Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

ANALISA HIDROLOGI

2.1. Aspek Hidrologi

Perhitungan keseluruhan analisa hidrologi dapat didasarkan pada masukan

data curah hujan yang jatuh di DAS yang berpengaruh terhadap lokasi jembatan,

disamping hal tersebut tentu saja beberapa kondisi lain yang dapat mempengaruhi

aliran permukaan.

2.1.1. Curah Hujan

Besarnya curah hujan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dihitung

salah satunya dengan menggunakan metode Gumbell dan Log Person III. Untuk

keperluan analisa ini, data yang dipilih iala curah hujan tertinggi yang terjadi

setiap tahunnya sehingga diperoleh curah hujan harian maksimum. Hasil dari

perhitungan curah hujan tersebut dipilih yang terbesar untuk digunakan pada

langkah selanjutnya yaitu analisa debit banjir.

a. Metode Gumbel :

𝑆𝑥
XTr =X + ( )  (Yt - 𝑌̅𝑛 ) ...................................................................... (2.1)
𝑆𝑛

∑(𝑋𝑖 × 𝑋̅)2
Sx = √ ....................................................................................... (2.2)
(𝑛−1)

𝑇 −1
Yt = -Ln (−𝐿𝑛 ( )) .............................................................................. (2.3)
𝑇
dimana : XTr = besarnya curah hujan di periode ulang tertentu (mm)

X = curah hujan maksimum rata-rata (mm)

Xi = curah hujan tertinggi pertahun (mm)

Yt = reduce variate sebagai fungsi dari waktu ulang (T)

Yn = reduce variate sebagai fungsi dari banyak data (n)

Sn = reduce standart deviation sebagai fungsi dari bentuk data (n)

Sx = Standar deviasi.

n = jumlah data

T = periode kala ulang (tahun)

b. Metode Log Person III :

∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖
Log X = ..................................................................................... (2.4)
𝑛

∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔 𝑋̅)2


Si = √ .......................................................................... (2.5)
𝑛−1

𝑛 ∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅ )3
Cs = ....................................................................... (2.6)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑖

Log Xt = log X + (K  Si) ....................................................................... (2.7)

dimana : Log X = Logaritma rata-rata curah hujan(mm)

Si = Simpangan baku

Cs = Koefisien kemiringan

Log Xt = logaritma curah hujan rancangan di periode ulang

tertentu (mm),

K = Faktor frekuensi untuk distribusi Log Person III


2.1.2. Debit Banjir Rencana

Tujuan dari penghitungan debit banjir adalah untuk mengetahui besarnya

debit air yang melewati sungai untuk periode tertentu yang nantinya akan

berpengaruh pada tinggi bebas (clearance) jembatan. Debit aliran, kecepatan dan

ketinggian berkurang dari rencana banjir keadaan batas ultimit, yang ditentukan

dengan periode ulang sebagai berikut :

1. 20 tahun untuk struktur sementara,

2. 50 tahun untuk struktur biasa,

3. 100 tahun untuk struktur penting.

Tinggi bebas yang di syaratkan dalam Bridge Management System untuk jembatan

adalah minimal 1,00 m di atas muka air banjir pada periode kala ulang rencana.

Perhitungan debit banjir rencana dihitung menggunakan metode Rasional

mononobe :

𝐻 0,6
Kecepatan aliran (V) = 72  [ ] (km/jam) .......................................... (2.8)
𝐿

𝐿
Waktu konsentrasi (Tc) = (jam) ................................................................. (2.9)
𝑉

𝑅 24 2/3
Intensitas hujan (I) = [ ] (mm/jam) ..................................... (2.10)
24 𝑇𝐶

𝐶1.𝐴1 + 𝐶2.𝐴2+ 𝐶3.𝐴3+ ……𝐶𝑛.𝐴𝑛


Koefisien limpasan (C) = ......................... (2.11)
𝐴1+𝐴2+𝐴3+ …….𝐴𝑛

Debit banjir (QTr) = 0,278  (C  I  A) (m3/det) ............................... (2.12)

dimana, H = beda tinggi antar titik paling hulu sungai dan lokasi rencana

jembatan (m)
L = panjang sungai dimulai dari titik paling hulu sungai sampai lokasi

rencana jembatan (m)

