KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
Rahmat dan karunia-Nya kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini, yang
Berjudul: “Provinsi Sulawesi Tenggara”
Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam penulisan Makalah ini.:
1. Drs. J. M Tupalessy. Selaku Dosen mata kuliah “Geografi Regional Indonesia “ Yang sudah
banyak memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan Makalah ini.
2. Teman – teman sekalian yang sudah banyak memberikan masukan bagi penulisan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisanya. Namun demikian, Penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan baik dan oleh karenanya, Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan Makalah ini.
Akhirnya Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Ambon…..Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Penganta
Daftar Isi
Daftar tabel dan gambar
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat penulisan
No Judul Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sulawesi Tenggara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Kendari.
Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, secara geografis
terletak di bagian selatan garis khatulistiwa di antara 02°45' - 06°15' Lintang Selatan dan 120°45'
- 124°30' Bujur Timur serta mempunyai wilayah daratan seluas 38.140 km² (3.814.000 ha) dan
perairan (laut) seluas 110.000 km² (11.000.000 ha).
Sulawesi Tenggara awalnya merupakan nama salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan Tenggara dengan Bau-bau sebagai ibukota kabupaten. Sulawesi Tenggara ditetapkan
sebagai Daerah Otonom berdasar Perpu No. 2 tahun 1964 Juncto UU No. 13 Tahun 1964. Pada
awalnya terdiri atas 4 (empat) kabupaten, yaitu: Kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka,
Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton dengan Bau-bau sebagai ibukota provinsi. Namun,
karena suatu hal ibukota provinsi berganti menjadi di Kendari. Setelah pemekaran, Sulawesi
Tenggara mempunyai 10 kabupaten dan 2 kota.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah “ Untuk mendeskripsikan
Sulawesi tenggara secara umum ’’
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dalam penulisan ini adalah agar “ Pembaca bisa mengetahi Sulawesi tenggara
secara umum dan menamba ilmu bagi penulis ’’
BAB II.
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
A. LOKASI
1. Letak Geografis
Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi ini ber-Ibu Kota di Kota Kendari,
mempunyai Batas-Batas di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan dan
Provinsi Sulawesi Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Sedangkan di
sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda dan di sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk
Bone.
2. Letak Astronomis
Provinsi Sulawesi Tenggara dilihat dari peta pulau Sulawesi di Jazirah Tenggara. Akan
tetapi bila dilihat dari sudut Astronomis, maka Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara
terletak di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang memanjang dari Utara ke Selatan diantara 30
L.S - 60 L.S dan melebar dari Barat ke Timur diantara 1200 45' BT - 124 0 60' BT.
3. Letak Geologis
Kondisi batuan wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis terdiri atas
batuan sedimen, batuan metamorfosis, dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut yang
terluas adalah batuan sedimen, seluas 2.579.790 Ha. Dari jenis tanah, Propinsi Sulawesi
Tenggara memiliki 6(enam) jenis tanah yaitu : tanah podzolik seluas 2.299.729 Ha, tanah
mediteran seluas 899.802 Ha, tanah latosol seluas 349.784 Ha, tanah organosol seluas 116.099
Ha, tanah alluvial seluas 129.569 Ha dn tanah grumosol seluas 20.017 Ha.
4. Luas Wilayah
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah daratan seluas ± 38.140 Km2 atau
3.814.000. Ha dan wilayah perairan (laut ) diperkirakan seluas ± 110.000. Km2 atau 11.000.000
Ha. Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten
Kendari, Kolaka, Muna dan Buton, dan 1 (satu) wilayah kotamadya yaitu Kotamadya Kendari,
serta 1 (satu) wilayah kota administratif yaitu Kotif Bau-Bau.
B. KEADAAN ALAM
1. Relief
Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya memiliki permukaan yang bergunung,
bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah yakni
sekitar 1.868.860 hektar sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter diatas permukaan
laut dengan tingkat kemiringan mencapai 40 derajat.
Ditinjau dari sudut geologis, bantuan di Provinsi Sulawesi tenggara terdiri atas bantuan
sedimen, bantuan metamorfosis dan bantuan beku. Dari ketiga jenis bantuan tersebut, bantuan
sedimen merupakan bantuan yang terluas yaitu sekitar 2.878.790 hektar atau sebesar 75,47
persen. Sementara itu, jenis tanah di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari tanah podzolik
seluas 2.394.698 ha (62,79 persen), tanah mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen), tanah
latosol seluas 330.182 ha (8,66 persen), tanah organosol seluas 111.923 ha (2,93 persen), tanah
aluvial seluas 117.830 ha (3,09 persen), dan tanah grumosal seluas 20.289 ha (0,53 persen).
Selain wilayah daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan yang sangat
potensial. Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari sungai dan laut. Beberapa sungai
besar yaitu: sungai konaweha, Sungai Lasolo, Sungai Roraya, dan Sungai Sampolawa.
