Anda di halaman 1dari 7

Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X

PERBEDAAN REAKSI ANAK DAN REMAJA PASCA BENCANA

Ika Purnamasaria
a
Dosen Prodi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sains Al Qur’an Wonosobo
a
Emal: ikapurnamasari@yahoo.co.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Artikel ini membahas tentang perbedaan reaksi anak dan remaja paska bencana.
Diterima : 10 November 2015 Hal ini signifikan karena bencana merupakan kejadian yang sulit untuk
Disetujui : 19 Desember 2015
diprediksikan dan korban bencana ini tidak pandang bulu baik usia, besar kecil
Kata Kunci: maupun karakteristik lainnya. Dalam penanganan bencana, tidak jarang anak-
Reaksi, Anak, Remaja, anak dan remaja menjadi korban. Reaksi merekapun bervariasi bergantung pada
Pasca Bencana tingkat usia perkembangan dan juga berat ringannya bencana yang terjadi. Oleh
karena itu, perawat sebagai salah satu provider pelayanan terhadap anak
diharapkan mampu mengenali reaksi-reaksi anak post bencana sesuai dengan usia
perkembangannya, sehingga intervensi keperawatan yang diberikan sesuai dengan
permasalahan yang terjadi termasuk penggunaan strategi-strategi tertentu dalam
menghadapi anak sebagai korban bencana.

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History This article discusses the differences in the reaction of children and adolescents
Received : November 10, 2015 after the disaster. This is significant because the disaster is an event that is difficult
Accepted : December 19, 2015
to predict and the disaster victims indiscriminately neither age, small or large
Key Words : other characteristics. In a disaster, it is not uncommon children and adolescents
Reaction, Children, Youth, become victims. The reaction they also vary depending on the age level of
Post-Disaster development and also the severity of the disaster. Therefore, the nurse as one of the
child care provider should be able to recognize the reactions of children age-
appropriate post-disaster development, so that nursing interventions provided in
accordance with the issues raised, including the use of specific strategies in
dealing with child victims of disaster.

1. PENDAHULUAN dengan PTSD (Post Traumatic Stress


Literatur atau sumber pustaka tentang Disorder).
bencana menunjukkan bahwa reaksi anak dan Meskipun banyak korban bencana usia
remaja akibat bencana alam (seperti gempa anak dan remaja memperlihatkan beberapa
bumi, banjir atau gunung meletus) dan jenis reaksi pasca bencana, penelitian klinis
bencana akibat ulah tangan manusia (seperti menunjukkan bahwa gejala-gejala tergantung
kecelakaan dan perang) tergantung tingkat pada usia. Memang penelitian menunjukan
perkembangan mereka masing-masing. bahwa usia adalah faktor kunci pemahaman
Reaksi anak-anak ini sering memperlihatkan anak terhadap bencana. Usia sebagai indeks
sebagai masalah psikologis yang luas. Anak ketrampilan perkembangan, merefleksikan
usia pra sekolah menunjukkan masalah perbedaan kemampuan anak untuk
psikologis yang rendah jika dibandingkan memahami apa sebenarnya bencana atau
dengan anak yang lebih tua dan remaja, tetapi kejadian yang dapat menyebabkan trauma dan
mereka memiliki insiden trauma yang lebih keterlibatan mereka dalam kejadian tersebut
tinggi seperti ketakutan dan masalah perilaku (Vogel & Venberg, 1993).
(seperti ketergantungan dan tidak mampu Berikut ini gambaran reaski paska bencana
mandiri). Respon anak usia sekolah termasuk pada anak usia pra sekolah, anak usia sekolah
gangguan makan dan tidur, depresi, dan anak remaja berdasarkan studi empiris.
kecemasan dan pandangan pesimis tentang
masa depan. Masalah-masalah ini dikenal