V = kecepatan rata-rata alira (m/det)

R = curah hujan maksimum (mm)

T = lamanya curah hujan atau durasi (jam)

C = koefisien limpasan

A = luas daerah catchment area atau DAS (km2)

Perhitungan kapasitas saluran terbuka dihitung menggunakan metode

Manning :

1
Kecepatan aliran (V) =  R2/3  S1/2 (m/det) ............................................. (2.13)
𝑛

𝐴
Jari-jari hidrolis (R) = (m) ....................................................................... (2.14)
𝑃

Debit rencana (Q) = V  A (m3/det) ......................................................... (2.15)

dimana, A = luas penampang basah (m2)

P = keliling penampang basah (m)

S = kemiringan dasar saluran

n = koefisien kekasaran Manning (tabel terlampir)

2.1.3. Kedalaman Gerusan

Gerusan didefinisikan sebagai pemindahan material dasar atau tebing

sungai oleh aliran. Terdapat beberapa jenis gerusan yang terjadi disepanjang

saluran terbuka selama terjadi aliran dari hulu ke hilir.gerusan yang terjadi pada

sungai dapat digolongkan menjadi :


1. Gerusan umum (general scouring)

Gerusan umum merupakan suatu proses alami yang terjadi pada saluran

terbuka. Untuk menentukan kedalaman gerusan umum digunakan metode C.R.

Neil yang menggunakan metode perkiraan dengan rumus empiris regim dari

lacey:

𝑄 1/3
dm = 0.5 [ ] ......................................................................................... (2.16)
𝑓

f = 1.76 √𝑚 ............................................................................................. (2.17)

Dmaks = c . dm ................................................................................................... (2.18)

dimana, dm = Kedalaman gerusan rata-rata (m) diukur dari muka air pada debit

rencana.

Q = Debit / aliran dialur utama (m3/debit)

f = Faktor silt dari lacey (Tabel 2.6.)

m = Ukuran butir material dasar (mm)

c = Faktor pengali (Tabel 2.5.)

dm = Kedalaman gerusan rata-rata (m)

Tabel 2.5. Faktor Pengali untuk kedalaman gerusan maksimum


Ruas Sungai Faktor Pengali c
Ruas Lurus 1.25
Belokan tidak tajam 1.50
Belokan tajam 1.75
Belokan sangat tajam/menyiku 2.00
Sumber :Dirjen Bina Marga, Panduan Penyelidikan Jembatan, BMS Series (1992)
Tabel 2.6. faktor lempung Lacey
No. Tipe Material Diameter (mm) faktor
1 Lanau sangat halus (very fine silt) 0.06 0.4
2 Lanau halus (fine silt) 0.1 0.8
3 Lanau sedang (medium silt) 0.2 0.8
4 Lanau (standart silt) 0.3 1.0
5 Pasir (medium sand) 0.5 1.2
6 Pasir sedang (medium sand) 0.7 1.5
7 Pasir kasar (coarse sand) 1 1.8
8 Kerikil (heavy sand) 1.3 2.0
Sumber :Dirjen Bina Marga, Panduan Penyelidikan Jembatan, BMS Series (1992)

2. Gerusan lokal (Local scouring)

Gerusan lokal ini pad aumumnya diakibatkan oleh adanya bangunan air, misalnya

tiang, pilar atau abutment jembatan. Untuk menentukan kedalaman gerusan lokal

yang terjadi pada abutment digunakan rumusan dari Liu et al. (1961) dan Gill

(1972) :

𝐿𝑎 0.4
Δz = 2.15 × ( ) × Fr0.33 × h1 .................................................................... (2.19)
ℎ1

𝑉1
Fr = ..................................................................................................... (2.20)
√𝑔×ℎ1

Dimana : Δz = kedalaman gerusan rata-rata (m)

La = panjang abutment dihitung dari sisi depan abutment hingga ujung

oprit (m)

h1 = kedalaman aliran (m)

Fr = bilangan Froude
2.2. Contoh Analisa Hidrologi

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan

Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Tanjung Selor, curah hujan rata-rata

dalam setahun diambil dari data dua puluh tahun yaitu dari tahun 1995 – 2014

seperti pada Tabel 4.1. berikut :

