Anda di halaman 1dari 119

Gangguan Prilaku Pada Anak

LBM 5

Steps 1

 Insabilitas genomik :
 Pemeriksaan intelegensia : pemeriksaan yg digunakan untuk mengtahui IQ seseorang.
 Pemeriksaan sitogenetik : Pemeriksaan unk mempelajari kromosom yg normal/abnormal

Steps 2

1. Hubungan ibu suka makan2an seafood dengan keluhan?


2. Kenapa ditemukan gangguan perkembangan dan adaptasi anak susah daripada anak
sebayanya?
3. Bagaimana tahapan perkembangan anak sampai usia 7 th?
4. Pemeriksaan intelegensia apa saja unk mengetahui nilai intelektual pasien?
5. Mengapa anak mengalami kemampuan bicara terhambat terutama huruf l,r,s dan sering
sakit2an?
6. Klasifikasi dr Retardasi Mental?
7. Definisi Retardasi Mental.
8. Pemeriksaan penunjang selain sitogenetik dan intelegensi?
9. Apa saja kelainan kromosom yang berhubungan dengan sekenario?
10. Bagaimana cara penegakan diagnosa pada sekenario?
11. Apa maksud interpretasi IQ 50 dr skenario?
12. Bagaimana intoksikasi logam berat mempengaruhi kasus di skenario?
13. Apa saja faktor penyebab gangguan seperti skenario?

Steps 3

1. Mengapa anak mengalami kemampuan bicara terhambat terutama huruf l,r,s dan sering
sakit2an?
- Ada gangguan pendengaran (gangguan bicara selain l,r,s)
- Ada gangguan deprifas :i tdk mendapat rangsang dr lingkungan sekitar (keluarga)
- Bilingual : Penggunaan lebih dari 1 bahasa diterapkan pada anak. Bingung
menggunakan bahasa sehari2. Umur berapa?
- Gangguan bicara :Mikro/makro glosi,bibir sumbing,mutisme selektif( keadaan
tertentu)
- Retardasi Mental.

Kelainan bawaan
- Frenulum lidah menempel  disatria adanya
kelumpuhan,kelemahan,kekakuan,gangguan koordinasi alat ucap.S,T,L,R,N
penanganan dioprasi.

Karena adanya gg sistem saraf pusat di area brocca.

Prilaku oleh organ apa?

Kognitif organ apa?

Sosial organ apa?

2. Kenapa ditemukan gangguan perkembangan dan adaptasi anak susah dari pada anak
sebayanya?

3. Pemeriksaan intelegensia apa saja unk mengetahui nilai intelektual pasien?


- T.Simon
Ma/Ca X 100 untuk usia 6-16 th
- Retradasi Sedang
IQ 50-69
- Moderate
IQ 35-49
- Severre
IQ 20-34
- Provound retardation
IQ < 20

DDST (Denvert development screaning test)


- Personal Sosial
Bersosialisasi dengan lingkungan sosial
- Fine motor adaptif

- Bahasa

- Gross motor
Sikap tubuh

4. Definisi Retardasi Mental.


Seseorang dengan ketrbatasan kemampuan / terhentinya proses perkembangan otak
sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
5. Klasifikasi dr Retardasi Mental?

Retradasi Ringan

IQ 50-69
Bahas cenderung lambat tp dapat komunikasi biasa.

Moderate

IQ 35-49

Tergantung bahasa oleh teman2nya

Severre

IQ 20-34

Sedang ada gambaran klinis. Terdapat gg organik

Provound retardation

IQ < 20

Pemahaman bahasa sangat terbatas.

RM Lainnya

Tuli,buta,bisu

Perkembangan adalah peningkatan kemampuan seseorang didapat dari belajar.

6. Apa maksud interpretasi IQ 50 dr skenario?


7. Apa saja kelainan kromosom yang berhubungan dengan sekenario?
8. Pemeriksaan penunjang selain sitogenetik dan intelegensi?
9. Bagaimana cara penegakan diagnosa pada sekenario?

Steps 4

Steps 5

Steps 6

Steps 7

1. Hubungan ibu suka makan2an seafood dengan keluhan?

Toksisitas beberapa logam berat

Logam berat Kisaran lingkat racun


(ppb)

Ar / Arsen 3.000 – 60.000

Pb / Timah hitam 1.000 – 100.000


(anorganik)

Pb / Timah hitan 0,02 – 300


(organik)

Zn / Seng 200 – 20.000

Cu / Tembaga 20 – 100.000

Cd / Kadmium 0,1 – 50

Hg / Air raksa 5 – 4.000


(anorganik)

Hg / Air raksa 0,2 – 8.000


(organik)

Sumber : Wilson, 1988

Tabel 1. Kelompok Makanan Yang Tercemar Timbel

No. Kelompok Kadar Timbel


Makanan (mikrogram/kg)

1 Makanan kaleng 50 – 100

2 Hasil ternak 150


(hati, ginjal)
3 Daging 50

4 Ikan 170

5 Udang dan >250


kerang

6 Susu sapi, buah 15 – 20


dan sayuran

Sumber: http://www.fishyforum.com

2. Bagaimana intoksikasi logam berat mempengaruhi kasus di skenario?


Studi Toksisitas Timbal menunjukkan bahwa kandungan Timbal dalam darah
sebanyak 100 mikrogram/l dianggap sebagai tingkat aktif (level action)
berdampak pada gangguan perkembangan dan penyimpangan perilaku.
Sedangkan kandungan Timbal 450 mikrogram/l membutuhkan perawatan segera
dalam waktu 48 jam. Lalu, kandungan Timbal lebih dari 700 mikrogram/l
menyebabkan kondisi gawat secara medis (medical emergency). Untuk
kandungan timbal di atas 1.200 mikrogram/l bersifat sangat toksik dan dapat
menimbulkan kematian pada anak. Kadar Timbal 68 mikrogram/l dapat
menyebabkan anak makin agresif, kurang konsentrasi, bahkan menyebabkan
kanker.
Senyawa/bahan kimia, mikroorganisme dan cemaran fisik berbahaya yang terdapat
pada produk perikanan antara lain disebabkan oleh lingkungan tempat hidup ikan,
termasuk lokasi budidaya. Logam berat terutama merkuri merupakan bahan cemaran
yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan efek akumulatif seperti halnya
penyakit Minamata di Jepang (Anon, 2000). Pada daerah perairan yang
berdampingan/berdekatan dengan industri berat diduga tingkat pencemarannya lebih
tinggi dibandingkan dengan perairan yang tidak berdekatan dengan industri berat. Hal
ini disebabkan senyawa logam berat banyak digunakan dalam industri sebagai bahan
baku, katalisator, fungisida maupun bahan tambahan lainnya. Menurut FDA di dalam
Anon (1998), selain merkuri (Hg), jenis logam berat yang membahayakan kesehatan
antara lain timbal (Pb), kadmium (Cd), arsen (As), khromiun (Cr) dan nikel (Ni). Jenis
biota laut yang sangat potensial terkontaminasi logam berat adalah kekerangan
mengingat cara makannya dengan menyaring air. Di samping itu, sifat kekerangan ini
lebih banyak menetap (sessile) dan bukan termasuk migratory (Wahyuni & Hartati,
1991), sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat
akumulasi logam berat pada organisme laut.
Berdasarkan Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) kadar
Hg maksimum pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0,5 ppm dan kadar Pb
sebesar 2 ppm. Menurut Inswiasri dkk. (1997), rata-rata kadar Hg dan Pb di perairan
Teluk Jakarta masing-masing adalah 0,004 ppm dan berkisar antara 0,00 – 1,57 ppm.
Kadar logam berat tersebut akan terakumulasi apabila limbah buangan industri di sekitar
perairan Teluk Jakarta meningkat terutama oleh pabrik penghasil peralatan listrik, pabrik
baterai dan industri penghasil tinta (Darmono, 1995).
Logam berat (Hg dan Pb) dalam air kebanyakan berbentuk ion dan logam tersebut
diserap oleh kerang secara langsung melalui air yang melewati membran insang atau
melalui makanan. Selain melalui insang, logam berat juga masuk melalui kulit (kutikula)
dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun dalam
jantung dan ginjal kerang (Noviana, 1994; Laws, 1981). Menurut Hutagalung (1991),
kemampuan biota laut (ikan, udang dan moluska) dalam mengakumulasi logam berat di
perairan tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi
lingkungan seperti pH, suhu dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka
akumulasi logam berat semakin meningkat. Toksisitas logam berat dalam kerang yang
ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan
kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya (Sukiyanti, 1987). Sifat toksik logam Hg
dalam bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian
pada larva bivalvia (muloska) dan konsentrasi Pb sekitar 2,75 ppm mulai bersifat letal
bagi biota perairan seperti krustasea (Mulyaningsih, 1998).
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg),
kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co)
(Sutamihardja dkk, 1982).
Hg2+ >Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+> Cr2+ >Sn2+ > Zn2+

3. Apa saja faktor penyebab gangguan seperti skenario?


http://images.lifescript.com/images/ebsco/images/si55551132.jpg

FAKTOR PENYEBAB
A. Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial.
B. Keruskan fisik otak.
C. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus.
D. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan.
E. Kelainan Kromosom
1. Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri,
memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan
terus terjadi mulai usia 1 s/d 30 tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan
hidup tidak lebih dari 40 tahun.
2. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis:
gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi
Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.

Quantum Special Need Training Center : Pedoman Diagnosis

Etiologi
Adanya “disfungsi otak” merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk
mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik
dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft
LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-Faktor Yang Potensial Sebagai Penyebab Retardasi Mental
1. Non-Organik
- Kemiskinan dan keluarganya yang tidak harmonis
- Factor sosio cultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak

2. Organik
- Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene ( penyakit –penyakit metabolik, kelainan
neurokutaneus, dll )
b. Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic
familial.
- Factor prenatal
a. Gangguan pertumbuhan otak trimester I
· Kelainan kromosom ( trisomi, mosaik, dll)
· Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
· Zat-zat teratogen ( alcohol, radiasi, dll )
· Disfungsi plasenta
· Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
· Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV
· Zat- zat teratogen ( alcohol, kokain, logam berat, dll )
· Ibu : diabetes mellitus, PKU ( phenilketonuria )
· Toksemia gravidarum
· Disfungsi plasenta
· Ibu malnutrisi
- Factor perinatal
a. Sangat premature
b. Asfiksia neonatorum
c. Truma lahir : perdarahan intracranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolic : hipoglikemik, hiperbilirubinemia
- Factor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neurotoksin, misalnya logam berat
c. CVA ( Cerebrovaskuler accident )
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolic
· Gizi buruk
· Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipotiroid
· Amino aciduria, misalnya PKU
· Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia dll
· Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
· Cerebral lipidosis ( Tay Sachs ), dengan hepatomegali ( Gaucher )
· Penyakit degeneratif/ metabolic lainnya.
f. Infeksi
· Meningitis, ensefalitis, dll.
· Subakut sklerosing panasefalitis

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social
ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga
secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya
maturasi. Demikian pula dengan keadaan social ekonomi yang rendah dapat
sebagai penyebab organic dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat
yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak di kota dari golongan social
ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun
pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.

1)

I. Faktor lingkungan/psikososial
 Konflik keluarga.
 Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
 Jumlah keluarga yang terlalu besar.
 Orang tua terkena kasus criminal
 Orang tua dengan gangguan jiwa
 Anak yang diasuh di penitipan anak.
 Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil,
dan alkohol.

II. Faktor Neurobiologis


Faktor-faktor yang justru menyokong timbulnya gejala GPPH adalah faktor
prenatal (infeksi, keracunan logam berat/ bahan toksik lain), prematuritas,
trauma kelahiran, maupun komplikasi kehamilan karena ibu banyak merokok
dan mengkonsumsi alkohol saat hamil yang berpengaruh terhadap perkembangan
sistim saraf.

Hasil penelitian 10-15 tahun akhir- akhir ini mendukung adanya pengaruh
gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala
ADHD. Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada
beberapa tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif (GPPH) yakni meliputi regio cortex
prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus callosum dan dua daerah
ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus caudatus. Demikian juga dari
hasil pemeriksaan PET Scan (Positron EmissionTomography) pada anak-anak
GPPH didapatkan penurunan metabolisme glukose di korteks prefrontal dan frontal
terutama sebelah kanan.

Ternyata didapatkan juga volume area korteks prefrontal lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Beberapa anak menunjukkan kelambatan
perkembangan otak (maturational delay) pada anak GPPH yang biasanya tampak
gejalanya pada usia 5 tahun. Perkembangan otak yang normal, biasanya
menunjukkan pertumbuhan secara cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8
tahun, 10- 12 tahun dan 14-16 tahun. Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif yakni
mengatasi masalah, perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan tugas
individu. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan bahwa ada
penurunan aktivitas metabolik di daerah- daerah di atas pada individu dengan
ADHD. Para peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan dalam pengaturan
transmisi saraf (regulatory circuits) antara korteks prefrontal, ganglia basal, dan
cerebellum yang diduga merupakan penyebab terjadinya gejala ADHD. Komunikasi
dalam otak dalam area di atas menggunakan neurotransmiter dopamin dan
noradrenalin. Pada anak GPPH terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin.

Neurotransmiter catecholamine yakni dopamine dan norepinephrine berperan


besar dalam hal atensi, konsentrasi yang dihubungkan dengan fungsi kognitif
misalnya motivasi, perhatian dan keberhasilan belajar seseorang.

 norepinephrine, ditekankan peran “prefrontal noradenergic pathways” dalam


mempertahankan dan memusatkan perhatian seperti memberikan energi pada
kelelahan, motivasi dan perhatian.

 sistem dopaminergik, peran proyeksi mesokortikal dopamin mempengaruhi juga


fungsi kognitif seperti kelancaran bicara, proses belajar yang berurutan (serial
learning), waspada pada tugas eksekutif, mempertahankan dan memusatkan
perhatian, mengutamakan perilaku yang berhubungan dengan aspek sosial.

Sistem dopaminergik terdiri dari dua cabang utama:

 Cabang mesokortiko limbik yang berasal dari area tegmentalis ventral dan
diproyeksi ke korteks prefrontal, nucleus accumbens, dan tuberculus
olfactorius. Hipofungsi pada sistem ini berhubungan dengan memendeknya
“delay gradient” yang berhubungan dengan terjadinya impulsivitas,
hiperaktivitas dan gangguan mempertahankan perhatian. Anak GPPH
cenderung lebih memilih rewards yang kecil tetapi yang dapat diperolehnya
dengan segera daripada rewards yang lebih besar tetapi ditunda waktu
perolehannya (delay gradient memendek). Anak normal lebih cenderung
memaksimalkan perolehan rewards walaupun harus menunda waktunya.
 Cabang nigrostriatal yang berasal dari substansia nigra dan diproyeksikan
terutama ke neostriatum (kompleks nucleus caudatus, putamen).
Hipofungsi pada sistem ini menyebabkan timbulnya beberapa gejala
sistem extrapyramidal (EPS) yang berhubungan dengan GPPH
yakni adanya gangguan motorik halus dan kasar (clumsiness),
memanjangnya “reaction time”, “response timing” yang buruk, gangguan
pengendalian gerak cepat pada mata, tulisan tangan yang jelek dan
sebagainya.

 Noradrenalin diperkirakan mempunyai efek pada fungsi kognitif individu melalui


“postsinaptic alpha 2A adrenergic receptor” pada neuron kortikal. Noradrenalin
berperan penting pada fungsi kognitif yakni pada tuntutan proses yang tinggi
(temporal discrimination dan timed choice reaction). Penekanan pada fungsi
noradrenalin menyebabkan kesukaran melakukan tugas- tugas yang berbeda-beda
(timed choice reaction) dimana tugas-tugas tampak terganggu bila dibutuhkan
ketekunan khusus untuk menyelesaikan tugas tersebut.

III. Faktor Genetik


Faktor Genetik GPPH lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita
GPPH. Keluarga keturunan pertama dari anak GPPH didapatkan lima kali lebih
banyak menderita GPPH daripada keluarga anak normal.

Studi-studi pada keluarga secara konsisten mendukung pernyataan bahwa


GPPH diwariskan dalam keluarga. Studi-studi ini menemukan bahwa orang tua
dengan anak- anak GPPH memiliki peningkatan dua hingga delapan kali lipat untuk
resiko GPPH. Sehingga, mereka menegaskan adanya faktor genetik pada ADHD dan
sekaligus menyediakan bukti-bukti untuk validitas diagnosisnya pada orang dewasa.
B

arr et al, 2000 dan Smalley et al, 1998 menyatakan bahwa gejala GPPH berhubungan
juga dengan Dopamine Transporter Gene (DATI) dan Dopamine D4 receptor
Gene (DR D4 gene). Diperkirakan ada 29% anak, remaja, dan orang dewasa
didapatkan DR D4 gene dengan 7 repeat allele.

Faraone et al, 2001 menunjukkan bahwa pada 5 dari 8 case control studies yang
diteliti didapatkan hubungan yang bermakna antara ADHD dan DR D4, 7 repeat
allele. Transmisi saraf tak berjalan dengan baik (blunted), mengganggu fungsi
kognitif dan emosi anak ADHD bila dopamine terikat dengan DR D4 7 repeat allele.

IV. Volume Otak


Volume Otak Total

Beberapa studi menemukan bahwa anak-anak dengan GPPH memiliki volume


otak total yang lebih kecil dibandingkan dengan anak- anak kontrol. Dengan
menggunakan kelompok besar anak laki-laki yang menderita GPPH dan para
subyek kontrol normal dengan usia yang sama, Castellanos et al. adalah para
peneliti pertama yang melaporkan bahwa anak- anak dengan GPPH memiliki rata-
rata 5% volume otak total yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol
yang berusia sama. Secara serupa, Berquin et al. melaporkan bahwa total volume
cerebral mereka adalah lebih kecil sebesar 6.1% dalam kelompok anak laki-laki
dengan GPPH dibanding kelompok kontrol.

