Dimana
M : kemolaran atau molaritas
n : mol zat terlarut
v : volume dalam liter
g : massa zat terlarut dalam gram
Mr : massa mlekul relative zat terlarut
Kemolalan (m)
Kemolalan atau konsentrasi molal (m) adalah suatu konsentrasi yang menyatakan
banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.dapat dirumuskan
molzatterlarut
m
1000 grampelarut
Jika
m : molal
g : massa zat terlarut (gram)
p : massa zat terlarut(gram)
Mr : massa molekul relative zat terlarut
Maka :
g 1000
m
Mr p
Fraksi mol
Fraksi mol adalah suatu besaran konsentrasi larutan yang menyatakan perbandingan
jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol larutan. fraksi mol tidak mempunyai satuan
dan dinotasikan dengan X. Secara matematis dirumuskan :
nA nB
XA dan X A
n A nB n A nB
Dimana :
XA : fraksi mol pelarut
XB : fraksi mol terlarut
nA : jumlah mol zat terlarut
nB : jumlah mol zat pelarut
jumlah fraksi mol pelarut dengan fraksi mol terlarut adalah 1
XA + XB = 1
Contoh soal :
1. Tentukan konsentrasi gas N2 5,6 gram dalam ruangan yang bervolume 5 liter?
2. Diketahui 30 gram (Mr=60) terlarut dalam 45 gram air (MR=18) hitunglah fraksi mol zat
terlarut dan zat pelarut
Jawab :
1. Mr N2 = 28 2. g = 20 gram
5,6
n N2 = mol m = 1 molal
28
= 0,2 mol Mr= 40
M =….? P=…?
n 0,2mol g 1000
M= 0,04molL1 m
v 5liter Mr p
20 1000
1molal
40 p
p = 500 gram
2. Tekanan Uap Jenuh
a. Penurunan Tekanan Uap Larutan
- Pengertian tekanan uap jenuh
Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh suatu larutan disebut tekanan uap
zat itu, misalnya air memiliki titik didih 100ºC ketika mendidih air berubah
menjadi uap air. Namun air dapat menuap pada suhu berapa saja, termaksud pada
suhu dibawah 100ºC. pada keadaan jenuh proses penguapan tetap berlangsung,
tetapi pada saat yang sama terjadi pengembunan dengan laju yang sama. Disini
terdapat kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya.
Besarnya tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki
gaya tarik menarik antara partikel relative besar berarti sukar menguap,
mempunyai tekanan uap yang relative rendah. Contohnya: gula, garam, dan
gliserol. Sebaliknya zat yang memiliki gaya terik menarik antara partikel yang
cukup lemah berarti mudah menguap, mempunyai tekanan uap yang relative tinggi.
Contohnya : etanol dan eter.
Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikan. Kenaikan suhu
menyebabka energi kinetic molekul-molekul cairan bertambah besar, sehingga
lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan permukaan cairan menuju fase
gas. Akibatnya konsentrasi uap semakin besae dan dengan demikian tekanan uap
semakin besar.
- Tekanan uap larutan dan hukum Raoult
Jika zat terlarut bersifat volatile, maka uap di permukaan larutan terdiri atas
uap pelarut dan uap zat terlarut. Namun bila zat terlarut sukar menguap maka uap
di permukaan larutan hanya terdiri atas uap zat pelarut saja. Raoult menemukan
bahwa tekanan uap suatu komponen bergantung pada fraksi mol komponen itu
dalam larutan, dengan hubungan sebagai berikut :
PA X A PA
dengan
PA adalah tekanan uap komponen A
PA adalah tekanan uap A murni
Oleh karena itu fraksi mol pelarut < 1, maka P larutan lebih rendah dari pada
Pºpelarut. Dengan kata lain, zat terlarut yang sukar menguap akan menurunkan
tekanan uap pelarut. Selisi antara tekanan uap pelarut dengan tekanan uap larutan
disebut penurunan tekanan uap (ΔP).
ΔP = Pº - P
Nilai penurunan tekanan uap larutan (ΔP) dapat dikaitkan dengan fraksi mol
terlarut sebagai berikut :
Telah diketahui bahwa Xpel + Xter = 1 sehingga Xpel = ( 1- Xter ), maka dapat
ditulis dalam bentuk lain yakni :
ΔP = Pº - P
= Pº - ( Xpel – Xter )
= Pº - ( 1 – X ter ) Pº
= Pº - P + ( Xter × Pº )
= Xter × Pº
ΔP = Xter × Pº
Penurunan tekanan uap merupakan sifat koligatif larutan artinya bahwa
penurunan tekanan uap tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada
konsentrasi ( fraksi mol ). Fraksi mol yang sama akan pempunyai penurunan
tekanan uap yang sama pula.
Titik Beku dan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Diagram PT
Diagram fase atau diagram PT adalah diagram yang menyatakan hubungan antara suhu
dan tekanan dengan fase zat. Diagram fase menyatakan batas-batas suhu dan tekanan di mana
suatu bentuk fase dapat stabil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari diagram fase :
1. Garis didih
Garis BC pada gambar di atas disebut garis didih. Garis didih merupakan transisi fase
cair-gas. Setiap itik pada garis itu menyatakan suhu dan tekanan di mana air akan
mendidih. Titik didih bergantung pada tekanan gas di permukaan. Pada tekanan 1 atm
(760 mmHg), air mendidih pada suhu 100 oC. pada tekanan 4,58 mmHg, air mendidih
pada suhu 0,0098 oC.
2. Garis beku
Garis BD pada gambar di atas disebut garis beku. Garis beku merupakan transisi fase
cair-padat. Setiap titik pada garis itu menyatakan suhu dan tekanan di mana air dapat
membeku (es mencair). Pada tekanan 1 atm (760 mmHg), air membeku pada 0 oC; pada
4,58 mmHg, air membeku pada 0,0098 oC.tekanan permukaan berpengaruh besar pada
titik didih, tetapi sangat kecil pengaruhnya terhadap titik beku.
3. Garis sublimasi
Garis AB pada gambar di atas disebut garis sublimasi. Garis sublimasi merupakan
transisi fase padat-gas.setiap titik pada garis sublimasi menyatakan suhu dan tekanan di
mana zat padat atau uap dapat menyublim.
