Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Tujuan
Untuk mengetahui fungsi, batas kemampuan dan baik buruknya beberapa komponen
Untuk mempelajari teknik pengukuran menggunakan avometer dan osiloskop
Mempratekkan penggunaan osiloskop untuk mengukur besaran sinyal listrik berupa:
Besaran tegangan puncak puncak
Periode/frekuensi
Bentuk gelombang
2. Teori
2.1. Avometer
Berdasarkan pengoperasiannya maka komponen dibedakan menjadi komponen aktif dan
komponen pasif. Komponen aktif adalah komponen yang pada pengoperasiannya membutuhkan
daya. Dan komponen pasif tidak memerlukan daya.
Untuk penentuan baik buruknya suatu komponen dapat dilakukan dengan sebagai dengan
pengukuran. Diantaranya adalah menggunakan alat ukur AVOmeter. Sedangkan untuk melihat
dan mengukur respon suatu komponen dapat dimonitoring dengan osiloskop.
Sedangkan untuk menentukan besa dan kemampuan suatu komponen biasanya sudah
tertulis sendiri pada datasheet nya, namun sebagian komponen dapat dilihat dibadan komponen
tersebut.
2.2. Osiloskop
Banyak pengukuran yang besarannya tergantung terhadap waktu sesaat sehingga harus
diukur meggunakan osiloskop. Untuk sinyal ber-frekuensi (-0,5Hz) biasanya dipakai chat
recorder, namun untuk frekuensi tinggi (10MHz) dipakai osiloskop biasa dan untuk frekuensi
(GHz) dipakai osiloskop yang khusus seperti osiloskop storage.
Inti dari osiloskop ialah tabung sinar katoda (CRT) dimana sinyal tampak sebagai
bayangan pada layar fosforen. Berkas electron yang dihasilkan oleh meriam electron mengalami
penyimpangan kearah vertikal dan horizontal didalam CRT sesuai dengan input vertikal (Y) dan
horizontal (X).
3. Pengukuran
3.1. Pengukuran dengan AVOmeter
Untuk menghindari kerusakan alat ukur , misalnya AVOmeter, maka praktikan sebelum
melakukan suatu pengukuran harus menyesuaikan apa yang hendak diukur dan dicocokkan
rangenya. Jika masih ragu diharuskan meminta penjelasan ke asisten.
3.1.1. Komponen dan peralatan
R,C,D Trafo, kabel
AVOmeter
3.1.2. Prosedur percobaan
Sebelum memulai praktek, periksalah terlebih dahulu peralatan ukur dan komponen satu
persatu dengan seksama.
1. Pengukuran dan pengujian resistor (R)
Buatlah tabel pengukuran dan pengujian seperti berikut :
oscilloscope
FG x
1. Tujuan
Untuk mengambil kesimpulan yang didapat dari tegangan yang diperoleh dari percobaan
Untuk mengetahui karateristik statik dioda
Untuk mengetahui penyusun dasar dioda
Untuk mengetahui jenis-jenis dioda
Untuk mengetahui aplikasi dioda
2. Teori
Dioda adalah salah satu komponen yang terbuat dari bahan senikonduktor yang terdiri
dari dua buah kutub, yaitu anoda (+) dan kutun katoda (-). Pada dasarnya dioda hanya digunakan
untuk mengalirkan arus listrik satu arah saja, forward bias. Namun dengan kemajuan teknologi
dibidang semikonduktor maka telah dibuat juga aplikasi lain yaitu berfungsi sebagai regulator,
zener dan sebagai pemancar cahaya. Tetapi konsep dasar tetap sama dimana pada keadaan bias
maju sangatlah kecil, yaitu sebesar 20-an Ohm. Dan sebaliknya, pada bias mundur, arus sukar
melaluinya karena hambatannya sangat besar, yaitu sekitas mega ohm. Selain itu dioda juga
digunakan sebagai sensor, pelipat tegangan dan sebagainya.
Berdasarkan sifatn dan karakteristiknya, maka banyak dipergunakan diberbagai
rangkaian , missal pada penyearah gelombang arus AC menjadi arus DC, regulator, pendisplay
dan sebagainya.