Sementara itu di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat kawasan pesisir dan laut yang
diperkirakan mencapai 110.000 km 2 . kawasan pesisir dan laut tersebut, pada saat ini belum
dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk pengembangan usaha perikanan, prasarana
transportasi, maupun dalam hal pengembangan wisata bahari. Dalam pengelolaan potensi
sumberdaya tanah dan air tersebut, belum memperhatikan aspek kelestarian lingkungan secara
optimal, khususnya kerusakan kawasan hutan, tanah, daerah aliran sungai serta kawasan pesisir
dan laut. (Sumber BAPPEDA Prov. Sultra)
2. Iklim
M usim
Keadaan musim di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari dua musim yakni musim
kemarau dan musim hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November s.d bulan Maret, dan
musim kemarau terjadi antara bulan Mei s.d bulan Oktober. Khusus pada bulan April, arah angin
tidak menentu demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan/musim
pancaroba.
Curah hujan
Curah hujan di Propinsi Sulawesi Tenggara umumnya tidak merata. Hal ini menimbulkan
adanya wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering. Wilayah daerah basah mempunyai
curah hujan lebih dari 2.000 mm/tahun, daerah ini meliputi wilayah sebelah utara garis Kendari -
Kolaka, dan bagian utara pulau Buton dan pulau Wawonii. Sedangkan wilayah daerah semi
kering mempunyai curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun, meliputi wilayah sebelah selatan
garis Kendari - Kolaka dan wilayah kepulauan disebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi
Tenggara.
Suhu udara
Karena wilayah daratan Sulawesi Tenggara mempunyai ketinggian umumnya dibawah
1.000 meter dari permukaan laut dan berada disekitar daerah khatulistiwa, maka propinsi ini
beriklim tropis.
3. Keadaan Tanah
a. Topografi
Kondisi topografi tanah daerah Sulawesi Tenggara umumnya memiliki permukaan yang
bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Di antara gunung dan bukit-bukit, terbentang
daratan-daratan yang merupakan daerah-daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
Permukaan tanah pegunungan yang relatif rendah digunakan untuk usaha mencapai luas
1.868.860 ha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian 100 - 500 meter di atas
permukaan laut dan kemiringan tanahnya mencapai 40 derajat.
b. Hidrologi
Dari segi hidrologi, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang tersebar di
empat kabupaten. Sungai-sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan
sebagai sumber energi untuk kebutuhan industri dan rumah tangga dan juga untuk irigasi. Sungai
besar seperti Sungai Konaweha yang terletak di Kabupaten Kendari memiliki debit air ± 200
m3/detik, dan berdiri sebuah bendungan Wawotobi yang mampu mengairi persawahan di daerah
Kabupaten Kendari seluas 18.000 ha. Selain itu masih banyak sungai-sungai di daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara yang tekanan airnya berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan
irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Kendari, Sungai Roraya dan Sungai Sampolawa di
Kabupaten Buton (Kecamatan Poleang, Rumbia dan Sampolawa), Sungai Wandasa dan Sungai
Kabangka Balano di Kabupaten Muna, serta Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka.
4. Bentang Alam
Gunung Mekongga
Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang
membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan
pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari
jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.790 meter dpl[1], gunung ini
merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geologis wilayah
pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena
ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota
endemic yang hanya terdapat di wilayah ini. Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan
trekking. Titik awal pendakian adalah dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan
Ranteangin yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota
Kolaka. Selama perjalanan ke puncak yang butuh 5-6 hari, para pendaki gunung disuguhi
suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara
menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan
berpapasan dengan anoa
Danau Napabale
Danau Napabale merupakan sebuah danau yang terletak di Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara, Indonesia. Terletak di kaki bukit, dihubungkan ke laut melalui sebuah terowongan
alami. Pada saat air laut surut para pengunjung dapat melintasi terowongan tsb. Namun apabila
air laut sedang pasang sangat berbahaya untuk berenang karena air laut akan naik sampai
ketinggian setengah meter di atas terowongan alam tsb. Danau Napabale tersebut letaknya ± 15
Km dari Raha ibukota Kabupaten Muna.
Sebagai upaya pengawetan keanekaragaman jenis flora dan fauna, Pemerintah telah
mengeluarkan sejumlah peraturan perundangan untuk melindungi beberapa jenis satwa dan
tumbuhan dari ancaman kepunahan sebagai akibat aktivitas perdagangan, perburuan, dan
penangkapan/koleksi secara illegal. Beberapa jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi tersebut
terdapat di Sulawesi Tenggara.