Tabel 4.1. Data curah hujan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

1995 182 376 385 204 267 20 196 127 97 236 159 480
1996 275 254 316 182 212 266 132 234 56 239 201 225
1997 237 470 312 195 193 50 226 83 45 81 155 296
1998 392 121 31 53 234 221 217 82 369 340 413 158
1999 241 490 384 282 349 154 123 284 349 177 402 344
2000 172 237 331 399 195 248 204 101 130 354 164 168
2001 203 320 391 310 307 107 277 155 181 312 220 380
2002 244 258 218 148 321 107 152 113 387 131 177 172
2003 298 143 238 67 248 166 224 164 262 281 153 243
2004 335 203 282 159 163 332 207 16 373 149 337 236
2005 202 137 238 449 185 224 362 160 99 221 472 348
2006 179 484 184 94 210 164 242 219 405 244 188 182
2007 493 192 178 180 206 190 223 290 187 223 374 453
2008 285 244 269 312 303 289 165 180 377 221 151 364
2009 183 289 246 160 176 335 136 199 185 218 350 239
2010 395 171 144 69 336 68 301 314 221 256 240 213
2011 287 188 611 290 279 456 225 411 117 180 250 243
2012 299 196 370 119 259 198 146 173 315 213 175 277
2013 308 425 248 252 123 162 208 342 239 174 365 309
2014 216 172 218 159 181 211 263 132 230 149 315 410
Sumber : BMKG Stasiun Meteorologi Tanjung Selor (2015)

Dari data curah hujan dua puluh tahunan di Tabel 4.1. dapat dicari jumlah

curah hujan maksimum yang terjadi setiap tahun tahun selama dua puluh tahun.
Data curah hujan maksimum tahunan tersebut kemudian diurutkan dari yang

terbesar hingga yang terkecil seperti ditunjukan pada Tabel 4.2. berikut :

Tabel 4.2. Data curah hujan maksimum tahun 1995 – 2014


Curah hujan (x) Urutkan data
No Tahun Tahun
(mm) dari Max - min
1 1995 480 2011 611
2 1996 316 2007 493
3 1997 470 199 490
4 1998 413 2006 484
5 1999 490 1995 480
6 2000 399 2005 472
7 2001 391 1997 470
8 2002 387 2013 425
9 2003 298 1998 413
10 2004 373 2014 410
11 2005 472 2000 399
12 2006 484 2010 395
13 2007 493 2001 391
14 2008 377 2001 387
15 2009 350 2008 377
16 2010 395 2004 373
17 2011 611 2012 370
18 2012 370 2009 350
19 2013 425 1996 316
20 2014 410 2003 298

2.2.1. Menentukan Curah Hujan Rencana

A. Metode Gumbel

Perhitungan curah hujan rencana digunakan untuk memprediksi debit banjir

pada periode ulang 50 tahunan untuk struktur biasa. Hitungan nilai curah hujan

berdasarkan metode Gumbel dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Curah hujan rata-rata :


∑ 𝑋𝑖 8404
X = = = 420.2
𝑛 20

Tabel 4.3. Perhitungan curah hujan rencana metode Gumbel


No Tahun Xi (Xi - X ) (Xi - X )2
1 2011 611 190.8 36404.64
2 2007 493 72.8 5299.84
3 1999 490 69.8 4872.04
4 2006 484 63.8 4070.44
5 1995 480 59.8 3576.04
6 2005 472 51.8 2683.24
7 1997 470 49.8 2480.04
8 2013 425 4.8 23.04
9 1998 413 -7.2 51.84
10 2014 410 -10.2 104.04
11 2000 399 -21.2 449.44
12 2010 395 -25.2 635.04
13 2001 391 -29.2 852.64
14 2002 387 -33.2 1102.24
15 2008 377 -43.2 1866.24
16 2004 373 -47.2 2227.84
17 2012 370 -50.2 2520.04
18 2009 350 -70.2 4928.04
19 1996 316 -104.2 10857.64
20 2003 298 -122.2 14932.84
Jumlah 8404 0.000 99937.2