49
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
2. REAKSI PASKA BENCANA ANAK Untuk mengkaji efek jangka panjang dari
USIA PRA SEKOLAH bencana angin topan, orang tua dari 161 anak
Anak-anak usia pra sekolah adalah usia sekolah dievaluasi ulang 14 bulan setelah
kelompok anak yang berusia 4-6 tahun bencana angin topan. Pada penelitian ini
(Wong, 2008). Temuan penelitian melibatkan kelompok kontrol yang terdiri atas
memberikan kesan bahwa anak usia pra 170 anak dari Boston dan Utah yang juga
sekolah menunjukkan distress psikologis dan menjadi korban bencana alam. Temuan
masalah kognitif yang rendah jika mengindikasikan bahwa 9 % anak
dibandingkan pada anak yang lebih tua. melanjutkan perminan angin topan, sementara
Bagimanapun juga mereka cenderung untuk 14% menunjukkan ketakutan terhadap angin
memperllihatkan insiden yang tinggi terhadap atau teringat kembali tentang angin topan.
ketakutan umum dan spesifik, kehilangan Selanjutnya anak yang selamat dari angin
kemampuan bahasa, masalah perilaku topan menunjukkan masalah perilaku yang
(tempertantrum, agresif), ketergantungan, lebih besar dibanding anak yang selamat dari
kecemasan akibat perpisahan, iritabel, mimpi bencana alam pada kelompok kontrol.
buruk, dan perilaku regresi spesifik (seperti Perilaku anak tidak bisa mandiri dan
memasukan ibu jari kemulut, dan ngompol) kesulitan berpisah dilaporkan oleh hampir
(Dogan-Ates, 2010). 70% oranng tua setelah gempa bumi Loma
Penelitian lain mengindikasikan adanya Prietha. Gangguan tidur dan mimpi buruk
tingkat yang tinggi dari trauma spesifik dan (seperti monster dan tukang sihir) adalah
ketakutan umum diantara anak usia pra reaksi umum lainnya dari anak usia pra
sekolah mengikuti kejadian traumatik. sekolah. (Proctor, 1990). Sebagai tambahan,
Sebagai contoh, setelah gempa bumi Loma disebutkan pula bahwa anak usia pra sekolah
pretha tahun 1989, anak-anak menunjukkan masih mempunyai strategi koping yang
ketakutan terhadap suara yang tiba-tiba terbatas dan reaksi mereka masih dipengaruhi
misalnya suara truk yang melintas disekitar atau terpengaruh oleh reaksi dari orang tua
rumah mereka (Ponton & Bryan, 1991). Anak dan anggota keluarga yang lain.
usia pra sekolah yang terpapar badai tornado Secara garis besar, temuan pada anak usia
illinois menunjukkan 88% takut terhadap pra sekolah yang terpapar bencana alam
angin ribut, 67% takut sendirian dan 56% mengindikasikan peningkatan trauma spesifik
takut kegelapan dan kecelakaan (Seroka dan reaksi ketakutan umum, perilaku regresi
et.al.,1986) perkembangan, dan merefleksikan
Saylor, Swonson dan Powell (1992) pengalaman bencana dalam permainan
mengadakan satu penelitian yang lebih detail mereka. Sebagai contoh saat ada kelompok
dan sistematik dimana dilakukan investigasi kontrol, bukti menunjukkan masalah perilaku
reaksi paska bencana pada anak usia pra lebih besar seperti tempertantrum dan
sekolah. 8 minggu setelah angin topan di merengek pada anak yang terpapar bencana.
South Carolina, 238 keluarga dilakukan
survey dan memberikan informasi tentang 3. REAKSI PASKA BENCANA ANAK
278 anak. Menurut laporan orang tua USIA SEKOLAH
beberapa anak mempunyai ketakutan yang Penelitian terkait bencana yang dilakukan
tidak biasanya (ketakutan sedang terhadap pada anak usia sekolah secara empiris
angin ribut dan air) sejak angin topan terjadi. ditemukan lebih banyak dibanding penelitian
Beberapa anak menolak untuk mandi karena pada kelompok usia lainnya. Secara umum
takut terhadap air. Lebih banyak hasil telah menyatakan bahwa anak usia
penggambaran angin topan hugo tampak pada sekolah menunjukkan distres psikologis yang
permainan dan pembicaraan adalah reaksi lebih menyeluruh dan gejala stres paska
umum diantara anak. Salah satu orang tua dari trauma daripada anak usia pra sekolah akan
anak perempuan usia 2,5 tahun mengatakan tetapi lebih rendah jika dibandingkan pada
bahwa anaknya percaya bahwa ‘hugo’ adalah kelompok remaja.
orang yang asli yang sangat buruk dan Banyak referensi yang memfokuskan pada
merusak segala sesuatu dan kemudian mati. vraiasi reaksi paska bencana pada anak usia