1. Tujuan
Untuk membuat rangkaian power supply dengan regulator
Untuk mengetahui aplikasi dioda sebagai penyearah
Untuk menganalisa tegangan keluaran regulator
Untuk mengetahui perata tegangan DC dengan kapasitor
2. Teori
Umumnya, semua perangkat elektronika dicatu dengan suplay arus searah, DC (Direct
Current) yang harus stabil agar perangkat elektronika yang digunakan dapat berfungsi dengan
baik. Batterai atau accu adalah sumber catu daya DC yang paling baik tetapi tidak selamanya
tersedia arus akan cepat terkuras. Untuk mengatasi hal ini di butuhkan suatu sumber daya yang
besar dan stabil yang diambil dari sumber daya bolak balik dari pembangkit PLN dengan
menggunakan penyearah, dapat mengubah arus AC menjadi arus DC.
Prinsip penyearah (rectifier) yang paling sederhana adalah menggunakan dioda.
Transformator diperlukan untuk menurunkan tegangan AC dari jala jala ke kumparan primernya
dan secara induksi masuk ke kumparan skundernya namun masih dalam bentuk sinyal arus bolak
balik. Untuk mendapatkan penyearah gelombang penuh (full wave) dapat dibuat dengan
transformator center tap (CT), atau dengan diode yang dirangkai sesuai dengan rangkaian
jembatan.
D1
T1
V ac R1
D2
2. 𝑉𝑝
𝑉𝑑𝑐 =
𝜋
Filter , umumnya keluaran penyearah gelombang penuh tidak dapat digunakan untuk
peralatan elektronika karena tegangan keluarannya tidak stabil namun untuk tujuan tertentu dapat
dipertimbangkan. Dengan demikian, untuk mendapatkan suatu gelombang DC yang rata maka
pada keluaran tegangan setengah gelombang dipasang filter atau tapis. Salah satu filter yang
banyak digunakan adalah tapis RC dan LC.
Tegangan yang teregulasi cukup bagus jika tegangan ripple nya kecil. Jika tegangan PLN
naik/turun, maka tegangan outputnya juga akan naik/turun.untuk beberapa aplikasi perubahan
tegangan ini cukup mengganggu, sehingga diperlukan komponen aktif yang dapat meregulasi
tegangan keluaran ini menjadi stabil. Saat ini sudah dikenal IC regulator, seperti IC regulator seri
78XX untuk tegangan positif dan seri 79XX untuk tegangan negatif. Bahkan komponen ini
sudah dilengkapi dengan pembatas arus dan juga pembatas suhu.
LM 78XX
1 In Out 3
com
2
220V C1 C2
AC
TX
1. Tujuan
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja inverting amplifier
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja non inverting amplifier
Untuk mempelajari perbedaan inverting amplifier dengan non inverting amplifier
Untuk mengetahui aplikasi dari OP-AMP
2. Teori
Penggunaan OP-AMP sangatlah luas, dan meliputi bidang elektronika audio, pengatur
trgangan DC, filter dan sebagainya.
Penguat OP-AMP merupakan penguat diferensial dengan dua masukkan dan satu
keluaran yang mempunyai penguatan tegangan yang sangat tinggi. Dengan penguatan yang
sangat tinggi tersebut maka penguat ini dirangkai dengan rangkaian feedback, agar dapat diatur
penguatannya.
Vs+
V+ +
Vout
V- -
Vs-
Pada umumnya, OP-AMP menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding dengan beda
tegangan diantara kedua masukannya, OP-AMP ini disebuat dengan OP-AMP biasa. Penguat
operasional biasa adalah suatu penguat dengan coupling arus searah yang memiliki gain sangat
besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional ini biasanya tersedia dalam
bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah seri 741.