∑(𝑋𝑖− 𝑋̅)2 99937.2


Sx = √ =√ = 72.525
𝑛−1 20−1

Jika n = 20, maka didapatkan nilai Yn = 0.524 dan Sn = 1.063

Dengan mengetahui periode ulang nilai Yt dapat dihitung menggunakan

persamaan (2.3) yaitu :

𝑇 −1 50 −1
Yt = -Ln (−𝐿𝑛 ( )) = -Ln (−𝐿𝑛 ( )) = 3.902
𝑇 50
1 1
Probabilitas kemunculan = × 100% = × 100% = 2 %
𝑇 50

Besarnya curah hujan menurut Metode Gumbel :

𝑆𝑥
X50 =X + ( )  (Yt - 𝑌̅𝑛 )
𝑆𝑛

72.525
= 420.2 + ( )  (3.902 – 0.524)
1.063

= 650.730 mm

Tabel 4.4. Besarnya curah hujan pada periode kala ulang Metode Gumbel
T Probabilitas Yt XT
1.25 80 -0.476 352.001
1.5 66.67 -0.094 378.057
2 50 0.367 409.483
5 20 1.500 486.824
10 10 2.250 538.022
25 4 3.199 602.732
50 2 3.902 650.730
100 1 4.600 698.374
200 0.5 5.296 745.846
500 0.2 6.214 808.475
1000 0.1 6.907 855.811

900
800
700
600
500
XT (mm)

400
300
200
100
0
1 10 100 1000
T (tahun)

Gambar 4.2 Grafik curah hujan rencana berdasarkan Metode Gumbel


B. Metode Log Person III

Hasil perhitungan dengan metode Log Person III nantinya akan

dibandingkan dengan hasil perhitungan dengan metode Gumbel untuk didapatkan

hasil yang terbesar yang nantinya akan digunakan untuk menetukan debit banjir

rencana. Curah hujan rencana dengan metode Log Person III dihitung dalam

Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.

Tabel 4.5. Perhitungan curah hujan rencana metode Log Person III

No Thn Curah Hujan (x) Log X Log X - Log X (log X - Log X)2 (log X - Log X)3

1 2011 611 2.78604 0.16854 0.02841 0.00479


2 2007 493 2.69285 0.07535 0.00568 0.00043
3 1999 490 2.69020 0.07270 0.00528 0.00038
4 2006 484 2.68485 0.06734 0.00454 0.00031
5 1995 480 2.68124 0.06374 0.00406 0.00026
6 2005 472 2.67394 0.05644 0.00319 0.00018
7 1997 470 2.67210 0.05460 0.00298 0.00016
8 2013 425 2.62839 0.01089 0.00012 0.00000
9 1998 413 2.61595 -0.00155 0.00000 0.00000
10 2014 410 2.61278 -0.00472 0.00002 0.00000
11 2000 399 2.60097 -0.01653 0.00027 0.00000
12 2010 395 2.59660 -0.02090 0.00044 -0.00001
13 2001 391 2.59218 -0.02532 0.00064 -0.00002
14 2002 387 2.58771 -0.02979 0.00089 -0.00003
15 2008 377 2.57634 -0.04116 0.00169 -0.00007
16 2004 373 2.57171 -0.04579 0.00210 -0.00010
17 2012 370 2.56820 -0.04930 0.00243 -0.00012
18 2009 350 2.54407 -0.07343 0.00539 -0.00040
19 1996 316 2.49969 -0.11781 0.01388 -0.00164
20 2003 298 2.47422 -0.14328 0.02053 -0.00294
JUMLAH 52.350 0.000 0.10254 0.00119

∑ 𝐿𝑜𝑔 𝑋 52.350
Log X = = = 2.618
𝑛 20

∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖−𝐿𝑜𝑔 𝑋̅)2 0.10254


Si = √ = √ = 0.0735
𝑛−1 20−1

𝑛 × ∑(𝐿𝑜𝑔 𝑋𝑖 − 𝐿𝑜𝑔 𝑋̅ )3 20 ×0.00119


Cs = = = 0.00095
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆𝑖 (20−1)×(20−2)×(0.0735)

Nilai faktor frekuensi (K) untuk distribusi Log Person III :

