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimal harus
ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):
kurang, ekspresi muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh
perkembangannya
meniru.
•· Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada
gunanya
dalam bidang :
Interaksi sosial
Disorder).
Gejala Klinis
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu
deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati
dengan seksama dalam jangka waktu lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik
seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak
dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang
bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau
angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari,
misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian
harus melalui rute yang sama.
Gangguan perilaku
Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting
untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan
yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin
besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak
ditemukan pada usia yang semakin muda
Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak
menurut usia :
USIA 0 - 6 BULAN
DD
SINDROM ASPERGER
definisi
Adalah suatu kondisi dimana anak menunjukkan gangguan jelas dalam
Pedoman diagnosis
DD
SINDROM RETT
definisi
Pedoman diagnosis
1. Kriteria Diagnostik Sindrom Rett’s
A. Semua berikut
1) Perkembangan pra natal dan perinatal yg tampaknya normal
2) Perkembangan psikomotor yg tampaknya normal selama lima
bulan pertama setelah lahir
3) Lingkaran kepala yg normal saat lahir
B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal
1) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan
2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya
telah dicapai antara 5 dan 30 bulan dng diikuti perkembangan
gerakan tangan stereotipik (misalnya memuntirkan tangan
atau mencuci tangan)
3) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan (walaupun
seringkali interaksi social tumbuh kemudian)
4) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yg
terkoordinasi secara buruk
5) Gangguan parah pd perkembangan bahasa ekspresif dan
reseptif dng retardasi psikomotor yg parah
DD
Pedoman diagnostik
RETARDASI MENTAL
definisi
Definisi menurut NOYES :
Individu yang mempunyai keterbatasan keprobadian, sehingga
mengakibatkan kegagalan untuk mengembangkan kapasitas
intelektualnya, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
lingkungannya, menjadi seseorang yang mandiri.
Keterbatasan kemampuan intelektual ini dapat terjadi oleh karena
gangguan perkembangan otak akibat pengaruh genetic, malnutrisi,
penyakit-penyakit tertentu, trauma pada otak baik sebelum lahir,
pada waktu proses kelahiran maupun segera setelah kelahiran.
Keterbatasan intelektual dapat juga terjadi oleh karena
konsekuensi dari gangguan perkembangan akibat kurangnya
stimulasi lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan keluarga
ataupun lingkungan sosialnya.
etiologi
manifestasi kllinis
klasifikasi
IQ berkisar 50 – 69
dewasa
menulis
penderita
Gambaran klinis
Terdapatnya etiologi organik
IQ biasanya di bawah 20
kasus
Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
PPDGJ III
diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk RM:
1. Fungsi intelektual yg secara bermakna dibawah rata2 I.Q kira2 70
atau kurang,yang dilakukan secara individual.
2. Adanya deficit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif
sekarang pada sekurang2nya dua bidang ketrampilan berikut :
komunikasi, merawat diri sendiri, dirumah, ketrampilan
social/interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan
diri sendiri, ketrampilan akademik fungsional, pekerjaan, liburan,
kesehatan dan keamanan.
3. Onset sebelum usia 18tahun.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Neurologis
DD
Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik:
1) Uji Laboratorium
Uji intelegensi standar dan uji perkembangan
Pengukuran fungsi adaptif
2) EEG (Elektro Esenflogram)
Gejala kejang yang dicurigai
Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT ata MRI
Pembesaran kepala
Dicurigai kelainan otak yang luas
Kejang lokal
Dicurigai adanya tumor intra kranial
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
AUTISME
Definisi:
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada
dunianya sendiri (Suryana, 2004).
Ciri-ciri autisme:
Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), kriteria
diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:
A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari
(1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3):
1. Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan
setidak-tidaknya dua dari hal berikut:
a) Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non
verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur
untuk mengatur interaksi sosial.
b) Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat
menurut tahap perkembangan.
c) Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi
kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti
dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).
d) Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.
2. Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidak-
tidaknya satu dari hal berikut:
a) Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa
(tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam
alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik).
b) Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan
kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan
orang lain.
c) Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau
bahasa yang aneh.
d) Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan
atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.
3. Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan berbentuk tetap,
ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu
dari hal berikut:
a) Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang
berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.
b) Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang
spesifik.
c) Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau
mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari
keseluruhan tubuh).
d) Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek
B. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya dalam 1 dari area berikut,
dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang
digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan simbolik atau imajinatif.
C. Gangguan tidak lebih baik bila dimasukkan dalam Rett’s Disorder atau Childhood
Disintegrative Disorder.
RETARDASI MENTAL
Definisi:
1. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO,
MENKES 1990).
2. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter
CH, Toback C).
Etiologi:
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktor-faktor yang
potensial sebagai penyebab Retardasi Mental:
Non organik:
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
Faktor sosiokultural.
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
Penelantaran anak.
Organik:
Faktor Pra-konsepsi
Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneous).
Kelainan kromosom.
Faktor Pre-natal
Gangguan pertumbuhan otak trimester I
Kelainan kromosom
Infeksi intra uterin, misal HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
Disfungsi plasenta
Kelainan konginetal dari otak
Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
Infeksi intra uterin, misal HIV
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)
Ibu DM, PKU
Toksemia gravidarum
Disfungsi plasenta
Ibu malnutrisi
Faktor Peri-natal
Sangat prematur
Asfeksia neotorum
Trauma lahir
Meningitis
Kelainan metabolik
Faktor Post Natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Neurotoksin
CVA
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal
Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis
Patofisiologi:
Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa,
ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana
prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan keamanan akademik
fungsional bersantai dan bekerja.
Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis itu
meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan
muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi
tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan
muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya
dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul berbagai masalah
dalam keperawatan.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.
Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.
ADHD
Definisi:
ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,
(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan
Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang
memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.
Etiologi:
Bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil penelitian Faron dkk, 2000,
Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF Baihaqi &Sugiarmin, 2006), yang
mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya
ADHD, yaitu:
Faktor genetika
Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting
dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga
ADHD memiliki gangguan, yaitu jik orang tua mengalami ADHD, maka anaknya
beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami.
ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD.
Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul
genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan
demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu
menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa
terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul
pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan
pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi
lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi
tinggi)menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini
meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam
bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia.
Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan
respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan
ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD
mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD.
Ciri-ciri ADHD:
a. Inatensi
Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah
teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh
perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu
mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
b. Impulsifitas
Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak
disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga
sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk
mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan
ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun
lingkungannya.
c. Hiperaktivitas
Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang
dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak
bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang
aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak
mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya,
sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.
Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.
American Psychiatric Assosiations (2005). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM IV). Washington, DC. American Psychiatric Associations.
Alberto, P. A,. & Anne, C. A,. (1986). Applied Behavior Analysis for Teachers. Ohio:
Merrill Publishing Company.
Grad, L. Flick. (1998). ADD/ADHD Behavior-change Resource Kit. New York: The
Center for Applied Research in Education.
Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier:
a) Pencegahan primer
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang
menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari
profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik dapat membantu.
b) Pencegahan sekunder
Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit.
c) Pencegahan tertier
Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi
3.
1. Berat ringannya derajat kelainan
Semakin ringan gangguan autis maka kesembuhan anak autis akan berjalan lebih cepat
daripada yang menderita autis berat.
2. Usia anak saat pertama kali ditangani
Terapi yang dimulai sedini mung-kin sebelum usia 5 tahun lebih membantu kesembuhan
anak autis karena perkem-bangan paling pesat dari otak ma-nusia terjadi pada usia 2-3
tahun. Sebaliknya penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih
lambat. Jika sudah terdeteksi sejak dini tentunya akan semakin cepat proses
pe-nanganannya. Banyak metode dan cara untuk mendidik anak autis.
3. Proses pendidikan dan pengajaran
Proses pendidikan dan pengajaran tersebut baik datang dari anak, orang tua, lingkungan
keluarganya juga sarana prasarana dan strategi belajar.