Sumber : fk.uwks.ac.id

(Castellanos et al : Anatomic Brain Abnormalities in monozygotic Twins


Discordinant for Attention Deficit Hyperactivity Disorder: The American Journal Of
Psychiatry; sep 2003;160,9; pg.1693-1696)

Jenis retardasi mental :


a) Mental retardation ringan atau semu (Cultural familial retardation), disebabkan oleh
kondisi lingkungandan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung.
b) Mental retardation berat, disebabkan oleh faktor genetik yang dibedakan menjadi:
a. Down syndrome, yang terdiri dari :
1) Trisomy 21, terjadi kelebihan kromosom pada pasangan kromosom 21 yang
terdiri atas tiga kromosom. Biasanya terjadi pada anak-anak yang berasal dari
ibu yang mengandung pada usia kritis yaitu usia di bawah 20 tahun atau di
atas 40 tahun.
2) Mosaicism, terjadi karena adanya kegagalan dalam perkembangan sel secara
sempurna sehingga menimbulkan kelebihan atau kekurangan kromosom
pada tubuh.
3) Translocation, terjadi akibat adanya pasangan kromosom yang melekat pada
pasangan kromosom lainnya, sehingga menimbulakan gangguan terhadap
fungsi intelektual penderitanya.
b. Phenylketonuria (PKU), kemampauan tubuh untuk mengubah phenylalanin
menjadi tirosin terganggu sehingga tidak memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan tubuh.
c. Tay Sachs Disease, terjadi pembesaran pada tengkorak sehingga menimbulkan
kemunduran sistem syaraf. Penyakit ini biasa terdeteksi pada usia 6 bulan. Akibat
penyakit ini penderita kehilangan kemampuan intelektual dan otot-ototnya
menjadi lemah.
Intoksikasi logam beratdefek SSPgangguan pada pusat motorikbicara terhambat.
Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

4. Bagaimana tahapan perkembangan anak sampai usia 7 th?


1. ) ?
5 Domain Perkembangan :
1. Perilaku
2. Kognitif
3. Komunikasi
4. Emosi
5. Sosialisasi

PERILAKU

Tahap Perkembangan Motorik Halus


Pada Anak Normal
VISUAL UMUR
Fiksasi pandangan Lahir
Mengikuti benda melalui garis tengah 2 bulan
Mengetahui adanya benda kecil 5 bulan
MOTORIK HALUS UMUR
Telapak tangan terbuka 3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Meraih unilateral (secara sepihak) 6 bulan
Pincer grasp imatur 9 bulan
Pincer grasp matur dengan jari 11 bulan
Melepaskan benda dengan sengaja 12 bulan
PEMECAHAN MASALAH UMUR
Memeriksa benda 7 -8 bulan
Melemparkan benda 9 bulan
Membuka penutup mainan 10 bulan
Meletakkan kubus dibawah gelas 11 bulan
MENGGAMBAR UMUR
Mencoret 12 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Membuat garis spontan 18 bulan
Membuat garis horizontal dan vertikal 25 – 27 bulan
Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Membuat lingkaran spontan tanpa melihat contoh 3 tahun
MELAKSANAKAN TUGAS UMUR
Memasukkan biji kedalam botol 12 bulan
Melepaskan biji dengan meniru 14 bulan
Melepaskan biji spontan 16 bulan
MENYUSUN KUBUS (Gunakan kubus dengan sisi 2.5 cm) UMUR
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Menyusun 3 kubus 16 bulan
Kereta api dengan 4 kubus 2 tahun
Kereta api dengan cerobong asap 2.5 tahun
Jembatan dari 3 kubus 3 tahun
Pintu gerbang dari 5 kubus 4 tahun
Tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa melihat 6 tahun
contoh
MAKAN UMUR
Makan skuit yang dipegang 9 bulan
Minum dari gelas sendiri atau menggunakan sendok 12 bulan
BERPAKAIAN UMUR
Membuka baju sendiri 24 bulan
Memakai baju 36 bulan
Membuka kancing 36 bulan
Memasang kancing 48 bulan
Mengikatkan tali sepatu 60 bulan

Tabel 2:
Tahap Perkembangan Bahasa
Pada Anak Normal
RESEPTIF UMUR
Bereaksi terhadap suara Lahir
Tersenyum sosial 5 minggu
Orientasi terhadap suara 4 bulan
Mengerti perintah tidak boleh 8 bulan
Mengerti perintah tanpa mimik 14 bulan
Menunjuk 5 bagian tubuh yang disebutkan 8 bulan
Fase 1 (5 bulan),
Menoleh kepada suara bel fase 2 (7 bulan),
fase 3 (9 bulan)
Mengerti perintah ditambah mimik 11 bulan
EKSPRESIF UMUR
Ooo-ooo 6 minggu
Guu, guuu 3 bulan
a-guuu, a-guuu 4 bulan
Mengoceh 4-6 bulan
Dadadada (menggumam) 6 bulan
Da-da tanpa arti, Ma-ma tanpa arti 8 bulan
Dada 10 bulan
Mama & kata pertama selain mama 11 bulan
Kata kedua 12 bulan
Kata ketiga 13 bulan
4 – 6 kata 15 bulan
7 – 20 kata 17 bulan
Kalimat pendek 2 kata 21 bulan
50 kata & kalimat terdiri dari 3 kata 3 tahun
Kalimat terdiri dari 4 -5 kata, bercerita, menanyakan arti
4 tahun
suatu kata, menghitung sampai 20

Quantum Special Need Training Center : Pedoman Diagnosis


2.
KOGNITIF

Piaget mengemukakan empat periode kognitif yang berkembang pada manusia:

Periode I: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)


Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap,
menggenggam, dan memukul untuk menghadapi dunia yang dihadapi di depannya.
 Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa
 Interaksi dengan lingkungan bersifat sensorimotor dan mempermasalahkan
keadaan disini dan sekarang.
 Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat
berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka
adalah satu-satunya dunia yang ada.
 Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep object permanence.

Periode II:Tahap Praoperasional (2-7 tahun)


Anak-anak belajar berfikir menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan
batiniah. namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik
ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa.
Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan
subtahap pemikiran intuitif.
A. Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage)
Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage) ialah subtahap pertama
pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada
subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara
mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir secara simbolis
semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan kemampuan itu mengambangkan secara
cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk
menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain.
 Egosentrisme (egocentrism)
Egosentrisme adalah suatu ketidak mampuan untuk membedakan antara perspektif
seorang dengan perspektif orang lain.
 Animisme (animism)
Animisme adalah keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki
kualitas “semacam kehidupan” dan dapat bertindak. Anak kecil dapat memperlihatkan
animisme dengan mengatakan, “pohon itu mendorong dan daunnya jatuh” atau
“trotoar itu membuatku gila; trotoar itu membuatku membuatku jatuh”. Anak kecil
yang menggunakan keyakinan animism sulit membedakan kejadian-kejadian yang
tepat bagi penggunaan perspektif manusia dan bukan manusia. Namun, sebagian ahli
perkembangan percaya bahwa animism merupakan pengetahuan dan pemahaman
yang tidak lengkap, bukan suatu konsepsi umum tentang dunia (Dolgin & Behrend,
1984).
B. Subtahap Pemikiran Intuitif (intuitive thought subtage)
Subtahap Pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang
terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk
pertayaan. Piaget menyebut periode waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak
usia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka,
tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu.
Maksudnya mereka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan
pemikiran rasional. suatu contoh kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah
kesulitan menaruh benda-benda ke dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya
ketika dihadapkan pada sekumpulan objek acak yang dapat dikelompokkan bersama
atas dasar dua atau lebih sifat, anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan
sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang
tepat.

Periode III:Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika


mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret.
 Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk konservasi
Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek
atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang
seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke
gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair
kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang
memasuki tahapan operasi berfikir konkret/ operasional konkret. Pada
dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga
argumen.
o Anak munkin berkata, “kita tidak menambah atau mengurangi apapun,
jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.” Ini adalah
argument identitas.
o Anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain
lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama.” Ini disebut
argumen kompensatif.
o Anak mungkin berkata, “meraka masih sama karena kita bisa menuang
kembali cairan itu ke tempatnya yang semula” ini disebut
argument inverse (Piaget dan Inhelder, 1966, h.98).
 Kemampuan mengelompokkan secara memadai.
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan
bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut).
 Melakukan pengurutan (dari yang kecil sampai yang besar dan sebaliknya).
 Kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
 Proses pemikiran diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak.
Anak dapat melakukan operasi problem yang agak komplek selama problem
itu konkret dan tidak abstrak.
 Penghilangan sifat Egosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam
kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap
operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak, walaupun anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh ujang.
Periode IV:Tahap Operasional Formal (11tahun - Dewasa)
Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut
rancangan yang murni abstrak dan hipotesis.
v Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi situasi hipotetikal dan proses
berpikir mereka tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran
anak sudah semakin logis dan canggih, sehingga mereka dapat belajar menangani
problem-problem yang ada.

Perkembangan PSYCHO-SOSIAL
5. Mengapa anak mengalami kemampuan bicara terhambat terutama huruf l,r,s dan
sering sakit2an?

Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara simbolis baik


visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Dalam gangguan berbahasa ekspresif,
anak mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya dalam berbicara. Si anak tampak
sangat ingin berkomunikasi. Namun mengalami kesulitan luar biasa untuk
menemukan kata-kata yang tepat. Contoh: si anak tidak mampu mengucapkan kata
“balon” ketika menunjuk sebuah balon yang dipegang oleh temannya. Di usia empat
tahun, anak tersebut hanya mampu berbicara dengan kalimat yang pendek. Kata-kata
yang sudah dikasai terlupakan ketika kata-kata yang baru dikuasai dan penggunaan
struktur tata bahasa sangat di bawah tingkat anak seusianya.
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara klinis kita bisa menemukan gejala seperti
perbendaharaan kata yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosakata,
mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang
panjang dan memiliki kesulitan dalam pencapaian akademik, dan komunikasi sosial,
namun pemahaman bahasa anak tetap relatif utuh. Gangguan menjadi jelas pada
kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat mengucapkan kata dengan spontan
atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya untuk menyatakan
keinginannya. Jika anak akhirnya bisa berbicara, defisit bahasa menjadi jelas,
terjadi kesalahan artikulasi seperti bunyi th, r, s, z, y. Riwayat keluarga yang
memiliki gangguan bahasa ekspresif juga ikut mendukung diagnosis.
Gangguan bahasa ekspresif (ungkapan), yaitu suatu gangguan yang terjadi saat
seseorang menjalin komunikasi yang ditandai dengan ketidakmampuan (deficit)
dalam mengungkapkan perasaan atau ide-idenya, meskipun pemahaman
bicaranya normal (tidak mengalami gangguan). Seorang anak dikatakan mengalami
gangguan dalam bahasa ekspresif bila terdapat jarak (discrepancy) antara apa yang
dimengerti oleh anak (bahasa reseptif) dengan apa yang ingin mereka katakan (bahasa
ekspresif).

Gangguan berbahasa ekspresif harus dibedakan dengan gangguan lain yang saling
berdekatan yaitu gangguan berbahasa reseptif. Seseorang dikatakan memiliki
gangguan berbahasa yang sifatnya reseptif bila ia mengalami kesulitan dalam
memahami beberapa aspek dari bicara. Meskipun pendengaran mereka normal namun
anak yang memiliki gangguan ini tidak dapat memahami suara-suara, kata-kata atau
kalimat-kalimat tertentu. Penderita gangguan ini mengalami kesulitan memahami
bagian tertentu dari kata-kata atau pernyataan-pernyataan, misalnya kalimat atau
pernyataan yang berbentuk “jika … maka …”. Dalam beberapa kasus yang berat,
anak tidak mampu memahami kosa kata dasar atau kalimat sederhana, dan
kemungkinan besar mereka juga mengalami ketidakmampuan mengolah suara,
simbol-simbol, menyimpan (storage), memanggil (recall) dan merangkai (sequencing)
melalui pendengaran (auditori).
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan gangguan komunikasi menemukan
faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan komunikasi antara lain adalah faktor
genetik, fungsi otak, infeksi telinga dan lingkungan yang berisiko.

6. Kenapa ditemukan gangguan perkembangan dan adaptasi anak susah dari pada anak
sebayanya?

7. Pemeriksaan intelegensia apa saja unk mengetahui nilai intelektual pasien?

131 : genius
120-130 : superior
111-120: tinggi
91-110 : normal
80-90 : rendah , dalam bts normla
70-79 : rendah , keterbelakangan mental
<70 : rendah , lemah pikir dan keterbelakangan mental

Tingkat-tingkat retardasi mental dibagi menjadi:


1) Retardasi Mental Ringan
Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan sosial dan komunikasinya
mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra sekolah. Tetapi pada saan anak menjadi lebih
besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak
dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. Biasanya
mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa. Namun, masih dapat berbicara
untuk keperluan sehari-hari dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari serta terampil
dalam perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran
sekolah.
2) Retardasi Mental Sedang
Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51. ketrampilan komunikasi
berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar.
Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan. Biasanya
lambat dalam perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa. Ketrampilan
merawat diri dan ketrampilan motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan
pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan
potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa ketrampilan dasar.
3) Retardasi Mental Berat
Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas dan perkembangan
motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah nyata ada gangguan. Pada masa usia
sekolah kemampuan bahasanya berkembang. Kebanyakan dengan gangguan motorik
yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.
4) Retardasi Mental Sangat Berat
Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. ketrampilan komunikasi dan
motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan
mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi juga masih membutuhkan
perawatan orang lain.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.

8. Definisi Retardasi Mental.


Tingkat-tingkat retardasi mental dibagi menjadi:
1) Retardasi Mental Ringan
Nilai IQ pada Retardasi Mental Ringan 52-69. ketrampilan sosial dan komunikasinya
mungkin adekuat dalam tahun-tahun pra sekolah. Tetapi pada saan anak menjadi lebih
besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak
dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. Biasanya
mengalami keterlambatan dalam mempelajari bahasa. Namun, masih dapat berbicara
untuk keperluan sehari-hari dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari serta terampil
dalam perkerjaan rumah tangga. Dan akan mengalami kesulitan dalam pelajaran
sekolah.
2) Retardasi Mental Sedang
Nilai IQ pada Retardasi Mental Sedang adalah 36-51. ketrampilan komunikasi
berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar.
Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan dengan Retardasi Mental Ringan. Biasanya
lambat dalam perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa. Ketrampilan
merawat diri dan ketrampilan motoriknya pun terlambat. Penderita juga memerlukan
pengawasan seumur hidup dan program pendidikan khusus demi mengembangkan
potensi mereka yang terbatas agar memperoleh beberapa ketrampilan dasar.
3) Retardasi Mental Berat
Nilai IQ pada Retardasi Mental Berat 20-35. bicara anak terbatas dan perkembangan
motoriknya buruk. Pada usia pra sekolah sudah nyata ada gangguan. Pada masa usia
sekolah kemampuan bahasanya berkembang. Kebanyakan dengan gangguan motorik
yang berat akibat kerusakan perkembangan pada susunan saraf pusat.
4) Retardasi Mental Sangat Berat
Nilai IQ Retardasi Mental Sangat Berat di bawah 10. ketrampilan komunikasi dan
motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan
mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi juga masih membutuhkan
perawatan orang lain.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.

9. Klasifikasi dr Retardasi Mental?

131 : genius
120-130 : superior
111-120: tinggi
91-110 : normal
80-90 : rendah , dalam bts normla
70-79 : rendah , keterbelakangan mental
<70 : rendah , lemah pikir dan keterbelakangan mental

10. Apa maksud interpretasi IQ 50 dr skenario?


Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (Intelegence Quotient).
IQ = MA/CA × 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal, yaitu apabila IQ dibawah 70.
anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa karena cara berpikirnya yang
terlalu sederhana,daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan
pengertian bahasa dan berhitungnya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif social adalah kemampuan
seseorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai tanggung jawab social
yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya. Pada penderita retardasi mental
gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah kesulitan menyesuaikan diri
dengan masyarakat sekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-kanakan tidak
sesuai dengan umurnya.
Gejala tersebut harus timbul pada masa perkembangan, yaitu dibawah umur 18
tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul setelah berumur 18 tahun bukan lagi
disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai dengan gejala klinisnya.
Klasifikasi
Menurut nilai IQnya, maka intelegensia seseorang dapat digolongkan sebagai berikut
:
No Kalsifikasi Nilai IQ

1. Sangat superior 130 / >


2. Superior 120-129
3. Di atas rata-rata 110-119
4. Rata-rata 90-110
5. Di bawah rata-rata 80-89
6. Retardasi mental borderline 70-79
7. Retardasi mental ringan 52-69
8. (mampu didik) 36-51
9. Retardasi mental sedang 20-35
10. (mampu latih) < 20
Retardasi mental berat
Retardasi mental berat
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan
masih mampu didik, retardasi mental tipe sedang mampu latih, sedangkan retardasi
mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur
hidupnya. Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :
Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini karena kelainan
fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik.
Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat
terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang
menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena
mereka melihat tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat
sendiri kelainan pada anaknya.

Tipe Sosio Budaya


Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka bermain seperti
anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan social
ekonomi rendah. Pada orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada
anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau psikolog
karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini
mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

11. Apa saja kelainan kromosom yang berhubungan dengan sekenario?


2.

SINDROM ASPERGER

Sindrom Asperger pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatri (ahli kesehatan anak)
dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans
Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang tidak memiliki kemampuan
berinteraksi, linguistik, dan kognitif. Ia menggunakan istilah “Psikopati Autistik” untuk
menjelaskan gejala ini. Baik Leo Kanner maupun Hans Asperger menggambarkan anak-anak
tersebut sebagai orang yang memiliki interaksi sosial yang sangat minim, kegagalan
berkomunikasi, dan perkembangan pada minat-minat khusus. Leo Kanner menggambarkan
anak-anak dengan ekspresi Autism yang lebih para, sementara Hans Asperger menjelaskan
anak-anak yang lebih memiliki kecakapan. Adapun kriteria diagnostik gangguan Asperger
menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Asperger


A. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, seperti ditunjukkan oleh sekurangnya dua dari
berikut:
1) Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku non verbal multipel seperti tatapan
mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi sosial.
2) Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai menurut
tingkan perkembangan.
3) Gangguan jelas dalam ekspresi kesenangan dalam kegembiraan orang lain.
4) Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.
B. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti
ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut:
1) Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang
abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.
2) Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang spesifik
dan non fungsional.
3) Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya, menjentikkan atau
memuntirkan tangan atau jari, atau gerakan kompleks seluruh tubuh).
4) Preokupasi persisten dengan bagian-bagian benda.

C. Gangguan menyebabkan ganggguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
D. Tidak terdapat keterlambatan menyeluruh yang bermakna secara klinis dalam bahasa
(misalnya, menggunakan kata tunggal pada usia 2 tahun, frasa komunkatif digunakan
pada usia 3 tahun).
E. Tidak terdapat keterlambatan yang bermakna secara klinis dalam perkembangan kognitif
atau dalam perkembangan keterampilan menolong diri sendiri dan perilaku adaptif yang
sesuai dengan usia (selain dalam interaksi sosial), dan keinginan tahuan tentang
lingkungan pada masa anak-anak.
F. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan perkembangan pervasif spesifik atau
skizofrenia.

Catatan: berbeda dengan autis infantil asperger baru dapat terdeteksi saat umur 6 – 11 tahun.

SKALA ASPERGER (By M.S. Garnett and A.J. Attwood)


Kuesioner berikut ini di dibuat untuk mengidentifikasi perilaku dan kemampuan dari
Asperger Sindrom pada anak-anak usia sekolah dasar yang merupakan saat dimana pola
perilaku dan kemampuan mereka dapat dengan jelas dapat diamati. Masing-masing
pertanyaan berikut memiliki peringkat skor dimulai dari angka nol (0) atau sama dengan
tingkat rata-rata dari anak normal: 0 =jarang (jrg), 6 = sering.