T = 2 tahun ; K = -0.00002

T = 5 tahun ; K = 0.8419

T = 10 tahun ; K = 1.2821

T = 15 tahun ; K = 1.4385

T = 20 tahun ; K = 1.5949

T = 25 tahun ; K = 1.7513

T = 50 tahun ; K = 2.0545

Tabel 4.6. Besarnya curah hujan pada periode kala ulang Metode Log Person III
(log X +
Pr K.S log
No Tr Log X S logX Cs K K.S log XT
(%) X
X)
1 2 2.6175 0.0735 0.00095 50 -0.0002 0.0000 2.6175 414.47
2 5 2.6175 0.0735 0.00095 20 0.8419 0.0619 2.6794 477.92
3 10 2.6175 0.0735 0.00095 10 1.2821 0.0942 2.7117 514.86
4 15 2.6175 0.0735 0.00095 6.67 1.4385 0.1057 2.7232 528.66
5 20 2.6175 0.0735 0.00095 5 1.5949 0.1172 2.7347 542.83
6 25 2.6175 0.0735 0.00095 4 1.7513 0.1287 2.7462 557.39
7 50 2.6175 0.0735 0.00095 2 2.0545 0.1509 2.7684 586.72

X50 = Arc Log (Log X + K × S log X)

= 102.7684
= 586.72 mm

Dari hasil perhitungan kedua metode, dipilih curah hujan rencana dengan

periode kala ulang 25 tahun dan 50 tahun, seperti dalam Tabel 4.7. berikut :

Tabel 4.7. Curah hujan rencana


Curah hujan (mm)
Curah hujan
Metode Log Person
No Metode Gumbel rencana (mm)
III
R25 R50 R25 R50 R25 R50
1 602.732 650.730 557.39 586.72 602.732 650.730

2.2.2. Menghitung Debit Banjir

Tujuan dari perhitungan debit ini adalah untuk mengetahui besarnya debit

air yang melewati Sungai Long Sam untuk satu periode kala ulang tertentu yang

kemudian akan menjadi acuan dalam menentukan jarak bebas atau tinggi jagaan

lantai jembatan dari muka air banjir tertinggi. Sehubungan dengan perencanaan

ini periode debit banjir yang direncanakan adalah periode kala ulang 50 tahunan.

Data-data awal yang telah diketahui :

Luas DAS (A) = 12.81 km2

Koefisien limpasan (C) = 0.5

Panjang aliran sungai (L) = 9.5 km

Perbedaan ketinggian (H) = 0.1 km

Kemiringan dasar saluran (S) = 0.0011

Menghitung kecepatan aliran (V)

𝐻 0,6 0.1 0,6


V = 72  [ ] = 72  [ ] = 4.6997 km/jam
𝐿 9.5
Menghitung waktu konsentrasi (Tc)

𝐿 9.5
Tc = = = 2.011 jam
𝑉 4.6997

Menghitung Intensitas curah hujan (I)

𝑅 24 2/3 650.730 24 2/3


I= [ ] = [ ] = 141.6 mm/jam
24 𝑇𝐶 24 2.011

Menghitung debit banjir (Q) kala ulang 50 tahunan dengan metode Rasional

mononobe :

Q50 = 0.278 × C × I × A

= 0.278 × 0.5 × 141.6 × 12.81

= 252.09 m3/detik`

2.2.3. Menghitung Tinggi Muka Air Banjir

Perhitungan tinggi muka air banjir untuk Sungai Long Sam disesuaikan

dengan bentuk penampang sungai yang diasumsikan berbentuk trapesium.

Dengan menggunakan rumus manning dan penentuan tinggi muka air banjir coba-

coba dapat diketahui debit banjir rencana yang kemudian akan dimasukan ke

dalam grafik rating curve untuk mendapatkan tinggi muka air banjir sebenarnya.

Perhitungan debit banjir rencana, dihitung dalam Tabel 4.8a – Tabel 4.8d.

