Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti secara administrativ


terletak di wilayah Provinsi Riau. Daerah ini berhadapan langsung dengan perairan
selat Malaka, dan dan merupakan pantai yang terbuka sehingga sangat rawan
mengalami abrasi, yang mana daerah ini merupakan Tujuan dari penelitian ini guna
melakukan kajian seberapa jauh dan seberapa besar laju perubahan garis pantai yang
terjadi di pesisir Kecamatan Rangsang Barat yang disebabkan oleh perubahan luasan
mangrove dengan menggunakan data citra Satelit dalam kurun waktu 20 tahun terakhir.
Pengolahan data citra satelit terdiri atas kalibrasi geometrik, pemotongan citra, dan
ekstraksi citra, sehingga didapatkan posisi garis pantai untuk masing-masing tahun
data. Perubahan garis pantai dari tahun ke tahun dianalisis dengan proses tumpang-
susun data pada kurun waktu tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di
pantai Kecamatan Rangsang Barat mengalami abrasi dan juga akresi dengan tingkat
abrasi dan akresi yang bervariasi. Pantai yang terdapat di Desa Bantar dan Anak Setatah
merupakan pantai yang mengalami abrasi cukup parah dengan luasan abrasi yang
terjadi 5.15 ha/tahun, sedangkan pada Desa Melai, Bina Maju, Sungai Cina dan Juga
Desa Segomeng terjadi akresi. Pada kurun waktu 20 tahun terakhir telah terjadi akresi
115 ha dengan rata-rata 5,75 ha/tahun. Kecamatan Rangsang Barat mengalami
kemunduran garis pantai sejauh 5,355 ha/tahun.
PENDAHULUAN
Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan salah satu kabupaten yang berada diwilayah
provinsi riau yang terdiri dari beberapa pulau-pulau, baik pulau yang berpenghuni
maupun pulau yang tidak berpenghuni. Kabupaten kepulauan meranti letaknya sangat
strategis yang berhadapan langsung dengan selat malaka, sehingga kabupaten
kepulauan meranti ini berada dalam wilayah jalur perdagangan internasional.
Kabupaten kepulaun meranti juga merupakan salah satu pulau terluar yang dimiliki
oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Posisi garis pantai Kabupaten
kepulauan meranti memiliki peranan politis yang sangat vital dan strategis
keberadaanya, karena batas perairan Negara ditentukan berdasarkan posisi tersebut.
Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Meranti berada pada koordinat antara sekitar
0° 42' 30"-1° 28' 0" LU, dan 102° 12' 0"-103° 10' 0" BT, dan terletak pada bagian
pesisir Timur pulau Sumatera, dengan pesisir pantai yang berbatasan dengan sejumlah
negara tetangga dan masuk dalam daerah Segitiga Pertumbuhan Ekonomi (Growth
Triagle) Indonesia - Malaysia-Singapore (IMS-GT). Secara tidak langsung, daerah
inimenjadi daerah Hinterland Kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam-Tj. Balai
Karimun.
Pulau Rangsang merupakan salah satu Pulau di Kabupaten Kepulauan dengan luas
909,8 Km2. Wilayah Pulau Rangsang merupakan dataran rendah, dengan ketinggian
bervariasi antara 0 - 61 meter di atas permukaan laut. Pada umumnya struktur tanah
terdiri tanah alluvial dan grey humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah dan
berhutan bakau (mangrove). Lahan seperti ini biasanya sangat subur untuk
mengembangkan pertanian, perkebunan, dan perikanan. Kabupaten kepulauan meranti
tergolong pada iklim tropis dengan suhu udara antara 25° - 32° C, dengan kelembaban
dan curah hujan cukup tinggi (2000 – 3000 mm per tahun). Musim hujan terjadi sekitar
bulan September-Januari,dan musim kemarau terjadi sekitar bulan Februari sampai
bulan Agustus (Elida.S, 2017).
Upaya manusia dalam memanfaatkan kawasan pantai sering tidak dilandasi dengan
pemahaman yang baik tentang perilaku kesadaran menjaga pesisir sehingga banyak
menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan pantai seperti proses abrasi
dan akresi garis pantai. Proses abrasi dan akresi garis pantai pada mulanya timbul
secara alami akan tetapi proses akan berlangsung lebih cepat jika pembangunan sarana
kepentingan manusia tidak didasari dengan pengetahuan yang baik tentang perilaku
proses dinamika perairan pantai dalam hal ini perubahan garis pantai.
Pantai di Pulau Rangsang merupakan pantai yang sangat rawan mengalami abrasi,
karena berhadapan langsung perairan yang terbuka. Kondisi tersebut menyebabkan
fenomena lautan seperti gelombang yang terjadi akibat bangkitan angin cukup besar
yang potensial bisa menyebabkan abrasi pantai. Fenomena hidrodinamika pantai akibat
dari adanya gelombang, arus, dan pasang surut air laut serta faktor-faktor lain
memungkinkan terjadinya abrasi pantai Pulau Rangsang dan sedimentasi di tempat-
tempat tertentu. Jika fenomena ini terus terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama
dan tanpa ada upaya penanggulangannya maka akan menyebabkan terjadinya
perubahan garis pantai. Dengan menggunakan data penginderaan jarak jauh perubahan
garis pantai dapat di monitoring. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengkaji laju
abrasi dan akresi pantai yang berada di Kecamatan Rangsang Barat, Pulau Rangsang
Kabupaten Kepulauan Meranti wilayah Provinsi Riau dalam kurun waktu 20 tahun
terahir (1997-2017) dengan menggunakan citra Landsat. Citra landsat yang digunakan
yaitu citra landsat (TM) Thematic Mapper perekaman tahun 1997 dan Satelit LDCM
(Landsat-8) perekaman tahun 2017. Seperti diketahui satelit Landsat memiliki resolusi
spasial 30 meter, kecuali kanal inframerah termal, yaitu 120 meter (Sitanggang. G,.
2010).
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode penginderaan jarak jauh. Dengan
menggunakan citra landsat 5 TM taun 1997 dan citra Landsat Oli tahun 2017. Lokasi
penelitian berada di kecamatan Rangsang Barat, Pulau Rangsang Kabupaten
Kepulauan Meranti. Lokasi penelitian ini seperti disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian.
Deliniasi garis pantai dilakukan untuk mengekstrak garis pantai dari citra satelit yang
telah diklasifikasi. Teknik deliniasi garis pantai yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan metode SBT (Single Band Threshold), band ratio dan false color
composite red green blue 542 (FCC RGB). Deliniasi dengan teknik SBT (Band 5)
digunakan untuk membagi secara langsung antara objek daratan dan lautan
berdasarkan nilai spektral Band 5 yang menjadi nilai threshold batas daratan dan lautan.
Metode band ratio (Band 4 dan 2) menghasilkan batas antara daratan dan lautan pada
daerah pantai yang tertutup oleh vegetasi. Daerah darat yang tidak bervegetasi ikut
terkelaskan ke dalam objek lautan, sedangkan dengan menggunakan Band 5 dan Band
2 akan diperoleh garis pantai dari daerah yang tertutup oleh pasir dan tanah. Untuk
memperoleh kombinasi dari kedua informasi, maka digunakan algoritma berikut
mengacu pada Winarso dan Budhiman (2001): If B4/ B5 1then1else If B5/ B2
1then1else2.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Perubahan Garis Pantai