Tabel Jenis-Jenis Flora dan Fauna Dilindungi Undang-Undang yang Terdapat di Propinsi
Sulawesi Tenggara
No Jenis Nama
1 FLORA Kayu Kuku
Kasumeeto
2 FAUNA Rusa
Mamalia Anoa dataran rendah
Reptilia Anoa dataran tinggi
Aves Babirusa
Mollusca Bajing tanah
Arthropoda Kera hitam Sulawesi
Musang Sulawesi
Kus-Kus
Buaya muara
Sanca bodo
Soa-soa
Penyu belimbing
Penyu tempayan
Maleo
Rangkong
Itik Liar
Elang laut perut putih
Bangau hitam
Raja udang
Pelatuk besi
Bangau tongtong
Kuntul kecil
Kuntul kerbau
Pecuk ular
Ibis hitam
Mandar Sulawesi
Nuri Sulawesi
Wili-Wili
Dara laut/camar
Burung hantu
Burung madu
Bintayung
Serindit Sulawesi
Kasturi
Akar bahar
Kima raksasa
Kima sisik
Triton terompet
Kepala kambing
Batu laga, siput hijau
Troka, susu bundar
Nautilus berongga
Kepiting kepala
Flora Identitas Daerah Sulawesi Tenggara adalah Anggrek Serat (Diplocaulobium utile
Krzl.) yang termasuk Suku Orchidaceae. Anggrek ini banyak dimanfaatkan untuk bahan dasar
anyaman tradisional yang khas, dibentuk untuk kotak perhiasan, tas tangan, dan untuk hiasan tepi
tikar. Cara pengolahannya adalah. umbi semunya dikumpulkan untuk dibelah-belah memanjang
dan dipipihkan. Pita-pita yang diperoleh sewaktu masih basah dililitkan pada sebatang balok
bulat, sesudah kering akan terbentuk bahan anyaman yang halus, mengkilap, dan kuning
keemasan serta dapat diwarnai. Karena bahan bakunya makin sukar diperoleh di lapangan, maka
hasil kerajinan dari bahan Anggrek Serat tersebut menjadi mahal. Tumbuhan epifit ini umbi
semunya tumbuh merumpun dengan rimpang beruas pendek sehingga membentuk roset seperti
paku sarang burung dan menarik untuk dipelihara sebagai tanaman hias. Daunnya tunggal
berbentuk lanset, bunganya keluar dari lipatan pangkal daun, berkelopak dan daun mahkota yang
sempit .memanjang berwarna kekuningan. Bunga muncul setelah penurunan suhu malam hari
yang cukup rendah. Dalam setahun dapat berbunga 3 kali atau lebih. Anggrek serat dapat
dikembangbiakkan dengan membelah-belah rumpunnya, atau dengan bijinya. Diplocaulobium
utile belum banyak dibudidayakan karena bunganya tidak tahan lama. Anggrek ini tumbuh baik
di daerah panas, pada ketinggian 0- 150 m dpl. Sinonim untuk Anggrek Serat dengan nama
marga berbeda adalah Dendrobium utile Kerabat-kerabat dekat anggrek tersebut tersebardi
Sulawesi dan Irian Jaya.
Fauna Identitas Daerah Sulawesi Tenggara adalah Anoa (Bubalus depressicornis (H.Smith)
yang termasuk suku Bovidae. Binatang ini mirip kerbau tetapi pendek serta lebih kecil
ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Panjang badan kurang lebih 175 cm, dengan tinggi 80 cm,
dan beratnya sekitar 200 kg. Anoa binatang berkuku genap, di setiap kakinya terdapat 4 buah
kuku, dua kuku di belakang lebih kecil dan tidak memecah tanah. Rambut badannya halus,
warna bervariasi dari coklat hingga coklat tua kehitam-hitaman. Umumnya yang jantan berwarna
lebih gelap dari pada betina. Anak anoa mempunyai bulu halus yang tebal berwarna coklat
keemasan. Kepala anoa bertanduk pendek 2 buah, berbentuk lurus ke belakang serta meruncing
dan agak memipih serta berlobang di tengah. Tanduk ini merupakan senjata untuk
mempertahankan diri. Satwa ini bisa menjadi berbahaya apabila terdesak. Habitat anoa adalah di
hutan dataran rendah dan hutan berawa-rawa. Binatang ini suka berkubang di lumpur dan
merendam diri di air waktu pagi dan sore hari. Makanannya berupa rumput-rumputan, pucuk
tumbuhan lain. Anoa merupakan satwa endemic Sulawesi dan telah dilindungi berdasarkan
Ordonansi Perlindungan Binatang Liar 1931 No.266. (Depdagri, 1995).
C. SUMBER DAYA
1. Pertambangan
a.Kebijakan Pembangunan Pertambangan di Sulawesi Tenggara
1.Penataan fungsi kawasaan hutan melalui perubahan tata ruang wilayah sulawesi tenggara
2.Penataan kembali lahan-lahan konsesi pertambangan
3. Mendorong pembangunan industri pengolahan guna memperluas kesempatan kerja dan
multiplier effect lainnya.
4. Mendorong investor untuk menyisihkan keuntungannya kepada
pembangunan kesejahteraan masyarakat secara langsung
5. Mengembangkan kawasan industri pertambangan nasional
Berdasarkan kebijakan tersebut maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mencanangkan
areal pengelolaan kawasan hutan seluas 481 ribu ha yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan
areal pertambangan, pertanian dan perkebunan dalam rangka mewujudkan kawasan industri
pertambangan nasional.
1. Aspal Curah
Aspal Curah dengan deposit 3,8 milyar ton penyebarannya di Pulau Buton (Kabupaten Buton
dan Buton Utara)
2. Nikel (ore)
Deposit = 97,4 milyaran ton penyebaran di Kabupaten Kolaka Utara, Kolaka, Konawe Utara,
Konawe Selatan, Konawe, dan Bombana (Pulau Kabaena).
3. Emas
Emas estimasi deposit = 1,125 juta ton. Penyebaran di Kabupaten Bombana dan Wawonii serta
beberapa kabupaten lain yang sedang diteliti.
