Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

INTEGRATED SYSTEM

KELOMPOK :1
NAMA : MUHAMMAD DIO SYAHRIDLO
NRP : 0516040012
KELAS : K3-4A

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hingga saat ini kebakaran menjadi salah satu kecelakaan terbesar di dunia, karena
apabila Hingga saat ini kebakaran menjadi salah satu kecelakaan terbesar di dunia, karena
apabila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang drugikan, baik itu pekerja, pemerintah,
ataupun masyarakat. Untuk meminimalisasi terjadinya kebakaran maka perlu penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan termasuk kebakaran.
Upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran harus menjadi
tanggung jawab dari pihak yang terlibat seperti pihak perusahaan, pemerintah dan
masyarakat. Salah satu upaya penanggulangan kebakaran terutama mencegah dan
mengurangi akibat buruk dari kebakaran adalah dengan memadamkannya.
Dari data kasus kebakaran selama ini maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain adalah bahwa sistem proteksi kebakaran tidaklah cukup hanya
dengan penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) atau hidran saja yang disebut
sebagai sistem proteksi aktif. Diperlukan saran proteksi lainnya yakni sprinkler dan Fire
integrated system untuk mendukung mobilitas APAR dan hidran sebagai sistem proteksi
aktif. Oleh karena itu berbagai langkah dan upaya penanggulangan bahaya kebakaran
merupakan hal yang penting diterapkan dan dilaksanakan guna mencegah terjadinya
bahaya kebakaran. Pada umumnya kebakaran terjadinya diawali dengan api yang kecil.
Bila sejak dini dapat diatasi/dipadamkan, maka kebakaran yang dapat menimbulkan
berbagai macam kerugian dapat dihindarkan, misalnya dengan pemasangan Fire
Integrated System pada gedung.
Untuk keselamatan pada saat terjadi kebakaran, kita harus mengetahui bagaimana
prosedur pemadaman kebakaran dengan metode Integrated System. Namun, kebanyakan
orang masih belum mengerti prosedur pemadaman kebakaran dengan metode Integrated
System. Maka dari itu pentingnya praktikum kali ini untuk membahas lebih lanjut tentang
prosedur pemadaman kebakaran dengan metode Integrated System yang benar.

1.2 Tujuan
Tujuan umum : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori
pemadaman kebakaran.
Tujuan khusus : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur
pemadaman kebakaran integrated system.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengaplikasikan teori pemadaman kebakaran ?
2. Bagaimana cara memahami tentang prosedure pemadaman kebakaran integrated
system ?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prinsip Terjadinya Api


Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti oleh evolusi atau pengeluaran cahaya
dan panas. Reaksi kimia mengandung pengertian adanya proses yang berlangsung secara
kimia. Terjadinya api disebabkan bergabungnya tiga unsur seperti bahan bakar, panas dan
oksigen.
Api sering disebut sebagai zat keempat, karena tidak dapat dikategorikan ke
dalam kelompok zat padat, zat cair maupun zat gas. Api disebut memiliki bentuk plasma.
Plasma adalah bentuk gas yang mana sebagian dari partikel diionisasi. Seperti halnya gas,
plasma tidak memiliki bentuk yang tetap maupun volume yang tetap, kecuali jika
dikurung dalam suatu wadah yang tetap.
Panas yang dibutuhkan untuk pembakaran tersebut haruslah cukup mencapai
temperatur minimum dari bahan-bahan tersebut. Sumber-sumber panas dapat berasal dari
: gesekan, bunga api listrik, petir, sinar matahari, tekanan dan lain-lain. Oksigen adalah
salah satu unsur yang terdapat di udara atau dihasilkan melalui proses kimia yang
memiliki kandungan sebesar 21%. Untuk terjadinya api diperlukan kandungan oksigen
antara 16%-21%. Jika ketiga unsur tersebut di atas bergabung dengan kondisi dan
komposisi yang tepat, maka akan terjadi kebakaran/api. Proses inilah yang dikenal
sebagai proses Segitiga Api.