Lingkungan keluarga yang mendukung kesembuhan anak autis akan lebih membantu
keberhasilan anak autis dalam pendidikannya daripada lingkungan keluarga yang tidak
menerima kehadirannya, menyembunyikan dan tidak mengakui anak autis tersebut.
Penerimaan di sini bukan hanya secara moral saja, tetapi dapat di-aplikasikan ke dalam
bentuk perilaku yang memberikan pendidikan pada anak autis dengan menye-kolah-kan
pada se-kolah khusus autisme atau lembaga pusat terapi anak kebutuhan khusus.
Pen-didikan anak autisme tidak hanya dari sekolah atau terapi saja tetapi juga di-butuhkan
peran orang tua dan anggota ke-luarga di rumah. Adapun pendidikan di ru-mah adalah
menyesuaikan dengan tu-gas per-kembangan anak dan me-lanjutkan materi dari sekolah
khusus autisme.
Peran orang tua dalam penyem-buhan anak penderita autisme sangatlah penting. Pertama
adalah pekerjaan ru-mah, kedua generalisasi yaitu men-tranfer kegiatan yang dipelajari di
sekolah ke tempat lain. Hal ini membutuhkan peran dari orang tua. Juga mengenai sosialisasi
orang tua harus ikut berperan sebab waktu di sekolah hanya se-kitar 6 jam saja, sisa waktu
lebih banyak di rumah karena itu kerja sama antara orang tua dan guru perlu sekali. Orang
tua adalah orang yang paling kenal dengan anak, jadi guru, dokter, dan terapis harus
mendengar informasi dari orang tua anak autis. Orang tua harus mempunyai pemahaman
tentang anak autis. Selain harus melakukan peng-obatan secara me-dis, orang tua juga
di-tun-tut bijak dan sabar me-ng-hadapi kon-disi anak.
Selain itu strategi belajar juga sangat menentukan, penggunaan sarana prasarana serta
metode yang dipakai untuk menerapi anak autis. Terapis yang kreatif dan berpengalaman,
metode terapi yang disertai media belajar yang mendukung, akan membantu kesembuhan
anak autis lebih cepat dibandingkan dengan terapis yang ala kadarnya serta sarana dan
prasarana yang seadanya. Intensitas waktu terapi anak autis juga ikut berpengaruh dalam
cepat lambatnya kesembuhan. Apapun metode dan terapi yang di-pilih penanganan harus
terstruk-tur, terpola, konsisten, kontinyu dan terprogram. Penanganan harus
dipertimbangkan sesuai de-ngan ke-butuh-an dan usia anak.
4. Kesehatan
Anak autis yang sakit-sakitan akan memperlambat kesembuhannya. Gizi dan nutrisi anak
autis yang tercukupi mempengaruhi perkembangan fisik sekaligus kemampuan berpikir si
anak. Anak autis biasanya memiliki gangguan metabolisme dan problem pencernaan.
5. Kecerdasan
Semakin cerdas anak autis, maka semakin cepat daya penangkapan materi. Dengan
demikian anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata akan lebih lambat daripada anak autis
yang memiliki IQ rata-rata maupun di atas rata-rata.
SUMBER :
Maulana Mirza. 2007. A
AUTIS
1. Definisi
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah
pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum ( 1982), autisme berarti
preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih
banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat
kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme
sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Autisme bisa terdeteksi
pada anak berumur paling sedikit 1 tahun
Dra.ELVI ANDRIANI YUSUF Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara
2. Etiologi
a) Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal
timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di
mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme berikut:
1. Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai
akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak.
Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku,
obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya
menjadi autistik.
2. Teori Biologis
a. Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki
resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal.
b. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan
awal, obatobatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
c. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama
dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan
oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
d. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum
dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel
purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga
kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
3. Keracunan logam
berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambanga batu bara,
dlsb.
4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan.
Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan
kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena
adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.