Kuesioner:
KEMAMPUAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
1. Apakah anak tersebut kurang memiliki pemahaman mengenai bagaimana cara
bermain dengan anak lain? Contohnya, tidak menyadari akan adanya aturan
permainan yang tak tertulis? |0|1|2|3|4|5|6|
2. Jikalau sedang bebas bermain dengan anak lain, saat makan siang di sekolah, apakah
anak tersebut menolak melakukan kontak sosial dengan anak lain? Misalnya, ia
lebih suka memilih tempat yang sunyi atau pergi ke ruang perpustakaan?
|0|1|2|3|4|5|6|

3. Apakah anak tersebut tampaknya tidak menyadari akan kebiasaan sosial atau tata
cara bertingkah laku lalu melakukan tindakan dan memberikan komentar-komentar
yang tidak pada tempatnya? Contohnya, dia melontarkan suatu komentar pribadi
kepada seseorang, sedangkan dia sendiri tampaknya tidak sadar bahwa ucapannya
itu akan membuat orang lain marah?
|0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut biasanya mengharapkan orang lain mengerti perasaan-
perasaan, pengalaman dan pendapat-pendapat mereka? Misalnya dia, tidak
menyadari bahwa kita tidak dapat mengetahui hal tersebut karena pada saat itu kita
tidak berada disamping dia?.
|0|1|2|3|4|5|6|
5. Apakah anak tersebut perlu selalu diyakinkan kembali, terutama ketika ada
perubahan atau jika terjadi sesuatu kesalahan? |0|1|2|3|4|5|6|
6. Apakah anak tersebut tidak dapat mengekpresikan pengalaman-pengalaman
emosionalnya? Contohnya, anak tersebut memberikan reaksi tertekan atau
mengasihi yang tidak sesuai dengan suatu situasi/keadaan ?
|0|1|2|3|4|5|6|
7. Apakah anak tersebut kurang memiliki kemampuan dalam mengexpresikan
emosinya?
|0|1|2|3|4|5|6|
8. Apakah anak tersebut tidak berminat untuk ikut serta dalam pertandingan olah raga,
permainan dan aktivitas lainnya?. Angka nol (0) berarti anak tersebut menyukai
pertandingan olah raga.
|0|1|2|3|4|5|6|
9. Apakah anak tersebut berbeda terhadap trend anak sekarang atau tekanan teman?
Angka nol (0) berarti bahwa anak tersebut tergila gila trend. Contohnya, anak tidak
menuruti trend mutakhir dalam memilih mainan atau baju-baju?
|0|1|2|3|4|5|6|

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI
1. Apakah anak tersebut kurang menerima secara harafiah suatu penjelasan dari suatu
kritik? Misalnya ia menjadi bingung mengartikan idiom seperti 'pull your socks up -
berusahalah', atau 'looks can kill - pandangan yang mematikan' atau 'hop on the
scales - melompat lebih tinggi' ?
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki nada suara yang tidak biasa? Misalnya, anak
tersebut memiliki tekanan suara yang terdengar asing di telinga atau suaranya
membosankan, atau tidak ada tekanan pada kata-kata kunci/utama?
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Pada saat berbicara apakah anak tersebut cenderung jarang memandang lawan
bicaranya sebagaimana kita harapkan? |0|1|2|3|4|5|6|
4. Apakah anak tersebut berbicara terlalu teliti atau memperlihatkan pengetahuannya,
misalnya cara berbicaranya terlalu formal atau mirip kamus berjalan?
|0|1|2|3|4|5|6|
5. Apakah anak tersebut punya masalah dalam memperbaiki suatu percakapan?
Contohnya jika kebingungan mereka (perempuan atau laki-laki) tidak meminta
penjelasan namun hanya beralih pada suatu topik yang mereka kenal atau perlu
waktu lama untuk mencari jawabannya.
|0|1|2|3|4|5|6|

KEMAMPUAN PENGENALAN/KOGNITIF
1. Apakah anak tersebut membaca buku khusus untuk mencari informasi, dan tidak
tertarik pada bacaan fiksi? Misalnya anak tersebut gemar membaca buku
ensiklopedi atau buku ilmu pengetahuan, namun tidak senang dengan buku cerita
tentang petualangan.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut memiliki daya ingat yang kuat mengenai sesuatu kejadian
atau fakta? Misalnya mampu mengingat nomor plat mobil milik tetangga yang
dilihatnya beberapa tahun lalu, atau dengan mudah dapat mengingat kembali suatu
kejadian beberapa tahun yang lalu.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut kurang memiliki imajinasi sosial, misalnya tidak mengikut
sertakan anak-anak lain dalam permainan imajinasinya atau dia menjadi bingung
ketika ikut serta dalam permainan berpura-pura dengan anak lain.
|0|1|2|3|4|5|6|

MINAT KHUSUS
1. Apakah anak tersebut merasa kagum pada suatu topik khusus dan kemudian gemar
mengumpulkan informasi atau statistik mengenai topik tersebut? Misalnya anak
tersebut berubah menjadi ensiklopedi berjalan, punya pengetahuan mengenai
kendaraan, peta-peta ataupun table liga sepak bola.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut menjadi marah atau kecewa berlebihan karena adanya suatu
perubahan dari keadaan biasanya, atau terjadi perubahan di luar harapannya?
Misalnya: dia kesal jika pergi ke sekolah melewati rute perjalanan yang lain dari
biasanya.
|0|1|2|3|4|5|6|
3. Apakah anak tersebut mengerjakan (mengembangkan) suatu rutinitas atau ritual
yang harus diselesaikan? Umpamanya menempatkan mainannya dengan sejajar
sebelum pergi tidur.
|0|1|2|3|4|5|6|

KELINCAHAN DALAM BERGERAK


1. Apakah anak tersebut memiliki koordinasi motorik yang lemah? Misalnya kurang
cepat menangkap bola.
|0|1|2|3|4|5|6|
2. Apakah anak tersebut berlari dengan cara yang aneh?
|0|1|2|3|4|5|6|

KARAKTER / SIFAT LAIN


Untuk bagian ini, beri tanda silang jika anak menunjukkan tanda-tanda yang dapat
memperlihatkan sifat mereka seperti dibawah ini:
a. Rasa takut yang tidak biasa karena:
o Bunyi yang wajar, misalnya ala-alat elektronik. [_]
o Sentuhan lembut dikulit atau kepala, [_]
o Menggunakan aksesori atau benda tertentu dalam berpakaian, [_]
o Suara berisik yang tiba-tiba,[_]
o Melihat sesuatu obyek/barang, [_]
o Kebisingan, berada di suatu tempat yang bising misalnya supermarket [_]
b. Cenderung menepuk-nepuk atau bergoncang-goncang bila sedang dilanda kegembiraan
atau suatu kekesalan[_]
c. Kurang sensitif terhadap rasa sakit yang tidak terlalu parah. [_]
d. Lamban dalam menjawab pertanyaan [_]
e. Memperlihatkan mimik wajah yang aneh/lucu [_]
Quantum Special Need Training Center : Pedoman Diagnosis

AUTISME
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada
diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap
pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran
subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Dulu
anak-anak yang mengalami gangguan ini telah dideskripsikan dalam berbagai istilah seperti
chilhood schizophrenia (Bleuer), sedangkan Margareth Mahler (1952) menyebutnya dengan
symbiotic psychotic children dengan gejala-gejala tidak dapat mengembangkan self-object
differentiation. Belakangan istilah psikosis cenderung dihilangkan dan dalam Diagnostic and
Statistical Maunal of Mental Disorder edisi IV (DSM-IV) Autisme digolongkan sebagai
gangguan perkembangan pervasif (pervasive developmental dis-orders), secara khas
gangguan yang termasuk dalam kategori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi
psikologis dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan bahasa,
seperti perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas, dan gerakan-gerakan motorik.
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh
Dr. Leo Kanner 1943 seorang psikiatris Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk
menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering
disebut Sindrom Kanner (untuk membedakan dengan sidrom Asperger atau autis Asperger).
Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah
sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian
mereka atau mengajak mereka berkomunikasi.

GEJALA-GEJALA YANG NAMPAK


Gejala autisme infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian
anak gejala gangguan perkembangan ini sudah terlihat sejak lahir. Chris Williams dan Barry
Wright (2007) mengemukakan beberapa simptom autistik yang mungkin sudah muncul diusia
18 bulan, seperti:
A. Tidak melakukan kontak mata.
B. Tidak merespon segera jika dipanggil nama.
C. Tampak berada “didunianya sendiri”.
D. Mengalami hambatan perkembangan bahasa.
E. Kehilangan kemampuan berbahasa.
F. Tidak menggunakan sikap tubuh.
G. Memegang tangan orang dewasa dan menaruhnya pada sesuatu yang ingin dia buka.
H. Tidak memahami sikap tubuh orang lain.
I. Tidak bermain pura-pura.
J. Lebih tertarik pada bagian-bagian permainan.
K. Menghabiskan banyak waktu untuk membariskan benda-benda.
L. Dan melakukan gerakan-gerakan tidak umum (ex. Jalan jinjit).
M. Memaksa membawa dua benda, satu disetiap tangan, seringkali dengan bentuk dan
warna sama.
Mengingat di Indonesia belum ada suatu alat tes yang baku untuk mengetahui
gangguan pada anak, maka untuk tujuan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan
perkembangan anak dengan indikator perkembangan yang normal. Dibawah ini disajikan
tabel perkembangan motorik dan perkembangan bahasa pada anak normal.

Secara umum ada beberapa gejala autisme yang akan tampak semakin jelas saat anak
telah mencapai usia 3 tahun, yaitu:
A. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal seperti terlambat bicara,
mengeluarkan kata-kata dalam bahasanya sendiri yang tidak dapat dimengerti, echolalia,
sering meniru dan mengulang kata tanpa dimengerti maknanya, dan seterusnya.
B. Gangguan dalam bidang interaksi sosial, seperti menghindari kontak mata, tidak melihat
jika dipanggil, menolak untuk dipeluk, lebih suka bermain sendiri, dan seterusnya.
C. Gangguan pada bidang perilaku yang terlihat dari adanya perilaku yang berlebih
(excessive) dan kekurangan (deficient) seperti impulsif, hiperaktif, repetitif namun dilain
waktu terkesan pandangan mata kosong, melakukan permainan yang sama dan monoton
.Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti gambar, karet, boneka dan
lain-lain yang dibawanya kemana-mana.
D. Gangguan pada bidang perasaan atau emosi, seperti kurangnya empati, simpati, dan
toleransi; kadang-kadang tertawa dan marah sendiri tanpa sebab yang nyata dan sering
mengamuk tanpa kendali bila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.
E. Gangguan dalam persepsi sensoris seperti mencium-cium dan menggigit mainan atau
benda, bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga, tidak menyukai rabaan
dan pelukan, dan sebagainya.
F. Gejala-gejala tersebut di atas tidak harus ada semuanya pada setiap anak autisme,
tergantung dari berat-ringannya gangguan yang diderita anak.

KRITERIA DIAGNOSTIK
Autistik (Autistic Disorder) berbeda dengan gangguan Rett (Rett’s Disorder),
gangguan disintegatif masa anak (Childhood Disintegrative Disorder) dan gangguan
Asperger (Asperger’s Disorder). Secara detail, menurut DSM IV, kriteria gangguan autistik
adalah sebagai berikut:
A. Harus ada total 6 gejala dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan
masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3):
1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2
dari beberapa gejala berikut ini:
a. Kelemahan dalam penggunaan perilaku non-verbal, seperti kontak mata, ekspresi
wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.
b. Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
c. Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.
d. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada 1 dari gejala
berikut ini:
a. Perkembangan bahasa lisan (bicara) terlambat atau sama sekali tidak berkembang
dan anak tidak mencari jalan untuk berkomunikasi secara non-verbal.
b. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi.
c. Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulang-ulang.
d. Kurang mampu bermain imajinatif (make believe play) atau permainan imitasi
sosial lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya.
3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang. Minimal harus ada 1
dari gejala berikut ini:
a. Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan fokus dan intensitas yang
abnormal atau berlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas
c. Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti menggerak-gerakkan
tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.
d. Sikap tertarik yang sangat kuat atau preokupasi dengan bagian-bagian tertentu
dari obyek.
B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu
bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain
simbolik dan imajinatif.
C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak.

PEDOMAN DALAM MELAKUKAN OBSERVASI UNTUK KEPERLUAN


DIAGNOSIS ANAK DENGAN GANGGUAN AUTIS.

Ada beberapa gejala yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam melakukan
diagnosis, sebagai berikut:
A. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 3-5 tahun
1. Tidak melakukan kontak mata dengan baik.
2. Tidak tertarik dengan orang lain dan lebih suka bermain sendirian.
3. Menunjukka respon yang tidak biasa yang mengganggu orang lain.
4. Menggunakan bahasa yang berbeda dengan anak-anak lain (sangat sedikit berbahasa,
berbahasa dengan baik tapi diulang-ulang, mengulangi kata-kata dari film, video atau
program TV, ekolalia, sulit mengerti perkataan orang lain.
5. Punya sedikit atau tidak tertarik dengan permainan imajinasi.
6. Tidak tertarik bergabung dalam permainan kelompok.
7. Sangat terpaku pada beberapa permainan atau permainan tertentu.
8. Perilaku sangat rutinitas.
9. Membuat gerakan tidak biasa seperti berputar atau berayun.
10. Sangat senditif dengan suara
11. Sangat sensitif dengan bau-bauan.
12. Sangat sensitif dengan sentuhan.
B. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 6 – 11 tahun
1. Melakukan kontak mata yang buruk.
2. Tidak suka menggunakan sikap seperti menunjuk, memberi tanda, melambai.
3. Tidak punya teman sebaya.
4. Tidak menunjukkan pekerjaannya kepada guru meskipun diminta.
5. Lebih sulit berbagi dengan anak-anak lain.
6. Sulit untuk saling bergantian, dan selalu ingin menjadi yang pertama.
7. Tampak tidak peduli dengan perasaan anak-anak lain.
8. Mengatakan hal yang sama berulang-ulang.
9. Tidak ingin dan tidak menikmati permainan berpura-pura.
10. Tidak mudah berbicara dengannya, tentang apa yang ingin anda bicarakan.
11. Bicara dengan cara yang tidak biasa (intonasi).
12. Ingin bermain dengan benda yang sama selama periode waktu yang panjang.
13. Mengepakkan tangannya atau membuat gerakan aneh saat kesal atau bersemangat.
C. Kemungkinan simptom atau gejala diusia 12 – 17 tahun
1. Sulit membuat kontak mata.
2. Membuat ekspresi wajah yang datar atau tidak biasa.
3. Sulit memiliki atau mempertahankan teman.
4. Menunjukkan pemahaman buruk atas kebutuhan orang lain dalam pembicaraan.
5. Mengalami kesulitan memperkirakan apa yang orang lain pikirkan.
6. Menunjukkan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial.
7. Menunjukkan kebutuhan obsesif atau rutinitas.
8. Menunjukkan sikap kompulsif.
PENYEBAB AUTISME
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang pasti tentang penyebab gangguan
autism ini, ada beberapa anggapan sebagai berikut:
A. Teori Psikoanalitik (efrigerator mother). Menurut teori ini, Autism disebabkan
pengasuhan ibu yang tidak hangat (Bruno Bettelheim).
B. Teori berpandangn kognitif (Theory of Mind). Menurut teori ini, Autis disebabkan
ketidak mampuan membaca pikiran orang lain “mindblindness” (Baron-Ohen, Alan
Leslie).
C. Autisme sebagai gejala neurologis atau gangguan Neuro-Anatomi dan Bio-Kimiawi
Otak. Menurut penelitian yang ada, 43% dari penyandang autism mempunyai kelainan
yang khas didalam lobus parientalisnya (menyebabkan keterbatasan perhatian terhadap
lingkungan), menurut Eric Courchesne dari Department of Neurososciences, School of
Medicine, University of California, SanDiego, para penyandang autisme memiliki
cerebellum yang lebih kecil (bertanggung jawab terhadap proses sensori, daya ingat,
berpikir, bahasa, dan perhatian).
D. Teori Biologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh Faktor genetik.
E. Teori Imunologi, Menurut teori ini, Autis disebabkan oleh infeksi virus.
BEBERAPA GANGGUAN YANG MENYERTAI AUTIS
A. Gangguan sulit tidur dan makan.
B. Gangguan afek dan mood.
C. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
D. Gangguan kejang (10 – 25 %).
E. Kondisi fisik yang khas (anak autis 2 -7 tahun lebih pendek dibanding anak seusianya).

PENGGOLONGAN AUTISM
A. Autism (autisme masa anak-anak).
B. Autisme atipikal atau Pervasive Develompmental Disorder-Not Otherwise Specified atau
PDD-NOS (Diagnosis ini dibuat jika anak tidak memenuhi semua kriteria untuk
diagnosis autis dan asperger, tapi ada kecacatan parah dan menetap di area yang
dipengaruhi ASD.
C. High Functioning Autism (Autisme dengan IQ tinggi).
D. Low Functioning Autism (Autisme dengan IQ rendah).

PENANGANAN
Autisme adalah gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa
diterapi (treatable). Maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun
gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya
bisa berbaur dengan anakanak lain secara normal. (Wenar, 1994)
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
A. Berat ringannya gejala atau berat ringannya kelainan otak.
B. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat
dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
C. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
D. Bicara dan bahasa, 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup,
sedangkan sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.
Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
E. Terapi yang intensif dan terpadu.

TERAPI YANG TERPADU


Penanganan atau intervensi terapi pada penyandang autisme harus dilakukan dengan
intensif dan terpadu. Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4-8 jam sehari. Selain
itu seluruh keluarga harus terlibat untuk memacu komunikasidengan anak. Penanganan
penyandang autisme memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu antara lain psikiater, psikologneurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik.
Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain:
A. Terapi medikamentosa. Obat-obatan yang sering dipakai di Indonesia adalah:
1. Vitamin (Efek samping: Hiperaktivitas, marah-marah, agresif, sulit tidur dan lain
sebagainya).
2. Obat-obatan untuk memperbaiki keseimbangan neorutransmitter serotonin dan
dopamin (Efek samping: Ngiler,ngantuk, kaku otot).
B. Terapi Wicara
C. Terapi Perilaku
D. Terapi Okupasi
E. Terapi Edukatif atau Pendidikan Khusus.

Quantum Special Need Training Center : Pedoman Diagnosis

3. Apa faktor resiko dari gangguan perkembangan anak ?


4. Definisi dan etiologi dari retardasi mental ?

Retardasi mental didefinisikan dalam DSM IV TR sebagai:


(1) Fungsi intelektual yang di bawah rata-rata bersama dengan,

(2) Kurangnya perilaku adaptif; dan

(3) Terjadi sebelum usia 18 tahun.