Potensi tambang lainnya :
Pasir kuarsa
Marmer
Lempung
Oniks
Gamping
Mangan
Pasir besi
Fosfat
Kromit
magnesit
4. Listrik
Kondisi kelistrikan Sulawesi Tenggara
1. kapasitas terpasang sebesar 115,569 mw
2. rasio elektrifikasi sebesar 41 %, tahun 2009 (37,16 %, tahun 2007) (nasional 65,10 %) rasio desa
terlistrik Cabang Kendari 77,52 %. Cabang Bau – bau 56,20 % (295 desa). Penambahan
pembangkit sebesar 30,5 mw pada tahun 2010. Prediksi kebutuhan listrik untuk pengembangan
Sultra menjadi pusat industri pertambangan nasional : untuk smelter dan refinery sebesar 640
mw untuk pabrik baja (stainles steel) sebesar 230 mw total 870 mw.
5. Potensi Energi
Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air :
Sungai Lasolo : 90 mega watt
Sungai Konaweha : 24 mega watt
Sungai Tamboli : 25,8 mega watt
Sungai Lalindu : 100 mega watt
2. Objek wisata
Pariwisata, meliputi:
Wisata sejarah, seperti:
Benteng Keraton Buton, di Kota Baubau yang merupakan benteng terluas di dunia;
Istana Malige, di Kota Baubau dengan arsitektur khas Suku Buton dan merupakan bangunan
adat yang tidak menggunkan paku
Kasulana Tombi, di Kota Baubau yang merupakan bekas tiang bendera Kesultanan Buton yang
umurnya lebih dari tiga abad
Masjid Agung Keraton Buton (Masigi Ogena), di Kota Baubau yang merupakan masjid pertama
yang berdiri di Sulawesi Tenggara
Kampua, di Kota Baubau yang merupakan mata uang Kerajaan dan Kesultanan Buton
3. Hutan
Kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Tenggara menurut fungsinya terdiri dari 5 (lima)
jenis, yaitu hutan produksi biasa, hutan produksi terbatas, hutan lindung, hutan wisata/PPA dan
hutan produksi yang dapat dikonversi.
Luas kawasan hutan di Sulawesi Tenggara tersebut seperti yang dapat dilihat pada Tabel 00
adalah seluas 2.600.137 ha atau 68,17% dari luas daratan. Menurut kabupaten/kota,
menunjukkan 923,980 ha atau 35,54% terdapat di Kabupaten Konawe, 517,775 ha atau 19,91%
terdapat di Kabupaten Kolaka, 250,686 ha atau 9,64% terdapat di Kabupaten Konawe Selatan,
244,299 ha atau 9,50% terdapat di Kabupaten Kolaka Utara, 244,292 ha atau 9,39% terdapat di
Kabupaten Bombana, 237,377 ha atau 9,13% terdapat di Kabupaten Muna, 148,845 ha atau
5,72% terdapat di kabupaten Buton, 13,487 ha atau 0,48% terdapat di kabupaten Wakatobi,
12,429 ha atau 0,48% terdapat di Kota Bau-Bau, dan 4.364 ha atau 0,17% terdapat di Kota
Kendari.
Menurut fungsinya, 633.431 ha atau 24,36% adalah hutan produksi biasa, 419.244 ha atau
16,12% adalah hutan produksi terbatas, 1.016.270 ha atau 40,82% adalah hutan lindung, 212,123
ha atau 8,16% hutan produksi yang dapat dikonversikan dan seluas 274.069 ha atau 10,54%
adalah hutan wisata/PPA.
Produksi kayu Sulawesi Tenggara tahun 2005 yang meliputi kayu jati logs, kayu jati
gergajian, kayu rimba logs dan kayu rimba gergajian, masing-masing tercatat sebanyak
23.056,074 m3, 6.627,11 m3, 41.875,343 m3 dan 17.735,20 m3. Dan produksi rotan 9.236,51 ton
turun sebesar 11,94% dibanding tahun 2004.
4. Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian
biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Kakao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari
Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Jambu monyet
Jambu monyet atau jambu mede (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari
suku Anacardiaceae yang berasal dari Brasil dan memiliki "buah" yang dapat dimakan. Yang
lebih terkenal dari jambu mede adalah kacang mede, kacang mete atau kacang mente; bijinya
yang biasa dikeringkan dan digoreng untuk dijadikan pelbagai macam penganan. Secara botani,
tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae) maupun kacang-kacangan
(Fabaceae), melainkan malah lebih dekat kekerabatannya dengan mangga (suku Anacardiaceae).
Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae
dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi
masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.
Cengkih
Cengkih (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut
cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkih adalah
tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara
Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkih ditanam terutama di
Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar; selain itu juga dibudidayakan di Zanzibar, India,
dan Sri Lanka.
Kopi
Kopi Adalah Sejenis Minuman Yang Berasal Dari Proses Pengolahan Dan
Ekstraksi Biji Tanaman Kopi. Kata kopi sendiri berasal dari
bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan
[3]
sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan
menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie
rujukan?
dalam bahasa Belanda. [ ]
Penggunaan kata koffie segera diserap ke dalam
Pinang
Pinang adalah sejenis palma yang tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur.