Disamping itu, ada juga yang dikenal dengan OP-AMP Norton, LM 3900, yang
menghasilkan tegangan dari perbedaan arus masukan, juga ada OP-AMP yang dikenal dengan
OP-AMP transkonduktans, OTA, CA 3080, yang mengasilkan arus keluaran sebanding dengan
beda tegangan pada kedua masukannya, beberapa sifat OP-AMP biasa, seri 741 :
Penguat lingkar terbuka tak terhingga
Hambatan keluaran terbuka hampir nol
Hambatan masukan lingkar terbuka tak terhingga
Lebar pita tak terhingga
Nisbah penolakan modus bersama tidak terhinga
OP-AMP dipergunakan sebagai komparator, yaitu membandingkan dua buah tegangan
masukan dan mengubah tegangan keluarannya menjadi lebih tinggi, tergantung penguatan yang
dibuat
𝑉𝑠 +𝑉1 > 𝑉2
𝑉𝑜𝑢𝑡 = {
𝑉𝑠 −𝑉1 < 𝑉2
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka rangkaian penguat OP-AMP harus terlebih
dahulu diatur tegangan offsetnya. Untuk hal ini, maka dibuat rangkaian sebagai berikut
+15V
2 - 5
6
3 +
-15V
1
10K ohm
potensiometer
Rf
R1
-
Vi Vo
+
𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − 𝑥 𝑉𝑖𝑛
𝑅1
Penguat non pembalik (non inverting) :
Rf
R1
-
Vo
Vi +
𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 (1 + )
𝑅1
1. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis dari sensor
Untuk mengetahui kontak-kontak relay.
Untuk memahami karakteristik dari relay.
Untuk mengetahui fungsi dari sensor dan relay
2.Teori
Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala gejala atau sinyal
sinyal yang berasal dari perubahan suatu energy seperti listrik, energy fisika, energy kimia,
energy biologi, energy mekanik dan sebagainya. Contoh LDR, photo diode dan sebagainya
Transistor dalam pengoperasiannya adalah berfungsi sebagai switching untuk mendrive
relay.
Relay adalah salah satu peralatan elektronik yang menggunakan sifat elektromagnetik
untuk menarik oil kontraktor seperti saklar. Hal tersebut terjadi karena jika kumparan kawat yang
ada pada relay dialiri arus listrik maka akan timbul medan magnet pada core nya sehingga dapat
menarik armature yang berporos. Relay mempunyai banyak tipe dan jenisnya, mulai dari satu
kontak hingga bebrapa buah kontak secara serempak. Salah satu bentuk relay adalah seperti pada
gambar berikut.
1 4
2 5
Kaki/terminal relay
1 4 5 1 4 5
2 3 2 3
4. Prosedur percobaan
1. Rakitlah rangkaian percobaan seperti pada gambar pada protoboard
2. Ukurlah tegangan pada titik titik tertentu dan catat hasilnya
3. Tutup dan buka sensor LDR dan perhatikan perubahan pada relay dan keadaan LED,
kemudian catat hasilnya
Vin
12K
- +
BD 140
B
12K C
BD 140
B
E
50K
KARAKTERISTIK DAN APLIKASI THYRISTOR
1. Tujuan
2. Teori
Pada dasarnya thyristor merupakan suatu dioda yang mempunyai satu kaki tambahan
sebagai pintu atau gate. Namun, umumnya thyristor mampu menyalurkan arus dengan tegangan
yang besar sedangkan dioda biasa hanya dapat melewatkan arus yang kecil, beberapa mA hingga
beberapa ampere. Thyristor adalah salah satu contoh komponen sambungan pnpn yang memiliki
karakteristik yang khusus. Thyristor mempunyai beberapa tipe seperti SCR, TRIAC, dan DIAC
Karakteristik dasar SCR dapat dijelaskan sebagai berikut. Arus yang melalui anoda A ke
katoda K relative sangat kecil selama tegangan diantaranya belum melewati VBO(Break Over
Voltage). Setelah arus terlewati maka tegangan antara A ke K akan turun hingga mencapai harga
VH(Hold Voltage). Dioda akan tetap menghantar selama arus yang melewatinya tidak kurang
dari nilai IH, hal ini ditunjukkan pada gambar
12 V
1K 500/5 W
S1
220 K
SCR
S2
3. Dipasang multimeter (atur pada posisi volt) pada beban R atau LED sebagai beban
4. Dihubungkan kutub negatif saklar 1 ke gate dan kutub positif saklar 1 ke resistor 330 Ω
5. Dihubungkan kutub negatif saklar 2 ke katoda dan kutub positif saklar 2 ke gate
6. Dihubungkan kutub positif PSA ke hambatan 330 Ω dan ground PSA ke katoda
7. Dihidupkan PSA 12 Volt
8. Diatur saklar 1 dengan keadaan ON dan saklar 2 dengan keadaan ON
9. Diamati keadaan LED
10. Diatur saklar 1 dengan keadaan ON dan saklar 2 dengan keadaan OFF
11. Diamati keadaan LED
12 .Diatur saklar 1 dengan keadaan OFF dan saklar 2 dengan keadaan ON
13. Diamati keadaan LED
14. Diatur saklar 1 dengan keadaan OFF dan saklar 2 dengan keadaan OFF
15. Diamati keadaan LED
16. Dicatat hasil untuk setiap pengamatan pada tabel data percobaan
OSILATOR
1. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari serta merakit rangkaian osilator
Untuk membuat osilator monostable dan astable
Untuk menghitung frekuensi, waktu, dan duty-cycle
2. Teori
Pada umumnya, osilator dapat dibuat dengan berbagai metode diantaranya adalah dengan
rangkaian collpit, Hartley, Kristal, dan sebagainya yang telah dikemas dalam satu IC, salah satu
IC yang banyak dipergunakan untuk membuat suatu osilator adalah IC timer 555, seri NE,LM
seperti pada gambar dibawah ini :
Pada dasarnya, osilator banyak diaplikasikan dibidang elektronika yaitu untuk membuat
clock , pulsa , pewaktu dan sebagainya.