Kriteria retardasi mental dalam DSM IV TR adalah sebagai berikut:


1. Fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata, IQ kurang dari 70;
2. Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut: Komunikasi,
mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, penggunaan
sumber daya komunitas, kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri,
keterampilan akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan;
3. Terjadi sebelum usia 18 tahun.

Secara biologis Penyebab RM antara lain :


1. Prenatal : Malnutrition, terinfeks penyakit ketika dalam kandungan, atau penggunaan
obat-obatan serta komunikasi alkohol pada wanita hamil.
2. Prinatal : Kesulitan dalam proses kelahiran,kekurangan oksigen selama proses
persalinan.
3. Posnatal : Infeksi atau mengalami cedera kepala.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu

1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 %dari orang
yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dariorang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dariorang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orangyang
terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasimental ringan tidak
dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertamaatau kedua disekolah

5. Manifestasi klinis dari RM ?

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ORANG DENGAN RM

Derajad Usia Prasekolah Usia sekolah 6-20 Dewasa (21 & lebih)
RM Maturasi & Perkembangan Latihan & Pendidikan Keadekuatan Sosial &
Kejuruan
Retardasi jelas; kapasitas Ada beberapa Beberapa perkembangan
berfungsi yang minimal dalam perkembangan motorik; motorik dan bicara; dapat
Sangat bidang sensorimotorik; dapat berespon minimal mencapai perawatan diri
berat memerlukan perawatan; atau terbatas terhadap yang sangat terbatas;
memerlukan bantuan & latihan menolong diri memerlukan perawatan.
pengawasan terus menerus. sendiri.
Berat Perkembangan motorik yang Dapat berbicara atau Dapat bereperan sebagian
miskin; berbicara sedikit belajar berkomunikasi; dalam pemeliharaan diri
biasanya tidak mampu belajar dapat dilatih dalam sendiri dibawah
dari latihan menolong diri kebiasaan sehat dasar; pengawasan lengkap;
sendiri; sedikit atau tidak memperoleh manfaat dari dapat mengembangkan
mempunyai keterampilan latihan kebiasaan keterampilan melindungi
komunuikasi. sistematik; tidak mampu diri sendiri sampai tingkat
memperoleh manfaat dari minimal yang berguna
latihan kejuruan. dalam lingkungan yang
terkendali.
Dapat berbicara atau belajar Dapat memperoleh Dapat bekerja sendiri
untuk berkomunikasi; manfaat dari latihan dalam dalam pekerjaan yang
kesadaran sosial yang buruk; keterampilan sosial dan tidak terlatih dan setengah
perkembangan motorik yang pekerjaan; tidak mungkin terlatih dibawah kondisi
cukup; mendapat manfaat dari berkembang lebih dari terawasi; memerlukan
Sedang
latihan menolong diri sendiri; kelas dua dalam subjek pengawasan dan
dapat ditangani dengan akademik; dapat belajar bimbingan jika berada
pengawasan sedang. pergi sendirian ditempat dalam stress sosial atau
yang dikenal. ekonomi ringan.

Dapat mengembangkan Dapat belajar keterampilan Biasanya dapat mencapai


keterampilan sosial dan akademik sampai kira-kira keterampilan sosial dan
komunikasi; retardasi minimal kelas enam pada akhir usia kejuruan yang adekuat
dan bidang sensorimotorik; remaja; dapat dibimbing untuk membiayai diri
sering tidak dapat dibedakan untuk menyesuaikan diri sendiri minimal tetapi
Ringan
dari normal sampai lebih tua. dengan sosial. mungkin memerlukan
bantuan dan bimbingan
jika dibawah stress sosial
atau ekonomi yang tidak
biasa.

Catatan: Yang membedakan anak RM dengan gejala perilaku dan Autis adalah: 1. Anak RM
biasanya berhubungan dengan orang tua atau anak-anak lain dengan cara yang sesuai dengan
umur mentalnya, 2. mereka menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain, 3.
mereka memiliki gangguan yang relatif tetap tanpa pembelahan fungsi.

Kaplan-Sadock. Ilmu Pengetahuan Perilaku & Psikiatri Klinis. Jilid 2

6. Apa Kriteria diagnostik dari skenario ?

KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK RM


A. IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual).
B. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu:
efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut
usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut:
komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan
sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional,
pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.

KLASIFIKASI RM
A. RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70.
B. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55.
C. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40.
D. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25.
Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi
IQ pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku.

Kaplan-Sadock. Ilmu Pengetahuan Perilaku & Psikiatri Klinis. Jilid 2

Pedoman Diagnositik RM menurut PPDGJ III :


Tingkat kecerdasan (intelegensia) bukan satu-satunya karakteristik, melainkan
harus dinilai berdasarkan sejumlah besar ketrampilan spesifik yang berbeda.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang
tersedia, termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan
dengan latar belakang budayanya) dan hasil tes psikometrik
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
mengakibatkan berkurangnya kemampuan adapatasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari-hari
Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi mental, mempunyai
pengaruh besar pada gambaran klinis dan pengguanaan dari semua
ketrampilannya
Penilaian diagnostik adalah terhadap “kemampuan umum” bukan terhadap
suatu area tertentu yang spesifik dari hendaya atau ketrampilan.

F70 Retardasi mental ringan


 IQ berkisar 50 – 69
 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada
normal

 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat


akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis
 Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil
penderita
 Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain,
epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan
dalam berbagai proporsi
F71 Retardasi mental sedang
 IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49
 Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan,
beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan
visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa,
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana
 Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
 etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang
retardasi mental sedang
 autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya
terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada
gambaran klinis dan terapinya
F72 Retardasi mental berat
 IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34
 Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :
 Gambaran klinis
 Terdapatnya etiologi organik
 Kondisi yang menyertai
 Tingkat prestasi yang rendah
 Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang
mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara
klinis dari susunan saraf pusat
F73 Retardasi mental sangat berat
 IQ biasanya di bawah 20
 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
 Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit
ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga
 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus
 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan
daya dengar
F78 Retardasi mental lainnya
 Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta,
bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya
tidak mampu
F79 Retardasi mental yang tidak tergolongkan
 Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas
PPDGJ III

Terapi pada anak dengan retardasi mental meliputi 4 aspek:


1. Terapi terhadap aspek fisik
Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan fisik. Terapi ini meliputi:
1.1. Terapi simptomatik
Semua kelainan-kelainan fisik yang dapat diatasi atau ditolong dengan terapi ini,
misalnya: fenilketonuria, galaktosemia, kejang-kejang dengan obat-obatan yang
sesuai untuk itu.
1.2. Koreksi terhadap cacat
Oleh karena pada anak dengan retardasi mental sering didapatkan kecacatan, maka
koreksi terhadap cacat ini paling tidak membebaskan penderita dan kekurangannya.
Yang paling sering, koreksi terhadap alat-alat gerak, defek panca indra, dan yang
koreksi lain yang berhubungan dengan kosmetik, untuk memperbaiki fungsi dan
penampilan diri.
2. Terapi terhadap, aspek psikologik/psikiatrik
Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan yang berhubungan dengan
emosi dan gangguan tingkah laku serta terhadap kondisi psikologis keluarga. Terapi
ini meliputi.
2.1. Terhadap emosi dan tingkah laku penderita.
Emosi dan tingkah laku penderita, terutama yang hiperaktif dapat diberikan obat-
obatan golongan ansiolotik, misalnya: diazepam, khlordiazepokside atau yang lain.
Bila hal mi belum menolong, dapat dipertimbangkan pemberian anti psikotik atan
neuroleptika dalam dosis awal yang kecil dulu, secara bertahap, bila belum baik dapat
dinaikkan.
2.2. Terhadap kondisi psikologis keluarga
- Terhdap keluarga dapat diberikan konsultasi dan bimbingan sampai
kepada psikoterapi dan terapi keluarga. Tidak selamanya keluarga
memerlukan bantuan psikologis terus menerus. Bantuan yang teratur
dalam periode 3 bulan sekali dapat mempertahankan keseimbangan
psikologis keluarga. Hanya pada keadaan atau periode krisis dalam
keluarga, bantuan psikologis mi sangat penting artinya.
- Periode krisis dalam keluarga meliputi keadaan-keadaan sebagai
berikut:
- Kecurigaan pertama adanya retardasi mental, terutama pada waktu
diagnosa belum dapat ditegakkan
- Pada waktu diagnosa sedang dipelajari secara seksama.
- Periode penderita akan masuk sekolah, memilih sekolah yang sesuai
dan usaha usaha untuk membantu penderita.
- Persoalan penyesuaian dengan saudara kandung dan dengan teman
sebaya
- Timbulnya krisis keluarga, dan tingkat pertengkaran sama ke tingkat
perceraian
- Timbulnya problem-problem seksual pada penderita, biasanya pada
waktu penderita telah memasuki usia remaja
- Setelah penderita selesai sekolah, dan timbul keinginan penderita atau
keluanganya untuk bekerja
- Apabila ada rencana penderita akan menikah
- Adanya suatu penyakit atau gangguan lain, yang mengharuskan
penderita dirawat masuk ke rumah sakit
- Adanya rasa bersalah dari orang tua sesudah melakukan suatu tindakan
terhadap penderita.
3. Terapi terhadap aspek pendidikan
Pendidikan bagi seorang anak merupakan suatu kebutuhan utama dalam proses
perkembangannya. Tidak terkecuali bagi anak dengan retardasi mental. Yang perlu
diperhatikan di sini adalah derajat kemampuan yang ada pada anak. Berdasarkan
kemampuan yang ada pada anak, maka pendidikan ini dibagi menjadi 3 kelompok:
3.1. Kelompok yang mampu didik dan mampu Iatih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf ringan. Di sini
dilakukan pendidikan secara perlahan-lahan dan secara bertahap dengan
memperbanyak latihan-latihan dibandingkan dengan sekolah atau pendidikan normal
lainnya.
3.2. Kelompok yang tidak mampu didik dan mampu latih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf sedang. Di sini
dilakukan latihan-latihan, terutama latihan untuk dapat melakukari aktifitas sehari-
hari, tanpa bantuan orang lain. Misalnya: kesehatan perorangan, kebersihan,
pekerjaan-pekerjaan kasar yang tidak memerlukan pemikiran dan bersifat rutin.
3.3. Kelompok yang tidak mampu didik dan tidak mampu latih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retardasi mental taraf berat. Di sini hanya
dilakukan perawatan secara terus menerus dan pencegahan dari bahaya.
4. Terapi terhadap aspek sosial
a. Tujuan dan terapi ini adalah mengoptimalkan kemapuan penderita dalam
bermasyaralat. Hal ini untuk menghilangkan stigma masyarakat, bahwa anak atau
orang dengan retardasi mental tidak ada gunanya sama sekali. Dengan pemberian
tugas-tugas dalani masyarakat yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan
penderita akan menimbulkan perasaan pada penderita bahwa dirinya masih
diperlukan oleh orang lain, sehingga hal ini mempertinggi rasa percaya dirinya.
b. Contohnya: menjadi petugas kebersihan kampung, pengantar surat-surat,
membantu masalah keamanan dan sebagainya.
c. Kadang-kadang anak dengan retardasi mental, memerlukan perawatan baik di
rumah sakit atau di panti-panti pendidikan penampungan anak .
d. Anak-anak dengan retardasi mental yang mempunyai indikasi perawatan
antara lain:
i.Mempunyai kecacatan yang ganda (multiple handicap)
ii.Mempunyai gangguan fisik yang berat
iii.Penderita retardasi mental dalam usia tua
iv.Penderita dengan gangguan emosi berat
v.Anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus yang jauh dan jangkauan rumah.
e. Dengan terapi yang adekuat, dan meliputi semua aspek, diharapkan penderita
dapat berfungsi secara optimal baik dan segi fisik, psikologik, pendidikan dan
sosial

Gangguan perilaku (behavioral disorder) dikenal dengan istilah-istilah lain seperti behavioral
problems, behavioral disturbances, psychological deficits, emotional disorder, abnormal
behavior, mental illness, psychopathology, maladaptive behavior, developmental disorders, dan
lain-lain. The American Psychiatric Association (1994, 2000, dalam Wicks-Nelson & Israel,
2006) mendefinisikan gangguan perilaku sebagai pola perilaku yang secara klinis signifikan
terjadi pada individu, yang dikaitkan dengan adanya distres atau kegagalan atau adanya
peningkatan resiko kematian, kesakitan, ketidakmampuan atau hilangnya kebebasan. Biasanya
kondisi ini berpengaruh pada kemampuan individu untuk beradaptasi dengan berbagai aspek
dalam kehidupannya.
Menurut Kearney (2006), gangguan perilaku mengacu pada bentuk dan fungsi perilaku pada
anak yang melibatkan variabel-variabel lain secara menyeluruh, yaitu variabel keluarga (konflik
dalam keluarga, kekerasan atau pengabaian, sikap negatif orangtua), pemfungsian anak sehari-
hari, maupun standar perilaku normal.

Sumber : Maramis, WF. Gangguan perilaku anak. Dalam: Catatan ilmu kedokteran jiwa. Cetakan
ketujuh. Surabaya: Airlangga University Press; 1998. h.516-528.

2)
- Autisme
Defenisi

Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran. Jadi autisme
adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).

Etiologi

Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:

 Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan
kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20%
penyandang autis).

 Faktor Cacat (kelainan pada bayi)


Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak,
yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan
ataupun setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital
Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.

 Faktor Kelahiran dan Persalinan


Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam
timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan.
Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang
bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya
keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja
berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi
makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang
mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam
tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Patofisiologi

Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah bahwa penyebab dari
autisme bukanlah salah asuh dari orang tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa
beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan gangguan
imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH),
penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X
(kelainan kromosom).

Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor


yaitu
a) Faktor keluarga dan psikologi
Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.
b) Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)
Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan
fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita
c) Faktor genetic
Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara kandung juga
menderita penyakit yang sama.
d) Faktor kekebalan tubuh

Manisfestasi Klinik
1) Di bidang komunikasi :
a) Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak
nampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang
kemampuan bicara.
b) Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c) Mengoceh tanpa arti secara berulang – ulang, dengan bahasa yang tidak
dimengerti orang lain.
d) Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo
(Echolalia).
e) Bila senang meniru, dapat menghafal kata – kata atau nyanyian yang didengar
tanpa mengerti artinya.
f) Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata – kata) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
g) Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.
2) Di bidang interaksi sosial :
a) Anak autis lebih suka menyendiri
b) Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan
muka atau mata dengan orang lain.
c) Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun
yang lebih tua dari umurnya.
d) Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3) Di bidang sensoris :
a) Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b) Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c) Anak autis senang mencium –cium, menjilat mainan atau benda – benda yang
ada disekitarnya. Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.
4) Di bidang pola bermain :
a) Anak autis tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya.
b) Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
c) Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d) Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar –
putar.
e) Senang terhadap benda – benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda,
dan sejenisnya.
f) Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa
kemana – mana.
5) Di bidang perilaku :
a) Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan
berperilaku berkekurangan (hipoaktif).
b) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti
bergoyang –goyang, mengepakkan tangan seperti burung.
c) Berputar –putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan
dengan bolak – balik, dan melakukan gerakan yang diulang – ulang.
d) Tidak suka terhadap perubahan.
e) Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6) Di bidang emosi :
a) Anak autis sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa dan
b) Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.
c) Kadang agresif dan merusak.
d) Kadang – kadang menyakiti dirinya sendiri.
e) Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada
disekitarnya atau didekatnya.
Kriteria Diagnostik
DSM IV: Kriteria Diagnosis untuk 299.00 Gangguan Autistik

Enam atau lebih gejala dari (1), (2), and (3), dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1 dari
masing-masing (2) and (3)
Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari gejala
1.
berikut:
Gangguan yang jelas dalam perilaku non-verbal (perilaku yang dilakukan tanpa
1.1. bicara) misalnya kontak mata, ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik untuk
mengatur interaksi sosial.
1.2. Tidak bermain dengan teman seumurnya, dengan cara yang sesuai.
Tidak berbagi kesenangan, minat, atau kemampuan mencapai sesuatu hal dengan
1.3. orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan pada orang tua, tidak menunjuk ke
suatu benda yang menarik, tidak berbagi kesenangan dengan orang tua.
Kurangnya interaksi sosial timbal balik.Misalnya: tidak berpartisipasi aktif dalam
1.4.
bermain, lebih senang bermain sendiri.
2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala berikut:
Keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata berbicara, tanpa disertai
2.1.
usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa tubuh.
Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau mempertahankan
2.2.
komunikasi dengan orang lain.
Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang tidak dapat
2.3.
dimengerti.
Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru secara
2.4.
sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah (stereotipik),
3.
yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut:
Minat yang terbatas, stereotipik dan menetap dan abnormal dalam intensitas dan
3.1.
fokus.
Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku dan tidak
3.2.
fleksibel.
Gerakan motorik yang streotipik dan berulang, misalnya flapping tangan dan jari,
3.3.
gerakan tubuh yang kompleks.
3.4. Preokupasi terhadap bagian dari benda.

Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi
dua yaitu:
1) Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non
autistik, dan biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2) Autisme Regresi
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan kemampuan yang
sebelumnya jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan
ini berhenti. Kontak mata yang tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah
bisa mulai mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya.
(Kurniasih, 2002).

Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007) mengelompokkan
autism menjadi :
1) Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena
kelainan sudah timbul sebelum lahir
2) Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak – anak usia lebih besar (6 – 7 tahun)
sebelum anak memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia
minggu – minggu pertama. Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan –
gerakan tertentu berulang – ulang dan kadang – kadang disertai kejang – kejang.

Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan
didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi
pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement
(hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang
paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic
yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang
pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap
makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat
penting untuk melatih mempergunakan otot2 halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu
autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan
tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak
menolong untuk menguatkan otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada
mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan
dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak
dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka
banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila
mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional
dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti
ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual
thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar
komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS (
Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN!
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik.
Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini
diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada
gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan
dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak
anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi
dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian


1) Edukasi kepada keluarga
Keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu perkembangan
anak, karena orang tua adalah orang terdekat mereka yang dapat membantu
untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan dan orang
sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi penderita untuk masuk ke dunia
luar, walaupun diakui hal ini bukanlah hal yang mudah.
2) Penggunaan obat-obatan

- GPPH/ADHD
DEFINISI
Gangguan yang ditandai dengan adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan
perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi, sehingga rentang perhatiannya sangat singkat
waktunya dibandingkan anak lain yang seusia, Biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan
tingkah laku yang impulsif. Kelainan ini dapat mengganggu perkembangan anak dalam hal
kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
ETIOPATOGENESIS

I. Faktor lingkungan/psikososial
 Konflik keluarga.
 Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
 Jumlah keluarga yang terlalu besar.
 Orang tua terkena kasus criminal
 Orang tua dengan gangguan jiwa
 Anak yang diasuh di penitipan anak.
 Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil,
dan alkohol.