Pinang juga merupakan nama buahnya yang diperdagangkan orang. Pelbagai nama daerah di
antaranya adalah pineung (Aceh), pining (Batak Toba), penang (Md.), jambe (Sd., Jw.), bua, ua,
wua, pua, fua, hua (aneka bahasa di Nusa Tenggara dan Maluku) dan berbagai sebutan lainnya.
Lada
Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang
dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan
dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia Lama. Pada masa lampau
harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia
Timur untuk menguasai perdagangannya dan, dengan demikian, mengawali sejarah kolonisasi
Afrika, Asia, dan Amerika.
Vanili
Vanili (Vanilla planifolia) adalah tanaman penghasil bubuk vanili yang biasa dijadikan
pengharum makanan. Bubuk ini dihasilkan dari buahnya yang berbentuk polong. Tanaman vanili
dikenal pertama kali oleh orang-orang Indian di Meksiko,Negara asal tanaman tersebut. Nama
daerah dari vanili adalah panili atau perneli.
5. Perikanan
Potensi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas ± 153.019 Km2 terdiri dari wilayah daratan
38.140 Km2 dan wilayah perairan laut 114.879 Km2. Wilayah pesisir dan perairan laut Sulawesi
Tenggara dikelilingi oleh Laut Banda, Laut Flores, Laut Maluku dan Teluk Bone, memiliki
potensi sumberdaya alam seperti tambang mineral serta keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi, seperti Estuaria, Mangrove, Padang Lamun, Terumbu Karang dan Pantai Berpasir. Biota
penghuni ekosistem ini beberapa diantaranya merupakan biota yang bernilai ekonomi penting
seperti Ikan Karang, Crustacea, Molusca dan Sponge.
Selain itu daerah ini juga memiliki beberapa obyek wisata bahari yang sangat terkenal karena
memiliki biodiversitas yang tinggi, seperti Taman Nasional Laut Wakatobi. Kawasan wisata
lainnya yang terdapat di Sulawesi Tenggara adalah perairan Pulau Hari (Kabupaten Konawe
Selatan), Perairan Tiworo Kepulauan (Kabupaten Muna), perairan Pulau Kadatua, Pulau Siompu
dan Pulau Kabaena (Kabupaten Bombana).
Semua potensi sumberdaya pesisir dan laut tersebut, pengelolaannya sampai saat ini belum
tertata dengan baik sehingga manfaat ekologis, sosial dan ekonomi belum optimal. Seiring
dengan semakin intensifnya pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut untuk berbagai kegiatan
seperti : budidaya laut, pemukiman, wisata bahari, perhubungan, pengembangan industri dan
sektor lainnya, maka telah menimbulkan tekanan terhadap ekosistem pesisir dan laut.
Kondisi tersebut diatas semakin parah oleh adanya pemanfaatan wilayah pesisir yang belum jelas
kepemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir, belum adanya hukum yang menjamin untuk
mengembangkan usaha dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. Keadaan tersebut
berpotensi dan bahkan telah menimbulkan konflik kepentingan dan konflik kewenangan
pengelolaan pesisir diberbagai kawasan.
Akhir-akhir ini pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil Sulawesi Tenggara
sering menimbulkan konflik kepentingan dengan masyarakat setempat. Masyarakat setempat
merasa tertekan dengan kegiatan di kawasan pesisir dan perairan laut yang bersifat destruktif
seperti, penggunaan bom dan sianida dalam menangkap ikan serta eksploitasi biota-biota yang
dilindungi baik yang dilakukan oleh nelayan setempat maupun yang berasal dari luar Sulawesi
Tenggara.
Dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang
dihadapkan pada beberapa hambatan, antara lain : data dan informasi yang masih terbatas, tata
batas dengan rambu-rambu untuk penetapan zonasi belum tersedia dan pemahaman masyarakat
terhadap pelestarian sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil masih relatif rendah.
Merujuk dari gambaran potensi sumberdaya yang dimiliki dan tingkat pengelolaan, maka perlu
selalu mencari solusi yang terbaik agar dapat memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan
mendatang secara berkelanjutan.
6. Peternakan
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak
untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada
pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang
ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip
manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.[1]
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar
seperti sapi, kerau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam,
kelinci
Sapi
Sapi ternak adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovinae. Sapi
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan. Hasil
sampingan, seperti kulit, jeroan, dan tanduknya juga kemudian dimanfaatkan. Di sejumlah
tempat, sapi juga dipakai untuk membantu bercocok tanam, seperti menarik gerobak atau bajak.
Sapi ternak saat ini merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai Auerochse atau
Urochse (bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius[1]), yang sudah punah
di Eropa sejak 1627. Sapi ternak meski banyak jenisnya tetapi umumnya digolongkan menjadi
satu spesies saja. Perlu diketahui pula bahwa sapi bali yang diternakkan di Indonesia berbeda
jenis dengan sapi ternak yang dimaksud dalam artikel ini.
