Dosen
Prof. Gugus Irianto, SE. MSA. Akt. PhD. CA. CSRS. CSRA.
Self Development
Email : Athiyatinatin@gmail.com
Mobile : 082339767284
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Pengantar
Buku kecil ini dirancang untuk digunakan oleh peserta/mahasiswa MK FAFE sebagai wahana
melakukan kompilasi dari (1) catatan materi yang telah dipelajari di kelas (RMK), (2) catatan materi hasil
belajar mandiri (RMBM), dan (3) catatan transformasi diri (TI). Untuk RMK dan RMBM masing-masing
maksimum ditulis sebanyak 2 (dua) halaman, sedangkan untuk TI maksimum ditulis sebanyak 3 (tiga)
halaman. Khusus TI ditulis 2 (dua) kali, menjelang UTS, dan menjelang UAS. TI merupakan tindakan
yang telah dan akan dilakukan setelah mempelajari materi dalam matakuliah ini.
Penulisan harus dilakukan dengan seksama dan dengan kategorisasi yang jelas: RMK, RMBM, dan
TI. Setiap materi harus dilengkapi dengan referensi, dan lessons learned di bagian akhir materi. Kebebasan
diberikan kepada setiap mahasiswa untuk menulis RMK, RMBM, dan TI secara kreatif dan inovatif (di
ketik, ditulis tangan, di tempel hasil kliping, gambar, dll). Daftar isi harus ditulis di bagian awal.
Rekomendasi untuk perbaikan proses pembelajaran juga dapat dituangkan di bagian akhir dari buku
ini.
Selamat belajar, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, memberikan kemudahan,
pertolongan, dan keridhlaanNya. Amin YRA. Semoga sukses.
Gugus Irianto
DAFTAR PUSTAKA
Chapter Sebelumnya
Mengidentifikasi adanya 2 perbedaan pendekatan investigasi kecurangan:
1. Pendekatan fakta segiempat
2. Pendekatan segitiga ditambah penyelidikan
Pengawasan (Invigilation)
Pengawasan (Invigilation) adalah investigasi perbuatan mencuri yang mengawasi tersangka secara ketat
saat dilakukannya pemeriksaan. Pengawasan (Invigilation) adalah teknik investigasi yang bisa
menimbulkan biaya yang sangat mahal. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan persetujuan pihak manajemen
dan hanya diterapkan sebatas tempat/area bisnis yang menimbulkan resiko tinggi.
Fakta-fakta fisik
Fakta-fakta fisik melibatkan analisis objek seperti inventory, aset, dan kunci yang rusak; zat kimia
seperti oli dan cairan; jejak seperti cat dan noda; cetakan jejak seperti tanda yang terpotong, jejak ban, dan
sidik jari atau pencarian didalam komputer.
Investigasi sedang menyelidiki serangkaian tindakan dalam istilah dan dengan cara yang ditetapkan
dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti dengan bukti yang membuat terang
kejahatan yang terjadi dan untuk menemukan tersangka. Salah satu tindak pidana kriminal yang
mengganggu masyarakat akhir-akhir ini adalah pencurian, salah satunya adalah pencurian dengan
pembobotan. Tindakan kriminal pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan atau dalam doktrin juga
sering disebut atau pencurian yang berkualitas, yaitu pencurian dalam bentuk pencurian pokok atau biasa
ditambah dengan unsur-unsur yang memberatkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui investigasi kasus
pidana pencurian dengan pembobotan dilakukan oleh polisi di Polres Medan Baru. Masalah penelitian
adalah bagaimana pelaksanaan investigasi terhadap tindak pidana pencurian dengan pembobotan di wilayah
hukum Polresta New Medan? Apa faktor-faktor yang menghambat penyelidikan kejahatan pencurian
dengan membobot di yurisdiksi polisi New Medan? Untuk menjawab masalah tersebut dilakukan penelitian
dengan yuridis normatif dan yuridis sosiologis. Sumber data penelitian adalah bahan hukum primer, hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data melalui data primer melalui studi lapangan (field
research) dengan mewawancarai informan yaitu Kapolsek Medan dan Investigator Baru, dan data sekunder
melalui studi kepustakaan (library research). Berdasarkan hasil ini investigasi terhadap kasus pencurian
dengan pembobotan di wilayah hukum Polresta Medan yang baru-baru ini diarahkan sesuai dengan modus
operandi yang dilakukan oleh tersangka atau pelaku adalah melanggar kaca depan, ban mobil retak, mencuri
tempat / toko, merusak kunci rel dan gunakan kunci T, dengan menggunakan kunci palsu, tas perampasan,
pencuri ATM bank. Faktor yang menjadi kendala dalam proses investigasi kasus pencurian dengan
membobol hambatan hukum, resistensi dari penegak hukum, dan hambatan budaya hukum. Penyidik polisi
disarankan untuk melanjutkan hubungan koordinasi dengan jaksa penuntut umum, tidak pasif atau
menunggu dan diharapkan akan lebih proaktif dalam rangka menyelesaikan kasus pidana pencurian dengan
pembobotan yang berlangsung dengan cepat.