II. Faktor Neurobiologis


Faktor-faktor yang justru menyokong timbulnya gejala ADHD adalah faktor
prenatal (infeksi, keracunan logam berat/ bahan toksik lain), prematuritas,
trauma kelahiran, maupun komplikasi kehamilan karena ibu banyak merokok
dan mengkonsumsi alkohol saat hamil yang berpengaruh terhadap perkembangan
sistim saraf.

Hasil penelitian 10-15 tahun akhir- akhir ini mendukung adanya pengaruh
gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya gejala
ADHD. Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa ada
beberapa tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan ADHD
yakni meliputi regio cortex prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum, corpus
callosum dan dua daerah ganglia basalis yakni globus pallidus dan nucleus
caudatus. Demikian juga dari hasil pemeriksaan PET Scan (Positron
EmissionTomography) pada anak-anak ADHD didapatkan penurunan metabolisme
glukose di korteks prefrontal dan frontal terutama sebelah kanan.

Penelitian dari National Institute of Mental Health di USA telah menunjukkan bahwa
area globus pallidus dan nucleus caudatus secara bermakna lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Nucleus caudatus dan globus pallidus berfungsi
melakukan koordinasi lalu lintas transmisi rangsang saraf pada berbagai area di
korteks.

Ternyata didapatkan juga volume area korteks prefrontal lebih kecil pada anak
ADHD daripada anak normal. Beberapa anak menunjukkan kelambatan
perkembangan otak (maturational delay) pada anak ADHD yang biasanya tampak
gejalanya pada usia 5 tahun. Perkembangan otak yang normal, biasanya
menunjukkan pertumbuhan secara cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8
tahun, 10- 12 tahun dan 14-16 tahun. (21) Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif
yakni mengatasi masalah, perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan
tugas individu. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan bahwa
ada penurunan aktivitas metabolik di daerah- daerah di atas pada individu
dengan ADHD. Para peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan dalam
pengaturan transmisi saraf (regulatory circuits) antara korteks prefrontal, ganglia
basal, dan cerebellum yang diduga merupakan penyebab terjadinya gejala ADHD.
Komunikasi dalam otak dalam area di atas menggunakan neurotransmiter dopamin
dan noradrenalin. Pada anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin.

Neurotransmiter catecholamine yakni dopamine dan norepinephrine berperan


besar dalam hal atensi, konsentrasi yang dihubungkan dengan fungsi kognitif
misalnya motivasi, perhatian dan keberhasilan belajar seseorang.

 norepinephrine, ditekankan peran “prefrontal noradenergic pathways” dalam


mempertahankan dan memusatkan perhatian seperti memberikan energi pada
kelelahan, motivasi dan perhatian.

 sistem dopaminergik, peran proyeksi mesokortikal dopamin mempengaruhi juga


fungsi kognitif seperti kelancaran bicara, proses belajar yang berurutan (serial
learning), waspada pada tugas eksekutif, mempertahankan dan memusatkan
perhatian, mengutamakan perilaku yang berhubungan dengan aspek sosial.

Sistem dopaminergik terdiri dari dua cabang utama:

 Cabang mesokortiko limbik yang berasal dari area tegmentalis ventral dan
diproyeksi ke korteks prefrontal, nucleus accumbens, dan tuberculus
olfactorius. Hipofungsi pada sistem ini berhubungan dengan memendeknya
“delay gradient” yang berhubungan dengan terjadinya impulsivitas,
hiperaktivitas dan gangguan mempertahankan perhatian. Anak ADHD
cenderung lebih memilih rewards yang kecil tetapi yang dapat diperolehnya
dengan segera daripada rewards yang lebih besar tetapi ditunda waktu
perolehannya (delay gradient memendek). Anak normal lebih cenderung
memaksimalkan perolehan rewards walaupun harus menunda waktunya.
 Cabang nigrostriatal yang berasal dari substansia nigra dan diproyeksikan
terutama ke neostriatum (kompleks nucleus caudatus, putamen).
Hipofungsi pada sistem ini menyebabkan timbulnya beberapa gejala
sistem extrapyramidal (EPS) yang berhubungan dengan ADHD
yakni adanya gangguan motorik halus dan kasar (clumsiness),
memanjangnya “reaction time”, “response timing” yang buruk, gangguan
pengendalian gerak cepat pada mata, tulisan tangan yang jelek dan
sebagainya.
 Noradrenalin diperkirakan mempunyai efek pada fungsi kognitif individu melalui
“postsinaptic alpha 2A adrenergic receptor” pada neuron kortikal. Noradrenalin
berperan penting pada fungsi kognitif yakni pada tuntutan proses yang tinggi
(temporal discrimination dan timed choice reaction). Penekanan pada fungsi
noradrenalin menyebabkan kesukaran melakukan tugas- tugas yang berbeda-beda
(timed choice reaction) dimana tugas-tugas tampak terganggu bila dibutuhkan
ketekunan khusus untuk menyelesaikan tugas tersebut.

III. Faktor Genetik


Faktor Genetik ADHD lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita
ADHD. Keluarga keturunan pertama dari anak ADHD didapatkan lima kali lebih
banyak menderita ADHD daripada keluarga anak normal.

Studi-studi pada keluarga secara konsisten mendukung pernyataan bahwa


ADHD diwariskan dalam keluarga. Studi-studi ini menemukan bahwa orang tua
dengan anak- anak ADHD memiliki peningkatan dua hingga delapan kali lipat untuk
resiko ADHD. Sehingga, mereka menegaskan adanya faktor genetik pada ADHD
dan sekaligus menyediakan bukti-bukti untuk validitas diagnosisnya pada orang
dewasa. B

arr et al, 2000 dan Smalley et al, 1998 menyatakan bahwa gejala ADHD
berhubungan juga dengan Dopamine Transporter Gene (DATI) dan Dopamine
D4 receptor Gene (DR D4 gene). Diperkirakan ada 29% anak, remaja, dan orang
dewasa didapatkan DR D4 gene dengan 7 repeat allele.

Faraone et al, 2001 menunjukkan bahwa pada 5 dari 8 case control studies yang
diteliti didapatkan hubungan yang bermakna antara ADHD dan DR D4, 7 repeat
allele. Transmisi saraf tak berjalan dengan baik (blunted), mengganggu fungsi
kognitif dan emosi anak ADHD bila dopamine terikat dengan DR D4 7 repeat allele.

DR D4 gene melakukan aktifasi dopamin di celah paska sinaptik.

IV. Volume Otak


Volume Otak Total

Beberapa studi menemukan bahwa anak-anak dengan ADHD memiliki volume


otak total yang lebih kecil dibandingkan dengan anak- anak kontrol. Dengan
menggunakan kelompok besar anak laki-laki yang menderita ADHD dan para
subyek kontrol normal dengan usia yang sama, Castellanos et al. adalah para
peneliti pertama yang melaporkan bahwa anak- anak dengan ADHD memiliki rata-
rata 5% volume otak total yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol
yang berusia sama. Secara serupa, Berquin et al. melaporkan bahwa total volume
cerebral mereka adalah lebih kecil sebesar 6.1% dalam kelompok anak laki-laki
dengan ADHD dibanding kelompok kontrol.

Sumber : fk.uwks.ac.id

(Castellanos et al : Anatomic Brain Abnormalities in monozygotic Twins


Discordinant for Attention Deficit Hyperactivity Disorder: The American Journal Of
Psychiatry; sep 2003;160,9; pg.1693-1696)

PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI
Kondisi heterogen merupakan penyebab GPPH.
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan timbulnya GPPH, selain itu beberapa
neurotransmiter : norepinefrin/noadrenergik, dopamin dan serotonin juga berpengaruh
terhadap timbulnya GPPH serta didapatkan kelainan morfologi
dan fungsi otak berupa corpus callosum, basal ganglia dan lobus frontalis berukuran kecil, dan
hipoperfusi dari frontal-striatal dopamine pathway.

GEJALA KLINIS
Berdasarkan DSM IV, GPPH dibagi 3 tipe :
- GPPH tipe inatensi.
- GPPH tipe hiperaktif-impulsif.
- GPPH tipe kombinasi

a. Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi)


Tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk waktu yang lama, perhatiannya mudah
teralihkan oleh stimulus lain. Rentang waktu pemusatan perhatian yang singkat, kemampuan
menyimak yang rendah.
b. Impulsivitas
Dapat berupa impulsivitas motor dan atau verbal.
Impulsivitas motor berupa anak selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain.
Impulsivitas verbal atau kognitif terlihat berupa sikap terlalu cepat mengambil kesimpulan
sebelum mendapat informasi.
c. Hiperaktivas
GPPH dapat disertai atau tanpa hiperaktivitas. Hiperaktivitas menggambarkan perilaku motorik
yang berlebihan.

KRTITERIA DIAGNOSIS

KRITERIA A –MASING-MASING (1) ATAU (2)


(1) Enam atau lebih dari gejala

(1) Enam atau lebih gejala dari kurang perhatian atau konsentrasi yang tampak paling
sedikit 6 bulan terakhir pada tingkat maladaptive dan tidak konsisten dalam
perkembangan
INATTENTION

a. Sering gagal dalam memberi perhatian secara erat secara jelas atau membuat
kesalahan yang tidak terkontrol dalam :

1. sekolah

2. bekerja

3. aktifitas lainnya

b. Sering mengalami kesulitan menjaga perhatian/ konsentrasi dalam menerima


tugas atau aktifitas bermain.

c. Sering kelihatan tidak mendengarkan ketika berbicara secara langsung

1. Menyelesaikan pekerjaan rumah

2. Pekerjaan atau tugas

3. Mengerjakan perkerjaan rumah (bukan karena perilaku melawan)

4. Gagal untuk mengerti perintah

d. Sering kesulitan mengatur tugas dan kegiatan

e. Sering menghindar, tidak senang atau enggan mengerjakan tugas yang


membutuhkan usaha (seperti pekerjaan sekolah atau perkerjaan rumah)

f. Sering kehilangan suatu yang dibutuhkan untuk tugas atau kegiatan (


permainan, tugas sekolah, pensil, buku dan alat sekolah lainnya ))

g. Sering mudah mengalihkan perhatian dari rangsangan dari luar yang tidak
berkaitan

h. Sering melupakan tugas atau kegiatan segari-hari


(2) Enam atau lebih gejala dari hiperaktivitas/impulsifitas yang menetap dalam 6 bulan
terakhir
HIPERAKTIFITAS

1. Sering merasa gelisah tampak pada tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk
2. Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan
tetap duduk.
3. Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak
seharusnya (pada dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan
tertentu atau kelelahan )
4. Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.
5. isering berperilaku seperti mengendarai motor
6. Sering berbicara berlebihan

IMPULSIF

a.Sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan sebelum


pertanyaannya selesai.

b. Sering sulit menunggu giliran atau antrian

c. Sering menyela atau memaksakan terhadap orang lain (misalnya dalam percakapan atau
permainan).
KRITERIA B: Gejala hiperaktif-impulsif yang disebabkan gangguan sebelum usia 7 tahun.

KRITERIA C : Beberapa gangguan yang menimbulkan gejala tampak dalam sedikitnya 2 atau
lebih situasi ( misalnya di kelas, di permainan atau di rumah )

KRITERIA D : Harus terdapat pengalaman manifestasi bermakna secara jelas mengganggu


kehidupan sosial, akademik, atau pekerjaan )

KRITERIA E : Gejala tidak terjadi sendiri selama perjalanan penyakit dari Pervasive
Developmental Disorder, Schizophrenia, atau gangguan psikotik dan dari gangguan mental
lainnya (Gangguian Perasaan, Gangguan kecemasan, Gangguan Disosiatif atau gangguan
kepribadian)

Tipe:

1. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe kombinasi bila didapat kriteria A1 dan A2


selama 6 bulan terakhir
2. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe inatensi bila kriteria A1 dipenuhi tetapi
kriteria A2 tidak dipenuhi selama 6 bulan terakhir
3. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder, tipe hiperaktif-impulsif bila kriteria A2
dipenuhi tetapi kriteria A1 tidak dipenuhi selama 6 bulan terakhir

DIAGNOSIS
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan Neuropsychologic.
d. Laporan prestasi akademis.
e. Behavior Rating scales yang diperoleh dari beberapa sumber (guru dan orang tua).
f. Harus memenuhi kriteria DSM IV.
angguan pemusatan perhatian) / ADHD

- Retardasi mental :
1. Definisi
 Menurut NOYES retardasi mental adalah individu yang mempunyai keterbatasan
kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk mengembangkan kapasitas
inetelektualnya, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi
seorang yang mandiri.
 Menurut ROAN retardasi mental adalah individu dengan keterbatasan
kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat
terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya atau terhadap harapan dari
masyarakatnya, supaya dapat mempertahankan hidupnya tanpa dukungan dan
bantuan dari luar.
 Menurut MaramisRetardasi mental adalah individu dengan keadaan intelegensi
yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak masa lahir atau sejak
masa anak)
 Menurut PPDGJ II
Individu dengan keadaan yang terdiri dari:

a. Fungsi intelektual umum dibawah rata2 yang cukup bermakna (IQ< 70)
b. Yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau hendaya dalam
perilaku adaptif
c. Tumbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental, dr. Ismed Yusuf, FK UNDIP 1991

2. Etiologi
Kondisi genetik ( kromosom dan bawaan )
Pemaparan pranatal dengan infeksi dan toksin  rubella, penyakit inklusi
sitomegali, sifilis, toxoplasmosis, herpes simpleks, AIDS, sindroma alkohol janin,
pemaparan zat pranatal ( opiat dan heroin )
Trauma perinatal ( seperti prematuritas )  bayi prematur dan bayi dengan berat
badan lahir rendah berada dalam risiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelektual. Perdarahan intrakranial atau tanda2 iskemik serebral terutama
rentan terhadap kelainan kognitif
Kondisi yang didapat  infeksi, trauma kepala, masalah lain
Faktor sosiokultural
Sinopsis Psikiatri, Kaplan dan Sadock

3. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental
ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (
sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70
sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri,
kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.

4. Klasifikasi
Derajat RM IQ Usia prasekolah Usia sekolah (0-21 Usia dewasa
(0-5) tahun) (>21 tahun)

Sangat berat < 20 Retardasi jelas Beberapa Perkembangan


perkembangan motorik dan
motorik dapat bicara sangat
berespons namun terbatas
terbatas

Berat 20-34 Perkembangan Dapat berbicara Dapat


motorik yang atau belajar berperan
miskin berkomunikasi sebagian
namun latihan dalam
kejuruan tidak pemeliharaan
bermanfaat diri sendiri di
bawah
pengawasan
ketat

Sedang 35-49 Dapat berbicara Latihan dalam Dapat bekerja


atau belajar ketrampilan social sendiri tanpa
berkomunikasi, dan pekerjaan dapat dilatih namun
ditangani bermanfaat, dapat perlu
dengan pergi sendiri ke pengawasan
pengawasan tempat yang telah terutama jika
sedang dikenal berada dalam
stress

Ringan 50-69 Dapat Dapat belajar Biasanya dapat


mengembangkan ketrampilan mencapai
ketrampilan akademik sampai  ketrampilan
social dan social dan
komunikasi, kelas 6 SD kejuruan
retradarsi namun perlu
mental bantuan
terutama bila
stress

5. Manifestasi klinis

6. Diagnosis
b. Retardasi mental ringan
 IQ berkisar 50 – 69
 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri
dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal

 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat


akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis
 Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita
 Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi,
gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai
proporsi
c. Retardasi mental sedang
 IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49
 Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan, beberapa
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial
daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya
sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan
sederhana
 Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
 etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang retardasi
mental sedang
 autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat
pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada gambaran klinis
dan terapinya
d. Retardasi mental berat
 IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34
 Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :
 Gambaran klinis
 Terdapatnya etiologi organik
 Kondisi yang menyertai
 Tingkat prestasi yang rendah
 Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang
mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis
dari susunan saraf pusat
e. Retardasi mental sangat berat
 IQ biasanya di bawah 20
 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
 Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih
dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan
petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas
praktis dan rumah tangga
 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus
 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya
dengar
f. Retardasi mental lainnya
 Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan
memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu, tuli dan penderita
yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu
g. Retardasi mental yang tidak tergolongkan
 Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas
PPDGJ III

7. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
 Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
 Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
 Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
 Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan :
 Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan
lingkungan yang merangsang pertumbuhan
 Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang
hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga

- Gangguan tingkah laku


Gangguan perilaku menurut APA (1994, 2000, dalam Wicks-Nelson & Israel, 2006) adalah pola
perilaku signifikan secara klinis yang terjadi pada individu, yang dikaitkan dengan adanya
distres atau kegagalan atau adanya peningkatan resiko kematian, kesakitan, ketidakmampuan
atau hilangnya kebebasan. Biasanya kondisi ini berpengaruh pada kemampuan individu untuk
beradaptasi dengan berbagai aspek dalam kehidupannya. Indikator-indikator gangguan
perilaku antara lain berupa: hambatan perkembangan, kemunduran perkembangan, frekuensi
dan intensitas perilaku yang terlalu tinggi atau rendah, perubahan perilaku yang tiba-tiba,
perilaku yang tidak sesuai dengan situasi, gangguan perilaku yang parah, perilaku yang secara
kualitatif berbeda dari kondisi normal (Wicks-Nelson & Israel, 2006).

3) Terapi?
4) Klasifikasi gangguan perilaku pada anak?
Menurut DSM IV :

Berikut adalah klasifikasi perilaku abnormal berdasarkan DSM IV TR dari Asosiasi Psikiatrik
Amerika (untuk penjelasan masing-masing sindrom silahkan baca di posting berikutnya.