4. Titik tripel
Perpotongan antara garis didih dengan garis beku dan garis sublimasi disebut titik tripel.
Titik tripel a`ir adalah (0,0098 oC; 4,58 mmHg). Pada titik tripelnya ketiga bentuk fase
yaitu, padat, cair, dan gas, berada dalam kesetimbangan.
Pada setiap suhu, suatu larutan memiliki tekanan uap yang lebih rendah dari pada
pelarut murninya. Dari diagram PT terlihat bahwa titik didih larutan selalu lebih tinggi
daripada titik didih pelarut murninya, dan titik beku larutan selalu lebih rendah dari pada
pelarut murninya.
Jika P adalah tekanan osmotic (π), sedangakan n/v adalah kemolaran (M), maka
π=MRT
Dengan :π = tekanan osmotic (atm)
M = kemolaran larutan
R = tetapan gas (0,08205 L atm mol-1 K-1)
T = suhu mutlak (K)
Contoh soal :
Berapa tekanan osmotic larutan sukrosa 0,0010 M pada 25 oC?
Jawab:
π=MRT
π = 0,0010 mol L-1 x 0,08205 L atm mol-1 K-1 x 298 K = 0,024 atm.
Cairan dalam sel darah merah mempunyai tekanan osmotic yang sama dengan
larutan NaCl 0,92%. Dengan kata lain, cairan sel darah merah isotonic dengan larutan
NaCl 0,92%. Jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl 0.92%, air yang
masuk dan keluar dinding sel akan setimbang.akan tetapi, jika sel darah merah
dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,92%, air akan keluar dari
dalam sel dan sel akan mengerut. Larutan yang demikian dikatakan hipertonik.
Sebaliknya jika sel darah merah dimasukkan ke dalam larutan NaCl yang lebih ener dari
0,92%, air akan masuk ke dalam sel dan sel akan mengembung dan pecah (plasmolisis).
Larutan ini dikatakan hipotonok.
Larutan NaCl 0,010 m mempunyai penurunan titik beku sebesar 0,0359 oC. harga ini
hampir dua kali lebih besar (tepatnya 1,93 kali lebih besar) dari pada penurunan titik beku
urea 0,010 m. zat elektrolit sebagian atau seluruhnya terurai menjadi ion-ion. Jadi, untuk
konsentrasi yang sama larutan larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih banyak
dari pada larutan nonelektrolit. Oleh karena itu larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif
lebih besar dari pada sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Perbandingan antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu larutan elektrolit
dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu larutan nonelektrolit pada konsentrasi
yang sama disebut factor van’t Hoff dan dinyatakan dengan lambang i. Harga i untuk larutan
NaCl 0.010 m dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus :
𝛥𝑇𝑓 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,010 𝑚
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑖 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,010 𝑚 =
𝛥𝑇𝑓 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑁𝑎𝐶𝑙 0,010 𝑚
0,0359 oC
= = 1,93
0,0186 oC
Harga i dari elektrolit tipe kovalen ternyata lebih bervariasi, bergantung pada
kekuatan elektrolit itu. Elektrolit lemah mempunyai harga mendekati satu, sedangkan
elektrolit kuat mempunyai harga i yang mendekati harga teoritisnya. Hubungan harga i
dengan persen ionisasi (derajat ionisasi) adalah sebagai berikut :
i = 1 + (n-1)α
dengan :
n = jumlah ion dari elektrolit
α = derajat ionisasi elektrolit
Jadi, untuk larutan elektrolit, rumus-rumus yang dipakai sebagai berikut:
ΔP = X. Po. i
ΔTf = Kf. m. i
ΔTb = Kb. m. i
π = M R T. i
Untuk elektrolit kuat pada pengenceran ak terhingga harga α = 1, maka berlaku rumus berikut
:
ΔP = X. Po. n
ΔTf = Kf. m. n
ΔTb = Kb. m. n
π = M R T. n
Membandingkan Sifat Koligatif
Jika kita ingin membandingkan sifat koligatif beberapa larutan, hendaklah selalu diingat
bahwa makin banyak partikel zat terlarut, maka makin besar sifat koligatif (ΔP, ΔTf, ΔTb, dan
π) yang ditimbulkan. Dalam hal ini ada beberapa patokan yang perlu diperhatikan :
1) Jika larutan-larutan tersebut berkonsentrasi sama, maka:
Larutan elektrolit memiliki harga ΔP, ΔTf, ΔTb, dan π yang lebih besar dari pada
larutan nonelektrolit
Makin banyak ion (harga n) suatu elektrolit maka harga ΔP, ΔTf, ΔTb, dan π juga
makin besar
2) Jika larutan-larutan tersebut berkonsetrasi tidak sama, larutan yang memiliki harga
(nxkonsentrasi) paling besar akan memiliki harga ΔP, ΔTf, ΔTb, dan π yang juga paling
besar.
Untuk larutan nonelektrolit n = 1
Untuk larutan elektrolit n = jumlah ion
Konsep Oksidasi-Reduksi
Suatu reaksi redoks dikatakan setara apabila memenuhi hal-hal di bawah ini :
a. Jumlah atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.
b. Jumlah atom muatan di ruas kiri sama dengan di ruas kanan.
c. Oleh karena kebanyakan reaksi redoks berlangsung dalam bentuk larutan dan pada
suasana asam atau basa, maka faktor H+ atau OH- harus dituliskan juga.
Perhatikan dua buah reaksi redoks berikut ini :
Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
P + NO3- PO43- + NO
Reaksi – reaksi di atas belum setara, sebab belum memenuhi hal-hal di atas.
Reakis redoks dapat berlangsung dalam suasana asam, basa atau netral. Reaksi redoks
melibatkan ion H+. Dalam suasana basa, reaksi redoks melibatkan ion OH-. Persamaan reaksi
redoks dapat disetarakan mellaui dua cara, yaitu dengan cara bilangan oksidasi dan cara ion
elektron (cara setengah reaksi).
1. Cara bilangan oksidasi
Penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara bilangan oksidasi dilakukan
dengan menyamakan jumlah elektron yang dilepaskan oleh oksidator dan elektron yang
diikat oleh reduktor. Cara bilangan oksidasi dipakai untuk menyetarakan reaksi redoks
dalam bentuk larutan maupun tidak dalam bentuk larutan.
