LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
(3. Analisis Neraca Air Lahan Menggunakan Metode Thornwhite)
Oleh :
Kelompok/Shift : 1/2
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 28 Maret 2018
Nama (NPM) : 1. Nurbaeti Hasanah (240110150008)
2. Imam Fauzan (240110150059)
3. Tiara Putri Dwi D (240110150063)
4. Meisha Athaya T (240110150096)
5. Sutanto F. S (240110157001)
Asisten Praktikum : 1. Nida Noor Fadhilah R
2. Yohanes Christian, S.TP.
Keterangan :
T = transpirasi
E = evaporasi
P = hujan
R = aliran permukaan
G = aliran air tanah
I = infiltrasi
Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,
waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir
membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi
dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah
Aliran Sungai (DAS). Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang
berubah adalah wujud dan tempatnya.
Gambar 2. Kesetimbangan dan pergerakan air secara hidrologis.
(Sumber: Viessman et.al., 1989)
Secara umum bagan alir distribusi air hujan dalam proses hidrologi dapat
dilihat pada Gambar 3 yang disajikan sebagai bentuk transformation hyetograph
menjadi streamflow hydrograph melalui berbagai proses di bumi dan di atmosfir.
3.1.2 Perhitungan
Diketahui : KL : 370 mm
TLP = 180 mm
AT = KL- TLP = 190 mm
1. Perhitungan CH
CH januari = Jumlah CH bulan januari 1994-2012 / 19
CH januari = 599,5 + 242,65 + ...+191,5 / 15
CH januari =297,6926 mm/bulan
2.Perhitungan CH-ETP
Perhitungan CH- ETP bulan januari
CH – ETP = CHjanuari -ETPjanuari
CH – ETP = 297,6926 mm – 1228
CH – ETP = 169,6926 mm/bulan
3.Perhitungan APWL
APWL adalah akumulasi potensial kehilangan air untuk penguapan, maka :
APWLmei = -17,2384
APWLjuni = APWLmei + (CH-ETPjuni)
APWLjuni = -17,2384 + (-49,9895)
APWLjuni = -67,2279 mm
4. Perhitungan KAT
KAT diisi apabila terjadi APWL, apabila APWL = 0 maka KAT = KL=370
KATmei = (TLP+((1,00041– (1,03781/AT))|APWL| . AT
KATmei = (180+((1,00041– (1,03781/190))|17,2384| . 190
KATmei = 354,1143 mm
5. Perhitungan dKAT
Bila CH < ETP, maka
dKAT = KAT bulan tersebut – KAT bulan sebelumnya
dKATmei= KATmei -KATapril
dKATmei = 354,1143 – 370
dKATmei =-15,8857 mm
Bila CH > ETP, maka
dKAT = 0
6. Perhitungan ETA
Apabila CH > ETP, maka
ETA = ETP
ETAjanuari = ETPjanuari = 128 mm/bulan
Apabila CH < ETP, maka :
ETA = CH + |dKAT|
ETAmei = CHmei +|dKATmei|
ETAmei = 102,7616 + 15,8857
ETAmei = 119,6473 mm/bulan
7.Perhitungan Defisit
Defisit merupakan berkurangnya air pada musim kemarau, maka
Defisitmei = ETPmei – ETAmei
Defisitmei = 121 – 119,6473
Defisitmei = 1,3257 mm/bulan
8.Perhitungan Surplus
Surplus merupakan kelebihan air atau CH > ETP, maka :
Sjanuari = (CH-ETP)januari-dKATjanuari
Sjanuari =169,6926 – 0
Sjanuari =169,6926 mm/bulan
9.Perhitungan Run-Off
ROjanuari = 50% x(Sjanuari + 50%Sdesember)
ROjanuari = 50% x169,6926+ 50%11,8968)
ROjanuari =114,0705 mm/bulan
ROfebruari = 50%(Sfebruari+ ROjanuari)
ROfebruari = 50%(100,7695 + 114,0705)
ROfebruari = 107,4200 mm/bulan
3.1.3 Grafik
Grafik 1. Grafik hubungan jumlah defisit terhadap bulan
50.0000
40.0000
Defisit
30.0000
20.0000
10.0000
0.0000
0 2 4 6 8 10 12 14
Bulan
Grafik 2. Grafik hubungan jumlah surplus terhadap bulan
80.0000
60.0000
40.0000
20.0000
0.0000
0 2 4 6 8 10 12 14
Bulan
Nurbaeti Hasanah
240110150008
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai analisis neraca lahan
menggunakan metode Thornwaite. Perhitungan neraca lahan menggunakan data
curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kapasitas lapang dan titik layu permanen,
dimana berdasarkan tabel total jumlah air yang tersedia di lahan mencapai
1878,2374 mm dengan jumlah defisit 150,4603 mm, evapotranspirasi sebesar
1435,0000 mm, sehingga selama setahun terjadi surplus dan run-off masing-
masing sebesar 741,8221 mm dan 609,5138 mm.