Analisis perubahan posisi garis pantai dapat dilakukan dengan sangat sederhana
menggunakan teknik tumpang-susun (overlay) antar poligon antara hasil analisis citra
tahun 1997 dengan hasil polygon citra tahun 2007, dan dengan hasil analisis citra tahun
2017. Dengan menggunakan metode ini, luas dan laju perubahan abrasi dan akresi
pantai bisa diperkirakan dalam satuan ha/tahun. Dari hasil analisis yang telah dilakukan
laju perubahan garis pantai kecamatan Rangsang Barat dalam kurun waktu 20 tahun
terahir disajikan pada Gambar 2.
Akresi

Abrasi

Gambar 2. Abrasi dan Akresi Pantai Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan
Meranti (1997-2017).

Seperti ditunjukkan pada Gambar 2 diatas, sebagian besar pantai Kecamatan Rangsang
Barat Kabupaten Kepulauan Meranti kususnya di desa bantar dan Anak setatah
mengalami abrasi dengan tingkat abrasi yang bervariasi. Tingkat abrasi yang paling
besar terjadi pada bagian Utara desa Bantar. Abrasi pantai juga terjadi hampir di
seluruh bagian selatan pulau Kecamatan Rangsang Barat. Dalam kurun waktu tersebut,
pantai Kecamatan Rangsang Barat seperti desa Segomeng, Sungai Cina, Bina Maju
dan Desa Melai mengalami sedimentasi atau akresi.