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks cara bilangan oksidasi, adalah
sebagai berikut :
a. menentukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
b. Menuliskan harga bilangan oksidasi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
c. Menentukan penurunan bilangan oksidasi (peristiwa reduksi) dan kenaikan bilangan
oksidasi (peristiwa oksidasi). Caranya dengan membuat garis penghubung pada
unsur yang mengalami perubahan bilangan dari ruas kiri ke ruas kanan.
d. Menyetarakan jumlah muatan dengan dikalikan suatu bilanagn (yaitu selisih muatan
oksidasi antara ruas kiri dan ruas kanan, serta selisih muatan reduksi antara ruas kiri
dan ruas kanan). Angka pengali sebagai koefisien untuk pereduksi dan pengoksidasi.
Sedangkan, koefisien unsur lainnya disesuaikan.
2. Cara ion atau cara setengah reaksi
Penyetaraan reaksi redoks dengan cara ion elektron (cara setengah reaksi)
dilakukan dengan membagi reaksi menjadi dua bagian, yaitu sistem yang tereduksi dan
sistem yang teroksidasi. Kemudian menyamakan jumlah elektron yang diterima oleh
setiap reaksi, selanjutnya reaksi dijumlahkan. Cara setengah reaksi atau ion elektron
hanya baik dipakai untuk reaksi redoks dalam bentuk larutan.
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks cara setengah reaksi sebagai
berikut :
a. pemecahan reaksi menjadi dua persamaan setengah reaksi (reaksi reduksi dan reaksi
oksidasi).
b. Penyetaraan setiap persamaan setengah reaksi, dengan urutan sebagai berikut:
1. menyetarakan jumlah atom O dan H dengan menambahkan koefisien.
2. menyetarakan jumlah atom O, dengan menambahkan H2O secukupnya di ruas
yang kekurangan O.
3. menyetarakan jumlah atom H, dengan menambakan H+ secukupnya di ruas yang
kekurangan H.
4. menyetarakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron seruas dengan H+.
Apabila reaksi dalam suasana asam berarti penyetaraan selesai. Apabila reaksi
dalam keadaan basa, H+ digamti dengan OH- dengan cara sebagai berikut :
a) menambahkan OH- pada kedua ruas sebanyak H+
b) menggabungkan H+ dan OH- menjadi H2O.
c) Mengurangi kelabihan H2O.
5. menyetarakan jumlah elektron pada kedua persamaan setengah reaksi.
c. Menjumlahkan kedua persamaan setengah reaksi.
Sel-Sel Elektrokimia
Sel elektrokimia adalah sel yang menghasilkan transfer bentuk energi listrik menjadi
energi kimia atau sebaliknya, melalui saling interaksi antara arus listrik dan reaksi redoks.
Ada dua macam sel elektrokimia, yaitu :
1. Sel volta atau sel galvani
dalam sel volta, reaksi redoks akan menimbulkan arus listrik. Dengan perkataan lain,
energi kimia diubah menjadi energi listrik. Contoh sel volta yang kita kenal dalam
kehidupan sehari-hari adalah batu baterei dan aki (akumulator).
2. Sel elektrolisis
dalam sel elektrolisis arus listrik akan menimbulkan reakis redoks. Dengan kata lain,
energi listrik diubah menjadi energi kimia. Jadi, proses dalam sel elektrolisis merupakan
kebalikan dari proses dalam sel volta.
Dalam sel volta, reaksi redoks merupakan sumber arus listrik. Sedangkan dalam sel
elketrolisis, reaksi redoks merupakan akibat dari aliran arus listrik. Baik dalam sel volta
maupun dalam sel elektrolisis, reaksi redoks berlangsung pada bagian-bagian yang disebut
elektroda–elektroda. Elektroda tempat terjadi oksidasi disebut anoda dan elektroda tempat
terjadi reduksi disebut katoda.
Untuk memahami reaksi redoks yang berlangsung pada sel-sel elektrokimia, kita perlu
membahas potensial reduksi atau potensial elektroda.
Potensial Elektroda
Adapun suatu deret unsur – unsur, yang mana terdapat unsur – unsur mulai darii yang
memiliki Eº terkecil sampai pada unsur yang memiliki Eº terbesar.
Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Co-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-Au
Deret di atas ini disebut sebagai deret potensial logam, atau dikenal dengan deret Volta.
Dengan menggunakan deret Volta, kita memperoleh beberapa kesimpulan sebagi berikut :
Logam – logam yang terletak de sebelah kiri H memiliki Eº negatif.
Logam – logam yang terletak di sebelah kanan memiliki Eº positif.
Makin ke kanan letak suatu logam dalam deret Volta, harga Eº semakin besar. Hal ini
berarti bahwa logam-logam di sebelah kanan mudah mengalami reduksi serta sukar
mengalami oksidasi.
Makin ke kiri letak suatu unsur dalam deret Volta, harga Eº makin kecil. Hal ini berarti
bahwa logam-logam di sebelah kiri sukar mengalami reduksi serta mudah mengalami
oksidasi.
Oleh karena unsur-unsur logam cenderung melepaskan elektron (mengalami oksidasi),
maka logam- logam di sebelah kiri merupakan logam-logam yang aktif (mudah melepaskan
elektron), sedangkan logam-logam di sebelah kanan merupakan logam-logam mulia (sangat
sukar melepaskan elektron). Emas terletak di ujung paling kanan, sebab emas paling sukar
teroksidasi.
Sel Volta (Sel Galvani)
Sel volta merupakan sel elektrokimia yang dapat menimbulkan arus listrik akibat
adanya reaksi redoks dalam sel tersebut. Contoh aplikasi sel voltayang terkenal, yaitu batu
batere. Untuk mengetahui mekanisme sel volta atau sel galvani, perhatikanlah contoh klasik
sel volta yang terdiri dari elektroda-elektroda seng dan tembaga.
Logam seng yang tercelup dalam larutan ZnSO4 merupakan anoda (tempat
berlangsungnya oksidasi), sedangkan logam tembaga yang tercelup dalam larutan CuSO4
merupakan katoda (tempat berlangsungnya reduksi). Kedua larutan dihubungkan oleh suatu
“jembatan garam” . masing-masing logam seng dan tembaga dihubungkan dengan voltmeter
melalui kawat.