50
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
sekolah. Contohnya Dollinger dkk (1984) keseluruhan menunjukkan bahwa 38% anak
mewawancarai 29 anak usia 10-12 tahun dan mempunyai gejala PTSD menengah dan
ibunya setelah bencana sambaran petir. Hasil berat, 22% melaporkan gejala menengah dan
menunjukkan baik orang tua maupun anaknya 40% melaporkan tidak ada gejala.
melaporkan tingkat ketakutan yang lebih Kenyataannya 77% anak di taman bermain
tinggi dibanding pada kelompok yang tidak melaporkan tingkat gejala PTSD yang
terpapar. Anak-anak melaporkan ketakutan menengah sampai ke berat dibandingkan saat
terhadap anagin, suara bintang, kematian, mereka di dalam gedung sekolah (67%) atau
jarak yang tidak berdekatan, berpisah dari di rumah (26%). Tindak lanjut berikutnya
orang tua. Penelitian lanjutan Dollinger setelah 14 bulan Pynoos dkk mewawancarai
(1986) menemikan gangguan tidur pada anak 159 anak dan mengalami penurunan gejala
(kesulitan untuk pergi tidur dan tidur dengan PTSD akan tetapi pada anak yang di taman
baik), mengeluhkan keluhan somatik (seperti bermain, 74% dari mereka (19 anak) terus
nyeri otot, diare) mempunyai hubungan melaporkan tingkat gejala PTSD menengah
signifikan terhadap ketakutan mereka akan sampai ke berat.
angin dan kematian. Lebih lanjut Galante & Penelitian lain terhadap tingkat PTSD yang
Foa melakukan survey terhadap 300 anak dilakukan pada anak usia sekolah secara
sekolah (SD) 6 bulan setelah gempa bumi, umum menunjukkan setiap kali ada bencana
mereka melaporkan variasi ketakutan yang riil selalu diikuti oleh kejadian PTSD pada anak.
dan fantasi dan mereka merasa takut lagi pada Minimal PTSD yang terjadi sebagai ikutan
saat ulang tahun kejadian. dari bencana terjadi pada tingkat menengah
Anak usia sekolah juga menunjukkan sampai dengan ke tingkat yang berat. PTSD
kemunduran dalam sekolah, setelah kejadian selalu terjadi pada anak setiapkali kejadian
bencana. Secara khusus masalah paska bencana.
bencana dan diskontinuitas kondisi kehidupan Secara keseluruhan, anak sekolah yang
menyebabkan maslah-masalah sekolah. Anak selamat dari bencana memperlihatkan
tidak tertarik dengan aktifitas sekolah dan ketakutan pada tingkat yang tinggi, gejala
masalah somatik seperti sakit kepala somatik yang luas, masalah kognitif,
mempengaruhi kehadiran sekolah (Gurwitch, perilakku dan masalah sosial. Masalah
2004). Contohnya Mc.Farlan dkk (1987) kognitif meliputi kurang konsentrasi,
menemukan bahwa anak korban bencana permasalahan membaca dan pemahaman dan
mengalami penurunan penampilan dan tingkat menurunnya performance di sekolah. Masalah
jehadiran di sekolah. Lebih lanjut Taylor terkait perilaku diantaranya seperti perilaku
(1994) menganalisis fungsi akademik anak menolak datang ke sekolah dan
sebelum dan sesudah bencana, 3 bulan setelah ketidakmampuan konsentrasi. Perilaku anak
angin topan, anak—anak yang mempunyai menjadi tidak konsisten seperti mudah marah,
gejala paska bencana lebih besar tidak sopan dan secara emosional menjadi
menunjukkan prestasi akademik yang sensitif. Oleh karena itu, teman sebayanya
menurun dibanding anak dengan gejala paska mungkin menjadi menderita karena perilaku
bencana yang lebih sedikit atau ringan. ini. Mereka juga mungkin
Gejala PTSD lebih umum dilaporkan oleh mengalamikehilangan support sosial seperti
anak usia sekolah. Pynoos dkk (1987) teman. Penelitian juga mengindikasikan
melakukan penelitian tentang akibat serangan bahwa perbandingan anak usia pra sekolah
penembakan menjadi salah satu cara untuk dengan anak usia sekolah erhadap tingkat
menguji gejala PTSD. Pada tahun 1984 telah gejala PTSD dan mempunyai pemahaman
terjadi serangan penembakan terbuka pada yang lebih tinggi pada ank usia sekolah
taman bermain di sekolah dasar di South terhadap pengalaman yang traumatik
Central Los Angeles. Selama serangan 1 anak
terbunuh dan 13 lainnya terluka. Satu bulan 4. REAKSI PASKA BENCANA ANAK
setelah kejadian mereka mewawancarai 159 REMAJA
anak dengan usia 5 -13 tahun dengan variasi Penelitian pada kelompok umur remaja
tingkat paparan kekerasan. Temuan jarang dilakukan kaitannya dengan respon