GANGGUAN YANG BIASANYA MULAI TAMPAK PADA BAYI, KANAK-KANAK ATAU REMAJA

1. Gangguan Perkembangan Belajar: Gangguan membaca/Gangguan Berhitung/Gangguan


Menulis Ekspresif
2. Gangguan Keterampilan Motorik: Gangguan Perkembangan Koordinasi
3. Gangguan Perkembangan Pervasif: Gangguan Autistik, Gangguan Rett, Gangguan
Disintegrasi masa kanak-kanak, Gangguan Asperger
4. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Perilaku Disruptif: Gangguan Pemustaan Perhatian,
Hiperaktivitas, Gangguan Sikap Menentang atau Membangkang, Gangguan Tingkah Laku
5. Gangguan Pola Makan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini: Pica, Gangguan Ruminasi,
Gangguan Makan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini
6. Ganggaun Tic: Gangguan Tourette, Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronis, Gangguan
Tic Sementara
7. Gangguan Berkomunikasi: Gangguan Berbahasa Ekspresif, Gangguan Berbahasa
Campuran Reseptif-Ekspresif, Gangguan Fonetik, Gagap/Stuttering
8. Gangguan Eliminasi: Enskopresis, Enuresis
9. Gangguan Lainnya pada Masa Bayi, Kanak atau Remaja: Gangguan Anxietas Perpisahan,
Mutisme Selektif, Gangguan Kelekatan Masa Bayi atau Masa Kanak Dini, Gangguan
Gerakan Stereotipik

5) Apakah ada pengaruh antara gejala penakut dan tidak sabar dengan DD?
6) Apa yang dimaksud dengan perkambangan normal?
Perkembangan adalah proses perubahan menuju taraf kematangan, yang merupakan proses
yang progresif, teratur, dan berkesinambungan. Proses perkembangan ini terjadi pada berbagai
aspek (fisik, kognisi, afeksi, sosial, emosi, kepribadian), dimulai sejak konsepsi sampai dengan
kematian.

Setiap fase perkembangan memiliki ciri/karakteristik tertentu. Namun adakalanya dalam


prosesnya, perkembangan tidak selalu berlangsung sesuai dengan ciri/karakteristik tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan ada perkembangan yang berlangsung normal adapula yang
abnormal.

DEFINISI NORMAL
Tidaklah mudah untuk menentukan suatu tingkah laku sebagai normal atau abnormal. Normal
menunjuk pada standar, sedangkan abnormal (ab = jauh dari) berarti jauh dari atau
menyimpang dari standar.

Menurut Werner (....), ada beberapa acuan yang digunakan untuk menentukan sesuatu sebagai
Normal atau Abnormal, yaitu:

1. Normal = Rata-rata, kebanyakan orang


Batasan ini merupakan konsep statistik, dimana suatu tingkah laku dinyatakan
normal bila tingkah laku tersebut sama dengan tingkah laku kebanyakan orang
dalam kelompoknya.

Dihubungkan dengan perkembangan, normal berarti kemampuan menyesuaikan


diri dengan lingkungan budaya, dan gambaran kepribadiannya mendekati
gambaran kepribadian masyarakatnya.

2. Normal = sesuatu yang ideal


Normal dalam definisi ini berarti sesuai dengan keadaan yang didambakan. Akan
tetapi, normal dalam acuan ini jarang tercapai karena sebenarnya setiap orang
pasti mengalami ‘gangguan’, tidak ada yang sempurna.

Karena setiap orang pasti mengalami ‘gangguan’, maka definisi normal ini
dihubungkan dengan kemampuan orang untuk mencari jalan dalam mengatasi
gangguan tersebut.

Bila pendekatan statistik melihat normalitas/abnormalitas secara


umum/massal, maka pendekatan ideal ini besifat humanistic, yaitu melihat satu
persatu kasus (secara spesifik), sehingga bisa menggolongkan orang-orang yang
abnormal kedalam penggolongan gangguan tertentu.

3. Normal = mampu menyesuaikan diri, mampu menyelesaikan


permasalahan secara efektif, dapat menghargai hubungan antar manusia,
bekerja secara produktif untuk mengisi hidupnya.
Abnormal bila keadaan pikiran atau cara bertingkah laku merusak kemampuan
seseorang untuk sukses dalam menghadapi tantangan dan kesempatan dalam
hidupnya.

Definisi ini bersifat relatif, tidak seabsolut definisi statistik di atas.

Tidak ada batasan yang paling tepat dari ketiga batasan di atas; ketiganya
diperlukan sebagai titik awal untuk membedakan antara anak berkelainan atau
tidak.

MENGENALI NORMALITAS-ABNORMALITAS TINGKAH LAKU

Michael Rutter (1975) mengatakan bahwa tingkah laku dianggap abnormal bila
terdapat gejala- gejala sebagai berikut:
1. Tingkah laku tidak sesuai dengan usia atau jenis kelamin

2. Kelainan menetap untuk waktu yang cukup lama

3. Fluktuasi dalam kehidupan anak yang diluar kebiasaan

4. Tingkah laku anak menyimpang dari norma-norma sosial budaya.

5. Gangguan tingkah laku yang meluas meliputi beberapa area fungsi


psikologisnya

6. Bentuk simtom mendekati gambaran gangguan fungsi psikologis yang ada

7. Berat dan frekuensi dari simtom di luar kebiasaan

8. Perubahan tingkah laku yang merupakan implikasi adanya kelainan

9. Situasi spesifik yang dapat mengganggu anak dalam berinteraksi dengan


orang lain.

Kesembilan gejala tersebut tidak harus seluruhnya ada, tetapi makin banyak
faktor mengindikasikan makin jelas adanya kelainan (abnormalitas).

Sumber : Diktat Kuliah Psikopatologi Anak. Universitas Indonesia: Fakultas


Psikologi.

TAHAPAN PERKEMBANGAN NORMAL PADA ANAK

 perkembangan penalaran
1. sensorimotor (0-2 tahun) memadukan panca indra dan motorik
sehingga gerakan terarah dan memiliki tujuan
2. pre operasional (2-7 thun) anak bisa meniru, meilliki imajinasi utk
bermain dg mainannya
3. oprasinal konkrit (7-11tahun)  anak bisa menetapkan dan menafsirkan
4. operasional formal (11-18 tahun) anak menelusuri, menyelesaiakan
dari kemungkinan dalil, logis seperti orang dewasa
 Perkembangan emosi

usia 2-6 tahun  merupakan masa puncak dari rasa takut yg khas dlm pola
perkembangan normal
 Perkembangan tingkah laku
1. umur 4-5 tahun  dapat mengendalikan gerakan kasar
2. umur 6 tahun  siap menyesuaikan diri dg tuntutan sekolah
3. tingkah laku menyimpang dapat mulai dari umur 6 tahun spt perilaku
agresif dan non agresif
 Perkembangan sosialisasi
1. sebelum usia 2 tahun anak terlibat dalam permainan seorang diri atau
searah
2. sejak umur 3-4 tahun anak mulai bermain bersama dg kelompok dari
umur 2-6 tahun, anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dg
orang2 diluar lingkungan rumah terutama dg anak-anak sebaya
 Perkembangan komunikasi
1. reseptif dan ekspresif
2. menangis dan memberikan isyarat merupakan motivasi awal utk belajar
bicara
3. sebagian anak belum bisa mengucapkan sepatah kata pun sebelum
berusia 12 bulan
4. anak usia 12-18 bulan dapat menggunakan bentuk kalimat kata tunggal
5. kedua tahap normal tercapai pada usia 2 tahun

 Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan

dibawah ini :

 Perkembangan bicaranya terlambat, atau sama sekali tidak berkembang.

 Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka

untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.

 Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu

pembicaraan dua arah yang baik.

 Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.

 Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya

kurang variatif.

 Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :


 Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun

postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.

 Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana

mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.

 Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.

 Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi

kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.

 Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan

stereotipik seperti dibawah ini :

 Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku

yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir

seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.

 Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna,

misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama,

menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas

yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan

nangis teriak-teriak minta diulang.

 Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya

mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan

mengetok-ngetokkan sesuatu.

 Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna,

seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan

tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.

Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar:

 temper tantrum (ngamuk tak terkendali)

 tertawa dan menangis tanpa sebab

 ada juga rasa takut yang tak wajar.


Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris:

 adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda

 tak suka kalau dipeluk atau dielus.

Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak

perempuan dengan perbandingan 3 : 1

http://www.autisme.or.id/GPP_PDD/autisme_masa_kanak/.

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIVE PADA ANAK

definisi :

AUTIS
 definisi

Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang

mengarah pada diri sendiri.

Dalam kamus psikologi umum ( 1982), autisme berarti preokupasi

terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih

banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri dari pada

melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup

di “alamnya” sendiri.

Dra.ELVI ANDRIANI YUSUF Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

 etiologi
 teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin.
Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan metabolisme metalotionin.
Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang dimiliki
oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam
berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang
berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut
air raksa memiliki afinitas yang paling kuat dengan terhadap
metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga,
perak atau zinc.

 Diagnosa
Untuk menetapkan diagnosis gangguan autisme para klinisi sering

menggunakan pedoman DSM IV (Diagnostic and Statistic Manual

IV). Gangguan Autisme didiagnosis berdasarkan DSM-IV:

A. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari(1), (2), and (3), dengan minimal harus

ada 2 gejala dari (1), dan satu gejala masing-masing dari (2) dan (3):

(1) GANGGUAN KUALITATIF DALAM INTERAKSI SOSIAL,

minimal harus ada dua manifestasi:

•· Hendaya dalam perilaku non verbal seperti : kontak mata sangat

kurang, ekspresi muka kurang hidup, sikap tubuh atau gerak tubuh

dalam interaksi sosial

•· Kegagalan dalam berhubungan dengan anak sebaya sesuai dengan

perkembangannya

•· Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

•· Kurangnya hubungan sosial dan emosional

(2) GANGGUAN KUALITATIF DALAM BIDANG KOMUNIKASI,

minimal 1 gejala di bawah ini :

•· Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (tak

ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa


bicara).

•· Bila bisa bicara tidak dipakai untuk komunikasi

•· Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.

•· Cara bermain kurang variasi, kurang imajinatif dan kurang bisa

meniru.

(3) SUATU POLA YANG DIPERTAHANKAN DAN DIULANG-

ULANG DALAM PERILAKU, MINAT DAN KEGIATAN. Sedikitnya

harus ada 1 gejala di bawah ini :

•· Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat

khas dan berlebihan.

•· Terpaku pada satu kegiatan ritual atau rutin yang tidak ada

gunanya

•· Terdapat gerakan-gerakan aneh yang khas berulang-ulang.

•· Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda

B. Sebelum usia 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan

dalam bidang :

Interaksi sosial

Bicara dan berbahasa

Cara bermain yang kurang variasi

C. Gangguan tersebut bukan disebabkan karena sindrom Rett atau

Gangguan disintegratif masa kanak-kanak (Childhood Disintegrative

Disorder).

 Gejala Klinis
Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal

Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak


dapat berbicara. Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan
arti yang lazim digunakan.
Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat
berkomunikasi dalam waktu singkat.
Kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain ("bahasa planet")
Tidak mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang
sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya.
Bicaranya monoton seperti robot
Bicara tidak digunakan untuk komunikasi
Mimik datar

Gangguan dalam bidang interaksi sosial

Menolak atau menghindar untuk bertatap muka


Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli
Merasa tidak senang atau menolak dipeluk
Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan
berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain
Saat bermain bila didekati malah menjauh
Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan
tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Gangguan dalam bermain

Bermain sangat monoton dan aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu
deretan yang panjang, memutar bola pada mainan mobil dan mengamati
dengan seksama dalam jangka waktu lama.
Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau
guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi.
Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Tidak menyukai boneka, tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik
seperti botol, gelang karet, baterai atau benda lainnya
Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak
dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai permainan yang
bersifat pura pura.
Sering memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau
angin yang bergerak.
Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas sehari hari,
misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian
harus melalui rute yang sama.

Gangguan perilaku

Sering dianggap sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan


barang tertentu pada tempatnya
Anak dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru
pertama kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana
kemari, berlari-lari tak tentu arah.
Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan tangannya seperti burung
terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri seperti memukul kepala atau
membenturkan kepala di dinding
Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam
bengong dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal.
Amat sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun
orang. Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke
orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi

Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata


Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak
mendapatkan sesuatu yang diinginkan
· Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila keinginannya tidak
didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak.
Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain

Gangguan dalam persepsi sensoris

Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa


(lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja
Bila mendengar suara keras, menutup telinga
Menangis setiap kali dicuci rambutnya
Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu
Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau
melepaskan diri dari pelukan.
 Deteks dini
Meskipun sulit namun tanda dan gejala autism sebenarnya sudah bisa
diamati sejak dini bahkan sejak sebelum usia 6 bulan.

1. DETEKSI DINI SEJAK DALAM KANDUNGAN

Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih


juga belum mampu mendeteksi resiko autism sejak dalam kandungan.
Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk
mendeteksi autism sejak dini, namun pemeriksaan ini masih dalam batas
kebutuhan untuk penelitian.

1. DETEKSI DINI SEJAK LAHIR HINGGA USIA 5 TAHUN

Autisma agak sulit di diagnosis pada usia bayi. Tetapi amatlah penting
untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini karena penanganan
yang lebih cepat akan memberikan hasil yang lebih baik. Beberapa pakar
kesehatanpun meyakini bahwa merupahan hal yang utama bahwa semakin
besar kemungkinan kemajuan dan perbaikan apabila kelainan pada anak
ditemukan pada usia yang semakin muda

Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau anak
menurut usia :

USIA 0 - 6 BULAN

1. Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)


2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
4. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
5. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
6. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 - 12 BULAN

1. Sulit bila digendong


2. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
3. Tidak ada kontak mata
USIA 1 – 2 TAHUN
1. Kaku bila digendong
2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
3. Tidak mengeluarkan kata
4. Tidak tertarik pada boneka
5. Memperhatikan tangannya sendiri
6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 - 3 TAHUN
1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
2. Melihat orang sebagai "benda"
3. Kontak mata terbatas
4. Tertarik pada benda tertentu
USIA 4 - 5 TAHUN
1. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
5. Temperamen tantrum atau agresif

 DD

SINDROM ASPERGER

 definisi
Adalah suatu kondisi dimana anak menunjukkan gangguan jelas dalam

hubungan social dan pola perilaku yang berulang dan stereotipik

tanpa keterlambatan dalam perkembangan bahasa sedangkan

kemampuan kognitif dan adaptif anak adalah normal

 Pedoman diagnosis
 DD

SINDROM RETT

 definisi
 Pedoman diagnosis
1. Kriteria Diagnostik Sindrom Rett’s
A. Semua berikut
1) Perkembangan pra natal dan perinatal yg tampaknya normal
2) Perkembangan psikomotor yg tampaknya normal selama lima
bulan pertama setelah lahir
3) Lingkaran kepala yg normal saat lahir
B. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal
1) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan
2) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya
telah dicapai antara 5 dan 30 bulan dng diikuti perkembangan
gerakan tangan stereotipik (misalnya memuntirkan tangan
atau mencuci tangan)
3) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan (walaupun
seringkali interaksi social tumbuh kemudian)
4) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yg
terkoordinasi secara buruk
5) Gangguan parah pd perkembangan bahasa ekspresif dan
reseptif dng retardasi psikomotor yg parah

 DD

GANGGUAN AKTIVITAS BERLEBIH YG BERHUBUNGAN DG RETARDASI


MENTAL DAN GERAKAN STEREOTIPIK F84.4

 Pedoman diagnostik

GANGGUAN PERKEMBANGAN PADA ANAK

RETARDASI MENTAL
 definisi
Definisi menurut NOYES :
Individu yang mempunyai keterbatasan keprobadian, sehingga
mengakibatkan kegagalan untuk mengembangkan kapasitas
intelektualnya, yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan
lingkungannya, menjadi seseorang yang mandiri.
Keterbatasan kemampuan intelektual ini dapat terjadi oleh karena
gangguan perkembangan otak akibat pengaruh genetic, malnutrisi,
penyakit-penyakit tertentu, trauma pada otak baik sebelum lahir,
pada waktu proses kelahiran maupun segera setelah kelahiran.
Keterbatasan intelektual dapat juga terjadi oleh karena
konsekuensi dari gangguan perkembangan akibat kurangnya
stimulasi lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan keluarga
ataupun lingkungan sosialnya.

 etiologi

Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau


tak jelas sebabnya (simpleks).keduanya disebut retardasi mental
primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar
yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-
anak.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :
- Akibat infeksi dan/atau intoksikasi.
Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi mental karena
kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum,
obat atau zat toksik lainnya.
- Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain.
Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x,
bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa
sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
- Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan
metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan
protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.

Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama


sebelum umur 4 tahun sangat memepngaruhi perkembangan otak dan
dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki
dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun
anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah
itu sudah sukar ditingkatkan.

- Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal).


Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma
(tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau
peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi
yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi
sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang,
proliferatif, sklerotik atau reparatif.
- Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas.
Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak
diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek
kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
- Akibat kelainan kromosom.
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam
bentuknya.
- Akibat prematuritas.
Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan
keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500
gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak
terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
- Akibat gangguan jiwa yang berat.
Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa
yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
- Akibat deprivasi psikososial.
Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor biomedik
maupun sosiobudaya.

 manifestasi kllinis
 klasifikasi

h. Retardasi mental ringan

 IQ berkisar 50 – 69

 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada

berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang

mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai

dewasa

Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa

tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk

keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam

merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan

keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya

agak lambat daripada normal


 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang

bersifat akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan

menulis

 Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil

penderita

 Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan

lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat

ditemukan dalam berbagai proporsi

i. Retardasi mental sedang

 IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49

 Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan,

beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam

keterampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung

pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat

mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana

 Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat

mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat

berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka

 etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang

retardasi mental sedang

 autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya

terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar

pada gambaran klinis dan terapinya

j. Retardasi mental berat

 IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34

 Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :

 Gambaran klinis
 Terdapatnya etiologi organik

 Kondisi yang menyertai

 Tingkat prestasi yang rendah

 Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik

yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan

adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang

bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat

k. Retardasi mental sangat berat

 IQ biasanya di bawah 20

 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter

mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana

 Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana

tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan

dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin

dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga

 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar

kasus

 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang

mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat

dan daya dengar

l. Retardasi mental lainnya

 Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental

dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin

dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya

buta, bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat

atau fisiknya tidak mampu

m. Retardasi mental yang tidak tergolongkan


 Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang

cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas

PPDGJ III

 diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk RM:
1. Fungsi intelektual yg secara bermakna dibawah rata2 I.Q kira2 70
atau kurang,yang dilakukan secara individual.
2. Adanya deficit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif
sekarang pada sekurang2nya dua bidang ketrampilan berikut :
komunikasi, merawat diri sendiri, dirumah, ketrampilan
social/interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan
diri sendiri, ketrampilan akademik fungsional, pekerjaan, liburan,
kesehatan dan keamanan.
3. Onset sebelum usia 18tahun.

Pemeriksaan Fisik

1. Bentuk wajah pasien : tulang hidung datar, alis mata yg menonjol,


lidah yg menonjol, telinga yang letaknya rendah.
2. Ekspresi wajah pasien : penampilan dungu.

Pemeriksaan Neurologis

1. Gangguan sensorik : 10% mengalami gangguan pendengaran,


gangguan penglihatan dan gangguan kejang.
2. Gangguan motorik : hipotonia,hiperrefleksi dan gerakan involunter.