Elektron yang dihasilkan dari oksidasi seng mengalir melalui kawat mwnuju larutan
CuSO4. elektron itu ditangkap oleh ion Cu2+ dan terjadilah reduksi menghasilkan logam
tembaga. Aliran elektron melalui kawat menghasilkan lsumber energi. “ Jembatan garm”
merupakan tabung berbentuk huruf U yang diisi oleh KNO3 atau KCI dalam gelitan dan
berfungsi menjaga kenetralan lisrik dari kedua larutan. Ion K+ dari jembatan garam dapat
bergerak ke dalam larutan CuSO4 untuk menetralkan kelebihan ion SO4=, dan Cl- atau NO3-
dari jembatan garam dapat bergerak ke dalam larutan ZnSO4 untuk menetralkan kelebihan
Zn2+. Adanya jembatan garam menyebabkan elektron mengalir secara terus-menerus melalui
kawat.
Oleh karena elektron (muatan negatif) mengalir dari seng ke tembaga, maka seng
adalah elektroda negatif dan tembaga adalah elektroda positif. Dalam uraian terdahulu telah
kita bahas bahwa seng merupakan anoda (terjadi oksidasi) dan tembaga merupakan katoda
(terjadai reduksi). Hal ini berarti bahwa dalam sel Volta anoda adalah elektroda negatif dan
katoda adalah elektroda positif.
Dari daftar Eº dapat kita lihat bahwa logam yang memiliki Eº lebih kecil selalu
memberukan elektron kepada logam yang memiliki Eº lebih besar. Proses sebaliknya tidak
mungkin berlangsung, sebab akan melanggar “peraturan” daret volta. Jadi, dapatlah
disimpulkan bahwa dalam sel Volta anoda selalu memiliki Eº lebih kecil ( lebih rendah)
daripada katoda.
Potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel Volta disebut potensial sel, yang
memiiliki lambang Eº sel. Istilah lain untuk potensial SI adalah emf (electromtife force) atau
ggl (gaya geraklistrik).
Potensial sel merupakan perbedaan harga E dari kedua elektroda.
Eº sel = Eº katoda – Eº anoda
Contoh :
Diketahui harga Eº untuk Zn dan Cu:
Zn2+ + 2e Zn Eº = -0,76 volt
Cu2+ + 2e Cu Eº = +0,34 volt
Hitunglah potensial sel dari reaksi redoks
Zn + Cu2+ Cu + Zn2+
Jawab :
Zn merupakan anoda, karena memiliki Eº lebih kecil ( mengalami oksidasi). Cu merupakan
katoda.
Eº sel = Eº Cu – Eº Zn
=+ 0,34 – (-0,76)
=+ 0,34 + 0,76
= 1,10 volt
Sekarang marilah kita membahas sel-sel Volta yang sering kita temui sehari- hari
yaitu batu bater dan aki.
Nama resmi batu batre adalah sel kering. Lapisan luar batu batere adalah logam seng
yang bertindak sebagai anoda. Bagian dalam batu batere diisi dengan bubur atau pasta yang
terdiri dari campuran MnO2 (EMD= elektrolit mangan oksida), NH4Cl, tepung karbon, dan
air. Batang grafit dibenamkan dalam campuran ini, dan bertindak sebagai katoda.
Pada katoda seng akan teroksidasi :
Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e
Pada tahun 1831 – 1832, jauh sebelum penemuan elektron, Michael Faraday dari
Inggris, telah menemukan hubungan kuantitatif antara massa zat yang dibebaskan pada
elektrolisis dengan jumlah listrik yang digunakan. Penemuan itu disimpulkannya dalam dua
hukum sebagai berikut :
Hukum Faraday I
“Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan jumlah listrik
yang digunakan (Q)”
G≈Q
Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (i) dengan waktu (t).
Q=ixt (Coulomb)
Jadi , persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut :
G ≈ i.t
Hukum Faraday II
“ Massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis (G) berbanding lurus dengan massa ekivalen
zat itu (ME”).
G ≈ ME
Penggabungan hukum Faraday I dan II menghasilkan persamaan sebagai berikut :
G = k x i x t x ME
(k = tetapan / pembanding)
1
Faraday menemukan harga k .,
96.500
Jadi, persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
ixt
G xME
96.500
Dengan, G = massa zat yang dibebaskan (dalam gram)
i = kuat arus (A)
t = waktu (detik)
ME= massa ekivalen
Massa ekivalen dari unsur – unsur logam sama dengan massa atom relatif (Ar) dibagi dengan
bilangan oksidasinya (biloks).
Ar
ME
biloks
Contoh :
Pada elektrolisis larutan CuSO4 terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu.
Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
ArCu 63,5
Maka massa ekivalen Cu 31,75
2 2
Soal Latihan :
1. Berapa gram logam Cu (Ar = 63,5) dapat diendapkan jika arus listrik sebesar 5 ampere
dilewatkan dalam larutan CuSO4 selama 2 jam?
Tetapan Faraday = 96.500 C
2. Berapa Faraday arus listrik yang diperlukan untuk mendapatkan 21,6 gram logam perak
(Ar =Ag = 108) yang dialirkan ke daalm larutan AgNO3?
3. Hitunglah massa tembaga yang dapat dibebaskan oleh arus 10A yang dialirkan selama
965 detik ke dalam larutan CuSO4 (Ar = 63,5 )!
4. Arus listrik sebesar 1000 C dialirkan kedalam larutan NiSO4. jika Ar Ni = 59, tentukan
banyaknya logam Ni yang mengendap!
5. Ke dalam 2 sel larutan AgNO3 dan larutan CuSO4 yang disusun secara seri dialirkan arus
listrik dan ternyata diendapkan 5,4 gram logam Ag. Jika Ar Cu= 63,5, Ar Ag = 108,
tentukan logam Cu yang mengendap!
WCu.nCu WAg.nAg
ArCu ArAg
5,4 x1 63,5
5. WCu x 1,588 gram 3
108 2
Jadi, banyaknya logam Cu yang mengendap sebesar 1,588 gram.
.