3. Diagnosis
Kriteria Autisme berdasarkan DSM-IV:
DD :
Skizofrenia onset masa anak-anak
RM dgn gejala perilaku
Gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran
Afasia didapat dgn kejang
Ketulian congenital / gangguan pendengaran parah
Pemutusan psikososial
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)
Penatalaksanaan :
Tujuan terapi adl menurunkan gejal perilaku dan membantu perkembangan fungsi yg
terlambat / tidak ada, seperti merawat diri, keterampilan bahasa. Disamping itu, orang
tua yg sering kecewa, memerlukan bantuan dan konseling.
- Latihan diruang kelas yg terinstruktur dalam kombinasi dg metode perilaku.
Psikofarmakologi haloperidol, fenfluramin, Lithium
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)
Prognosis
2/3 org dewasa autistic tetap mengalami kecacatan parah dan hidup dg ketergantungan
atau setengah tergantung. 1-2% normal, 5-10% normal ambang. Prognosis membaik
jika lingkungan / rumah adl suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tsb sangat
banyak. 4-32% memiliki kejang grand mall pd masa anak akhir / masa remaja dan
kejang memperburuk prognosis.
RETARDASI MENTAL
1. Definisi
Menurut NOYES retardasi mental adalah individu yang mempunyai
keterbatasan kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk
mengembangkan kapasitas inetelektualnya, yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi seorang yang mandiri.
Menurut ROAN retardasi mental adalah individu dengan keterbatasan
kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat
terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya atau terhadap harapan dari
masyarakatnya, supaya dapat mempertahankan hidupnya tanpa dukungan
dan bantuan dari luar.
Menurut MaramisRetardasi mental adalah individu dengan keadaan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
masa lahir atau sejak masa anak)
Menurut PPDGJ II
Individu dengan keadaan yang terdiri dari:
d. Fungsi intelektual umum dibawah rata2 yang cukup bermakna (IQ<
70)
e. Yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau
hendaya dalam perilaku adaptif
f. Timbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental, dr. Ismed Yusuf, FK UNDIP 1991
2. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat dibagi dalam kelompok :
(i) Biomedik, dan
(ii) Sosiokultural, psikologik dan lingkungan.
B. Natal
1. anoxia otak karena asphyxia, misalnya karena partus lama
2. trauma kelahiran
3. prematuritas/berat badan lahir rendah.
C. Postnatal
1. malnutrisi bayi : Perkembangan inteligensi anak, sangat dipengaruhi bila
defisiensi protein terjadi sejak lahir sampai umur 2 tahun.
2. Infeksi : encephalitis, meningitis, febrile convulsion yang lama dan
sering.
3. Trauma kapitis.
4. Anoxia otak : karena status epilepticus atau dehydrasi (gastroenteritis
berat). 25% dari retardasi mental mempunyai IQ dibawah 50 dan ada
hubungannya dengan sebab-sebab biomedik.
3. Diagnosis
n. Retardasi mental ringan
IQ berkisar 50 – 69
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada
normal
ADHD
1. Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Gangguan perkembangan mental (developmental disorder) yang ditandai dengan
adanya gangguan pemusatan perhatian dan tingkah laku yang hiperaktif.
2. Etiologi
Gangguan saraf karena otak gagal dalam mengkoordinasikan informasi serta
kelainan dalam disfraksi atau respon saraf motoris.
i. Faktor lingkungan/psikososial, seperti:
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat
hamil, dan alkohol.
ii. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2 dan
D4) pada kromosom 11p. Pada anak dengan GPPH ini pompa yang mengatur
keseimbangan pengeluaran dan penarikan kembali dopamine tersebut bekerja
terlalu cepat, sehingga dopamine yang bertugas tidak terdistribusi dengan
baik. Karena terjadi gangguan inilah emosi si anak menjadi tidak terkontrol
iii. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis
di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat
serta gangguan fungsi oligodendrosit.
3. Diagnosis
Diagnosa menurut DSM-IV
A. (1) atau (2)
(1) Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi). memenuhi 6 atau lebih
gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan
pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan
Tidak mampu memberikan perhatian terhadap hal-hal yang kecil,
sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi
saat mengerjakan tugas di sekolah.
Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus-menerus pada
saat menyelesaikan tugas atau bermain.
Sering tampak seperti tidak memperhatikan.
Sering tidak dapat mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan
tugas sekolah atau tugas lainnya
Sering mengalami kesulitan mengatur tugas atau aktivitas lainnya
Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan
perhatian terus menerus.
Sering kehilangan barang-barang atau alat yang diperlukan
Perhatian mudah teralih rangsangan dari luar.
Sering lupa menyelesaikan tugas/kegiatan rutin sehari-hari
(2) Hiperaktivitas dan Impulsivitas
Sekurang kurangnya ada 6 dari gejala gangguan hiperaktivitas dan
impulsivitas ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir pada tingkat
menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
Sering tangan dan kaki tidak bisa diam atau banyak bergerak di
tempat duduk
Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan di
kelas atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk
Sering berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan
Tidak dapat mengikuti aktivitas atau bermain dengan tenang dan
santai
Selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin
Sering banyak berbicara
Impulsivitas
Terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
didengar
Sulit menunggu giliran
Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas
muncul sebelum usia 7 tahun
Tanda ADHD
Semua tanda belum tentu sebagai didiagnosa Attention deficit/hyperactivity disorder
(ADHD). Tetapi, tanda kurangnya perhatian selalu harus ada untuk diagnosa.Tanda
harus ada di dua atau lebih tempat (misalnya, rumah dan sekolah) dan harus
mengganggu masalah sosial atau fungsi akademis.
4. Terapi
b) Farmakoterapi
1. Methylphenidate
Mekanisme kerja methylphenidate adalah meningkatkan pelepasan
dopamine dan noradrenalin di dalam otak. Zat tersebut juga memblokir
masuknya kembali kedua neurotransmiter itu kedalam otak . Zat tersebut
juga memblokir masuknya kembali kedua neurotransmitter itu ke dalam
otak. Saat methylphenidate dikembangkan dengan teknologi mutakhir
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penderita ADHD dalam
mengontrol kadar neurotransmitter. Salah satu teknologinya dengan
OROS
Teknologi OROS ( osmatic release oral system ) terdapat pada obat yang
diminum sekali sehari dan dapat bekerja efektif selama 12 jam.
2. Amphetamine
3. Atomoxetine
4. Pemoline
5. Nortriptyline
c) Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untruk membantu anak dengan ADHD untuk
beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.
d) Psikoterapi : termasuk terapi individual, terapi keluarga, terapi kelompok
e) Terapi lainnya : termasuk terapi edukasi khusus, wicara, perilaku, okupasi &
fisioterapi.
f) Rutin komunitas care
Prognosis :
Anak dengan ADHD secara umum tidak menjadi terlalu besar kurangnya
perhatian mereka, walaupun mereka dengan hyper-aktivitas cenderung untuk menjadi
agak lebih tidak impulsif dan hiper-aktif dengan usianya. Tetapi, kebanyakan remaja
dan orang dewasa belajar menyesuaikan diri terhadap kurangnya perhatian mereka.
Masalah lain yang muncul atau menetap di masa remaja dan kedewasaan termasuk
prestasi akademis yang buruk, rendah penghargaan terhadap diri sendiri, kegelisahan,
depresi, dan kesukaran dalam mempelajari prilaku sosial yang pantas. Penting,
mayoritas anak itu dengan ADHD menjadi orang dewasa produktif, dan orang dengan
ADHD kelihatannya menyesuaikan diri lebih baik bekerja daripada situasi sekolah.
Tetapi, jika kekacauan tak diobati di masa kecil, risiko penyalahgunaan alkohol atau
bahan lainnya atau bunuh diri mungkin meningkat.
SINDROM RETT
1. Definisi
kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak.
Lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja
dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan
perhatian seperti asumsi selama ini.