51
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
mereka terhadap bencana. Kelompok remaja menunjukkan anak remaja yang lokasinya
dipertimbangkan sebagai kelompok yang dekat denngan pusat gempa mempunyai
seperti dewasa dari pada respon seperti anak- tingkat PTSD yang lebih tinggi. Penelitian
anak, karena mereka dipertimbangkan lanjutan oleh Goenjian dkk (1996) melakukan
memiliki penilaian yang lebih canggih investigasi pada 3 kelompok, yaitu kelompok
terhadap bencana dan efeknya terhadap 1 adalah kelompok remaja yang terpaparnya
mereka. Untuk itu mereka lebih memahami tinggi dan kembali lagi ke lokasi sebelumnya,
arti dari trauma (Phynoos, 1985) kelompok 2 adalah kelompok yang
Perbedaan remaja dengan anak yang lebih terpaparnya tinggi tapi kemudian direlokasi
muda adalah remaja menunjukkan perspektif dan kelompok 3 adalah kelompok kontrol.
masa depan, harapan negatif dan perubahan Hasilnya adalah tingkat PTSD yang lebih
sikap tentang tujuan karir dan pernikahan. tinggi baik pada kelompok 1 dan 2 dibanding
Pada kenyataannya sebagian remaja tidak kelompok kontrol. Tidak ada perbedaan
merencanakan jauh ke depan sejak mereka kelompok 1 dan 2.
kehilangan kepercayaan pada pernecanaan Remaja mungkin juga melakukan tindakan
jangka panjang. When Terr (1983) mengkaji konfrontasi dan kurang kasih sayang dan juga
ulang korban penculikan di bis sekolah perilaku antisosial, seperti membolos dari
Chowcilla 4 tahun setelah kejadian, para sekolah, penggunaan obat dan alkohol,
remaja melaporkan mereka menjadi pesimis aktivitas seksual yang prematur sebagai
terhadap masa depannya, contohnya terhadap bentuk dari perilaku trauma (Gaffney,2006).
pernikahan. Lebih lanjut korban remaja pada Terlibatnya remaja pada perilaku yang
gempa bumi Marmara menunjukkan angka berisiko seperti ini, dapat mengancam
yang lebih besar terhadap kekhawatiran masa kehidupan dan merugikan kehidupan sosial
depannya dibanding dengan kelompok remaja, pendidikan dan hubungan
kontrol. interpersonal. Oleh karena itu, gangguan pada
Banyak penelitian yang membuktikan hubungan teman sebaya atau penolakan teman
bahwa remaja juga mengalami depresi dan sebaya merupakan faktor risiko yang sangat
kecemasan paska bencana. Pada penelitian penting untuk penyesuaian remaja selama
yang lebih luas, menemukan bahwa remaja periode bencana. Terputusnya hubungan
usia 12 – 15 tahun menunjukkan gejala dengan teman sebaya dapat mencetuskan
depresi yang lebih berat daripada kelompok remaja untuk tidak mau melakukan aktifitas
umur yang lebih muda (2-7 tahun dan 8 -11 sehari-hari dan memilih untuk berdiam diri di
tahun). Lebih spesifik, secara keseluruhan rumah. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
39% remaja menampilkan gejala yang relokasi paska bencana.
mendukung terhadap depresi menengah dan Secara keseluruhan, remaja memiliki
berat dibanding 32% pada anak usia sekolah kemampuan yang lebih dalam
dan 14 % pada anak usia pra sekolah. menghadapibencana dibandingkan kelompok
Penelitian Goenjian dkk (1995), mendukung umur yang lebih muda. Walaupun demikian,
temuan ini dimana tingginya tingkat depresi remaja mungkin mengalami gangguan emosi
terjadi diantara korban yang selamat dari karena kehilangan komunitasnya, teman,
gempa bumi 1,5 tahun setelah gempa karena relokasi. Hal-hal tersebut dapat
Armenian. Penelitian Eksi dkk (2007) juga berkontribusi terhadap perkembangan
menemukan hal yang sama dimana remaja mereka.
mengalami depresi paska bencana gempa Tabel 1
Marmara di Turkey. Korban remaja putri Reaksi Spesifik terhadap Bencana atau
menunjukkan tingkat depresi yang lebih Kejadian traumatik berdasarkan usia
tinggi jika dibandingkan dengan remaja putra Usia Reaksi
(kelompok kontrol). Usia 1. Somatik (Somatic)
PTSD diperhitungkan sebagai tipe respon Pra Gangguan tidur (terbangun
paska bencana yang penting diantara remaja Sekolah dari mimpi buruk, night terror,
dan telah diujikan dalam banyak penelitian (2-5 tidur sambil berjalan, menolak
tentang bencana. Temuan penelitian tahun) tidur sendirian), masalah