Pemurnian Logam
Prinsip pemurnian logam transisi dengan menggunakan reaksi elektrolisis larutan
dengan elektroda yang bereaksi. Logam yang kotor ditempelkan di anoda dan logam murni
ditematkan di katoda. Larutan yang digunakan adalah yang mempunyai kation logam
tersebut. Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Untuk membuat
kabel listrik, diperlukan tembaga murni, sebab adanya pengotor dapat mengurangi
konduktivitas tembaga. Akibatnya, akan timbul bayak panas dan akan membahayakan
penggunaannya.
Tembaga dimurnikan secara elektrolisis. Tembaga kotor dijadikan anoda, sedangkan
katoda digunakan tembaga murni. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4.
selama elektrolisis, tembaga dari anoda terus – menerus dilarutkan kemudian diendapkan
pada katoda.
CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Cu (s) Cu (s)
Anoda katoda
Perak, emas, platina, besi dan zink biasanya merupakan pengotor pada tembaga.
Perak, platina dan emas mempunyai potensial lebih positif daripada tembaga. Dengan
mengatur tegangan selama elektrolisis, ketiga logam itu tidak ikut larut. Ketiga logam
tersebut akan terdapat pada lumpur anoda. Hasil ikutan ini biasanya cukup untuk menutup
biaya pemurnian tembaga itu. Besi dan zinnk, yang mempunyai potensial elektrode lebih
negatif daripada tembaga, akan ikut larut. Akan tetapi, ion – ionnya (Fe2+ dan Zn2+) lebih
sukar diendapkan, jadi tidak ikut mengendap di katoda.
Penyepuhan
Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi
atau untuk memperbaiki penampilan. Pada penyepuhan, logam yang akan diseuh dijadikan
katoda sedangkan logam penyepuhnya sebagai anoda. Kedua elektrode itu dicelupkan dalam
larutan garam dari logam penyepuh. Contoh, penyepuhan sendok yang terbuat dari besi (baja)
dengan perak. Sendok digunakan sebagai katoda, sedangkan anoda adalah dengan perak.
Sendok digunakan sebagai katoda, sedangkan anoda adalah perak murni. larutan elektrolitnya
adalah larutan perak nitrat. Pada katoda, akan terjadi pengendapan perak, sedagkan pada
anoda, perak terus – menerus larut. Konsentrasi ion Ag+ dalam larutan tidak berubah.
Katoda (Fe) : Ag+(aq) + e Ag(s)
Anoda (Ag) : Ag(s) Ag+(aq) + e
Ag (anoda) Ag (katoda)
Soal Latihan :
1. Jelaskan proses penyepuhan atau pelapisan logam besi dengan emas, serta tuliskan reaksi
yang terjadi pada masing - masing elektrode.
2. Jelaskan proses pemurnian logam tembaga serta tuliskan reaksi yang terjadi pada proses
pemurnian tersebut!
Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
No. Kunci Jawaban Skor
1. Katoda : logam besi (Fe)
Anoda : logam emas (Au)
Digunakan larutan AuCl3(aq) sebagai penghantar
Reaksi : AuCl3(aq → Au3+ (aq) + 3Cl-(aq)
Katoda(Fe) : Au3+ (aq) + 3e → Au(s)
50
Anoda (Au) : Au(s) → Au3+ (aq) +3e
Prosesnya : logam emas di anoda dioksidasi dan
berubah menjadi ion Au3+. Ion Au3+ yang terjadi
bergabung dengan ion Au3+ dalam larutan.
Kemudian ion Au3+ dikatoda direduksi
membentuk endapan emas. Karena dikatoda
digunakan besi, maka endapan emas akan
melapisi besi.
2. Katoda : tembaga murni
Anoda : tembaga kotor (yang akan dimurnikan)
Digunakan larutan CuSO4
Reaksi :
CuSO4(aq) Cu2+ + SO42-
Katoda: Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
(Cu murni)
Anoda: Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
(Cu kotor)
Proses :
Logam Cu yang kotor dioksidasi dan berubah 50
menjadi larutan Cu2+. Ion Cu2+ bergabung
dengan larutan yang ada dan bergerak ke katoda.
Di katoda ion Cu2+ direduksi membentuk logam
kembali. Pada waktu ion Cu2+ di anoda bergerak
ke katoda, harus ada penyaring sehingga yang ke
katoda hanya ion Cu2+ saja, sedangkan
pengotornya tetap di anoda. Dengan demikian,
daerah katoda adalah daerah bersih dan Cu2+
yang diendapkan akan menghasilkan logam Cu
yang murni.
2 5 2 5
[Ar]3d104s [Kr]4d105s25
Konfigurasi elektron [He] 2s p Ne]3s 3p 2
4p5 p5
Titik cair(oC) -220 -101 -7 114
Titik didih(oC) -188 -35 59 184
Rapatan(g/cm3) 1,69 x 10-3 3,21 x 10-3 3,12 4,93
Energi pengionan I(kJ mol-) 1681 1251 1140 1008
Afinitas elektron (kJ mol-) -328 -349 --325 -295
Keelektronegatifan(skala
4,0 3,0 2,8 2,5
pauling)
Potensial reduksi standar
(volt) 2,87 1,36 1,06 0,54
X2 + 2e 2X-
Jari-jari kovalen, A 0,64 0,99 1,14 1,33
Jari-jari ion, X- 1,19 1,67 1,82 2,06
Energi ikatan X-X (kJ mol-) 155 242 193 151
b) Logam alkali
Logam alkali adalah unsur-unsur golonagn IA (kecuali hidrogen) yaitu litium, natrium,
kalium, rubidium, sesium, fransium. Kata alkali berasal dari bahasa arab yang berarrti abu.
Air abu bersifat basa. Oleh karena logam-logam golongan IA membentuk basa-basa yang
larut air, maka disebut logam alkali.
- Sifat Fisis
Berbagai data fisis logam alkali diberiakan dalam tabel 3.8. Seperti dapat dilihat pada tabel
itu, kecenderungan sifat logam alkali sangat beraturan dari atas ke bawah, jari-jari atom
dan massa jenis (rapatan) bertambah sedangkan titik cair dan titik didih berkurang.
Sementara itu energi pengionan dan keelektronegatifan berkurang.potensial elektrode
(besaran yang menggambarkan daya redukasi dalam larutan), dari atas kebawah
cenderung bertambah, kecuali litium. Litium ternyata mempunyai potensial elektrode yang
paling besar. Hal ini merupakan penyimpangan sebagaimana sering diperlihatkan oleh
unsur- unsur periode kedua. Seperti pernah disebutkan, penyimpangan itu berkaitan
dengan kecilnya volume atom unsur periode kedua tersebut.