Kerbau
Kerbau adalah binatang memamak biah yang masih termasuk dalam subkeluarga
bovinae. Kerbau liar atau disebut juga Arni masih dapat ditemukan di daerah-daerah
Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan,
Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan, Indonesia, dan
Thailand. Penjinakan kerbau sangatlah umum di Asia, Amerika
selatan, Afrika utara, dan Eropa. Kerbau liar banyak hidup dan ditemui
di Asia Tenggara, walau asal-usul kerbau ini masih dipertanyakan. Saat ini
populasi kerbau liar di Asia mulai menurun dan dikhawatirkan bahwa di masa yang akan datang
tidak akan ada lagi populasi kerbau liar yang dapat ditemukan. Kerbau dewasa dapat memiliki
berat sekitar 300 kg hingga 600 kg. Kerbau liar dapat memiliki berat yang lebih, kerbau liar
betina dapat mencapai berat hingga 800 kg dan kerbau liar jantan dapat mencapai berat hingga
1200 kg. Berat rata-rata kerbau jantan adalah 900 kg dan tinggi rata-rata di bagian pundak kerbau
adalah 1,7 m. Salah satu ciri yang membedakan kerbau liar dengan kerbau domestik adalah
bahwa kerbau domestik memiliki perut yang bulat. Dengan adanya percampuran keturunan
antara kerbau-kerbau antara populasi yang berbeda, berat badan kerbau dapat bervariasi. Kerbau
1. Jumlah Penduduk
Pada tahun 1990 jumlah penduduk Sulawesi Tenggara sekitar 1.349.619 jiwa. Kemudian
tahun 2000 meningkat menjadi 1.776.292 jiwa dan berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi
Nasional Badan Pusat Statistik tahun 2005 adalah sejumlah 1.959.414 jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara selama tahun 1990-2000 adalah 2,79% per
tahun dan tahun 2004-2005 menjadi 0,02%.[rujukan?] Laju pertumbuhan penduduk menurut
kabupaten selama kurun waktu 2004-2005 hanya kota Kendari dan Kabupaten Muna yang
menunjukan pertumbuhan yang positif, yaitu 0,03 % dan 0,02 % per tahun, sedangkan kabupaten
yang lain menunjukkan pertumbuhan negatif.
Struktur umur penduduk Sulawesi Tenggara pada tahun 2005, penduduk usia di bawah 15 tahun
700.433 jiwa (35,75%) dari total penduduk, sedangkan penduduk perempuan mencapai 984.987
jiwa (20.27%) dan penduduk laki-laki mencapai 974.427 jiwa (49,73%).
2. Persebaran Penduduk
Persebaran penduduk Sulawesi Tenggara disajikanJumlah penduduk tahun 2008 sebanyak
2.074.974 jiwa, tercatat sebanyak 281.450 jiwa di Kabupaten Kolaka, 279.546 jiwa di
Kabupaten Buton, 273.168 jiwa di Kabupaten Kolaka, 265.646 jiwa di Kabupaten Buton,
254.236 jiwa di Kota Kendari, 246.004 jiwa di Kabupaten Muna, 240.053 jiwa di Kabupaten
Konawe Selatan, 101.475 jiwa di Kabupaten Wakatobi, 111.418 jiwa di Kabupaten Kolaka
Utara, 48.700 jiwa di Kabupaten Buton Utara dan 45.760 di Kabupaten Konawe Utara.
3. Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Sulawesi Tenggara selama ini mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh dari Kantor Statistik Provinsi Sulawesi
Tenggara bahwa tingkat pendidikan penduduk yang berumur sepuluh tahun keatas di Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 yaitu tidak/belum tamat SD , tamat
SD , Tamat SLTP, Tamat SLTA, Tamat D III/Akademi, dan tamat Perguruan Tinggi dapat di
lihat pada table VI.1.2. Dari data tersebut ternyata tingkat pendidikan di Provinsi Sulawesi
Tenggara relatif masih rendah dimana sebagian besar penduduk hanya berpendidikan tamat SD.
Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Umur 10 Tahun Ke atas Di Prov. Sultra Tahun
2001 – 2005
TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2001 2002 2003 2004 2005
(%) (%) (%) (%) (%)
1 Tidak/Belum tamat SD) 18.57 34.82 18.19 26 21,4
2. Tamat SD 36.89 30.9 21 18 29,7
3. Tamat SLTP/MTs 16.21 15.95 31.94 27 18,0
4. Tamat SLTA/MA 16.02 10.42 22.67 4.30 20,2
5. Akademi, Diploma I/II 2.23 1.39 21.73 5.58 1,8
dan III
6. Perguruan Tinggi 0.3 2.14 10.66 0 3,4
4. Penghasilan Perkapita
Adapun penghasilan perkapita Sulawesi Tenggara pada tahun 2002 sebesar Rp. 4,19 juta
dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp. 4,64 juta. Upaya peningkatan penghasilan
perkapita Sulawesi Tenggara senantiasa terus digalakan melalui berbagai bidang pembangunan
sehingga pada tahun 2004 penghasilan perkapita Sulawesi Tenggara telah mencapai Rp. 5,25
juta. Salah satu tolak ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari
PDRB perkapita.
5. Suku Bangsa
Suku Buton
Seperti suku-suku di Sulawesi kebanyakan, suku Buton juga merupakan suku pelaut.