Pada percobaan dibawah ini, osilator yang akan praktekkan adalah untuk membuat dan
menguji rangkaian monostable, astable dan aplikasinya untuk menghidupkan lampu LED,
penggerak motor kecil.
2.1. Astable 555 osilator
Pada rangkaian 555 diatas, pin 2 dan pin 5 saling terhubung, memungkinkan rangkaian
untuk memicu kembali pada masing masing dan setiap siklus memungkinkan beroperasi sebagai
osilator berjalan bebas. Selama setiap siklus pengisian kapasitor melalui resistor R1 dan R2.
Disisi lain R2 terhubung melalui pin 7. Kemudian kapasitor mengisi sampai 2/3Vcc,
sebagaimana telah ditetapkan dengan 0.693(R1+R2)C. gabungan dan pengisian sampai 1/3Vcc
ditetapkan sebagai 0.693(R2.C). gabungan ini menghasilka output bentuk gelombang yang
sekitar Vcc-1.5V. dan output On , Off berperiode waktu.
Output tersebut memberikan :
Astable 555 osilator pengisian dan pengosongan waktu
t1 = 0.693(R1+R2)C
t2 = 0.693 x R2 x C
dimana, R dalam ohm dan C dalam farad.
Ketika terhubung sebagai astable multivibrator, keluaran dari 555 osilator akan terus menerus
mengisi dan mengosongkan antara 2/3Vcc dan 1/3Vcc sampai suplai diputuskan. Sebagaimana
dengan monostable multivibrator ini mengisi mngosongkan, karena itu frekuensi tersendiri dari
tegangan masukan. Selang waktu dari siklus penuh, karena itu hasil jumlah dari pengisian
kapasitor dan pengosongan kapasitor memberikan :
T= t1+t2 = 0.693(R1+2.R2)C
Frekuensi keluaran dari osilator dapat ditemukan dari invert persamaan diatas dengan total
waktu siklus memberikan hasil akhir keluaran frekuensi sebuah astable 555 sebagai berikut:
1 1.44
𝑓= = (𝑅1+𝑅2)𝐶
𝑇
Dengan mengubah waktu konstan dari salah satu kombinasi RC, siklus lebih dikenal sebagai flip
flop, perbandingan dari keluaran bentuk gelombang bias lebih tepat diberikan sebagai
perbandingan R2 dengan R1 .
𝑇𝑜𝑛 𝑅1+𝑅2
Siklus penuh = = %
𝑇𝑜𝑓𝑓+𝑇𝑜𝑛 (𝑅1+2.𝑅2)
4. Prosedur percobaan
1. Rangkai percobaan sesuai gambar berikut
Vcc= 5V
4 8 10K
R vcc
D 7
10K
2 TRIG TH 6
220 555
3 o 5 4,7 µF
1
0,1 µF
2. Sambungkan rangkaian pada catu daya
3. Atur nilai R menjadi potensiometer 50KΩ, atau dengan mengganti C
4. Ukur semua besaran : frekuensi, waktu dan duty cycle nya
5. Analisa perubahan pada LED
6. Buat data percobaannya
KARAKTERISTIK TRANSISTOR DAN COMMON EMITTER
1. Tujuan
Untuk mengetahui prinsip kerja transistor pada penguat
Untuk mengetahui penguatan transistor
Untuk mengetahui karakteristik penguat common emitter
Untuk mengetahui prinsip kerja penguat common emitter
2. Teori
Konfigurasi common emitter lebih banyak digunakan dari pada common base dan
common collector, karena common emitter arus, tegangan, dan penguatan daya.