Penampang sungai dalam perhitungan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

bantaran kiri, alur sungai, dan bantaran kanan seperti pada Gambar 4.3

55

50
bantaran kiri bantaran kanan
45 alur sungai

40
35.00 (m)
Point 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
49.333

49.142

48.712

47.692

47.051

46.410

38.326

45.582

46.359

47.358

47.932

48.399

48.756

Elevasi

Gambar 4.3 Pembagian penampang sungai


Tabel 4.8a. Perhitungan debit banjir rencana bantaran kiri
BANTARAN KIRI
h
n A P R S V Q1
0 38.05 0.120 0.000 0.000 - 0.0011 - 0
0.5 38.55
1 39.05
1.5 39.55
2 40.05
2.5 40.55
3 41.05
3.5 41.55
4 42.05
4.5 42.55
5 43.05
5.5 43.55
6 44.05
6.5 44.55
7 45.05
7.5 45.55
8 46.05
8.5 46.55 0.120 0.811 5.362 0.151 0.0011 0.078 0.063
9 47.05 0.120 5.275 13.674 0.386 0.0011 0.145 0.767
9.5 47.55 0.120 11.687 14.674 0.796 0.0011 0.236 2.757
10 48.05 0.120 18.100 15.674 1.155 0.0011 0.302 5.469
10.5 48.55 0.120 24.513 16.674 1.470 0.0011 0.355 8.700
11 49.05 0.120 30.926 17.674 1.750 0.0011 0.399 12.328
11.5 49.55 0.120 37.338 18.674 1.999 0.0011 0.436 16.268
12 50.05 0.120 43.751 19.674 2.224 0.0011 0.468 20.462
12.5 50.55 0.120 50.164 20.674 2.426 0.0011 0.496 24.866
𝐴 0.811
Jari – jari hidrolis (R) = = = 0.151 m
𝑃 5.326

Koefisien kekasaran manning (n) : jenis saluran tumbuh-tumbuhan rendah = 0.120

1 1
Kecepatan aliran (V) =  R2/3  S1/2 =  0.1512/3  0.00111/2 = 0.078 m/det
𝑛 0.12

Tabel 4.8b. Perhitungan debit banjir rencana alur sungai


ALUR SUNGAI
h
n A P R S V Q2
0 38.05 0.060 0 0 - 0.0011 - 0.000
0.5 38.55 0.060 2.295 8.249 0.28 0.0011 0.234 0.537
1 39.05 0.060 7.271 12.01 0.61 0.0011 0.393 2.857
1.5 39.55 0.060 13.57 13.85 0.98 0.0011 0.542 7.349
2 40.05 0.060 20.25 14.92 1.36 0.0011 0.673 13.628
2.5 40.55 0.060 27.11 15.99 1.7 0.0011 0.781 21.161
3 41.05 0.060 34.08 17 2 0.0011 0.873 29.749
3.5 41.55 0.060 41.14 18.02 2.28 0.0011 0.952 39.169
4 42.05 0.060 48.29 19.03 2.54 0.0011 1.021 49.317
4.5 42.55 0.060 55.52 20.05 2.77 0.0011 1.083 60.114
5 43.05 0.060 62.84 21.06 2.98 0.0011 1.138 71.495
5.5 43.55 0.060 70.24 22.08 3.18 0.0011 1.188 83.417
6 44.05 0.060 77.72 23.09 3.37 0.0011 1.233 95.842
6.5 44.55 0.060 85.3 24.1 3.54 0.0011 1.275 108.744
7 45.05 0.060 92.95 25.12 3.7 0.0011 1.313 122.092
7.5 45.55 0.060 100.7 26.13 3.85 0.0011 1.349 135.877
8 46.05 0.060 108.5 27.14 4 0.0011 1.383 150.062
8.5 46.55 0.060 116.4 28.14 4.13 0.0011 1.414 164.549
9 47.05 0.060 124.2 29.14 4.26 0.0011 1.443 179.242
9.5 47.55 0.060 132.1 30.14 4.38 0.0011 1.47 194.100
10 48.05 0.060 139.90 31.14 4.49 0.0011 1.495 209.108
10.5 48.55 0.060 147.7 32.14 4.6 0.0011 1.518 224.250
11 49.05 0.060 155.6 33.14 4.69 0.0011 1.539 239.512
11.5 49.55 0.060 163.4 34.14 4.79 0.0011 1.559 254.882
12 50.05 0.060 171.3 35.14 4.87 0.0011 1.578 270.353
12.5 50.55 0.060 179.1 36.14 4.96 0.0011 1.596 285.915
𝐴 116.4
Jari – jari hidrolis (R) = = = 4.13 m
𝑃 28.14