 DD

GANGGUAN PERILAKU DAN EMOSIONAL DENGAN ONSET BIASANYA


PADA MASA KANAK DAN REMAJA

Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive Developmental Disorders /PDD) terdiri dari


beberapa jenis di antaranya adalah:
1) Autism
2) Aspergers
3) Retts
4) Childhood Disintegrative Disorder (CDD)
5) Gangguan pervasive opada masa kanak-kanak (Pervasive Developmental Disorder) or
Not Otherwise Specified (PDD:NOS)
DSM-IV

Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik:
1) Uji Laboratorium
 Uji intelegensi standar dan uji perkembangan
 Pengukuran fungsi adaptif
2) EEG (Elektro Esenflogram)
 Gejala kejang yang dicurigai
 Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT ata MRI
 Pembesaran kepala
 Dicurigai kelainan otak yang luas
 Kejang lokal
 Dicurigai adanya tumor intra kranial
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
AUTISME
 Definisi:
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada
dunianya sendiri (Suryana, 2004).

 Ciri-ciri autisme:
Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), kriteria
diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:
A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari
(1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3):
1. Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan
setidak-tidaknya dua dari hal berikut:
a) Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non
verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur
untuk mengatur interaksi sosial.
b) Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat
menurut tahap perkembangan.
c) Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi
kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti
dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan).
d) Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.
2. Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidak-
tidaknya satu dari hal berikut:
a) Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa
(tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam
alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik).
b) Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan
kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan
orang lain.
c) Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau
bahasa yang aneh.
d) Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan
atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan.
3. Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan berbentuk tetap,
ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu
dari hal berikut:
a) Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang
berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal.
b) Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang
spesifik.
c) Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau
mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari
keseluruhan tubuh).
d) Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek
B. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya dalam 1 dari area berikut,
dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang
digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan simbolik atau imajinatif.
C. Gangguan tidak lebih baik bila dimasukkan dalam Rett’s Disorder atau Childhood
Disintegrative Disorder.

 Tingkat kecerdasan anak autis:


Pusponegoro dan Solek (2007) menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak autis
dibagi mejadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
a) Low Functioning (IQ rendah)
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning (IQ rendah), maka
dikemudian hari hampir dipastikan penderita ini tidak dapat diharapkan untuk hidup
mandiri, sepanjang hidup penderita memerlukan bantuan orang lain.
b) Medium Functioning (IQ sedang)
Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning (IQ sedang), maka
dikemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita ini masih bisa masuk
sekolah khusus yang memang dibuat untuk anak penderita autis.
c) High Functioning (IQ tinggi)
Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning (IQ ”tinggi”), maka
dikemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya,
dapat juga hidup berkeluarga.

RETARDASI MENTAL
 Definisi:
1. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO,
MENKES 1990).
2. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter
CH, Toback C).

 Etiologi:
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktor-faktor yang
potensial sebagai penyebab Retardasi Mental:
Non organik:
 Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis.
 Faktor sosiokultural.
 Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik.
 Penelantaran anak.
Organik:
 Faktor Pra-konsepsi
 Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneous).
 Kelainan kromosom.
 Faktor Pre-natal
 Gangguan pertumbuhan otak trimester I
 Kelainan kromosom
 Infeksi intra uterin, misal HIV
 Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)
 Disfungsi plasenta
 Kelainan konginetal dari otak
 Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
 Infeksi intra uterin, misal HIV
 Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat)
 Ibu DM, PKU
 Toksemia gravidarum
 Disfungsi plasenta
 Ibu malnutrisi
 Faktor Peri-natal
 Sangat prematur
 Asfeksia neotorum
 Trauma lahir
 Meningitis
 Kelainan metabolik
 Faktor Post Natal
 Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
 Neurotoksin
 CVA
 Anoksia, misalnya tenggelam
 Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal
 Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis
 Patofisiologi:
Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa,
ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana
prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan keamanan akademik
fungsional bersantai dan bekerja.
Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis itu
meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan
muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi
tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan
muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya
dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul berbagai masalah
dalam keperawatan.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press.
Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

ADHD
 Definisi:
ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,
(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan
Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang
memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.

 Etiologi:
Bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil penelitian Faron dkk, 2000,
Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF Baihaqi &Sugiarmin, 2006), yang
mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya
ADHD, yaitu:
Faktor genetika
Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting
dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga
ADHD memiliki gangguan, yaitu jik orang tua mengalami ADHD, maka anaknya
beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami.
ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD.
Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul
genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan
demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu
menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan.
Faktor neurobiologis
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa
terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul
pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan
pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi
lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi
tinggi)menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini
meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam
bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia.
Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan
respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan
ciri-ciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD
mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD.

 Ciri-ciri ADHD:
a. Inatensi
Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak
mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah
teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh
perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu
mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek,
sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya.
b. Impulsifitas
Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak
disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga
sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk
mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan
ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun
lingkungannya.
c. Hiperaktivitas
Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang
dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak
bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang
aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak
mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya,
sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting.
Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk
memusatkan perhatian.
American Psychiatric Assosiations (2005). Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM IV). Washington, DC. American Psychiatric Associations.
Alberto, P. A,. & Anne, C. A,. (1986). Applied Behavior Analysis for Teachers. Ohio:
Merrill Publishing Company.
Grad, L. Flick. (1998). ADD/ADHD Behavior-change Resource Kit. New York: The
Center for Applied Research in Education.
Penatalaksanaan Medis
Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier:
a) Pencegahan primer
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang
menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari
profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik dapat membantu.
b) Pencegahan sekunder
Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit.
c) Pencegahan tertier
Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi

Dalam pelaksanaannya, kedua jenis ii dilakukan bersamaan meliputi:


a) Pendidikan untuk anak mancakup latihan ketrampilan adaptif, sosial dan kejuruan.
b) Terapi pra luka agresif dan melukai diri
c) Kognitif dan psikodinamika
d) Pendidikan keluarga
e) Intervensi farmakologis:
 Obat-obatan psikotropika (Tioridasin/Mellaril) untuk remaja dengan perilaku
yang membahayakan diri sendiri.
 Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hiperaktif.
 Antidepresan (Imipramin/Trofanil)
 Karbamazepin (Tegretol) dan Propanolol (Inderal)
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

3.
1. Berat ringannya derajat kelainan
Semakin ringan gangguan autis maka kesembuhan anak autis akan berjalan lebih cepat
daripada yang menderita autis berat.
2. Usia anak saat pertama kali ditangani
Terapi yang dimulai sedini mung-kin sebelum usia 5 tahun lebih membantu kesembuhan
anak autis karena perkem-bangan paling pesat dari otak ma-nusia terjadi pada usia 2-3
tahun. Sebaliknya penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih
lambat. Jika sudah terdeteksi sejak dini tentunya akan semakin cepat proses
pe-nanganannya. Banyak metode dan cara untuk mendidik anak autis.
3. Proses pendidikan dan pengajaran
Proses pendidikan dan pengajaran tersebut baik datang dari anak, orang tua, lingkungan
keluarganya juga sarana prasarana dan strategi belajar.
Lingkungan keluarga yang mendukung kesembuhan anak autis akan lebih membantu
keberhasilan anak autis dalam pendidikannya daripada lingkungan keluarga yang tidak
menerima kehadirannya, menyembunyikan dan tidak mengakui anak autis tersebut.
Penerimaan di sini bukan hanya secara moral saja, tetapi dapat di-aplikasikan ke dalam
bentuk perilaku yang memberikan pendidikan pada anak autis dengan menye-kolah-kan
pada se-kolah khusus autisme atau lembaga pusat terapi anak kebutuhan khusus.
Pen-didikan anak autisme tidak hanya dari sekolah atau terapi saja tetapi juga di-butuhkan
peran orang tua dan anggota ke-luarga di rumah. Adapun pendidikan di ru-mah adalah
menyesuaikan dengan tu-gas per-kembangan anak dan me-lanjutkan materi dari sekolah
khusus autisme.
Peran orang tua dalam penyem-buhan anak penderita autisme sangatlah penting. Pertama
adalah pekerjaan ru-mah, kedua generalisasi yaitu men-tranfer kegiatan yang dipelajari di
sekolah ke tempat lain. Hal ini membutuhkan peran dari orang tua. Juga mengenai sosialisasi
orang tua harus ikut berperan sebab waktu di sekolah hanya se-kitar 6 jam saja, sisa waktu
lebih banyak di rumah karena itu kerja sama antara orang tua dan guru perlu sekali. Orang
tua adalah orang yang paling kenal dengan anak, jadi guru, dokter, dan terapis harus
mendengar informasi dari orang tua anak autis. Orang tua harus mempunyai pemahaman
tentang anak autis. Selain harus melakukan peng-obatan secara me-dis, orang tua juga
di-tun-tut bijak dan sabar me-ng-hadapi kon-disi anak.
Selain itu strategi belajar juga sangat menentukan, penggunaan sarana prasarana serta
metode yang dipakai untuk menerapi anak autis. Terapis yang kreatif dan berpengalaman,
metode terapi yang disertai media belajar yang mendukung, akan membantu kesembuhan
anak autis lebih cepat dibandingkan dengan terapis yang ala kadarnya serta sarana dan
prasarana yang seadanya. Intensitas waktu terapi anak autis juga ikut berpengaruh dalam
cepat lambatnya kesembuhan. Apapun metode dan terapi yang di-pilih penanganan harus
terstruk-tur, terpola, konsisten, kontinyu dan terprogram. Penanganan harus
dipertimbangkan sesuai de-ngan ke-butuh-an dan usia anak.
4. Kesehatan
Anak autis yang sakit-sakitan akan memperlambat kesembuhannya. Gizi dan nutrisi anak
autis yang tercukupi mempengaruhi perkembangan fisik sekaligus kemampuan berpikir si
anak. Anak autis biasanya memiliki gangguan metabolisme dan problem pencernaan.
5. Kecerdasan
Semakin cerdas anak autis, maka semakin cepat daya penangkapan materi. Dengan
demikian anak yang memiliki IQ di bawah rata-rata akan lebih lambat daripada anak autis
yang memiliki IQ rata-rata maupun di atas rata-rata.
SUMBER :
Maulana Mirza. 2007. A

AUTIS
1. Definisi
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah
pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum ( 1982), autisme berarti
preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih
banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat
kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme
sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri. Autisme bisa terdeteksi
pada anak berumur paling sedikit 1 tahun
Dra.ELVI ANDRIANI YUSUF Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara

2. Etiologi
a) Sampai sekarang belum terdeteksi faktor yang menjadi penyebab tunggal
timbulnya gangguan autisme. Namun demikian ada beberapa faktor yang di
mungkinkan dapat menjadi penyebab timbulnya autisme berikut:
1. Menurut Teori Psikososial
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai
akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak.
Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku,
obsesif, tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya
menjadi autistik.
2. Teori Biologis
a. Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki
resiko lebih tinggi dibanding populasi keluarga normal.
b. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan
awal, obatobatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
c. Neuro anatomi yaitu: Gangguan/disfungsi pada sel-sel otak selama
dalam kandugan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan
oksigenasi, perdarahan, atau infeksi.
d. Struktur dan Biokimiawi yaitu: Kelainan pada cerebellum
dengan cel-sel Purkinje yang jumlahnya terlalu sedikit, padahal sel-sel
purkinje mempunyai kandungan serotinin yang tinggi. Demikian juga
kemungkinan tingginya kandungan dapomin atau opioid dalam darah.
3. Keracunan logam
berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambanga batu bara,
dlsb.
4. Gangguan pencernaan, pendengaran dan penglihatan.
Menurut data yang ada 60 % anak autistik mempunyai sistem pencernaan
kurang sempurna. Dan kemungkinan timbulnya gejala autistik karena
adanya gangguan dalam pendengaran dan penglihatan.

3. Diagnosis
Kriteria Autisme berdasarkan DSM-IV:
DD :
 Skizofrenia onset masa anak-anak
 RM dgn gejala perilaku
 Gangguan bahasa reseptif/ekspresif campuran
 Afasia didapat dgn kejang
 Ketulian congenital / gangguan pendengaran parah
 Pemutusan psikososial
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)

Penatalaksanaan :
Tujuan terapi adl menurunkan gejal perilaku dan membantu perkembangan fungsi yg
terlambat / tidak ada, seperti merawat diri, keterampilan bahasa. Disamping itu, orang
tua yg sering kecewa, memerlukan bantuan dan konseling.
- Latihan diruang kelas yg terinstruktur dalam kombinasi dg metode perilaku.
Psikofarmakologi  haloperidol, fenfluramin, Lithium
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)

Prognosis
2/3 org dewasa autistic tetap mengalami kecacatan parah dan hidup dg ketergantungan
atau setengah tergantung. 1-2% normal, 5-10% normal ambang. Prognosis membaik
jika lingkungan / rumah adl suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tsb sangat
banyak. 4-32% memiliki kejang grand mall pd masa anak akhir / masa remaja dan
kejang memperburuk prognosis.
RETARDASI MENTAL
1. Definisi
 Menurut NOYES retardasi mental adalah individu yang mempunyai
keterbatasan kepribadian, sehingga mengakibatkan kegagalan untuk
mengembangkan kapasitas inetelektualnya, yang diperlukan untuk
memenuhi tuntutan lingkungannya, menjadi seorang yang mandiri.
 Menurut ROAN retardasi mental adalah individu dengan keterbatasan
kemampuan atau terhentinya proses perkembangan otak, yang berakibat
terhentinya proses maturasi, sehingga individu tersebut tidak mampu
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungannya atau terhadap harapan dari
masyarakatnya, supaya dapat mempertahankan hidupnya tanpa dukungan
dan bantuan dari luar.
 Menurut MaramisRetardasi mental adalah individu dengan keadaan
intelegensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak
masa lahir atau sejak masa anak)
 Menurut PPDGJ II
Individu dengan keadaan yang terdiri dari:
d. Fungsi intelektual umum dibawah rata2 yang cukup bermakna (IQ<
70)
e. Yang mengakibatkan atau berhubungan dengan kekurangan atau
hendaya dalam perilaku adaptif
f. Timbul sebelum usia 18 tahun
Retardasi mental, dr. Ismed Yusuf, FK UNDIP 1991

2. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat dibagi dalam kelompok :
(i) Biomedik, dan
(ii) Sosiokultural, psikologik dan lingkungan.

I. Kelompok Biomedik dapat di bagi menjadi sebab prenatal, natal dan


postnatal.
A. Penyebab Prenatal
1. Infeksi ibu : kuman, virus, toxoplasma.
(a) kuman : tbc, syphilis, meningitis, karena meningococcus.
(b) virus rubella, influenza, cytomegalic inclusion body disease;
2. Intoxikasi karena : bilirubin (kernicterus), timah, karbon monoxida,
post-imunisasi, toxemia gravidarum.
3. Gangguan metabolisme.
(a) metabolisme protein : phenylketonuria.
(b) metabolisme hidrat arang : galactosemia.
(c) metabolisme lemah : Tay-Sach's disease.
4. Bentuk kepala abnormal : Anencephalia, Makrocefalia, Mikrocefalia,
Hydrocefalus, Craniostenosis.
5. Kelainan khromosom : Mongolism (sindroma Down), Klinefelter's
syndrome.
6. Irradiasi pada kandungan dengan umur kehamilan 2-6 minggu.
7. Malnutrisi ibu, terutama karena defisiensi protein.
8. Endokrin : Hypothyroid ibu menyebabkan kretinism

B. Natal
1. anoxia otak karena asphyxia, misalnya karena partus lama
2. trauma kelahiran
3. prematuritas/berat badan lahir rendah.

C. Postnatal
1. malnutrisi bayi : Perkembangan inteligensi anak, sangat dipengaruhi bila
defisiensi protein terjadi sejak lahir sampai umur 2 tahun.
2. Infeksi : encephalitis, meningitis, febrile convulsion yang lama dan
sering.
3. Trauma kapitis.
4. Anoxia otak : karena status epilepticus atau dehydrasi (gastroenteritis
berat). 25% dari retardasi mental mempunyai IQ dibawah 50 dan ada
hubungannya dengan sebab-sebab biomedik.

II. Kelompok sosiokultural, psikologik dan lingkungan.


Ciri-ciri dari kelompok ini :
-- tidak ada tanda-tanda dari kelainan struktural otak.
-- derajat keterbelakangannya masih termasuk ringan (IQ diatas 50).
-- 75 % dari jumlah retardasi mental mempunyai IQ diatas 50 dan sebagian
besar disebabkan karena sebab-sebab sosiokultural.
Sebab-sebab dari kelompok II:
(a) adanya retardasi mental ringan (kedunguan) yang terdapat pada anggota
keluarga lain (cultural familiar retardates). Sebab ini banyak terdapat di
Indonesia, melihat struktur masyarakat Indonesia banyak berasal dari
golongan sosioekonomi rendah. Karena kurangnya kepandaian mereka
maka secara automatis mereka jatuh pada suatu tingkatan yang paling
bawah yakni yang taraf kehidupannya berjalan sangat sederhana.
(b) adanya gangguan emosi pada anak sehingga anak berfungsi di bawah
potensi sebenarnya (misalnya karena penolakan orang tua, iri terhadap
saudaranya dsb.).
(c) kurangnya stimulasi pada anak, misalnya :
--kurangnya rangsangan belajar.
--kurangnya pemberian kasih sayang dan perhatianorang tua pada anak karena
adanya pemisahan orang tuadengan anak (parental deprivation).
Endang Warsiki Ghosali
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya.