Logam alkali tanah meliputi berilium, magnesium, kalsium, strontium, barium, dan radium.
Dalam sistem periodik, keenam unsur itu terletak pada golongan IIA. Logam alakali tanah
juga membentuk basa, tetapi lebih lemah dari logam alkali. Berbeda dengan golongan IA,
senyawa dari logam golongan IIA banyak yang sukar larut dalam air. Unsur-unsur
golongan IIA umumnya ditemukan dalam tanah berupa senyawa tak larut. Oleh karrena itu
disebut logam alakali tanah (alkaline earth metal)
- Sifat-Sifat Fisis Logam Alkali Tanah
Berbagai data fisis logam alkali tanah dapat diberikan dalam tabel 3.9. Dari berilium, ke
barium jari-jari atom meningkat secara beraturan. Pertambahan jari-jari menyebabkan
penurunan energi pengionan dan keelektronegatifan. Potensial elektrode juga meningkat
dari kalsium ke barium, akan tetapi berilium menunjukan penyimpangan karena
potensial elektrodenya relatif kecil. Hal itu disebabkan energi ionisasi berilium (tingkat
pertama + tingkat kedua) yang relatif besar. Titik cair dan titik didih cenderung menurun
dari atas ke bawah. Sifat-sifat fisis, seperti titik cair, rapatan dan kekerasan, logam alkali
tanah lebih besar jika dibandingkan logam alkali seperiode. Hal itu disebabkan logam
alkali tanah mempunyai dua elektron valensi sehingga ikatan logamnya lebih kuat.
Bandingkanlah sifat-sifat logam alkali tanah pada tabel 3.9 dengan sifat-sifat logam
alkali pada tabel 3.8
Sifat Be Mg Ca Sr Ba
Nomor atom 4 12 20 38 56
Konfigurasi elektron [He]2s2 [Ne]3s2 [Ar]4s2 [Kr]5s2 [Xe]6s2
Titik cair(oC) 1278 649 839 769 725
Titik didih(oC 2970 1090 1484 1384 1640
Rapatan(g/cm3) 1,85 1,74 1,54 2,6 3,51
Energi pengionan I (kJ mol-) 899 738 590 590 503
Energi pengionan II (kJ mol-) 1757 1451 1145 1064 965
Energi pengionan III (kJ mol-) 14848 7733 4912 4210 3430
Keelektronegatifan(skala pauling) 1,5 1,2 1,0 1,0 0,9
Potensialreduksi standar(volt),
1,70 -2,38 -2,76 -2,76 -2,90
M+ + e- M
Jari-jari atom,A 1,11 2,60 1,97 1,97 2,17
Jari-jari ion(M+), Ao 0,30 0,65 0,99 0,99 1,35
Kekerasan(skala Mohs)a 5 2,0 1,5 1,5 2
Tidak Tidak Jingga
Warna nyala merah Hijau
ada ada merah
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Sc Ti V C Fe Co Ni Cu Zn Ga
Ca Mn
3d14s2 3d24s2 3d34s 3d64s 3d64 3d74 3d84 3d104s1 d104s 4s24
2 6
4s 2 1 3d 4s
s2 s2 s2 2
p3
2
a. Sifat-sifat Fisis
1. Titik cair dan titik didih
Titik cair dan titik didih unsure-unsur periode ke tiga dari kiri ke kanan meningkat
secara bertahap dan mencapai puncaknya pada golongan IVA ( Silikon), kemudian turun
secara drastic pada golongan VA (Fosforus). Jadi, titik cair tertinggi dimiliki oleh silikon,
sedangkan titik cair terendah dimiliki oleh argon.
Kecenderungan titik cair dan titik didih unsur periodik ke tiga dapat dik\pahami
sebagai berikut:
Natrium, magnesium dan aluminium mempunyai ikatan logam. Seiring dengan
bertambahnya jumlah elektron valensi, kekuatan ikatan logam meningkat dari natrium
hingga aluminium. Oleh karena itu, titik cair dan titik didihnya meningkat.
Silikon mempunyai struktur kovalen raksasa (seperti intan), setiap atom silikon
terikat secara kovalen pada empat atom silikon. Zat dengan struktur kovalen raksasa
mempunyai titik leleh serta titik didih yang sangat tinggi.
Fosforus, belerang, klorin, dan argon terdiri dari molekul-molekul nonpolar
sehingga hanya dikukuhkan oleh gaya Van der Waals yang relatif lemah. Oleh karena itu,
titik leleh serta titik didihnya relatif rendah. Sebagaimana diketahui gaya Van der Waals
bergantung pada massa molekul relatif.
2NaHCO3(s) 330
Na2CO3(s) + H2O(g) +CO2(g)
0
C
kegunaan utama dari natrium karbonat adalah untuk pembuatan kaca (terutama kaca
bejana). Selain itu untuk membuat bahan-bahan kimia lainnya, industri pulp dan
kertas, industri deterjen, dan bahan pelunak air.
5) Natrium bikarbonat (NaHCO3)
Natrium bikarbonat terbentuk sebagai hasil antara pada proses solvay. Natrium
bikarbonat juga disebut soda kue. Jika adonan yang mengandung natrium bikarbonat
dipanggang, senyawa itu akan terurai membebaskan CO2 yang memekarkan adonan
sehingga menjadi empuk karena adanya rongga gas di dalamnya. Baking powder
adalah campuran serbuk natrium bikarbonat dengan suatu zat yang bersifat asam,
seperti kalium hidrogen tartat (KHC4H4O6).campuran bahan itu tidak bereaksi dalam
keadan kering, tetapi sekali bubuk itu berada dalam adonan, keduanya akan bereaksi
dan menghasilkan gas karbon dioksida yang memekarkan adonan.
2. Magnesium
a. Pembuatan magnesium
Diantara logam alkali tanah, magnesium paling banyak diproduksi. Sama seperti
pembuatan natrium, pembuatan magnesium juga dilakukan melalui elektrolisis
lelehan garam kloridanya. Dalam industri, magnesium dibuat melalui tahap-tahap
sebagai berikut, mula-mula air laut dicampur dengan kapur (CaO) sehingga
magnesium mengendap sebagai magnesium hidroksida (Mg(OH)2).