Grafik yang dihasilkan menunjukkan bahwa surplus air terjadi pada bulan
November hingga bulan April, defisit air terjadi pada bulan Mei hingga Oktober,
serta run-off terjadi pada bulan November hingga April bersamaan dengan
terjadinya surplus air. Surplus air tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar
169,6926 mm dengan curah hujan 297,6926 mm. Defisit air terbesar terjadi pada
bulan September sebesar 52,3251 mm dengan curah hujan sebesar 42,3274 mm.
Run-off terbesar terjadi pada bulan Maret sebesar 122,2450 mm dengan curah
hujan 266,07 mm. Surplus air terjadi selama 6 bulan menunjukkan terjadi musim
hujan dari November hingga April, dan musim kemarau selama 6 bulan pada
bulan Mei hingga Oktober yang menyebabkan defisit air. Kondisi defisit
menunjukan kandungan air tanah pun mengalami penurunan seiring dengan
berkurangnnya curah hujan akibat evapotranspirasi, maka apabila air tanah tidak
disuplai oleh hujan akan mengalami defisit. Pergantian musim tersebut sesuai
dengan kondisi musim di daerah tropis saat ini, dimana periode musim hujan dan
musim kemarau seimbang dalam setahun.
Kondisi musim berdasarkan grafik yang dihasilkan menunjukkan pola
tanam yang sesuai adalah dengan menanam padi sawah yang berumur 3 bulan,
sehingga penanaman dan pemanenan dilakukan secara berturut-turut penanaman
pada bulan November dan Februari, serta pemanenan pada bulan Desember dan
April, karena padi membutuhkan air yang cukup banyak dalam pertumbuhannya.
Musim kemarau terjadi defisitair sehingga tanaman yang cocok ditanam pada
musim ini ialah umbi-umbian yang pertumbuhannya tidak memerlukan banyak
air. Kondisi musim yang terjadi dapat berpengaruh pula pada run-off yang perlu
ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan bencana serta dapat digunakan
kembali pada saat musim kemarau, apabila penanganan run-off dilakukan dengan
baik. Pemanfaatan run-off dapat dilakukan dengan pemanenan air hujan membuat
kolam yang dapat digunakan sebagai air irigasi dan dapat digunakan pada saat
musim kemarau. Pemanenan air hujan dapat meminimalkan erosi yang terjadi dan
menutupi defisit air.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059
3.2 Pembahasan
Nilai negatif dKAT yang diperoleh dari bulan Mei, Juni, Juli, Agustus,
September, dan Oktober yaitu 15,8857; 38,9465; 38,0283; 33,5855; 19,3476 dan
2,3309 menandakan seluruh curah hujan (CH) dan sebagian kandungan air tanah
(KAT) akan dievapotranspirasikan karena nilai CH lebih kecil dari nilai ETP yang
diperoleh. Pengolahan data pada kolom ETA akan memengaruhi nilai defisifit dan
surplus karena dapat mengantisipasi bencana yang kemungkinan terjadi dan angka
didapatkan menjadi acuan dalam penentuan teknik pengelolaan dan konservasi
suatu lahan, dimana nilai defisit menandakan berkurangnya air yang
dievapotranspirasikan yang berlangsung pada musim kemarau sedangkan pada
musm hujan bernilai 0. Nilai defisit tidak sama dengan 0 terjadi pada bulan Mei,
Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober yaitu 1,3527; 11,0430; 27,1980;
50,1777; 52, 3251; dan 8,3638. Nilai surplus tidak sama dengan 0 pada bulan
kering yaitu bulan bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan
Desember. Bulan basah memiliki nilai RO karena limpasan permukaan hanya
terjadi pada musim hujan, yaitu 114,0705; 107,4200; 122,2450; 94,7975; 75,0216;
dan 95,9592 pada bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan
Desember.