Disarankan kepada penyidik Polri untuk senantiasa menjalin hubungan koordinasi dengan penuntut
umum, tidak bersifat pasif atau menunggu dan diharapkan lebih proaktif agar dapat menyelesaikan perkara
tindak pidana pencurian dengan pemberatan berlangsung dengan cepat. Untuk melakukan pengawasan
yang lebih intensif terhadap penyidik Polri, maka seharusnya dilakukan upaya-upaya peningkatan Sumber
Daya Manusia, baik secara kualitatif dengan memberikan pelatihan-pelatihan khusus bagi penyidik maupun
secara kuantitatif dengan menambah jumlah personil penyidik di Polsek Medan Baru. Selain itu perlu
adanya peningkatan saran dan prasarana penunjang operasional serta adanya anggaran yang memadai untuk
menyelesaikan kasus-kasus yang ada di Polsek Medan Baru. Penyidik hendaknya mengantisipasi
hambatan-hambatan yang timbul dalam proses penyidikan kasus-kasus yang masuk ke Polsek Medan Baru
termasuk kasus pencurian dengan pemberatan sehingga hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan
baik.
Audit
Auditor memiliki 7 tipe tes, dimana setiap tes tersebut menghasilkan catatan fakta-fakta:
1. Tes keakuratan mesin (kalkulasi ulang)
2. Tes analitikal (tes kelayakan)
3. Dokumentasi
4. Konfirmasi
5. Observasi
6. Pemerikasaan fisik
7. Penyelidikan
Sampling Penemuan
Pendekatan yang lebih baik daidalam auditing fakta-fakta dokumen di bebrapa situasi adalah dengan
menggunakan catatan statistik sampling yang disebut sampling penemuan. Penggunaan sampling
penemuan (statistik) memberikan auditor untuk mengetahui dan membuat kesimpulan sample dari populasi
yang diambil, seperti yang ditunjukkan gambar:
Ahli Dokumen
Kadangkala penting sekali menentukan apakah dokumen tersebut adalah asli. Pertanyaan dokumen bisa
saja asli, palsu, curang atau hasil pemalsuan.Formulir khusus yang ada pada investigasi mempergunakan
kimia forensik, mikroskop, cahaya dan fotografi dalam pemeriksaan dokumen. Ahli dokumen dapat
mengetahui dokumen yang diperiksa tersebut ditulis oleh tanda tangani oleh seorang yang benar atau tidak;
palsu atau asli dan lain-lain. Untuk menjadi ahli pemeriksa dari pertanyaan dokumen, salah satunya adalah
belajar secara luas dan mengikuti pelatihan khusus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis: (1) implementasi forensik
akuntansi berlaku dan berfungsi efektif dari pencegahan penipuan (preventif); (2) pelaksanaan akuntansi
forensik berlaku dan berfungsi efektif dari deteksi penipuan (detektif); dan (3) pelaksanaan audit
investigatif yang berlaku dan fungsi efektif dari investigasi penipuan (represif) dalam manajemen keuangan
lokal. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang meneliti perspektif peserta
dan beberapa informasi dari informan kunci melalui wawancara mendalam dan instrumen pertanyaan
tambahan dengan menggunakan purposive sampling, kemudian melakukan triangulasi data memperoleh
sumber dan teknik pengumpulan untuk analisis secara interaktif dengan mengurangi, menampilkan di
bentuk teks naratif, tabel, matriks, bagan, dan kemudian ditarik kesimpulan. Hasil penelitian dan analisis
menyatakan bahwa akuntansi forensik berlaku dan fungsi efektif untuk diterapkan pada pencegahan
penipuan (preventif) dalam keuangan lokal manajemen melalui FCP, SPIP dan SIMDA; akuntansi forensik
juga berlaku dan fungsi efektif untuk diterapkan pada deteksi penipuan (detektif) dalam manajemen
keuangan lokal melalui Audit Operasional, Audit Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (Audit Probitas),
Audit EDP: Sistem Komputer Forensik, dan Pelapor; dan Investigative Audit sangat fungsi yang berlaku
dan efektif untuk diterapkan pada investigasi penipuan (represif) di lokal manajemen keuangan melalui
audit investigatif, untuk menghitung kerugian keuangan negara audit, dan ketentuan saksi ahli.