Segitiga api mengilustrasikan hubungan antara tiga elemen dasar yang


diperlukan untuk membangkitkan api. Tiga eleman dasar yang dibutuhkan untuk
membangkitkan api adalah senyawa oksigen, bahan bakar yang dapat terbakar dan
mengandung energi, serta sumber api atau sumber panas. Jika salah satu dari
ketiga eleman dasar tersebut telah habis, maka api akan padam, atau reaksi pembakaran
tidak dapat dilanjutkan dengan baik. Ketiga elemen dasar yang dapat mebangkitkan
api tersebut digambarkan di dalam sebuah segitiga, yang sangat umum dikenal sebagai
segitiga api. Berikut inidisajikan gambar segitiga api pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Segitiga Api

Keberadaan ketiga unsur tersebut mutlak untuk dapat terjadi api. Apabila
salah satu unsur tidak ada, maka api tidak akan terjadi, oleh karena itu telah menjadi
prinsip pemadaman api, yaitu dengan menghilangkan salah satu dari 3 unsur segitiga
api tersebut. Bila salah satu unsur disingkirkan, api tidak menyala dan bila sedang
berlangsung akan terpadamkan. Jadi dasar pemadaman api adalah meniadakan salah
satu unsur di atas.
Kebakaran adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan penderitaan dan malapetaka, kejadian kebakaran selalu membawa
kerugian material dan korban (Surapto,1984). Kebakaran terjadi apabila terpenuhi
persyaratan segitiga api, yaitu adanya bahan bakar, panas dan udara. Akan tetapi, studi
lanjut mengenai fisika dan kimia menyatakan bahwa peristiwa kebakaran mempunyai
tambahan unsur, yaitu rantai reaksi kimia (chain reaction). Konsep ini dikenal dengan
bidang empat api (tetrahedron of fire). Secara teori dengan memotong salah satu unsur
tersebut maka dapat mencegah kejadian kebakaran (Depnaker, 1995). Berikut
merupakan gambar tetrahedron api pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tetrahedron api

2.2 Klasifikasi Gedung Berdasarkan Potensi Bahaya Kebakaran


Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep.186/MEN/1999
tentang unit penanggulangan kebakaran, klasifikasi hunian atau jenis usaha ditinjau
dari potensi bahaya kebakaran dibagi dalam tingkatan kategori sebagai berikut :
1. Bahaya kebakaran ringan
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
rendah, sehingga menjalarnya api lambat. Yang termasuk pada klasifikasi ini
adalah : tempat beribadah, perpustakaan, rumah makan, hotel, rumah sakit,
penjara, perkantoran.
2. Bahaya kebakaran sedang kelompok I
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan mudah terbakar dengan
tidak lebih dari 2,5 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
sedang, sehingga api menjalar sedang. Yang termasuk dalam klasifikasi ini
adalah tempat parker, pabrik roti, pabrik minuman, dan lain – lain.
3. Bahaya kebakaran sedang kelompok II
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemdahan terbakar sedang, penimbunan bahan mudah terbakar dengan
tinggi lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang,
sehingga menjalar api sedang. Yang termasuk kedalam klasifikasi bahaya
kebakaran ini yaitu : penggilingan gandum, pabrik bahan makanan, pabrik kimia,
dan lain – lain.
4. Bahaya kebakaran sedang kelompok III
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
tinggi, sehingga menjalarnya api cepat. Yang termasuk kedalam klasifikasasi
bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik ban, bengkel mobil, pabrik kertas, dan lain –
lain.
5. Bahaya kebakaran berat
Bahaya kebakaran pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas
sangat tinggi dan menjalarnya api cepat. Yang termasuk kedalam klasifikasi
bahaya kebakaran ini yaitu : pabrik kimia, pabrik bahan peledak, pabrik cat.