Laju Abrasi dan Akresi Pantai


Untuk mengetahui laju abrasi dan laju akresi yang terjadi di pantai kecamatan rangsang
Barat dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak DSAS (Digital Shoreline
Analysis System). Analisis dilakukan terhadap perubahan garis pantai untuk dua tahun
data pencatatan, yaitu tahun 1997 dan 2017. Sebagai referensi terhadap perubahan garis
pantai untuk masing-masing tahun yang terjadi, dibuat garis dasar (baseline) yang
sejajar dengan garis pantai. Selanjutnya dibuat garis transek (transect) yang tegak lurus
dengan garis dasar untuk membagi pias-pias garis pantai. Laju perubahan garis pantai
dianalisis dengan pendekatan statistik End-Point Rate (EPR).
Gambar 3. Laju perubahan abrasi maksimum garis pantai Kecamatan Rangsang Barat
Kabupaten Kepulauan Meranti (1997-2017).
Gambar 3. Laju perubahan akresi maksimum garis pantai Kecamatan Rangsang Barat
Kabupaten Kepupauan Meranti (1997-2017).
Dari hasil pengolahan garis pantai pada gambar 3 dan gambar 4 diatas, di dapatkan
nilai laju abrasi dan akresi garis pantai yang terjadi di Kecamatan rangsang Barat yaitu
sebagai berikut.
Tabel 1. Laju abrasi dan akresi pantai Kecamatan Rangsang Barat
Abrasi Akresi
Periode Rata-rata Rata-rata
Luas (Ha) Luas (Ha)
(m/tahun (m/tahun
1997 - 2007 48 5.73 73 5.75
2007 - 2017 67 4.50 53 4.29
1997 - 2017 115 5.36 105 4.49

Analisis Tutupan Mangrove

Hasil analisis tutupan mangrove didapat dari proses klasifikasi yang diproses menjadi
poligon agar didapat berapa luas area mangrove yang mengalami perubahan. Hasil dari
proses ini berupa luas, sebaran mangrove dan perubahan area mangrove. Berikut hasil
luasan area mangrove secara keseluruhan diwilayah Kec. Rangsang Barat pada tiap
pengamatan citra dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Tahun 1997 Tahun 2007 Tahun 2017
Luas Mangrove (Ha)
4113 3903 3825

A B

Gambar 1. A. Luasan hutan mangrove


tahun 1997, B. Luasan
hutan mangrove tahun
2007, C. Luasan hutan
mangrove tahun 2017

Dari hasil analisis diatas berarti luas area mangrove pada wilayah Kec. Rangsang Barat
mengalami pengurangan luas disetiap tahunnya. Dari hasil luasan tersebut, dapat
dilakukan proses overlay untuk melihat area perubahan mangrove yang terjadi di Kec.
Rangsang Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2. Dan table 2.
A B

Gambar 2. A. Luas perubahan


mangrove tahun 1997 –
2007, B. Luas perubahan
mangrove tahun 2007 –
2017, C. Luas perubahan
mangrove tahun 1997 –
2017.

Dari hasil overlay pada gambar 2 diatas diketahui luas pertambahan hutan mangrove
yang terjadi di Ke. Rangsang Barat yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Perhitungan perubahan luas mangrove
Penambahan Pengurangan Bertampalan
Tahun
(Ha) (Ha) (Ha)
1997 - 2007 380 590 3523
2007 - 2017 1151 1229 2674
1997 - 2017 1086 1375 2738

Hubungan Perubahan Tutupan Mangrove Terhadap Perubahan Garis Pantai

Pada setiap tahunnya, wilayak Kecamtan Rangsang Barat mengalami perubahan garis
pantai yang terus terjadi, baik abrasi maupun akresi, begitu juga dengan perubahan
luasan mangrove yang semakin lama semakin sedikit jumlahnya. Perubahan garis
pantai salah satu faktornya adalah karena hilanya tanaman pelindung pantai sehingga
menyebabkan terjadinya abrasi dan akresi. Abrasi dan akresi yang terjadi diwilayah
Kec. Rangsang Barat di duga karena adanya konversi Lahan mangrove menjadi lahan
perkebunan atau pemukiman masyarakat.
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan cara overlay pada hasil garis pantai dan hasil
perubahan luas mangrove. Dari hasil yang didapat, terjadinya perubahan garis pantai
disebabkan oleh perubahan area mangrove seperti berikut:

Gambar 3. Hasil Overlay garis pantai dengan luasan mangrove


Dalam penelitian ini diperlukan metode uji statistika untuk memperkuat hasil
pengolahan dan perhitungan penelitian. Metode uji yang digunakan yaitu Regresi
Linear Sederhana dengan persamaan 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋, dimana nilai X adalah luasan
mangrove yang berkurang, dan nilai Y adalah Luas daerah pantai yang terabrasi
(gambar 4).

Gambar 4. Keterkaitan antara luas perubahan mangrove dengan garis pantai


Pada gambar 4. Dapat dilihat bahwa 99.87 % perubahan luasan mangrove di kecamatan
Rangsang Barat akan mempengaruhhi perubahan garis pantainya. Sehingga ketika
luasan mangrove berkurang akan berdampak pada rusaknya fungsi fisik mangrove itu
sendiri sebagai penahan arus gelombang serta abrasi.

Anda mungkin juga menyukai