Tiara Putri Dwi D.
240110150063
3.2 Pembahasan
Analisis neraca air lahan pada praktikum ini menggunakan metode
thornwaite dengan data curah hujan 19 tahun. Kapasitas lapang pada praktikum
analisis neraca air lahan tersebut sebanyak 370. Nilai titik layu permanen
diasumsikan sebanyak 180 mm, sehingga air yang terkandung dalam tanah
sebanyak 190 mm.
Grafik defisit menunjukkan bahwa besarnya defisit adalah fluktuatif atau
naik turun. Bulan November sampai bulan April besarnya defisit adalah 0, karena
pada bulan tersebut terjadi hujan sehingga ada pemasukan air. Bulan Mei sampai
Oktober terjadi defisit air dimana jumlah evapotranspirasi aktual melebihi jumlah
curah hujan, hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh air hujan
dievapotranspirasikan bersama-sama dengan air dari tanah tanpa adanya
pemasukan air. Kehilangan air paling tinggi terjadi pada bulan September yaitu
sebanyak 52,3251 mm. Kandungan air tanah pada kondisi defisit mengalami
penurunan seiring dengan berkurangnya curah hujan yang digunakan untuk
evapotranspirasi. Air tanah yang tidak disuplai oleh air hujan akan menyebabkan
defisit sehingga terjadi musim kemarau. Kondisi defisit air tidak
mendukung terhadap budidaya tanaman.
Grafik surplus menunjukkan kelebihan air terjadi sejak bulan Januari
hingga bulan April kemudian bulan November sampai Desember. Surplus terjadi
apabila curah hujan lebih besar dari evapotranspirasi potensial, sehingga surplus
air terjadi pada musim hujan. Surplus air tertinggi terjadi pada bulan Januari
sebanyak 169,6926 mm dengan curah hujan 297,6926 mm/bulan, karena bulan
tersebut merupakan puncak hujan. Bulan Mei sampai dengan bulan Oktober tidak
terjadi surplus, karena pada bulan tersebut tidak ada pemasukan air atau tidak
terjadi hujan. Surplus air berkaitan dengan run-off karena jumlah surplus air yang
tinggi menyebabkan limpasan permukaan menjadi lebih banyak.
Run off atau limpasan permukaan terjadi pada bulan Januari sampai bulan
April serta bulan November sampai bulan Desember. Jumlah run off paling tinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 114,0705 mm dengan besarnya curah hujan
sebesar 297,6926 mm/bulan. Kondisi run off yang terjadi ini akan mengganggu
pertumbuhan tanaman karena terjadi kelebihan air. Kelebihan air berupa run
off akan mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah menjadi sangat jenuh yang
akan mengganggu kesetimbangan air tanah serta akan menurunkan tingkat
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam tanah. Pemanenan run-off atau air
limpasan dapat digunakan untuk menyediakan ketersediaan air pada musim
kemarau atau ketika terjadi defisit air. Pemanenan air limpasan tersebut dapat
memperkecil terjadinya erosi akibat percikan air hujan, sehingga akan menjaga
lapisan tanah bagian atas (top soil) pada lahan pertanian.
Nama : Meisha Athaya Thifalny
NPM : 240110150086
3.2 Pembahasan
Tabel neraca air berisi tentang masukan dan keluaran air disuatu tempat
pada periode waktu tertentu, sehingga praktikan dapat menentukan jumlah air
defisit dan jumlah air surplus. Neraca air yang praktikan buat menggunakan data
curah hujan Unpad. Neraca air ini menunjukkan total defisit air dari bulan Januari
hingga Desember adalah 150,4603mm/bulan dan total surplus airnya adalah
741,8221 mm/bulan. Total run off yang terjadi adalah sebesar 609,5138mm/bulan.
Terjadinya defisit air menandakan adanya kekurangan air pada bulan
dimana terjadinya defisit. Defisit air dihitung dengan melakukan pengurangan
evapotranspirasi potensial dengan evapotranspirasi aktual. Grafik bulan terhadap
defisit menunjukkan bahwa tidak terjadi defisit air di bulan Januari hingga april
karena kurva sejajar dengan sumbu x. Grafik juga menunjukkan jumlah defisit air
semakin meningkat dari bulan Mei hingga bulan September dengan bentuk kurva
yang semakin naik ke atas secara signifikan. Puncak defisit air dimana jumlah
kekurangan air paling banyak terjadi di bulan September dengan jumlah defisit
52,3251 mm/bulannya. Kemudian kurva kembali turun November dan tidak
mengalami defisit di bulan November dan Desember ditandai dengan kurva yang
kembali sejajar dengan sumbu x. Defisit air biasa terjadi pada musim kemarau.