Pengetahuan tentang karakterisktik umum elektronika dari transistor common emitter adalah
sangat penting.
4. Prosedur percobaan
1. Hubungkan electronic design experiment tetapi telah yakin kita bahwa semua unit dalam
keadaan off
Ic
POS R4
+ 1KΩ
R2
R1 10KΩ
100KΩ Vce
15V DC NPN
Transistor
1
Ic
3
1KΩ 2
EXT VR
EXT VR 1KΩ
Ib C
100KΩ
B
* Vce *
2 10KΩ 3
E
1 COM
* *
100KΩ 1KΩ
2. Buatlah rangkaian seperti pada gambar diatas. Hubungkan rangkaian tersebut dengan Vcc
sebesar 15V. Gunakan potensiometer 100KΩ (R1) untuk mengatur arus basis (Ib) , dan
gunakan potensiometer 1KΩ (R4) untuk mengatur tegangan pada kolektor-emiter (Vce).
3. Hidupkan electronic design experimenter
4. Diatur arus basis (Ib) hinga bernilai 10µA. lakukan dengan memutar potensiometer
secara perlahan sampai tegangan yang melalui R2 sama dengan 0.1V. berdasarkan
hukum ohm, arus yang melalui R2 akan sama dengan nilai 0.1V dibagi dengan 10KΩ
yaitu 0.1µA. setelah itu arus akan melewati basis transistor. Ib harus bernilai 10µA.
5. Tanpa mengganggu R1, atur potensiometer 1KΩ (R4) hingga tegangan pada Vce bernilai
1V
6. Sekarang gunakan voltmeter untuk mengukur tegangan pada R3. Gunakan tegangan pada
R3 untuk menghitung arusnya berdasarkan hukum ohm. Hitung besar arus yang mengalir
pada kolektor (Ic). Ulangi percobaan dengan mengganti nilai Vce sesuai dengan tabel
7. Lengkapi tabel berikut dengan mengatur nilai Vce dan tentukan nilai arus colektor nya
(Ic) seperti pada langkah 5
Ib = 10 µA
Vce (Volt) 1 2 3 4 5 6
Ic(mA)
8. Sekarang atur arus pada basis kolektor hingga bernilai 20µA. lakukan dengan memutar
potensiometer 100KΩ (R4) sampai tegangan yang melalui R2 bernilai 0.2V.
9. Ulangi langkah 5-7
FILTER AKTIF DASAR
1. Tujuan
Untuk mengetahui rangkaian low pass filter
Untuk mengetahui rangkaian high pass filter
Untuk mengetahui prinsip kerja low pass filter
Untuk mengetahui prinsip kerja high pass filter
Untuk mengetahui aplikasi dari filter aktif
2. Teori
Secara singkat rangkaian filter aktif low pass adalah tegangan-kontroler-tegangan-sumber
seperti pada gambar berikut.
Dimana yang juga disebut sebagai sallen dan key. Pada rangkaian ini, frekuensi cutoff
diperoleh dari :
1
𝑓𝑐 = 1⁄
2𝜋(𝑅1 𝑅2 𝐶1 𝐶2) 2
Masalah yang kita hadapi sekarang adalah bagaimana mengambil nilai 2 resistor dan 2
kapasitor yang menghasilkan persamaan diatas.