Orang-orang Buton sejak lama merantau ke seluruh pelosok dunia Melayu dengan menggunakan
perahu berukuran kecil yang hanya dapat menampung lima orang, hingga perahu besar yang
dapat memuat barang sekitar 150 ton. Secara umum, orang Buton adalah masyarakat yang
mendiami wilayah kekuasaan Kesultanan Buton. Daerah-daerah itu kini telah menjadi beberapa
kabupaten dan kota di Sulawesi Tenggara diantaranya Kota Baubau, Kabupaten Buton,
Kabupaten Buton Utara, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Muna.
Namun, kini masyarakat Muna lebih senang menyebut diri mereka sebagai orang Muna
dibandingkan orang Buton.
Suku Bugis
Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak
sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia,
seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan
Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara.
Suku Muna
Suku Muna atau Wuna adalah suku yang mendiami Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Dari
bentuk tubuh, tengkorak, warna kulit (coklat tua/hitam), dan rambut (keriting/ikal) terlihat bahwa
orang Muna asli lebih dekat ke suku-suku Polynesia dan Melanesia di Pasifik dan Australia
ketimbang ke Melayu. Hal ini diperkuat dengan kedekatannya dengan tipikal manusianya dan
kebudayaan suku-suku di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor dan Flores umumnya. Motif
sarung tenunan di NTT dan Muna sangat mirip yaitu garis-garis horisontal dengan warna-warna
dasar seperti kuning, hijau, merah, dan hitam. Bentuk ikat kepala juga memiliki kemiripan satu
sama lain. Orang Muna juga memiliki kemiripan fisik dengan suku Aborigin di Australia. Sejak
dahulu hingga sekarang nelayan-nelayan Muna sering mencari ikan atau teripang hingga ke
perairan Darwin. Telah beberapa kali Nelayan Muna ditangkap di perairan ini oleh pemerintah
Australia. Kebiasaan ini boleh jadi menunjukkan adanya hubungan tradisional antara orang
Muna dengan suku asli Australia: Aborigin.
6. Agama
Islam
Islam (Arab: al-islām, اإلسالمdengarkan (bantuan·info): "berserah diri kepada Tuhan")
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan lebih dari satu seperempat
miliar orang pengikut di seluruh dunia,[1][2] menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di
dunia setelah agama Kristen.[3] Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: هللا, Allāh).[4] Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan
Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan"[5][6], atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah
menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini
dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia
oleh Allah.
Kekristenan
Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan
Mesias, juru selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab. Murid-murid Yesus Kristus pertama
kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26).
Agama Hindu
Agama Hindu (Bahasa Sanskerta: Sanātana Dharma सनातन धर्म "Kebenaran Abadi", dan
Vaidika-Dharma ("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua
India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan
kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM
sampai 1300 SM dan merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. [2][3]
Agama ini merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan
jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat sekitar
90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-
15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan oleh
agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di
Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
7. Kebudayaan
a. Tarian
1. Tarian Lulo
Lulo merupakan tarian tradisional masyarakat Tolaki di kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Tolaki merupakan salah satu suku terbesar di Sulawesi Tenggara selain Suku Buton dan Suku
Muna. Biasanya, tarian ini dimainkan sebagai pertunjukan hiburan ketika merayakan.
kebahagiaan, tarian menyambut kedatangan tamu kehormatan serta promosi budaya Sulawesi
Tenggara . Dulu, fungsi tari Lulo tidaklah seperti sekarang. Nenek moyang suku Tolaki
memainkan tarian ini hanya ketika mereka menyelenggarakan upacara adat panen padi,
pelantikan raja, serta pesta pernikahan. Ketika upacara panen padi, Lulo merupakan ritual untuk
memuja dewa padi yang diyakini sebagai pemberi kesuburan. Ketika dimainkan saat pesta
pernikahan dan pelantikan raja, Lulo menjadi tarian persahabatan antar warga Tolaki dan media
untuk mencari jodoh. Itulah mengapa, penari Lulo ketika itu hanyalah warga yang belum
mempunyai pasangan atau yang belum menikah . Tak hanya itu, pihak lelaki diwajibkan untuk
terlebih dahulu bertanya kepada calon wanita yang akan dijadikan pasangan menari. Jika pada
saat pertunjukan akan berlangsung, pihak wanita menolak untuk diajak menari bersama, lelaki
itu wajib membayar denda yakni menyembelih seekor kambing dan 2 lembar kain sarung untuk
nantinya dibagikan kepada warga sekitar. Aturan ini tidak berlaku, jika pihak wanita mengajak
lelaki terlebih dahulu namun si lelaki menolaknya. Namun kini, tidak demikian. Siapa saja
dapat menjadi penari Lulo dan ikut serta menari bersama ketika pertunjukan Lulo berlangsung.
Gerakan yang penuh suka ria menjadi ciri khas dari pertunjukan tari Lulo. Selama
pertunjukan berlangsung, alunan musik tradisional, seperti gong, kulintang yang terbuat dari
bambu, serta kendang mengiringi setiap gerak para penari Lulo. Setiap kali tarian ini dimainkan,
jumlah penari Lulo bervariasi. Pada awal pertunjukan, penari Lulo hanya terdiri dari beberapa
pasang lelaki dan wanita. Biasanya ditengah pertunjukan, jumlah penari bertambah ketika
penonton mulai tertarik untuk ikut serta menari bersama.