Pada dasarnya, formula sistem dan metode yang telah dirancang dan dibuat oleh pemerintah dalam upaya
mencegah dan memberantas praktik-praktik fraud dalam pengelolaan keuangan negara khususnya pada
Pemerintah Daerah adalah telah ideal pada tataran konsepnya disertai juga dengan penguatan dalam aspek
hukum ketentuan perundang-undangan. Dari sisi teoritisnya pun sudah sesuai ditinjau dari ilmu akuntansi
forensik dan audit investigatif terkait topik penelitian ini. Namun berdasarkan data-data dan fakta yang ada,
seakan menjadi terbalik dengan harapannya, melihat perkembangan kasus fraud (korupsi) yang relatif tinggi
dari tahun ke tahun dan menempatkan Pemerintah Daerah sebagai lembaga pelaku fraud tertinggi dibanding
lembaga-lembaga yang lain.
LINGKUP PEMBAHASAN
Salah saji atau kelalaian palsu adalah jumlah yang disengaja atau pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pelaku penipuan dari orang-orang di dalam perusahaan dapat berasal dari luar perusahaan.
Pemicu penipuan disebabkan oleh keserakahan, kebutuhan, tekanan, peluang dan rasional. Laporan
keuangan mengandung salah saji material hasil dalam laporan keuangan tidak disajikan secara adil, dalam
semua hal yang material. Pernyataan salah saji atas laporan keuangan dapat terjadi sebagai akibat dari
kesalahan atau penipuan. Agar perusahaan memiliki sistem pencegahan penipuan, maka perusahaan
membuat sistem deteksi, pemantauan, meninjau kebijakan dan sistem di bidang sumber daya manusia dan
operasi.Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan
keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan
memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan
ekonomi serta menunjukkan kinerja yg telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yg dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan adalah
suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi
untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan. Definisi laporan
keuangan menurut Munawir (1991 : 2) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan.
Jadi :
Fraudulent merupakan salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pelaku fraud bisa dari orang dalam perusahaan juga bias dari luar perusahaan. Pemicu
fraud antara lain disebabkan karena keserakahan, kebutuhan, tekanan, kesempatan dan rasional.
Agar perusahaan memiliki sistem pencegahan terjadinya penggelapan, maka perusahaan membuat sistem
deteksi, pemantauan, dan sistem yang meninjau kebijakan di bidang sumber daya manusia (SDM) serta
operasional
Adalah sesi tanya jawab yang dibuat untuk memperoleh informasi. Interview digunakan untuk
mendapatkan (1) informasi yang memperlihatkan elemen penting dari kejahatan, (2) memberikan arahan
untuk mengembangkan kasus dan mengumpulkan bukti-bukit lainya, (3) kerjasama dari korban dan saksi,
(4) informasi latar belakang dan motivasi dari kesaksian.
Friendly Adalah orang yang melebihi apa yang diharapkan dan sangat menolong pada saat
proses interview.
Neutral Adalah orang yang tidak ingin mendapatkan keuntungan ataupun kerugian apapun dari
penginterview.
Hostile Adalah orang yang paling sulit untuk di interview. Mereka biasanya berhubungan dekat
dengan orang yang dicurigai sebagai si pelaku.