C2
R1 R2
Vin +
Vout
C1 -
Rb
Ra
Pendekatan termudah adalah dengan membuat R1 dan R2 bernilai sama, dan membuat
C1 dan C2 bernilai sama, sehingga persamaan tadi menjadi :
1
𝑓𝑐 =
2𝜋𝑅𝐶
R R
Vin +
Vout
C -
27KΩ
47KΩ
Contoh
Desain sebuah butterworth VCVS low pass filter dengan frekuensi cutoff sebsar 700Hz
Sebelum memulai, tentukannlah nilai kapasitor, sebagai contoh 0.0033µF. kemudian persamaan
akan menjadi :
1
𝑅=
2𝜋 𝑓𝑐 𝐶
1
= (2𝜋)(700𝐻𝑧)(0.0033µ𝐹
= 68.898Ω
0.0033µF
R R
Vin +
68KΩ 68KΩ Vout
C -
27KΩ
0.0033µF
47KΩ
Tentu saja, kita harus memilih standar nilai kapasitor lain, seperti 0.01µF, maka nilai R
adalah 22.736Ω (gunakan sebuah resistor 22KΩ).
Dengan mudah hanya dengan menentukan posisi komponen dari rangkaian sebelumnya,
kita dapat membuat rangkaian VCVS high pass filter seperti pada gambar dibawah.
Seperti low pass filter, frekuensi cutoff sama diperoleh pada persamaan sebelumnya
R
C C
Vin +
Vout
R -
27KΩ
47KΩ
1. Tujuan
Untuk mengetahui rangkaian state variable filter
Untuk mengetahui rangkaian bandpass filter
Untuk mengetahui rangkaian bandstop filter
Untuk mengetahui aplikasi rangkaian state variable filter
2. Teori
Dengan menghubungkan 3 buah OP AMP dengan benar kita bisa secara simultan
bersamaan dua buah rangkaian low pass filter dengan sebuah rangkaian bandpass filter. Filter ini
disebut state variable filter.
10KΩ
0.22µF
10KΩ
Vi - 0.22µF
12KΩ
-
+ 12KΩ
A1 -
+ A2
+
VHp A3
150KΩ
1KΩ
VBp VLp
State variable filter dengan frekuensi tengah sebesar 60Hz dan Q dengan nilai 5C
10KΩ
10KΩ
State VLp
variable -
filter VHp Vo
10KΩ
+
3. Peralatan dan komponen
Fungsi generator
Power suplly double polarity
Kabel jumper
Protoboard
Multimeter
IC LM 741
Resistor (12KΩ, 150KΩ, 10KΩ, 1KΩ)
Kapasitor (0.22µF)
4. Prosedur percobaan
1. Rangkailah percobaan low pass filter sesuai gambar yang telah dijelaskan diatas
2. Hubungkan rangkaian ke power supply
3. Hubungkan rangkaian ke fungsi generator
4. Diatur frekuensi masukan seperti pada tabel berikut dan catat hasilnya
1. Tujuan
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja penguat diferensial
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja penguat penjumlah
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja penguat integrator
Untuk mempelajari rangkaian dan prinsip kerja penguat diferensiator
Untuk mengetahui aplikasi dari OP-AMP
2. Teori
Penggunaan OP-AMP sangatlah luas, dan meliputi bidang elektronika audio, pengatur
trgangan DC, filter dan sebagainya.
Penguat OP-AMP merupakan penguat diferensial dengan dua masukkan dan satu
keluaran yang mempunyai penguatan tegangan yang sangat tinggi. Dengan penguatan yang
sangat tinggi tersebut maka penguat ini dirangkai dengan rangkaian feedback, agar dapat diatur
penguatannya.
Vs+
V+ +
Vout
V- -
Vs-
Pada umumnya, OP-AMP menghasilkan tegangan keluaran yang sebanding dengan beda
tegangan diantara kedua masukannya, OP-AMP ini disebuat dengan OP-AMP biasa. Penguat
operasional biasa adalah suatu penguat dengan coupling arus searah yang memiliki gain sangat
besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat operasional ini biasanya tersedia dalam
bentuk sirkuit terpadu dan yang paling banyak digunakan adalah seri 741.