Sekilas, gerakan tari Lulo terlihat relatif sederhana. Mulai dari awal hingga pertunjukan
usai, para penari Lulo membentuk lingkaran, menari sambil bergandengan tangan dengan posisi
telapak tangan wanita berada di atas telapak tangan penari lelaki. Bagi warga Tolaki, posisi
tangan wanita yang berada diatas tangan lelaki memiliki makna setiap lelaki berkewajiban untuk
melindungi wanita. Perpaduan gerak ketika penari Lulo berputar dalam sebuah lingkaran dengan
posisi tangan tetap saling bergandengan menjadi daya tarik tersendiri dari pertunjukan Lulo.
Keistimewaan tersendiri dari pertunjukan tari Lulo semakin dapat anda temukan ketika memiliki
kesempatan untuk melihat langsung tarian ini dimainkan.
2. Tarian Balumpa
Tari Balumpa merupakan tari selamat datang dalam menyambut tamu agung. Tarian ini
berasal dari Buton.
3. Rumah Adat
b. Baju Adat
8. Laju Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara
Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara selama sepuluh tahun terakhir, tahun 2000-
2010 sebesar 2,07 persen per tahun, Lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan
Penduduk Nasional sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan Penduduk Kota Kendari merupakan
yang tertinggi di Sulawesi Tenggara yakni sebesar 3,52 persen, diikuti Kabupaten Bombana
sebesar 3,29 persen dan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 2,88 persen. Sedangkan yang terendah
di Kabupaten Wakatobi yakni sebesar 0,33 persen.
E. BENTUK PEMERINTAHAN
Kabupaten dan kota
Daftar gubernur
Perwakilan di Jakarta
1. La Ode Ida
bawang merah hanya boleh ditanam pada tahun 2007 di Jawa Tengah dan Jawa Timur
cabe hanya boleh ditaman pada tahun 2007 di Jawa Timur
Kambing hanya boleh diternakan di Jawa Barat
Kerbau hanya boleh diternakan di Jawa Timur
Dengan pengwilayahan ini maka diharapkan jumlah produksi suatu tanaman tidak
berlebihan sehingga harga tidak terlalu jatuh.
untuk tahun 2008 diubah misalnya sebagai berikut:
Bawang Merah hanya boleh ditanam pada tahun 2008 di Jawa Barat
cabe hanya boleh ditaman pada tahun 2008 di Jawa Timur.
Jadi bergiliran. Apa bisa? Dahulu jaman kolonial Belanda, penduduk jawa barat dilarang
menanam tebu, jadi produksi Tebu terkontrol tidak berlebihan, sehingga Belanda ketika menjual
di Eropa tidak mengalami kerugian. Oh ya akibat peraturan ini, orang Jawa Barat sejak jaman
Belanda hingga sekarang terbiasa minum teh pahit (tanpa gula). Jadi ketika saya dari Jawa
Timur, datang ke Jawa Barat pada tahun 1990 saya menjadi kaget karena orang sunda biasa
minum teh yang tidak mani.
Terus apa bisa wilayah pertanian ini diterapkan? Ya bisalah kan pemerintah punya tentara,
yang tidak patuh ya tembak saja (maksud saya, rakyat harus patuh pada pemerintah).
Nah bagaimana dengan beras yang ternyata produksi nasional masih kurang, apakah harus dibuat
wilayah terbatas penanaman beras? Tentu saja tidak, malahan dibuat suatu kebijakan bahwa
wilayah A dan B misalnya, wajib ditanami beras pada suatu periode.
H. PETA LOKASI
BAB III.
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sulawesi tenggara adalah wilayah Negara kesatuan Repoblik Indonesia yang terletak di
bagian Selatan khatulistiwa diantara 3° - 6° Lintang Selatan dan 120° 45’ - 124° 60’ Bujur
Timur. Di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi selatan dan Provinsi Sulawesi
Tengah, di sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores. Sedangkan di sebelah Timur
berbatasan dengan Laut Banda dan di sebelah Barat Berbatasan dengan Teluk Bone , dan
memeliki sumber daya yang banyak Bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia.
B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas maka Penulis menyarankan kepada :
Mahasiswa – mahasiswa geografi agar mempelajari wilayah Sulawesi tenggara.
Bagi Negara kesatuan Repoblik Indonesia harus menjaga dan memilihara sumber daya yang ada
di Sulawesi tenggara tersebut agar dapar bermanfaat bagi Bangsa Indonesia.
Dan bagi penduduk Sulawesi tenggara untuk bisa mempelajari sumber daya Alam yang ada di
Sulawesi tenggara.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sulawesitenggaraprov.go.id/
http://kmk312christine.wordpress.com/wisata/wisata-
alamhttp://www.batukar.info/wiki/geografis-sulawesi-tenggara.
http://www.batukar.info/wiki/sda-sulawesi-tenggara.
http://www.batukar.info/search/node/waktu%20pertumbuhan%20dan%20pembangunan%20sula
wesi%20tenggara.
http://bangsabodoh.wordpress.com/2007/06/01/wilayah-regionalisasi-pertanian-untuk-menjaga-
hasil-dan-harga-panen.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Tenggara
http://sultra.tripod.com/LETAK_GEOGRAFIS.htm
http://sultra.bps.go.id/index.php?option=com_content&t