Interviewer yang baik mempunyai beberapa karakteristik. Personality yang paling penting adalah mereka
merupakan orang yang ‘outgoing’ dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Mereka nyaman berada
didekat orang-orang, dan mereka haruslah orang yang dirasa dapat membuat keadaan membaik ketika
berada didekatnya. Interviewer yang baik tidak boleh menyela respondent tanpa tujuan. Informasi yang
diberikan secara sukarela sebagai jawaban dari pertanyaan spesifik biasanya merupakan informasi yang
penting dan berhubungan dengan kejadian.
Interviewer yang baik harus berusaha keras untuk membuat proses interview tidak menghasilkan informasi
yang bias. Selain harus bersikap professional seorang interviewer tidak seharusnya hadir sebagai hambatan
bagi interviewee.
Fraud yang menyebabkan kematian atau kerusakan serius merupakan sebuah krisis. Seorang interviewer
harus paham dengan reaksi yang terjadi ketika terjadinya krisis, hal ini dapat mempermudah dalam proses
interview.
1. Denial
Terjadi ketika orang-orang menerima berita yang mengejutkan (fraud) dimana orang yang terlibat dengan
fraud tersebut akan berusaha keras untuk menenangkan diri dan tidak melakukan pertahanan diri yang
terlalu radikal. Denial ini bertindak sebagai “shock absorber” untuk mengurangi dampak dari shock yang
datang secara tiba-tiba. Denial bisa berbentuk: orang-orang tampil bengong/ragu, menolak informasi yang
diberikan, atau bersikeras telah terjadi kesalahan. Penolakan fraud oleh manager memberikan waktu bagi
pelaku untuk menghancurkan atau menghilangkan dokumen atau rekaman. Ketika denial tidak lagi
dipertahankan lebih jauh, maka perasaan marah akan datang.
2. Anger
Perasaan marah akan sangat susah di atasi, karena marah biasanya terjadi secara langsung dalam arah
apapun dan terproyeksikan ke lingkungan pada saat itu atau bahkan tanpa rencana. Pelaku akan meyalurkan
marah mereka pada teman dekat, rekan kerja dan relatives. Pada saat stage anger merupakan waktu yang
berbahaya untuk menyelesaikan fraud. Ketika marah, manajer bisa saja menyakiti, atau memfitnah suspek
(pelaku) dan mungkin akan memecatnya tanpa melihat penyebab si pelaku melakukan fraud.
3. Rationalization
Orang-orang pada stage rationalization berusaha untuk membenarkan tindakan tidak jujur. Selama tahap
ini, manajer percaya mereka mengerti kenapa kejahatan dilakukan dan sering merasakan pembenaran atas
motivasi pelaku. Dalam periode ini, manajer mungkin merasa bahwa pelaku bukanlah orang yang jahat,
merasa mungkin pelaku seharusnya diberikan kesempatan lagi. Interview yang dilakukan pada tahap ini
tidaklah objective dan bisa merusak dalam menguak kebenaran. Ratonalisasi dapat berujung pada kesalahan
hukuman, penalti yang mudah dan testimoni yang lemah.
4. Depression
Pada tahap ini manajer tidak lagi menolak atau merasionalisasikan tindakan tidak jujur. Kemarahan mereka
tergantikan dengan rasa kecewa atau terkadang malu bahwa fraud telah terjadi dalam lingkungan nya.
Dalam tahap ini, manajer menjadi tidak kooperatif. Mereka mungkin tidak akan mau untuk mejadi informan
sukarela untuk di investigasi. Interview yang dilakukan pada tahap ini sering kali tidak bagus dibandingkan
jika dilakukan setelah tahap ini.
5. Acceptance
Dimana ketika orang-orang sudah benar-benar mengerti apa yang terjadi. Acceptance bukanlah perasaaan
senang atau sedih, ini merupakan sebuah pengakuan tentang apa yang terjadi dan berkeinginan untuk
menyelesaikan masalah dan melangkah kedepan. Interview paling berguna dilakukan pada tahap ini karena
saksi berada pada level paling kooperatif. Interviewers yang baik tau bagaimana mengenali tahap-tahap
interviewee dalam menghadapi krisis, dan jika perlu membantu interviewee untuk bergerak maju ke tahap
acceptance, sehingga interview yang productive bisa dilakukan.