Adapun CaO dibuat dari batu kapur atau kulit kerang melalui pemanasan.
b. Penggunaan magnesium
Kegunaan utama magnesium adalah untuk membuat logam-campuran. Paduan
magnesium dengan aluminium, yang disebut amagnalium, merupakan logam yang
kuat tetapi ringan, resisten terhadap asam maupun basa, serta tahan korosi. Paduan itu
digunakan untuk membuat komponen pesawat terbang, rudal, bak truk, serta berbagai
peralatan lainnya. Pembakaran magnesium menghasilakan cahaya yang sangat terang,
sehingga unsur itu digunakan untuk membuat kembang api.
3. Aluminium
a. Pembuatan aluminium
Meskipun aluminium tergolong melimpah di kulit bumi, mineral yang dapat
dijadikan sumber komersial aluminium hanya bauksit. Bausit mengandung
aluminium sebagai aluminium oksida (Al2O3). Pengolahan aluminium dari bauksit
berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pemurnian bauksit sehingga
diperoleh aluminium oksida murni(alumina). Tahap kedua adalah peleburan
(reduksi) alumina.
Pengolahan aluminium oksida dari bauksit didasarkan pada sifat amfoter dari
oksidasi aluminium itu. Pengotor utama dalam bauksit biasanya terdiri dari SiO2,
Fe2O3 dan TiO2. apabila bauksit dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida, maka
aluminium oksida akan larut sedangkan pengotornya tidak.
Al2O3(s) + 2NaOH (aq) + 3H2O(l) 2 NaAl(OH)4(aq)
Pengotor dipisahkan dengan penyaringan, selanjutnya aluminium diendapkan dari
filtrat dengan mengalirkan gas karbon dioksida dan pengenceran.
2NaAl(OH)4(aq) + Co2(g) 2Al(OH)3(s) + Na2CO3(aq) + H2O(g)
Endapan aluminium hidroksida disaring, dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh
aluminium oksida murni (alumina).
2Al(OH)(s) Al2O3(s) + 3H2O(g)
Selanjutnya pada tahap keduan, reduksi aluminium oksida dilakukan melalui elektrolisis
menurut proses Hall-heroult. Dalam proses hall-Heroult, aluminium oksida dilarutkan
dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dalam bejana dari baja berlapis grafit yang sekaligus
berfungsi sebagai katoda. Dengan cara itu, elektrolisis dapat berlangsung pada suhu
9500C. sebagai anoda digunakan batabg grafit. Elektrolisis menghasilkan aluminium di
katede. Sedangkan di anoda terbentuk gas oksigen dan karbon dioksida. Sebenarnya
reaksi elektrolisis ini berlangsung rumit dan belum sepenuhnya dipahami, tetapi dengan
mengacu pada hasil akhirnya dapat di tulis sebagai berikut :
Al2o3(l) 2Al3+(l)
b Asam Sulfat.
Senyawa blerang yang terpenting dan yang paling banyak di produksi adalah asam
sulfat. Asam sulfat pekat berupa cairan kental seperti oli, sangat korosif, dan
merupakan asam kuat. Asam sulfat pekat juga bersifat higroskopis dan merupakan zat
dehidrator. Misalnya, jika asam sulfat pekat diteteskan pada gula tebu, akan terjadi
reaksi berikut:
H2SO4
C12H22O11 12C + 11H2O.
Penggunaan Asam Sulfat
Asam sulfat digunakan untuk berbagai bidang. Penggunaan utama untuk industri
pupuk, industri cat/zat warna dan detergen. Penggunaan lain adalah dalam industri
logam yaitu untuk membersihkan permukaan logam dalam elektroplating; industri zat
warna, bahan peledak, obat-obatan, pemurnian minyak bumi, dan untuk pengisi aki.
7. Halogen dan Senyawa Halogen.
a Flourin dan Senyawa Flourin
Fluorin digunakan untuk membuat senyawa klorofluorokarbon (CFC) yang dikenal
dengan nama dagang freon. Freon digunakan sebagai cairan pendingin (refrigerant)
pada mesin-mesin pendingin seperti pendingin ruangan (AC) dan lemari es (kulkas).
Senyawa fluorin tidak begitu banyak penggunaannya. Garam fluorida digunakan dalam
pasta gigi dan air minum untuk mencegah kerusakan gigi. Email gigi terdiri dari
senyawa hidroksiapatit. Ca5(PO4)3HO. Senyawa ini sedikit larut dalam senyawa asam
karena reaksi berikut.
Ca5(PO4)3HO(s) + 4H+(aq) 5Ca2+(aq) + 3HPO42-(aq) + H2O(l)
Susunan asam dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam mulut ketika menguraikan
sisa-sisa makanan yang terselip di gigi. Jika hal itu terjadi, maka akan terjadi
demineralisasi email dan email akan rusak. Menyikat gigi dengan pasta gigi yang
mengandung fluorida (F) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi fluoroapatit
yang lebih sukar larut dalam asam.
Ca5(PO4)3HO(s) + F-(aq) Ca5(PO4)3OH(s) + OH-(aq)
Hydrogen fluorida (HF) digunakan untuk membuat tulisan/lukisan di atas kaca,
karena HF dapat melarutkan kaca. Reaksi HF dengan SiO2 dan Na2SiO3+ zat yang
serupa dengan kaca, adalah sebagai berikut.
SiO2(s) + 4HF(aq) SiF4(g) + 2H2O(l)
Na2SiO3(s) + 6HF(aq) 2NaF(aq) + SiF4(g) + 3H2O(l).
Unsur Radioaktif
Telah diketahui bahwa atom terdiri atas inti dan electron-elektron yang beredar
mengitarinya. Lintasan electron mengitari inti atom disebut kulit atom. Reaksi kimia biasa,
misalnya pembentukan ikatan kimia, hanya melibatkan electron pada kulit atom sedangkan
inti tidak mengalami perubahan. Reaksi yang menyangkut perubahan susunan inti atom
disebut reaksi inti atau reaksi nuklir (nucleus = inti).
Reaksi inti ada yang terjadi secara spontan, ada juga yang terjadi karena buatan.