52
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
makan dan pusing. 4. Perilaku (Behavioral)
2. Kognitif (Cognitive) Respon mengejutkan, perilaku
Penjelasan magic terhadap agresif (fighting), hiperaktif,
suatu kejadian, mengulang- hypervigilance, masalah
ulang cerita tentang kejadian, dengan teman sebaya,
ingatan yang tidak mengulang cerita tentang
menyenangkan tentang trauma, permainan yang
trauma, ketakutan yang berhubungan dengan trauma,
menetap penolakan sosial dan
3. Emosional (Emotional) emosional.
Menangis, kesulitan 1. Somatik (Somatic)
mengidentifikasi perasaan, Gangguan makan, kehilangan
emosi dan marah, energi, keluhan fisik (sakit
ketergantungan yang kepala, sakit perut), gangguan
berlebihan, iritabel (mudah tidur (insomnia)
marah), sedih, kecemasan 2. Kognitif (Cognitive)
karena perpisahan (separation Masalah perhatian dan
anxiety), kecemasan dengan konsentrasi, performance
orang asing (stranger sekolah yang kurang, masalah
anxiety), trauma dan memori, gangguan terhadap
ketakutan umum. gambaran visual, suara,
4. Perilaku (Behavioral) pikiran dan bau
Perilaku khawatir atau gelisah 3. Emosional (Emotional)
(seperti menggigit kuku), Kecemasan, belligerence,
permainan post traumatik, menolak, takut tumbuh, reaksi
perilaku regresif (ngompol, berduka, merasa salah karrena
dan mengulum ibu jari), hidup, malu, terhina, depresi,
tempertantrum dan hiperaktif. dendam, pikiran bunuh diri,
1. Somatik (Somatic) kontrol impulsif yang lemah,
Kehilangan energi, keluhan putus asa.
Remaja
fisik (sakit kepala, sakit 4. Perilaku (Behavioral)
(12-18
perut), gangguan tidur Respon mengejutkan, perilaku
tahun)
2. Kognitif (Cognitive) acting-out, kecenderungan
Percaya terhadap kekuatan kecelakaan, masalah
supernatural, distorsi tentang hubungan dengan teman
penyebab bencana, gangguan sebaya, masuk ke masa
terhadap gambaran yang tidak dewasa secara prematur,
diinginkan, suara, bau dan penolakan sosial dan isolasi,
Usia memori, kurang konsentrasi, menolak sekolah, kurang
Sekolah performance dan level yang tanggung jawab, kurang
(6-11 turun, kesedihan saat tertarik terhadap aktivitas
tahun) mengenang ulang tahun yang menyenangkan,
peristiwa. penggunaan alkohol dan obat-
3. Emosional (Emotional) obatan terlarang
Marah, menolak,ekspresi 5. Self
kesalahan setelah aktivitas, Perasaan tidak punya harapan,
kurang bantuan, kurang isolasi, peningkatan fokus diri
tertarik dengan aktifitas yang dan kesadaran diri, kehilangan
menyenangkan, moodiness, kepercayaan diri, harga diri
sedih, menyalahkan diri rendah, gambaran diri negatif,
sendiri, mudah menangis, perubahan personal,
trauma, takut dan khawatir pandangan dunia pesimis,