Koefisien kekasaran manning (n) : jenis saluran penampang relatif teratur = 0.06

1 1
Kecepatan aliran (V) =  R2/3  S1/2 =  4.132/3  0.00111/2 = 1.414 m/det
𝑛 0.06

Tabel 4.8c. Perhitungan debit banjir rencana bantaran kanan


BANTARAN KANAN
h
n A P R S V Q3
0 38.05 0.12 - - - 0.0011 - 0
0.5 38.55 0.12 0.0011
1 39.05 0.12 0.0011
1.5 39.55 0.12 0.0011
2 40.05 0.12 0.0011
2.5 40.55 0.12 0.0011
3 41.05 0.12 0.0011
3.5 41.55 0.12 0.0011
4 42.05 0.12 0.0011
4.5 42.55 0.12 0.0011
5 43.05 0.12 0.0011
5.5 43.55 0.12 0.0011
6 44.05 0.12 0.0011
6.5 44.55 0.12 0.0011
7 45.05 0.12 0.0011
7.5 45.55 0.12 0.0011
8 46.05 0.12 3.134 9.096 0.345 0.0011 0.135 0.423
8.5 46.55 0.12 8.565 14.07 0.609 0.0011 0.197 1.689
9 47.05 0.12 16.22 19.05 0.852 0.0011 0.247 4.000
9.5 47.55 0.12 24.99 20.05 1.246 0.0011 0.318 7.944
10 48.05 0.12 33.75 21.05 1.604 0.0011 0.376 12.695
10.5 48.55 0.12 42.520 22.05 1.929 0.0011 0.425 18.084
11 49.05 0.12 51.29 23.05 2.225 0.0011 0.468 23.997
11.5 49.55 0.12 60.05 24.05 2.497 0.0011 0.505 30.344
12 50.05 0.12 68.82 25.05 2.748 0.0011 0.539 37.061
12.5 50.55 0.12 77.59 26.05 2.979 0.0011 0.568 44.093
𝐴 8.565
Jari – jari hidrolis (R) = = = 0.609 m
𝑃 14.07

Koefisien kekasaran manning (n) : jenis saluran tumbuh-tumbuhan rendah = 0.120

1 1
Kecepatan aliran (V) =  R2/3  S1/2 =  0.6092/3  0.00111/2 = 0.197 m/det
𝑛 0.12

Tabel 4.8d. Perhitungan debit banjir rencana total


h Q1 Q2 Q3 Qtotal
0 38.05 0 0 0 0
0.5 38.55 0.537 0.537
1 39.05 2.8575 2.857
1.5 39.55 7.3489 7.349
2 40.05 13.628 13.628
2.5 40.55 21.161 21.161
3 41.05 29.749 29.749
3.5 41.55 39.169 39.169
4 42.05 49.317 49.317
4.5 42.55 60.114 60.114
5 43.05 71.495 71.495
5.5 43.55 83.417 83.417
6 44.05 95.842 95.842
6.5 44.55 108.74 108.744
7 45.05 122.09 122.092
7.5 45.55 135.88 135.877
8 46.05 150.06 0.423 150.485
8.5 46.55 0.0632 164.55 1.689 166.301
9 47.05 0.7674 179.24 4.000 184.009
9.5 47.55 2.7566 194.1 7.944 204.801
10 48.05 5.469 209.11 12.695 227.272
10.5 48.55 8.7002 224.25 18.084 251.034
11 49.05 12.328 239.51 23.997 275.836
11.5 49.55 16.268 254.88 30.344 301.493
12 50.05 20.462 270.35 37.061 327.876
12.5 50.55 24.866 285.92 44.093 354.874
Debit rencana (Q1) = V × A = 0.078 × 0.811 = 0.0632 m3/detik

Debit rencana (Q2) = V × A = 1.414 × 116.4 = 164.549 m3/detik

Debit rencana (Q3) = V × A = 0.197 × 8.565 = 1.689 m3/detik

Debit rencana total (Qtotal) = 0.0632 + 164.549 + 1.689 = 166.301 m3/detik

Dari hasil perhitungan tersebut debit bajir rencana total (Qtotal) dan

ketinggian (h) dimasukkan kedalam grafik rating curve kemudian nilai debit

banjir yang telah dihitung menggunakan metode Rasional Mononobe di plotkan

pada grafik dalam Gambar 4.4 untuk mendapatkan tinggi muka air banjir.