Reaksi untu spontan terjadi pada inti yang tidak stabil. Zat yang mengandung inti tidak stabil
ini disebut zat radioaktif.
Reaksi inti berlangsung dengan disertai pembebasan energi berupa radiasi dan kalor.
Energi yang menyertai reaksi intu jauh lebih besar daripada energi reaksi kimia biasa.
Namun sayang, energi yang di hasilkan reaksi inti (energi nuklir) tersebut pertama
kali di perkenalkan kepada penduduk bumi berupa bom atom, yang menghancurkan Hirosima
dan Nagasaki, Jepang. Dewasa ini zat radioaktif telah banyak digunakan untuk maksud damai
(bukan tujuan militer), bauk sebagau sumber radiasi maupun sebagai sumber tenaga.
1. Penemuan Keradioaktifan
Pada tahun 1895, Roentgen menemukan sinar X, suatu radiasi electromagnet
berenergi tinggi yang dapat menghitamkan pelat potret meski masih terbungkus kertas hitam,
sinar X ini digunakan untuk roentgen. Tertarik akan penemuan sinar X, Henry Becquerel
meneliti radiasi yang dipancarkan oleh batuan yang dapat berpendar. Secara kebetulan,
Becquerel meneliti batuan uranium sehingga menghantarkannya pada penemuan
keradioaktifan, yaitu pada tahun 1896. Becquerel menemukan bahwa uranium senantiasa
memancarkan radiasi secara spontan.fenomena ini disebut radioaktivitas. Pada tahun 1898
pasangan suami istri Pierre dan Marie Curie menemukan radioaktif lalnnya, yaitu radium dan
polonium.
Ternyata, banyak unsure yang secara alami bersifat radiaktif. Semua isotop yang
bernomor atom du atas 83 bersifat radioaktif. Unsure yang bernomr atom 83 atau kurang
mempunyai isotop yang stabil, keguali teknesium promesium. Isotop yang bersifat radioaktif
disebut isotop radioaktif atau radioisotop, sedangkan isotop yang tidak radioaktif disebut
isotop stabil. Dewasa ini radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil. Jadi, selaln
radioisotop alami, juga ada radioisotop buatan.
2. Sinar-sinar radioaktif
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford menemukan bahwa radiasi yang dipancarkan zat
radioaktif dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan muatannya. Radiasi yang
bermuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negative dinamakan sinar beta.
Selanjutnya, Paul U.Vilard menemukan jenis sinar ketiga yang tidak bermuatan dan diberi
nama sinar gamma.
a. Sinar Alfa (α)
Sinar alfa merupakn radiasi partikel bermuatan positif. Partikel sinar alfa sama dengan
inti helium -4 ( 24 He ),bermuatan +2e dan bermssa 4 sma. Partikel sinar alfa itu merupakan
gabungan dari 2 proton dan 2 neutron.
1
Sinar alfa dipancarkan oleh inti dengan kecepatan sekitar kecepatan cahaya. Oleh
10
karena memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara sinar
radioaktif. Di udara hanya menembus beberapa cm saja dan tidak dapat menembus kulit.
Sinar alfa dapat dihentikan oleh selambar kertas biasa. Segera kehilangan energinya ketika
bertabrakan dengan molekul media yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang
dilalui mengalami ionisasi. Akhirnya, partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah
menjadi atom helium -4( 24 He ).
b. Sinar Beta (β)
Sinar beta adalah berkas electron yang berasal dari inti atom. Partikel beta bermuatan
1
-1e dan bermassa sma. Oleh karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa
1840
sehingga dinyatakan dengan notasi 0e.
Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar daripada
sinar alfa, tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetic dapat menempuh
sampai 300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit.
c. sinar Gamma ( γ )
Sinar gamma adalah radiasi electromagnet berenergi tinggi, tidak bermuatan, dan
tidak bermassa. Sinar gamma dinyatakan dengan notasi 00 γ.
Sinar gamma mempunyai daya tembus yang sangat besar, paling besar diantara sinar
radioaktif, tetapi daya pengionnya paling lemah. Sinar gamma dapat menembus beberapa cm
logam timbel ( logam yang memiliki daya serap radiasi paling kuat ).
3. Persamaan Inti
Pemancaran radiasi oleh unsure radioaktif disebut peluruhan (disintegrasi). (nuclear
equation). Misalnya, peluruhan uranium yang disertai pemancaran partikel alfa dipaparkan
dengan persamaan inti sebagai berikut.
238
U
92 Th + 24 He
234
90
Persamaan inti juga mengikuti azas kesetaraan. Suatu persamaan inti dikatakan setara
jika muatan ( nomor atom ) dan massa di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. Untuk contoh
diatas :
Jumlah muatan diruas kiri = 92; diruas kanan = 90+2 = 92
Nomor massa di ruas kiri = 238; diruas kanan = 234+4=238
Persamaan reaksi nuklir dengan reaksi kimia biasa, antara lain seperti berikut:
Penggunaan Radioisotop
Penggunaan radioisotop untuk maksud–maksud damai (untuk kesejahteraan umat
manusia) berkembang dengan pesat. Pusat listrik tenaga nuklir ( PLTN ) adalah satu contoh
yang sangat popular. PLTN ini memanfaatkan efek panas yang dihasilkan reaksi inti suatu
radioisotop, misalnya U – 235 selain untuk PLTN, radioisotop juga telah digunakan dalam
berbagai bidang, misalnya industri, tekhnik, pertanian, kedokteran, ilmu pengetahuan,
hidrologi, dan lain-lain. Dua jenis penggunaan radioisotop yaitu sebagai perunut ( tracer ) dan
sumber radiasi. Penggunaan radioisotop sebagai perunut di dasarkan pada kenyataan bahwa
isotop radioaktif mempunyai sufat kimia yang sama dengan isotop stabil. Jadi suatu isotop
radioaktif melangsungkan reaksi kimia yang sama seperti isotop stabilnya. Sedangkan
penggunaan radioisotop sebagai sumber radiasi didasarkan pada kenyataan bahwa radiasi
yang dihasilkan zat radioaktif dapat mempengaruhi materi maupun makhluk radiasi dapat
digunakan untuk memberi efek fisis, efek kimia, maupum efek biologis.