53
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
tingkat kecemasan yang tinggi identifikasi, advokasi dan perawatan pada
termasuk terhadap masa seluruh populasi yang terpengaruh melalui
depan. semua fase bencana termasuk partisipasi aktif
pada semua tingkat perencanaan dan
5. IMPLIKASI KEPERAWATAN persiapan. Adapun fase-fase bencana pada
Permasalahan yang dibahas dalam artikel nursing disaster adalah preparedness, relief
ini mempunyai signifikansi yang tinggi respon dan recovery (Power )
terhadap profesi keperawatan dan mempunyai Perawat menghadapi anak-anak korban
manfaat yang tinggi juga mengingat akhir- bencana terutama pada fase pemulihan.
akhir ini bencana terus saja terjadi. Dengan Dengan mengetahui reaksi-reaksi anak usia
mengetahui reaksi anak terhadap adanya pra sekolah, usia sekolah dan remaja terhadap
bencana, perawat dapat memberikan bencana ataupun kejadian traumatik lainnya,
intervensi keperawatan sesuai dengan maka perawat dapat melakukan tindakan
permasalahan yang dihadapi anak. Tidak pencegahan atau pemulihan terkait PTSD
memandang anak hanya sebagai orang yang dialami anak sesuai usia.
dewasa mini, akan tetapi mereka mempunyai Menurut Murphy (2010), juga menegaskan
karakteristik yang unik pada setiap tahap bahwa PTSD sangat rentan dialami oleh
perkembangannya (Wong, 2008). kelompok anak dan wanita. Reaksi yang
Perkembangan kognitif dan psikososial anak muncul pada kelompokinni adalah depresi
dipengaruhi usia anak. Pada usia remaja, anak dan anxietas. Adanya pengetahuan tentang
cenderung untuk lebih mementingkan teman reaksi yang terjadi, membutuhkan
sebayanya (Supartini, 2004). penanganan berbagai pihak termasuk
Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun keperawatan. Penelitian lain yang berjudul
2007 tentang Penanggulangan Bencana. ‘Experience of The Great East Japan
Bencana Alam adalah bencana yang Earthquake march 2011’ oleh Yamamoto,
diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian RN.,Ph.D. juga menyebutkan kelompok
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara wanita hamil dan anak-anak merupakan
lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung kelompok korban yang membutuhkan
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, penanganan khusus. Pada kasus ini kelompok
dan tanah longsor. Peristiwa bencana alam wanita hamil dan anak-anak diprioritaskan
dapat berupa banjir, letusan gunung karena kekhawatiran akan bahaya nuklir yang
berapi, gempa bumi, tsunami, tanah mungkin efeknya dapat mengenai kelompok
longsor, kekeringan, hujan es, gelombang korban ini. Efek nuklir yang mungkin terjadi
panas, badai tropis, tornado, kebakaran sangat berbahaya pada janin yang dikandung
liar dan wabah penyakit. dan pada pertumbuhan dan perkembangan
Penanganan bencana tidak hanya menjadi anak.
tanggung jawab petugas kesehatan saja, akan Penanganan terhadap bencana juga
tetapi melibatkan berbagai pihak. Ungkapan diperlukan di tempat-tempat yang banyak
bencana yang sesungguhnya adalah setelah digunakan oleh anak-anak termasuk tempat
bencana itu sendiri terjadi, memang benar belajar yaitu sekolah. Penelitian yang berjudul
adanya. Reaksi paska bencana yang pada Assessment of Emergency and Disaster
umumnya dirasakan menjadi bencana yang Preparedness in High School in Istanbul
sesungguhnya berupa masalah psikologis, Turkey’ oleh Kokcu, Sema dan Ayse Ergun
masalah perilaku dan efek fisik lainnya juga. tahun 2012 bertujuan untuk mendeskripsikan
Saat ini, mulai dikembangkan ilmu tentang kemungkinan bahaya atau keadaan emergensi
keperawatan bencana (Disaster Nursing). di sekolah tinggi di Istanbul dan untuk
Keperawatan sebagai bagian dari pelayanan mengevaluasi kesiapan terhadap bencana dan
kesehatan mempunyai tanggung jawab dalam keadaan emergensi dan untuk mendapatkan
penanggulangan bencana. Tujuan perbedaan kesiapan diantara tipe-tipe sekolah.
keperawatan bencana menurut Power adalah Pengumpulan data dilakukan dengan
untuk meyakinkan bahwa tingkat pelayanan menggunakan kuesioner yang dikembangkan
tertinggi yang dapat dicapai melalui oleh peneliti sendiri dan telah dilakukan uji