2. Manifestasi Klinis
Kriteria Diagnostik Sindrom Rett’s
C. Semua berikut
4) Perkembangan pra natal dan perinatal yg tampaknya normal
5) Perkembangan psikomotor yg tampaknya normal selama lima bulan
pertama setelah lahir
6) Lingkaran kepala yg normal saat lahir
D. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal
6) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan
7) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah dicapai
antara 5 dan 30 bulan dng diikuti perkembangan gerakan tangan
stereotipik (misalnya memuntirkan tangan atau mencuci tangan)
8) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan (walaupun seringkali
interaksi social tumbuh kemudian)
9) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yg terkoordinasi
secara buruk
10) Gangguan parah pd perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dng
retardasi psikomotor yg parah
Penatalaksanaan :
Fisioterapi
Terapi perilaku
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)
ASPERGER
3. Definisi
Suatu kondisi yg ditandai dg ggn dalam :Interaksi sosial dan terhambat perhatian
& perilaku spt yg terlihat dalam autisme, tetapi tidak ada keterlambatan dalam
bicara, dan bahasa reseptif, perkembangan kognitif, ketrampilan menolong diri
sendiri,atau keingintahuan thd lingkungan
4. Manifestasi Klinis
Interaksi sosial : kaku, tidak sensitif dg perasaan, komunikasi yg samar-samar
hubungan persahabatan sulit, saat bicara kurang atensi/tidak menatap,
menyukai rutinitas dan terstruktur
Motorik
Riwayat kemahiran motorik yg tertunda : mengayuh sepeda, menangkap bola,
sulit mengikat tali sepatu, sulit berbaris, kesulitan menulis, kemampuan
komputer bagus, gerakan stereotipik (+)
kognitif
Tidak ada defisit kognitif daya ingat ?
Bentuk, data, fakta, waktu ingat dg seksama
IQ normal – superior
Gangguan imajinasi dan kreativitas
Bahasa
Bicara agak formal dg tata bahasa yg tinggi Little professor
Pola intonasi terbatas, cepat, tersentak-sentak, tangensial, sirkumstansial, tidak
peduli pendengar
Penatalaksanaan :
Pemberian treatment difokuskan pada tiga bidang simtom yang muncul
pada AS; komunikasi, perilaku mengulang dan fisik. Keberhasilan
treatment tergantung pada penyusunan program yang disesuaikan dengan
minat dan karakteristik sang anak.
Ketrampilan social
Ketrampilan sosial (social skills training) bertujuan untuk mengajarkan
anak dengan ketrampilan dalam berinteraksi dengan anak-anak
sebayanya.
Penderita AS mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada
aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk
mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup.
Penderita AS diajarkan teknik coping dari perilaku orang-orang
disekelilingnya, dengan mencontoh perilaku orang individu juga srategi
menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering
terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial
dan frustrasi. Disamping itu pasien juga dilatih untuk mengenal situasi
sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi baru.
Ketrampilan berkomunikasi
Anak diberikan cognitive behavioral therapy (CBT) yang bertujuan untuk
membantu anak dalam memanage emosinya secara lebih baik sehingga
anak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, terapi ini juga berguna
untuk mengendalikan perilaku mengulang dan rutinitas. Terapi ini dapat
dilakukan secara individual ataupun dengan kelompok.
Terapi komunikasi dan bahasa meliputi; perilaku nonverbal, mengenal
dan membaca perilaku nonverbal pada orang lain, kesiagaan
diri, perspective taking skill, dan interpretasi komunikasi.
Medikasi
Perlu diingat bahwa tidak ada obat-obatan medis yang dapat
menyembuh gangguan AS ini, dokter akan memberikan obat bila disertai
dengan beberapa gejala lain berupa gangguan kecemasan,
atau depresi misalnya.
Pemberian obat-obatan seperti jenis serotonin; risperidone, olanzapine,
quetiapine diperuntukkan untuk meredam perilaku agresivitas atau self
injuries.
Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetin diberikan bila disertai dengan
gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan
perilaku obsesif.
Lainnya
Terapi fisik dan sensorik untuk mengetahui permasalahan yang mengakut
system koordinasi dan psikomotorik.
Prognosis
IQ normal dan tingkat ketrampilan social yg tinggi prognosis baik
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry,
Lippincott & William, London)