Surplus air menandakan adanya kelebihan air pada bulan dimana terjadinya
suprlus. Surplus air biasa terjadi di musim hujan. Grafik surplus akan
berkebalikan dengan grafik defisit. Grafik surplus akan naik ketika tidak terjadi
defisit dan sebaliknya kurva pada grafik suplus akan sejajar pada sumbu x ketika
terjadi defisit. Pada bulan Januari hingga April terjadi surplus air dan terus
menurun mendekati musim kemarau di bulan Maret. Tidak terjadi surplus air di
bulan Maret hingga September, melainkan terjadi defisit sesuai dengan grafik
sebelumnya. Bulan Oktober kembali terjadi surplus air. Puncak surplus air adalah
dimana jumlah air berlebih paling banyak pada setiap bulan yang mengalami
surplus air dalam setahun. Puncak surplus air terjadi di bulan Januari. Puncak
surplus ini menandakan bahwa bulan Januari merupakan puncak musim hujan.
Grafik run off akan berkesinambungan dengan grafik surplus, karena run off
hanya akan terjadi ketika surplus air terjadi. Kelebihan air yang terjadi pada saat
hujan akan menyebabkan terjadinya limpasan. Grafik run off menunjukkan air
limpasan terbanyak terjadi pada bulan Maret dimana kurva berada pada posisi
paling tinggi. Ketika kurva pada grafik surplus sejajar dengan sumbu x yang
menandakan terjadinya defisit air, grafik run off juga akan sejajar dengan sumbu
x. Defisit air tidak memungkinkan adanya air limpasan.
Surplus dan defisit air dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi
potensial yang terjadi. Semakin besar curah hujan dengan evapotranspirasi yang
kecil, maka kemungkinan surplus air akan semakin besar. Semakin kecil curah
hujan dengan evapotranspirasi potensial yang tinggi, maka kemungkinan defisit
air yang akan semakin besar. Semakin besar surplus air, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya run off.
Surplus dan defisit air juga bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
vegetasi dan jenis tanah. Semakin banyak vegetasi di lahan tempat hujan turun,
maka kemungkinan surplus air juga semakin tinggi, karena akar dari tanaman
dapat menyimpan cadangan air. Ketika lahan kritis dan tidak dapat menyimpan
cadangan air, maka akan terjadi defisit air ketika musim kemarau.
Sutanto F. Sar
240110157001
3.2 Pembahasan
Proses menganalisis neraca lahan dapat memberikan informasi mengenai
penjadwalan tanam, penjadwalan irigasi dan keadaan ketersediaan air. Keadaan
defisit air ini berlansung pada musim kemarau yaitu pada bulan Mei, Juni, Juli,
Agustus, dan September karena data curah hujannya yang paling sedikit. Defisit
air pada 5 bulan yang disebutkan tersebut mencapai titik puncak pada bulan
september sebesar 52.3251mm/bulan. Titik puncak tersebut dipaparkan dalam
grafik 1 hubungan defisit terhadap bulan. Proses naiknya grafik tersebut dimulai
dari bulan Mei dengan defisit sebesar 1.2527mm/bulan dan mulai turun pada
bulan oktober sebesar 8.3638. Bulan Oktober tersebut sebenarnya sudah termasuk
musim hujan, akan tetapi karena pada bulan-bulan sebelumnya terjadi musim
kemarau jadi sebagian air hujan yang turun memenuhi kapasitas lapang dan
mengalami evapotranspirasi. Pengaruh evapotranspirasi terhadap musim kemarau
yaitu pada musim kemarau terjadinya penguapan secara besar-besaran baik
penguapan pada tumbuhan maupun di danau.
Data surplus atau kelebihan air terhajadi pada bulan basah yaitu Januari,
Februari, Maret, April, November Dan Desember. Terjadinya kelebihan air
tersebut disebabkan karena lahan memenuhi kapasitas lapang dan curah hujannya
melebihi evapotranspirasi potensial. Data grafik hubungan jumlah surplus
terhadap bulan menunjukkan bahwa bulan januari merupakan puncak musim
hujan karena memiliki curah hujan tertinggi sebesar hujan 297,6926 mm/bulan
dan surplus air tertinggi sebesar 169,6926 mm. Pada bulan Mei sampai Oktober
tidak menampilkan peningkatan pada grafik karena kenyataannya pada bulan
tersebut sedang terjadi defisi.