Perkembangan teknologi Internet telah melahirkan sebuah masyarakat baru yang disebut sebagai
masyarakat berjejaring yang melakukan interkasi sosial secara maya. Seperti juga dalam interaksi sosial
tanpa media, dalam interaksi maya terdapat perilaku menyimpang dari peserta interaksi. Salah satunya
adalah penipuan dalam interaksi melalui media sosial. Untuk memahami bagaimana praktik penipuan
terjadi dalam interaksi melalui media sosial, dilakukan penelitian dengan kasus korban penipuan wanita
pengguna Facebook. Penelitian ini menggunakan teori Fenomenologi, kemudian analisis peristiwa
penipuan dilakukan dengan pendekatan teori dan konsep dramatugi dan analisis bingkai dari Erving
Goffman. Dari hasil analisis data dipahami bahwa terjadinya peristiwa penipuan di akibatkan faktor internal
dan eksternal korban yang mendorong untuk melakukan interaksi, strategi penciptaan kesan dan strategi
pembingkaian oleh pelaku penipuan, dan karakteristik media sosial yang mampu menciptakan realitas
dalam pikiran korban penipuan. Di samping itu kehadiran masyarakat berjejaring telah melahirkan identitas
baru bagi individu sebagai anggota masyarakat berjejaring yang memiliki kesetaraan dengan semua angota
masyarakat berjejaring lainnya sehingga masing- masing bersedia untuk berinteraksi sosial dalam tatanan
global.
Dari analisis hasil penelitian tentang peristiwa penipuan dalam interaksi melalui media social dihasilkan :
1. Keinginan untuk mendapatkan pasangan hidup yang dapat meningkatkan status sosial tinggi (marry
up), membuat seseorang kehilangan kepekaan atau kemampuan untuk mengenali lambang-
lambang interaksi yang memperlihatkan adanya kejanggalan, dan tetap mempersepsinya sebagai
sebuah realitas.
2. Melalui strategi pembingkaian (framing) berupa pemberian barang-barang berharga yang disertai
rekayasa bukti dan raingkaian peristiwa yang mengiringinya (strip) yang menunjukkan kebenaran
tindakan, seseorang dapat membatasi persepsi orang lain untuk hanya melihat sifat baik dan
sungguh- sungguh dari orang tersebut
Tindakan yang telah saya lakukan setelah mempelajari materi dalam matakuliah ini yaitu saya
mulai menjadi pribadi yang hemat tidak boros, sehingga nantinya apabila saya dalam tekanan kehidupan
atau keuangan saya bisa menghindari fraud itu sendiri. Kebanyakan orang yang melakukan kecurangan
adalah orang yang memiliki tekanan keuangan. Kadang kala tekanan tersebut menjadi nyata menjadi sifat
tamak atau rakus.
Tindakan yang akan saya lakukan setelah mempelajari materi dalam matakuliah ini yaitu berbuat
baik dan jujur serta bermoral dan beretika tinggi. Dari kecil pun kita sudah diajarkan hal yang demikian.
Karena berbuat baik dan jujur adalah sesuatu yang berujung dan bermaksud positif. Dengan berbuat baik
kita akan selalu di dekatkan dengan hal yang positif, hal yang tidak membahayakan diri kita sendiri. Dengan
berbuat baik selain menambah pahala kita juga akan disenangi oleh orang banyak, banyak teman, dan masih
banyak keuntungan lainnya. Sama halnya jika kita berbuat jujur, dengan jujur kita belajar untuk mengatakan
hal yang apa adanya, sesuai fakta, dan tidak direkayasa. Dengan jujur kita berusaha untuk menghindari dari
hal-hal yang buruk, menghindari diri untuk tidak berbuat jahat, menghindari diri untuk tidak melakukan
suatu kebohongan, baik kebohongan untuk diri sendiri maupun kebohongan publik. Jika kita sangat
menjunjung tinggi kebaikan dan kejujuran maka kita akan meminimalisir atau menghindari hal-hal yang
dapat merugikan orang banyak. Kita juga dapat menghindari hal-hal yang merugikan diri kita sendiri dalam
kehidupan kita sehari-hari maupun hubungan kita dengan Tuhan.