2.3 Klasifikasi Kebakaran


Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian atas kebakaran
berdasarkan pada jenis benda-benda atau bahan-bahan yang terbakar agar dapat
ditentukan system pemadaman api yang tepat, sehingga dapat dipilih alat-alat atau
bahan-bahan pemadam yang cocok untuk kelas kebakaran tersebut.
Klasifikasi kebakaran di Indonesia ditetapkan melalui peraturan menteri
tenaga kerja dan transmigrasi nomor 04/Men/1980 sebagai berikut
1. Kelas A
Bahan padat kecuali logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya.
Kebakaran kelas A ini diakibatkan panas yang dating dari luar, molekul-molekul
benda padat berurai dan membentuk gas lalu gas inilah yang terbakar. Sifat utama
dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas baik sekali. Bahan-bahan yang dimaksud seperti bahan yang
mengandung selulosa, karet, kertas, berbagai jenis plastic dan serat alam. Prinsip
pemadaman jenis ini adalah dengan cara menurunkan suhu dengan cepat. Jenis media
yang cocok adalah menggunakan air.
2. Kelas B
Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas, dapat berupa soulvent, pelumas, produk
minyak bumi, pengencer cat, bensin dan cairan yang mudah terbakar lainnya. Diatas
cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar pada bahan bakar
cair ini suatu bunga api yang akan menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah
mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lain. Prinsip pemadamanya
dengan cara menghilangkan oksigen dan menghalangi nyala api. Jenis media
pemadam yang cocok adalah dengan menggunakan busa.
3. Kelas C
Kebakaran listrik yang bertegangan, sebenarnya kebakaran kelas C ini tidak lain dari
kebakaran kelas A atau B atau kombinasi dimana ada aliran listrik. Jika aliran listrik
dipuuskan maka akan berubah menjadi kebakaran kelas A atau B. kebakaran
kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis mdia pemadam, yaitu yang tidak
menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakran aliran
listrik. Biasanya menggunakan CO2 atau gas halon.
4. Kelas D
Kebakaran bahan logam seperti logam magnesium, titanium, uranium, sodium,
lithium dan potassium. Kebakaran logammemerlukan pemanasan yang inggi dan
akan menimbulkan temperature yang sangat tinggi pula. Untuk memadamkan pada
kebakaran logam ini perlu dengan alat atau media khusus. Prinsipnya dengan cara
melapisi permukaan logam yang terbakar dan mengisolasinya dari oksigen.

2.4 Pengertian Integrated System


Integrated System adalah suatu sistem yang terdiri dari sistem deteksi, sistem
alarm, dan sistem pemadam secara otomatis. Sistem tersebut digabung atau
diintegrasikan menjadi 1 sistem secara utuh. Aplikasi dari sistem tersebuta dibagi
menjadi dua metode yakni, Total Floading System dan Local Protection System.
a. Total floading system adalah sistem yang didesign bekerja serentak memancarkan
media pemadam memalui seluruh nozzle kedalam ruangan dengan konsentrasi
tertentu.
b. Lokal protection system adalah sistem pemadam yang didesign dengan
mengarahkan pancaran pada objek yang dilindungi.
Komponen integrated sistem adalah sistem deteksi, kontrol panel alarm, storage
system, media pemadam, dan sistem distribusi yang terdiri dari perpipaan, katup,
dan nozzle yang dipilih berdasarkan tekanannya.
Media pemadam hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu :
1. Efektifitasnya
2. Pengaruh fisik terahadap material yang dilindungi, merusak atau tidak merusak
3. Pengaruh kimia terhadap barang yang dilindungi
4. Pengaruh kadar racun dan perusakan terhadap lingkungan
5. Bentuk bangunan
(depnakertrans RI, 2000)

2.5 Komponen Integrated System


Perlengkapan sistem instalasi pemadam otomatis integrated sistem terdiri dari
bagian pokok yaitu :
1. Sistem deteksi, biasanya menggunakan 2 kelompok alarm dengan
menggunakan jenis detektor yang berbeda. Misalnya detektor yang digunakan
adalah detektor asap, detektor panas, dan lain-lain.
2. Kontrol Panel, berfungsi sebagai peralatan pengendali untuk memproses
sinyal yang datang dari detektor dan meneruskan / mengaktifkan alarm dan
panel pemadam.
3. Panel Pemadam, berfungsi mengaktifkan alarm dan mengaktifkan katup
pemadam setelah mengalami penundaan waktu tertentu. Panel pemadam akan
bekerja bila dua kelompok alarm telah aktif atau kebakaran
benar benar terjadi.
4. Storage System yaitu persedian media pemadam yang dikemas dalam
silinder baja bertekanan.
5. Media Pemadam yaitu bahan yang digunakan dan dipilih paling cocok
berdasarkan pertimbangan pertimbangan antara lain efektifitasnya, pengaruh
fisik, pengaruh kimia, dan bentuk gedung.
6. Sistem distribusi yang terdiri pemipaan, katup dan nozzle yang dipilih
berdasarkan tekanannya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Seperangkat peraga Integrated System.