Data run off dari perhitungan sangat tergantung pada nilai surplus. Aliran
permukaan sendiri terjadi apabila didalam bulan tersebut terdapat kelebihan air
dan kelebihan air akan terjadi apabila kapasitas lapang sudah terpenuhi.
Berdasarkan grafik hubungan antara bulan dan data run off, maka diperoleh
bahwa aliran permukaan tertinggi terjadi pada bulan januari sebesar
1114,0705mm dan keadaan ini sama dengan keadaan surplus yang memiliki
puncak pada bulan januari juga. Aliran permukaan terendah terjadi pada bulan
novermber sebesar 75.0216 dan keadaan ini hampir sama dengan keadaan defisit,
dimana walupun pada bulan tersebut masih merupakan bulan basah akan tetapi
aliran permukaan akan memenuhi kapasitas lapang terlebih dahulu.
Dari penghitungan neraca air diperoleh nilai total defisit air selama satu
tahun sebesar 150.4603mm/tahun, nilai total surplus sebesar 741.8211mm/tahun,
dan nilai total aliran permukaan sebesar 609.5138mm/tahun. Permasalah defisit
air bisa diatasi dengan pemanen aliran permukaan, karena melihat kelebihan air
selama setahun yang menghasilkan aliran permukaan. Defisit air yang terjadi pada
Bulan Mei sampai Oktober sangat bisa terpenuhi oleh kelebihan air yang terjadi
pada Bulan Januari sampai April dan Bulan November sampai Desember.
Nurbaeti Hasanah
240110150008
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :
1. Total jumlah air yang tersedia di lahan mencapai 1878,2374 mm
dengan jumlah defisit 150,4603 mm, evapotranspirasi sebesar
1435,0000 mm, sehingga selama setahun terjadi surplus dan run-
off masing-masing sebesar 741,8221 mm dan 609,5138 mm.
2. Surplus air tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 169,6926 mm
dengan curah hujan 297,6926 mm.
3. Surplus air dapat mengakibatkan run-off dan dapat dipanen dengan
membuat kolam untuk menutupi defisit air yang terjadi pada musim
kemarau.
4. Defisit air terbesar terjadi pada bulan September sebesar 52,3251 mm
dengan curah hujan sebesar 42,3274 mm.
5. Run-off terbesar terjadi pada bulan Maret sebesar 122,2450 mm dengan
curah hujan 266,07 mm.
6. Pola tanam yang dapat diterapkan ialah menanam padi pada musim
hujan dan menanam umbi-umbian pada musim kemarau.
4.2 Saran
Saran dari praktikum kali ini adalah :
1. Tindakan konservasi dilakukan dapat mengacu pada perhitungan
neraca lahan agar sesuai dengan perkiraan musim yang terjadi.
2. Perhitungan neraca lahan sebaiknya dilakukan lebih teliti karena dapat
mempengaruhi tindakan konservasi yang dilakukan.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Air limpasan hanya terjadi pada bulan basah dan tertinggi terjadi bulan
Januari ditandai oleh perolehan data RO sebesar 114,0705.
2. Analisis neraca air lahan menyatakan bahwa penentuan musim kemarau
berdasarkan kolom CH-ETP yang mana berlangsung pada bulan basah,
yaitu bulan Januari, Februari, Maret, April, November, dan Desember.
3. Nilai KAT pada bulan basah telah memenuhi kapasitas lapang sehingga
tanah telah jenuh oleh air ditandai oleh nilai 0 pada APWL akan berubah
secara otomatis menjadi 370 pada kolom KAT.
4. Nilai negatif (-) dKAT yang diperoleh dari bulan kering menandakan
seluruh curah hujan (CH) dan sebagian kandungan air tanah (KAT) akan
dievapotranspirasikan karena nilai CH lebih kecil dari nilai ETP yang
diperoleh.
5. Nilai defisit sama dengan 0 pada bulan basah dan nilai surplus sama
dengan 0 pada bulan kering.
4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya dilakukan pembedahan nilai dalam pengolahan data agar lebih
memudahkan dalam pemasukkan nilai ke dalam tabel dari hasil
perhitungan.