Disamping itu, ada juga yang dikenal dengan OP-AMP Norton, LM 3900, yang
menghasilkan tegangan dari perbedaan arus masukan, juga ada OP-AMP yang dikenal dengan
OP-AMP transkonduktans, OTA, CA 3080, yang mengasilkan arus keluaran sebanding dengan
beda tegangan pada kedua masukannya, beberapa sifat OP-AMP biasa, seri 741 :
Penguat lingkar terbuka tak terhingga
Hambatan keluaran terbuka hampir nol
Hambatan masukan lingkar terbuka tak terhingga
Lebar pita tak terhingga
Nisbah penolakan modus bersama tidak terhinga
Suatu penguat differential dengan menggunakan operational amplifier (op-amp)akan
menghasilkan tegangan output yang merupakan selisih dari masing-masing penguatan pada input
terminal positif dan negatifnya dengan kata lain besar penguatan penguat differential merupakan
selisih antara nilai penguatan penguat tidak membalik dengan penguat membalik
Perhatika rangkaian penguat diferensial berikut :
Rf
R1
V1
-
R2 Vo
V2 +
Rg
𝑅𝑓
𝑉𝑜𝑢𝑡 = (𝑉2 − 𝑉1
𝑅1
Penguat penjumlah adalah sebuah penguat inverting dengan dua atau lebih input yang
dihubungkan bersama-sama (jadi satu), rangkaian summing dapat berupa non-inverting atau
inverting. Tipe inverting lebih mudah dalam perencanaan dan pembuatan daripada non-inverting.
Bila output yang diinginkan terbalik, maka sabuah inverting voltage follower (pengikut tegangan
membalik) dapat digunakan setelah penguat penjumlah (summing Amplifier)
Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan beberapa level input signal yang masuk ke
operational amplifier. Penggunanan dari operational amplifier ini ialah sebagai penguat
penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.
Perhatikan rangkaian penguat penjumlah berikut :
R4
Vn
R3 Rf
V3
R2
V2
R1
V1 -
Vo
+
𝑉1 𝑉2 𝑉𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑅𝑓 ( + +⋯+ )
𝑅1 𝑅2 𝑅𝑛
Op-amp Integrator adalah rangkaian penguat operasional yang melakukan operasi
matematika dari Integrasi , yaitu kita dapat menyebabkan output untuk menanggapi perubahan
tegangan input dari waktu ke waktu, sebagai integrator op-amp menghasilkan tegangan output
yang sebanding dengan integral dari tegangan input .
Dalam kata lain besarnya sinyal output ditentukan oleh lamanya waktu tegangan hadir pada input
sebagai arus melalui umpan balik atau dibuang kapasitor sebagai umpan balik negatif yang
diperlukan terjadi melalui kapasitor.
Perhatikan rangkaian penguat integrator berikut :
R
V1 -
Vo
+
1 𝑡
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − ∫ 𝑉𝑖𝑛 𝑑𝑡 + 𝑉 𝑚𝑢𝑙𝑎
𝑅𝐶 0
Dasar Op - amp Diferensiator adalah kebalikan dengan yang ada pada Integrator
rangkaian penguat operasional yang kita lihat di tutorial sebelumnya . Di sini , posisi kapasitor
dan resistor telah terbalik dan sekarang reaktansi , Xc terhubung ke terminal input dari penguat
pembalik sementara resistor , Rƒ membentuk elemen umpan balik negatif di penguat operasional
seperti biasa .
Seperti dengan rangkaian integrator , kita memiliki sebuah resistor dan kapasitor
membentuk Jaringan RC di seluruh penguat operasional dan reaktansi ( Xc ) dari kapasitor
memainkan peran utama dalam kinerja Op - amp Diferensiator .
Perhatikan rangkaian penguat diferensiator berikut :
C
V1 -
Vo
+
𝑑 𝑉𝑖𝑛
𝑉𝑜𝑢𝑡 = −𝑅𝐶
𝑑𝑡
3. Peralatan dan komponen
OP AMP trainer: CPE-EO2240
Protoboard
Sinyal generator
Osiloskop
Power suplly double polarity
Multimeter
Komponen disesuaikan dengan gambar rangkaian masing masing percobaan
IC 741, R , potensiometer
4. Prosedur percobaan
4.1. Penguat diferensial
1. Disipakan peralatan
2. Rangkailah rangkaian penguat diferensial sesuai dengan gambar
3. Ukur tegangan output nya dan tabulasikan hasil percobaan dan bandingkan dengan hasil
perhiungan teori
V1 = ….
V2 = ….