3.2 Prosedur Kerja

MULAI

Merancang Integrated System berdasarkan rangkaian


percobaan

Melakukan pengamatan terhadap cara kerja Integrated


System dimulai dari tahap pengindraan api hingga
pemadaman api

Menjawab pertanyaan dan tugas pada laporan resmi

SELESAI
DAFTAR PUSTAKA

Depnakertrans, 2000. “Training Material Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang


Penanggulangan Kebakaran”, Jakarta. Indonesia

Handoko, Lukman. 2013. Modul Praktikum Sistem Pencegahan Dan


Penanggulangan Kebakaran. Surabaya: Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

P.K., Dr. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. 1981.


Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.
TUGAS PENDAHULUAN

Jelaskan komponen-komponen Integrated System


! Jawab :
1. Detektor, adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi adanya kebakaran dan
mengawali suatu tindakan.
a. Smoke Detektor, adalah suatu sistem pengindera asap dari suatu sumber api
yang memiliki potensi kebakaran.
• Ionisasi detektor : suatu jenis detektor yang memiliki ruang ionisasi, ruang yang
berisi udara diantara dua elektroda. Apabila terdapat asap, Partikel alpa akan
melewati ruang ionisasi dan menghasilkan arus listrik kecil dan konstan diantara
elektroda. partikel asap akan masuk ke ruang ionisasi, kemudian menyerap partikel
alpa sehingga akan mengganggu arus listrik dan mengaktifkan alarm
• Optikal detekor : adalah sensor cahaya yang tersebar atau dalam istilahnya
nephelometer. Komponen utama pada tipe smoke detector ini adalah:
- Sumber
cahaya
- Lensa untuk memfokuskan cahaya menjadi sinar yang diproyeksikan
- sensor pada sudut balok sebagai sensor cahaya
Tanpa adanya asap atau smoke, cahaya akan melewati tepat didepan sensor pada
garis lurus. Ketika asap masuk ke ruang optik melewati cahaya, beberapa cahaya
akan tersebar karena adanya partikel asap. penyebaran cahaya yang seharusnya
tegak lurus menyebabkan alarm aktif
b. Radiation Detektor : suatu alat pengindera sinar radiasi
• IR detektor adalah detektor yang dapat mendeteksi sinar inframerah yang terpacar
dari suatu benda.
• UV detektor adalah detektor pengindera sinar
uv.
c. Heat Detektor, merupakan detektor pengindera panas dari sumber api.

2. Alarm
Suatu alat yang diaktifkan oleh data yang diterima dari detektor. Alarm kebakaran
ada berbagai macam antara lain :
a. Bel, merupakan alarm yang akan bordering jika terjadi kebarakan, dapat difungsikan
secara manual atau dikoneksi dengan sistem deteksi kebarakarn. Suara bel agak terbatas,
sehingga sesuai ditempatkan dalam ruangan terbatas seperti kantor.
b. Sirine, fungsi sama denga bel, naum jenis suara yang dikeluarkan berupa sirine. Sirine
mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai di gunakan di tempat kerja yang
luas seperti pabrik.
c. Horn, horn juga berupa suara yang cukup keras namun lebih rendah dibanding sirine

d. Pengeras suara, dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat
mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara yang
dilengkapi dengan penguatnya (pre-amplifier).

3. Manual Call Box ( TPM/Titik Panggil Manual ), adalah alat yang dioperasikan secara
manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran. Titik panggil manual dapat berupa
:
a. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan luas
b. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan tombol tekan.
d. Pengeras suara, dalam suatu bangunan yang luas dimana penghuni tidak dapat
mengetahui keadaan darurat secara cepat, perlu dipasang jaringan pengeras suara
yang dilengkapi dengan penguatnya (pre-amplifier).

3. Manual Call Box ( TPM/Titik Panggil Manual ), adalah alat yang


dioperasikan secara manual untuk memberikan isyarat adanya kebakaran.
Titik panggil manual dapat berupa
:
a. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan luas
b. Titik panggil manual yang dioperasikan dengan tombol tekan.

Anda mungkin juga menyukai