Rating Curve
55.00

50.00
Elevasi muka air (m)

45.00
Q50 = 252.09

40.00

35.00
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375

Debit (m3/det)

Gambar 4.4 Grafik rating curve

Tinggi muka air banjir (MAB) Q50 = 48.70 m

Dengan mengetahui tinggi muka air banjir, maka dapat ditentukan tinggi

bebas (clearance) jembatan. Tinggi bebas yang di syaratkan dalam Bridge


Management System (BMS) adalah minimal 1 m diatas muka air bajir 50 tahunan.

Maka untuk tinggi bebas jembatan Sungai Long Sam ini direncanakan setinggi 1.5

m diatas muka air banjir (Gambar 4.5), yaitu pada elevasi + 50.20 m.

55
Garis sumbu lantai jembatan diusulkan
50 MAB +48.70 m

45 MAN +44,047

40
35.00 (m)
Point 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
49.142

48.712

47.692

47.051

46.410

38.326

45.582

46.359

47.358

47.932

48.399

48.756
Elevasi

Gambar 4.5 Tinggi muka air banjir dan rencana sumbu lantai jembatan

4.4.4. Kedalaman Gerusan (Scouring)

Penggerusan (scouring) terjadi didasar sungai akibat aliran sungai yang

mengikis lapisan tanah dasar sungai.

1. Gerusan umum (General Scouring)

Dalamnya gerusan umum dapat dihitung berdasarkan rumus Lacey, sebagai

berikut :

Debit aliran dialur utama (Q) = 252.09 m3/detik

Ukuran butir material dasar (m) = 0.0064 mm (hasil analisa saringan d50)

Faktor pengali (c) (Tabel 2.5.) = 1.5

Karena ukuran butir material dasar tidak terdapat dalam tabel maka untuk

menentukan faktor silt dari Lacey (f) digunakan rumus :

f = 1.76 m = 1.76 × 0.0064 = 0.141

𝑄 1/3
Kedalaman gerusan rata-rata (dm) = 0.5 [ ]
𝑓
252.09 1/3
= 0.5 [ ] = 6.071 m
0.141

Kedalaman gerusan maksimum (dmaks) = c × dm

= 1.5 × 6.071 = 9.107 m

Kedalaman MAB dari dasar sungai = 10.650 m

Jadi, Gerusan maksimum yang terjadi di dasar sungai = 10.650 – 9.107 = 1.543 m

2. Gerusan Lokal (Local Scouring)

Dalamnya gerusan yang terjadi disekitar abutment adalah sebagai berikut:

Panjang abutment – oprit (La) = 20.34 m (sisi kiri )

= 35.49 m (sisi kanan)

Kedalaman aliran (h1) = 1.825 m

Kecepatan aliran (V) = 1.3055 m/det

Percepatan gravitasi (g) = 9.81 m/s2

𝑉 1.3055
Fr = = = 0.3085
√𝑔×ℎ1 √9.81 × 1.825

𝛥𝑧 𝐿𝑎 0.4
= 2.15 × ( ) × Fr0.33
ℎ1 ℎ1

20.34 0.4
Δz = 2.15 × ( ) × 0.30850.33 = 3.826 m
1.825

La

MAB +48.70 m

z MAN +44,047

dmaks

100 110 120 130 140 150


47.051

46.410

38.326

45.582

46.359

47.358

Gambar 4.6 Kedalaman gerusan rencana


Point
40
45
50
55
60

35.00 (m)

Jarak Existing
Elevasi Rencana
40

Elevasi Existing
49.59 49.590

49.79 49.518

50
50.18 49.333

60
50.57 49.142

70
5.6 %

50.97 48.712

51.36 47.692 80
90

51.55 47.051
100

51.55 46.410
110

51.55 38.326
120
MAN +44,047
MAB +48,70

51.55 45.582
130

51.55 46.359
140

51.42 47.358
150

50.98 47.932
160
4.4 %

50.54 48.399
170

50.10 48.756
180

49.66 49.110
190

49.350 49.350

Anda mungkin juga menyukai