No R1 (ohm) R2 (ohm) Rf (ohm) Rg (ohm) Vout Teori Vout praktek
1
2
…
4. Ulangi langkah diatas dengan menvariasikan R1, R2,Rg dan Rf
4.2. Penguat penjumlah
1. Disipakan peralatan
2. Rangkailah rangkaian penguat penjumlah sesuai dengan gambar
3. Ukur tegangan output nya dan tabulasikan hasil percobaan dan bandingkan dengan hasil
perhiungan teori
V1 = ….
V2 = ….
Vn = ….
No R1 (ohm) R2 (ohm) Rn (ohm) Rf (ohm) Vout Teori Vout praktek
1
2
…
4. Ulangi langkah diatas dengan menvariasikan R1,R2,..Rn
4.3. Penguat integrator
1. Disipakan peralatan
2. Rangkailah rangkaian penguat integrator sesuai dengan gambar
3. Ukur tegangan output nya dan tabulasikan hasil percobaan dan bandingkan dengan hasil
perhiungan teori
Vin = ….
No R (ohm) C (Farad) Vout Teori Vout praktek
1
2
…
4. Ulangi langkah diatas dengan menvariasikan R dan C,
4.4. Penguat diferensiator
1. Disipakan peralatan
2. Rangkailah rangkaian penguat diferensiator sesuai dengan gambar
3. Ukur tegangan output nya dan tabulasikan hasil percobaan dan bandingkan dengan hasil
perhiungan teori
Vin = ….
No R (ohm) C (Farad) Vout Teori Vout praktek
1
2
…
4. Ulangi langkah diatas dengan menvariasikan R dan C,
PROJEK
Yang dimaksud dengan projek adalah suatu tugas yang dibuat oleh praktikan yang
bertujuan untuk mengetahui kompetensi praktek praktikan setelah melalui praktikum. Disamping
itu , agar para praktikan terbiasa dengan merangkai suatu rangkaian elektronika, mengukur dan
menganalisanya, dan mampu menyusun suatu laporan yang bernuansa ilmiah serta dapat
menciptakan suasana yang kondusif dan terciptanya suatu kreatifitas yang inovatif.
Bentuk pembuatan projek yang dimaksud ialah, masing masing dari group praktikan
membuat suatu sistem elektronik yang sederhana dengan dasar praktikum yang telah
diselesaikan , terdiri dari :
1. Power supply
2. Sensor
3. Penguat
4. Indicator
5. Peraga
Contoh projek
1. Sistem deteksi cahaya menggunakan sensor cahaya dengan peraga lampu
2. Sistem peringatan dini
3. Sistem bel
4. Sitem amplifier speaker aktif
5. Sistem charger adapter
6. Atau kreatifitas lainnya
Sistem penilaian
Hasil projek akan diuji di laboratorium dan dinilai berdasarkan performasinya.
Pelaksanaan
Pelaksanaannya dilakukan per-group setelah selesai semua judul praktek dan diharapkan
selesai selama 2 minggu.
Bentuk laporan
Bentuk laporan projek dapat diacu dengam jurnal praktikum atau disesuaikan dengan suatu
bentuk paper.
REFRESHING TEST
Yang dimaksud dengan refreshing test adalah suatu test yang dilakukan setelah semua
praktikum berlangsung yang bertujuan untuk mengetahui dan menilai kompetensi teori praktek
setelah mengikuti setelah mengikuti semua judul praktikum yang telah dilalui. Selain itu agar
praktikan tetap mengingat teori dan percobaan yang telah dijelaskan oleh asisten.
Bentuk refreshing test yang dimaksud adalah, masing masing perorangan akan
mengerjakan soal yang dibuat oleh asisten berdasarkan judul yang telah dilalui praktikan.
Sistem pengerjaan
Praktikan mengerjakan soal secara perorangan, praktikan tidak diperkenankan saling
kerja sama dan menggunakan gadget
Sistem penilaian
Hasil refreshing test akan diperiksa dan dinilai oleh setiap asisten dilaboratorium
elektronika dasar. Dan hasil penilaian akan dikembalikan kepraktikan untuk tranparansi nila.
Pelaksanaan
Pelaksanaannya dilakukan perorangan setelah praktikan selelsai melalui semua judul
praktikum. Dan soal dikerjakan sesuai waktu yang diberikan oleh asisten laboratorium
elektronika dasar.