54
Jurnal PPKM I (2016) 49-55 ISSN: 2354-869X
validitas alfa croanbach dan pendapat pakar. Preparedness in High School in Istanbul
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Turkey’ Journal of Society for
sekolah swasta (private school) mempunyai development in new net environment in B
kesiapan yang lebih tinggi jika dibandingkan & H, Health Med Vol.6 No. 8 pp 2620-
dengan sekolah pemerintah (public school). 2634
Melnyk Bernadette Mazurek & Fineout-
6. KESIMPULAN overholt Ellen (2003), Evidence Based
a) Anak-anak adalah kelompok individu Practice in Nursing and Health Care: A
yang masih dalam masa pertumbuhan dan Guide to Best Practice, second edition,
perkembangan, sehingga mereka Philadelphia, William and Wilkinson
mempunyai respon yang sangat bervariasi Murphy shirley A, (2010), Women’s and
terhadap kejadian bencana Children’s exposure to Mass Disaster and
b) Reaksi terhadap bencana dikelompokkan Terrorist Attack’, Issues in Mental Health
pada reaksi somatik, kognotif, emosional Nursing 31; 45-53
da behavioral Power Robert, Introduction to Disasters and
c) Adanya disaster nursing dapat membantu Disaster Nursing, International Disaster
penanganan korban bencana dimana peran Nursing
perawat dapat diaplikasikan pada setiap Supartini, Yupi. (2004), Buku Ajar Konsep
fase bencana. Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Wong, L. Donna, at all. (2008), Buku Ajar
7. DAFTAR PUSTAKA Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta :
Dogan-Ates Aysun (2010), ―Developmental EGC.Alih bahasa agus Sutarna, Netty
Differences in Children’s and Adolescents’ junaity.
Post-Disaster Reactions” Issues in Mental Yamamoto (2011), Experiences of The Great
Health Nursing 31; 470-476 East Japan Earthquake March 2011,
Kokcu, Sema and Ayse Ergun (2012) ‘An International Nursing Review 58, 332-334
Assessment of Emergency and Disaster

55

Anda mungkin juga menyukai