Tiara Putri Dwi D.
240110150063
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :
1. Surplus terjadi pada musim hujan yaitu bulan November sampai April,
sedangkan defisit terjadi pada bulan Mei sampai Oktober;
2. Surplus air tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 169,6926 mm dengan
curah hujan 297,6926 mm/bulan, karena pada bulan Januari merupakan
puncak hujan sehingga run-offnya besar yaitu sebanyak 114,0705 mm;
3. Bulan September terjadi defisit air yang sangat tinggi yaitu sebanyak
52,3251 karena memasuki musim kemarau, sedangkan defisit yang paling
rendah yaitu bulan Mei sebanyak 1,2949;
4. Run off atau limpasan permukaan yang paling besar terjadi pada bulan
Januari sebanyak 114,0705 mm, sedangkan run-off yang paling sedikit
terjadi pada bulan November sebanyak 95,9592 mm;
5. Run-off pada bulan Januari sebesar 114,0705 mm apabila dibiarkan dan
tidak dipanen akan mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah menjadi
sangat jenuh yang akan mengganggu kesetimbangan air tanah.
4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan pemanenan air saat musim hujan agar dapat mengurangi run
off serta agar air dapat digunakan pada musim kemarau.
2. Air harus digunakan secara efisien agar pemasukan dan pengeluarannya
seimbang.
3. Sebaiknya data curah hujan yang digunakan dari tahun 1994 sampai tahun
2017 agar perhitungan surpls, defisit serta air limpasan lebih akurat.
Nama : Meisha Athaya Thifalny
NPM : 240110150086
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Total defisit air pada tabel adalah 150,4603mm/bulan, total surplus air pada
tabel adalah 741,8221 mm/bulan, dan total run off yang terjadi adalah
sebesar 609,5138mm/bulan
2. Terjadinya defisit air menandakan adanya kekurangan air pada bulan
dimana terjadinya defisit, surplus air menandakan adanya kelebihan air pada
bulan dimana terjadinya suprlus.
3. Puncak defisit air adalah bulan September
4. Grafik surplus akan berkebalikan dengan grafik defisit
5. Grafik surplus akan naik ketika tidak terjadi defisit dan sebaliknya kurva
pada grafik suplus akan sejajar pada sumbu x ketika terjadi defisit
6. Puncak surplus air adalah di bulan Januari
7. Run off hanya akan terjadi ketika surplus air terjadi
8. Surplus dan defisit air dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi
potensial yang terjadi
9. Surplus dan defisit air juga bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
vegetasi dan jenis tanah
4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya perhitungan dilakukan di Ms.Excel agar lebih cepat dan akurat
Sutanto F. Sar
240110157001
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1. Data utama yang dibutuhkan dalam melakukan analisis debit adalah data
curah hujan bulanan, asumsi evapotranspirasi potensial dan titik layu
permanen;
2. Keadaan defisit air ini berlangsung pada musim kemarau yaitu pada bulan
Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September karena data curah hujannya yang
paling sedikit 52.3251mm/bulan;
3. Keadaan surplus air terhajadi pada bulan basah yaitu Januari, Februari,
Maret, April, November dan Desember, karena lahan memenuhi kapasitas
lapang dan curah hujannya melebihi evapotranspirasi potensial;
4. Besarnya aliran permukaan sangat bergantung pada tinginya surplus dan
rendahnya defisit air;
5. Pemanen air hujan dapat mencegah banjir dan memberi solusi dari
kekurangan air
4.2 Saran
Adapun saran berdasarkan pelaksanaan praktikum kali ini adalah:
1. Pemanenan air saat musim hujan sangat penting untuk mengurangi aliran
permukaan yang dapat menyebabkan banjir serta agar air dapat digunakan
pada musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Harto, Sri. 2000. Hidrologi Teori Masalah dan Penyelesaian. Jakarta : Nafiri.
Hillel, D. 1972. The Field Water Balanced and Water Use Efesiensy. In: D hillel
(ed) Optimizing the soil physical Enviroment Toward Greater Crop Yields.
New York : Academic Press.
Kodoatie dan Rustam. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu. Yogyakarta:
Andi.
Thornthwaite, C.W., Mather, J.R. 1957. Instructions and Tables for Computing
Potential Evapotranspiration and The Water Balance. New Jersey :
Laboratory of Climatology, Drexel Institute of Technology, Centerton.