3. Diagnosis
n. Retardasi mental ringan
 IQ berkisar 50 – 69
 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi
sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan
sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada
normal

 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat


akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis
 Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil
penderita
 Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain,
epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan
dalam berbagai proporsi
o. Retardasi mental sedang
 IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49
 Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan,
beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan
visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa,
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana
 Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti
percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi
seadanya untuk kebutuhan dasar mereka
 etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang
retardasi mental sedang
 autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya
terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada
gambaran klinis dan terapinya
p. Retardasi mental berat
 IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34
 Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal :
 Gambaran klinis
 Terdapatnya etiologi organik
 Kondisi yang menyertai
 Tingkat prestasi yang rendah
 Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang
mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara
klinis dari susunan saraf pusat
q. Retardasi mental sangat berat
 IQ biasanya di bawah 20
 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
 Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit
ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga
 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus
 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang
mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan
daya dengar
r. Retardasi mental lainnya
 Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin
dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta,
bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya
tidak mampu
s. Retardasi mental yang tidak tergolongkan
 Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup
untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas
PPDGJ III

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu


:
4. Terapi
Terapi pada anak dengan retardasi mental meliputi 4 aspek:
1. Terapi terhadap aspek fisik
Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan fisik. Terapi ini
meliputi:
1.1. Terapi simptomatik
Semua kelainan-kelainan fisik yang dapat diatasi atau ditolong dengan
terapi ini, misalnya: fenilketonuria, galaktosemia, kejang-kejang dengan
obat-obatan yang sesuai untuk itu.
1.2. Koreksi terhadap cacat
Oleh karena pada anak dengan retardasi mental sering didapatkan
kecacatan, maka koreksi terhadap cacat ini paling tidak membebaskan
penderita dan kekurangannya. Yang paling sering, koreksi terhadap alat-
alat gerak, defek panca indra, dan yang koreksi lain yang berhubungan
dengan kosmetik, untuk memperbaiki fungsi dan penampilan diri.
2. Terapi terhadap, aspek psikologik/psikiatrik
Sasaran terapi ditujukan terhadap kelainan atau gangguan yang berhubungan
dengan emosi dan gangguan tingkah laku serta terhadap kondisi psikologis
keluarga. Terapi ini meliputi.
2.1. Terhadap emosi dan tingkah laku penderita.
Emosi dan tingkah laku penderita, terutama yang hiperaktif dapat
diberikan obat-obatan golongan ansiolotik, misalnya: diazepam,
khlordiazepokside atau yang lain. Bila hal mi belum menolong, dapat
dipertimbangkan pemberian anti psikotik atan neuroleptika dalam dosis
awal yang kecil dulu, secara bertahap, bila belum baik dapat dinaikkan.
2.2. Terhadap kondisi psikologis keluarga
- Terhdap keluarga dapat diberikan konsultasi dan bimbingan sampai
kepada psikoterapi dan terapi keluarga. Tidak selamanya keluarga
memerlukan bantuan psikologis terus menerus. Bantuan yang
teratur dalam periode 3 bulan sekali dapat mempertahankan
keseimbangan psikologis keluarga. Hanya pada keadaan atau
periode krisis dalam keluarga, bantuan psikologis mi sangat
penting artinya.
- Periode krisis dalam keluarga meliputi keadaan-keadaan sebagai
berikut:
- Kecurigaan pertama adanya retardasi mental, terutama pada waktu
diagnosa belum dapat ditegakkan
- Pada waktu diagnosa sedang dipelajari secara seksama.
- Periode penderita akan masuk sekolah, memilih sekolah yang
sesuai dan usaha usaha untuk membantu penderita.
- Persoalan penyesuaian dengan saudara kandung dan dengan teman
sebaya
- Timbulnya krisis keluarga, dan tingkat pertengkaran sama ke
tingkat perceraian
- Timbulnya problem-problem seksual pada penderita, biasanya pada
waktu penderita telah memasuki usia remaja
- Setelah penderita selesai sekolah, dan timbul keinginan penderita
atau keluanganya untuk bekerja
- Apabila ada rencana penderita akan menikah
- Adanya suatu penyakit atau gangguan lain, yang mengharuskan
penderita dirawat masuk ke rumah sakit
- Adanya rasa bersalah dari orang tua sesudah melakukan suatu
tindakan terhadap penderita.
3. Terapi terhadap aspek pendidikan
Pendidikan bagi seorang anak merupakan suatu kebutuhan utama dalam proses
perkembangannya. Tidak terkecuali bagi anak dengan retardasi mental. Yang
perlu diperhatikan di sini adalah derajat kemampuan yang ada pada anak.
Berdasarkan kemampuan yang ada pada anak, maka pendidikan ini dibagi
menjadi 3 kelompok:
3.1. Kelompok yang mampu didik dan mampu Iatih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf ringan.
Di sini dilakukan pendidikan secara perlahan-lahan dan secara bertahap
dengan memperbanyak latihan-latihan dibandingkan dengan sekolah
atau pendidikan normal lainnya.
3.2. Kelompok yang tidak mampu didik dan mampu latih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retandasi mental taraf sedang.
Di sini dilakukan latihan-latihan, terutama latihan untuk dapat
melakukari aktifitas sehari-hari, tanpa bantuan orang lain. Misalnya:
kesehatan perorangan, kebersihan, pekerjaan-pekerjaan kasar yang tidak
memerlukan pemikiran dan bersifat rutin.
3.3. Kelompok yang tidak mampu didik dan tidak mampu
latih
Terutama ditujukan kepada anak dengan retardasi mental taraf berat. Di
sini hanya dilakukan perawatan secara terus menerus dan pencegahan
dari bahaya.
4. Terapi terhadap aspek sosial
a. Tujuan dan terapi ini adalah mengoptimalkan kemapuan penderita dalam
bermasyaralat. Hal ini untuk menghilangkan stigma masyarakat, bahwa
anak atau orang dengan retardasi mental tidak ada gunanya sama sekali.
Dengan pemberian tugas-tugas dalani masyarakat yang dapat dilakukan
sesuai dengan kemampuan penderita akan menimbulkan perasaan pada
penderita bahwa dirinya masih diperlukan oleh orang lain, sehingga hal
ini mempertinggi rasa percaya dirinya.
b. Contohnya: menjadi petugas kebersihan kampung, pengantar surat-surat,
membantu masalah keamanan dan sebagainya.
c. Kadang-kadang anak dengan retardasi mental, memerlukan perawatan
baik di rumah sakit atau di panti-panti pendidikan penampungan anak .
d. Anak-anak dengan retardasi mental yang mempunyai indikasi perawatan
antara lain:
i. Mempunyai kecacatan yang ganda (multiple handicap)
ii. Mempunyai gangguan fisik yang berat
iii. Penderita retardasi mental dalam usia tua
iv. Penderita dengan gangguan emosi berat
v. Anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus yang jauh dan
jangkauan rumah.
e. Dengan terapi yang adekuat, dan meliputi semua aspek, diharapkan
penderita dapat berfungsi secara optimal baik dan segi fisik, psikologik,
pendidikan dan sosial

ADHD
1. Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Gangguan perkembangan mental (developmental disorder) yang ditandai dengan
adanya gangguan pemusatan perhatian dan tingkah laku yang hiperaktif.
2. Etiologi
Gangguan saraf karena otak gagal dalam mengkoordinasikan informasi serta
kelainan dalam disfraksi atau respon saraf motoris.
i. Faktor lingkungan/psikososial, seperti:
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat
hamil, dan alkohol.
ii. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2 dan
D4) pada kromosom 11p. Pada anak dengan GPPH ini pompa yang mengatur
keseimbangan pengeluaran dan penarikan kembali dopamine tersebut bekerja
terlalu cepat, sehingga dopamine yang bertugas tidak terdistribusi dengan
baik. Karena terjadi gangguan inilah emosi si anak menjadi tidak terkontrol
iii. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis
di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat
serta gangguan fungsi oligodendrosit.

3. Diagnosis
Diagnosa menurut DSM-IV
A. (1) atau (2)
(1) Gangguan Pemusatan Perhatian (Inatensi). memenuhi 6 atau lebih
gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan
pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan
 Tidak mampu memberikan perhatian terhadap hal-hal yang kecil,
sering membuat kesalahan yang sesungguhnya tidak perlu terjadi
saat mengerjakan tugas di sekolah.
 Tidak mampu memusatkan perhatian secara terus-menerus pada
saat menyelesaikan tugas atau bermain.
 Sering tampak seperti tidak memperhatikan.
 Sering tidak dapat mengikuti perintah dan gagal menyelesaikan
tugas sekolah atau tugas lainnya
 Sering mengalami kesulitan mengatur tugas atau aktivitas lainnya
 Sering menolak atau tidak menyukai tugas yang memerlukan
perhatian terus menerus.
 Sering kehilangan barang-barang atau alat yang diperlukan
 Perhatian mudah teralih rangsangan dari luar.
 Sering lupa menyelesaikan tugas/kegiatan rutin sehari-hari
(2) Hiperaktivitas dan Impulsivitas
Sekurang kurangnya ada 6 dari gejala gangguan hiperaktivitas dan
impulsivitas ini yang muncul dalam 6 bulan terakhir pada tingkat
menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
Hiperaktivitas
 Sering tangan dan kaki tidak bisa diam atau banyak bergerak di
tempat duduk
 Sering meninggalkan tempat duduk saat mengikuti kegiatan di
kelas atau kegiatan lain yang mengharuskannya tetap duduk
 Sering berlari-lari atau memanjat-manjat secara berlebihan
 Tidak dapat mengikuti aktivitas atau bermain dengan tenang dan
santai
 Selalu bergerak terus seperti digerakkan oleh mesin
 Sering banyak berbicara
Impulsivitas
 Terlalu cepat memberikan jawaban sebelum pertanyaan selesai
didengar
 Sulit menunggu giliran
 Sering melakukan interupsi atau mengganggu orang lain
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas
muncul sebelum usia 7 tahun
Tanda ADHD
Semua tanda belum tentu sebagai didiagnosa Attention deficit/hyperactivity disorder
(ADHD). Tetapi, tanda kurangnya perhatian selalu harus ada untuk diagnosa.Tanda
harus ada di dua atau lebih tempat (misalnya, rumah dan sekolah) dan harus
mengganggu masalah sosial atau fungsi akademis.

a. Tanda-tanda tidak perhatian.


o Sering lalai memberi perhatian seksama pada detail.
o Mempunyai kesukaran mempertahankan perhatian pada kerja dan
bermain.
o Tidak tampak mendengarkan kalau berbicara secara langsung.
o Sering tidak melaksanakan perintah dan lalai menyelesaikan tugas.
o Sering mempunyai kesukaran melakukan tugas dan aktivitas.
o Sering menghindar, sebel, atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang
memerlukan usaha mental terus-menerus.
o Sering kehilangan barang.
o Dengan mudah dialihkan dengan hal yang tak ada hubungannya dengan
rangsangan.
o Sering pelupa.
b. Tanda-tanda hiperaktiv
o Sering memain-mainkan tangan atau kaki atau menggeliat.
o Sering meninggalkan tempat duduk di ruang kelas dan tempat lainnya.
o Sering berlari kesana-kemari atau merambat naik seacara berlebihan.
o Sulit untuk bermain atau terlibat dalam aktivitas yang diam.
o Sering bergerak atau bertingkah seolah-olah digerakkan oleh mesin.
o Sering berbicara berlebihan.
c. Tanda-tanda impulsiv
o Sering mengucapkan jawaban tanpa berpikir sebelum pertanyaan
komplit.
o Sering mempunyai kesukaran menunggunya giliran.
o Sering menyela atau mengganggu orang lain.

C. Gejala-gejala tersebut terjadi pada 2 seting atau lebih (di sekolah,


rumah, atau pekerjaan).
D. Gejala-gejala tersebut secara klinis nyata menimbulkan hendaya dalam
kegiatan sosial, akademis dan tugas-tugas lainnya
E. Gejala-gejala tersebut tidak diakibatkan oleh gangguan perkembangan
pervasif, schizophrenia dan gangguan jiwa yang lain (misal,gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan
kepribadian)

4. Terapi
b) Farmakoterapi
1. Methylphenidate
Mekanisme kerja methylphenidate adalah meningkatkan pelepasan
dopamine dan noradrenalin di dalam otak. Zat tersebut juga memblokir
masuknya kembali kedua neurotransmiter itu kedalam otak . Zat tersebut
juga memblokir masuknya kembali kedua neurotransmitter itu ke dalam
otak. Saat methylphenidate dikembangkan dengan teknologi mutakhir
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penderita ADHD dalam
mengontrol kadar neurotransmitter. Salah satu teknologinya dengan
OROS

Teknologi OROS ( osmatic release oral system ) terdapat pada obat yang
diminum sekali sehari dan dapat bekerja efektif selama 12 jam.

2. Amphetamine
3. Atomoxetine
4. Pemoline
5. Nortriptyline
c) Terapi behaviour
Terapi cognitive behaviour untruk membantu anak dengan ADHD untuk
beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.
d) Psikoterapi : termasuk terapi individual, terapi keluarga, terapi kelompok
e) Terapi lainnya : termasuk terapi edukasi khusus, wicara, perilaku, okupasi &
fisioterapi.
f) Rutin komunitas care
Prognosis :
Anak dengan ADHD secara umum tidak menjadi terlalu besar kurangnya
perhatian mereka, walaupun mereka dengan hyper-aktivitas cenderung untuk menjadi
agak lebih tidak impulsif dan hiper-aktif dengan usianya. Tetapi, kebanyakan remaja
dan orang dewasa belajar menyesuaikan diri terhadap kurangnya perhatian mereka.
Masalah lain yang muncul atau menetap di masa remaja dan kedewasaan termasuk
prestasi akademis yang buruk, rendah penghargaan terhadap diri sendiri, kegelisahan,
depresi, dan kesukaran dalam mempelajari prilaku sosial yang pantas. Penting,
mayoritas anak itu dengan ADHD menjadi orang dewasa produktif, dan orang dengan
ADHD kelihatannya menyesuaikan diri lebih baik bekerja daripada situasi sekolah.
Tetapi, jika kekacauan tak diobati di masa kecil, risiko penyalahgunaan alkohol atau
bahan lainnya atau bunuh diri mungkin meningkat.

SINDROM RETT
1. Definisi
kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak.
Lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja
dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan
perhatian seperti asumsi selama ini.

2. Manifestasi Klinis
Kriteria Diagnostik Sindrom Rett’s
C. Semua berikut
4) Perkembangan pra natal dan perinatal yg tampaknya normal
5) Perkembangan psikomotor yg tampaknya normal selama lima bulan
pertama setelah lahir
6) Lingkaran kepala yg normal saat lahir
D. Onset semua berikut ini setelah periode perkembangan normal
6) Perlambatan pertumbuhan kepala antara usia 5 dan 48 bulan
7) Hilangnya keterampilan tangan bertujuan yang sebelumnya telah dicapai
antara 5 dan 30 bulan dng diikuti perkembangan gerakan tangan
stereotipik (misalnya memuntirkan tangan atau mencuci tangan)
8) Hilangnya keterlibatan social dalam awal perjalanan (walaupun seringkali
interaksi social tumbuh kemudian)
9) Terlihatnya gaya berjalan atau gerakan batang tubuh yg terkoordinasi
secara buruk
10) Gangguan parah pd perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif dng
retardasi psikomotor yg parah

Penatalaksanaan :
 Fisioterapi
 Terapi perilaku
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of
Psychiatry, Lippincott & William, London)

ASPERGER
3. Definisi
Suatu kondisi yg ditandai dg ggn dalam :Interaksi sosial dan terhambat perhatian
& perilaku spt yg terlihat dalam autisme, tetapi tidak ada keterlambatan dalam
bicara, dan bahasa reseptif, perkembangan kognitif, ketrampilan menolong diri
sendiri,atau keingintahuan thd lingkungan

4. Manifestasi Klinis
 Interaksi sosial : kaku, tidak sensitif dg perasaan, komunikasi yg samar-samar
hubungan persahabatan sulit, saat bicara kurang atensi/tidak menatap,
menyukai rutinitas dan terstruktur
 Motorik
Riwayat kemahiran motorik yg tertunda : mengayuh sepeda, menangkap bola,
sulit mengikat tali sepatu, sulit berbaris, kesulitan menulis, kemampuan
komputer bagus, gerakan stereotipik (+)
 kognitif
Tidak ada defisit kognitif  daya ingat ?
Bentuk, data, fakta, waktu  ingat dg seksama
IQ normal – superior
Gangguan imajinasi dan kreativitas
 Bahasa
Bicara agak formal dg tata bahasa yg tinggi  Little professor
Pola intonasi terbatas, cepat, tersentak-sentak, tangensial, sirkumstansial, tidak
peduli pendengar
Penatalaksanaan :
Pemberian treatment difokuskan pada tiga bidang simtom yang muncul
pada AS; komunikasi, perilaku mengulang dan fisik. Keberhasilan
treatment tergantung pada penyusunan program yang disesuaikan dengan
minat dan karakteristik sang anak.

Ketrampilan social
Ketrampilan sosial (social skills training) bertujuan untuk mengajarkan
anak dengan ketrampilan dalam berinteraksi dengan anak-anak
sebayanya.
Penderita AS mempunyai kecenderungan menggantungkan diri pada
aturan yang kaku dan rutinitas. Keadaan ini dapat digunakan untuk
mengembangkan kebiasaan yang positif dan meningkatkan kualitas hidup.
Penderita AS diajarkan teknik coping dari perilaku orang-orang
disekelilingnya, dengan mencontoh perilaku orang individu juga srategi
menyelesaikan masalah diajarkan untuk menangani keadaan yang sering
terjadi, situasi sulit seperti terlibat dengan hal baru, kebutuhan sosial
dan frustrasi. Disamping itu pasien juga dilatih untuk mengenal situasi
sulit dan memilih strategi yang pernah dipelajari untuk situasi baru.

Ketrampilan berkomunikasi
Anak diberikan cognitive behavioral therapy (CBT) yang bertujuan untuk
membantu anak dalam memanage emosinya secara lebih baik sehingga
anak dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya, terapi ini juga berguna
untuk mengendalikan perilaku mengulang dan rutinitas. Terapi ini dapat
dilakukan secara individual ataupun dengan kelompok.
Terapi komunikasi dan bahasa meliputi; perilaku nonverbal, mengenal
dan membaca perilaku nonverbal pada orang lain, kesiagaan
diri, perspective taking skill, dan interpretasi komunikasi.

Pelatihan pada orangtua


Pelatihan pada orangtua bagaiman menghadapi simtom dan memberi
dukungan kepada anak dengan gangguan AS.
Strategi yang dapat dilakukan:
1) Melatih anak dalam berbicara, orangtua harus bersikap sabar dan
penuh kasih sayang dalam berbicara dengan anak gangguan AS.
Orangtua diharapkan sesering mungkin mengajak anaknya berbicara
dengan menyesuaikan kemampuan ang dimiliki anak, bicaralah dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka.
2) Berikanlah tugas-tugas yang mampu diselesaikan oleh anak berserta
dengan instruksi yang jelas (baik berupa perintah atau gambar),
tanyankanlah pada anak apakah ia sudah cukup menegrti dengan
tugas yang diberikan.
3) Usahakanlah anak menatap orangtuanya ketika berbicara.
4) Berikanlah pujian ketika ia dapat menyelesaikan tugasnya dan ketika
ia melakukan hal-hal lain yang positif tanpa disuruh.
5) Latihlah anak untuk belajar memilih dari beberapa alternatif yang
diajukan.

Medikasi
Perlu diingat bahwa tidak ada obat-obatan medis yang dapat
menyembuh gangguan AS ini, dokter akan memberikan obat bila disertai
dengan beberapa gejala lain berupa gangguan kecemasan,
atau depresi misalnya.
Pemberian obat-obatan seperti jenis serotonin; risperidone, olanzapine,
quetiapine diperuntukkan untuk meredam perilaku agresivitas atau self
injuries.
Jenis SSRI lainnya seperti fluoxetin diberikan bila disertai dengan
gangguan kecemasan dan clomipramine diberikan untuk meredamkan
perilaku obsesif.

Lainnya
Terapi fisik dan sensorik untuk mengetahui permasalahan yang mengakut
system koordinasi dan psikomotorik.

Prognosis
IQ normal dan tingkat ketrampilan social yg tinggi  prognosis baik
(Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry,
Lippincott & William, London)

Anda mungkin juga menyukai